2.1 Definisi
adalah kemampuan tanah untuk memikul beban struktur fondasi agar tidak terjadi
Kekuatan geser tanah , yang dipengaruhi oleh kohesi dan sudut geser tanah
Dalamnya fondasi
Lebar fondasi
-----------
LSF
PSF GSF
q=Q/A
Setlement
menyebabkan keruntuhan geser pada tanah pendukung tepat dibawah dan disekeliling
pondasi.
Pada keruntuhan geser umum (general shear failure), akan terbentuk suatu
permukaan kontinu diantara sisi-sisi pondasi dan permukaan tanah seperti Gambar 2.2
di atas. Bila tekanan dinaikkan mencapai tekanan ultimit, akan dicapai suatu kondisi
kesetimbangan plastis mula-mula pada tanah disekeliling sisi-sisi pondasi, lalu secara
ultimit akan terbentuk pada sepanjang tanah di atas bidang runtuh. Terjadi
pengangkatan (heaving) pada permukaan tanah, yaitu pada kedua sisi pondasi, disertai
yang cukup besar pada tanah di bawah pondasi dan kondisi kesetimbangan plastis hanya
terbentuk pada sebagian tanah saja. Permukaan runtuh tidak sampai mencapai
permukaan tanah dan pengangkatan yang terjadi hanya sedikit. Kemiringan pada
pondasi dalam hal ini diperkirakan tidak terjadi. Keruntuhan geser local biasanya terjadi
relative besar. Kapasitas dukung ultimit sulit dipastikan, sehingga sulit dianalisis, hanya
Keruntuhan geser pons (puncing shear failure), terjadi jika terdapat kompresi
tanah di bawah pondasi, yang disertai dengan adanya geseran vertical di sekitar sisi-sisi
pondasi. Tidak terjadi pengangkatan pada permukaan tanah dan pondasi tidak akan
dipastikan. Keruntuhan geser pons terjadi pada tanah dengan kompresibilitas tinggi dan
q= .Df Df
E A B F
D C G
Gambar 2.5 di atas adalah mekanisme keruntuhan untuk pondasi menerus dengan
lebar b dan panjang tak terbatas, memikul suatu tekanan merata (q ) di atas
permukaan tanah yang homogen dan isotropik. Parameter kekuatan tanah adalah c dan
tetapi berat isi tanah diasumsikan sama dengan nol. Pondasi akan tertekan ke bawah
dan menghasilkan suatu kesetimbangan plastis dalam bentuk zona segi tiga di bawah
pondasi dengan sudut ABC = BAC = 45 + /2. Gerakan bagian tanah ABC ke bawah
mendorong tanah disampingnya ke samping. Zona Rankine pasif ADE dan BGF akan
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali
Buku Ajar Teknik Pondasi I II-4
terjadi disepanjang zona geser radial ACD dan BCG. Kesetimbangan plastis akan
terjadi pada permukaan ADCGF sedangkan sisi tanah lainnya berada dalam
kesetimbangan elastis.
Biasanya pondasi tidak diletakkan pada permukaan tanah, dalam praktek diasumsikan
kenaikan geser tanah antara permukaan dan kedalaman Df diabaikan, tanah tersebut
hanya diperhitungkan sebagai beban yang menambah tekanan merata q pada evaluasi
pondasi, hal ini disebabkan tanah di atas elevasi pondasi biasanya lebih lemah,
khususnya jika diurug, dari pada tanah pada tempat yang lebih dalam.
dimana:
c = kohesi tanah (atau kuat geser tanah tidak terdrainase cu) (t/m )
q = 1,3cNc + q Nq + 0,4 b N
(2.2)
analisa kapasitas dukung didasarkan kondisi local shear failure pada pondasi menerus,
(2.3)
dimana:
c' = 2/3 c
Local shear failure dapat terjadi untuk nilai < 30 , untuk pondasi bentuk lainnya,
Q =q b'l (2.4)
dimana:
Daya dukung ijin q adalah daya dukung batas (q ) dibagi dengan factor
q = q / FK (2.5)
Q = Q / FK (2.6)
2,54 cm (1 in) dan dapat diambil berkisar antara 2 sampai 4 cm, seperti diperlihatkan
Jenis bangunan FK
sementara 2,0
- Gudang 2,5*
* Gudang modern biasanya mempunyai pelat dengan lantai yang luas unyuk
menampung peralatan trasportasi modern. Lantai ini perlu didesain dengan persyaratan
FK > 3
Nilai-nilai factor keamanan (FK) pada Tabel 2.1 umumnya bersifat konservatif
kurang ekonomis.
Nilai FK yang dipilih untuk analisis desain bergantung pada karateristik tanah
dasar dan tingkat ketelitian hasil penyelidikan geoteknik. Untuk penyelidikan tanah
tidak teratur dari berbagai ukuran yang mengandung pori-pori diantaranya. Pori-pori ini
berisi air jika tanah jenuh , air dan udara jika jenuh sebagian, serta udara dan gas jika
keadaan kering. Tanah berbutir kasar merupakan hasil pelapukan batuan secara mekanik
dan kimiawi, yang dikenal sebagai kerikil, pasir, lanau dan lempung.
Untuk analisis daya dukung perlu dibedakan antara tanah kohesif dan tanah nonkohesif
sebagai berikut:
a) Tanah kohesif adalah mineral berbutir halus yang terdiri atas lanau atau lempung,
yang mengandung atau tidak mengandung material organik. Kuat geser tanah
berkisar dari rendah sampai tinggi dalam kondisi tidak terkekang, dan jika kondisi
mempunyai bahan perantara yang mengikat antara butiran, seperti garam pelarut
dan agregat lempung. Pembasahan zat perantara pelarut yang mengikat butiran
ukuran butiran terlihat secara visual dan mempunyai kohesi atau adhesi atar
butiran. Tanah ini mempunyai kuat geser kecil atau tidak ada sama sekali jika
keadaan kering dan tanah tidak terkekang, dan kohesinya kecil atau tidak ada sama
sekali jika keadaan terendam. Adhesi semu (apparent) antar butiran dalam tanah
non kohesif dapat terjadi akibat gaya tarik kapiler dalam air pori. Tanah non
N x
H B y y
x
L
Ketika fondasi dibebani dibawah fondasi akan terbentuk daerah yang terpadatkan (
daerah I ) daerah ini seakan-akan menjadi bagian dari fondasi selama beban yang
bekerja belum melampaui daya dukung batas tanah fondasi. Bila tegangan sudah
melampaui maka daerah I akan bergerak turun dan mendorong tanah ke samping pada
ke dua sisi ( daerah II ). Sedangkan pada daerah III tanah dalam kondisi pasif.
1. Teori Rankiee
2. Teori Terzhagi
3. Teori Mayerhoff
1. Analisa Rankiee
R= =
= cos
( 45 + ) + 2 C tg ( 45 + ) (2.7)
( 45 + ) (2.8)
catatan :
2. Analisa Terzaghi
Terzaghi (1943) menganalisis daya dukung tanah dengan beberapa anggapan, yaitu;
Berat tanah di atas dasar pondasi dapat digantikan dengan beban terbagi rata
Baji tanah yang terbentuk di dasar pondasi dalam kedudukan elastis dan
Pertemuan antara sisi baji dan dasar pondasi membentuk sudut geser sebesar
q = C Nc + q Nc + 0,5 b N (2.9)
q = . zf
zf = kedalaman pondasi ( m )
P = 0 q = C Nc + ( zf ) Nq + 0,5 b N
(2.10)
P = 0 q = C Nc + ( . Zf ) Nq + 0,5 b N + P
(2.11)
Besarnya nilai Nc, Nq, dan N ( Faktor daya dukung terzhagi ) ,tergantung dari .
PERSAMAAN-PERSAMAAN TERZAGHI.
q = C Nc + ( .zf ) Nq + 0,5 b N
q =1,3 C Nc + ( . Zf ) Nq + 0,6 r N
Catatan : - Persamaan terzaghi diatas berlaku untuk tanah kohesif dan tanah non
kohesif
- Khusus untuk pasir yang lepas-lepas dan lempung yang lunak persamaan
Besarnya nilai Nc, Nq, N dapat dihitung juga dengan persamaan berikut
Nq = tg ( 45 + )(e tg )
Nc = ( Nq – 1 ) cot
N = 1,8 ( Nq -1 ) tg
Rumus daya dukung Terzaghi yang telah diuraikan di atas berlaku untuk hal sebagai
berikut :
- Gaya yang bekerja pada pondasi adalah vertikal dan sentris / terpusat
Penyimpangan dari kondisi tersebut di atas, rumus Terzaghi perlu dikoreksi. Dalam hal
(2.12)
dimana :
Pondasi
S = 1 – 0,4 B /L (2.14)
(2.16)
D = 1,0 (2.17)
5
(2.18)
5
(2.20)
Gc = 1 - (2.21)
Gq = G =(1- ) (2.22)
Kc = - /147 (2.23)
Kq = e (2.24)
K =e
(2.25)
3. Analisa Mayerhof
Analisa daya dukung Mayerhof (1955) menganggap sudut baji (sudut antara
bidang AD atau BD terhadap arah horizontal) tidak sama dengan , dan nilai > .
Akibatnya bentuk baji lebih memanjang ke bawah bila dibandingkan dengan analisa
Terzaghi. Zona keruntuhan berkembang dari dasar pondasi ke atas sampai mencapai
permukaan tanah (Gambar 2.8). jadi tahanan geser tanah di atas dasar pondasi
diperhitungkan. Karena > , nilai faktor daya dukung Mayerhof lebih rendah dari
pengaruh kedalaman pondasi, daya dukungnya menjadi lebih besar. Nilai-nilai faktor
daya dukung Mayerhof untuk dasar pondasi yang kasar disajikan dalam Gambar 2.9
Mayerhof (1963) dan Brinch Hansen (1970) memberikan persamaan daya dukung
dengan mempertimbangkan bentuk pondasi, kemiringan beban dan kuat geser tanah di
(2.26)
Df = Kedalaman pondasi
Beban eksentris terjadi bila beban yang bekerja tidak terletak pada titik pusat
suatu bidang dasar pondasi atau bila ada momen yang bekerja, misalnya momen yang
Perhitungan daya dukung batas untuk beban eksentris dapat dilakukan dengan 2 ( dua )
cara , yaitu :
Cara ini digunakan untuk menentukan daya dukung hanya telapak yang simetris
dengan beban. Daerah yang diarsir merupakan daerah yang simetris dengan beban yang
L = 2 ( L/2 – ey ) = L – 2ey
A = B.L
= qa . ( B – 2ex ) ( L )
Berdasarkan cara ini, daya dukung batas menurun secara linier bila jarak
eksentrisitasnya meningkat . Hubungan linier ini hanya berlaku pada tanah kohesif,
sedangkan pada tanah non kohesif hubungan menyerupai para bola. Oleh karena itu,
2. Faktor Reduksi
Faktor reduksi digunakan untuk menghitung daya dukung dengan cara normal dan
mengasumsikan bahwa beban yang bekerja sentris / terpusat. Nilai daya dukung ini,
kemudian dikoreksi ( dikalikan ) dengan faktor reduksi ( Rc ) yang didapat dari Grafik
2.3.
Sebelum kita menghitung daya dukung sebuah pondasi terlebih dahulu kita harus dapat
mengetahui jenis keruntuhan yang mungkin akan terjadi, apakah jenis keruntuhan
umum ( General shear failure ) ataukah jenis keruntuhan lokal ( Local shear failure ) :
Berat volume tanah sangat dipengaruhi oleh kadar air dan kedudukan air tanah.
Oleh karen itu , hal tersebut berpengaruh pula pada daya dukungnya.
1. Jika muka air sangat dalam dibandingkan dengan lebar pondasinya atau z > B,
dengan z adalah muka air tanah di bawah dasar pondasi (lihat Gambar 2.10a), nilai
pada suku ke-2 dari persamaan daya dukung dipakai atau demikian pula
dalam suku persamaam ke-3 dipakai berat volume basah ( ) atau kering .
Untuk kondisi ini, nilai parameter kuat geser yang digunakan dalam hitungan adalah
parameter kuat geser dalam tinjauan tegangan efektif (c' dan ').
2. Bila muka air terletak di atas atau sama dengan dasar pondasi (Gambar 2.10b),
nilai berat volume yang dipakai pada persamaan suku ke-3 harus berat volume
efektif ( '), karena zone geser yang terletak di bawah pondasi sepenuhnya
terendam air. Pada kondisi ini nilai pada suku persamaan ke-2 menjadi
3. Jika muka air tanah dipermukaan atau = 0, maka pada suku persamaan ke-2
digantikan dengan ', sedangkan pada suku persamaan ke-3 dipakai berat volume
4. Jika muka air tanah terletak pada kedalaman z di bawah dasar pondasi (z < B)
(Gambar 2.10c), nilai pada suku persamaan ke-2 digantikan dengan bila
tanahnya basah, dan diganti dengan bila tanahnya kering. Karena massa tanah
dalam zone geser sebagian terendam air, berat volume tanah yang ditetapkan dalam
suku ke-3 dari persamaan daya dukung suku ke-3, dapat didekati dengan;
3. q = C Nc + .Df.Nq + 0,5 b rt . N
Perencanaan struktur yang aman terhadap daya dukung batas digunakan daya dukung
yang diijinkan, yang besarnya adalah daya dukung batas dibagi dengan faktor
keamanan. Dengan kata lain, faktor keamanan didapat dengan membagi nilai daya
qa = (2.27)
FK = (2.28)
Dimana :
dukung tanah secara langsung di lokasi. SPT merupakan tes dinamis yang dilakukan
dalam suatu lobang bor dengan memasukkan tabung sampel berdiameter dalam 35 mm
sedalam 305 mm dengan menggunakan masa pendorong (palu) seberat 63,5 kg yang
jatuh bebas dari ketinggian 760 mm. Banyaknya pukulan palu tersebut untuk
Terzaghi dan Peck ( 1948 ) merupakan orang pertama yang membuat hubungan empiris
antara nilai N dengan daya dukung tanah. Hubungan tersebut digunakan secara meluas
untuk pondasi yang tidak dipengaruhi oleh air tanah dan merupakan daya dukung yang
rata-rata dari 0,5 B di atas dasar telapak sampai 2 B di bawah telapak yang sudah
dukung Terzaghi dan Peck tersebut adalah terlalu konservatif (aman). Oleh karena itu,
Mayerhof (1956) menyarankan untuk menaikkan nilai qa (daya dukung yang diijinkan)
sebesar 50 %.
Sehingga untuk pondasi yang dipengaruhi oleh muka air tanah, Peck dan Bozzora
K = (2.29)
v' = tegangan geostatik vertikal effektif tanah pada kedalaman 0,5 B di bawah
vw' = tegangan geostatik vertikal effektif tanah pada kedalaman 0,5 B di bawah
Jadi
qa = K . qa ' (2.30)
Tes sondir atau cone penetration test (CPT) adalah uji sederhana untuk tanah lempung
lunak dan pasir halus sampai pasir setengah kasar. Pengujian ini tidak dianjurkan untuk
detik. Pengujian ini dapat dilakukan sampai kedalaman yang diinginkan dan data yang
daya dukung tanah untuk pondasi dangkal (telapak) hanya tahanan ujung qc yang
berperan.
Tanah kohesif