TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan pengetahuan terjadi setelah seseorang melakukan
suatu pengindraan terhadap kejadian tertentu. Pengindraan dapat terjadi melalui panca indera
manusia yaitu indra pendengaran, indra penciuman, indra penglihatan, indra perabaan dan indra
rasa. Sebagian pengetahuan dari manusia dapat diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
adalah syarat yang terpenting dari sikap, jadi sikap bukan hanya perasaan yang mendukung atau
tidak mendukung perilaku, namun juga menyangkut estimasi akan hasil dari perilaku tersebut
(Notoadmodjo, 2013).
Pengetahuan salah satu indikator seseorang dalam melakukan tindakan. Jika seseorang
didasari dengan pengetahuan yang baik terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami
Pengetahuan merupakan factor penting yang mempengaruhi motivasi ibu hamil untuk melakukan
kunjungan ANC. Bagi ibu dengan pengetahuan yang tinggi mengenai kesehatan kehamilan
menganggap kunjungan ANC bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban, melainkan menjadi
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh factor pendidikan formal. Pengetahuan sangat
erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi
maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan,
bukan berarti seorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini
mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja,
akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu
objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negative (Wawan dkk, 2017).
1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
luas.
3) Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba lagi.
(b) Cara kekuasaan (otoritas) : dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan, baik
otoritas tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin, maupun otoritas ahli ilmu pengetahuan.
(c) Berdasarkan pengalaman Pribadi : hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalamanyang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang
lalu.
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis
dan ilmiah, cara ini disebut dengan metode penelitian ilmiah atau lebih populer lagi metodologi
penelitian.
intelektual serta secara emosional kearah alam dan juga sesama manusia. Semakin tinggi
pendidikan dari seseorang maka diharapkan akan semakin meningkat juga pengetahuan dan
implikasinya serta semakin tinggi pendidikan yang diperoleh maka hidupnya akan semakin
berkualitas
b. Usia : Semakin bertambahnya umur seseorang, maka akan mendapatkan jenjang pendidikan
yang lebih tinggi sehingga pengetahuan yang didapat oleh seseorang akan terus bertambah dan
berkembang.
lingkungan biologis, fisik, maupun sosial. Lingkungan ini berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan kedalam suatu individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
d. Pekerjaan : Pekerjaan merupakan suatu aktivitas atau kegiatan dari seseorang untuk
memperoleh suatu penghasilan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
impact) apabila informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal sehingga
kebenaran dari suatu pengetahuan yaitu dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
telah didapat dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi pada masa lalu (Budiman &
Riyanto, 2013).
2.2. Anemia
Anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Ibu hamil mempunyai
tingkat metabolisme tinggi. Selama kehamilan terjadi proses pembentukan jaringan tubuh janin,
pembentukan organ tubuh janin, dan proses produksi energi agar ibu hamil tetap bisa beraktifitas
normal sehari-hari. Sehingga, ibu hamil memerlukan lebih banyak zat besi dibanding ibu yang
kehamilan meningkatkan kebutuhan zat besi sebanyak dua hingga tiga kali lipat. Kebutuhan zat
besi paling besar terjadi selama empat minggu terakhir dalam kehamilan dan kebutuhan ini akan
terpenuhi dengan mengorbankan kebutuhan ibu. Kebutuhan zat besi selama kehamilan tercukupi
sebagian karena tidak terjadi menstruasi dan terjadi peningkatan absorbsi besi dari diet oleh
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, apa yang dimaksud anemia pada kehamilan
adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin darah akibat kekurangan zat besi dengan
kadar Hemoglobin pada trimester pertama dan tiga <11 gr% dan kadar Hemoglobin pada
3) Sedang : Hb 6 g% - 7,9 g%
4) Berat : Hb < 6 g%
2) Ringan : Hb 8 g% - < 11 g%
3) Sedang : Hb 5 g% - <8 g%
4) Berat : Hb <5 g%
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kadar hemoglobin dikatakan normal pada
ibu hamil trimester III apabila ≥ 11gr% dan anemia jika kadar hemoglobin <11gr%
2.2.3. Etiologi Anemia
Penyebab anemia dalam penelitian Desia (2018) antara lain karena gangguan pembentukan
eritrosit oleh sumsum tulang belakang, kehilangan darah (perdarahan), proses penghancuran
eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis), kurangnya asupan zat besi, vitamin C,
vitamin B12, dan asam folat. Menurut Agragawal S, penyebab utama anemia adalah gizi dan
infeksi. Masalah gizi yang berkaitan dengan anemia adalah kekurangan zat besi. Hal tersebut
karena mengkonsumsi makanan yang tidak beragam atau cenderung monoton dan kaya akan zat
yang dapat menghambat penyerapan zat besi (phytates) sehingga zat besi tidak dapat
Kekurangan zat besi juga dapat diperburuk oleh status gizi yang buruk, terutama yang
berkaitan dengan kekurangan asam folat, vitamin B12 dan vitamin A. Pola konsumsi sumber
penghambat penyerapan zat besi (inhibitor) dapat berpengaruh terhadap status anemia. Sumber
makanan yang mengandung zat penghambat zat besi (inhibitor) atau yang mengandung tanin dan
Zat besi masuk dalam tubuh melalui makanan. Pada jaringan tubuh besi berupa : senyawa
fungsional seperti hemoglobin, myoglobin dan enzim-enzim, senyawa besi transportasi yaitu
dalam bentuk transferrin dan senyawa besi cadangan seperti tambah darah ritrin dan
hemosiderin. Besi tambah darah dari makanan akan menjadi tambah darah jika dalam keadaan
asam dan bersifat mereduksi sehingga mudah diabsorbsi oleh mukosa usus. Dalam tubuh besi
tidak terdapat bebas tetapi berkaitan dengan molekul protein membentuk tambah darah ritrin,
komponen proteinnya disebut aproferritrin, sedangkan dalam bentuk transport zat besi dalam
darah berkaitan dengan protein membentuk transferrin, komponen proteinnya disebut
Zat besi yang berasal dari makanan seperti daging, hati, telor, sayuran hijau dan buah-
buahan diabsorbsi di usus halus.Rata-rata dari makanan yang masuk mengandung 10-15 mg zat
besi tetapi hanya 5-10% yang dapat diabsorbsi.Penyerapan zat besi ini dipengaruhi oleh faktor
adanya protein hewani dan vitamin C. Sedangkan yang menghambat serapan adalah kopi, teh,
garam kalsium dan magnesium, karena bersifat mengikat zat besi.Menurunnya asupan zat besi
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada
anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan
keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat Sahli.Hasil pemeriksaan dengan Sahli dapat digolongkan
sebagai berikut. Hb 11 g% : tidak anemia Hb 9-10g% : anemia ringan Hb 7-8% : anemia sedang,
Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana
adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin.Hasil
pembacaan metode Sahli dipengaruhi subjektivitas karena yang membandingkan warna adalah
mata telanjang. Di samping faktor mata, faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran, dan
daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode Sahli
ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telah terlatih maka hasilnya dapat
diandalkan.Metode yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin.Prinsip pembacaan
hasil sama dengan metode Sahli tetapi menggunakan alat elektronik (fotometer) sehingga lebih
objektif. Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal sehingga belum semua laboratorium
memilikinya. Mengingat hal di atas, percobaan dengan metode Sahli masih digunakan di
Diantara keluhan yang paling umum pada wanita yang anemia adalah mengeluhkan
merasa keletihan sepanjang hari.Sementara banyak penyebab keletihan mulai dari anemia,
penyakit tiroid hingga stress.Anemia merupakan fokus perhatian utama pada banyak wanita.
Tanda dan gejala yang dihubungkan pada anemia diantaranya: berupa gejala keletihan,
mengantuk, kelemahan, pusing, sakit kepala, malaise, pica, nafsu makan kurang, perubahan
dalam kesukaan makanan, perubahan suasana hati dan perubahan kebiasaan tidur. Sedangkan
untuk tanda 17 anemia adalah pucat, ikterus, hipotensi ortostatik, edema perifer, membrane
mukosa dan bantalan kuku pucat, lidah halus papil tidak menonjol lecet, splenomegali, takikardi
atau aliran murmur, takipnea dan dyspnea saat beraktifitas (Varney, 2007)
Anemia dalam kehamilan dapat menyebabkan abortus, partus prematurus, partus lama,
retensio plasenta, perdarahan postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi intrapartum maupun
postpartum.Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/dl dapat menyebabkan
janin intrauterin, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat
infeksi sampai kematian perinatal. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan risiko kematian ibu
dan anak dan memiliki konsekuensi negatif pada kognitif dan fisik pengembangan anak-anak
dan produktivitas kerja. Anemia pada kehamilan dikaitkan dengan hasil kehamilan yang
berat lahir rendah, gangguan laktasi, interaksi yang buruk ibu atau bayi, depresi post partum, dan
c. Jika penyakit kekurangan darah disebabkan oleh disentri (menceret dengan darah), cacing
tambang, malaria dan penyakit lain, maka penyakit-penyakit yang menjadi penyebab
d. Jika anemia berat dan tidak membaik segera menghubungi dokter. Tindakan ini sangat
Zat besi merupakan mineral yang diperlukan untuk membentuk hemoglobin atau sel
darah merah.Zat besi juga berperan dalam pembentukan mioglobin (protein yang membawa
oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan jaringan
penyambung), serta enzim.Zat besi juga dapat digunakan untuk sistem pertahanan tubuh
Kekurangan zat besi selama kehamilan dapat menyebabkan anemia gizi besi.Kebutuhan
ibu hamil terhadap zat gizi mikro terutama zat besi (Fe) meningkat selama kehamilan sebesar
200-300% yang digunakan untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah. Banyaknya jumlah
yang dibutuhkan tidak mungkin tercukui hanya melalui diet, sehingga suplementasi zat besi (Fe)
sangat diperlukan bahkan pada wanita dengan status gizi baik (Arisman, 2010)
Tablet besi (Fe) atau tablet tambah darah (TTD) merupakan suplemen yang mengandung
zat besi dan folat yang diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah anemia gizi besi selama
masa kehamilan yang berfungsi sebagai pembentuk hemoglobin (Hb) dalam darah (Kemeterian
Kesehatan, 2013)
Zat besi pada masa kehamilan dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah,
anemia.Kebutuhan zat besi pada masa kehamilan menjadi dua kali lipat, yaitu dari 18 mg
menjadi 30-60 mg per hari. Zat besi berperan dalam membentuk hemoglobin dan protein di
dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke jaringan tubuh lain, mencegah anemia,
mencegah pendarahan saat melahirkan, serta mencegah cacat pada janin. Zat besi bagi ibu hamil
digunakan untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah merah, sehingga menjamin
sirkulasi oksigen dan metabolism zat gizi lainnya. Asupan zat besi yang baik selama kehamilan
akan berperan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Suplemen tablet besi (Fe) pada masa
kehamilan digunakan untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam tubuh. Penambahan zat besi
melalui makanan dan/atau suplemen besi (Fe) mampu mencegah berkurangnya Hb karena
hemodilusi (pengenceran).Suplementasi besi (tablet Fe) yang dianjurkan selama trimester II dan
III dibutuhkan untuk menghindari habisnya cadangan zat besi ibu pada akhir kehamilan (Taylor
folat berperan untuk mencegah cacat tabung syaraf pada janin, sehingga kebutuhannya harus
ditingkatkan hingga 0,4-0,5 mg per hari. Asam folat bermanfaat untuk perkembangan tulang,
jaringan tisu dan darah, 29 Universitas Sriwijaya 12 karena ketiaadaana amino cuka mencegah
Selama masa kehamilan kebutuhan wanita akan zat besi meningkat sebesar 200-300%.
Zat besi pada masa kehamilan dibutuhkan untuk peningkatan volume darah, menyediakan Fe
bagi plasenta, dan menggantikan darah yang hilang selama masa persalinan. Zat besi yang perlu
disimpan selama masa kehamilan sekitar 800-1040 mg. Jumlah ini diperlukan untuk ditransfer ke
janin (300 mg), pembentukan plasenta (50-75 mg), meningkatkan jumlah hemoglobin maternal
(450-500 mg), diekskresikan melalui usus, urin, dan kulit (200 mg), dan sisanya akan lenyap
ketika melahirkan (200 mg) (Arisman, 2009). Ibu hamil yang mengkonsumsi makanan setiap
100 kalori akan menghasilkan 8-10 mg zat besi. Asupan makanan sebanyak 3 kali sehari akan
menghasilakan sekitar 20-25 mg zat besi per hari. Selama masa kehamilan dengan perhitungan
288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg, sehingga ibu hamil masih
Sebagian besar kejadian anemia terjadi pada trimester II dan III.Hal ini disebabkan pada
trimester I pertumbuhan janin masih lambat dan tidak terjadinya mentruasi pada wanita sehingga
zat besi yang dibutuhkan sedikit. Pada trimester II dan III terjadi peningkatan pertumbuhan janin,
sehingga volume darah pada tubuh wanita akan meningkat hingga 35%, sama dengan 450 mg zat
besi untuk memproduksi hemoglobin. Hemoglobin akan membawa oksigen lebih banyak ke
janin. Ketika melahirkan wanita akan kehilangan darah sehingga membutuhkan tambahan zat
besi sekitar 300-350 mg. Kebutuhan wanita akan zat besi hingga melahirkan mencapai dua kali
lipat atau sekitar 40 mg per hari (Ojofeitimi EO et.al dalam Susiloningtyas, 2012).
Konsumsi zat besi harian dibutuhkan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja,
air seni, dan kulit yaitu sekitar 1,4 μg/kg BB/hari. Selama kehamilan, kebutuhan zat besi akan
meningkat sekitar 1000 mg. Kebutuhan 30 Universitas Sriwijaya 13 zat besi pada trimester I
realtif sedikit yaitu 0,8 mg per hari dan akan meningkat tajam pada trimester II dan III yaitu 6,3
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet besi sebanyak 30 mg tiap hari
untuk mencegah agar simpanan besi dalam tubuh tidak terkuras dan kekurangan. Jumlah ini tidak
dapat terpenuhi hanya melalui makanan, sehingga tablet besi (Fe) sebanyak 30-60 mg perlu
diberikan setiap hari dimulai dari minggu ke-12 kehamilan hingga 3 bulan setelah melahirkan
(Arisman, 2009).
Pemberian suplemen tablet Fe disesuaikan sesuai kebutuhan atau usia kehamilan disetiap
semesternya, yaitu pada trimester I kebutuhan zat besi ±1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8
mg/hari) dan ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan hemoglobin. Pada trimester II,
kebutuhan zat besi ±5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) dan ditambah kebutuhan
hemoglobin 300 mg dan kebutuhan janin 115 mg. Pada trimester III kebutuhan zat besi 5
mg/hari,) ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan kebutuhan janin 223 mg
(Susiloningtyas, 2012).
Penanganan anemia besi pada ibu hamil sudah dilakukan pemerintah sejak 1980an
melalui pemberian suplemnen tablet tambah darah atau tablet besi (Fe) bagi ibu hamil. Menurut
pada ibu hamil yang mengalami anemia zat besi, baik sebagai upaya pencegahan maupun
pengobatan. Namun, pemberian tablet besi (Fe) perlu disertai dengan upaya lainnya yaitu dengan
meningkatkan program penyuluhan mengenai asupan zat besi dari sumber alami (zat besi heme
dan non heme) dan fortifikasi makanan dengan zat besi.Pemberian dosis zat besi dibedakan
berdasarkan dosis pengobatan dan pencegahan. Pemberian dosis pencegahan diberikan pada
kelompok ibu hamil dan nifas tanpa melakukan pemeriksaan Hb, yaitu 1 tablet per hari (60 mg
besi elemental) dan 0,25 mg asam folat yang dilakukan secara berturut-turut sejak kehamilan
minimal 90 hari hingga 42 hari pada masa nifas dan diberikan sejak kunjungan pertama
kehamilan (K1).
Mengkonsumi zat besi jenis heme dan nonheme sekaligus dapat meningkatkan
penyerapan besi nonheme karena senyawa asam amino yang terdapat dalam daging ayam, sapi,
dan ikat dapat mengikat besi. Penyerapan zat besi nonheme juga dapat ditingkatkan jika
dikonsumi bersamaan dengan vitamin C atau buah jeruk sehingga dapat meningkatkan kadar
asam dalam lambung. Vitamin C akan meningkatkan penyerapan besi nonheme hingga empat
kali. Sedangkan penyerapan zat besi akan terhambat apabila dikonsumi bersaaman dengan obat-
obatan seperti antasida dan makanan dan minuman yang mengandung tanin seperti teh dan kopi,
serta alkohol, coklat, dan buah-buahan yang mengandung alkohol (nanas, durian, kuini, mangga)
(Suryani, 2009).
Tablet besi (Fe) dapat diberikan dalam keadaan perut kosong (1 jam sebelum makan)
sehingga akan memberikan keluhan yang biasa terjadi di saluran pencernaan berupa rasa tidak
enak di ulu hati, mual, muntah, sulit buang air besar (konstipasi), serta tinja menjadi hitam
jumlah zat besi yang diserap tidak akan maksimal. Menurut Almatsier s (2012), apabila terjadi
konstipasi setelah mengkonsumsi tablet Fe, ibu hamil dapat mengatasinya dengan meningkatkan
konsumsi air putih dan makanan yang mengandung serat. Sedangkan untuk mengurangi
terjadinya mual setelah mengkonsumsi tablet Fe yaitu dengan mengurangi dosisnya menjadi
2x1/2 tablet per hari. Petugas kesehatan juga menyarankan untuk mengkonsumsi tablet Fe di
malam hari sebelum tidur untuk menghindari keluhan mual setelah mengkonsumi tablet Fe
Untuk mengukur Pengetahuan ibu diberi 20 pertanyaan, dengan alternatif jawaban benar = 1,
salah =0. Maka skor tertinggi 20 dan skor terendah 0. Untuk pengetahuan ibu digunakan rumus
Sudjana:
rentang
Rumus : p=
banyakkelas
p = Panjang kelas
20−0
=
2
=10
2.4.2. Anemia
Untuk menegetahui ibu anemia dilakukan pemeriksaan HB dengan ketentuan: 1. Anemia:
2.5. Hipotesis
(Notoadmodjo, 2013). Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Hubungan Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Konsumsi Tablet Fe Dengan Anemia Di Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan