Anda di halaman 1dari 17

Tugas kelompok!!!

ANALISIS SEMIOTIKA PUISI


PADAMU JUA KARYA AMIR HAMZAH

OLEH :
1. NURYAMAH (N1D119013)
2. DIAH SRI AYUNDARI (N1D119057)
3. ASRI GIANA (N1D119051)
4. SRI RAHAYU (N1D119105)
5. RESTI AGIL SAFITRI (N1D119093)
6. FAJARRUDIN (N1D119061)
7. ASMAN WENI (N1D119049)
8. MARLIANA (N1D119029)
9. NETI KARLINA (N1D119085)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita Panjatkan atas Kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dari kelompok 6 bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tak lupa shalawat serta salam kami haturkan kepada baginda besar Muhammad Saw. Berkat
jasanya pulalah kita bisa berada di zaman yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat
ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Telaah Puisi dan juga tentunya untuk menambah pengetahuan mengenai analisis semiotika pada
puisi berjudul Padamu Jua karya Amir Hamzah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Rasiah, S.Pd., M.Hum. Selaku dosen
penanggung jawab mata kuliah telaah puisi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Seluruh anggota kelompok 6 yang telah memberi kontribusi dalam penulisan makalah ini.

Kendari, 2 April 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Karya sastra merupakan imajinasipikiran yang di tuangkan pada karya seni yang
telah diciptakan oleh pengarang termasuk puisi. Hamidy (2001:7) mengemukakan”karya
sastra ialah karya kreatif imajinasi yang memiliki bentuk sedemikian rupa, sehingga
unsur unsur estetikanya merupakan bagian yang dominan. Daya kreatif seseorang yang
dapat melihat beberapa kemungkinan, daripada apa yang telah ada”. Dilihat dari segi
bidang sastra puisi adalah karya seni yang bermacam macam aspek dan kajian tentang
unsur unsurny dan struktur. Pradopo (2010:13) mengatakan “puisi sebagai karya seni
itu puitis. Kata puitis suda mengandung nilai keindahan yang khusus untuk puisi”. Jadi
secara umum bila hal menumbuhkan keharuan di sebut puitis. Kepuitisan itu dapat di
capai dengan bermacam macam cara, misalnya dengan bentuk visual: typografi, susunan
bait, dengan bunyi, persajakan asonansi, alitrasi, kiasan bunyi, lambang rasa orkestrasi;
dengan pemilihan kata (diksi). Bahasa kiasan, sarana retorika unsur unsur
ketatabahasaan, gaya bahasa dan sebagainya (PRADOPO, 2010:13). Agar dapat
memahami karya sastra puisi sebaga karya sastra yang penuh tanda, maka dapat di
lakukan dengan pendekatan atau analisis semiotika. Kajian semiotik ini merupakan
pengembangan ilmu struktural hanya mengkaji tentang unsur instrinsik saja, maka
melalui kajian semiotik ini sastra dapat di kaji dengan sistem tersendiri, menurut Emzir
dan Rohman (2015:48) “tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat di
tangkap oleh panca indra manusia.

Puisi merupakan sebuah engespresian jiwa melalui kata kata yang berestetika.
Puisi juga bisa di maknai sebagai karya sastra paling tua yang memiliki keindahan dari
kata kata yang di gunakan pada setiap baitnya. Puisi memiliki dua struktur utama
pembangunan yaitu: struktur batin dan struktur fisik. Selain itu dalam sebuah puisi
terkandung beberapa penanda, baik berupa makna yang perlu di terjemahkan sendiri
oleh pembacanya maupun penanda kebahasaan yang tidak memerlukan penafsiran
ulang. Bidang kajian yang mempelajari dan mengkaji penanda, simbol dan isyarat pada
sebuah bidang kajian, di sebut semiotik.

Semiotik merupakan kajian keilmuan yang mempelajari tanda tanda yang ada
pada karya sastra. Pemahaman mengenai semiotika perlu di lakukan oleh pegiat sastra,
karenna sebuah puisi pasti mengandung penanda sebagai sebuah karya sastra yang
estetika. Pada pengkajian puisi melalui ranah semiotika menjadi lebih menarik karena
kajian ini membahas bagaimana cara mengkaji sebuah puisi dengan menikmati
penandanya. Dari penanda itulah puisi di bangun menjadi sebuah karya otentik dan
memiliki pembahasan bahasa yang terkandung di dalamnya. Semiotika memiliki peran
penting dalam membangun sebuah puisi agar puisi tersebut bisa memberikan gambaran
dan pemahaman pada pembaca. Maka dari itlah semiotika sangat penting di pelajari dan
di pahami, karena bahasa dan semiotika tidak bisa di lepaskan.

Untuk itulah kelompok VI akan menelaah puisi menggunakan unsur semiotika


pada puisi PADAMU JUA agar bisa menganalisis indeks, simbol dan iko.

2. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana cara menentukan ikon, indeks, dan simbol dari puisi Padamu Jua karya
Amir Hamzah?

3. TUJUAN PENELITIAN
A. Mengetahui semiotika yang terdapat pada puisi Padamu Jua karya Amir Hamzah.
B. Memahami bagian-bagian dari unsur semiotika; indeks, ikon, dan simbol.

4. MANFAAT PENELITIAN
A. Menambah pengetahuan tentang unsur semiotika dalam puisi Padamu Jua karya Amir
Hamzah.
B. Dapat menjelaskan ikon, simbol, dan indeks yang terdapat dalam puisi Padamu Jua
karya Amir Hamzah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Puisi
Karya sastra puisi merupakan bentuk karya yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif dan kontemplatif. Puisi mewakili pikiran dan perasaan penulis
yang diungkapkan melalui balutan kuasa bahasa terbentuk struktur fisik dan batin penulis
lewat bahasa tertentu. Kekuatan bahasa itulah yang dapat memediasi komunikasi antara
penyair sebagai penulis dengan pembaca puisi. Lagi, sifat bahasa puisi memang cenderung
simbolik dengan perlambangan tertentu sehingga hal ini menjadikan puisi memiliki rasa dan
sensasi berbeda dengan karya sastra lain seperti cerpen dan novel. Auden (1978: 3)
mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
Puisi merupakan suatu karya yang terbentuk atas susunan kata penuh makna. Menurut
Herman J. Waluyo (1987) puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif yang disusun dengan mengonsentrasikan
struktur fisik dan struktur batinnya.
Puisi sebagai salah satu jenis sastra merupakan pernyataan sastra yang paling inti. Segala
unsur seni kesastraan mengental dalam puisi. Oleh karena itu, dari dulu hingga sekarang
puisi selalu diciptakan orang dan selalu dibaca, dideklarasikan untuk lebih merasakan
kenikmatan seninya dan nilai kejiawaan yang tinggi.
2. Semiotika
Menurut Preminger dalam Pradopo (2013:224) semiotik merupakan ilmu tentang tanda-
tanda, mempelajari fenomena sosial-budaya, termasuk sastra sebagai sistem tanda.
Wiryaatmadja dalam Sentosa (1993:3) mengatakan, semiotika adalah ilmu yang mengkaji
kehidupan tanda dalam maknanya yang luas di dalm masyarakat, baik yang lugas (literal)
maupun yang kias (figuratif), baik yang menggunakan bahasa maupun non bahasa. Jadi,
dapat dikatakan semiotik merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda dan penandaan
yang ada disekitar kehidupan kita.
Hoed dalam Nurgiyantoro (2007:40) menyatakan semiotik adalah ilmu atau metode analisis
untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat
berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-lain. Jadi, yang dapat menjadi tanda
sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan
ini. Walau harus diakui bahwa bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap dan
sempurna.
Menurut Pradopo (2013:119) Semiotik atau semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu
ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan
tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturanaturan, dan konvensi-konvensi
yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Mengenai tanda, Pradopo
(2013:119-120) menyatakan “Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda (signifier) dan
petanda (signifized). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut
petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh penanda itu yaitu artinya”.
Metode semiotik merupakan pencarian tanda-tanda. Selanjutnya, Pradopo (2013:225-226)
menyatakan “metode semiotik dalam pemaknaan sastra ini berupa pencarian tanda-tanda
yang penting sebab keseluruhan sastra itu merupakan tanda-tanda, baik berupa ikon, indeks,
dan simbol”.
A. Ikon
Ikon merupakan tanda yang menggambarkan ciri-ciri sesuatu objek meskipun objek
acuan tersebut tidak hadir. Menurut Pradopo (2013:120) ikon adalah tanda yang
menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan petandanya
hubungan ini adalah hubungan persamaan. Misalnya, gambar kuda sebagai penanda yang
menandai kuda (petanda) sebagai artinya. Potret mendandi orang yang dipotret, gambar
pohon menandai pohon.
Pierce dalam Sentosa (1993:10) menyatakan ikon sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai
penanda yang serupa dengan bentuk objeknya. Kata rumah misalnya sebagai tanda yang
dapat mewakili sesuatu yang disebut rumah meskipun objeknya tidak dihadirkan. Contoh
yang lain yaitu foto merupakan gambaran objek yang difoto.bentuk-bentuk diagram, lukisan,
sketsa, patung, kaligrafi, ukir-ukiran, dan yang tampak sebagai tata wajah merupakan contoh
bagi tanda-tanda yang bersifat ikonis. Ikon menggambarkan secara jelas maksud dari ciri
objeknya. Nurgiyantoro (2007:42) menyatakan “ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan”.
Sesuai dengan hubungan disini misalnya, kesamaan antara foto dengan objek yang difoto
bentuk-bentuk diagram, lukisan, sketsa, patung, kaligrafi, ukir-ukiran, dan yang tampak
sebagai tata wajah merupakan contoh bagi tanda-tanda yang bersifat ikonis. Ikon
menggambarkan secara jelas maksud dari ciri objeknya.Nurgiyantoro (2007:42) menyatakan
“ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan”. Sesuai dengan hubungan disini misalnya,
kesamaan antara foto dengan objek yang difoto. Peta geografis, penyebutan atau
penempatan di bagian awal atau depan (sebagai tanda sesuatu yang dipentingkan).

B. Indeks
Menurut Pradopo (2013:120) indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal
atau sebab akibat antara penanda dan petandanya. Misalnya, asap menandai api. Alat
penanda angin menunjukkan arah angin.Peirce dalam Sentosa (1993:11) mengatakan indeks
sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya.
Misalnya, mendung menandai hujan. Bunyi bel rumah merupakan indeksikal adanya tamu,
gerak dedauan pada pohon-pohon merupakan indeksikal adanya angin yang bertiup.
Menurut Nurgiyantoro (2007:42) indeks merupakan hubungan kedekataneksistensi. Tanda
yang berupa indeks misalnya, asap hitam tebal membumbung menandai kebakaran. Wajah
yang terlihat muram menandai hati yang sedih, sudah berkali-kali ditegur namun tak mau
gentian menegur menandakan sifat sombong.

C. Simbol
Simbol atau lambang merupakan unsur puisi yang menyatakan bahwa kata-kata dalam
puisi bisa saja merupakan suatu lambang untuk maksud dan tujuan yang lain. Contohnya
"Hati yang Terbuat dari Baja", kata "Baja" dalam baris puisi tersebut bisa melambangkan
atau menjadi simbol kekuatan yang sulit untuk dipecahkan. Menurut Pradopo (2013:120)
simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara tanda dan
petandanya hubungan disini maksudnya bersifat albiter atau semau-maunya. Arti tanda
ditentukan oleh konvensi. Misalnya, ibu adalah simbol artinya ditentukan oleh konveksi
masyarakat bahasa (Indonesia). Orang Inggris menyebutnya mother, Perancis menyebutnya
la mere, dsb. Adanya bermacam-macam tanda untuk satu arti itu menunjukkan “kessemena-
menaan” tersebut. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol.
Peirce dalam Sentosa (1993:11) menyatakan simbol sesuatu yang melaksanakan fungsi
sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat.
Sesuatu tanda yang dapat diucapkannya baik secara oral maupun dalam hati, arti atau
makna. Misalnya, gambar, bau, lukisan, gerak, merupakan sesuatu yang bersifat simbolis.
Menurut Nurgiyantoro (2007:42) Simbol, jika ia berupa hubungan yang sudah terbentuk
secara konvensi. Jadi, dapat tanda yang berupa simbol mencakup berbagai hal yangtelah
menjadi kesatuan di dalam masyarakat. Antara tanda dengan objek tak memiliki hubungan
kemiripan atau kedekatan, melainkan terbentuk karena kesepakatan. Misalnya, berbagai
gerakan (anggota) badan menandakan maksud-maksud tertentu, warna tertentu misalnya
(putih, hitam dan merah) menandai sesuatu yang tertentu pula, dan bahasa. Bahasa
merupakan simbol terlengkap karena amat berfungsi sebagai sarana untuk berpikir dan
berasa.
3. Isi Puisi

PADAMU JUA

Karya Amir Hamzah

Habis kikis

Segala cintaku hilang terbang

Pulang kembali aku padamu

Seperti dahulu

Kaulah kendil kemerlap

Pelita jendela di malam gelap

Melambai pulang perlahan

Sabar, setia selalu

Satu kekasihku

Aku manusia
Rindu rasa

Rindu rupa

Di mana engkau

Rupa tiada

Suara sayup

Hanya kata merangkai hati

Engkau cemburu

Engkau ganas

Mangsa aku dalam cakarmu

Bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila dasar

Sayang berulang paamu jua

Engkau pelik menarik ingin

Serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyi

Menunggu seorang diri

Lalu waktu~bukan giliranku

Matahari~bukan kawanku
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Sumber Data

Menurut Arikunto (2010:172) “Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh”. Berdasarkan judul penelitian ini, maka sumber data penelitian ini adalah
Puisi Padamu Jua karya Amir Hamzah.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, Menurut
Patilima, (2011:9) penelitian kualitatif adalah peneliti kualitataif menekankan sifat realita yang
terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti, dan tekanan
situasi yang membantu penyelidikannya yang saarat nilai. Penulis mengggunakan pendekatan
kualitatif untuk memahami jenis-jenis tanda (ikon, indeks, simbol) yang terdapat dalam Puisi
Padamu Jua karya Amir Hamzah.
3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
kepustakaan (Library Research). Menurut Semi (2012:8) penelitian perpustakaan yaitu penelitian
yang dilakukan di kamar kerja peneliti atau di ruang perpustakaan, dimana peneliti memperoleh
data dan informasi tentang objek telitiannya lewat buku-buku atau alat-alat audiovisual lainnya.

4.Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. Sebagaimana
dikatakan oleh Arikunto (2010:160) “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah
metode deskriptif, yaitu setiap data yang terkumpul dapat diolah dan dianalisis. Menutut
Karsinem (2015:52) “Metode deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat ini dan tengah menjadi pusat perhatian tanpa
memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat
Triswanto (2010:17) mengatakan bahwa metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan
sebuah peristiwa, benda, dan keadaan dengan sejelas-jelasnya tanpa mempengaruhi objek yang
ditelitinya. Peneliti mengumpulkan data-data yang ada di dalam puisi, kemudian menentukan
fakta-fakta yang menunjukkan bukti tentang ikon, indeks, dan simbol yang terdapat didalam
Puisi Padamu Jua karya Amir Hamzah serta disusul dengan analisisnya.
BAB IV

PEMBAHASAN

Analisis Semiotik Puisi “PADAMU JUA”

Karya Amir Hamzah

PADAMU JUA

Habis kikis

Segala cintaku hilang terbang

Pulang kembali aku padamu

Seperti dahulu

Kaulah kendil kemerlap

Pelita jendela di malam gelap

Melambai pulang perlahan

Sabar, setia selalu

Satu kekasihku

Aku manusia

Rindu rasa

Rindu rupa

Di mana engkau

Rupa tiada

Suara sayup

Hanya kata merangkai hati


Engkau cemburu

Engkau ganas

Mangsa aku dalam cakarmu

Bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila dasar

Sayang berulang paamu jua

Engkau pelik menarik ingin

Serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyi

Menunggu seorang diri

Lalu waktu~bukan giliranku

Matahari~bukan kawanku

(Berkenalan dengan puisi, 2002:199)

1. Simbol

Puisi Padamu Jua terdiri dari 28 baris yang terbagi dalam tujuh bait, tiap bait terdiri dari 4
baris. Puisi Padamu Jua ditinjau dari judulnya menggambarkan tentang kembalinya seseorang
yang telah lama meninggalkannya. Ketika pembaca membaca judulnya akan terlintas minimal
tentang sesuatu yang kembali. Ketika memasuki isi, Padamu Jua merupakan gambaran tentang
pengakuan dan pengaduan antara aku (lirik) dengan engkau (lirik).Engkau (lirik) merupakan zat
yang tak terlihat tetapi keberadaannya sangat diakui, dalam hal ini zat Ilahiah. Hal ini
disimbolkan jelas pada bari ke-5 dan ke-6 : /Kaulah kendil kemerlap//Pelita jendela di malam
gelap/. Engkau adalah zat yang menerangi hati manusia ketika manusia mengalami /malam
gelap/ yang merupakan simbol kegelisahan, kesusahan, kegagalan, dan permasalahan yang
berat.Demikian juga Serupa dara dibalik tirai yang merupakan penguatan dari zat yang tak
terlihat namun keberadaannya diakui. Demikian juga sifat – sifat ke-Ilahiahan tergambar
dalam /melambai pulang perlahan// Sabar, setia selalu/ yang merupakan sifat Ilahiah selalu
mendengar keluh dan kesah manusia, memberikan /melambai pulang perlahan/ petunjuk dengan
caranya, yang manusia tak menyadarinya, dan bagi orang yang berpikir akan mengetahui
hikmah dari apa yang disajikan Tuhan.

2. Indeks

Si aku lirik mengalami kegagalan /Habis kikis//Segala cintaku hilang terbang/ yang
sangat menyakitkan dan tak tercapainya keinginan atau cita – cita si aku lirik. Sehingga ia
menemui kembali pada sang pemberi jalan, yang mengatur nasib ini /pulang kembali aku
Padamu// Seperti dahulu/ yang merupakan indeks dalam kegagalan. Dalam konteks ini, si aku
lirik pernah mengalami kerenggangan atau lupa pada masa kejayaannya, perjuanganya, namun
ketika jatuh /Mangsa aku dalam cakarmu// Bertukar tangkap dengan lepas/ ia sadar atau insaf
dan melakukan pengakuan dan pengaduan bahwa segala sesuatu telah ada yang mengatur, segala
sesuatu akan kembali kepadaNya.

3. Ikon

Dapat diartikan si aku lirik mengalami kegagalan dalam cinta.Namun cinta disini tak
dijelaskan kepada siapa.Apakah kepada wanita (jika si aku lirik adalah laki-laki) atau kepada
laki-laki (jika si aku lirik adalah wanita), cinta pada kerja, harta, atau hal yang beersifat
keduniaan.

Si aku lirik mengalami kerinduan dengan si engkau lirik ketika ia mengalami kegagalan atau apa
yang telah ia usahakan semua sirna, hilang dan terbang. /Satu kekasihku//Aku manusia//Rindu
rasa//Rindu rupa//Di mana engkau//Rupa tiada//Suara sayup//Hanya kata merngkai hati/
merupakan senyum pengakuan si aku lirik sebagai manusia bahwa kekasih sejati adalah engkau
lirik, cinta yang sesungguhnya hanya untuk engkau lirik. Kerinduan si aku lirik akan kehadiran
engkau lirik (Tuhan) dengan ayat-ayatnya (firman-Nya).

Kasihmu sunyi

Menunggu seorang diri


Lalu waktu~bukan giliranku

Matahari~bukan kawanku

Memberikan makna bahwa si aku lirik menyadari dan pasrah menerima apa yang telah diberikan
oleh engkau lirik. Si aku tidak menyerah terhadap kegagalan yang telah dialaminya. Tanda (~)
/Lalu waktu~bukan giliranku/ merupakan keinsyafan si aku akan nasib, kemudian juga pada
/Matahari~bukan kawanku/. Pemisahan kata /Mata/ dengan /hari/ memperjelas makna sebagai
keberuntungan, jalan, keberhasilan, dan kekuasaan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis semiotika yang kelompok kami kerjakan, dapat disimpulkan
bahwa puisi Padamu Jua karya Amir Hamzah memiliki ikon, simbol, dan indeks yang
terdapat dalam puisinya. Sehingga dapat kita pahami bahwa ikon dalam puisi dapat
berupa manusia yang diungkapkan dengan kata aku, engkau, atau dia. Simbol dapat
berupa kata-kata yang mewakili sebuah perumpamaan untuk menunjukkan makna
tertentu. Serta indeks yang dalam puisi ini ditunjukkan dalam kata kerja. Setelah
diketahui, makna puisi Padamu Jua karya Amir Hamzah memiliki makna yang begitu
dalam.

B. Saran
Kajian puisi semiotika ini sangat membantu dalam memahami bait-bait tiap puisi,
untuk itulah diharapkan penelitian seperti ini dapat terus dilakukan tidak hanya untuk
puisi Padamu Jua karya Amir Hamzah saja, tetapi puisi yang lain, yang mungkin
maknanya bisa lebih dalam apabila dikaji dengan semiotika. Kami kelompok 6 sangat
terbuka apabila ada kritik dan saran yang mampu membangun penelitian puisi ini.
DAFTAR PUSTAKA

Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik , dan Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kutha Ratna, Nyoman.2011. paradigm sosiologi sastra.Yogyakarta: pustaka Pelajar

http://bangpek-kuliahsastra.blogspot.com/2011/01/teori-sastra.html (Selasa, 25 juni 2013,


06:07)

http://indryy.blogspot.com/2012/12/analisis-semiotik-puisi-padamu-jua.html (selasa, 25 juni


2013, 05:46)

Endraswara. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS (Center for


AcademicPublishing Servuice).Ermawati. 2017. Pemajasan

Anda mungkin juga menyukai