PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
teknologi, pergeseran pada sistem pelayanan kesehatan dan perkembangan pada masa
yang akan datang terutama dengan disepakatinya Pasar Bebas (AFTA) tahun 2003,
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan hanya dapat dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan. Untuk itu maka
keperawatan sesuai wewenang yang dimiliki secara mandiri dan kolaborasi. Hal
tersebut dapat terlaksana karena perawat memiliki ilmu dan kiat keperawatan yang
berdasarkan visi dan misi yang jelas dan tertuang dalam pelaksanaan rencana strategis
1
Asuhan keperawatan yang merupakan bentuk dari pelayanan kesehatan
profesional yang didasarkan pada ilmu, seni dan kiat keperawatan yang ditujukan
kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit
komprehensive. Bila salah satu aspek terlewatkan maka hal tersebut akan menjadi
stressor bagi klien. Dan tidak jarang stressor pun dapat menyebabkan kesakitan
timbul dari kecelakaan lalu lintas adalah trauma berupa fraktur yang dapat
Berdasarkan data yang diperoleh dari catatan Medical Record di Rumah Sakit Islam
Samarinda selama 6 bulan terakhir klien yang di rawat dengan fraktur adalah sebagai
berikut :
Bulan Agustus 2001 = 12 orang, September 9 orang, bulan Oktober 2001 = 14 orang,
Nopember 2001 = 11 orang bulan Desember 2001 = 14 orang, dan pada bulan Januari
2002 = 16 orang.
Jadi total kasus yang di rawat di Rumah Sakit Islam Samarinda dengan kasus fraktur
2
Dilihat dari data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kasus klien yang
dirawat dengan fraktur di Rumah Sakit Islam Samarinda masih cukup tinggi. Inilah
data dasar yang dapat dijadikan latar belakang dalam penyusunan karya tulis ilmiah
di Ruang Angsana Rumah Sakit Islam Samarinda tentang Asuhan Keperawatan pada
klien dengan Fraktur terbuka metatarsal digit IV dan untuk mengetahui serta untuk
dengan fraktur terbuka metatarsal digit IV dengan keadaan luka yang jelek.
karya tulis ilmiah ini, penulis hanya akan membahas bagaimana pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien dengan fraktur terbuka metatarsal digit IV Pedis dextra di
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum.
3
2. Tujuan khusus.
pedis dextra.
D. Metode Penulisan
deskriptif dengan studi kasus disajikan dalam bentuk naratif dan kemudian dijadikan
Adapun data yang terhimpun dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
1. Studi literatur, dengan mempelajari buku, diktat dan sumber lain yang
4
2. wawancara dengan klien dan keluarga, beserta anggota tim kesehatan lain
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Auskultasi
d. Perkusi
E. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini penulis membagi dalam lima bab,
yang membahas antara lain : bab satu terdiri dari Pendahuluan yang berisi latar
belakang, ruang lingkup bahasan, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan, bab dua terdiri dari landasan teori, bab tiga terdiri tinjauan kasus meliputi
pembahasan, dan bab lima yang berisi kesimpulan dan saran - saran.
5
BAB II
DASAR TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
(Syamsuhidayat, 1997).
a. Trauma
osteomielitis.
sewaktu jatuh atau terjatuh pada saat berjalan di medan yang kasar.
3. Patofisiologi
marrow dan jaringan di sekitarnya rusak. Terjadi perdarahan dan kerusakan jaringan
kapiler dan jaringan ikat tumbuh ke dalamnya, menyerap haematome tersebut, dan
6
menggantikannya. Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang berasal dari
periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium dalam jaringan ikat yang
disebut callus. Callus kemudian secara bertahap di bentuk menjadi profil tulang
melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast yaitu sel yang melarutkan tulang.
7
d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar.
2 .Kerusakan jaringan sedang, Resiko terjadi infeksi lebih besar, luka > 1
a. Haematom
fraktur. Setelah 24 jam suplai darah ke ujung fraktur meningkat, hematoma ini
mengelilingi fraktur dan tidak di absorbsi selama penyembuhan tapi berubah dan
b. Proliferasi sel.
dimana sel-sel ini menjadi precusor dari osteoblast, osteogenesis ini berlangsung
8
c. Pembentukan callus
6-10 hari setelah fraktur jaringan granulasi berubah dan membentuk callus.
Sementara pembentukan cartilago dan matrik tulang diawali dari jaringan callus yang
lunak. Callus ini bertambah banyak, callus sementara meluas, menganyam massa
tulang dan cartilago sehingga diameter tulang melebihi normal. Hal ini melindungi
fragmen tulang tapi tidak memberikan kekuatan callus sementara ini meluas melebihi
garis fraktur.
d. Ossification
ossifikasi ini mulai dari callus bagian luar kemuadian bagian dalam dan terakhir
Pada waktu yang sama pembentukan tuoang yang sebenarnya callus dibentuk
dan diabsorbsi dari callus. Proses pembentukan lagi ditentukan oleh beban tekanan
dari otot.
1) Angulasi
patahan tulang.
9
2) Pemendekan tonus otot-otot ekstremitas menarik patahan tulang,
b. Nyeri
c. Krepitasi
d. Oedema
e. Echymosis
g. spasme otot
h. Kemungkinan lain :
1) kehilangan sensasi
3) Hypovolemik shock
7. Komplikasi
a. Segera ( immediate)
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah fraktur antara lain, shock
10
b. Early complication
c. Late complication
8. Pemeriksaan fisik
3) laserasi
c. Palpasi :
2) krepitasi
3) nadi, dingin
9. Pemeriksaan diagnostik
11
a. Laboratorium
b. Radiologi :
c. CT Scan :
besar sehingga gambaran pembuluh darah, saraf dan otak lebih jelas.
legamen.
12
10. Penatalaksanaan
Kesembuhan fraktur dapat dibantu oleh aliran darah yang baik dan stabilitas
a. Reposisi
anesthesi umum.
b. Imobilisasi
1) Fiksasi eksterna.
a) Penggunaan gips
harus melewati sendi di atas dan di bawah fraktur. gips sebaiknya tidak berlaminasi
dan sesuai dengan geometri tulang yang diberi gips tersebut. Dengan membalut
plester yang lunak di atas tonjolan tulang biasanya dapat mencegah timbulnya
jam sesudah terjadi cedera.. Yaitu saat pembengkakan jaringan lunak belum
maksimal. selain itu proses reduksi juga dapat memberberat edema jaringan yang
13
sudah ada. Namun karena gips dipasang berbentuk melingkar, mengelilingi seluruh
ekstremitas, maka suplai darah dan syaraf ke ekstremitas yang cedera harus benar
benar diperhatikan. ekstremitas harus diletakkan lebih tinggi bagian distal ekstremitas
perkembangan nyeri, kepucatan parestesi dan lenyapnya denyut nadi , semua ini
perubahan patologik yang tidak reversible bila dibiarkan selama satu setengah jam.
Pada beberapa jam pertama setelah terjadi cedera, pemberian obat-obat narkotik
tulang patah.
Macam-macam gips : short leg, long leg, silinder, short arm, hip spica.
14
3. Gips tidak boleh longgar atau terlalu kecil.
b) Penggunaan Traksi
beban dengan tali pada ekstremitas biasanya lebih disukai traksi rangka dengan pin
baja steril yang dimasukkan melalui fragmen distal atau tulang yang lebih distal
melalui pembedahan, bukan dengan traksi kulit. Bentuk bentuk traksi biasanya akan
membuat ekstremitas yang patah terangkat lebih tinggi sehingga dapat mengurangi
menimbulkan gaya tarik yang segaris dengan sumbu panjang normal tulang pan-
15
5) Pemberat harus cukup tinggi diatas permukaan
lantai dengan klien dalam posisi normal diatas tempat tidur sehingga perubahan
regangan tali.
4) therapi luntuk arthritis cedera otot dan ligamen, dislokasi kompresi serabut
2) mobilisasi terbatas.
Tujuan Traksi:
3) Koreksi deformitas.
16
Prinsip-prinsip:
5) klien teriformasi
7) Observasi neurovaskuler
1) dewasa 1/3 x BB
2) anak-anak 1/13 x BB
yang patah dapat terlihat. Demikian juga jaringan sekitar. Fiksasi internal
17
dilaksanakan dalam tehnik asepsis yang sangat ketat dan klien untuk beberapa saat
Teknik Pembedahan :
3) Hematom fraktur dan fragmen-fragmen yang telah mati diirigasi dari luka.
normal kembali.
b) Debridement
c) Transplantasi tulang
tidak dapat lagi disatukan ( hancur ). Untuk mempertahankan keutuhan organ tubuh
18
digunakantransplantasi tulang. Ini akan juga mempengaruhi kerja otot terhadap
tulang.
Setelah fraktur mulai sembuh mobilisasi sendi dapat dimulai sampai ekstremitas
cukup callus.
Prinsip pengobatan yang diberikan sesuai dengan jenis dan kondisi fraktur.
a) Antibiotik
fraktur.
1) osteomyelitis acute
2) osteomyelitis kronik
3) osteomalacia
4) osteo porosis
19
5) gout dan gouty
6) rheumatoid arthritis.
lain-lain.
Pada fraktur terbuka umumnya luka kontak dengan udara luar yang
banyak ditemukan bakteri gram positif dan gram, negatif. Pada fraktur tertutup
jarang terjadi kontak langsung dengan udara luar. Pemberian antibiotika digunakan
untuk menghambat terjadi infeksi lokal dan sistemik dapat digunakan antibiotika
golongan penicillin
1) amoxicillin
2) ampicillin trihidrate
golongan aminoglikosida
golongan cefalosporin :
1) ceftriasone disodium
20
2) cefadroxyl monohidrat
3) ceftibuten dihidrate
4) cefalexin monohidrat
golongan chloramphenicol
1) thiamphenicol
2) cholampenicol sympalmitate
golongan tetracycline
1) tetracycline Hcl
2) tetracycline phospate
3) tetracycline nyclate
b) Analgetik
Diberikan untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat trauma. Nyeri
yang timbul dapat menyebabkan klien gelisah sampai dengan shock, yang dikenal
dengan shock analgetik. Ungkapan rasa nyeri dan ketidaknyamanan, obat yang paling
baik ditemukan adalah salisilate. sodium salisilat dapat digunakan, secara umum
Tujuan dari therapi aspirin adalah untuk mengatur kemempuan dosis obat
sebagai efek anti inflamasi , sama baiknya dengan analgetik untuk mendapatkan efek
ini, aspirin harus diminum setiap hari sesuai dengan kebutuhan individu dan pada
21
beberapa orang boleh diberikan dosis ganda untuk efek yang diinginkan.secara umum
efek samping : tinitus dan penurunan pendengaran yang reversible setelah obat
gastrointestinal akan dijumpai pada beberapa klien --> menimbulkan anemia ringan .
Klien dengan iritasi lambung, jika diberi aspirin harus dikombinasi dengan antasid.
kadang-kadang digunakan untuk analgetik dan inflamasi, tapi efeknya ltidak lebih
tianggi dari salisilat dan lebih tinggi menimbulkan reaksi keracunan. Kembalinya
gejala terjadi jika obat dihentikan, jika penggunaan diberikan peroral dengan dosis
memandang pasien sebagai individu yang utuh terdiri dari bio, psiko, sosial dan
sebagai aktifitas yang logis dan rasional untuk melakukan praktek keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam
22
sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut. Pengumpulan data yang akurat
dan sistematik akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan
a. Pengumpulan data
mendapatkan data yang penting tentang pasien dengan cara wawancara, observasi
b. Kesehatan fisik
1. Kebiasaan sehari-hari :
lain.
23
e) Pola dalam hygiene : kebiasaan mandi, menyikat gigi, memotong
mendapatkan obat-obatan atau tindakan operasi, alergi obat dan makanan, pernah
mengalami kecelakaan.
Apakah keluarga ada yang menderita sakit menular pada saat ini, apakah
5) kehilangan fungsi
wanita.
24
4) kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
3) bila fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan tutup luka dengan kain yang
bersih.
4) bila fraktur tertutup, jangan merubah posisi fraktur karena akan memperberat
keadaan.
6) pantau daerah yang cedera dalam periode waktu pendek, luntuk melihat
h. Pemeriksaan fisik
3) laserasi
c. Palpasi :
25
1) bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
2) krepitasi
3) nadi, dingin
e. Keluhan utama : adanya rasa nyeri, luka terbuka, bentuk tulang yang
tidak normal.
diberikan.
b. Analisa data
keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan
“ Pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau masalah aktual atau potensial.
26
data klinis dan menentukan intervensi keperawatan, untuk mengurangi,
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi III oleh Marillin E. Doenges, Dkk adalah
sebagai berikut :
( fraktur).
aliran darah.
27
8. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa dan pengobatan
3. Perencanaan
dimulai setelah data-data yang terkumpul sudah dianalisa. Pada bagian ini ditentukan
( fraktur).
posisi tubuh.
28
3) Menunjukkan pertumbuhan callus yang baru pada bagian fraktur.
Rencana Tindakan
Rasional :
Rasional :
Kelembutan dan kelenturan alas dapat mempengaruhi bentuk gips yang basah.
dengan menahan bagian yang fraktur dengan bantalan pasir, bidai, trochanter roll,
papan kaki.
Rasional :
Mencegah gerakan yang tidak perlu dan gangguan pada allignment. Penempatan
pada gips.
Rasional :
untuk mencegah terjadinya bengkak pada jaringan. Edema akan hilang dengan
pemberian bidai.
29
5) Pertahankan posisi dan integritas dari traksi.
Rasional :
Tarikan pada traksi dilakukan pada tulang panjang yang fraktur dan
6) Pastikan bahwa semua klem/ penjepit berfungsi. Minyaki katrol dan cek tali.
Rasional :
fraktur.
Rasional :
Rasional :
Rasional :
30
Rencana Tindakan :
Rasional :
Mengurangi lnyeri dan mencegah perubahan posisi tulang serta luka pada
jaringan.
Rasional :
Rasional :
Rasional :
10 ). Perhatikan juga rasa nyeri non verbal ( periksa tanda vital dan emosi /
tingkah laku ).
Rasional :
dari nyeri.
31
Rasional :
Rasional :
aktivitas.
Rasional :
Rasional :
perubahan posisi.
Rasional :
kelelahan otot.
11) Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi ( latih nafas dalam).
Rasional :
32
3. Resiko terjadi gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan
immobilisasi fisik.
Rencana Tindakan :
Rasional :
2) Masase kulit dan tempat yang menonjol, menjaga alat tenun tetap kering ,
Rasional :
Mengurangi penekanan pada daerah yang mudah terkena dan resiko untuk lecet
dan rusak.
Rasional :
Rasional :
33
Rasional :
Mencegah perlukaan setiap anggota tubuh, dan untuk anggota tubuh yang
3) Perabaan normal
Rencana Tindakan :.
Rasional :
2) Evaluasi adanya kualitas / kualitas dari pulsasi perifer distal yang luka melalui
Rasional :
yang luka dan memerlukan evaluasi status sirkulasi yang segera. Perlu disadari
bahwa kadang -kadang pulsasi dapat teraba walaupun sirkulasi terhambat oleh
34
sumbatan kecil. Sebagai tambahan, perpusi melalui arteri yang besar dapat
berlanjut setelah menambah tekanan dari sirkulasi arteriol / venol yang kolaps.
3) Kaji kembalinya kapiler, warna kulit dan kehangatan bagian distal dari fraktur.
Rasional :
Kembalinya warna dengan cepat ( 3-5 detik ) putih. Kulit yang dingin menandakan
Pulsasi perifer, kembalinya kapiler, warna kulit dan rasa dapat normal terjadi
tidak sesuai.
Rasional :
5) Tes sensasi dari syaraf peroneal dengan mencubit dorsal diantara jari kaki
Rasional :
Panjang dan posisi syaraf peroneal meningkatkan resiko terjadinya injury dengan
peralatan traksi.
35
Rasional :
7) Pertahankan elevasi dari ekstermitas yang cedera jika tidak kontraindikasi dengan
Rasional :
4. Pelaksanaan
dapat dilaksanakan sebagian oleh pasien, perawat secara mandiri, atau bekerjasama
dengan tim kesehatan lain. Dalam hal ini perawat adalah sebagai pelaksana asuhan
memberitahukan dan menjelaskan tentang maksud dan tujuan serta akibat tindakan
36
Tahap dokumentasi yaitu tahap tindakan keperawatan yang telah dilakukan
baik kepada pasien ataupun keluarga, dicatat dalam catatan keperawatan. Pada
pendokumentasian ini harus lengkap meliputi tanggal, jam pemberian tindakan, jenis
tindakan, respon pasien, paraf serta nama perawat yang melakukan tindakan.
pemutarbalikan fakta, untuk mencegah kehilangan informasi dan agar dapat dipelajari
oleh perawat lain. Semua tahap dalam proses keperawatan harus didokumentasikan.”
5. Evaluasi
sudah dapat dicapai atau belum, masalah apa yang sudah dipecahkan dan apa yang
efektifitas rencana dan strategi asuhan keperawatan. Evaluasi terdiri dari evaluasi
proses, untuk menilai apakah prosedur dilakukan sesuai dengan rencana dan evaluasi
hasil berfokus kepada perubahan perilaku dan keadaan kesehatan pasien sebagai hasil
tindakan keperawatan.
37
Ada tiga alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :
a. Masalah teratasi
ditetapkan.
Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tidak menunjukkan perubahan
perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah yang baru.
38
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan mengemukakan hasil dari pelaksanaan asuhan
klien Nn. S dengan diagnosa fraktur terbuka metatarsal digit IV pedis dextra, yang
dirawat di Ruang Angsana Rumah Sakit Islam Samarinda mulai tanggal 3 Pebruari
A. PENGKAJIAN
I. Pengumpulan Data
1. Biodata
Klien bernama Nn. S, 14 tahun, beragama Islam, Alamat di Jl. Cendana No.
54 Rt. 30, Pekerjaan orang tua swasta, Pendidikan klien SLTP, Jenis kelamin
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Umum :
terputus, luka lecet dan edema pada pergelangan tangan kanan, serta benjolan di dahi
39
b. Riwayat penyakit ;
Pada tanggal 27 Januari 2002 jam 09.30 klien naik motor, tiba-tiab
berpapasan dengan mobil truk yang melaju kencang. Klien menghindar ke sebelah
kanan, tetapi tidak melihat ada sepeda motor yang akhirnya klien menabrak sepeda
motor tersebut. Klien terjatuh dan tertindih oleh sepeda motornya. Klien dalam
keadaan sadar namun tidak bisa berjalan. Kemudian ditolong oleh orang – orang
setempat dibawa ke Rumah Sakit Dirgahayu. Tiba pukul 10.00 di UGD diberikan
pertolongan merawat luka (menurut keterangan orang tuanya) namun karena tidak
mendapat tindakan lebih lanjut, orang tua klien meminta pindah ke RS Siaga Raya.
fraktur (fraktur komplek / tidak beraturan) oleh dokter spesialis ortopedi klien
dioperasi pada jam 15.00. Kemudian klien dirawat di RS Siaga sampai dengan hari
Selasa tanggl : 29 Januari 2002. Kemudian klien dipulangkan dan dianjurkan untuk
Pada hari Sabtu tanggal 2 Pebruari 2002 jam 19.00 klien kontrol di RS
Siaga menemui dokter yang sama (Sp ortopedi). Pada saat balutan dibuka ternyata
jaringannya necrotic (infeksi) kondisi luka sangat jelek, dari dokternya menyarankan
untuk dioperasi ulang untuk dilakukan operasi ulang, karena menurut dokter lukanya
tidak mungkin bisa sembuh, mendengar penjelasan seperti itu klien menangis tidak
Kemudian orang tua berinisiatif menemui dokter yang lain untuk mencari
perbandingan, akhirnya klien dibawa ke dokter Darwin. Oleh dokter Darwin klien
40
diberi penjelasan bahwa lukanya tidak baik pada ujung jari terjadi necrotik.
Kemudian klien dianjurkan untuk operasi ulang. Akhirnya pada tanggal : 2 Pebruari
2002 jam 21.30 klien masuk Rumah Sakit Islam dan di rawat di ruang Angsana dan
Menurut penuturan ibunya sejak kecil tidak pernah sakit yang serius hanya
atuk pilek biasa, biasanya bila klien sakit dibawa berobat ke dokter praktik. Klien
melewati fase perkembangan yang normal. Pada saat masih bayi klien mendapat
Klien adalah anak ke 6 dari 6 bersaudara, orang tua klien ayah (52) ada
riwayat penyakit ginjal dan DM. Satu bulan yang lalu ayah Hemodialisa di RS dr
Soetomo Surabaya, ibu klien (48) saat ini sehat dan tidak ada riwayat penyakit
heriditer.
Pola makan minum tiga kali sehari, porsi makan nasi setengah piring
ditambah lauk pauk dan sayur. Klien paling senang makan dengan sop. Klien setiap
hari makan buah – buahan dan minum susu setiap pagi. Ketika dirawat di rumah sakit
nafsu makan klien agak menurun. Minum air ± 2 – 3 liter perhari jenisnya air
putih dan es teh dan ketika dirawat di rumah sakit adalah 1,5 – 2 liter/hari.
41
b. Eliminasi
Pola eliminasi buang air kecil dan buang air besar klien tidak ada perubahan
antara sebelum dan sesudah sakit. Buang air kecil teratur antara 3-4 kali perhari, dan
c. Pola istirahat
rawat klien tidak dapat beristirahat dengan baik disebabkan oleh nyeri pada daerah
fraktur, suasana rumah sakit dan banyak nya keluarga yang silih berganti membezuk
klien.
d. Personal Hyigiene
Klien mandi tiga kali sehari, gosok gigi tiga kali sehari dan memotong kuku
bila kuku Sudah mulai panjang. Ketika sakit klien mandi dengan diseka dua kali
sehari pagi dan sore dibantu oleh perawat dan ibunya. Gosok gigi dan dilakukan
4. Keadaan Psikososial
serta kooperatif, baik kepada petugas kesehatan maupun kepada sesama klien satu
kamar. Keadaan emosi stabil, orientasi ruang, waktu dan tempat baik. Hubungan
dengan keluarga harmonis, hobi menyanyi, kegiatan waktu senggang membaca, dan
main game.
42
Keadaan spiritual : klien adalah pemeluk agama Islam, ketika berumur 10
tahun klien ikut berangkat haji dengan kedua orang tuanya. Klien taat menjalankan
shalat lima waktu dan berjamaah dengan orang tuanya. Namun selama sakit shalat
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk bulat, terdapat bengkak atau benjolan sebesar bola pingpong pada
dahi berwarna merah kebiru-biruan, kulit kepala bersih, rambut berwarna hitam
b. Mata
Mata lengkap dan simetris antara mata kiri dan kanan, kelopak mata dapat
anemia, pupil isokor, sklera tidak ikterik, kornea dan iris tidak ada katarak dan
c. Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi normal, lubang hidung bersih,
lembab, dan tidak ada benjolan, pernafasan cuping hidung tidak ada.
d. Telinga
Bentuk daun telinga memanjang agak bulat dan simetris, ukuran kanan dan
kiri simetris, ketegangan elastis, lubang telinga bersih, dan ketajaman pendengaran
normal.
43
Keadaan bibir klien berwarna agak coklat, simetris, halus dn pecah-pecah,
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, suara normal, kelenjar lyfe tidak
g. Integumen
Kulit bersih, warna kuning langsat, turgor baik (dapat kembali kurang dari 1
detik), tekstur kulit lembut, pada kulit tangan dan kaki terdapat luka lecet yang sudah
mulai mengering.
h. Abdomen
Pada perkusi tidak ada keluhan nyeri. Pada epigastrik dan hipogastrik tidak
ada keluhan nyeri, perkusi berbunyi pekak. Pada auskultasi abdomen bising usus
kanan dan tangan kiri, karena pada area tersebut ada edema. Pada pemeriksaan
kekuatan pada otot (menurut Prof. Dr. I. Ng. Gd Ngaerah dalam bukunya Dasar-
ekstremitas kanan atas 5, kanan bawah 4, ekstremitas kiri atas 5, dan kiri bawah 3.
Pada inspeksi ditemukan edema pada ekstremitas kanan bawah, juga tampak luka
post operasi pada metatarsal digit IV pedis dekstra, adanya edema, hilangnya sensasi
di bagian bawah dari tempat fraktur, dan berkurangnya kemampuan mobilitas fisik.
44
j. Keadaan luka Post Operasi
Pada inspeksi didapatkan balutan pada luka post operasi metatarsal digit IV
pedis dekstra hari ke-2. Benjolan pada dahi masih tampak sebesar bola pingpong,
luka lecet pada lengan kanan mulai mengering dan mengelupas. Kondisi jaringan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosa medis :
b. X – ray
Pada foto rontgen tanggal 27 Januari 2002, tampak ada fraktur complete
c. Vital sign
tekanan darah hasilnya 100/60 mmHg, suhu badan 36,5 c 0, nadi 80 kali/menit.
Pernapasan 20 kali/menit.
Pada pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 4 Pebruari 2002, balutan
pada metatarsal digit IV pedis dextra masih terpasang dan belum diganti sejak
intra vena, diit nasi tinggi kalori tinggi protein (NTKTP) infus dextrose 5 % 20 tetes
per menit.
45
II. Analisa Data
a. Data objektif .
luka post operasi, expresi wajah klien menahan rasa sakit, porsi makan tiap
kali makan hanya habis 4 – 5 sendok saja, pada jaringan luka agak
digit IV pedis dextra, serta benjolan pada dahi dan luka lecet pada lengan
kanan.
b. Data subjektif
dextra, mengeluh adanya rasa nyeri pada lokasi post operasi dan dahi, klien mengeluh
sejak dirawat di Rumah Sakit nafsu makannya agak menurun, dan mengeluh tidak
dapat dengan sempurna melakukan aktivitasnya seperti mandi dan makan, dan klien
juga mengeluh merasa menyesal naik motor sehingga terjadi kecelakaan. Yang tidak
diduga sehingga jari kakinya hancur dilakukan operasi dan menyatakan tidak
46
B. Diagnosa Keperawatan :
47
adequat.
penyembuhan luka.
48
C. RENCANA KEPERAWATAN
50
mempertahankan
5. Anjurkan kesejajaran fraktur.
klien 5. meningkatkan sirkulasi
untuk dan menurunkan
mobilisasi pengumpulan darah
menggera khususnya pada
kkan jari extermitas bawah.
kaki post
operasi.
51
RENCANA KEPERAWATAN
52
nyeri bila kaki saya untuk perhatian dan
menggunakan meningkatkan koping
dibawa berjalan.
manajemen dalam manajemen
stress stress.
(relaksasi,
nafas dalam,
imajinasi,
visualisasi
dan sentuhan
teuropeutik.
6. lakukan 6. menurunkan oedema /
kompres pembentukan
dingin 24 – haematoma.
48 jam
pertama
sesuai
kebutuhan. 7. posisi baring yang
7. atur posisi nyaman dapat
pada saat menurunkan nyeri.
baring
senyaman
mungkin. 8. bekerja pada sistem
8. berikan trunal syaraf dengan memblok
inj 3 x 50 mg rasa nyeri.
(jam 06.00 –
14.00 –
22.00).
53
RENCANA KEPERAWATAN
54
anti septik biaknya micro
setiap hari. organisme.
6. berikan anti
biotik sesuai
therapi. 6. mencegah infeksi
(texagram 3 x dengan membunuh
1 sehari). bakteri.
55
RENCANA KEPERAWATAN
56
dalam kepatuhan dalam
melaksanakan program therapi.
kegiatan sehari-
hari
6. berikan rein-
focement.
57
RENCANA KEPERAWATAN
58
nafas dalam, stress.
imajinasi,
visualisasi,
dan sentuhan
terapeutik.
59
RENCANA KEPERAWATAN
60
sajikan selagi
hangat.
6.5 Anjurkan
makan dalam
porsi sedikit
tapi sering.
6.6 Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
pemberian
diit yang
tepat.
61
RENCANA KEPERAWATAN
62
RENCANA KEPERAWATAN
63
64
B. TINDAKAN KEPERAWATAN
membantu Nn. S.
rambut.
65
1.3 meninggikan ekstremitas IV.
memasang bantal di
bawahnya (150).
5.1 mengkaji stabilitas koping Klien tampak lebih tenang, tapi kadang
66
nutrisi untuk penyembuhan. Klien berjanji akan mencoba makan
14.00 bertanya.
intravena :
17.00 diberikan.
22. 00 makannya.
intravena :
- tramal 50 mg
67
- Texagram 1 gr
Selasa,
apakah klien dapat istirahat / hari ini jauh lebih enak daripada
menanyakan bagaimana
68
belajar menapakkan telapak kakinya. Klien mengatakan nyeri bila
kakinya. berjalan.
Mengkaji makanan
69
14.00 2.8 memberikan injeksi tramal
makannya.
intravena :
- tramal 50 mg
6-2-2002 bagaimana khabarnya hari ini Klien sudah mandi dan lebih segar
antiseptik.
70
10.00 3.1 Mengkaji tanda-tanda Tidak ada tanda-tanda infeksi
2 x 500 mg / oral.
pentingnya evaluasi /
71
E. Evaluasi
Catatan
Hari/TglPerkemb.
No. Dx. Nama
Subjective/Objective/Analisa/Perencaanaan
: Nn. S Umur : 14 th Ruang : Angsana
Paraf
Senin,
4/2/2002 I S: Saya masih belum bisa menggerakkan jari kaki yang
luka.
A: Masalah teratasi
A: Masalah teratasi
72
A: Sebagian besar masalah teratasi
Sakit.
73
Rabu, VIII S : Saya tidak ada selera jika disajikan makanan dari RS.
6-2-2002
Jam O: Makanan dari RS habis ½ porsi, makanan dari Rumah
14.30
habis 1 porsi.
A: Masalah teratasi.
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi.
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi.
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi.
74
Rabu, VII S: Saya mulai mengerti dan memahami prognosis dan
6/2/2002
pengobatan sesudah operasi.
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi.
A: Masalah teratasi
sekolah
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi.
75
CATATAN PASIEN KELUAR
Komentar/catatan :
Untuk perawatan luka selanjutnya klien
harus kontrol kembali pada tanggal 9
Pebruari 2002 di tempat praktik
dr Darwin.
76
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang keterkaitan dan kesenjangan
dengan fraktur terbuka Metatarsal digit IV Pedis dextra, yang dirawat di ruang
Pengkajian
Proses
Keperawatan Diagnosa keperawatan
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien, pada berbagai tatanan pelayanan
A . Pengkajian
1. Aktifitas
yang terkena atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan yang
2. Sirkulasi
c. Penurunan nadi pada distal yang cedera pengisian kapiler lambat, pucat pada
3. Neurosensori
Nyeri tiba – tiba pada saat cedera karena kerusakan tulang spasme atau kram otot
(setelah imobilisasi).
5. Keamanan
6. Pemeriksaan diagnosa
c. Laboratorium.
Sedangkan dalam pengkajian pada studi kasus yang penulis lakukan pada
1. Pola aktivitas
Klien tampak bangun sendiri tetapi klien masih sangat kesulitan untuk belajar
berjalan.
2. Sirkulasi
79
Edema pada pedis dextra, pergelangan tangan kanan dan dahi.
3. Neurosensori
Klien mengatakan kaki terasa kebas dan hilangnya sensori pada telapak
digit IV.
4. Nyeri
Klien mengatakan nyeri pada lokasi fraktur / pos operasi dan nyeri akan
5. Keamanan
6. Pemeriksaan Diagnosa
laboratorium.
Dari data – data pengkajian di atas antara data pengkajian yang penulis
temukan di lapangan dengan data pengkajian menurut dasar teoritis semuanya sama,
hanya pada pemeriksaan diagnostik laboratorium tidak dilakukan hal ini disebabkan
karena kondisi klien tidak ada gejala – gejala penurunan HB (anemia) begitu juga
80
dengan pemeriksaan HT fungsi ginjalpun tampak tidak ada masalah ditandai dengan
lancarnya BAK dengan produksi urine dalam 24 jam antara 1000 – 1500 ml.
B. Diagnosa Keperawatan
adalah :
hipovolumia.
(imobilisasi tungkai).
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi dan
fisik.
Antara diagnosa keperawatan pada kasus fraktur yang penulis peroleh dari
dasar teoritis dengan yang penulis temukan di lapangan ada lima diagnosa yang
82
sesuai dan ada tiga diagnosa yang tidak sesuai, yaitu diagnosa 1, diagnosa 5, dan
diagnosa 6. Tiga diagnosa ini ditemukan dari hasil analisis data yang mungkin perlu
B. Perencanaan
disesuaikan dengan lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang tersedia. Perencanaan
dextra yang di rawat di ruang Angsana yang disesuaikan dengan prioritas masalah
Tujuan :
Dapat dipertahankan posisi stabilitas dari posisi luka post operasi dalam
Kriteria hasil :
Rencana tindakan.
83
1.1. kaji stabilitas pada saat klien mobilisasi.
1.2. pertahankan posisi extermitas bawah pada saat klien tirah baring.
DO : tampak ada luka post operasi pada metatarsal digit IV pedis dextra,
coplete, oedema.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Oedema hilang.
Rencana tindakan :
2.1. kaji dan evaluasi keluhan nyeri, intensitas lokasi dan karakteristik
2.3. tinggikan lokasi extermitas lokasi post operasi, ciptakan ligkungan yang
nyaman.
kebutuhan.
3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan luka post operasi dan tindakan
Tujuan :
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
Luka bekas operasi kering, lokasi pemasangan infus tidak plebitis dan tidak ada
85
Rencana tindakan :
3.1. kaji adanya tanda – tanda radang pada daerah luka post operasi
menjaga keberhasilan.
3.5. rawat luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik setiap hari.
Tujuan :
Kebutuhan klien sehari – hari dapat terpenuhi dengan bantuan minimal selama
dalam perawatan.
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
4.2. menganjurkan klien untuk latihan gerak pasif / aktif pada daerah yang
sakit.
4.3. ubah posisi secara periodik dan anjurkan untuk latihan napas dalam.
86
4.4. dekatkan barang – barang yang diperlukan klien.
Rencana tindakan :
5.2. berikan dorongan dan motivasi agar klien dapat menerima kenyataan.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Porsi makan yang disajikan dapat dihabiskan termasuk minuman dan snack.
6.6. kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet yang tepat.
fraktur.
DO : Tampak jaringan kulit di sekitar lokasi post operasi agak menghitam dan
dalam perawatan.
Kriteria hasil :
88
Penyembuhan luka dengan kondisi kulit baik.
Rencana tindakan :
C. Pelaksanaan / implementasi.
yang berarti, semua intervensi (rencana tindakan) dapat terlaksana dengan melibatkan
klien dan keluarganya, klien bersikap lebih terbuka, kooperatif dan mudah diajak
kerja sama, mudah menerima penjelasan dan saran, klien berpartisipasi aktif dalam
tindakan keperawatan serta adanya tanggapan yang baik dari dokter dari perawat
penulis lakukan.
D. Evaluasi
Dari delapan diagnosa keperawatan yang tejadi pada klien Nn. S berdasarkan
teratasi walaupun ada sebagian kecil intervensi yang harus dilanjutkan baik secara
mandiri maupun dengan bantuan. Untuk menilai keberhasilan dari masing – masing
dijinkan pulang.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat penulis ambil setelah membuat karya tulis ilmiah ini
adalah :
disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung, maupun karena faktor
2. Pada klien dengan fraktur masalah keperawatan yang timbul antara lain
3. Prinsip penanganan pada pasien dengan fraktur antara lain dengan reposisi,
imobilisasi dengan cara fiksasi interna dan externa, serta fisioterapi dan
mobilisasi.
91
B. Saran
mungkin timbul.
adanya kerjasama yang baik dengan pihak keluarga klien, perawat dan tenaga
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
92
Carpenito, Lyndajuall. 1997, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan
Edisi III, Jakarta, EGC.
Mansjoer Arif et. al. 1999, Kapita Selekta Kedokteran Edisi III, Jakarta, Media
Aesculapius.
Sjamsuhidayat R. Wim de Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta, EGC.
Potter RN, Patricia A, 1996, Pengkajian Kesehatan Edisi III, Jakarta, EGC.
Handerson, MA. 1997. Ilmu Bedah Untuk Perawat, Bandung, Yayasan Essencia
Medica.
93