Anda di halaman 1dari 6

JSI 8 (3) (2019)

Jurnal Sastra Indonesia


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi

Gaya Kepenyairan Taufik Ismail dalam Sajak Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

Liga Febrina

Jurusan Bahasa Indonesia, STIE Persada Bunda

Info Artikel Abstrak


________________
Sejarah Artikel:
_____________________________________________________________
Diterima Juli 2019 Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang memberikan makna tertentu kepada pembaca. Karya sastra
Disetujui Agustus 2019 mampu mengajak pembaca berimajinasi sesuai dengan konteks yang dibaca. Seorang pengarang ketika
Dipublikasikan menyuguhkan suatu karya sastra, dia akan memilih kata-kata yang mampu memberikan makna, baik
November 2019 makna secara konotatif maupun denotatif. Suatu karya sastra akan tidak berdaya, manakala ia tidak
________________ memiliki unsur seni. Jadi hakikat karya sastra adalah keindahan. Karya sastra juga gambaran hasil rekaan
seseorang dan menghasilkan kehidupan yang mewarnai sikap, latar belakang, dan keyakinan pengarang.
Kata kunci:
Karya Sastra, Gaya
Kepenyairan, Taufik
Ismail, Sajak, Malu (Aku)
Jadi Orang Indonesia Abstract

Keywords: Literary work is a world of imagination that gives a certain meaning to the reader. Literary works are
Literary works, Poetry able to invite readers to imagine in accordance with the context being read. An author when presenting
Style, Taufik Ismail, Sajak, a literary work, he will choose words that can give meaning, both connotative and denotative meanings.
Shame (I) Become an A literary work will be helpless, when it has no artistic elements. So the essence of literary work is
Indonesian. beauty. Literary works also illustrate the results of a person's invention and produce a life that colors
____________________ the attitudes, backgrounds, and beliefs of the author.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: P-ISSN 2252-6315
Gedung B1 Lantai 1 FBS Unnes
E-ISSN 2685-9599
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: Mei.jayanti11@gmail.com

197
Liga Febrina / Jurnal Sastra Indonesia 8 (3) (2019)

PENDAHULUAN karya penyair ternama Indonesia tersebut sering


Karya sastra merupakan dunia imajinasi dipilih sebagai puisi wajib.
yang memberikan makna tertentu kepada Salah satu bentuk karya sastra adalah
pembaca. Karya sastra mampu mengajak sajak. Sajak merupakan luapan gelora perasaan
pembaca berimajinasi sesuai dengan konteks yang bersifat imajinatif. Sajak diciptakan untuk
yang dibaca. Seorang pengarang ketika dibaca, dipahami, dan dinikmati oleh pembaca
menyuguhkan suatu karya sastra, dia akan dan peminatnya. Melalui sajak, penyair
memilih kata-kata yang mampu memberikan menyampaikan nilai-nilai kehidupan yang
makna, baik makna secara konotatif maupun direnungkannya, seperti nilai-nilai keagamaan,
denotatif. Karya sastra merupakan wujud sosial budaya, politik, ekonomi, dan nilai-nilai
permainan kata-kata pengarang yang berisi lainnya. Dari segi struktur, sajak-sajak sekarang
maksud tertentu, yang akan disampaikan kepada ini tampaknya tidak lagi terikat oleh kaidah-
penikmat sastra. Karya sastra sering dinilai kaidah lama. Sajak-sajak pada masa dahulu
sebagai objek yang unik dan seringkali sukar terikat pada struktur baris, bait, irama,
diberikan rumusan yang jelas dan tegas. Sastra persajakan, dan sebagainya. Namun, pada masa
adalah objek ilmu yang tidak perlu diragukan sekarang, perkembangan dunia kesusasteraan
lagi. Walaupun unik dan sukar dirumuskan telah melepaskan sajak dari kungkungan kaidah-
dalam suatu rumusan yang universal, karya kaidah tersebut.
sastra adalah sosok yang dapat diberikan Sajak memiliki struktur yang kompleks.
batasan dan ciri-ciri, serta dapat diuji dengan Untuk memahaminya diperlukan analisis yang
pancaindra manusia (Semi, 2012: 24). cermat terhadap unsur-unsur yang terangkai
Karya sastra akan membantu manusia secara utuh dan padu. Memahami sajak melalui
memahami hidup ini dan mendidik manusia kerja analisis bermaksud menangkap dan
untuk bertindak bijaksana dalam menyikapi memberi makna kepada teks sajak karena sajak
berbagai persoalan dalam kehidupan merupakan struktur yang bermakna. Sajak
masyarakat. Oleh karena itu, karya sastra adalah karya sastra dengan sistem tanda yang
dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih bermakna dengan menggunakan bahasa sebagai
arif, atau dapat dikatakan sebagai mediumnya.
’memanusiakan manusia’ (Nurgiyantoro, Hal yang sangat menarik dan perlu
2010:40). Karya sastra mempersoalkan berbagai memperoleh perhatian dari peneliti karya sastra,
masalah kehidupan manusia dalam interaksinya khususnya sajak adalah bahasa. Keberhasilan
dengan sesama makhluk hidup dan sebuah sajak tergantung pada kecakapan penyair
lingkungannya. Karya sastra merupakan hasil memanfaatkan kata-kata, dengan memainkan
dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang dan menempatkan kata-kata yang indah. Sajak
terhadap lingkungan dan kehidupan. Walau menjadi lebih padat makna bila kata-katanya
berupa khayalan, tidak benar jika karya sastra indah, sehingga membawa pembaca mencapai
dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, nilai yang tinggi dalam memahaminya.
melainkan penghayatan dan perenungan secara Pada umumnya, sajak menggunakan
intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan gaya bahasa dan majas (bahasa kiasan) untuk
kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan mencapai aspek estetisnya. Gaya bahasa
penuh kesadaran dan tanggung jawab. Oleh berbeda dengan majas. Gaya bahasa adalah
karena itu, karya sastra dikatakan sebagai karya cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
imajinatif yang dilandasi kesadaran dan secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai kepribadian penulis, sedangkan majas
karya seni. merupakan penggunaan bahasa secara
Dunia sastra di Indonesia saat ini imajinatif, yaitu dengan membandingkan suatu
berkembang dengan pesat dan menggembirakan, hal dengan hal lainnya dalam mencapai efek
baik dalam bentuk sajak, cerpen, novel, maupun yang diinginkan. Jadi, majas merupakan gaya
drama. Dalam dunia persajakan, Indonesia yang sengaja mendayagunakan penuturan
memiliki beberapa tokoh ternama, misalnya dengan memanfaatkan bahasa kias.
Amir Hamzah, Taufiq Ismail, Chairil Anwar, Penggunaan style yang berwujud
WS Rendra, dan Sutardji Calzoum Bachri. pemajasan, apalagi dalam sajak, sangat
Karya-karya mereka telah tersebar ke seluruh mempengaruhi gaya dan keindahan bahasa
pelosok negeri ini. Bahkan beberapa karya karya yang bersangkutan. Namun, penggunaan
mereka sering dijadikan bahan kajian di sekolah bentuk-bentuk bahasa kias tersebut haruslah
dan perguruan tinggi. Tidak hanya itu, dalam tepat. Artinya, hal ini haruslah dapat
beberapa acara lomba membaca puisi, karya- menggiring ke arah interpretasi pembaca yang

198
Liga Febrina / Jurnal Sastra Indonesia 8 (3) (2019)

kaya dengan asosiasi-asosiasi, di samping juga Hakikat Sajak


dapat mendukung terciptanya suasana dan nada Dewasa ini, istilah puisi bertumpang
tertentu. Pemilihan dan penggunaan bentuk tindih penggunaannya dengan istilah sajak.
kiasan bisa saja berhubungan dengan selera, Adapun rumusan orang untuk menjelaskan
kebiasaan, kebutuhan, dan kreativitas perihal sajak atau puisi, selalu saja dinilai
pengarang. kurang tepat dan belum memuaskan. Akibatnya,
Penulis memfokuskan masalah ini pada bermunculan lagi definisi-definisi lain yang
gaya kepenyairan digunakan Taufiq Ismail berusaha melengkapi atau bahkan menolak
dalam karyanya yang berjudul Malu (Aku) Jadi definisi yang sudah ada sebelumnya. Secara
Orang Indonesia. Selanjutnya, akan digunakan umum, sajak memang identik dengan puisi,
kata MAJOI sebagai akronim dari Malu (Aku) tetapi tidak sama.
Jadi Orang Indonesia ini. Taufiq Ismail adalah Seiring dengan itu, Suharianto (2009:10)
pelopor sajak-sajak demonstrasi. Sajak-sajaknya dapat disimpulkan bahwa puisi adalah
adalah sajak demonstrasi yang mengungkapkan rangkaian kata yang mengungkapkan pikiran,
tuntutan membela keadilan dan kebenaran. ide, dan perasaan penyair yang disusun dengan
Sajaknya berupa protes sosial menentang tirani baik dan indah melalui tulisan sehingga
dan rezim seratus menteri. Sajak-sajaknya pembaca mampu memahami dan menikmati
menandakan suatu kebangkitan Angkatan 66 apa yang diungkapkan penyair dalam puisinya.
dalam dunia perpuisian di Indonesia. Dari beberapa pendapat di atas, dapat
Penelitian ini juga terkait dengan disimpulkan bahwa sajak adalah jenis karya
penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang sastra yang dipertentangkan dengan prosa. Jika
dilakukan Aruna Laila (2016), Emi Susilowati prosa bersifat mengurai dan memaparkan
(2016), Dian Uswatun Hasanah (2019), dan persoalan, sajak bersifat memusat dan
Rahmat Selisih Mara (2019) yang terkait dengan memadatkan persoalan. Setiap sajak adalah
gaya kepenyairan dan gaya bahasa. puisi, walau tidak hanya sajak yang
mengandung puisi, akan tetapi puisi potensial
METODE sekali terdapat di dalam sajak karena sajak
Hakikat Karya Sastra diciptakan justru untuk menampung
Secara etimologis, kesusasteraan berarti pengalaman puitik atau untuk menyampaikan
karangan indah. Sastra (dari bahasa Sanskerta) puisi. Sajak memiliki ciri khas yang
artinya tulisan, karangan. Akan tetapi, sekarang membedakannya dengan karya sastra lain, serta
ini pengertian kesusasteraan berkembang dibangun oleh beberapa unsur yang saling
melebihi pengertian etimologis tersebut. Kata mendukung. Keindahan sebuah sajak juga
‘indah’ amat luas maknanya. Tidak saja sangat dipengaruhi oleh penggunaan style yang
menjangkau pengertian-pengertian lahiriah, berwujud pemajasan. Namun, penggunaan
tetapi terutama adalah pengertian-pengertian bentuk-bentuk bahasa kias tersebut haruslah
yang bersifat rohaniah. tepat. Artinya, ia haruslah dapat menggiring ke
Karya sastra merupakan sebuah karangan arah interpretasi pembaca yang kaya dengan
atau tulisan yang indah dan menggunakan asosiasi-asosiasi, di samping juga dapat
bahasa sebagai mediumnya. Oleh karena itu, mendukung terciptanya suasana dan nada
antara karya sastra dengan manusia memiliki tertentu.
hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Sastra
menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hakikat Gaya Kepenyairan
Sebuah karya sastra menggunakan gaya bahasa Enkvist (dalam Junus, 2010:49)
dan majas untuk mencapai aspek estetisnya. memberikan beberapa pengertian tentang gaya,
Pemajasan (figure of speech) adalah teknik yang dilihat dari tiga sudut pandang yang
pengungkapan bahasa, penggayabahasaan, yang berbeda. Pertama, dilihat dari sudut penulis,
maknanya tak menunjuk pada makna harfiah yaitu dasar komposisi yang aktif yang digunakan
kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada oleh penulis untuk memasuki dan membedah
makna yang ditambahkan, makna tersirat. Ia bentuk dalaman daripada subjek yang
merupakan gaya yang sengaja mendayagunakan diceritakannya. Kedua, gaya dilihat sebagai ciri
penuturan dengan memanfaatkan bahasa kias. teks, yang dapat dilihat dengan mempelajari
Pemilihan dan penggunaan bentuk kiasan ini teks. Ketiga, pengertian gaya dihubungkan
berhubungan dengan selera, kebiasaan, dengan kesan yang diperoleh khalayak.
kebutuhan, dan kreativitas pengarang.

199
Liga Febrina / Jurnal Sastra Indonesia 8 (3) (2019)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaliknya, ada juga imaji tentang perilaku


Hasil positif, seperti kejujuran, taubat, reformasi, dan
Di dalam kumpulan sajak MAJOI karya demokrasi yang mungkin menjadi ’penyangga’
Taufiq Ismail, dapat ditemukan beragam majas struktur yang bobrok itu. Puisi-puisi Taufiq
yang berfungsi untuk mencapai aspek estetisnya. Ismail adalah puisi hati nurani. Dengan
Majas-majas itu dapat terlihat pada setiap larik. demikian, sebagai sebuah sajak hati nurani,
Kata demi kata disusun sedemikian rupa MAJOI ini diprediksi mengandung banyak
sehingga terbentuk larik yang indah. Tetapi, ada bahasa kiasan agar tidak terlalu terkesan
pula majas yang baru dapat terlihat pada memberontak dan protes terhadap kebobrokan
kumpulan beberapa larik, bait, maupun dalam yang sedang dialami seluruh rakyat Indonesia.
sajak secara keseluruhan. Dengan adanya majas-
majas tersebut, dapat disimpulkan bagaimana c) Kritik terhadap Negeri yang Carut-marut
gaya yang digunakan penyair dalam Sajak-sajak Taufiq Ismail adalah pelopor
menghasilkan karyanya. sajak demonstrasi. Namun, sepanjang
perjalananan kepenyairannya Taufiq Ismail
Gaya Kepenyairan Taufiq Ismail dalam belum pernah dicekal. Padahal cukup banyak
Kumpulan Sajak Malu (Aku) Jadi Orang puisi-puisi Taufiq Ismail yang berisi gugatan
Indonesia terhadap penguasa ataupun sindiran terhadap
Dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa ketimpangan-ketimpangan sosial yang ada di
Taufiq Ismail cenderung menggunakan gaya masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan oleh
pribadi dalam menghasilkan sebuah sajak. puisi-puisi perlawanan yang ditulis Taufiq tidak
Maksudnya, penikmat sastra dapat kehilangan esensi puitiknya. Kelugasan pilihan
membedakan antara sajak Taufiq Ismail dengan kata Taufiq tetap menunjukkan kekokohannya
penyair lainnya. Karakteristik gaya kepenyairan bertahan pada estetika berpuisi. Sajak yang
Taufiq Ismail dalam menciptakan karya- paling memperlihatkan kritikan terhadap
karyanya terlihat dari beberapa aspek berikut ini. ketimpangan sosial adalah sajak yang berjudul
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia dan Ketika
a) Bergaya Naratif Burung Merpati Sore Melayang.
Taufiq Ismail cenderung menggunakan
teknik narasi atau bercerita dalam menciptakan d) Mengungkap Kesaksian Sejarah
sebuah sajak. Hal ini dapat dilihat pada semua Sajak-sajak Taufiq Ismail sering berkait
sajak yang menjadi objek dalam penelitian ini. dengan peristiwa penting atau bernilai sejarah.
Hal ini berbeda dari karya penyair-penyair Hal ini terlihat pada semua sajak yang menjadi
lainnya yang menganggap kepuitisan sebuah objek dalam penelitian ini. Karya-karya Taufiq
sajak itu terlihat jika kata yang digunakan lebih diciptakan karena ada dorongan hati nurani
sedikit. Namun, Taufiq menolak atau lebih sang penyair untuk bersaksi atau mengabarkan
tepat tidak menerima penuh bahwa puisi mesti kepada khalayak tentang sesuatu yang pernah
padat dan harus sedikit kata-kata. Dia lebih dilihat, sesuatu yang dirasakan, sehubungan
memilih sajak banyak kata tetapi cantik, dengan kenyataaan hidup berbangsa di negeri
menyentuh perasaan, laju menghilir dan ini.
komunikatif daripada sajak yang padat makna
dan minimum kata, tetapi tidak indah dan gagap e) Cenderung Bergaya Alegori, Ironi, dan Satire
berkomunikasi. Taufiq Ismail memanfaatkan ungkapan-
ungkapan sebagai bahasa simbol untuk
b) Penyaluran Aspirasi Rakyat Indonesia mempertajam kekuatan makna. Ketiga majas ini
terhadap Kebijakkan Orde Baru merupakan majas yang dominan terdapat dalam
Sajak-sajak dalam MAJOI mewakili sajak yang diciptakan Taufiq Ismail. Dengan
pandangan orang banyak tentang Orde Baru. bermetafora, sajak-sajak perlawanan Taufiq
MAJOI merupakan protes kepada Orde Baru, Ismail tidak teralu terkesan kasar dan
gugatan kepada kebobrokan akhlak yang lebih memberontak. Hal ini sangat terlihat jelas pada
luas dari sekadar kekuasaan politik. Imaji yang salah satu sajak Taufiq Ismail yang berjudul
suram berupa sejumlah perilaku negatif, seperti Yang Selalu Terapung di Atas Gelombang. Namun,
pragmatisme, hutang Indonesia, korupsi, suap, tidak hanya sajak itu saja yang mengandung
keserakahan penguasa, indoktrinisasi, ketiga sajak tersebut. Dominan sajak Taufiq
kecurangan pemilu, dan pengingkaran Undang- Ismail juga mengandung ketiga majas tersebut.
Undang Dasar yang merupakan kegelisahan
kolektif yang juga menjadi topik MAJOI.
200
Liga Febrina / Jurnal Sastra Indonesia 8 (3) (2019)

Pembahasan SIMPULAN
Berdasarkan hasil pendeskrpsian data,
Gaya Kepenyairan Taufiq Ismail dalam dapat disimpulkan bahwa dalam kumpulan
Kumpulan Sajak Malu (Aku) Jadi Orang sajak Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (MAJOI)
Indonesia karya Taufiq Ismail ditemukan gaya seorang
Penyair adalah ’kamera-digital’ yang penulis atau penyair dalam menghasilkan
menangkap berbagai rona hidup alam sebuah karya dibedakan atas dua macam, yaitu
sekitarnya. Lalu menyimpannya dalam memori gaya pribadi dan gaya kolektif. Dalam penelitian
nuraninya sebagai ’indung telur’ makna hidup ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa Taufiq
dan selanjutnya akan dibuahinya dalam rahim Ismail cenderung menggunakan gaya pribadi
eksotis-kontemplasi terhadap berbagai persoalan dalam menghasilkan sebuah sajak. Maksudnya,
masyarakat, yang berikutnya akan lahir sebagai penikmat sastra dapat membedakan antara sajak
”potret jenaka” dari realitas masyarakatnya. Taufik Ismail dengan penyair lainnya. Hal ini
Karya sastra merupakan refleksi-ekspresi dapat dilihat dari gayanya seperti bercerita
dari obsesi pengarangnya untuk menampilkan untuk meluapkan gelora perasaannya ke dalam
permasalahan hidup masyarakat yang dihadapi sebuah sajak. Hal ini berbeda dari karya penyair-
dan digumulinya. Melalui karyanya, kita bisa penyair lainnya yang menganggap kepuitisan
menangkap apa dan bagaimana seorang penyair sebuah sajak itu terlihat jika kata yang
hendak mengarahkan ’perahu’ makna untuk digunakan lebih sedikit. Namun, Taufiq
mencapai tujuan bangunan dunia barunya. menolak atau lebih tepat tidak menerima penuh
Dalam ranah ini, setiap pengarang memiliki bahwa puisi mesti padat dan harus sedikit kata-
karakter dan gaya penulisan (kepenyairan) yang kata. Dia lebih memilih sajak banyak kata tetapi
berbeda-beda. cantik, menyentuh perasaan, laju menghilir dan
Dalam MAJOI, Taufiq Ismail cenderung komunikatif daripada sajak yang padat makna
menggunakan gaya pribadi. Maksudnya, ia dan minimum kata, tetapi tidak indah dan gagap
memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda berkomunikasi. Selain itu sajak-sajak taufik
dengan karya penulis lainnya. Berdasarkan ismail bertujuan untuk menampung segala
konsep ini, penikmat sastra dengan mudah aspirasi rakyat Indonesia terhadap Kebijakkan
mengenal karya-karya Taufiq Ismail, meskipun Orde Baru, sajaknya berisikan kritik terhadap
namanya tidak tertera pada karangan itu. negeri yang carut marut, mengungkap kesaksian
Pembaca mungkin berkata bahwa karangan sejarah, dan cenderung bergaya alegori, ironi,
yang dibacanya itu adalah karya Taufiq Ismail dan satire.
karena gayanya yang mengingatkannya pada
ciri khas penyair ternama tersebut, yang DAFTAR PUSTAKA
sekaligus memperlihatkan keakrabannya dengan Hasanah, Dian Uswatun. (2019). Analisis
gaya Taufiq Ismail. Penggunaan Gaya Bahasa pada Puisi-Puisi
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat Karya Fadli Zon”: Jurnal Kembara: Universitas
disarikan bahwa posisi penelitian yang Muhammadiyah Malang.
dilakukan terkait dengan penelitian lain. Junus, Umar. (2010). Stilistik. Kuala Lumpur: Dewan
Penelitian ini terkait dengan penelitian Nurbaiti Badan Pustaka Kementrian Pendidikan
(2018) dengan kesamaan pembahasan tentang Malaysia.
Laila, Aruna. (2016). Gaya kepenyairan dalam
gaya bahasa atau gaya kepenyairan dalam puisi Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja Karya
dan perbedaan pembahasan tentang aspek-aspek M Aan Mansyur. Jurnal Penelitian Bahasa dan
yang diteliti dalam karya sastra. Penelitian ini Sastra Indonesia. Padang: STKIP PGRI Sumbar.
juga terkait dengan penelitian Lastari (2017) Lastari, Annisa. (2017). Pandangan Dunia Pengarang
dengan kesamaan pembahasan tentang dalam Kumpulan Puisi Blues untuk Bonnie
pandangan pengarang dalam kumpulan puisi Karya Rendra (Kajian Strukturalisme
dan perbedaan pembahasan tentang hubungan Genetik). Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
antara struktur karya sastra dengan keadaan Indonesia. 1:63-79.
sosial masyarakat. Selain itu, penelitian ini juga Mara, Rahmat Selisih. (2019). Analisis Gaya Bahasa
Sindiran dalam Syair Didong Jalu Arita Mude
terkait dengan penelitian Wirawan (2016)
dan Biak Cacak. Jurnal Bahasa dan Sastra:
dengan kesamaan pembahasaan mengenai FKIP Unsyiah.
struktur fisik dan struktur batin puisi yang Nurbaiti, Faradila. (2018). Gaya Bahasa Joko
didalamnya terdapat pembahasan tentang diksi Pinurbo Dalam Sajak “Musim Panas” dan
dan perbedaan pembahasan mengenai gaya “Surat Kau”. Alayasastra. 2:73-82.
kepenyairan sastrawan pada penelitian Wirawan
(2016) yang tidak terlalu fokus.
201
Liga Febrina / Jurnal Sastra Indonesia 8 (3) (2019)

Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Teori Pengkajian


Fiksi. Yogyakarta: Gajah mada University
Press.
Oktarina, Dini. (2013). Penggunaan Majas
Pertentangan di Kolom Pojok Harian
Singgalang dan Padang Ekspres. Padang:
Balai Bahasa.
Pateda, Mansur. (2015). Kosakata dan
Pengajarannya. Flores: Nusa Indah.
Semi, M. Atar. (2012). Metode Peneltian Sastra.
Bandung: CV Angkasa.
Suharianto. (2009). Pengantar Apresiasi Puisi.
Semarang: Bandungan Institute.
Susilowati, Emy. (2016). Gaya Bahasa dalam Novel
Pesantren Impian Karya Asma Nadia. Jurnal
Bastra (Bahasa dan Sastra) FKIP UHO.
Wirawan, Gunta. (2016). Analisis Struktural Antologi
Puisi Hujan Lolos di Sela Jari Karya
Yudhiswara. Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. I. 2:39-44.

202

Anda mungkin juga menyukai