PERENCANAAN PONDASI
2.1. PENDAHULUAN
50
dinamakan pondasi dangkal. Jadi, umumnya penentuan pondasi dangkal dapat dilihat
secara fisik dari bentuk konstruksinya.
Dalam hal ini, pondasi dangkal sering dikenal dengan pondasi tapak dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
Pondasi tapak setempat, di bawah kolom tunggal. Denah pondasi ini dapat berbentuk
bujur sangkar, persegi, atau bulat.
Pondasi tapak menerus, yang memikul banyak kolom atau struktur pemikul yang
memanjang, seperti dinding.
Pondasi tapak gabungan, yang mendukung dua atau lebih kolom. Struktur pondasi ini
dapat dilengkapi dengan balok penguat.
51
2.1.4 Stabilitas Pondasi Dangkal
Beban-beban yang bekerja pada pondasi akan dapat disalurkan ke tanah secara
baik apabila stabilitas pondasi dipenuhi. Kriteria stabilitas pondasi dangkal dapat
dipenuhi, jika:
Kapasitas/daya dukung batas tanah lebih besar dari tegangan kontak yang
diakibatkan oleh beban total pada pondasi,
Penurunan pondasi yang terjadi akibat beban kerja lebih kecil dari penurunan yang
diisyaratkan.
52
kerja, tanah yang terletak di sekeliling pondasi dapat bergeser ke arah yang tegangan
tanahnya lebih kecil. Sebaliknya, pada tanah liat, tegangan yang lebih besar terdapat di
bagian tepi pondasi dan berkurang pada pusat pondasi. Hal ini disebabkan beban kerja
menghasilkan tegangan geser di sekelilingnya yang menambah tegangan ke atas
(Gambar 2.2b).
.
53
a. Beban kosentris b. Beban normal dan momen
Gambar 2.3 Distribusi tegangan kontak untuk perencanaan
Apabila beban yang bekerja adalah beban kosentris saja dan tepat pada titik
beratnya, yang berarti nilai e = 0, maka besarnya tegangan kontak dapat dihitung
dengan persamaan:
N
tn = ................................................................................................
BL
(2.1)
dan apabila bekerja beban eksentris (Normal, N dan momen, Mx), maka besarnya
tegangan kontak dapat dihitung dengan persamaan:
N MX X
. tn = ....................................................................................
A IX
(2.2)
dimana:
tn = tegangan kontak (MPa)
N = beban aksial (N)
A = luas bidang pondasi (mm2) = B L, dengan : B(lebar),dan L(panjang)
M X = momen terhadap sumbu x (N mm)
IX = momen inersia terhadap sumbu x (mm4) : Ix = 1/12 BL3
54
Untuk pondasi persegi, nilai eksentrisitas ex L/6 . Dengan demikian,
persamaan 2.2 dapat diselesaikan menjadi:
6e
tn =
N
(
BL
1 X
L ) ....................................................................... (2.3)
Moe pada tahun 1959 mendefinisikan beberapa jenis keruntuhan yang dapat
terjadi pada suatu pondasi yang bekerja pada beban-beban terpusat. Pola keruntuhan ini
dikaitkan dengan perbandingan bentang geser a terhadap tebal d, (a/d). Mekanisme
keruntuhan dapat dirangkum sebagai berikut (6).
Keruntuhan geser tekan (Gambar 2.4a)
55
Umumnya terjadi pada penampang tinggi dengan bentang pendek atau perbandingan
a/d kecil (a/ d). retak-retak miring dengan arah tertentu, tidak mengakibatkan
keruntuhan, tetapi menerus kedalam daerah tekan yang akan mereduksi luas daerah
tekan yang akhirnya daerah tekan akan runtuh akibat kombinasi tegangan-tegangan
tekan dan geser.
Keruntuhan tarik diagonal (Gambar 2.4b)
Umumnya terjadi pada pondasi dengan ratio (a/d) 2. Plat runtuh akibat
terbentuknya retak miring pada tepi kolom pada pondasi. Studi literatur
menunjukkan bahwa penampang kritis dapat dianggap berada pada jarak d/2 dari
sekeliling sisi luar kolom.
Keruntuhan lentur (Gambar 2.4c)
Umumnya terjadi pada pondasi dengan ratio a/d besar (a/d > 6), dengan retak miring
tidak terjadi sebelum dicapai kekuatan lenturnya.
Di dalam perencanaan pondasi, diusahakan agar keruntuhan geser tidak terjadi
sebelum pelat mencapai kekuatan lenturnya.
56
Dari beberapa studi tentang pondasi tapak yang dilakukan olhe Talbot (1907),
Richard (1946) dan Moe (1957) telah dihasilkan beberapa kesimpulan berikut.
Pada pondasi dinding, patah geser tidak pernah terjadi pada bidang-bidang vertikal
sepanjang dinding atau sekitar kolom, melainkan terjadi pada bidang retak tarik
diagonal dengan sudut 45 sepanjang dinding (Gambar 2.5b).
Gaya geser yang menyebabkan retak ini diakibatkan oleh beban yang arahnya ke
atas, yaitu beban di luar suatu bidang pada jarak d dari muka dinding (SKSNI T-
1591 pasal 3.4.11-1).
Pada pondasi tapak setempat dengan kolom bujur sangkar tunggal, kejadian patah
geser melalui dua tahapan, yaitu:
o Retak diagonal awal yang terjadi pada jarak d dari sisi kolom, kemudian diikuti,
o Patah geser tekan yang terjadi disekitar sisi kolom atau geser pons (aksi dua
arah).
57
2.2.3 Kekuatan Geser
Konsep kekuatan geser telah dibahas pada bukur ajar Konstruksi Beton I.
Untuk perencanaan pondasi (tanpa tulangan geser), persyaratan dalam persamaan (2.4)
harus dipenuhi.
V n V u (2.4)
dengan:
V u adalah gaya geser berfaktor (akibat beban luar)
Vn adalah kekuatan geser yang tersedia (gaya dalam), dan adalah factor
reduksi kekuatan; =0,60 . Kekuatan geser nominal V n adalah:
V n=V c +V s (2.5a)
dengan:
V c danV s masing-masing adalah kekuatan geser yang diberikan oleh beton dan baja
tulangan. Dalam perencanaan pondasi, dianjurkan kekuatan geser nominal Vn
sepenuhnya dibangkitkan oleh beton. Jadi:
V n=V c
(2.5b)
Persamaan kekuatan geser nominal pondasi tanpa tulangan geser dapat dirangkum
sebagai berikut (lihat Gambar 2.5):
Untuk kelenturan satu arah, kekuatan geser nominal pada penampang yang berjarak
d dari sisi kolom adalah:
V c maksimum=1/ 6 f c . bw d (2.6)
Untuk kelenturan dua arah, kekuatan geser nominal pada penampang yang berjarak
d/2 dari sisi kolom adalah:
2
( )
c ij =1/6 1+ f c .b o d
(2.7)
V
V c maksimum=1/ 3 f c . bw d (2.8)
dengan:
bw = lebar pondasi yang ditinjau (mm)
58
bo = keliling daerah kritis semu (mm); bo = 4(a +d)
fc = kuat tekan beton rencana (MPa)
= perbandingan antara sisi panjang dan pendek
d = tinggi efektif pondasi (mm); pemakaian d = dv sebagai kedalaman rata-
rata
dari dua lapis baja tulangan juga dibenarkan.
Konsep kekuatan lentur telah dibahas pada buku ajar Konstruksi Beton I, dan
ringkasannya dapat dilihat pada lampiran A. Secara prinsip, perhitungan kekuatan lentur
harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam persamaan 2.9, yaitu:
Mn Mu (2.9)
dengan:
Mu adalah momen lentur berfaktor (akibat beban luar)
Mn adalah kekuatan lentur yang tersedia (gaya dalam), dan
adalah factor reduksi kekuatan; = 0,80
Perhitungan momen lentur berfaktor, harus dilakukan dengan cara elastic. Metode
langsung atau koefisien momen tidak boleh digunakan dalam butir ini. Momen
berfaktor maksimum, harus dihitung berdasarkan penampang kritis (Gambar 2.6) yang
dibahas di dalam SKSNI T-1591 pasal 3.8.4.2, yaitu:
Pada muka kolom atau dinding, untuk pondasi tapak yang mendukung kolom atau
dinding beton,
Setengah dari jarak yang diukur dari bagian tengah ke tepi dinding, untuk pondasi
yang menahan dinding pasangan batu bata atau batu kali.
59
2.2.5 Penyebaran Tulangan Lentur
2
A s j .tengah = A s hitungan a . pendek (2.10)
( +1 )
60
Pada literatur lain [3], persyaratan tulangan minimum sebesar 1,4 f y seharusnya
digunakan pada pondasi, karena kombinasi gaya geser besar dan rasio tulangan
dianggap tidak baik.
Menurut penulis, kedua pendapat di atas bisa diterima, tetapi pemakaian nilai 1,4 f y
akan selalu lebih aman.
Karena bidang tapak lebih luas dari kolom, maka beban dapat didistribusikan
dengan kemiringan 1:2 (Gambar 2.8). Dengan demikian, nilai Pn dalam persamaan 2.11
dapat dinaikkan dengan faktor pengali b yang besarnya berkisar 1 dan 2, sebagai
berikut:
X2 A2
b= = . (2.12)
X1 A1
dengan:
A1 adalah luas kolom;
A1 = Ag dan A2 adalah luas maksimum dari permukaan pendukung.
Besarnya kekuatan nominal kolom menjadi:
Pn = 0,85 fc Ag b (2.13)
Bila pemindahan beban dilakukan dengan dukungan beton ( Pn > Pu), maka
tulangan memanjang harus diteruskan sampai ke tapak penumpu atau menggunakan
pasak. Luas minimum tulangan memanjang atau pasak harus memenuhi persyaratan
berikut (SKSNI T-15 pasal 3.8.8.2):
Pada kolom, As 0,005 Ag
Pada dinding, As 0,0012 Ag untuk D 16 mm dan As 0,0015 Ag untuk D > 16
mm.
61
Gambar 2.8 Batas permukaan pendukung
Tulangan memanjang atau pasak ini harus diteruskan ke dalam tapak dengan jarak lebih
besar atau sama dengan panjang penyaluran tekan Ld yang disyaratkan menurut SKSNI
T-15 pasal 3.5.3, yaitu:
Ld =0,25 f y d p f c ; Ldb 0,004 d b f y (2.14)
Ld 200 mm
Kait atau bengkokan tulangan tidak boleh dianggap efektif di dalam penambahan
perlawanan tekan dari pasak seperti dalam Gambar 2.9 untuk mencegah tertekannya
pasak keluar dari pondasi tapak sewaktu pelaksanaan.
62
2.2.8 Perencanaan Pondasi Telapak Setempat
Lingkup Perencanaan
Agar struktur memenuhi syarat kekuatan dan laik pakai terhadap kombinasi beban yang
mungkin, maka harus dipenuhi ketentuan dari factor beban menurut SKSNI T-15 pasal
3.2.2 sebagaimana ditunjukkan dalam lampiran-D. Misal kombinasi beban berfaktor Wu
akibat beban mati Wdl dan beban hidup Wll minimum sama dengan:
Prosedur Perencanaan
Dengan batasan masalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10, maka perencanaan
pondasi tapak bujur sangkar dan prosedur perhitungannya dapat mengikuti langkah-
langkah berikut, jika mutu beton fc, baja tulangan fy dan beban-beban yang bekerja
telah ditetapkan.
1. Menentukan tebal pondasi tapak
h 150 mm untuk pondasi di atas tanah atau
h 300 mm untuk pondasi di atas ring.
2. Hitung tegangan netto ijin tanah akibat beban kerja
net = tn ( y c h+ y s d ' )
63
Gambar 2.10 Dimensi-dimensi perencanaan untuk pondasi bujur sangkar
V U = U net [ ]
64
V C = 1/6 f c ' b w d
syarat : V C V U jika tidak dipenuhi tebal pondasi harus ditingkatkan.
65
kg/m3). Gunakan mutu beton fc = 30 MPa (300 kg/cm 2), dan mutu baja tulangan fy =
300 MPa (3000 kg/cm2).
Penyelesaian
1. Tentukan tebal pondasi
Tebal telapak di ambil 0,60 m
2. Perhitungan tegangan netto ijin tanah akibat beban kerja
Tegangan netto:
Tegangan ijin tanah 0,225 x 1000 = 225 kN/m2
Timbunan tanah 0,60 x 20 = -12 kN/m2
Berat sendiri pondasi 0,60 x 24 = -14,40 kN/m2
net = 196,6 kN/m2
66
Gambar 2.11 Penampang keritis geser pada bujur sangkar
u net
[( ( ) ) ]
Ba1
2
d B
273
[(( 2,80,40
2 ) )]
0,50 2,80=535 kN
67
2
La1
M u=1/2 u net (
2 )
B
69
Gambar 2.l4 Denah dan potongan penulangan pondasi, pada contoh soal 1
Contoh soal 2
Periksalah kekuatan pondasi yang ditunjukkan pada gambar 2.15, apabila diketahui
mutu beton fc = 20 MPa, mutu baja tulangan fy = 300 MPa, tegangan ijin tanah tn = 150
kPa. tulangan terpasang pada pondasi 26 D-25 (12766 mm 2). Pada kolom bekerja beban
mati 850 kN, beban hidup 1300 kN, dan momen M u = 200 kN/m dan berat jenis beton
bertulang 24 kN/m3.
70
Gambar 2.15 Karakteristik dan dimensi pondasi pada contoh soal 2
Penyelesaian:
1. Kontrol tegangan tanah
Eksentralitas:
Mu 200 200
e= = = =0,06545
W u 1,2 ( 850 ) +1,6(1300) 3100
Tekanan ke atas netto akibat beban berfaktor:
M M M Wu e
u net = u u = u
W u W B L 1/6 . BL2
Wu 6 x 0,0645
BL (
1
4,2 )
175,74(1 0,092)
u net mak =192 kPa
u net min =160 kPa
Tekanan ke atas netto akibat beban kerja:
W
net = ( )
W u u net
71
850+ 1300
( 192 )=133 kP a
3100
Tekanan ke atas bruto akibat beban kerja:
brutto = net + beban pondasi
133+0,60 ( 24 )=147,4 kP a
tanah =150 kPa .. (OK)
Jadi, tanah cukup kuat untuk memikul beban pondasi.
2. Kontrol kekuatan geser
Untuk aksi dua arah:
Gaya geser berfaktor
192+180
V u= ( 4,2 x 4,2 )178( 1,1 x 1,1)
2
3281215=3066 kN
Gaya geser nominal
V c =1/3 bo d f 'c =2 ( a1 +d ) +2( a2 +d )
0,60 x 1/3 ( 4 x 1100 ) ( 500 ) 20
3279000 N 3279 kN
Syarat
3279 kN > 3066 kN (OK)
Untuk aksi satu arah:
Gaya geser berfaktor
192+182
V u= ( 1,30 ) ( 4,20 ) =1021kN
2
Gaya geser nominal
1
V c= f c ' bw d
6
1
20 x 4,2 x 0,5=1,565 kN
6
Syarat
1565 kN > 1021 kN (OK)
Jadi tebal pondasi 600 mm, dapat dipakai tanpa tulangan geser.
3. Kontrol kekuatan lentur.
72
Gambar 2.16 Distribusi beban trapesium
Prosedur Perencanaan
Prosedur perencanaan pondasi tapak persegi pada hakekatnya sama dengan prosedur
perencanaan pondasi tapak bujur sangkar, hanya saja gaya geser dan momen lentur satu
73
arah perlu ditinjau untuk kedua arah utama, kecuali kita yakin arah lain tidak
menentukan. Di samping itu, tulangan dalam arah pendek, penyebarannya diatur
menurut jalur tengah dan jalur tepi, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu.
Contoh soal 4
Rencanakan suatu pondasi tapak persegi untuk memikul beban mati berupa gaya
konsentris 750 kN (75 ton) dan momen 50 kNm (5000 kgm), beban hidup berupa gaya
konsentris 500 kN (50 ton) dan momen 100 kNm (10000 kgm) dari kolom persegi yang
berukuran 50 x 60 cm. Tegangan tanah yang diijinkan adalah 250 kN/m 2 (2,50 kg/cm2).
Abaikan pengaruh timbunan tanah. Gunakan mutu beton fc = 25 MPa (250 kg/cm2),
mutu baja tulangan fy = 350 MPa (3500 kg/cm2).
Penyelesaian
1. Tentukan tebal pondasi
Tebal telapak diambil 0,60 m
2. Perhitungan tegangan netto ijin tanah akibat beban kerja
Tegangan netto:
Tegangan ijin tanah: = 250 kN/m2 ( )
Berat sendiri pondasi: 0,60 x 24 = -14,40 kN/m2 ( )
net = 235,6 kN/m2 ( )
236 kN/m2 ( )
3. Perhitungan dimensi bidang dasar pondasi
Karena pada kolom bekerja beban momen, maka terdapat dua cara untuk
menentukan ukuran bidang dasar pondasi, yaitu: pertama dengan menempatkan
resultante gaya tepat pada pusat berat dasar pondasi (dibahas pada contoh soal 5).
Contoh soal ini akan membahas cara pertama.
Luas bidang dasar:
74
W dl + W 750+500
A perlu = = =5,30 m2
net 236
Lebar pondasi dipilih B = 200 cm
53000
Panjang L= =265 cm 270 cm
200
M M dl + M 50+ 100
Eksentrisitas e= = =
W W dl +W 750+ 500
= 0,12 m
75
Gambar 2.20 Penampang kritis geser pada pondasi persegi
77
Gambar 2.21 Sketsa penulangan lentur pondasi
Gambar 2.23 Denah dan potongan penulangan pondasi, untuk contoh soal 4
Contoh soal 5
Rencanakan suatu pondasi tapak persegi pada soal 4 yang resultante beban tidak berada
pada titik berat dasar pondasi.
Penyelesaian
79
Tegangan netto:
Tegangan ijin tanah = 250 kN/m2 ( )
Berat sendiri pondasi = 0,60 x 24 = -14,40 kN/m2 ( )
net = 235,6 kN/m2 ( )
= 236 kN/m2 ( )
3. Perhitungan dimensi bidang dasar pondasi
Beban konsentris:
W =W d 1 +W =750+500=1250 kN
Beban momen:
M =M d 1 + M =50+100=150 kNm
Tegangan netto:
W 6M
net = + ; missal L 1,5 B
B L B L2
1250 6 x 150
236= +
1,5 B 2 2,252
B3 3,54 B 1,70 = 0; coba-coba didapat B = 2,1 m
Panjang L = 1,5 x 2,1 = 3,15 m 3,20 m
M 150
Eksentrisitas e= = =0,12 m
W 1250
4. Perhitungan tegangan netto akibat beban berfaktor
Beban konsentris berfaktor:
W u=1,2 W dl =1,6W
1,2 x 750+1,6 x 500=1700 kN
Beban momen berfaktor:
M u=1,2 M dl +1,6 M
1,2 x 50+1,6 100=220 kNm
Tegangan netto berfaktor:
W 6 Mu
u net = u
B L B L2
1700 6 x 220 2
u net = + =314,36 315 kN /m
2,1 x 3,2 2,1 x 3,2 2
80
Gambar 2.24 Penampang kritis geser pada pondasi persegi
81
500008 N 500 kN
500 kN 529 kN, tebal pondasi beton tidak mencukupi untuk memikul gaya geser,
maka diperlukan tulangan geser atau tebal pondasi ditingkatkan.
Tegangan geser sisa:
V s=529500=29 kN
V s min =( 1/ 3 ) be d ; b e=a1 +2 d
0,60 ( 1/3 ) 1500 x 500=150000 N 150 kN
150 kN > 29 kN, dipakai tulangan sengkang minimum.
b s 1500 x 200
A sv = e = =286 mm 2 ; dipilih 14 (308 mm2 )
3f y 3 x 350
6. Perhitungan momen lentur akibat beban berfaktor
Momen arah panjang:
La1 2
M u=1/2 u net ( ) B
2
2
M u=1/2 x 315(1,30) x 2,10=559 kNm
Momen arah pendek:
2
Ba2
M u=1/2 u net ( ) L
2
2
M u=1/2 x 315(0,80) x 3,20=323 kNm
7. Perhitungan luas tulangan lentur
Tulangan arah panjang:
M 559 x 10
6
Ru= u2 = 2
=0,984 M P a
b d l 210 x (520)
Dari lampiran Tabel A, nilai Ru < Ru min, maka dapat dipakai
= fmin = 0,0040
luas tulangan:
As = b d = 0,0040 x 2100 x 520 = 4368 mm2
Luas tulangan per meter lebar:
4368 2
As= =2080 mm
2,10
Dipilih tulangan arah panjang D20 125 (2513 mm2).
Tulangan arah pendek:
M 323 x 106
Ru= u2 = =0,404 M P a
b d b 3200 x (500)2
Dari lampiran Tabel A, nilai Ru < Ru min, maka dapat dipakai
= min = 0,0040
luas tulangan:
As = b d = 0,0040 x 3200 x 500 = 6400 mm2
Luas tulangan ini harus didistribusikan ke jalur tengah kolom selebar pondasi dan
ke jalur tepi.
Luas tulangan jalur tengah (2,10 m):
82
2,1
3,2/+1
2 2
A stg = As=
+ 1
2
= 5068 m
5068 2
Luas tulangan per meter lebar =2414 mm
2,1
Dipilih tulangan 18 D20 125 (2513 mm2)
Luas tulangan jalur tepi (2x0,550 m):
2
A stp =64005068=1332 mm
Dipilih tulangan 18 D16 125 (1540 mm2)
83
Gambar 2.26 Denah dan potongan penulangan pondasi untuk contoh soal (5)
84
Gambar 2.27 Bentuk pondasi gabungan dari dua kolom persegi, (b) trapesium, (c)
konsol
Prosedur Perencanaan
Prosedur perencanaan pondasi gabungan pada prinsipnya adalah sama dengan prosedur
perencanaan pondasi tapak kolom tunggal (bujur sangkar atau persegi), tetapi lebih
komplek, karena perhitungan gaya gaya dalamnya (momen dan geser) tidak
sesederhana seperti pada pondasi dengan kolom tunggal. SKSNI T-1591 pasal 3.8.10
menentukan bahwa, pondasi tapak yang mendukung lebih dari satu kolom harus
direncanakan menahan beban berfaktor, berdasarkan persyaratan sebagai berikut.
Cara perencanaan langsung (koefisien momen) tidak boleh digunakan. Ini
berarti gaya gaya dalamnya harus dihitung dengan teori elastis (cross, slope
deflection dan lain lain).
Distribus tekanan tanah di bawah pondasi harus konsisten dengan sifat tanah,
struktur dan prinsip mekanika tanah.
Dalam perhitungan pondasi tapak gabungan, seperti juga pada pondasi dengan kolom
tunggal dianggap bahwa pondasi kaku sempurna, sehingga tegangan tanah di bawah
dasar pondasi terdistribusi linier. Di samping ini, usahakan titik tangkap resultante
tegangan kontak tanah akibat beban beban (vertikal, horizontal, momen) yang bekerja
pada pondasi berimpit pada pusat berat pondasi. Hal ini akan memudahkan perhitungan
dan penghematan dimensi dasar pondasi.
85
Untuk memahami perhitungan pondasi tapak gabungan, berikut disampaikan prosedur
perencanaan untuk pondasi tapak persegi beserta contoh soal, dan sedikit penjelasan
untuk pondasi tapak trapesium dan pondasi konsol.
Dengan batasan masalah seperti pada gambar 2.36, yaitu telah ditetapkan beban beban
kolom, tegangan ijin tanah, jarak di antara kolom, mutu beton, dan mutu baja tulangan,
maka prosedur perhitungannya dapat mengikuti langkah langkah berikut.
86
1. Tentukan tebal pondasi tapak
2. Hitung tegangan netto ijin tanah akibat beban kerja
net= tn( c h+ s d ' )
3. Hitung ukuran bidang dasar pondasi akibat beban kerja
Untuk resultante beban berimpit dengan pusat berat pondasi, perhitungan ukuran
bidang dasar pondasi dapat mengikuti langkah langkah berikut.
Luas bidang dasar pondasi yang diperlukan:
W W c 1+ W c 2
A= =
net net
dengan:
Wc1 = beban kerja pada kolom 1
Wc2 = beban kerja pada kolom 2
Tentukan letak resultante beban terhadap kolom 1:
W c2 L2
X =
W c1 +W c 2
Hitung panjang pondasi dan lebar pondasi:
A
L=2 ( L1 + X ) ; dan B=
L
Hitung panjang: L3=LL1L2
5. Kontrol kekuatan geser untuk aksi satu arah dan dua arah
Untuk aksi satu arah (umumnya menentukan):
V u=W u1 u net L1 u net d atau
W u 2 u net L2 u net d atau
V c = 1 /6 f c ' b w d
Syarat Vc Vu. jika tidak dipenuhi, tebal pondasi harus diperbesar atau dipasang
tulangan geser.
6. Hitung momen lentur akibat beban berfaktor
Momen arah memanjang:
Momen tumpuan:
2
M ut 1=1/2 u net L1 B
M ut 2=1/2 u net L22 B
Momen lapangan:
Jika M ut 1 M ut 2 , momen lapangan dihitung sebagai berikut:
M + M ut 2
M ut 1=1/8 u net L21 B ut 1
2
Jika perbedaan nilai Mut1 dan Mut2 cukup besar, maka Mut harus dihitung dengan
persamaan keseimbangan:
M ut
M ut terjadi pada:V ux =0 atau x=
mak
u net
2
M ut =W ut x1/ 2 u net x
mak
87
Momen arah pendek (melintang):
SKSNI mengatur bahan tulangan melintang harus ditempatkan pada setiap kolom
dalam suatu jalur yang lebarnya be tidak lebih dari lebar kolom ditambah tebal
efektif d pada masing masing sisi kolom [6]
Ba 2 Ba2
(
M u= u net )(
2 ) b
4 1 e
u net ( Ba2 )2 b e
8 1
7. Hitung luas tulangan arah memanjang dan melintang berdasarkan nilai momen
momen yang telah dihitung.
8. Hitung luas tulangan pasak untuk memindahkan beban dari masing masing kolom
ke pondasi dengan cara seperti diuraikan pada bab sebelumnya.
9. Kontrol panjang penyalur pasak pada masing masing kolom dengan cara seperti
diuraikan / dijelaskan pada bab sebelumnya.
10. Kontrol panjang penyaluran batang tarik ( SKSNI T-15-1991 pasal 3.5.2:
Tulangan atas memanjang
Ld =1,4 x 0,002 A b f y f c ' ; Ld >1,4 x 0,06 d b f y
Ld >300 mm
Tulangan bawah melintang:
Ld =0,002 A b f y f c ' ; Ld >0,06 d d f y
Ld >300 m m
88
Gambar 2.29 Pondasi gabungan untuk soal (6)
Penyelesaian
1. Penentuan tebal pondasi tapak
Tebal pondasi diambil 0,75 m.
2. Perhitungkan tegangan netto ijin tanah akibat beban kerja
Tegangan ijin tanah = 250 kN/m2 ()
Berat sendiri pondasi = 0,75 x 24 = -18 kN/m2 ()
net = 232 kN/m2 ()
3. Perhitungan dimensi bidang dasar pondasi
Untuk resultante beban yang berhimpit dengan pusat berat pondasi, berlaku:
Luas bidang dasar pondasi yang diperlukan:
W c 1 +W c 2 ( 900+600 ) + ( 1080+720 ) 2
A= = =14,22 m
net 232
Tentukan letak resultante beban terhadap kolom 1
W c1 L2 1800 x 5,0
X = = =2,727 m
W c1 +W c 2 (1500+1800 )
Hitung panjang pondasi dan lebar pondasi:
L=2 ( L1 + X ) =2 ( 0,5+2,727 )=6,454 m
A 14,22
B= = =2,203 m 2,20 m
L 6,454
Hitung panjang L3
L3 = L L1 L2 = 6,454 0,50 5,0 = 0,940 m
4. Hitung tegangan netto ijin tanah akibat beban berfaktor
1,2W dl +1,6 W
u net =
BL
1,2 ( 900+ 1080 ) +1,6(600+720)
u net =
2,2 x 6,454
2
u net =316 kN /m
Tegangan netto berfaktor per meter panjang:
u net =2,2 x 316=695 kN /m
5. Kontrol kekuatan geser untuk aksi satu arah dan dua arah:
89
Beban berfaktor pada:
Kolom 1: W u 1=1,2 W dl 1+ 1,6 W 1
1,2 x 900+1,6 x 600=2040 kN
90
V c = 1/6 f c ' bw d
20 2200 x 650=737902 N =738 kN
0,6 ( 1/6 )
738 kN< 1102 kN diperlukan tulangan geser untuk menahan gaya geser sisa
Vs = 1102 738 =364 kN
Luas tulangan geser yang diperlukan, apabila dipakai jarak sengkang S = 150
mm
V s S 364000 x 150
Av = = =466 mm2
f y d 0,6 x 300 x 650
Dipakai sengkang bertingkat 6 10 150 (474 mm2)
Untuk aksi 2 (dua) arah:
Dari empat sisi bidang geser, satu sisi disebelah kiri kolom 1 dianggap tidak
efektif.
Gaya geser berfaktor sejauh d/2 dari kolom 1:
V u=W u1 u net (L1+ a1 +d /2)(a1 +d )
2040316 ( 1,225 ) ( 1,05 )=1633 kN
Gaya geser nominal:
bo =2 ( L1+ a1+ d /2 ) + ( a 1+ d ) ,atau
2 ( 0,5+0,4+ 0,325 )( 0,4 +0,65 ) =3,5 m
V c = 1/3 f c ' b o d
1
3
0,6
2035 kN > 1692 kN ......................................................................................(OK)
92
Dipilih tulangan 22 D20 (6908 mm2).
Arah melintang:
Tulangan utama selebar jalur kolom 1:
M 110 x 10 6
R u= u2 = =0,167 M Pa
be d 1350 x (650)2
Dari lampiran Tabel A, Ru < Ru min, maka dipakai:
= min = 0,0047
As = be d = 0,0047 x 1350 x 650 = 4735 mm2
Dipilih tulangan 16 D20 (5024 mm2).
Tulangan utama jalur kolom 2:
Karena besarnya momen persatuan lebar adalah sama dengan besarnya momen
pada jalur kolom 1, maka dipakai tulangan minimum juga.
As = be d = 0,0047 x 1700 x 650 = 5194 mm2
Dipilih tulangan 17 D20 (5338 mm2)
Tulangan susut dan suhu:
Arah memanjang dan melintang:
As = b d = 0,0020 x 1000 x 650 = 1300 mm2
Dipilih tulangan D16 150 (1340 mm2)
8. Perhitungan pemindahan beban dari dinding ke pondasi kekuatan tekan rencana
dalam kolom:
Pn = 0,85 fc Ag
= 0,65 x 0,850 x 20 x 400 x 400
= 1768000 N 1768 kN
Beban berfaktor terbesar pada kolom Wu = 2448 kN
1768 kN < 2448 kN diperlukan tuangan pasak untuk memikul beban lebih.
W u P n ( 24481758 ) 102
A sp= = =3696 mm 2
( f y 0,85 f c ) 0,65 (3000,85 x 20)
2
A sp min =0,005 A g=0,005 x 400 x 400=800 mm
Dipakai tulangan pasak 8 D25 (3928 mm2)
9. Kontrol panjang penyaluran pasak
Panjang penyaluran perlu:
Ld =0,25 f y d b f 'c =( 0,25 x 300 x 25 ) 20=419 mm
0,04 f y d b =0,04 x 300 x 25=300
Ld min > 200 mm
Panjang tersedia:
L1 = h p Dutama Dsusut Dpasak
= 750 70 22 20 25 = 613 mm 419 mm ..................................(OK)
10. Kontrol panjang penyaluran batang tarik
Dengan melihat dimensi yang ada, maka panjang penyaluran tulangan atas
memanjang dan melintang, dapat dipenuhi.
11. Kontrol lebar retak
Karena fy = 300 MPa < 350 MPa, tak memerlukan kontrol lebar retak
12. Gambar detail tulangan
Gambar 2.40 menunjukkan denah dan potongan tulangan yang dipasang pada
pondasi dinding menurut hasil perhitungan.
93
Gambar 2.32 Denah dan potongan penulangan pondasi untuk contoh soal (6)
Contoh soal 7
Rencanakan pondasi telapak gabungan untuk memikul empat buah kolom yang masing
masing memikul beban normal dan momen akibat beban mati dan beban hidup, yang
besarnya seperti ditunjukkan pada Gambar 2.33. Kolom 1 dan 4 ditempatkan sejauh
1,00 dari garis batas kiri dan kanan.
Jarak antara kolom 4.00 m. Mutu beton fc = 20 MPa (200 kg/cm2), mutu baja tulangan fy
= 300 MPa 93000 kg/cm2). Dasar pondasi berada pada kedalaman 1,80 m dari muka
tanah dengan tegangan ijin tanah 200 kPa (2,0 kg/cm2). Kolom berukuran 0,40 x 0,40 m.
94
Gambar 2.33 Pembebanan pondasi gabungan untuk soal (7)
Penyelesaian
1. Penentuan tebal pondasi tapak
Tebal pondasi diambil 0,80 m
95
Beban normal berfaktor pada:
Kolom 1 : Pu1 = 1,2 Pdl1 + 1,6 Pll1
= 1,2 x 120 + 1,6 x 180 = 432 kN
Kolom 2 :Pu2 = 1,2 Pdl2 + 1,6 Pll2
= 1,2 x 450 + 1,6 x 300 = 1020 kN
Kolom 3 :Pu3 = 1,2 Pdl3 + 1,6 Pll3
= 1,2 x 500 + 1,6 x 350 = 1160 kN
Kolom 4 :Pu4 = 1,2 Pdl4 + 1,6 Pll4
= 1,2 x 350 + 1,6 x 400 = 1060 kN
Pu = 432 + 1020 + 1160 + 1060 = 3672 kN
Beban momen berfaktor semua kolom sama:
Mu1 = Mu2 = Mu3 = Mu4 = 1,2 Mdl1 + 1,6 Mll1
= 1,2 x 300 + 1,6 x 200 = 680 kNm
Tegangan netto berfaktor persatuan luas:
Pu Pu e 3432 3432 x 1,6
net = + = + =122,57 84,04
A W 14 x 2 2 x (14)2 /6
u mak = 207 kN/m2
u min = 39 kN/m2
5. Perhitungan gaya geser
Gaya geser akibat tegangan berfaktor pada potongan sejauh X dari garis batas
sebelah kiri:
(20739)
V u , x =2 x 39 X +1/2 X 2 x 2 x =12 X 2 +78 X
14
Gaya geser antara garis batas sebelah kiri dan kolom 1:
Untuk X = 0 Vu = 0 kN
Untuk X = 0 Vu = 0 kN
96
97
Gambar 2.34 Geometri pondasi, distribusi tegangan gaya geser dan momen yang
terjadi
98
momen antara kolom 2 dan 3:
Mu,x = 4X3 + 39X2 + 1360 432 (X 1) 1020 (X 5)
Untuk X = 5,00 m Mu = 1107 kNm
Untuk X = 8,22 m Mu = -186 kNm
Untuk X = 9,00 m Mu = -101 kNm
momen antara kolom 3 dan 4:
Mu,x = 4X3 + 39X2 + 1360 432 (X 1) 1020 (X 5) 1160 (X 9)
Untuk X = 9,00 m Mu = 579 kNm
Untuk X = 11,85 m Mu = -809 kNm
Untuk X = 13,00 m Mu = -565 kNm
momen pada kolom 4 sebelah kanan:
Untuk X = 13,00 m Mu = 680 565 = 115 kNm
Momen arah melintang:
Lebar jalur efektif untuk semua kolom adalah sama, yaitu:
Be d = a1 + d = 0,7 + 0,4 + 0,7 = 1,80 m
Momen maksimum terjadi pada kolom 4, dengan persamaan tegangan berfaktor
netto:
168 x
u , x =39+
14
99
7. Kontrol kekuatan geser
Untuk aksi satu arah (umumnya menentukan):
Gaya geser maksimum sejauh d dari muka kolom, terjadi pada penampang sejauh
9,9 m dari garis batas kiri), dengan persamaan gaya geser:
Vu,x = 12 X2 + 78 X - 2612
Untuk X = 9,9 Vu = - 791 kN
Gambar 2.36 Distribusi tegangan geser satu arah pada sebelah kanan kolom 3
100
Sengkang Bertingkat Enam
101
8. Perhitungan luas tulangan
Arah memanjang:
Penulangan lapangan:
Mw 809 x 106
Ru= 2 = =0,825 M Pa
b d 2000 x (700)2
dari lampiran Tabel A, Ru < Ru min, maka dipakai:
= min = 0,0047
Luas tulangan minimum:
As = b d = 0, 0048 x 2000 x 700 = 6720 mm2
Dipilih tulangan 22 D20 (6908 mm2)
Tulangan tumpuan:
M 1107 x 106
Ru= u2 = =1,129 M Pa
b d 2000 x (700)2
Dari lampiran Tabel A, didapat:
= 0,0049 min = 0,0047
Luas tulangan:
As = b d = 0, 0049 x 2000 x 700 = 7860 mm2
Dipilih tulangan 22 d20 (6908 mm2)
Arah melintang:
Tulangan utama selebar jalur kolom 4:
M 112 x 10
6
Ru= u2 = 2
=0,126 M Pa
b e d 1800 x (700)
Dari lampiran Tabel A, Ru, < Ru min, maka dipakai
= 0,0049 min = 0,0047
Luas tulangan lentur:
As = be d = 0, 0047 x 1800 x 700 = 5922 mm2
Dipilih tulangan 19 D20 (5966 mm2).
Jalur yang lain m dipakai tulangan yang sama 19 D-20
Tulangan susut dan suhu:
Arah memanjang dan melintang:
As = b d = 0, 0020 x 1000 x 800 = 1600 mm2
Dipilih tulangan D16 -126 (1608 mm2).
102
0,04fy db = 0,04 x 300 x 16 = 192 mm
Ld min > 200 mm
Panjang tersedia:
L1 = n p Dutama Dsusut - Dpasak
= 800 70 20 16 16 = 678 mm 240 mm ...................(OK)
Gambar 2.38 Denah dan potongan penulangan pondasi untuk contoh soal 7
103
mendistribusikan beban dari kolom ke masing-masing tiang dan menyatukan hubungan
tiang-tiang tersebut. Pile cap ini menyerupai pondasi tapak, hanya saja tegangan kontak
yang terjadi tidak berupa beban merata, tetapi berupa beban-beban terpusat (M, N, L)
dari masing-masing tiang. Supaya beban kolom dapat menyebar secara linier ke semua
tiang, disarankan pile cap mempunyai ketebalan yang cukup.
Prinsip yang digunakan di dalam perencanaan tapak pondasi tiang (pile cap) adalah
sama dengan prinsip perencanaan pondasi tapak setempat. Di bawah ini adalah beberapa
hal yang perlu diperhatikan.
Perhitungan momen dan gaya geser boleh didasarkan atas reaksi tiang yang bekerja
pada garis sumbu tiang (SKSNI T-15 pasal 2.8.2.2).
Penentuan gaya geser pada sembarang penampang harus sesuai dengan ketentuan
berikut (SKSNI pasal 3.8.5.3):
o Reaksi tiang yang terletak di luar penampang yang berjarak d/2 atau lebih
harus diperhitungkan.
o Reaksi tiang yang terletak di dalam penampang yang berjarak d/2 atau kurang
tidak diperhitungkan.
104
o Reaksi tiang yang posisinya terletak di antara (a) dan (b), bagian dari reaksi
tiang yang dapat dianggap menimbulkan geser pada penampang yang ditinjau
harus berdasarkan pada interpolasi garis lurus antara harga penuh pada d/2 di
luar penampang dan nol pada d/2 di dalam penampang.
Ketentuan di atas juga berlaku untuk gaya geser aksi satu arah, yaitu berjarak d dari
muka kolom.
Geser aksi dua arah (pons) diperiksa pada masing-masing tiang.
Tebal efektif pile cap pada bagian tepi tidak boleh diambil kurang dari 300 mm
(Lihat Gambar 2.40).
Gambar 2.40 Reaksi pada tiang akibat beban normal dan momen
Pada tapak pondasi tiang, biasanya bekerja beban vertikal (normal) dan beban
horizontal (geser) dan momen. Dengan menganggap distribusi tegangan linier pada
kelompok tiang, maka dapat ditentukan reaksi masing-masing tiang.
Pi =
N M di ..
n d2
2.16
Dengan:
P = reaksi tiang; N = beban vertikal dari kolom; M = momen; M = N e;
n = jumlah tiang; d = eksentrisitas; I = 1,2,3, ..
105
contoh soal 8
Rencanakan suatu tapak pondasi tiang (pile cap), seperti ditunjukan pada Gambar 2.41.
Tapak yang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 2,7 x 2,7 m 2, harus dapat
menyalurkan beban dari kolom (0,45 x 0,45 m 2) ke sekelompok tiang yang jumlahnya
ada Sembilan buah. Diameter seluruh tiang sama, yaitu 0,30 m dan jarak antar tiang
0,90 m. Masing-masing tiang memikul beban mati 100 kN (10 t) dan beban hidup 50
kN (5 t). Mutu beton fc = 30 MPa (300 kg/cm2) dan mutu baja tulangan fy = 400 MPa
(4000 kg/cm2)
Penyelesaian
1. Penentuan tebal tapak pondasi
Tebal tapak diambil 0,60 m.
106
Gambar 2.42 Penampang kritis geser pada tapak pondasi tiang
107
740 kN > 600 kN, tebal pelat mencukupi untuk memikul gaya geser tanpa
memerlukan tulangan geser.
4. Kontrol kekuatan geser secara individual.
Dengan jarak antar tiang 0,90 m, keliling kritis tidak overlap.
Keliling:
bo = ( pile + d)
= 3,14 x (300 + 500)
= 2512 mm
Gaya geser berfaktor:
Vu = 1 Pu = 1 x 200 = 200 kN
Gaya geser nominal:
V c =1/3 bo d f c '=0,60 x 1/3 x 2512 x 500 x 30
= 1375879 N 1375 kN
1375 kN > 200 kN, tebal pelat mencukupi untuk memikul gaya geser tanpa
memerlukan tulangan geser.
5. Perhitungan momen lentur akibat beban berfaktor
Momen pada penampang kritis (sisi luar kolom):
0,45
M u=3 Pu (0,9 d ) = 3 x 200 x 00,725 = 405 kNm
2
6. Perhitungan luas tulangan
M 405 x 10 6
Ru= u2 = =0,600 M Pa
b d 2700 x (500)2
Dari lampiran Tabel A, nilai Ru < Ru min, maka dapat dipakai
= min = 0,0047
Luas tulangan per meter lebar:
A s = b d =0,0047 x 1000 x 500=2350 mm2
Dipilih tulangan untuk kedua arah sama D20 125 (2513 mm2).
7. Perhitungan tulangan pasak
Kekuatan tekan rencana kolom:
'
P n= 0,85 f c A g
= 0,65 x 0,85 x 30 x (450 x 450)
= 3356437 N 3356 kN
Beban berfaktor pada kolom
Pu 9 x 200 = 1800 kN
3356 kN > 1800 kN. Ini berarti beban pada kolom dapat dipindahkan dengan
dukungan saja. Tetapi disyaratkan untuk menggunakan tulangan pasak minimum
sebesar:
As min = 0,005 Ag = 0,005 x 450 x 450 = 1012 mm2
Dipilih tulangan pasak 4 D-19 (1136 mm2)
108
8. Kontrol panjang penyaluran pasak
Tulangan pasak 4 D-19 harus disalurkan di atas dan di bawah pertemuan dari kolom
dan telapak.
Panjang penyaluran Ld yang disyaratkan untuk gaya tekan:
Ldb=0,25 f y d b / f c
0,25 x 300 x 19
=260 mm
30
Panjang penjangkaran di bawah pertemuan kolom dengan pondasi L 1 yang tersedia
adalah:
L1 = h p 2 Dpondasi - Dpasak
L1 = 600 75 2 x 20 19 466 mm 260 mm (OK)
9. Gambar detail tulangan
Gambar 2.43 Denah dan potongan tulangan pondasi contoh soal (8)
2.2.11 Rangkuman
Pondasi berfungsi untuk menyalurkan beban kolom dari struktur atas ke tanah.
Berdasarkan kedalamannya, pondasi dikelompokkan menjadi dua yaitu pondasi
dangkal dan pondasi dalam.
Pondasi dangkal atau tapak dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pondasi tapak
setempat (bujur sangkar, lingkaran, persegi), tapak menerus (dinding), tapak
gabungan (persegi, trapezium, konsol), tapak pondasi tiang.
109
Keruntuhan pondasi tapak dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu keruntuhan
geser tekan atau geser pons (aksi dua arah), keruntuhan geser tarik atau geser lentur
(aksi satu arah), dan keruntuhan lentur.
Perencanaan pondasi tapak mencakup penentuan ukuran dasar pondasi (tapak),
tebal tapak, luas tulangan yang memenuhi kekuatan lentur dan geser, luas tulangan
pasak.
Perhitungan luas bidang dasar pondasi harus didasarkan atas beban tak berfaktor
(beban kerja), sedangkan kekuatan lentur dan geser harus didasarkan beban
berfaktor (beban batas).
Perhitungan momen baik pada pondasi setempat atau pondasi gabungan harus
dilakukan dengan menggunakan metode elastic, sedangkan cara koefisien momen
tidak boleh digunakan.
Penampang kritis momen pada kolom beton terletak pada muka kolom, sedangkan
pada kolom yang terbuat dari batu kali/batu bata terletak di tengah antara
pusat/kolom dari tepi kolom.
Penampang kritis geser aksi satu arah dan dua arah terletak sejauh d dan d/2 dari
muka kolom.
Penyebaran tulangan untuk pondasi tapak bujur sangkar harus merata pada seluruh
lebar pondasi, sedang pada pondasi persegi harus merata ke seluruh lebarnya.
Dalam arah pendek tulangan harus disebar merata dalam jalur tengah yang lebarnya
sama dengan lebar arah panjang. Pada pondasi tapak gabungan, tulangan arah
memanjang harus disebar merata pada seluruh lebarnya, sedangkan tulangan arah
melintang harus ditempatkan pada setiap jalur kolom yang lebarnya tidak lebih dari
tebal kolom di tambah dua kali tinggi efektif (berjarak d dari kiri dan kanan kolom).
110
3. Rencanakan pondasi tapak persegi pada soal 2, apabila ditambah beban momen
akibat beban mati 200 kNm (20 tm) dan beban hidup 100 kNm (10 tm). Ambil titik
tangkap resultante beban berimpit dengan titik berat dasar pondasi.
4. Rencanakan pondasi tapak persegi panjang pada soal 3, apabila titik tangkap
resultante beban tidak berimpit dengan titik berat dasar pondasi.
5. Rencanakan suatu pondasi tapak untuk mendukung sebuah kolom persegi panjang
0,45 x 0,80 m. Kolom tersebut memikul beban mati dan beban hidup yang sama
besar 1000 kN (100 t). Ruang bebas yang ada 2,4 m (Gambar 2.44) membatasi
lebar maksimum tapak.
Gunakan mutu beton fc = 24 MPa, mutu baja tulangan fy = 350 MPa, tegangan ijin
tanah 240 kN/m2.
6. Rencanakan suatu pondasi tapak untuk memikul dinding beton setebal 300 mm.
beban mati dinding 120 kN/m (12 t/m) dan beban hidup 180 kN/m. Gunakan nilai f c
= 20 MPa (200 kg/cm2), fy = 300 MPa (3000 kg/cm2), tegangan tanah yang diijinkan
tn = 140 kN/m2 (1,4 kg/cm2).
7. Rencanakan pondasi tapak pada soal (6) apabila dinding terbuat dari pasangan batu
bata.
8. Rencanakan pondasi telapak gabungan untuk memikul kolom-kolom Gambar 2.45.
Ke dua kolom berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 0,45 x 0,45 m. Kolom A
memikul beban mati dan beban hidup yang sama besar 450 kN (45 t); sedang
kolom B memikul beban mati 720 kN (72 t) dan beban hidup 1000 kN (100 t).
Gunakan mutu beton fc = 25 MPa (250 kg/cm2), mutu baja tulangan fy = 400 MPa
(4000 kg/cm2), tegangan tanah ijin 240 kN/m2 (2,4 kg/cm2).
111
Gambar 2.45 Posisi kolom-kolom pada soal (8)
9. Rencanakan pondasi tapak gabungan pada soal (8) apabila ditambahkan beban
momen akibat beban mati 250 kNm (25 tm) dan beban hidup 300 kNm (30 tm).
10. Rencanakan tapak pondasi tiang seperti ditunjukkan Gambar 2.46. Kolom
berbentuk bujur sangkar 0,45 x 0,45 m memikul beban sentries akibat beban mati
700 kN (70 t) dan beban hidup 300 kN (30 t), serta beban momen akibat beban mati
120 kNm (12 tm) dan beban hidup 75 kNm (7,5 t). Gunakan mutu beton f c = 25
MPa (250 kg/cm2), mutu baja tulangan fy = 400 MPa (4000 kg/cm2).
112