Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan pengetahuan terjadi setelah seseorang melakukan

suatu pengindraan terhadap kejadian tertentu. Pengindraan dapat terjadi melalui panca indera

manusia yaitu indra pendengaran, indra penciuman, indra penglihatan, indra perabaan dan indra

rasa. Sebagian pengetahuan dari manusia dapat diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

adalah syarat yang terpenting dari sikap, jadi sikap bukan hanya perasaan yang mendukung atau

tidak mendukung perilaku, namun juga menyangkut estimasi akan hasil dari perilaku tersebut

(Notoadmodjo, 2013).

Pengetahuan salah satu indikator seseorang dalam melakukan tindakan. Jika seseorang

didasari dengan pengetahuan yang baik terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami

pentingnya menjaga kesehatan dan motivasi untuk diaplikasikan dalam kehidupannya.

Pengetahuan merupakan factor penting yang mempengaruhi motivasi ibu hamil untuk melakukan

kunjungan ANC. Bagi ibu dengan pengetahuan yang tinggi mengenai kesehatan kehamilan

menganggap kunjungan ANC bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban, melainkan menjadi

sebuah kebutuhan untuk kehamilannya (L.Green, 2016)

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh factor pendidikan formal. Pengetahuan sangat

erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi

maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan,

bukan berarti seorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini

mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja,
akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu

objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negative (Wawan dkk, 2017).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Enam tingkat pengetahuan menurut wawan, dkk (2017), yaitu:

1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan atau rangsangan yang diterima.

2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

luas.

3) Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.

4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation) 11 Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2013) cara memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang

sejarah, dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:


1. Memperoleh Pengetahuan dengan Cara Tradisional

(a) Cara coba-coba: dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba lagi.

(b) Cara kekuasaan (otoritas) : dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan, baik

otoritas tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin, maupun otoritas ahli ilmu pengetahuan.

(c) Berdasarkan pengalaman Pribadi : hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalamanyang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang

lalu.

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan.

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis

dan ilmiah, cara ini disebut dengan metode penelitian ilmiah atau lebih populer lagi metodologi

penelitian.

2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman & Riyanto (2013), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pengetahuan antara lain :

a. Pendidikan : Pendidikan merupakan proses pembentukan kecepatan seseorang secara

intelektual serta secara emosional kearah alam dan juga sesama manusia. Semakin tinggi

pendidikan dari seseorang maka diharapkan akan semakin meningkat juga pengetahuan dan

keterampilan seseorang. Melalui pendidikan seseorang dapat memperoleh pengetahuan,

implikasinya serta semakin tinggi pendidikan yang diperoleh maka hidupnya akan semakin

berkualitas
b. Usia : Semakin bertambahnya umur seseorang, maka akan mendapatkan jenjang pendidikan

yang lebih tinggi sehingga pengetahuan yang didapat oleh seseorang akan terus bertambah dan

berkembang.

c. Lingkungan : Lingkungan merupakan sesuatu yang terdapat disekitar individu, baik

lingkungan biologis, fisik, maupun sosial. Lingkungan ini berpengaruh terhadap proses

masuknya pengetahuan kedalam suatu individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

d. Pekerjaan : Pekerjaan merupakan suatu aktivitas atau kegiatan dari seseorang untuk

memperoleh suatu penghasilan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

e. Media massa/informasi : Informasi dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) apabila informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal sehingga

akan menghasilkan peningkatan atau perubahan pengetahuan

f. Pengalaman : Pengalaman sebagai sumber pengetahuan merupakan cara untuk mendapatkan

kebenaran dari suatu pengetahuan yaitu dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

telah didapat dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi pada masa lalu (Budiman &

Riyanto, 2013).

2.2. Anemia

2.2.1. Pengertian Anemia

Anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Ibu hamil mempunyai

tingkat metabolisme tinggi. Selama kehamilan terjadi proses pembentukan jaringan tubuh janin,

pembentukan organ tubuh janin, dan proses produksi energi agar ibu hamil tetap bisa beraktifitas

normal sehari-hari. Sehingga, ibu hamil memerlukan lebih banyak zat besi dibanding ibu yang

tidak hami (Sinsin, 2008).


Defisiensi besi merupakan penyebab tersering (90%) anemia dalam kehamilan karena

kehamilan meningkatkan kebutuhan zat besi sebanyak dua hingga tiga kali lipat. Kebutuhan zat

besi paling besar terjadi selama empat minggu terakhir dalam kehamilan dan kebutuhan ini akan

terpenuhi dengan mengorbankan kebutuhan ibu. Kebutuhan zat besi selama kehamilan tercukupi

sebagian karena tidak terjadi menstruasi dan terjadi peningkatan absorbsi besi dari diet oleh

mukosa usus, walaupun juga bergantung pada cadangan besi ibu.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, apa yang dimaksud anemia pada kehamilan

adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin darah akibat kekurangan zat besi dengan

kadar Hemoglobin pada trimester pertama dan tiga <11 gr% dan kadar Hemoglobin pada

Trimester kedua < 10,5 gr% (Botamley, 2012)

2.2.2. Derajat Anemia

a. Berdasarkan kadar hemoglobin menurut WHO :

1) Ringan sekali : Hb 10 g% - batas normal

2) Ringan : Hb 8,8 g% - 9,9 g%

3) Sedang : Hb 6 g% - 7,9 g%

4) Berat : Hb < 6 g%

b. Departemen kesehatan menetapkan derajat anemia sebagai berikut :

1) Ringan sekali : Hb 11 g% - batas normal

2) Ringan : Hb 8 g% - < 11 g%

3) Sedang : Hb 5 g% - <8 g%

4) Berat : Hb <5 g%

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kadar hemoglobin dikatakan normal pada

ibu hamil trimester III apabila ≥ 11gr% dan anemia jika kadar hemoglobin <11gr%
2.2.3. Etiologi Anemia

Penyebab anemia dalam penelitian Desia (2018) antara lain karena gangguan pembentukan

eritrosit oleh sumsum tulang belakang, kehilangan darah (perdarahan), proses penghancuran

eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis), kurangnya asupan zat besi, vitamin C,

vitamin B12, dan asam folat. Menurut Agragawal S, penyebab utama anemia adalah gizi dan

infeksi. Masalah gizi yang berkaitan dengan anemia adalah kekurangan zat besi. Hal tersebut

karena mengkonsumsi makanan yang tidak beragam atau cenderung monoton dan kaya akan zat

yang dapat menghambat penyerapan zat besi (phytates) sehingga zat besi tidak dapat

dimanfaatkan oleh tubuh.

Kekurangan zat besi juga dapat diperburuk oleh status gizi yang buruk, terutama yang

berkaitan dengan kekurangan asam folat, vitamin B12 dan vitamin A. Pola konsumsi sumber

penghambat penyerapan zat besi (inhibitor) dapat berpengaruh terhadap status anemia. Sumber

makanan yang mengandung zat penghambat zat besi (inhibitor) atau yang mengandung tanin dan

oksalat adalah kacang-kacangan, pisang, bayam, kopi, teh, dan coklat

2.2.4. Patofisiologi Anemia

Zat besi masuk dalam tubuh melalui makanan. Pada jaringan tubuh besi berupa : senyawa

fungsional seperti hemoglobin, myoglobin dan enzim-enzim, senyawa besi transportasi yaitu

dalam bentuk transferrin dan senyawa besi cadangan seperti tambah darah ritrin dan

hemosiderin. Besi tambah darah dari makanan akan menjadi tambah darah jika dalam keadaan

asam dan bersifat mereduksi sehingga mudah diabsorbsi oleh mukosa usus. Dalam tubuh besi

tidak terdapat bebas tetapi berkaitan dengan molekul protein membentuk tambah darah ritrin,

komponen proteinnya disebut aproferritrin, sedangkan dalam bentuk transport zat besi dalam
darah berkaitan dengan protein membentuk transferrin, komponen proteinnya disebut

apotransferin, dalam plasma darah disebut serotransferin.

Zat besi yang berasal dari makanan seperti daging, hati, telor, sayuran hijau dan buah-

buahan diabsorbsi di usus halus.Rata-rata dari makanan yang masuk mengandung 10-15 mg zat

besi tetapi hanya 5-10% yang dapat diabsorbsi.Penyerapan zat besi ini dipengaruhi oleh faktor

adanya protein hewani dan vitamin C. Sedangkan yang menghambat serapan adalah kopi, teh,

garam kalsium dan magnesium, karena bersifat mengikat zat besi.Menurunnya asupan zat besi

yang merupakan unsur pembentukan hemoglobin menyebabkan kadar/produksi hemoglobin juga

menurun. (Reni meta, 2017)

2.2.5. Diagnosis Anemia Dalam Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada

anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan

keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat

dilakukan dengan menggunakan alat Sahli.Hasil pemeriksaan dengan Sahli dapat digolongkan

sebagai berikut. Hb 11 g% : tidak anemia Hb 9-10g% : anemia ringan Hb 7-8% : anemia sedang,

<7 Anemia berat (Manuaba, 2012)

Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana

adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin.Hasil

pembacaan metode Sahli dipengaruhi subjektivitas karena yang membandingkan warna adalah

mata telanjang. Di samping faktor mata, faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran, dan

sebagainya dapat memengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di

daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode Sahli

ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telah terlatih maka hasilnya dapat
diandalkan.Metode yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin.Prinsip pembacaan

hasil sama dengan metode Sahli tetapi menggunakan alat elektronik (fotometer) sehingga lebih

objektif. Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal sehingga belum semua laboratorium

memilikinya. Mengingat hal di atas, percobaan dengan metode Sahli masih digunakan di

samping metode cyanmethemoglobin yang lebih canggih (Supariasa, 2012)

2.2.6. Tanda dan gejala anemia dalam kehamilan

Diantara keluhan yang paling umum pada wanita yang anemia adalah mengeluhkan

merasa keletihan sepanjang hari.Sementara banyak penyebab keletihan mulai dari anemia,

penyakit tiroid hingga stress.Anemia merupakan fokus perhatian utama pada banyak wanita.

Tanda dan gejala yang dihubungkan pada anemia diantaranya: berupa gejala keletihan,

mengantuk, kelemahan, pusing, sakit kepala, malaise, pica, nafsu makan kurang, perubahan

dalam kesukaan makanan, perubahan suasana hati dan perubahan kebiasaan tidur. Sedangkan

untuk tanda 17 anemia adalah pucat, ikterus, hipotensi ortostatik, edema perifer, membrane

mukosa dan bantalan kuku pucat, lidah halus papil tidak menonjol lecet, splenomegali, takikardi

atau aliran murmur, takipnea dan dyspnea saat beraktifitas (Varney, 2007)

2.2.7. Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan dapat menyebabkan abortus, partus prematurus, partus lama,

retensio plasenta, perdarahan postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi intrapartum maupun

postpartum.Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/dl dapat menyebabkan

dekompensasi kordis.Akibat anemia terhadap janin dapat menyebabkan terjadinya kematian

janin intrauterin, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat

infeksi sampai kematian perinatal. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan risiko kematian ibu

dan anak dan memiliki konsekuensi negatif pada kognitif dan fisik pengembangan anak-anak
dan produktivitas kerja. Anemia pada kehamilan dikaitkan dengan hasil kehamilan yang

merugikan. Manifestasi klinisnya meliputi pembatasan pertumbuhan janin, persalinan prematur,

berat lahir rendah, gangguan laktasi, interaksi yang buruk ibu atau bayi, depresi post partum, dan

meningkatkan kematian janin dan neonatal (Desia, 2018)

2.2.8. Pencegahan Dan Pengobatan Anemia Dalam Kehamilan

Menurut Prawirihardjo (2010) Pencegahan Dan Pengobatan Anemia Dalam Kehamilan

a. Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi.

b. Suplementasi tablet tambah darah

c. Jika penyakit kekurangan darah disebabkan oleh disentri (menceret dengan darah), cacing

tambang, malaria dan penyakit lain, maka penyakit-penyakit yang menjadi penyebab

tersebut harus diobati juga.

d. Jika anemia berat dan tidak membaik segera menghubungi dokter. Tindakan ini sangat

penting terutama bagi ibu hamil

2.3. Tablet Besi (Fe)

2.3.1. Defenisi Tablet Besi (Fe)

Zat besi merupakan mineral yang diperlukan untuk membentuk hemoglobin atau sel

darah merah.Zat besi juga berperan dalam pembentukan mioglobin (protein yang membawa

oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan jaringan

penyambung), serta enzim.Zat besi juga dapat digunakan untuk sistem pertahanan tubuh

(Kementrian Kesehatan, 2015).

Kekurangan zat besi selama kehamilan dapat menyebabkan anemia gizi besi.Kebutuhan

ibu hamil terhadap zat gizi mikro terutama zat besi (Fe) meningkat selama kehamilan sebesar
200-300% yang digunakan untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah. Banyaknya jumlah

yang dibutuhkan tidak mungkin tercukui hanya melalui diet, sehingga suplementasi zat besi (Fe)

sangat diperlukan bahkan pada wanita dengan status gizi baik (Arisman, 2010)

Tablet besi (Fe) atau tablet tambah darah (TTD) merupakan suplemen yang mengandung

zat besi dan folat yang diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah anemia gizi besi selama

masa kehamilan yang berfungsi sebagai pembentuk hemoglobin (Hb) dalam darah (Kemeterian

Kesehatan, 2013)

2.3.2. Manfaat Tablet Besi (Fe)

Zat besi pada masa kehamilan dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah,

pertumbuhan dan metabolisme energi, serta meminimalkan peluang terjadinya

anemia.Kebutuhan zat besi pada masa kehamilan menjadi dua kali lipat, yaitu dari 18 mg

menjadi 30-60 mg per hari. Zat besi berperan dalam membentuk hemoglobin dan protein di

dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke jaringan tubuh lain, mencegah anemia,

mencegah pendarahan saat melahirkan, serta mencegah cacat pada janin. Zat besi bagi ibu hamil

digunakan untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah merah, sehingga menjamin

sirkulasi oksigen dan metabolism zat gizi lainnya. Asupan zat besi yang baik selama kehamilan

akan berperan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Suplemen tablet besi (Fe) pada masa

kehamilan digunakan untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam tubuh. Penambahan zat besi

melalui makanan dan/atau suplemen besi (Fe) mampu mencegah berkurangnya Hb karena

hemodilusi (pengenceran).Suplementasi besi (tablet Fe) yang dianjurkan selama trimester II dan

III dibutuhkan untuk menghindari habisnya cadangan zat besi ibu pada akhir kehamilan (Taylor

dalam Arisman, 2009).


Selain kandungan besinya, tablet besi juga mengandung folat sebanyak 0,400 mg. Asam

folat berperan untuk mencegah cacat tabung syaraf pada janin, sehingga kebutuhannya harus

ditingkatkan hingga 0,4-0,5 mg per hari. Asam folat bermanfaat untuk perkembangan tulang,

jaringan tisu dan darah, 29 Universitas Sriwijaya 12 karena ketiaadaana amino cuka mencegah

bayi menagalami kelainan (Proverawati dan Asfuah, 2009)

2.3.3. Kebutuhan Zat Besi Ibu Hamil

Selama masa kehamilan kebutuhan wanita akan zat besi meningkat sebesar 200-300%.

Zat besi pada masa kehamilan dibutuhkan untuk peningkatan volume darah, menyediakan Fe

bagi plasenta, dan menggantikan darah yang hilang selama masa persalinan. Zat besi yang perlu

disimpan selama masa kehamilan sekitar 800-1040 mg. Jumlah ini diperlukan untuk ditransfer ke

janin (300 mg), pembentukan plasenta (50-75 mg), meningkatkan jumlah hemoglobin maternal

(450-500 mg), diekskresikan melalui usus, urin, dan kulit (200 mg), dan sisanya akan lenyap

ketika melahirkan (200 mg) (Arisman, 2009). Ibu hamil yang mengkonsumsi makanan setiap

100 kalori akan menghasilkan 8-10 mg zat besi. Asupan makanan sebanyak 3 kali sehari akan

menghasilakan sekitar 20-25 mg zat besi per hari. Selama masa kehamilan dengan perhitungan

288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg, sehingga ibu hamil masih

mengalami kekurangan zaat besi (Proverawati dan Asfuah, 2009).

Sebagian besar kejadian anemia terjadi pada trimester II dan III.Hal ini disebabkan pada

trimester I pertumbuhan janin masih lambat dan tidak terjadinya mentruasi pada wanita sehingga

zat besi yang dibutuhkan sedikit. Pada trimester II dan III terjadi peningkatan pertumbuhan janin,

sehingga volume darah pada tubuh wanita akan meningkat hingga 35%, sama dengan 450 mg zat

besi untuk memproduksi hemoglobin. Hemoglobin akan membawa oksigen lebih banyak ke

janin. Ketika melahirkan wanita akan kehilangan darah sehingga membutuhkan tambahan zat
besi sekitar 300-350 mg. Kebutuhan wanita akan zat besi hingga melahirkan mencapai dua kali

lipat atau sekitar 40 mg per hari (Ojofeitimi EO et.al dalam Susiloningtyas, 2012).

Konsumsi zat besi harian dibutuhkan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja,

air seni, dan kulit yaitu sekitar 1,4 μg/kg BB/hari. Selama kehamilan, kebutuhan zat besi akan

meningkat sekitar 1000 mg. Kebutuhan 30 Universitas Sriwijaya 13 zat besi pada trimester I

realtif sedikit yaitu 0,8 mg per hari dan akan meningkat tajam pada trimester II dan III yaitu 6,3

mg per hari (Arisman, 2009).

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet besi sebanyak 30 mg tiap hari

untuk mencegah agar simpanan besi dalam tubuh tidak terkuras dan kekurangan. Jumlah ini tidak

dapat terpenuhi hanya melalui makanan, sehingga tablet besi (Fe) sebanyak 30-60 mg perlu

diberikan setiap hari dimulai dari minggu ke-12 kehamilan hingga 3 bulan setelah melahirkan

(Arisman, 2009).

Pemberian suplemen tablet Fe disesuaikan sesuai kebutuhan atau usia kehamilan disetiap

semesternya, yaitu pada trimester I kebutuhan zat besi ±1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8

mg/hari) dan ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan hemoglobin. Pada trimester II,

kebutuhan zat besi ±5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) dan ditambah kebutuhan

hemoglobin 300 mg dan kebutuhan janin 115 mg. Pada trimester III kebutuhan zat besi 5

mg/hari,) ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan kebutuhan janin 223 mg

(Susiloningtyas, 2012).

2.3.4. Dosis dan Cara Minum Tablet Besi (Fe)

Penanganan anemia besi pada ibu hamil sudah dilakukan pemerintah sejak 1980an

melalui pemberian suplemnen tablet tambah darah atau tablet besi (Fe) bagi ibu hamil. Menurut

Departemen Kesehatan dalam Suryani (2009)


suplemen tablet besi (Fe) merupakan salah satu cara meningkatkan kadar Hb secara cepat

pada ibu hamil yang mengalami anemia zat besi, baik sebagai upaya pencegahan maupun

pengobatan. Namun, pemberian tablet besi (Fe) perlu disertai dengan upaya lainnya yaitu dengan

meningkatkan program penyuluhan mengenai asupan zat besi dari sumber alami (zat besi heme

dan non heme) dan fortifikasi makanan dengan zat besi.Pemberian dosis zat besi dibedakan

berdasarkan dosis pengobatan dan pencegahan. Pemberian dosis pencegahan diberikan pada

kelompok ibu hamil dan nifas tanpa melakukan pemeriksaan Hb, yaitu 1 tablet per hari (60 mg

besi elemental) dan 0,25 mg asam folat yang dilakukan secara berturut-turut sejak kehamilan

minimal 90 hari hingga 42 hari pada masa nifas dan diberikan sejak kunjungan pertama

kehamilan (K1).

Mengkonsumi zat besi jenis heme dan nonheme sekaligus dapat meningkatkan

penyerapan besi nonheme karena senyawa asam amino yang terdapat dalam daging ayam, sapi,

dan ikat dapat mengikat besi. Penyerapan zat besi nonheme juga dapat ditingkatkan jika

dikonsumi bersamaan dengan vitamin C atau buah jeruk sehingga dapat meningkatkan kadar

asam dalam lambung. Vitamin C akan meningkatkan penyerapan besi nonheme hingga empat

kali. Sedangkan penyerapan zat besi akan terhambat apabila dikonsumi bersaaman dengan obat-

obatan seperti antasida dan makanan dan minuman yang mengandung tanin seperti teh dan kopi,

serta alkohol, coklat, dan buah-buahan yang mengandung alkohol (nanas, durian, kuini, mangga)

(Suryani, 2009).

Tablet besi (Fe) dapat diberikan dalam keadaan perut kosong (1 jam sebelum makan)

sehingga akan memberikan keluhan yang biasa terjadi di saluran pencernaan berupa rasa tidak

enak di ulu hati, mual, muntah, sulit buang air besar (konstipasi), serta tinja menjadi hitam

(Proverawati dan Asfuah, 2009).


Mengkosumsi zat besi bersama makanan dapat mengurangi munculnya keluhan namun

jumlah zat besi yang diserap tidak akan maksimal. Menurut Almatsier s (2012), apabila terjadi

konstipasi setelah mengkonsumsi tablet Fe, ibu hamil dapat mengatasinya dengan meningkatkan

konsumsi air putih dan makanan yang mengandung serat. Sedangkan untuk mengurangi

terjadinya mual setelah mengkonsumsi tablet Fe yaitu dengan mengurangi dosisnya menjadi

2x1/2 tablet per hari. Petugas kesehatan juga menyarankan untuk mengkonsumsi tablet Fe di

malam hari sebelum tidur untuk menghindari keluhan mual setelah mengkonsumi tablet Fe

2.4. Aspek Pengukuran

2.4.1. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Konsumsi Tablet Fe

Untuk mengukur Pengetahuan ibu diberi 20 pertanyaan, dengan alternatif jawaban benar = 1,

salah =0. Maka skor tertinggi 20 dan skor terendah 0. Untuk pengetahuan ibu digunakan rumus

Sudjana:

rentang
Rumus : p=
banyakkelas

p = Panjang kelas

Rentang = Skor tertinggi – skor terendah

20−0
=
2

=10

Maka dapat dikategorikan :

Baik jika skor : 11- 20

Kurang baik jika skor : 0 - 10

2.4.2. Anemia
Untuk menegetahui ibu anemia dilakukan pemeriksaan HB dengan ketentuan: 1. Anemia:

Hb<11, 2.Tidak Anemia:Hb>11

2.5. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap perbandingan hubungan yang diteliti

(Notoadmodjo, 2013). Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Hubungan Pengetahuan Ibu

Hamil Tentang Konsumsi Tablet Fe Dengan Anemia Di Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan

Percut Sei Tuan Tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai