Anda di halaman 1dari 2

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Praktikum Uji Keteratogenikan dilakukan pada hari Rabu tanggal 27 April 2022 pukul 12.15
hingga 14.30 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium dasar 1, 2 dan 3 Biologi,
Fakultas Sains dan Analitika data, Insititut Teknologi Sepuluh Nopember.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum Uji Keteratogenikan ini adalah bak yang digunakan
sebagai kandang, kawat atau kasa, jarum kanul, botol kaca bermulut lebar, dissecting set, papan
bedah, mikroskop, dan pipet.
Bahan yang digunakan pada praktikum Uji Keteratogenikan yaitu mus musculus betina
dan jantan albino berusia 2-3 bulan, bubuk kopi, gliserin, formalin 5%, etanol 96%, alizarin red,
akuades, methylen blue, garam fisiologis, KOH 1%, dan asam pikrat atau tinta cina.

3.3 Metode yang Digunakan


Tahapan metode yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah

3.3.1 Aklimatisasi Mencit

Pada praktikum yang berjudul “Uji Keteratogenikan” dilakukan aklimatisasi selama


kurang lebih 7 hari. Aklimatisasi merupakan pemeliharaan hewan uji coba dengan tujuan
adaptasi terhadap lingkungan baru (Hasanah, 2017). Durasi aklimatisasi yang dilakukan oleh
peneliti beragam mulai dari 3 hingga 14 hari, namun sebagian besar peneliti melakukan
aklimatisasi selama tujuh hari. Tujuan dari dilakukannya aklimatisasi agar hewan uji tersebut
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya setelah dipindah dari lingkungan sebelumnya
(Fithria dkk., 2018). Setelah dilakukan aklimatisasi, hewan akan melakukan penyesuaian dengan
lingkungan sehingga pada saat dilakukan pembedahan atau tindakan lainnya diharapkan hewan
sudah tidak lagi stres karena perpindahan dari kandang mereka sebelumnya (Mutiarahmi dkk.,
2021). Proses aklimatisasi dilakukan di Kandang Penyimpanan Hewan Uji Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.

3.3.2 Penentuan Siklus Estrus

Penentuan siklus estrus dapat dilakukan setelah aklimatisasi selesai dilaksanakan. Siklus estrus
sendiri merupakan suatu periode perubahan fisiologis pada organ reproduksi maupun tingkah laku hewan
betina dari periode estrus sebelumnya ke periode estrus berikutnya setelah mencapai pubertas dan
menerima jantan untuk kopulasi (Akbar, 2010). Pada praktikum “Uji Keteratogenikan” dilakukan
pengamatan preparat apusan vagina Mus musculus sebagai metode dalam penentuan siklus estrus.
Metode yang digunakan dalam pembuatan apusan vagina adalah metode oles dengan menggunakan
cotton bud. Cotton bud dicelupkan ke dalam NaCl 0,9%, kemudian ujungnya dimasukkan ke dalam
lubang vagina mencit dan diputar perlahan-lahan. Ujung cotton bud kemudian dioleskan pada object glass
yang telah ditetesi larutan NaCl 0,9% lalu dibuat apusan tipis dan merata. Selanjutnya preparat difiksasi
menggunakan alkohol 70% selama 5 menit, setelah itu ditetesi dengan pewarna Giemsa 1% dan dibiarkan
selama dua menit agar apusan vagina dapat terwarnai. Preparat selanjutnya dicuci dengan aquades yang
mengalir dan dikeringanginkan. Setelah kering, preparat diamati di bawah mikroskop cahaya3.2.3
Pengawinan dan Kehamilan

3.3.3 Pengawinan dan Kehamilam


Metode yang digunakan adalah pengawinan dan pengaman vagina plug. setelah mecit betina
diaklimasi selama kurang lebih 7 hari, proses dapat dilanjutkan dengan diamatinya iklus estrus dari

21
22

mencit betina. ketika pada saat diamati mencit betina sedang berada dalam kondisi estrusnya (kondisi siap
kawin), tikus betina akan dicampurkan dengan mencit jantan pada sore hari dan dibiarkan semalaman
untuk melakukan perkawinan. setelah dicampurkan dengan mencit jantan dapat diamati keberadaan
vagina plugnya. setelah dilihat bilamana terdapat vagina plud, mencit betina dapat dipisahkan dengan
mencit jantan dan dihitung sebagai hari ke nol kehamilan (Tolistiawaty et al,2014).

3.3.4 Pemberian Zat Teratogen


Zat teratogen yang digunakan berupa kopi bubuk, dimana kopi mengandung kafein.
kafein merupakan salah satu senyawa aktif xantanin (1,3,7-trimethylxanthine) yang memiliki
berbagai efek farmakologi seperti insomnia, ansietas, dan meningkatkan tekanan denyut jantung
dimana dapat meningkatkan resiko terkena osteoporosis. kafein pada ibu hamil dapat
berpengaruh pada janin dimana kemampuan kafein yang dapat melintasi plasenta menuju
sejumlah substansial cairan ketuban, darah tali pusar, dan plasma
3.3.5 Pengamatan Fetus
Pengamatn fetus dimulai setelah usia kehamilan mencapai hari ke-18, mencit betina akan
dibedah untuk diamati fetus pada uterusnya meliputi jumlah fetus seperindukan, mortalitas fetus,
berat fetus, panjang fetus, morfologi fetus, dan sistem rangka fetus. Mencit betina akan dibunuh
dengan cara dislokasi servikalis. Pemeriksaan sistem rangka (skeletal) fetus dengan pewarnaan
preparat dengan Alizarin Red yang diawali dengan fiksasi embrio yang telah diambil dari
induknya menggunakan etanol selama 2 hari dalam botol plakon. Larutan etanol berguna untuk
memfiksasi fetus (Anisa, 2015). Setelah 2 hari, isi rongga perut dan rongga dada embrio
dikeluarkan dan dimaserasi dengan KOH 1% selama 2 hari hingga daging mengelupas dan
nampak transparan. Selanjutnya, embrio tersebut dimasukkan ke dalam larutan Alizarin Red’S
0.1% dan dimasukkan dalam KOH 1% selama 10 menit untuk dibilas sampai warna ungu pada
selaput transparan memudar atau hilang. Larutan Alizarin Red’S merupakan zat untuk mewarnai
dalam pengamatan skeleton. Larutan KOH 1% berguna dalam proses penjernihan setelah proses
pewarnaan hingga menghasilkan selaput menjadi transparan memudar. Embrio yang telah
diwarnai tadi dimasukkan ke dalam campuran KOH-gliserin dengan menggunakan perbandingan,
3:1, 1:1, dan 1:3 masing-masing selama 1 hari. Perlakuan ini berfungsi untuk proses adaptasi
penyimpanan fetus dan penjernihan. Selanjutnya, embrio dimasukkan ke dalam gliserin murni
dan disimpan untuk pemeriksaan. Gliserin murni berguna untuk menyimpan fetus dan untuk
pengamatan penyerapan warna Alizarin Red’S (Astuti et al., 2019). Setelah itu, dilakukan
pemeriksaan terhadap fetus menggunakan mikroskop stereo. Penggunaan mikroskop stereo
bertujuan untuk memperoleh hasil pengamatan secara tiga dimensi untuk diamati dengan hasil
nyata morfologinya (Sutriyono, 2018). Mikroskop ini digunakan untuk mengamati objek yang
relatif besar seperti dalam praktikum ini karena mempunyai perbesaran rendah, tetapi
menghasilkan fokus kedalaman dan luas pandang yang lebih besar (Summerscales, 1998).
Pengamatan dilakukan untuk mengambil data berupa penulangan sterna, vertebrae, dan costae
untuk mengetahui adanya malformasi pada fetus mencit.

Anda mungkin juga menyukai