Anda di halaman 1dari 92

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menghadapi masalah kesehatan, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, pergeseran pada sistem pelayanan kesehatan dan perkembangan pada masa

yang akan datang terutama dengan disepakatinya Pasar Bebas (AFTA) tahun 2003,

maka perawat dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang profesional.

Perawat harus menerapkan paradigma sehat sebagai basis pembangunan kesehatan

untuk mencapai visi “Indonesia Sehat tahun 2010”.

Berdasarkan Undang-Undang R.I. nomor 23 th. 1992 tentang kesehatan

pasal 32 ayat 4 dinyatakan bahwa pelaksanaan pengobatan atau perawatan

berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan hanya dapat dilaksanakan oleh

tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan. Untuk itu maka

perawat sebagai anggota profesi bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan

keperawatan sesuai wewenang yang dimiliki secara mandiri dan kolaborasi. Hal

tersebut dapat terlaksana karena perawat memiliki ilmu dan kiat keperawatan yang

mendasari praktik profesionalnya.

Profesionalisme keperawatan melalui kegiatan praktik keperawatan

profesional dapat dilihat melalui pelaksanaan kegiatan pelayanan keperawatan yang

berdasarkan visi dan misi yang jelas dan tertuang dalam pelaksanaan rencana strategis

pelayanan keperawatan di setiap bidang pelayanan keperawatan.

1
Asuhan keperawatan yang merupakan bentuk dari pelayanan kesehatan

profesional yang didasarkan pada ilmu, seni dan kiat keperawatan yang ditujukan

kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit

dengan mempertimbangkan aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual yang

komprehensive. Bila salah satu aspek terlewatkan maka hal tersebut akan menjadi

stressor bagi klien. Dan tidak jarang stressor pun dapat menyebabkan kesakitan

bahkan dapat menyebabkan kematian.

Menyinggung angka kematian di Indonesia, kecelakaan lalu lintas adalah

merupakan salah satu penyebabnya, selain menyebabkan kematian masalah yang

timbul dari kecelakaan lalu lintas adalah trauma berupa fraktur yang dapat

menyebabkan disfungsi organ tubuh atau bahkan dapat menyebabkan kecacatan.

Fraktur adalah “ Diskontinuitas jaringan tulang yang biasanya disebabkan

oleh kekerasan yang timbul secara mendadak”.

Berdasarkan data yang diperoleh dari catatan Medical Record di Rumah Sakit Islam

Samarinda selama 6 bulan terakhir klien yang di rawat dengan fraktur adalah sebagai

berikut :

Bulan Agustus 2001 = 12 orang, September 9 orang, bulan Oktober 2001 = 14 orang,

Nopember 2001 = 11 orang bulan Desember 2001 = 14 orang, dan pada bulan Januari

2002 = 16 orang.

Jadi total kasus yang di rawat di Rumah Sakit Islam Samarinda dengan kasus fraktur

adalah 76 orang sedangkan untuk fraktur Metatarsal digit adalah 4 orang.

2
Dilihat dari data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kasus klien yang

dirawat dengan fraktur di Rumah Sakit Islam Samarinda masih cukup tinggi. Inilah

data dasar yang dapat dijadikan latar belakang dalam penyusunan karya tulis ilmiah

di Ruang Angsana Rumah Sakit Islam Samarinda tentang Asuhan Keperawatan pada

klien dengan Fraktur terbuka metatarsal digit IV dan untuk mengetahui serta untuk

memperoleh gambaran tentang asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien

dengan fraktur terbuka metatarsal digit IV dengan keadaan luka yang jelek.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Mengingat luasnya pembahasan mengenai masalah fraktur maka dalam

karya tulis ilmiah ini, penulis hanya akan membahas bagaimana pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien dengan fraktur terbuka metatarsal digit IV Pedis dextra di

Ruang Angsana Rumah Sakit Islam Samarinda.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis terdiri dari :

1. Tujuan umum.

Memperoleh gambaran tentang sintesis proses keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan dengan penguasaan keterampilan teknik,

intelektual maupun interpersonal pada klien dengan fraktur terbuka metatarsal

digit IV pedis dextra.

3
2. Tujuan khusus.

Untuk mendapatkan gambaran tentang :

a. Pengkajian klien dengan fraktur terbuka metatarsal digit IV pedis dextra.

b. Diagnosa keperawatan klien dengan fraktur terbuka metatarsal digit IV

pedis dextra.

c. Perencaan klien dengan fraktur terbuka metatarsal digit IV.

d. Implementasi dari diagnosa keperawatan pada klien dengan fraktur

terbuka metatarsal digit IV pedis dextra.

e. Evaluasi dari Implementasi diagnosa keperawatan pada klien dengan

fraktur terbuka metatarsal digit IV pedis dextra.

f. Pendokumentasian proses asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur

terbuka metatarsal digit IV pedis dextra.

D. Metode Penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ilimiah ini penulis menggunakan metode

deskriptif dengan studi kasus disajikan dalam bentuk naratif dan kemudian dijadikan

bahan dalam pembahasan.

Adapun data yang terhimpun dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

penulis peroleh dengan cara :

1. Studi literatur, dengan mempelajari buku, diktat dan sumber lain yang

berkenaan dengan permasalah dalam karya tulis ilimiah ini.

4
2. wawancara dengan klien dan keluarga, beserta anggota tim kesehatan lain

yang merawat klien.

3. observasi langsung pada klien.

4. catatan medik dan catatan keperawatan tentang kemajuan klien.

5. Pemeriksaan fisik dengan cara :

a. Inspeksi

b. Palpasi

c. Auskultasi

d. Perkusi

E. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini penulis membagi dalam lima bab,

yang membahas antara lain : bab satu terdiri dari Pendahuluan yang berisi latar

belakang, ruang lingkup bahasan, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika

penulisan, bab dua terdiri dari landasan teori, bab tiga terdiri tinjauan kasus meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan evaluasi, bab empat berisi

pembahasan, dan bab lima yang berisi kesimpulan dan saran - saran.

5
BAB II
DASAR TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Fraktur adalah : terputusnya hubungan / kontinuitas jaringan tulang

(Syamsuhidayat, 1997).

2. Etiologi terjadinya fraktur.

a. Trauma

1) Trauma langsung : kecelakaan lalu lintas

2) Trauma tidak langsung : jatuh dari ketinggian dengan berdiri atau

duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang.

b. Karena suatu penyakit

Penyakit yang melemahkan tulang, misalnya metastase kanker atau

osteomielitis.

Sedangkan pada fraktur metatarsal, biasanya karena menahan berat badan

sewaktu jatuh atau terjatuh pada saat berjalan di medan yang kasar.

3. Patofisiologi

Jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum, pembuluh darah di korteks,

marrow dan jaringan di sekitarnya rusak. Terjadi perdarahan dan kerusakan jaringan

di ujung tulang. Terbentuklah hematoma di canal medula. Pembuluh-pembuluh

kapiler dan jaringan ikat tumbuh ke dalamnya, menyerap haematome tersebut, dan

6
menggantikannya. Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang berasal dari

periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium dalam jaringan ikat yang

disebut callus. Callus kemudian secara bertahap di bentuk menjadi profil tulang

melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast yaitu sel yang melarutkan tulang.

4. Jenis - Jenis Fraktur

a. Menurut jumlah garis fraktur

1) Simple fraktur : hanya terdapat satu garis fraktur

2) Multiple fraktur : terdapat lebih dari satu garis

3) Comminute fractur : terjadi banyak garis fraktur atau banyak

fragmen kecil yang terlepas.

b. Menurut garis fraktur

1) Fraktur inkomplit : tulang tidak terpotong secara total

2) Fraktur komplit : tulang terpotong secara total.

3) Hair line fraktur : garis fraktur hampir tak tampak sehingga

bentuk tulang tak ada perubahan.

c. Menurut bentuk fragmen

1) Fraktur transversal : bentuk fragmen melintang

2) Fraktur oblique : bentuk fragmen miring

3) Fraktur spiral : bentuk fragmen melingkar

7
d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar.

Fraktur terbuka : fragmen tulang sampai menembus kulit

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 (tiga) tingkat :

1. Pecahan tulang menusuk kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi

ringan, luka < 1 cm

2 .Kerusakan jaringan sedang, Resiko terjadi infeksi lebih besar, luka > 1

cm ( misal fraktur komminutive.

3. Luka besar sampai lebih kurang 8 cm, kehancuran otot kerusakan

neurovaskuler, kontaminasi besar misal : luka tembak

Fraktur tertutup : fragmen tulang tak berhubungan dengan dunia luar.

5. Tahap dan Proses Penyembuhan Tulang.

a. Haematom

Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan terjadi hematom di sekitar

fraktur. Setelah 24 jam suplai darah ke ujung fraktur meningkat, hematoma ini

mengelilingi fraktur dan tidak di absorbsi selama penyembuhan tapi berubah dan

berkembang menjadi granulasi.

b. Proliferasi sel.

Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur,

dimana sel-sel ini menjadi precusor dari osteoblast, osteogenesis ini berlangsung

terus, lapisan fibrosa periosteum melebihi tulang.

Setelah beberapa hari kombinasi dari periosteum yang meningkat dengan

fase granulasi membentuk collar di lujung fraktur.

8
c. Pembentukan callus

6-10 hari setelah fraktur jaringan granulasi berubah dan membentuk callus.

Sementara pembentukan cartilago dan matrik tulang diawali dari jaringan callus yang

lunak. Callus ini bertambah banyak, callus sementara meluas, menganyam massa

tulang dan cartilago sehingga diameter tulang melebihi normal. Hal ini melindungi

fragmen tulang tapi tidak memberikan kekuatan callus sementara ini meluas melebihi

garis fraktur.

d. Ossification

Callus yang menetap / permanen menjadikan tulang kaku karena adanya

penumpukan garam-garam calcium dan bersatu bersama ujung-ujung tulang. Proses

ossifikasi ini mulai dari callus bagian luar kemuadian bagian dalam dan terakhir

bagian tenagh. Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.

e. Konsolidasi dan Remodelling.

Pada waktu yang sama pembentukan tuoang yang sebenarnya callus dibentuk

dari aktvitas osteoblast dan osteoklast. Kelebihan-kelebihan tulang seperti dipahat

dan diabsorbsi dari callus. Proses pembentukan lagi ditentukan oleh beban tekanan

dari otot.

6. Gambaran Klinis Fraktur

a. Deformitas, dapat berupa :

1) Angulasi

Karena adanya kekerasan mengakibatkan otot-otot ekstremitas menarik

patahan tulang.

9
2) Pemendekan tonus otot-otot ekstremitas menarik patahan tulang,

sehingga ujung patahan saling bertumpuk.

b. Nyeri

Nyeri tekan dan pembengkakan di sekitar bagian fraktur. Jika frakturnya

terbuka ujung patahan tulang dapat terlihat di dalam luka.

c. Krepitasi

Rasa gemeretak ketika ujung tulang bergeser.

d. Oedema

e. Echymosis

f. Fungsileosa ( gangguan fungsi)

g. spasme otot

h. Kemungkinan lain :

1) kehilangan sensasi

2) mobilisasi yang abnormal

3) Hypovolemik shock

7. Komplikasi

a. Segera ( immediate)

Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah fraktur antara lain, shock

neurogenik, kerusakan organ, kerusakan syaraf, dan injury / perlukaan kulit,

10
b. Early complication

Early komplikasi yang dapat terjadi : osteomyelitis, emboli, tetanus,

nekrosis, dan sindroma compartement.

c. Late complication

Sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi antara lain stiffnes

( kaku sendi), degenerasi sendi, penyembuhan tulang terganggu ( mal union,

non union, delayed union, dan cross union).

8. Pemeriksaan fisik

a. Mengidentifikasi tipe fraktur ( komplit, inkomplit, dan lain-lain).

b. Inspeksi daerah mana yang terkena:.

1) deformitas yang nampak jelas

2) edema , ekimosis sekitar lokasi cedera

3) laserasi

4) perubahan warna kulit

5) kehilangan fungsi daerah yang cedera

c. Palpasi :

1) bengkak, adanya nyeri dan penyebaran

2) krepitasi

3) nadi, dingin

4) observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

5) terpasang alat immobilisasi pada lokasi cedera.

9. Pemeriksaan diagnostik

11
a. Laboratorium

Hb, Ht, leuco, LED, Ca dan P

b. Radiologi :

1) Untuk melihat beratnya cedera/ lokasi

2) Untuk melihat perkembangan tulang.

c. CT Scan :

1) Prosedur yang digunakan untuk melihat gambaran otak dari berbagai

sudut kecil dari tulang tengkorak.

2) Mendeteksi struktur fraktur yang kompleks

d. MRI ( Magnetik Resonance Imaging )

1) Untuk melihat / mengetahui gambaran otak melalui

informasi hidrogen proton dengan menggunakan ruang magnetik yang

besar sehingga gambaran pembuluh darah, saraf dan otak lebih jelas.

2) Mengidentifikasi masalah pada otot, tendon &

legamen.

12
10. Penatalaksanaan

Kesembuhan fraktur dapat dibantu oleh aliran darah yang baik dan stabilitas

ujung patahan tulang.

a. Reposisi

Setiap pergeseran atau angulasi pada ujung patahan harus direposisi

dengan hati-hati melalui tindakan manipulasi yang biasanya dilakukan dengan

anesthesi umum.

b. Imobilisasi

Imobilisasi untuk memungkinkan kesembuhan fragmen yang dipersatukan

1) Fiksasi eksterna.

Fraktur diimobilisasi dengan bidai atau gips dan traksi.

Penggunaan gips dan traksi

a) Penggunaan gips

Secara umum, gips digunakan untuk mempertahankan reduksi, namun

harus melewati sendi di atas dan di bawah fraktur. gips sebaiknya tidak berlaminasi

dan sesuai dengan geometri tulang yang diberi gips tersebut. Dengan membalut

plester yang lunak di atas tonjolan tulang biasanya dapat mencegah timbulnya

ulserasi tekanan dan dapat memaksimalkan kemampuan gips tersebut untuk

mempertahankan posisi fragmen fraktur.

Reduksi dan pemasangan gips seringkali dapat di selesaikan dalam

jam sesudah terjadi cedera.. Yaitu saat pembengkakan jaringan lunak belum

maksimal. selain itu proses reduksi juga dapat memberberat edema jaringan yang

13
sudah ada. Namun karena gips dipasang berbentuk melingkar, mengelilingi seluruh

ekstremitas, maka suplai darah dan syaraf ke ekstremitas yang cedera harus benar

benar diperhatikan. ekstremitas harus diletakkan lebih tinggi bagian distal ekstremitas

yang mengalami cedera harus diperiksa berulang ulang guna mengawasi

perkembangan nyeri, kepucatan parestesi dan lenyapnya denyut nadi , semua ini

adalah tanda-tanda dari disfungsi neurovaskuler.

Semua keluhan penderita yang tetap dirasakan setelah reduksi harus

benar-benar mendapat perhatian. Tekanan suplai darah dapat menimbulkan

perubahan patologik yang tidak reversible bila dibiarkan selama satu setengah jam.

Pada beberapa jam pertama setelah terjadi cedera, pemberian obat-obat narkotik

secara berulang-ulang adalah suatu kontraindikasi. Hal ini dapat menghilangkan

nyeri lyang timbul dari nekrosis jaringan.

Tujuan pengunaan gips adalah :

1. Mengimobilisasi , mensupport, melindungi selama proses penyembuhan

tulang patah.

2. Mencegah dan memperbaiki deformitas.

Indikasi pemasangan gips:

Macam-macam gips : short leg, long leg, silinder, short arm, hip spica.

Yang perlu diperhatikan pada pemasangan gips:

1. Gips yang tidak pas dapat menimbulkan perlukaan.

2. Bila sudah parah, gips tidak dapat digunakan lagi.

14
3. Gips tidak boleh longgar atau terlalu kecil.

4. Perhatikan integritas kulit selama pemasangan gips.

b) Penggunaan Traksi

Metode lain yang baik untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang

mengalami fraktur adalah dengan traksi. Traksi dilakukan dengan menempelkan

beban dengan tali pada ekstremitas biasanya lebih disukai traksi rangka dengan pin

baja steril yang dimasukkan melalui fragmen distal atau tulang yang lebih distal

melalui pembedahan, bukan dengan traksi kulit. Bentuk bentuk traksi biasanya akan

membuat ekstremitas yang patah terangkat lebih tinggi sehingga dapat mengurangi

pembengkakan dan meningkatkan penyembuhan jaringan lunak.

Sewaktu memasang atau mempertahankan traksi ada beberapa faktor

penting yang harus dipertimbangkan:

1) Tali utama. dipasang paha kiri rangka sebaiknya

menimbulkan gaya tarik yang segaris dengan sumbu panjang normal tulang pan-

jang yang patah.

2) Berat ekstremitas maupun alat-alat penyokong

sebaiknya seimbangan dengan pemberat untuk menjamin agar reduksi dapat

dipertahankan secara stabil dan mendukung ekstremitas yang patah.

3) Ada tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan

khusus dan terlindung dengan baik.

4) Traksi dapat bergerak bebas melalui katrol

15
5) Pemberat harus cukup tinggi diatas permukaan

lantai dengan klien dalam posisi normal diatas tempat tidur sehingga perubahan

posisi rutin tidak menyebabkan pemberat terletak dilantai sehingga kehilangan

regangan tali.

6) Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman

Keuntungan memakai traksi :

1) menurunkan nyeri spasme.

2) mengoreksi dan mencegah deformitas.

3) mengimobilisasi sendi yang sakit.

4) therapi luntuk arthritis cedera otot dan ligamen, dislokasi kompresi serabut

saraf tulang belakang.

Kerugian penggunaan traksi :

1) perawatan rumah sakit lebih lama

2) mobilisasi terbatas.

3) perlu penggunaan alat-alat yang banyak

4) Indikasi penggunaan traksi :

Tujuan Traksi:

1) Mempertahankan/ memperbaiki alignment tulang paska fraktur.

2) Mengistirahatkan sendi yang implamasi

3) Koreksi deformitas.

4) Menghilangkan nyeri karena spasmeotot.

5) Mengurangi dislokasi sendi.

16
Prinsip-prinsip:

1) adekuat counter traksi

2) adanya kekuatan melakukan beban traksi

3) sesuai dengan poros

4) semua sistem harus bebas dari fiksi / tersangkut

5) klien teriformasi

6) penilaian terus menerus terhadap kepatenan traksi

7) Observasi neurovaskuler

8) observai adanya nyeri

9) firm matters untuk good aligment.

10) Perineal care yang benar.

11) Hindari komplikasi tirah baring.

Rumus untuk pemberian traksi :

1) dewasa 1/3 x BB

2) anak-anak 1/13 x BB

2) Fiksasi interna / pembedahan.

Fiksasi dilakukan dengan menyatukan patahan tulang dengan memasang

plate, wire atau sekrup dengan tindakan operasi.

a) Open Reduksi intra fiksasi (ORIF)

Pembedahan reduksi terbuka pada patah tulang keuntungannya tulang

yang patah dapat terlihat. Demikian juga jaringan sekitar. Fiksasi internal

17
dilaksanakan dalam tehnik asepsis yang sangat ketat dan klien untuk beberapa saat

mendapat antibiotik untuk pencegahan setelah pembedahan.

Alat-alat fiksasi internal adalah :

1. Pelat dan skup seperti neufeld dan kuntscher.

2. Transfixian screw / skreu tembus.

3. Intermedullary rod / batang menembus sumsum.

4. Prostetic implans / pencangkokan alat prostetik, seperti austin moore protesis.

Teknik Pembedahan :

1) Insisi daerah yang mengalami cidera diteruskan sepanjang bidang anatomi

menuju tempat yang fraktur.

2) Fraktur diperiksa dengan teliti.

3) Hematom fraktur dan fragmen-fragmen yang telah mati diirigasi dari luka.

4) Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang

normal kembali.

5) Sesudah reduksi kemudian fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan

alat orthopedik ( seperti disebut diatas ) sesuai dengan kebutuhan.

b) Debridement

Pembersihan luka fraktur terbuka dari jaringan nekrotik. adanya jaringan

nekrotik di sekitar luka akan memperlambat proses penyembuhan.

c) Transplantasi tulang

Jarang dilakukan, tapi adakalanya dilakukan pada faktur dimana tulang

tidak dapat lagi disatukan ( hancur ). Untuk mempertahankan keutuhan organ tubuh

18
digunakantransplantasi tulang. Ini akan juga mempengaruhi kerja otot terhadap

tulang.

c. Fisiotherapi dan mobilisasi

Fisiotherapi dilakukan untuk mempertahankan supaya otot tidak mengecil.

Setelah fraktur mulai sembuh mobilisasi sendi dapat dimulai sampai ekstremitas

betul-betul telah kembali normal.

Fungsi penyangga badan (Weight Bearing ) diperbolehkan setelah terbenuk

cukup callus.

Prinsip pengobatan yang diberikan sesuai dengan jenis dan kondisi fraktur.

Prinsip pengobatannya antara lain antibiotik, analgetik, toxoid, antipiretik, dan

biasanya ditambah dengan suplemen vitamin.

a) Antibiotik

Pengobatan antibiotik pada fraktur tidaklah spesifik, keefektifan

pengobatan ditentukan oleh :

1) kontaminasi kuman terhadap luka.

2) adanya penyakit lain yang memperberat dan mempermudah terjadinya

fraktur.

Penyakit yang dapat memperberat dan mempermudah terjadinya fraktur :

1) osteomyelitis acute

2) osteomyelitis kronik

3) osteomalacia

4) osteo porosis

19
5) gout dan gouty

6) rheumatoid arthritis.

Therapi antibiotik yang digunakan umumnya antibiotika berspektrum luas

yang dapat membunuh kuman gram negatif dan gram positif.

Contoh : Streptococcus aureus, staphylacoccus, preudomonas clostridium tetani dan

lain-lain.

Pada fraktur terbuka umumnya luka kontak dengan udara luar yang

banyak ditemukan bakteri gram positif dan gram, negatif. Pada fraktur tertutup

jarang terjadi kontak langsung dengan udara luar. Pemberian antibiotika digunakan

untuk menghambat terjadi infeksi lokal dan sistemik dapat digunakan antibiotika

dengan spektrum luas.

Golongan antibiotik yang biasanya digunakan.

golongan penicillin

1) amoxicillin

2) ampicillin trihidrate

golongan aminoglikosida

1) amikasin sulfat 4) kanamicin sulfat

2) tobramicin sulfat 5) neomicin sulfat

3) gentamicin sulfat 6) nerilmicin sulfat

golongan cefalosporin :

1) ceftriasone disodium

20
2) cefadroxyl monohidrat

3) ceftibuten dihidrate

4) cefalexin monohidrat

golongan chloramphenicol

1) thiamphenicol

2) cholampenicol sympalmitate

golongan tetracycline

1) tetracycline Hcl

2) tetracycline phospate

3) tetracycline nyclate

Pemberian antibiotika ditentukan dari hasil pemeriksaan mikroskopik dan

makroskopik laboratorium melalui peningkatan leukosite, LED dan hasil pemeriksaan

kultur darah dan resistensi kuman terhadap golongan antibiotika tertentu

b) Analgetik

Diberikan untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat trauma. Nyeri

yang timbul dapat menyebabkan klien gelisah sampai dengan shock, yang dikenal

dengan shock analgetik. Ungkapan rasa nyeri dan ketidaknyamanan, obat yang paling

baik ditemukan adalah salisilate. sodium salisilat dapat digunakan, secara umum

dalam bentuk aspirin ( asetil salicilat asam )

Tujuan dari therapi aspirin adalah untuk mengatur kemempuan dosis obat

sebagai efek anti inflamasi , sama baiknya dengan analgetik untuk mendapatkan efek

ini, aspirin harus diminum setiap hari sesuai dengan kebutuhan individu dan pada

21
beberapa orang boleh diberikan dosis ganda untuk efek yang diinginkan.secara umum

efek samping : tinitus dan penurunan pendengaran yang reversible setelah obat

bekerja . Iritasi lambung memungkinkan kehilangan darah sedikit melalui saluran

gastrointestinal akan dijumpai pada beberapa klien --> menimbulkan anemia ringan .

Klien dengan iritasi lambung, jika diberi aspirin harus dikombinasi dengan antasid.

Jika perlu analgetik yang kuat, profoxyphene yang mengandung kodein,

sedikit menyebabkan ketergantungan dan tidak memiliki side efek. Phenylbutazone,

kadang-kadang digunakan untuk analgetik dan inflamasi, tapi efeknya ltidak lebih

tianggi dari salisilat dan lebih tinggi menimbulkan reaksi keracunan. Kembalinya

gejala terjadi jika obat dihentikan, jika penggunaan diberikan peroral dengan dosis

100 mg --> 2-4 kali/hari..

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap pasien, perawat

memandang pasien sebagai individu yang utuh terdiri dari bio, psiko, sosial dan

spiritual, mempunyai kebutuhan sesuai tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.

Griffith-Kenney dan Christensen (1986) mendefinisikan proses keperawatan

sebagai aktifitas yang logis dan rasional untuk melakukan praktek keperawatan

secara sistematis. “Proses keperawatan terdiri dari lima tahap : pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.”

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam

melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa

22
sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut. Pengumpulan data yang akurat

dan sistematik akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan

pasien serta memudahkan perumusan diagnosa keperawatan.

Tahap pengkajian terdiri atas tiga kegiatan yaitu :

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan secara sistematis, bertujuan untuk

mendapatkan data yang penting tentang pasien dengan cara wawancara, observasi

dan pemeriksaan fisik.

1) Identitas pasien dan keluarga

a) Nama Pasien, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama.

b) Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, kultur, alamat.

c) Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, kultur, alamat.

d) Saudara kandung, anak ke, nama, umur, pendidikan, dan keterangan.

b. Kesehatan fisik

1. Kebiasaan sehari-hari :

a) Pola nutrisi : Bagaimana kebiasaan klien dalam memenuhi nutrisi,

frekuensi makan, jumlah, dan makanan tambahan.

b) Pola eliminasi : Kebiasaan BAB/BAK, apakah obstipasi dan

bagaimana ciri faeces, konsistensi, warna, bau dan mulai kapan.

c) Pola tidur : Kebiasaan tidur sehari-hari (jam tidur, lama tidur)

d) Pola aktifitas : Kegiatan sehari-hari, mengisi waktu luang, dan lain-

lain.

23
e) Pola dalam hygiene : kebiasaan mandi, menyikat gigi, memotong

kuku, rambut, dan lain-lain.

c. Riwayat kesehatan masa lampau

Apakah pernah dirawat di rumah sakit, sakit waktu kecil, pernah

mendapatkan obat-obatan atau tindakan operasi, alergi obat dan makanan, pernah

mengalami kecelakaan.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah keluarga ada yang menderita sakit menular pada saat ini, apakah

keluarga mempunyai penyakit keturunan yang memerlukan perawatan.

e. Riwayat perjalanan penyakit :

1) keluhan utama klien datang ke RS atau tempat pelayanan kesehatan

2) apa penyebabnya, kapan terjadi kecelakaan atau trauma

3) bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak, dan lain-lain.

4) perubahan bentuk, terbatasnya gerakan.

5) kehilangan fungsi

6) apakah klien ada riwayat penyakit osteoporosis.

f. Riwayat pengobatan sebelumnya.

1) apakah klien pernah mendapatkan pengobatan jenis corticosteroid dalam

jangka waktu yang lama

2) apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada

wanita.

3) berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut

24
4) kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir

g. Proses pertolongan pertama yang dilakukan

1) pemasangan bidai sebelum memindahkan klien dan pertahankan gerakan di

atas / di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkan

2) tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema

3) bila fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan tutup luka dengan kain yang

bersih.

4) bila fraktur tertutup, jangan merubah posisi fraktur karena akan memperberat

keadaan.

5) kirim untuk pertolongan emergensi

6) pantau daerah yang cedera dalam periode waktu pendek, luntuk melihat

perubahan warna, dan suhu.

h. Pemeriksaan fisik

a. Mengidentifikasi tipe fraktur ( komplit, inkomplit, dan lain-lain).

b. Inspeksi daerah mana yang terkena:.

1) deformity yang nampak jelas

2) edema , ekimosis sekitar lokasi cedera

3) laserasi

4) perubahan warna kulit

5) kehilangan fungsi daerah lyang cedera

c. Palpasi :

25
1) bengkak, adanya nyeri dan penyebaran

2) krepitasi

3) nadi, dingin

4) observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

5) terpasang alat immobilisasi pada lokasi cedera.

d. Kapan terjadinya cidera/kecelakaan, pernah berobat kemana saja,

bagaimana awal terjadinya, tindakan apa saja yang telah dilaukan.

e. Keluhan utama : adanya rasa nyeri, luka terbuka, bentuk tulang yang

tidak normal.

f. Pengobatan : usaha yang dilakukan orang untuk kesembuhan pasien

membawanya ke Puskesmas/rumah sakit/petugas kesehatan dan apa obat yang

diberikan.

b. Analisa data

Menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep, teori, prinsip yang

relevan untuk mengetahui masalah kesehatan pasien, dilakukan pengesahan data,

pengelompokan data, membandingkan dengan standar, menentukan kesenjangan,

membuat kesimpulan tentang kesenjangan selanjutnya dapat dirumuskan diagnosa

keperawatan.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Carpenito (1992) mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah :

“ Pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau masalah aktual atau potensial.

Perawat menggunakan proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintesa

26
data klinis dan menentukan intervensi keperawatan, untuk mengurangi,

menghilangkan, atau mencegah masalah klien yang ada pada tanggungjawabnya”.

Adapun diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien dengan fraktur

menurut buku Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi III oleh Marillin E. Doenges, Dkk adalah

sebagai berikut :

1. Resiko terjadi trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang

( fraktur).

2. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, pergerakan fragmen tulang, oedem,

trauma pada jaringan lunak, stress, cemas.

3. Resiko terjadi disfungsi neuromusculer periferal berhubungan dengan trauma

jaringan, oedema, yang berlebihan, adanya trobus, hipovolemia, terhambatnya

aliran darah.

4. Resiko terjadi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan

peredaran darah / emboli lemak, perubahan membran alveolar / capiler.

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular,

nyeri, restriktif terapi, imobilisasi.

6. Resiko terjadi gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan adanya

fraktur pemasangan gips / traksi, gangguan sirkulasi.

7. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

primer ( rusak kulit, jaringan prosedur invansif, traksi tulang ).

27
8. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa dan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya penjelasan, salah menafsirkan informasi,

tidak terbiasa dengan sumber informasi.

3. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka disusunlah perencanaan

keperawatan. Perencanaan adalah tahap ketiga dari proses keperawatan, yang

dimulai setelah data-data yang terkumpul sudah dianalisa. Pada bagian ini ditentukan

sasaran yang akan dicapai dan rencana tindakan keperawatan dikembangkan.

Tahapan dalam perencanaan ini terdiri dari :

a. Menetapkan prioritas masalah berdasarkan pola kebutuhan dasar manusia

menurut hirarki Maslow.

b. Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai

c. Menetapkan kriteria evaluasi

d. Merumuskan intervensi keperawatan dan aktifitas keperawatan.

Dari diagnosa keperawatan yang telah disusun di atas, maka rencana

tindakan keperawatannya adalah sebagai berikut :

1. Resiko terjadi trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang

( fraktur).

Hasil yang diharapkan :

1) Mempertahankan stabilisasi dan aligment fraktur.

2) Mendemonstrasikan mekanika tubuh untuk mempertahankan stabilitas dan

posisi tubuh.

28
3) Menunjukkan pertumbuhan callus yang baru pada bagian fraktur.

Rencana Tindakan

1) Anjurkan bed rest dengan memberikan penyangga saat mencoba

menggerakkan bagian yang fraktur.

Rasional :

Meningkatkan kemampuan, mereduksi kemungkinan pengobatan.

2) Letakkan klien pada tempat tidur ortopedis.

Rasional :

Kelembutan dan kelenturan alas dapat mempengaruhi bentuk gips yang basah.

3) Beri sanggahan pada fraktur dengan bantal, pertahankan posisi netral

dengan menahan bagian yang fraktur dengan bantalan pasir, bidai, trochanter roll,

papan kaki.

Rasional :

Mencegah gerakan yang tidak perlu dan gangguan pada allignment. Penempatan

bantal yang tepat dapat mencegah penekanan sehingga menghindari deformitas

pada gips.

4) Evaluasi pergerakan bidai untuk menghindari edema.

Rasional :

Bidai mungkin digunakan luntuk memberikan immobilisasi pada fraktur dan

untuk mencegah terjadinya bengkak pada jaringan. Edema akan hilang dengan

pemberian bidai.

29
5) Pertahankan posisi dan integritas dari traksi.

Rasional :

Tarikan pada traksi dilakukan pada tulang panjang yang fraktur dan

kemudian menjadikan otot tegang sehingga memudahkan aligment.

6) Pastikan bahwa semua klem/ penjepit berfungsi. Minyaki katrol dan cek tali.

Rasional :

Menjamin traksi dapat dipergunakan dan menghindari gangguan pada

fraktur.

7) Cek kembali pembatasan therapi yang diberikan.

Rasional :

Menjaga integritas tarikan pada traksi.

8) Follow up pemeriksaan X-Ray.

Rasional :

Mengetahui proses tumbuhnya callus untuk menentukan tingkat aktivitas l

dan memerlukan perubahan atau tambahan therapi.

9) Pertahankan fisiotherapi jika perlu.

Rasional :

Membantu menguatkan pertumbuhan tulang dalam masa penyembuhan.

2. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, pergerakan fragmen tulang, edema,

traksi / immobilisasi karena penggunaan alat, stress dan kecemasan.

30
Rencana Tindakan :

1) Lakukan imobilisasi ( bed rest, gips, bidai, traksi ).

Rasional :

Mengurangi lnyeri dan mencegah perubahan posisi tulang serta luka pada

jaringan.

2) Tinggikan dan sangga daerah luka.

Rasional :

Meningkatkan aliran vena, mengurangi edema dan mengurangi nyeri.

3) Hindari penggunaan sprei plastik/ bantal dibawah gips.

Rasional :

Menyebabkan rasa tidak nyaman karena menambah panas pada gips.

4) Tinggikan bagian depan tempat tidur.

Rasional :

Memberikan rasa nyaman.

5) Evaluasi rasa nyeri lokasi dan karekteristik termasuk intensitas ( skala 0 -

10 ). Perhatikan juga rasa nyeri non verbal ( periksa tanda vital dan emosi /

tingkah laku ).

Rasional :

Monitor keefektifan intervensi. Tingkat kecemasan dapat menunjukkan reaksi

dari nyeri.

6) Diskusikan masalah yang berhubungan dengan injury.

31
Rasional :

Menolong mengurangi kecemasan.

7) Terangkan prosedur sebelum memulai.

Rasional :

Mengijinkan klien untuk mempersiapkan mental agar dapat berpartisipasi dalam

aktivitas.

8) Beri pengobatan sesuai terapi sebelum melakukan aktivitas perawatan.

Rasional :

Meningkatkan relaksasi otot agar dapat berpartisipasi.

9) Lakukan latihan range of motion.

Rasional :

Mempertahankan kemampuan otot dan menghindari pembengkakan pada

jaringan yang luka.

10) Lakukan tindakan untuk meningkatkan rasa nyaman dengan masase,

perubahan posisi.

Rasional :

Memperbaiki sirkulasi umum, mengurangi tekanan pada satu tempat dan

kelelahan otot.

11) Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi ( latih nafas dalam).

Rasional :

Meningkatkan sense of control dan mungkin dapat meningkatkan kemampuan

mengurangi rasa nyeri.

32
3. Resiko terjadi gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan

compound fracture, pemasangan traksi, gangguan sensasi , sirkulasi,

immobilisasi fisik.

Rencana Tindakan :

1) Periksa kulit sekitar luka , kemerahan, perdarahan, perubahan warna kulit.

Rasional :

Memberikan informasi gangguan sirkulasi kulit dan masalah-masalah yang

mungkin disebabkan oleh penggunaan traksi, terbentuknya edema

2) Masase kulit dan tempat yang menonjol, menjaga alat tenun tetap kering ,

memberikan alas yang lembut pada siku dan tumit.

Rasional :

Mengurangi penekanan pada daerah yang mudah terkena dan resiko untuk lecet

dan rusak.

3) Rubah posisi selang-seling sesuai indikasi.

Rasional :

Mengurangi penekanan yang terus menerus pada posisi tertentu

4) Kaji posisi splint ring traksi.

Rasional :

Salah posisi akan menyebabkan kerusakan kulit.

5) Pakai bed matras / air matras.

33
Rasional :

Mencegah perlukaan setiap anggota tubuh, dan untuk anggota tubuh yang

kurang gerak efektif untuk mencegah penurunan sirkulasi.

4. Resiko terjadi destruksi neuromuskuler periferal berhubungan dengan

trauma jaringan, edema yang berlebihan, adanya trombus, hypovolemia,

terhambatnya aliran darah

Hasil yang diharapkan:

1) Mempertahankan perfusi jaringan yang ditandai dengan terabanya pulsasi

2) Kulit hangat dan kering .

3) Perabaan normal

4) Tanda vital stabil.

5) Urin output yang adekuat.

Rencana Tindakan :.

1) Lepas perhiasan pada daerah yang mengalami ganggguan

Rasional :

Dapat membatasi bila terjadi oedema.

2) Evaluasi adanya kualitas / kualitas dari pulsasi perifer distal yang luka melalui

palpasi / doppler. Bandingkan dengan sisi yang normal .

Rasional :

Berkurangnya / tidak adanya pulsasi menggambarkan adanya pembuluh darah

yang luka dan memerlukan evaluasi status sirkulasi yang segera. Perlu disadari

bahwa kadang -kadang pulsasi dapat teraba walaupun sirkulasi terhambat oleh

34
sumbatan kecil. Sebagai tambahan, perpusi melalui arteri yang besar dapat

berlanjut setelah menambah tekanan dari sirkulasi arteriol / venol yang kolaps.

3) Kaji kembalinya kapiler, warna kulit dan kehangatan bagian distal dari fraktur.

Rasional :

Kembalinya warna dengan cepat ( 3-5 detik ) putih. Kulit yang dingin menandakan

lemahnya aliran arteri. Sianosis menandakan lemahnya aliran vena .

Pulsasi perifer, kembalinya kapiler, warna kulit dan rasa dapat normal terjadi

dengan adanya syndrome comparmental karena sirkulasi permukaan sering kali

tidak sesuai.

4) Kaji status neuromuskuler, catat perubahan motorik/ fungsi sensorik. Tanyakan

kepada klien lokasi nyeri/ tidak nyaman.

Rasional :

Lemahnya rasa, kebal, meningkatnya/ penyebaran rasa sakit terjadi ketika

sirkulasi ke saraf tidak adekuat atau adanya trauma pada saraf.

5) Tes sensasi dari syaraf peroneal dengan mencubit dorsal diantara jari kaki

pertama dan kedua. Kaji kemampuan dorso fleksi jari-jari kaki.

Rasional :

Panjang dan posisi syaraf peroneal meningkatkan resiko terjadinya injury dengan

adanya fraktur di kaki, oedema/ comparmental syndrome atau malposisi dari

peralatan traksi.

6) Monitor posisi/ lokasi ring penyangga bidai

35
Rasional :

Peralatan traksi dapat menekan pembuluh darah atau syaraf, khususnya

diaksila atau daerah selangkang, menyebabkan iskemik dan luka permanent.

7) Pertahankan elevasi dari ekstermitas yang cedera jika tidak kontraindikasi dengan

adanya compartemen syndrome.

Rasional :

Mencegah aliran vena/ mengurangi oedema

4. Pelaksanaan

Merupakan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang telah ditentuan

agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Pelaksanaan tindakan keperawatan

dapat dilaksanakan sebagian oleh pasien, perawat secara mandiri, atau bekerjasama

dengan tim kesehatan lain. Dalam hal ini perawat adalah sebagai pelaksana asuhan

keperawatan yaitu memberikan pelayanan perawatan dengan menggunakan proses

keperawatan. Adapun langkah-langkah dalam tindakan keperawatan terdiri dari tiga

tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan dokumentasi.

Pada tahap persiapan, perawat harus memiliki keterampilan khusus dan

pengetahuan untuk menghindari kesalahan dalam memberikan tindakan keperawatan

pada pasien. Sebelum dilakukan tindakan keperawatan, perawat terlebih dahulu

memberitahukan dan menjelaskan tentang maksud dan tujuan serta akibat tindakan

yang akan dilakukan.

Tahap pelaksanaan merupakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan

rencana dalam rangka mengatasi masalah keperawatan yang ada.

36
Tahap dokumentasi yaitu tahap tindakan keperawatan yang telah dilakukan

baik kepada pasien ataupun keluarga, dicatat dalam catatan keperawatan. Pada

pendokumentasian ini harus lengkap meliputi tanggal, jam pemberian tindakan, jenis

tindakan, respon pasien, paraf serta nama perawat yang melakukan tindakan.

Menurut Yoseph tahun 1994 “Pendokumentasian sangat perlu untuk menghindari

pemutarbalikan fakta, untuk mencegah kehilangan informasi dan agar dapat dipelajari

oleh perawat lain. Semua tahap dalam proses keperawatan harus didokumentasikan.”

Beberapa faktor dapat mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan keperawatan,

antara lain sumber-sumber yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat serta

lingkungan fisik untuk pelayanan keperawatan yang dilakukan.

5. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data

subyektif dan obyektif yang menunjukkan mengenai tujuan asuhan keperawatan

sudah dapat dicapai atau belum, masalah apa yang sudah dipecahkan dan apa yang

perlu dikaji lagi, direncanakan, dilaksanakan.

Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang merupakan

aktifitas berkesinambungan dari tahap awal (pengkajian) sampai tahap akhir

(evaluasi) dan melibatkan pasien/keluarga. Evaluasi bertujuan untuk menilai

efektifitas rencana dan strategi asuhan keperawatan. Evaluasi terdiri dari evaluasi

proses, untuk menilai apakah prosedur dilakukan sesuai dengan rencana dan evaluasi

hasil berfokus kepada perubahan perilaku dan keadaan kesehatan pasien sebagai hasil

tindakan keperawatan.

37
Ada tiga alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :

a. Masalah teratasi

Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku dan

perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan.

b. Masalah sebagian teratasi

Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan dan

perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan.

c. Masalah belum teratasi

Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tidak menunjukkan perubahan

perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah yang baru.

38
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan mengemukakan hasil dari pelaksanaan asuhan

keperawatan yang dimulai dengan pengkajian, merumuskan analisa data,

merumuskan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada

klien Nn. S dengan diagnosa fraktur terbuka metatarsal digit IV pedis dextra, yang

dirawat di Ruang Angsana Rumah Sakit Islam Samarinda mulai tanggal 3 Pebruari

2002 sampai dengan tanggal 6 Pebruari 2002.

A. PENGKAJIAN

I. Pengumpulan Data

1. Biodata

Klien bernama Nn. S, 14 tahun, beragama Islam, Alamat di Jl. Cendana No.

54 Rt. 30, Pekerjaan orang tua swasta, Pendidikan klien SLTP, Jenis kelamin

perempuan, Suku/bangsa Banjar/Indonesia, No MR. 184796, Ruang Angsana 6A,

Rumah Sakit Islam Samarinda.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Umum :

Terdapat luka robek (hancur) pada metatarsal digit IV pedis dextra

terputus, luka lecet dan edema pada pergelangan tangan kanan, serta benjolan di dahi

karena benturan pada saat kecelakaan.

39
b. Riwayat penyakit ;

Pada tanggal 27 Januari 2002 jam 09.30 klien naik motor, tiba-tiab

berpapasan dengan mobil truk yang melaju kencang. Klien menghindar ke sebelah

kanan, tetapi tidak melihat ada sepeda motor yang akhirnya klien menabrak sepeda

motor tersebut. Klien terjatuh dan tertindih oleh sepeda motornya. Klien dalam

keadaan sadar namun tidak bisa berjalan. Kemudian ditolong oleh orang – orang

setempat dibawa ke Rumah Sakit Dirgahayu. Tiba pukul 10.00 di UGD diberikan

pertolongan merawat luka (menurut keterangan orang tuanya) namun karena tidak

mendapat tindakan lebih lanjut, orang tua klien meminta pindah ke RS Siaga Raya.

Tiba di RS Siaga jam 12.00. Kemudian di Rotgen ternyata metatarsal D IV

fraktur (fraktur komplek / tidak beraturan) oleh dokter spesialis ortopedi klien

dioperasi pada jam 15.00. Kemudian klien dirawat di RS Siaga sampai dengan hari

Selasa tanggl : 29 Januari 2002. Kemudian klien dipulangkan dan dianjurkan untuk

kembali kontrol ke RS Siaga hari Sabtu tanggl : 2 Pebruari 2002.

Pada hari Sabtu tanggal 2 Pebruari 2002 jam 19.00 klien kontrol di RS

Siaga menemui dokter yang sama (Sp ortopedi). Pada saat balutan dibuka ternyata

jaringannya necrotic (infeksi) kondisi luka sangat jelek, dari dokternya menyarankan

untuk dioperasi ulang untuk dilakukan operasi ulang, karena menurut dokter lukanya

tidak mungkin bisa sembuh, mendengar penjelasan seperti itu klien menangis tidak

mau kehilangan salah satu jari kakinya.

Kemudian orang tua berinisiatif menemui dokter yang lain untuk mencari

perbandingan, akhirnya klien dibawa ke dokter Darwin. Oleh dokter Darwin klien

40
diberi penjelasan bahwa lukanya tidak baik pada ujung jari terjadi necrotik.

Kemudian klien dianjurkan untuk operasi ulang. Akhirnya pada tanggal : 2 Pebruari

2002 jam 21.30 klien masuk Rumah Sakit Islam dan di rawat di ruang Angsana dan

pada jam 24.30 klien dilakukan operasi ulang.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Menurut penuturan ibunya sejak kecil tidak pernah sakit yang serius hanya

atuk pilek biasa, biasanya bila klien sakit dibawa berobat ke dokter praktik. Klien

melewati fase perkembangan yang normal. Pada saat masih bayi klien mendapat

imunisasi cukup lengkap.

Klien tumbuh secara normal baik fisik maupun mental.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien adalah anak ke 6 dari 6 bersaudara, orang tua klien ayah (52) ada

riwayat penyakit ginjal dan DM. Satu bulan yang lalu ayah Hemodialisa di RS dr

Soetomo Surabaya, ibu klien (48) saat ini sehat dan tidak ada riwayat penyakit

heriditer.

3. Pola Aktifitas Sehari – hari

a. Nutrisi ( makan dan minum).

Pola makan minum tiga kali sehari, porsi makan nasi setengah piring

ditambah lauk pauk dan sayur. Klien paling senang makan dengan sop. Klien setiap

hari makan buah – buahan dan minum susu setiap pagi. Ketika dirawat di rumah sakit

nafsu makan klien agak menurun. Minum air ± 2 – 3 liter perhari jenisnya air

putih dan es teh dan ketika dirawat di rumah sakit adalah 1,5 – 2 liter/hari.

41
b. Eliminasi

Pola eliminasi buang air kecil dan buang air besar klien tidak ada perubahan

antara sebelum dan sesudah sakit. Buang air kecil teratur antara 3-4 kali perhari, dan

buang air besar 1 kali perhari.

c. Pola istirahat

Klien bisa beristirahat antara 7 - 8 jam perhari, namun selama klien di

rawat klien tidak dapat beristirahat dengan baik disebabkan oleh nyeri pada daerah

fraktur, suasana rumah sakit dan banyak nya keluarga yang silih berganti membezuk

klien.

d. Personal Hyigiene

Klien mandi tiga kali sehari, gosok gigi tiga kali sehari dan memotong kuku

bila kuku Sudah mulai panjang. Ketika sakit klien mandi dengan diseka dua kali

sehari pagi dan sore dibantu oleh perawat dan ibunya. Gosok gigi dan dilakukan

hanya dua kali sehari pagi dan sore.

4. Keadaan Psikososial

Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan dialek Banjar

serta kooperatif, baik kepada petugas kesehatan maupun kepada sesama klien satu

kamar. Keadaan emosi stabil, orientasi ruang, waktu dan tempat baik. Hubungan

dengan keluarga harmonis, hobi menyanyi, kegiatan waktu senggang membaca, dan

main game.

42
Keadaan spiritual : klien adalah pemeluk agama Islam, ketika berumur 10

tahun klien ikut berangkat haji dengan kedua orang tuanya. Klien taat menjalankan

shalat lima waktu dan berjamaah dengan orang tuanya. Namun selama sakit shalat

tidak dapat menjalankan ibadah shalat denga baik.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

Bentuk bulat, terdapat bengkak atau benjolan sebesar bola pingpong pada

dahi berwarna merah kebiru-biruan, kulit kepala bersih, rambut berwarna hitam

dan penyebaran merata. Struktur wajah lengkap.

b. Mata

Mata lengkap dan simetris antara mata kiri dan kanan, kelopak mata dapat

menutup dengan baik kedua-duanya, tidak tampak oedema, konjunctiva tidak

anemia, pupil isokor, sklera tidak ikterik, kornea dan iris tidak ada katarak dan

transparan, visus mata kanan dan kiri 6/6.

c. Hidung

Tulang hidung dan posisi septum nasi normal, lubang hidung bersih,

lembab, dan tidak ada benjolan, pernafasan cuping hidung tidak ada.

d. Telinga

Bentuk daun telinga memanjang agak bulat dan simetris, ukuran kanan dan

kiri simetris, ketegangan elastis, lubang telinga bersih, dan ketajaman pendengaran

normal.

e. Mulut dan Faring

43
Keadaan bibir klien berwarna agak coklat, simetris, halus dn pecah-pecah,

gusi tidak ada pembengkakan, warna merah muda,

f. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, suara normal, kelenjar lyfe tidak

membesar, dan tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis.

g. Integumen

Kulit bersih, warna kuning langsat, turgor baik (dapat kembali kurang dari 1

detik), tekstur kulit lembut, pada kulit tangan dan kaki terdapat luka lecet yang sudah

mulai mengering.

h. Abdomen

Pada perkusi tidak ada keluhan nyeri. Pada epigastrik dan hipogastrik tidak

ada keluhan nyeri, perkusi berbunyi pekak. Pada auskultasi abdomen bising usus

nyaring dan lambat ( 8 kali permenit ).

i. Muskuloskeletal dan Neurosensori.

Pada pemeriksaan inspeksi ditemukan ketidak simetrisan antara otot tangan

kanan dan tangan kiri, karena pada area tersebut ada edema. Pada pemeriksaan

kekuatan pada otot (menurut Prof. Dr. I. Ng. Gd Ngaerah dalam bukunya Dasar-

Dasar Penyakit syaraf, dengan skala 0 – 5 ) didapatkan kekuatan otot pada

ekstremitas kanan atas 5, kanan bawah 4, ekstremitas kiri atas 5, dan kiri bawah 3.

Pada inspeksi ditemukan edema pada ekstremitas kanan bawah, juga tampak luka

post operasi pada metatarsal digit IV pedis dekstra, adanya edema, hilangnya sensasi

di bagian bawah dari tempat fraktur, dan berkurangnya kemampuan mobilitas fisik.

44
j. Keadaan luka Post Operasi

Pada inspeksi didapatkan balutan pada luka post operasi metatarsal digit IV

pedis dekstra hari ke-2. Benjolan pada dahi masih tampak sebesar bola pingpong,

luka lecet pada lengan kanan mulai mengering dan mengelupas. Kondisi jaringan

sekitar luka post operasi baik, tampak granulasi jaringan kemerahan.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang penulis dapatkan dari :

a. Diagnosa medis :

Open fraktur Metatarsal digit IV Pedis dextra

b. X – ray

Pada foto rontgen tanggal 27 Januari 2002, tampak ada fraktur complete

pada Metatarsal digit IV Pedis dextra.

c. Vital sign

Pada pengkajian tanggal 04 Pebruari 2002 penulis melakukan pengukuran

tekanan darah hasilnya 100/60 mmHg, suhu badan 36,5 c 0, nadi 80 kali/menit.

Pernapasan 20 kali/menit.

7. Terapi yang telah / sedang dilakukan

Pada pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 4 Pebruari 2002, balutan

pada metatarsal digit IV pedis dextra masih terpasang dan belum diganti sejak

dilakukan operasi. Injeksi texagram 3 X 1 gram intra vena, injeksi tramal 3 X 50 mg

intra vena, diit nasi tinggi kalori tinggi protein (NTKTP) infus dextrose 5 % 20 tetes

per menit.

45
II. Analisa Data

Dalam menganalisa data dapat dikelompokkan menjadi dua data yaitu :

a. Data objektif .

Kehilangan integritas tulang pada Metatarsal digit IV pedis dextra terdapat

luka post operasi, expresi wajah klien menahan rasa sakit, porsi makan tiap

kali makan hanya habis 4 – 5 sendok saja, pada jaringan luka agak

menghitam, pada hasil X-ray ditemukan fraktur komplete pada Metatarsal

digit IV pedis dextra, serta benjolan pada dahi dan luka lecet pada lengan

kanan.

b. Data subjektif

Klien mengeluh tidak dapat menggerakkan pada Metatarsal digit IV pedis

dextra, mengeluh adanya rasa nyeri pada lokasi post operasi dan dahi, klien mengeluh

sejak dirawat di Rumah Sakit nafsu makannya agak menurun, dan mengeluh tidak

dapat dengan sempurna melakukan aktivitasnya seperti mandi dan makan, dan klien

juga mengeluh merasa menyesal naik motor sehingga terjadi kecelakaan. Yang tidak

diduga sehingga jari kakinya hancur dilakukan operasi dan menyatakan tidak

mengetahui tentang perawatan dan pengobatan penyakitnya.

46
B. Diagnosa Keperawatan :

Nama : Nn. S Umur : 14


Diagnosa Keperawatan Dx. Medis : Fraktur terbuka metatarsal No. Reg : 184796
digit IV. Ruang : Angsana
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tanggal
Ditemukan Paraf
Teratasi Paraf
1. 4-2-2002 Kehilangan integritas tulang berhubungan 5-2-2002

dengan adanya fraktur pada os metatarsal

digit IV pedis dextra.

2. 4-2-2002 Nyeri berhubungan dengan gerakan 5-2-2002

fragmen tulang karena adanya fraktur os

metatarsal digit IV pedis dextra.

3. 4-2-2002 Resiko terjadi infeksi berhubungan 5-2-2002

dengan luka post operasi dan tindakan

invasif (pemasangan infus).

4. 4-2-2002 Intoleransi aktivitas sehari – hari 6-2-2002

berhubungan dengan adanya luka post

operasi / keterbatasan fisik.

5. 4-2-2002 Ansietas meningkat berhubungan dengan 6-2-2002

koping in efektif menghadapi kenyataan

kehilangan salah satu jari kakinya.

6. 4-2-2002 Rester nutrisi kurang dari kebutuhan 6-2-2002

berhubungan dengan intake yang tidak

47
adequat.

7. 4-2-2002 Kurang pengetahuan tentang kondisi 7-2-2002

prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya

8. 4-2-2002 informasi. 8-2-2002

Gangguan integritas kulit berhubungan

dengan hematum pada dahi dan proses

penyembuhan luka.

48
C. RENCANA KEPERAWATAN

Catatan Rencana Keperawatan Nama: Nn. S Jenis: Perempuan Umur: 14 th.


Dx. Medis: Ruang: Nomor :
Fraktur metatarsal
Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Rasional Paraf
Tgl/ Kreteria Hasil Tindakan Nam
Jam a
Senin, Dx. I Tujuan: 1. kaji stabilitas 1. membantu dalam ke
4/2/200 Kehilangan integritas Dapat pada saat
2 tulang berhubungan dengan dipertahankan klien efektifan intevensi.
adanya operasi pada posisi stabilitas mobilisasi.
metatarsal D IV pedis dextra dan posisi luka 2. meningkatkan stabilitas
DO : - Tampak luka post post operasi 2. pertahankan menurunkan gangguan
operasi dalam kriteria posisi kemungkinan gangguan
- hasil x - ray waktu 8 jam. extermitas post st / penyembuhan.
menunjukkan kriteria hasil : bawah pada
adanya fraktur - Menunjukkan saat klien
komplete pada mekanik tubuh tirah baring. 3. mencegah gerakan yang
metatarsal DIV yang 3. sokong posisi tak perlu dan perubahan
pedis dextra. meningkatkan yang fraktur / posisi.
DS : - Saya tidak dapat stabilitas. post operasi
menggerakkan - Klien dapat dengan bantal
jari kaki saya menggerakkan atau gulungan
yang luka. jari kakinya selimut.
yang fraktur / 4. evaluasi 4. diperlukan untuk
dioperasi. pembebat / menilai kembali kondisi
balutan pada luka dan mungkin
lokasi fraktur. diperlukan untuk

50
mempertahankan
5. Anjurkan kesejajaran fraktur.
klien 5. meningkatkan sirkulasi
untuk dan menurunkan
mobilisasi pengumpulan darah
menggera khususnya pada
kkan jari extermitas bawah.
kaki post
operasi.

51
RENCANA KEPERAWATAN

Catatan Rencana Keperawatan Nama: Nn. S Jenis: Perempuan Umur: 14 tahun


Dx. Medis: Ruang: Nomor:
Fraktur metatarsal
Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Rasional Paraf
Tgl/ Kreteria Hasil Tindakan Nam
Jam a
Senin, Dx. II Tujuan: 1. Kaji dan 1. membantu dalam
4/2/200 Klien dapat evaluasi keefektifan intervensi.
Nyeri berhubungan dengan
2 mentoleransi keluhan
gerakan fragmen tulang post nyeri, nyeri nyeri,
berkurang dalam intensitas,
operasi.
perawatan 8 jam. lokasi dan
Do : - tampak luka post op Kriteria hasil : karakteristik. 2. mengurangi / mencegah
Klien mengatakan 2. pertahankan kesalahan posisi tulang
pada metatarsal D
nyeri hilang / imobilisasi atau jaringan.
IV, expresi wajah berkurang odema bagian yang
hilang. sakit dengan
meringis, hasil x
Expresi wajah tirah baring. 3. meningkatkan aliran
– ray tampak tenang. 3. tinggikan balik vena dan
extermitas menurunkan nyeri.
menunjukkan ada
yang post
fraktur complete operasi. 4. menurunkan stress
4. ciptakan mental yang dapat
pada metatarsal D
lingkungan memacu rasa nyeri..
IV aedema + yang nyaman. 5. membantu menurunkan
5. ajarkan dan ketegangan otot
Ds: - saya merasakan sangat
dorong klien memfokuskan kembali

52
nyeri bila kaki saya untuk perhatian dan
menggunakan meningkatkan koping
dibawa berjalan.
manajemen dalam manajemen
stress stress.
(relaksasi,
nafas dalam,
imajinasi,
visualisasi
dan sentuhan
teuropeutik.
6. lakukan 6. menurunkan oedema /
kompres pembentukan
dingin 24 – haematoma.
48 jam
pertama
sesuai
kebutuhan. 7. posisi baring yang
7. atur posisi nyaman dapat
pada saat menurunkan nyeri.
baring
senyaman
mungkin. 8. bekerja pada sistem
8. berikan trunal syaraf dengan memblok
inj 3 x 50 mg rasa nyeri.
(jam 06.00 –
14.00 –
22.00).

53
RENCANA KEPERAWATAN

Catatan Rencana Keperawatan Nama: Nn. S Jenis: Perempuan Umur: 14 th.


Dx. Medis: Ruang: Nomor:
Fraktur metatarsal
Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Rasional Paraf
Tgl/ Kreteria Hasil Tindakan Nam
Jam a
Senin, Dx. III Tujuan: 1. kaji adanya 1. mendeteksi adanya
4/2/200 Tidak terjadi tanda – tanda gejala atau tanda -
2 Resiko terhadap infeksi infeksi selama radang pada tanda infeksi.
berhubungan dengan luka dalam perawatan. daerah luka
post operasi dan tindakan Kriteria hasil : operasi.
invasif (pemasangan infus). - luka bekas 2. monitor suhu 2. peningkatan suhu tubuh
DS : - operasi kering . badan tiap 4 dapat mengidentifikasi
DO : - terdapat luka post - lokasi jam. adanya peradangan.
operasi pada pemasangan 3. pankes 3. memberikan
metatarsal D –IV infus tidak kepada klien pemahaman klien
pedis dextra. terjadi pleibitis. pentingnya tentang kebersihan.
- infus terpasang di - Tidak ada menjaga
tangan kiri . peningkatan kebersihan.
- temperatur 36,5 0 C. suhu badan di 4. jaga dan
atas normal. pertahankan 4. dapat menurunkan
kebersihan resiko terjadinya
lingkungan infeksi.
klien.
5. rawat luka
dengan tehnik
aseptik dan 5. mencegah berkembang

54
anti septik biaknya micro
setiap hari. organisme.
6. berikan anti
biotik sesuai
therapi. 6. mencegah infeksi
(texagram 3 x dengan membunuh
1 sehari). bakteri.

55
RENCANA KEPERAWATAN

Catatan Rencana Keperawatan Nama: Nn. S Jenis: Perempuan Umur: 14 th.


Dx. Medis: Ruang: Nomor:
Fraktur metatarsal
Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Rasional Paraf
Tgl/ Kreteria Hasil Tindakan Nam
Jam a
Senin, Dx. IV Tujuan: 1. kaji derajat 1. persepsi klien tentang
4/2/200 Kebutuhan klien imobilisasi yang keterbatasan fisik aktual
2 Intoleransi aktivitas sehari – sehari – hari dapat disebabkan oleh memerlukan intervensi
hari berhubungan dengan terpenuhi dengan cedera ataupun untuk meningkatkan
dengan keterbatasan fisik / bantuan minimal tindakan penyembuhan.
post operasi. selama dalam pengobatan. 8. meningkatkan aliran
perawatan. 2. intruksikan darah ke otak dan
Do : - klien tampak sangat Kriteria hasil : dalam latihan meningkatkan tonus
berhati – hati bila - mampu gerak pasif / aktif otot.
beraktivitas.. memenuhi pada daerah yang 3. mencegah insiden
- saya perlu bantuan kebutuhannya sakit. komplikasi kulit.
untuk baik mandiri / 3. ubah posisi 4. memudahkan dalam
memenuhi dengan secara periodik melakukan aktivitas
kebutuhan bantuan. dan dorong untuk mandiri.
saya. - Mampu latihan napas 5. meningkatkan kekuatan
DS : Saya perlu bantuan meningkatkan dalam. otot dan sirkulasi
untuk memenuhi aktivitasnya. 4. dekatkan meningkatkan kontrol
kebutuhan saya. barang – barang klien.
yang diperlukan 6. memberikan semangat
klien . atau motivasi dan
5. bantu klien meningkatkan

56
dalam kepatuhan dalam
melaksanakan program therapi.
kegiatan sehari-
hari
6. berikan rein-
focement.

57
RENCANA KEPERAWATAN

Catatan Rencana Keperawatan Nama: Nn. S Jenis: Perempuan Umur: 14 th.


Dx. Medis: Ruang: Nomor:
Fraktur metatarsal
Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Rasional Paraf
Tgl/ Kreteria Hasil Tindakan Nam
Jam a
Senin, Dx. V. Tujuan: 5.1 Kaji dan eva- 5.1 Membantu
4/2/200 Rasa cemas luasi stabilitas keefektifan intervensi.
Cemas berhubungan dengan
2 hilang/berkurang. koping klien
koping yang kurang efektif 5.2 Berikan do- 5.2 Dapat lebih
Kriteria Hasil : rongan dan menyadari realita yang
menghadapi kenyataan
- Koping efektif motivasi agar ada
kehilangan salah satu jari - Klien dapat klien dapat
menerima menerima ke-
kakinya.
kenyataan. nyataan.
DS : saya khawatir dengan 5.3 Ciptakan
lingkungan 5.3 Mengalihkan
keadaan kaki saya
yang perhatian dan dapat
begini. menyenangka meningkatkan untuk
n berfikir lebih positif.
DO : terdapat fraktur pada
5.4 Ajarkan dan 5.4 Membantu
tulang metatarsal digit dorong klien menurunkan ketegangan
untuk fikiran dengan
IV pedis dextra,
menggunakan memfokuskan kembali
ekspresi wajah murung. managemen perhatian dan
stress meningkatkan koping
(relaksasi, dalam managemen

58
nafas dalam, stress.
imajinasi,
visualisasi,
dan sentuhan
terapeutik.

59
RENCANA KEPERAWATAN

Catatan Rencana Keperawatan Nama: Nn. S Jenis: Perempuan Umur: 14 th.


Dx. Medis: Ruang: Nomor:
Fraktur metatarsal
Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Rasional Paraf
Tgl/ Kreteria Hasil Tindakan Nam
Jam a
Senin, Dx. V. Tujuan: 6.1 Kaji 6.1 Mempermudah dalam
4/2/200 Kebutuhan nutrisi penyebab menentukan intervensi
Resiko terhadap gangguan
2 klien terpenuhi. menurunnya yang akan diberikan.
nutrisi kurang dari nafsu makan 6 2 Kebiasaan makan yang
Kriteria Hasil : klien. baik akan mencukupi
kebutuhan tubuh
- Mengatakan 6.2 Kaji kebutuhan nutrisi.
berhubungan dengan intake nafsu makan kebiasaan 6.3 Memberikan
meningkat. makan, pola, pemahaman kepada
yang kurang adekuat.
frekuensi, dan klien akan pentingnya
DO : porsi makan habis ¼ - Porsi makan jenis nutrisi.
yang disajikan makanan 6.4 Membangkitkan selera
DS : saya kurang nafsu
habis, termasuk klien. makan.
makan. minuman dan 6.3 Jelaskan 6.5 Mencegah kekosongan
snack. pentingnya lambung.
nutrisi untuk 6.7 Salah satu terapi dalam
penyembuhan mempercepat
. penyembuhan klien.
6.4 Berikan
makanan
yang
bervariasi dan

60
sajikan selagi
hangat.
6.5 Anjurkan
makan dalam
porsi sedikit
tapi sering.
6.6 Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
pemberian
diit yang
tepat.

61
RENCANA KEPERAWATAN

Catatan Rencana Keperawatan Nama: Nn. S Jenis: Perempuan Umur: 14 th.


Dx. Medis: Ruang: Nomor:
Fraktur metatarsal
Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional Paraf
Tgl/ Kreteria Hasil Nam
Jam a
Senin, Dx. VII Tujuan: 7.1 Kaji tingkat 7.1 Memudahkan dalam
4/2/200 Klien memahami penge-tahuan pemberian
Kurang pengetahuan
2 adanya peningkatan mengenai intervensi.
tentang kondisi, prognosis
terhadap kondisi, tindakan dan 7.2 Memahami prosedur
dan pengobatan
prognosis, pengobatan tentang perawatan
berhubungan dengan
perawatan, dan terhadap luka.
kurangnya informasi.
pengobatan. fraktur. 7.3 Untuk memenuhi
7.2 Berikan kebutuhan sehari-
DS : Saya belum mengerti
Kriteria hasil : penjelasan hari.
tentang perawatan
Klien dapat tentang
selanjutnya.
mengulang kembali prosedur
DO : Klien meminta
penjelasan yang perawatan luka.
supaya dijelaskan
telah diberikan. 7.3 Diskusikan
keadaan lukanya.
tentang daftar
aktifitas
mandiri.

62
RENCANA KEPERAWATAN

Catatan Rencana Keperawatan Nama: Nn. S Jenis: Perempuan Umur: 14 th.


Dx. Medis: Ruang: Nomor:
Fraktur metatarsal
Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional Paraf
Tgl/ Kreteria Hasil Nam
Jam a
Senin, Dx. VIII Tujuan: 8.1 Kaji keadaan kulit 8.1 Memberikan informasi
4/2/200 Tidak terjadi disekitar tentang sirkulasi kulit
Kerusakan jaringan kulit
2 perluasan penyembuhan dan masalah yang
berhubungan dengan proses kerusakan luka mungkin disebabkan
integritas jaringan 8.2 Kaji posisi oleh proses
penyembuhan luka dan
kulit selama balutan penyembuhan luka.
adanya trauma pada dahi. dalam perawatan. 8.3 Anjurkan klien 8.2 Posisi yang tidak tepat
untuk sering dapat menyebabkan
DO : - Tampak jaringan di
Kriteria Hasil : merubah posisi cedera kulit.
sekitar lokasi post Penyembuhan 8.4 Rawat luka 8.3 Mengurangi tekanan
luka baik. dengan teknik yang konstan pada area
op menghitam.
aseptik dan yang sama.
DS : - antiseptik. 8.4 Mencegah
8.5 Rawat hematom berkembangnya
pada dahi dengan mikroorganisme.
pemberian salep
thrombopob.

63
64
B. TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tgl Nama: Nn. S Jenis: P Umur: 14 th.


Jam Dx. Medis: Fraktur metatarsal Ruang: Nomor:
Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
Senin, Membina hubungan terapeutik

4-2-2002 dengan dengan klien,

08.00 Memperkenalkan diri dengan

klien dan orang tuanya :

bahwa saya adalah perawat

dari Akper Depkes Samarinda

ysng akan merawat Nn. S ± 3

hari dan kita akan saling

berinteraksi serta akan

membantu Nn. S.

2.4 menciptakan lingkungan Tempat tidur dan meja klien tampak

yang nyaman. rapi.

4.5 membantu klien menyisir Klien tampak segar dan rapi.

rambut.

1.1 mengkaji stabilitas pada Klien masih ketakutan menapakkan

saat klien mobilisasi. kaki.

2.1 mengkaji keluhan nyeri, Nyeri pada skala 5 – 8, lokasi pada

lokasi dan karakteristik daerah post operasi metatarsal digit-

65
1.3 meninggikan ekstremitas IV.

yang sakit dengan Kaki kanan diganjal dengan bantal.

memasang bantal di

bawahnya (150).

Senin, 5.2 memberikan motivasi agar Klien antusias mendengarkan dan

4-2-2000 klien dapat menerima mengatakan pasrah dengan terjadinya

pkl. kenyataan kehilangan salah kecelakaan. Klien dapat menerima


11.00
satu ruas jari kakinya. kehilangan salah satu jari kakinya.

5.1 mengkaji stabilitas koping Klien tampak lebih tenang, tapi kadang

klien klien menyatakan menyesal.

4.2 menginstruksikan agar klien Klien mulai menggerakkan kakinya.

latihan menggerakkan jari

kakinya yang luka.

4.6 memberikan ucapan Klien tersenyum senang.

“bagus” dan acungan

jempol kepada klien

(reinforcemen). Klien mengatakan tidak ada selera


12.00
6.1 mengkaji penyebab dengan makanan dari Rumah Sakit.

menurunnya nafsu makan

klien Klein mengerti dengan penjelasan yang

6.2 menjelaskan pentingnya diberikan.

66
nutrisi untuk penyembuhan. Klien berjanji akan mencoba makan

6.3 menganjurkan klien agar dalam porsi kecil tapi sering.

makan sesuai dengan

seleranya. Klien menanyakan jenis makanan apa

7.4 memberikan kesempatan saja yang boleh dimakan.

kepada klien untuk Reaksi alergi tidak ada

14.00 bertanya.

2.8 memberikan injeksi secara

intravena :

- tramal 50 mg TD. 110/60 mmHg, Nadi 84 x / mnt,

- Texagram 1 gr T : 36,5 0 C, Resp. 18 x / menit.

3.2 Mengukur tanda-tanda vital Klein mengerti dengan penjelasan yang

17.00 diberikan.

6.2 menjelaskan pentingnya Klien makan menghabiskan porsinya.

nutrisi untuk penyembuhan.

6.3 menganjurkan klien agar

menghabiskan porsi Reaksi alergi tidak ada.

22. 00 makannya.

2.8 memberikan injeksi secara

intravena :

- tramal 50 mg

67
- Texagram 1 gr

Selasa,

5–2-2002 Membina hubungan terapeutik Klien mengatakan tadi malam bisa

08.00 dengan klien, menanyakan tidur dengan nyenyak, klien merasakn

apakah klien dapat istirahat / hari ini jauh lebih enak daripada

tidur tadi malam dan kemarin.

menanyakan bagaimana

perasaan klien hari ini.

09.30 Menciptakan lingkungan yang

menyenangkan dengan Tempat tidur rapi, meja klien bersih

mengganti alat-alat tenun,

merapikan meja klien.

4.5 membantu klien untuk

mandi di kamar mandi, Klien tampak bersih, rapi, dan segar.

menggosok gigi, dan

keramas (mencuci rambut )

10.00 3.5 Merawat luka dengan teknik

aseptik dan anti septik Jaringan bersih, tanda-tanda infeksi

11.00 1.5 menganjurkan klein untuk tidak ada.

mobilisasi dengan cara Klien masih ketakutan menapakkan

68
belajar menapakkan telapak kakinya. Klien mengatakan nyeri bila

kakinya. berjalan.

2.6 memberikan kompres

dingin pada benjolan / Kopmpres dingin dilanjutkan oleh

odema di dahi keluarganya.

12.15 6.2 Mengkaji porsi makan yang

dihabiskan Makan yang dihabiskan ½ porsi

Mengkaji makanan

kesukaan klien Klien mengatakan ingin makan.

13.00 6.3 memberikan penjelasan

pentingnya nutrisi untuk Klien mengerti dan berjanji sebisa

penyembuhan mungkin untuk makan yang cukup.

7.2 memberikan penjelasan

tentang prosedur perawatan Klien mengerti dengan penjelasan yag

luka di rumah diberikan

4.2 menganjurkan agar klien

latihan gerak pasif / aktif Klien sudah mulai mencoba

pada daerah yang sakit. menggerakkan tetapi memgatakan

Memberikan penjelasan masih sering terasa nyeri.

tentang batasan aktifitas

pada daerah yang fraktur.

69
14.00 2.8 memberikan injeksi tramal

50 mg intravena Tidak ada tanda alergi

3.6 memberikan injeksi

Texagram 1 gr intravena Tidak ada rekasi alergi

19.00 3.2 Mengukur tanda-tanda vital

TD. 110/60 mmHg, Nadi 84 x / mnt,

6.2 menjelaskan pentingnya T : 36,5 0 C, Resp. 18 x / menit.

nutrisi untuk penyembuhan. Klien mengerti dengan penjelasan yang

6.3 menganjurkan klien agar diberikan.

menghabiskan porsi Klien makan menghabiskan porsinya.

makannya.

22.00 2.8 memberikan injeksi secara

intravena :

- tramal 50 mg

- Texagram 1 gr Reaksi alergi tidak ada.

Rabu, Menyapa klien, menanyakan Tidak ada tanda alergi

6-2-2002 bagaimana khabarnya hari ini Klien sudah mandi dan lebih segar

08.00 3.5 merawat luka dan

mengganti balutan dengan Keadaan luka baik, granulosa tumbuh

teknik aseptik dan dan kemerahan.

antiseptik.

70
10.00 3.1 Mengkaji tanda-tanda Tidak ada tanda-tanda infeksi

infeksi Klien mengerti dengan penjelasan yang

7.1 memberikan penjelasan diberikan.

tentang prognosa setelah

dilakukan operasi. Klien antusias mendengarkan

7.2 menjelaskan tentang prinsip penjelasan yang diberikan.

dan prosedur perawatan

luka selanjutnya di rumah. Klien menanyakan bagaimana caranya

12.00 7.4. Memberikan kesempatan bila luka dirawat sendiri.

pada klien untuk bertanya Tanda alergi tidak ada

2.8 memberikan obat mefinal

caps. 3 x 500 mg / oral. Tanda alergi tidak ada

13.00 3.6 memberikan baquinor caps

2 x 500 mg / oral.

7.3 Mendiskusikan tentang

aktifitas yang dapat

dilakukan secara mandiri

7.6 mendiskusikan tentang

pentingnya evaluasi /

kontrol ulang setelah

perawatan di Rumah Sakit.

71
E. Evaluasi
Catatan
Hari/TglPerkemb.
No. Dx. Nama
Subjective/Objective/Analisa/Perencaanaan
: Nn. S Umur : 14 th Ruang : Angsana
Paraf

Senin,
4/2/2002 I S: Saya masih belum bisa menggerakkan jari kaki yang

luka.

O: Luka post operasi membaik, oedema tidak ada

A: Masalah teratasi

P: Lanjutkan dan pertahankan intervensi 1.2, 1.4, 1.5

II S: Saya rasakan nyeri mulai berkurang tetapi kadang

timbul nyeri bila luka dibersihkan.

O: Ekspresi wajah rileks, klien dapat beristirahat.

A: Masalah teratasi

P: Lanjutkan intervensi 2.4, 2.5, 2-6,2-8.


Selasa,
5/2/2002 III S: Badan saya tidak panas
Jam 14.00
O: Odema masih ada, tetapi sudah berkurang, luka masih

basah, sekiar luka tidak ada kemerahan dan

perdarahan. Suhu badan 36 0C.

A: Masalah tidak terjadi

P: Pertahankan intervensi 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 3.5, 3.6

Selasa, IV S: Saya sudah bisa menggerakkan jari kaki yang luka.


5/2/2002
Jam 14.30 O: Luka post operasi membaik, oedema tidak ada

72
A: Sebagian besar masalah teratasi

P: Lanjutkan dan pertahankan intervensi 1.2, 1.4, 1.5S:

Selasa, VI Saya perlu bantuan jika akan melakukan sesuatu.


6/2/2002
Jam 14.30 O: Mampu duduk sendiri namun bila berdiri perlu dibantu.

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi 4.1, 4.2, 4.3, 4.4, 4.5, 4.6

S: Saya tidak selera jika disajikan makanan dari Rumah

Sakit.

O: Odema masih ada, tetapi sudah berkurang, luka masih

basah, sekiar luka tidak ada kemerahan dan

perdarahan. Suhu badan 36 0C.

A: Masalah tidak terjadi

P: Pertahankan intervensi 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 3.5, 3.6

73
Rabu, VIII S : Saya tidak ada selera jika disajikan makanan dari RS.
6-2-2002
Jam O: Makanan dari RS habis ½ porsi, makanan dari Rumah
14.30
habis 1 porsi.

A: Masalah teratasi.

P: Pertahankan intervensi 6.3, 6.4, 6.5.

Rabu, VII S: Saya mulai mengerti dan memahami prognosis dan


6-2-2002
Jam pengobatan sesudah operasi.
14.30
O: Klien tidak bertanya lagi dan tampak lebih tenang.

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi.

I S: Saya akan lebih berhati-hati dan tidak akan melakukan

tindakan yang dapat merusak kulit.

O: Luka mulai mengering, memar pada dahi mulai

menghilang, tapi edema masih ada.

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi.

S: Jari kaki saya sudah mulai bisa digerakkan.

O: Luka operasi membaik, edema tidak ada

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi.

74
Rabu, VII S: Saya mulai mengerti dan memahami prognosis dan
6/2/2002
pengobatan sesudah operasi.

O: Klien tidak bertanya lagi dan tampak lebih tenang.

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi.

IV S: Saya sekarang sudah mulai bisa berdiri dan

melangkahkan kaki pelan-pelan, dapat mengambil

makan dan minum sendiri.

O: Klien mampu berdiri dan berpegangan, duduk sendiri

dan menggerakkan kakinya yang luka.

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi 4.4, 4.5.

V S: Saya pasrah dan menerima musibah yang telah terjadi.

Saya ingin cepat sembuh dan ingin segera masuk

sekolah

O: Klien tidak mengeluh dan sudah lebih kooperatif.

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi.

75
CATATAN PASIEN KELUAR

Catatan pasien Keluar Nama : Nn. S Umur : 14 tahun


Resume Perawat Ruang : Angsana No. reg. : 184796
Keluar Rumah Sakit : Saat pasien pulang di jemput oleh
Hari : Rabu keluarganya.
Tanggal : 6 Pebruari 2002 Yang di bawa pasien keluar saat pasien
Jam : 16.00 wita pulang adalah barang barangnya dan
Diagnosa medis keluar / pulang : obat-obatan.
Fraktur terbuka metatarsal digit IV Administrasi Rumah sakit di bayar lunas.
Dokter yang merawat :
Dr. H. Darwin Aziz, Sp. B. Klien belum dapat melakukan aktifitas
Sebab keluar / pulang : sehari-hari secara mandiri.
Lanjutkan perawatan di rumah.
Cara pasien pulang :
Menggunakan kursi roda
Alamat yang dituju :
Jl. Cendana RT 30 No. 54 Samarinda.

Komentar/catatan :
Untuk perawatan luka selanjutnya klien
harus kontrol kembali pada tanggal 9
Pebruari 2002 di tempat praktik
dr Darwin.

76
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang keterkaitan dan kesenjangan

antara landasan teoritis dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Na S

dengan fraktur terbuka Metatarsal digit IV Pedis dextra, yang dirawat di ruang

Angsana Rumah Sakit Islam Samarinda.

Dalam membahas asuhan keperawatan ini, penulis menggunakan lima tahap

proses keperawatan menurut Gebbie dan Levin yaitu : Pengkajian, Diagnosa

keperawatan, Implementasi, dan evaluasi seperti pada gambar di bawah ini :

Pengkajian

Proses
Keperawatan Diagnosa keperawatan

Perencanaan

Implementasi

Evaluasi

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktek

keperawatan yang langsung diberikan kepada klien, pada berbagai tatanan pelayanan

kesehatan, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan. Dalam lingkup dan


77
wewenang serta tanggungjawab keperawatan kegiatan yang dilakukan adalah dalam

upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan.

A . Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada kasus fraktur menurut Doenges dalam buku

askep, Pedoman untuk perencaan dan pendokumentasian perawatan pasien pada

halaman 761 adalah sebagai berikut :

1. Aktifitas

a. Adanya keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian

yang terkena atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan yang

dapat menimbulkan rasa nyeri.

b. Melakukan mobilitas untuk meningkatkan adaptasi

terhadap penggunaan alat bantu.

2. Sirkulasi

a. Hipertensi (kadang – kadang sebagai respon terhadap nyeri).

b. Takhikardia (respon stress, hipovolemia).

c. Penurunan nadi pada distal yang cedera pengisian kapiler lambat, pucat pada

bagian yang terkena.

d. Pembengkakan jaringan haematoma pada sisi cidera.

3. Neurosensori

a. Hilangnya gerakan atau sensasi, spasme otot, kesemutan (paritesis).

b. Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi krepitasi (bunyi

berderit) terdapat kelemahan atau hilangnya fungsi.


78
4. Nyeri

Nyeri tiba – tiba pada saat cedera karena kerusakan tulang spasme atau kram otot

(setelah imobilisasi).

5. Keamanan

Adanya laserasi kulit, perdarahan dan perubahan warna.

6. Pemeriksaan diagnosa

a. Pada x –ray = menentukan lokasi atau luasnya fraktur.

b. Arteriogram = dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskulair.

c. Laboratorium.

HT mungkin meningkat (haemokonsentrasi) atau menurun (karena

perdarahan). Kreatinin = trauma otot meningkatkan beban kreatinia untuk

klirens ginjal. Profil koagulasi = perubahan dapat terjadi pada kehilangan

darah, tranfusi multiple atau cedera hati.

Sedangkan dalam pengkajian pada studi kasus yang penulis lakukan pada

Nn S di Ruang Angsana Rumah Sakit Islam Samarinda pada tanggal 4

Pebruari 2002 adalah sebagai berikut :

1. Pola aktivitas

Klien kesulitan dalam memenuhi aktivitasnya sehari – hari dalam hal

memelihara keberhasilan personal hygiene dan eliminasi BAB dan BAK.

Klien tampak bangun sendiri tetapi klien masih sangat kesulitan untuk belajar

berjalan.

2. Sirkulasi
79
Edema pada pedis dextra, pergelangan tangan kanan dan dahi.

3. Neurosensori

Klien mengatakan kaki terasa kebas dan hilangnya sensori pada telapak

kaki kanan, tidak terdapat deformitas maupun krepitasi karena metatarsal

digit IV.

4. Nyeri

Klien mengatakan nyeri pada lokasi fraktur / pos operasi dan nyeri akan

bertambah pada saat melakukan gerakan aktivitas.

5. Keamanan

Tampak adanya laserasi pada kulit dahi.

6. Pemeriksaan Diagnosa

a. Pada hasil foto rontgen (x – ray) tanggal 27 Januari

2002 ketika klien masuk di Rumah Sakit Dirgahayu tampak adanya

fraktur pada metatarsal digit IV pedis dextra.

b. Laboratorium : pada study kasus ini tidak dilakukan

pemeriksaan HT, kreatinin dan profil koagulasi.

Dari catatan rekam medis tidak didapatkan hasil pemeriksaan

laboratorium.

Dari data – data pengkajian di atas antara data pengkajian yang penulis

temukan di lapangan dengan data pengkajian menurut dasar teoritis semuanya sama,

hanya pada pemeriksaan diagnostik laboratorium tidak dilakukan hal ini disebabkan

karena kondisi klien tidak ada gejala – gejala penurunan HB (anemia) begitu juga
80
dengan pemeriksaan HT fungsi ginjalpun tampak tidak ada masalah ditandai dengan

lancarnya BAK dengan produksi urine dalam 24 jam antara 1000 – 1500 ml.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan kasus fraktur

(menurut buku rencana asuhan keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien edisi ketiga oleh Merillin E. Doenges dkk)

adalah :

a. Resiko terhadap trauma tambahan berhubungan dengan kehilangan

integritas tulang (fraktur).

b. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang

edema dan cedera pada jaringan lunak.

c. Resiko terjadi disfungsi neorovaskuler berhubungan dengan cedera

vaskuler langsung, oedema berlebihan , pembentukan trombhus,

hipovolumia.

d. Resiko terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan aliran darah / emboli lemak.

e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri tetapi restriktik

(imobilisasi tungkai).

f. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan cedera fraktur

terbuka, bedah perbaikan.

g. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adequatnya

pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma jaringan.


81
h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Sedangkan untuk diagnosa yang muncul pada Nn S dengan fraktur metatarsal

digit IV pedis dextra adalah sebagai berikut :

1. Kehilangan integritas dan jaringan tulang berhubungan dengan fraktur pada

metatarsal digit IV pedis dextra.

2. Nyeri berhubungan dengan gerakan fragmen karena adanya fraktur pada

metatarsal digit IV.

3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi dan

tindakan invasif (pemasangan infus).

4. Intoleransi aktivitas sehari – hari berhubungan dengan adanya keterbatasan

fisik.

5. Ansietas meningkat berhubungan dengan koping in efektif untuk menerima

kenyataan kehilangan salah satu jari kakinya.

6. Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adequat.

7. Kurang pengetahuan terhadap kondisi, porgnosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.

8. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan haematoma pada dahi dan

proses penyembuhan luka.

Antara diagnosa keperawatan pada kasus fraktur yang penulis peroleh dari

dasar teoritis dengan yang penulis temukan di lapangan ada lima diagnosa yang
82
sesuai dan ada tiga diagnosa yang tidak sesuai, yaitu diagnosa 1, diagnosa 5, dan

diagnosa 6. Tiga diagnosa ini ditemukan dari hasil analisis data yang mungkin perlu

perhatian dalam pemecahannya.

B. Perencanaan

Pada dasarnya rencana tindakan keperawatan dibuat dalam asuhan

keperawatan sesuai dengan kepustakaan, adapun pengurangan rencana tindakan

disesuaikan dengan lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang tersedia. Perencanaan

asuhan keperawatan pada Nn S dengan fraktur terbuka metatarsal digit IV pedis

dextra yang di rawat di ruang Angsana yang disesuaikan dengan prioritas masalah

adalah sebagai berikut :

1. Kehilangan integritas dan jaringan tulang berhubungan dengan adanya fraktur

pada metatarsal digit IV.

DO : tampak luka pos operasi

Hasil X - ray menunjukkan adanya fraktur complete metatarsal digit IV.

DS : “ saya tidak dapat menggerakkan kaki saya yang luka”

Tujuan :

Dapat dipertahankan posisi stabilitas dari posisi luka post operasi dalam

kreteria waktu 8 jam.

Kriteria hasil :

Menunjukkan mekanik tubuh yang meningkatkan stabilitas, klien dapat

menggerakkan kakinya yang luka.

Rencana tindakan.
83
1.1. kaji stabilitas pada saat klien mobilisasi.

1.2. pertahankan posisi extermitas bawah pada saat klien tirah baring.

1.3. sokong posisi yang mengalami fraktur dengan bantal / selimut.

2. Nyeri berhubungan dengan gerakan fragmen tulang post operasi.

DO : tampak ada luka post operasi pada metatarsal digit IV pedis dextra,

expresi wajah meringis, hasil X – ray menunjukan adanya fraktur

coplete, oedema.

DS : Saya merasakan sangat nyeri bila kaki saya dibawa berjalan.

Tujuan :

Klien dapat mentoleransi nyeri.

Nyeri berkurang dalam perawatan 8 jam.

Kriteria hasil :

Klien mengatakan nyeri hilang / berkurang.

Oedema hilang.

Expresi wajah tampak tenang.

Rencana tindakan :

2.1. kaji dan evaluasi keluhan nyeri, intensitas lokasi dan karakteristik

2.2. pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring.

2.3. tinggikan lokasi extermitas lokasi post operasi, ciptakan ligkungan yang

nyaman.

2.4. ajarkan dan dorong klien untuk menggunakan manajemen stress

(relaksasi, nafas dalam, imajinasi, visualisasi dan sentuhan trapeutik).


84
2.5. lakukan kompres dingin dalam waktu 24 – 48 jam pertama sesuai

kebutuhan.

2.6. atur posisi pada saat baring senyaman mungkin.

3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan luka post operasi dan tindakan

invasif (pemasangan infus).

Tujuan :

Tidak terjadi infeksi selama dalam perawatan.

Kriteria hasil :

DO : terdapat luka post operasi pada metatarsal digit IV.

Kriteria hasil :

Luka bekas operasi kering, lokasi pemasangan infus tidak plebitis dan tidak ada

peningkatan suhu badan di atas normal.

85
Rencana tindakan :

3.1. kaji adanya tanda – tanda radang pada daerah luka post operasi

3.2. monitor suhu badan

3.3. penyuluhan kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai pentingnya

menjaga keberhasilan.

3.4. jaga dan pertahankan keberhasilan lingkungan klien.

3.5. rawat luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik setiap hari.

3.6. berikan antibiotik sesuai therapi.

4. Intoleransi aktivitas sehari – hari berhubungan dengan keterbatasan fisik.

DO : klien sangat berhati – hati bila beraktivitas.

DS : saya perlu bantuan untuk memenuhi kebutuhan saya.

Tujuan :

Kebutuhan klien sehari – hari dapat terpenuhi dengan bantuan minimal selama

dalam perawatan.

Kriteria hasil :

Mampu memenuhi kebutuhannya baik mandiri / dengan bantuan dan klien

mampu meningkatkan aktivitasnya.

Rencana tindakan :

4.1. kaji kemampuan mobilisasi klien.

4.2. menganjurkan klien untuk latihan gerak pasif / aktif pada daerah yang

sakit.

4.3. ubah posisi secara periodik dan anjurkan untuk latihan napas dalam.
86
4.4. dekatkan barang – barang yang diperlukan klien.

4.5. bantu klien dalam melaksanakan kegiatan.

5. Cemas meningkat berhubungan koping yang kurang efektif menghadapi

kenyataan kehilangan salah satu jari tangannya.

Tujuan : rasa cemas berkurang.

Kriteria hasil : koping efektif klien dapat menerima kenyataan harus

kehilangan salah satu jari kakinya.

Rencana tindakan :

5.1. kaji dan evaluasi stabilitas koping klien.

5.2. berikan dorongan dan motivasi agar klien dapat menerima kenyataan.

5.3. ciptakan lingkungan yang menyenangkan.

5.4. ajarkan dan dorong untuk menggunakan manajemen stress (relaksasi,

nafas dalam, imajinasi, visualisasi dan sentuhan terapeutik).

6. Resiko terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake

yang kurang adequat.

DO : porsi makan klien tidak habis.

DS : saya merasakan nafsu makan saya menurun.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.

Kriteria hasil :

Porsi makan yang disajikan dapat dihabiskan termasuk minuman dan snack.

6.1. kaji penyebab dari menurunnya selera makan klien.


87
6.2. kaji kebiasaan makan meliputi pola frekuensi dan jenis makanan.

6.3. jelaskan pentingnya nutrisi untuk penyembuhan.

6.4. berikan makanan yang bervariasi dan sajikan selagi hangat.

6.5. anjurkan makan dalam porsi sedikit tapi sering.

6.6. kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet yang tepat.

7. Kurang pengetahuan terhadap kondisi, prognosis, dan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.

7.1. kaji tingkat pengetahuan mengenai tindakan dan pengobatan terhadap

fraktur.

7.2. berikan penjelasan tentang prosedur perawatan luka.

7.3. diskusikan tentang daftar aktivitas mandiri.

7.4. berikan kesempatan untuk bertanya.

7.5. berikan jawaban sederhana atas pertanyaan klien.

7.6. diskusikan tentang pentingnya evaluasi klinis.

7.7. berikan reinforcement.

8. Kerusakan jaringan kulit berhubungan dengan proses penyembuhan dan

adanya haematoma pada dahi.

DO : Tampak jaringan kulit di sekitar lokasi post operasi agak menghitam dan

tampak adanya benjolan (haematoma) pada dahi sebesar bola pingpong.

Tujuan : tidak terjadi perluasan kerusakan integritas jaringan kulit selama

dalam perawatan.

Kriteria hasil :
88
Penyembuhan luka dengan kondisi kulit baik.

Rencana tindakan :

8.1. kaji kulit di sekitar penyembuhan luka.

8.2. kaji posisi balutan.

8.3. anjurkan klien untuk sering merubah posisi.

8.4. rawat luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik.

8.5. rawat haematoma pada dahi dengan pemberian thrombhophob.

C. Pelaksanaan / implementasi.

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, penulis tidak mendapat hambatan

yang berarti, semua intervensi (rencana tindakan) dapat terlaksana dengan melibatkan

klien dan keluarganya, klien bersikap lebih terbuka, kooperatif dan mudah diajak

kerja sama, mudah menerima penjelasan dan saran, klien berpartisipasi aktif dalam

tindakan keperawatan serta adanya tanggapan yang baik dari dokter dari perawat

yang bertugas di ruang angsana terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang

penulis lakukan.

D. Evaluasi

Dari delapan diagnosa keperawatan yang tejadi pada klien Nn. S berdasarkan

pengkajian tanggal 4 – 6 Pebruari 2002 setelah dilakukan evaluasi semua dapat

teratasi walaupun ada sebagian kecil intervensi yang harus dilanjutkan baik secara

mandiri maupun dengan bantuan. Untuk menilai keberhasilan dari masing – masing

diagnosa keperawatan setelah dilakukan tindakan dicatat dalam bentuk

perkembangan yang meliputi : subjektif, objektif, analisis dan perencanaan


89
keperawatan berdasarkan tujuan dan kriteria evaluasi yang telah dibuat. Dari hasil

catatan perkembangan secara kesuluruhan maka pada tanggal 6 – 2 – 2002 klien

dijinkan pulang.

90
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis ambil setelah membuat karya tulis ilmiah ini

adalah :

1. Fraktur adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tulang yang dapat

disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung, maupun karena faktor

penyakit, ketuaan atau degenerasi.

2. Pada klien dengan fraktur masalah keperawatan yang timbul antara lain

Resiko terjadi trauma berhubungan dengan kehilangan integritas jaringan,

nyeri, resiko terjadi disfungsi neuromuskuler periferal, resiko terjadi

gangguan pertukaran gas, gangguan mobilitas fisik, resiko terjadi gangguan

integritas kulit, resiko terjadi infeksi, kurangnya pengetahuan tentang kondisi,

prognosa, dan pengobatan.

3. Prinsip penanganan pada pasien dengan fraktur antara lain dengan reposisi,

imobilisasi dengan cara fiksasi interna dan externa, serta fisioterapi dan

mobilisasi.

91
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran

untuk menjadi bahan pertimbangan, yaitu:

1. Pada pasien dengan fraktur, penanganan untuk mengatasi masalah harus

dilakukan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi yang

mungkin timbul.

2. Untuk memecahkan masalah keperawatan diperlukan adanya pendekatan

proses keperawatan dengan melakukan asuhan keperawatan yang meliputi

tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, pelaksanaan tindakan

keperawatan, dan evaluasi tindakan.

3. Dalam asuhan keperawatan pada klien Fraktur metatarsal sangat diperlukan

adanya kerjasama yang baik dengan pihak keluarga klien, perawat dan tenaga

kesehatan yang lain untuk meningkatkan dan mempercepat penyembuhan

penyakit.

4. Perlunya pendokumentasian asuhan keperawatan yang benar untuk mencegah

terulangnya kembali tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

92
Carpenito, Lyndajuall. 1997, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan
Edisi III, Jakarta, EGC.

Doenges, Marilyn, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencaan


dan Pendokumentasian Perawatan diterjemahkan oleh I Made Kartiyasa
1995, Jakarta, EGC.

Engram Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 1,


Jakarta, EGC.

Gaffar Laode Jumadi, 1995, Pengantar Keperawatan Profesional, Jakarta, EGC.

Mansjoer Arif et. al. 1999, Kapita Selekta Kedokteran Edisi III, Jakarta, Media
Aesculapius.

Sjamsuhidayat R. Wim de Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta, EGC.

Potter RN, Patricia A, 1996, Pengkajian Kesehatan Edisi III, Jakarta, EGC.

Utami, Sintowati, Rini. 1998, Bahasa Indonesia untuk Keperawatan, Jakarta,


EGC.

Handerson, MA. 1997. Ilmu Bedah Untuk Perawat, Bandung, Yayasan Essencia
Medica.

Tien Gartinah, 2000. Praktik Keperawatan Saintifik, Makalah Seminar


Keperawatan, Yogyakarta.

93

Anda mungkin juga menyukai