Anda di halaman 1dari 23

J

a
k
a
r
t
a
,

J
u
n
i

2
0
2
2

Kepada Yth.

Majelis Hakim Yang Memeriksa, Mengadili Dan Memutus Perkara


Perselisihan Hubungan Industrial
Pengadilan Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Perkara Nomor : 133/Pdt.Sus-PHI/2022/PN.Jkt.Pst
Jl. Bungur Besar Raya No. 24,26,28, Jakarta Pusat.

Perihal : DUPLIK TERGUGAT Perkara Perselisihan Hubungan Industrial


Nomor : 133/Pdt.Sus-PHI/2022/PN.Jkt.Pst

Dengan hormat,

Yang bertandatangan dibawah ini, Yudistira, S.H., M.Si., Bayu Setiawan


Hendri Putra, S.H., dan Frengki, S.H. para Advokat pada kantor hukum
Yudistira & Co. Law Firm yang berkedudukan di Citywalk-Citylofts Sudirman
Lantai 20.06B, Jl. K.H. Mas Masyur No. 121 Jakarta Pusat 10220,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 19 April 2022, baik bersama-
sama maupun sendiri-sendiri dengan ini bertindak untuk dan atas nama
maupun kepentingan hukum Yayasan Hati Suci, suatu badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia, sesuai dengan Akta
Terakhir No. 12 tertanggal 12 Juli 2021 oleh Notaris Hannywati Gunawan,
S.H., M.Kn. yang telah mendapatkan pengesahan dari Kementrian Hukum dan
HAM berdasarkan Surat Penerimaan Perubahan Nomor AHU-
AHA.01.06.0026159, yang berkedudukan di Jakarta Pusat,
________________________________________selanjutnya disebut “TERGUGAT”.

Dengan ini mengajukan Dupik terhadap Replik Perselisihan Hak Dalam


Pengakhiran Hubungan Kerja dengan perkara Nomor :
133/Pdt.Sus-PHI/2022/PN.Jkt.Pst, tanggal 12 April 2022 yang diajukan oleh

Yosef Laga Rebong alias Yosef Laga Rebong, S.Pd. pemegang Kartu Tanda
Penduduk Nomor 3275061703680011 yang diketahui beralamat di Pondok
Sani Blok C4/1-2, RT 007/ RW 005, Kel. Pejuang, Kec. Medan Satria, Kota
Bekasi Jawa Barat, ___________________selanjutnya disebut “PENGGUGAT”.

Adapun Duplik yang Tergugat sampaikan kepada Yth. Majelis Hakim yang
memeriksa, mengadili dan memutus Perkara Perselisihan Hubungan
Industrial Nomor 133/Pdt.Sus-PHI/PN.Jkt.Pst adalah sebagai berikut:

I. DALAM KONVENSI
A. EKSEPSI
1. Bahwa setelah membaca Replik Penggugat Tertanggal 20 Juni
2022, Tergugat secara tegas menolak seluruh dalil-dalil yang
disampaikan Penggugat pada Repliknya kecuali terhadap hal-hal
yang secara tegas dinyatakan oleh Tergugat;

2. Bahwa Tergugat berketetapan terhadap dalil-dalil yang telah


disampaikan dalam Jawaban Gugatan tertanggal……..;
3. Bahwa dengan adanya Replik Penggugat semakin membuktikan
bahwa Gugatan Penggugat merupakan Gugatan yang tidak
sempurna karena Gugatan Penggugat kabur dan tidak jelas
(obscuur libel), Gugatan yang salah pihak (Error In Persona), dan
Gugatan Penggugat telah daluwarsa;

4. Bahwa secara tegas kami sampaikan, Penggugat sangat tidak


cermat dan telah gagal memahami maksud serta tujuan
Penggugat mengajukan eksepsi dalam jawabannya, yang dimana
hubungan antara Posita dan Petitum Penggugat saling bertentangan,
dimana dalil Penggugat pada posita Gugatan telah menyatakan
adanya Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh Tergugat
kepada Penggugat, namun jika melihat bagian Petitum dari
Penggugat tidak ada meminta secara tegas dengan menyatakan
bahwa Hubungan Kerja antara Penggugat dan Tergugat telah
berakhir karena Pemutusan Hubungan Kerja akan tetapi Penggugat
secara langsung meminta hak-hak berupa Pesangon, Penghargaan
masa kerja dan Penggantian hak.

Bahwa hal yang demikian dapat dimintakan oleh Penggugat


apabila telah meminta dengan tegas didalam posita dan petitum
Gugatannya bahwa hubungan kerja antara Penggugat dan
Tergugat juga telah dinyatakan telah berakhir.

Bahwa hubungan antara posita (fundamentum petendi) dengan


tuntutan (petitum),  merupakan syarat hukum formil dalam
Gugatan yang apabila Gugatan yang diajukan tidak bersesuaian
antara posita dan petitumnya, maka mengakibatkan gugatan
obscuur libel, sehingga mengakibatkan gugatan “tidak dapat
diterima”. Hal yang demikian sejalan dengan ketentuan
Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 1075 K/Sip/1982 tanggal 8
Desember 1982 jo. Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I. No. 1854
K/Pdt/1984 tanggal 30 Juli 1984 jo. Yurisprudensi Mahkamah
Agung R.I. No. 720 K/Pdt/1997 tanggal 9 Maret 1997 yang pada
intinya menegaskan bahwa Petitum/tuntutan haruslah didukung
dengan Posita/Fundamentum Petendi yang diuraikan secara jelas
baik fakta maupun dasar hukumnya dalam gugatan;

Dengan demikian terlihat jelas bahwa dalil-dalil Penggugat tersebut


adalah dalil yang tidak bersesuaian antara posita dan petitumnya,
yang mana mengakibatkan GUGATAN PENGGUGAT MENJADI
KABUR (OBSCUUR LIBEL)
5. Bahwa Penggugat tidak menanggapi dan membatah dengan tegas
dalil Tergugat pada poin 1.2 halaman 3 dan 4 pada Repliknya.

Bahwa Penggugat yang dari awal menyatakan bahwa Penggugat


bekerja dengan Tergugat akan tetapi tidak menjelaskan secara
rinci dan jelas tentang status Penggugat apakah sebagai Pekerja
Tetap (PKWTT) atau Pekerja Tidak Tetap (PKWT) di dalam
Gugatannya karena penetapan status Penggugat sebagai pekerja
tersebut sangat berpengaruh dalam penentuan hak-hak yang harus
diterima Penggugat maka Tergugat menganggap Penggugat
membenarkan dan mengakui dalil-dalil Tergugat tersebut

Bahwa kembali Tergugat tegaskan, bahwa dalam formulasi membuat


Gugatan, Gugatan harusnya terang, jelas, tegas (duidelijk). Bahwa
oleh karena Gugatan Penggugat tidak menjelaskan Penggugat
sebagai Pekerja Tetap (PKWTT) atau Pekerja Tidak Tetap (PKWT)
sehingga mengakibatkan Gugatan Penggugat kabur atau tidak
terang, maka sudah seharusnya Gugatan a quo dinyatakan tidak
dapat diterima.
6. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil-dalil Penggugat yang
menyatakan “namun Penggugat melihat bahwa Tergugat membatasi
dirinya sendiri dengan tidak mau melihat benang merah antara posita
dan petita yang dikemukan Penggugat dalam Gugatan dengan
menjadikan hukum positif termasuk UUD 1945 hasil amandemen
empat kali sebagai alas hukum Gugatan Petita”

Bahwa menurut Prof Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. dalam buku nya
“asas-asas Hukum Pidana di Indonesia” menyatakan larangan
keberlakukan surut ini ditenakan bagi ketentuan Pidana sehingga
keliru apabila Penggugat mengutip 281 ayat 1 UUD 1945 hasil
amandemen empat kali sebagai alas hukum dalam Pengadilan
Hubungan Industrial sehingga harus dikesampingkan.

7. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil-dalil Penggugat pada


halaman 3 yang menyatakan “Gaji Penggugat sejak Kembali bekerja
pada Tergugat, tidak sebulan pun yang dibayarkan oleh PT. Kupuku
Metamorfosis Nusantara”

Bahwa berdasarkan dalil tersebut semakin membuktikan Gugatan


Penggugat merupakan Gugatan yang salah pihak (error in Persona
karena antara PT. Kupuku Metamorfosis Nusantara dengan
Tergugat adalah badan hukum yang berbeda, dan pada faktanya
Gaji Penggugat tersebut diberikan oleh PT. Kupuku Metamorfosis
Nusantara yang ditransfer kepada Tergugat dan kemudian
Tergugat yang memberikan kepada Penggugat.

Bahwa perlu Tergugat jelaskan Kembali, antara Penggugat dengan


Tergugat sejak Juni 2018 s/d 30 Juni 2019 tidak pernah
menandatangani surat perjanjian Kerjasama apapun melainkan PT.
Kupuku Metamorfosis Nusantara dengan Penggugat lah yang
mempunyai Kerjasama dan oleh karena itu seharusnya Penggugat
tidak meminta hak nya dari 2018 s/d 2019 kepada Tergugat.

Bahwa perlu Tergugat tegaskan menurut Putusan Mahkamah Agung


No. 1270 K/Pdt/1991, tanggal 30 November 1993 yang menyatakan:
“Suatu perjanjian kerjasama sesuai dengan ketentuan Pasal 1340
KUHPerdata, hanya mengikat kepada mereka yang membuatnya dan
keliru untuk melibatkan pihak-pihak lain………..” Bahwa oleh karena
Gugatan Penggugat tersebut telah salah pihak maka patut dan
beralasan hukum Gugatan a quo tersebut untuk tidak diterima.

8. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil Penggugat pada poin b


halaman 3.

Bahwa Penggugat salah dalam mengartikan dan telah keliru dalam


memahami Surat Perjanjian Kerja Waktu Tidak tertentu No.
1.01/PKWTT/YHS-02/2019 tanggal 01 Juli 2019. Bahwa tidak
pernah ada kalimat “SUDAH PENUH DIPULIHKAN hubungan kerja
antara Penggugat dengan Tergugat” dalam Perjanjian Kerja Waktu
Tidak Tertentu tersebut.

Bahwa Historis Yuridis dari terbitnya Surat Perjanjian Kerja Waktu


Tidak Tertentu No. 1.01/PKWTT/YHS-02/2019 tanggal
01 Juli 2019 adalah karena setelah berakhirnya kerjasama antara
PT. Kupuku Metamorfosis Nusantara dengan Penggugat, Tergugat
beritikad baik untuk mengangkat dan memperkerjakan Penggugat di
Yayasan Tergugat sebagai Pegawai Tetap dengan jabatan Guru Mata
Pelajaran Matematika terhitung sejak tanggal 01 Juli 2019.
Bahwa didalam Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu tidak pernah
ada pasal yang menyatakan adanya pemulihan hubungan hukum
sejak tahun 2005 s/d 2019 akan tetapi hanya mengangkat kembali
Penggugat sebagai Pegawai Tetap atas kerjasama antara Penggugat
dengan PT. Kupuku Metamorfosis. Bahwa oleh karena itu, Penggugat
telah keliru menuntut seluruh haknya kepada Tergugat. Bahwa oleh
karena Gugatan Penggugat tersebut telah salah pihak maka patut
dan beralasan hukum Gugatan a quo tersebut untuk tidak
diterima.

B. DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa setelah membaca Replik Penggugat tertanggal 20 Juni 2022,


Tergugat secara tegas menolak dalil-dalil yang disampaikan
Penggugat pada repliknya bagian dalam pokok perkara kecuali
terhadap hal-hal yang secara tegas dinyatakan oleh Tergugat.

2. Bahwa terhadap dalil-dalil Tergugat yang tidak ditanggapi dengan


tegas oleh Penguggat maka Tergugat menganggap Penggugat
membenarkan dan mengakui dalil-dalil Tergugat tersebut;

3. Bahwa Tergugat berketetapan terhadap dalil-dalil yang telah


disampaikan dalam Jawaban Gugatan tertanggal…

4. Bahwa Tergugat secara tegas menolak dalil yang disampaikan


pada poin 1.1. angka 1, 2 ,dan 3 pada halaman 4 dan 5.
Bahwa Penggugat telah gagal memahami Surat Pernyataan yang
ditandatangani oleh Penggugat. Bahwa pada faktanya Surat
Pemberitahuaan No. 001/YHS-JP/IX/15 tanggal 09 September 2015
tersebut perihalnya adalah pemberitahuaan kepada Saudara Yosef
Laga Rebong, S.Pd (Penggugat) yang memberitahukan kepada
Penggugat melalui surat pemberitahuaan tersebut, Penggugat tidak
melanjutkan hubungan kerja dengan Tergugat dikarenakan
Penggugat telah melanggar UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN
2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK YANG TELAH
DISEMPURNAKAN MELALUI UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014.

Bahwa Surat yang ditandatangani oleh Penggugat adalah Surat


Pernyataan tanggal 09 September 2015 yang menyatakan telah
membaca, memahami dan mengerti Surat Pemberitahuaan No.
001/YHS-JP/IX/15 tanggal 09 September 2015 dan Penggugat telah
siap dan menerima ketetapan PHK dari Yayasan Tergugat dan
menjamin bahwa Penggugat tidak akan menuntut apapun dari
Tergugat dan membebaskan tergugat dari segala tuntutan hukum
dikemudian hari.

Bahwa tidak pernah ada satupun putusan hukum yang telah


berkekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa Surat
Pernyataan tanggal 09 September 2015 yang ditandatangani oleh
Penguggat tersebut adalah palsu, oleh sebab itu Tergugat mensomir
Penggugat untuk membuktikan Surat Pernyataan 09 September
2015 adalah palsu, mengingat ada asas hukum yang menyatakan
“actori incubit probation, actori onus probandi” yang artinya SIAPA
YANG MENDALILKAN DIA HARUS MEMBUKTIKAN.

Bahwa kemudian Penggugat telah gagal memahami kembali Surat


Pemberitahuaan No. 071/YHS-JP/V/20 tanggal 02 Mei 2020,
dengan menyatakan “Surat tersebut hanya ditandatangani oleh
Tergugat saja”

Bahwa perlu Tergugat sampaikan, Surat Tersebut adalah Surat


Pemberitahuaan yang sifatnya hanya memberitahukan kepada
Penggugat dan tidak perlu membutuhkan persetujuan (tandatangan)
Penggugat yang dimana Surat Pemberitahuaan tersebut merupakan
kewenangan penuh dari Tergugat yaitu Yayasan Hati Suci.
Bahwa Tergugat kembali mensomir atas dalil “Bahwa Direktur
Pendidikan Yayasan Tergugat alm. Maria fransisca setiati memesan
atau memberikan wasiat lisan kepadanya agar Penggugat jangan
ditinggal” karena Tergugat sangat yakin hal tersebut bukanlah cara-
cara yang dianut oleh Yayasan Hati Suci dalam menjalankan
manejemen Yayasan (Tergugat). Sehingga sudah sepatutnya dalil
Penggugat poin 1.1 angka 1,2, dan 3 pada halaman 4 dan 5
tersebut ditolak atau dikesampingkan.

5. Bahwa Tergugat secara tegas menolak dalil yang disampaikan


pada poin 1.2 huruf a dan b pada halaman 5.

Bahwa Tergugat kembali menegaskan kepada Penggugat, Pemutusan


Hubungan Kerja pada tahun 2015 terhadap Penggugat adalah murni
putus atau selesai karena Penggugat telah melanggar
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK YANG TELAH DISEMPURNAKAN MELALUI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014
dan Tergugat telah setuju dan menerima Surat Pemutusan
Hubungan Kerja tersebut yang dituangkan dalam Surat Pernyataan
tertanggal
09 September 2015. Bahwa Tergugat kembali mensomir Penggugat
untuk dapat membuktikan realisasi yang dimaksud oleh
Penggugat tersebut atas ucapan Direktur Pendidikan Yayasan
Tergugat.

Bahwa dalil Pengugat pada huruf b tersebut hanya bersifat asumsi


semata karena pada faktanya PT. Kupuku Metamorfosis Nusantara
adalah Perseroan Terbatas yang sudah mendapatkan pengesahan
dari Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Oleh karenanya
dalil Penggugat poin 1.2. huruf a dan b pada halaman 5 tersebut
ditolak atau setidak-tidaknya dikesampingkan.

6. Bahwa Tergugat secara tegas menolak dalil yang disampaikan


pada poin 1.2 angka 1,2, dan 3 pada halaman 6 karena tidak ada
korelasinya dengan pokok perkara oleh karenannya gugatan a
quo patut untuk di tolak atau setidak-tidaknya diksemapingkan,
7. Poin 1.3 skip
8. Bahwa Tergugat secara tegas menolak dalil yang disampaikan
pada poin 1.4 pada halaman 6.

Bahwa kembali Tergugat tegaskan, PHK pada tahun 2015


terhadap Penggugat murni putus atau selesai karena Penggugat
telah melanggar UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK YANG TELAH DISEMPURNAKAN
MELALUI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35
TAHUN 2014 dan Tergugat telah setuju dan menerima Surat
Pemutusan Hubungan Kerja tersebut yang dituangkan dalam Surat
Pernyataan tertanggal
09 September 2015 dan tidak ada kalimat dalam surat
Pemberitahuaan No. 001/YHS-JP/IX/15 tanggal 09 September 2015
dan Surat Pernyataan tertanggal 09 September 2015 tersebut
menyatakan akan adanya pemulihan hubungan kerja dikemudian
hari, oleh karenanya dalil penggugat yang menyatakan secara de
facto dan de jure adalah dalil yang mengada-ada dan
mengesampingkan fakta hukum sehingga sudah sepatutnya
ditolak.

Bahwa didalam Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu


No. 1.01.PKWTT/YHS-01/2019 tanggal 01 Juli 2019 tidak pernah
ada pasal yang menyatakan Penggugat diangkat sebagai pegawai
tetap karena telah bekerja dengan Tergugat sejak 2005-2019 akan
tetapi hanya mengangkat Penggugat sebagai Pegawai Tetap di
Yayasan Tergugat atas kerjasama antara Penggugat dengan PT.
Kupuku Metamorfosis yang dimana Tergugat juga mempunyai
kerjasama dengan PT. Kupuku Metamorfosis Nusantara. Bahwa oleh
karena Gugatan Penggugat tersebut telah salah pihak maka patut
dan beralasan hukum Gugatan a quo tersebut untuk tidak
diterima.

9. Bahwa secara tegas Tergugat menolak dalil yang disampaikan


pada poin 1.5 pada halaman 6 dan 7.

Bahwa Surat Pemberitahuaan No. 071/YHS-JP/V/20 Perihal


Pemberitahuaan pada tanggal 02 Mei 2020 tidak dengan sewenang-
wenang diputuskan akan tetapi Surat Pemberitahuaan tentang
Pemutusan Hubungan Kerja tersebut sudah terlebih dahulu melalui
proses dan pertimbangan yang matang oleh pengurus yayasan atau
Tergugat. Bahwa pertimbangan diputusnya hubungan kerja antara
Penggugat dengan Tergugat juga dikarenakan Penggugat telah
diberikan Surat Peringatan Pertama pada tanggal 13 Agustus 2019
dan Surat Peringatan Kedua pada tanggal 29 November 2019.

Bahwa Pemutusan Hubungan Kerja tersebut juga dilakukan dengan


alasan Efesiensi dikarenakan Tergugat sejak tahun 2017 telah
mengalami kerugian yang cukup signifikan sehingga Tergugat perlu
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja kepada beberapa pekerja
dan kerugian Tergugat tersebut dibuktikan dengan adanya hasil
audit yang dilakukan oleh Tergugat.

Bahwa Penggugat bukanlah pihak yang memiliki keahlian atau


kompetensi untuk menilai hasil audit Tergugat terkait benar atau
salahnya hasil audit, bahwa kemudian Penggugat juga bukanlah
pihak yang memiliki ranah untuk menilai terkait manajemen
pengelolaan Yayasan Tergugat, oleh karena dalil Penggugat poin
1.5 pada halaman 6-7 tidak ada kekuatannya maka patut untuk
ditolak.

10. Bahwa secara tegas Tergugat menolak dalil yang disampaikan


pada poin 1.6 pada halaman 7.

Bahwa perlu Tergugat sampaikan kepada Penggugat agar Penggugat


tidak salah dalam memahami untuk meminta agar Tergugat tetap
memproses terkait Laporan kepada Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) No. 1460/8/KPAI/IX/2019 tanggal 14 Oktober
2019, bahwa terkait Laporan kepada KPAI tersebut, pihak yang
membuat Laporan bukanlah pihak Tergugat melainkan orang tua
dari pada korban kekerasan fisik dan verbal tersebut, dan pihak
Tergugat hanya menerima terkait Tindakan orang tua siswa
tersebut, sehingga apabila Penggugat meminta Tergugat untuk
tetap memproses laporan tersebut Penggugat telah salah dalam
mengerti laporan kepada KPAI tersebut.

Bahwa selanjutnya perlu kami sampaikan kepada yang Yang Mulia


Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara a quo agar
menjadi pertimbangan Majelis hakim dalam memeriksa dan
memutus perkara a quo, bahwa Penggugat telah gagal dalam
memahami maksud dalil Tergugat terkait Eksepsi Kadaluwarsa
atas Gugatan Penggugat, yang dimaksud Tergugat gugatan
Penggugat telah kadaluwarsa tersebut ialah atas tuntutan hak
penggugat atas pemecatan pada tahun 2015 bukan pada tahun
2019, sementara dalil Penggugat pada poin 1.6 halaman 7 replik ini
beranggapan tahun 2019 juga Tergugat tidak mau membayar, dalil
tersebut adalah dalil yang tidak benar, karena faktanya Tergugat
tetap beritikad baik untuk membayar hak pesangon Penggugat atas
pemecatan pada tanggal 30 Juni 2020 tersebut sesuai dalil
Tergugat pada Jawaban Tergugat. Bahwa oleh karena dalil
Penggugat pada poin 1.6 halaman 7 replik ini telah salah dalam
memahami maksud Tergugat, maka patut dan beralasan hukum
dalil tersebut ditolak.

11. Bahwa secara tegas Tergugat menolak dalil yang disampaikan


pada poin 1.7 pada halaman 7.

Bahwa kembali Tergugat tegaskan dalil Penggugat yang


menceritakan tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh Penggugat
akibat pemutusan hubungan kerja pada angka 8 s/d 11 Gugatan a
quo dikaitkan dengan dalil Penggugat pada poin 1.7 pada halaman
7 adalah dalil yang tidak ada korelasinya dengan perkara a quo
dan oleh karenanya patut untuk di tolak.

12. Bahwa secara tegas Tergugat menolak dalil yang disampaikan


pada poin 1.8 pada halaman 8.

Bahwa Tergugat Kembali mensomir Penggugat untuk dapat


membuktikan fakta hukum yang dimaksud Penggugat dalam
dalinyaa tersebut, karena Tergugat tetap pada dalilnya bahwa hal-
hal yang demikian bukanlah cara-cara yang dianut oleh Tergugat
dalam menjalankan management Yayasan Hati Suci.

Bahwa Tergugat juga sangat menyayangkan dalil Penggugat yang


membawa-bawa Nama Tuhan atas permasalahan ini, karena
perkara a quo ini hanya dapat diselesaikan dengan hukum positif
yang berlaku dan bukan dengan membawa nama Tuhan, selain itu
sangat tidak mungkin dalam perkara a quo Tuhan dijadikan saksi
seperti dalil Penggugat tersebut, bahwa dalil Penggugat tersebut
tidak ada korelasinya dan tidak memiliki kekuatan pembuktian
dalam perkara a quo ini, maka patut untuk ditolak.

13. Bahwa secara tegas Tergugat menolak dalil yang disampaikan


pada poin 1.9 pada halaman 8.

Bahwa perlu Tergugat sampaikan kepada Penggugat bahwa Tergugat


tidak ada melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak
kepada Penggugat, karena faktanya pemutusan hubungan kerja
terhadap Penggugat tersebut sudah terlebih dahulu melalui proses
dan pertimbangan yang matang oleh pengurus yayasan atau
Tergugat karena pada faktanya pemutusan hubungan kerja
Penggugat tersebut juga dikarenakan Penggugat telah diberikan
Surat Peringatan Pertama pada tanggal 13 Agustus 2019 dan Surat
Peringatan Kedua pada tanggal 29 November 2019 dan Pemutusan
Hubungan Kerja tersebut juga dilakukan dengan alasan Efesiensi
dikarenakan Tergugat sejak tahun 2017 telah mengalami kerugian
yang cukup signifikan sehingga Tergugat perlu melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja kepada beberapa pekerja dan kerugian
Tergugat tersebut dibuktikan dengan adanya hasil audit yang
dilakukan oleh Tergugat.

sebelumnya telah diserahkan kepada Penggugat berupa Surat


Peringatan Pertama (SP 1) dan Surat Peringatan Kedua (SP 2)
karena Bahwa selain itu perlu Tergugat jelaskan bahwa terkait
Pasal 151 UU Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan telah
diubah melalui UU Nomor 11/2020 tentang Ciptaker yang pada
pokoknya menyatakan Bahwa Pengusaha dapat melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja tanpa penetapan Pengadilan
Hubungan Industrial.

Bahwa dapat Tergugat jelasakan terkait dalil Penggugat yang


beranggapan bahwa apabila pemecatan dikarenakan alasan
EFISIENSI maka ketentuan dasar hukum Pasal 164 UU Nomor
13/2003 tentang Ketenagakerjaan yang digunakan dalam
menghitung besaran kompensasi, bahwa dalil tersebut adalah dalil
yang tidak benar dan berdasar hukum karena ketentuan Pasal 164
UU Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut telah
dihapuskan melalui UU Nomor 11/2020 tentang Ciptaker, sehingga
saat ini yang berlaku dalam melakukan penghitungan besaran
kompensasi yang harus di terima oleh Penggugat ialah sesuai
ketentuam Pasal 43 huruf a PP Nomor 35 tahun 2021 tentang
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja Dan
Waktu Istirahat, Dan Pemutusan Hubungan Kerja, dimana dalam
PP tersebut menentukan apabila pemutusan hubungan kerja
dilakukan karena alasan Efisiensi maka dapat dilakukan dengan
cara pada pasal tersebut, namun dalam hal ini sebagai itikad baik
dari Tergugat, Tergugat tetap memberikan pesangon yang lebih
besar dari hitungan dalam ketentuan Pasal tersebut yaitu sebesar
Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

Bahwa oleh karena dalil Penggugat pada poin 1.9 halaman 8-9
replik ini telah salah dalam menentukan dasar hukum
penghitungan pesangon, maka patut dan beralasan hukum dalil
tersebut ditolak.

14. Bahwa selanjutnya Tergugat juga menolak dalil yang disampaikan


Penggugat yang pada pokoknya meminta agar Tergugat dikonforntir
dengan Siswa/I, orang tua/wali/kuasanya, dapat Tergugat
sampaikan hal tersebut bukanlah kewajiban ataupun beban
Tergugat untuk mengakomodir permintaan Penggugat tersebut,
oleh karena permintaan Penggugat tersebut bukanlah beban
Tergugat untuk memfasilitasinya, maka dalil tersebut patut untuk
ditolak.

15. Bahwa secara tegas Tergugat menolak dalil yang disampaikan


pada poin 1.10 s/d 1.11 pada halaman 9 dan 10 repliknya.
Bahwa dalil Penggugat pada poin 1.10 tersebut hanya bersifat
mengaburkan fakta hukum yang sebenarnya, oleh karenanya
Penggugat Mohon Akta atas dalil Penggugat tersebut dimana
Penggugat juga telah menerima surat Keterangan Kerja dari
Tergugat untuk digunakan dalam mencairkan dana BPJS
Penggugat, hal tersebut cukup membuktikan bahwa Pemutusan
Hubungan Kerja tersebut benar-benar disadari dan diterima oleh
Penggugat.

Bahwa selanjutnya poin 1.11 repliknya dapat Tergugat sampaikan


bahwa terkait dalil Tergugat tersebut jika memahami posita
Gugatan Penggugat pada angka 19,20,21,dan 22 Gugatan a quo
hanya bersifat informasi atas apa yang telah dilakukannya atau
kesimpulan atas apa yang dilakukannya, sehingga sangat tepat
bahwa dalil Penggugat tersebut patut untuk ditolak karena tidak
ada korelasinya dengan perkara a quo.

16. Bahwa secara tegas Tergugat menolak dalil yang disampaikan


pada poin 1.12 pada halaman 10 repliknya.

Bahwa perlu Tergugat sampaikan, Tergugat tidak pernah sekalipun


menyatakan dalam dalilnya bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah bukan negara Hukum oleh karenanya dalam hal
ini Penggugat telah gagal dan keliru dalam memahami dalil
Tergugat terkait dasar hukum Penggugat dalam menentukan dan
menuntut besaran kompensasi Penggugat atas PHK pada tahun
2015 karena hal tersebut telah daluwarsa sebagaimana ketentuan
Pasal 171 UU No. 13/2003 Jo Pasal 82 UU Nomor 2/2004 PPHI,
sehingga dasar Penggugat dalam menuntut hak kompensasi yang
demikian adalah tidak berdasar hukum. Bahwa oleh karena dalil
Penggugat pada poin 1.12 halaman 10 replik ini telah gagal dan
keliru dalam memahami dalil Tergugat tersebut, maka patut
dan beralasan hukum dalil tersebut ditolak.

17. Bahwa secara tegas Tergugat menolak dalil yang disampaikan


pada poin 1.13 pada halaman 10 repliknya.

18. Bahwa perlu Tergugat sampaikan kepada Penggugat, didalam


Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu No. 1.01.PKWTT/YHS-
01/2019 tanggal 01 Juli 2019 tidak pernah ada pasal yang
menyatakan Penggugat diangkat sebagai pegawai tetap karena telah
bekerja dengan Tergugat selama 15 Tahun akan tetapi hanya
mengangkat Penggugat sebagai Pegawai Tetap di Yayasan Tergugat
atas kerjasama antara Penggugat dengan PT. Kupuku Metamorfosis
yang dimana Tergugat juga mempunyai kerjasama dengan
PT. Kupuku Metamorfosis Nusantara, berdasarkan hal tersebut
Tergugat hanya mengakui Penggugat bekerja dengan Tergugat sejak
1 Juli 2019 S/d 30 Juni 2020 (11 bulan/kurang dari setahun).
Bahwa oleh karena hal tersebut maka patut dan beralasan
hukum dalil Penggugat pada poin 1.13 pada halaman 10
repliknya patut untuk ditolak.

19. Bahwa Tergugat Mohon Akta atas pengakuan Penggugat- Kuasa


Hukum Penggugat yang memiliki sedikit pengetahuan hukum
termasuk tentang sistem hubungan industrial adalah cukup
membuktikan bahwa seluruh dalil Penggugat yang melakukan
penghitungan rincian besaran atas hak pesangon yang diterima
oleh Penggugat dengan menggunakan dasar hukum yang tidak
benar dan berdasar pada Gugatan a quo adalah patut untuk
ditolak.

20. Bahwa secara tegas Tergugat menolak dalil yang disampaikan


pada poin 1.15 pada halaman 11 pada repliknya.

Bahwa Kembali Tergugat Mohon Akta atas pengakuan Penggugat


pada dalil replik Penggugat poin 1.15 halaman 11 yang Kembali
mengakui adanya penamparan terhadap beberapa siswa.

Bahwa apapun alasan Penggugat dalam melakukan penamparan


kepada beberapa siswa tersebut bukanlah Tindakan yang
dibenarkan oleh Tergugat, karena hal-hal yang demikian bukanlah
cara-cara yang baik dan benar dimata hukum, sehingga hal
tersebut juga yang meyakinkan bahwa Tergugat mengakhiri
perjanjian kerja dengan Penggugat.

21. Bahwa secara tegas Tergugat menolak dalil yang disampaikan pada
pon 1.16 pada halaman 11 pada repliknya.

Bahwa Perlu Tergugat tegaskan Kembali, Penggugat telah menerima


Pemutusan Hubungan Kerja pada tahun 2015 dengan
menandatangani Surat Pernyataan tanggal 09 September 2015 yang
menyatakan telah membaca, memahami dan mengerti Surat
Pemberitahuaan No. 001/YHS-JP/IX/15 tanggal 09 September
2015 dan Penggugat telah siap dan menerima ketetapan PHK
dari Yayasan Tergugat dan menjamin bahwa Penggugat tidak
akan menuntut apapun dari Tergugat dan membebaskan
tergugat dari segala tuntutan hukum dikemudian hari dan
keliru apabila Penggugat menuntut haknya pada tahun 2015
kepada Tergugat yang dimana seharusnya Penggugat menuntut
haknya pada tahun 2015.

Bahwa Pasal 171 UU 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Jo. Pasal 82 UU Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial (UU No. 2/2004 PPHI) yang
memberikan kesempatan kepada pekerja/buruh untuk
mengajukan upaya hukum atau keberatan paling lama 1 (satu)
tahun sejak tanggal dilakukan pemutusan hubungan kerja.

Bahwa pada tahun 2018 s/d 2019 Penggugat bekerja dengan PT.
Kupuku Metamorfosis Nusantara yang dimana antara Yayasan
dengan Tergugat merupakan badan hukum yang berbeda sehingga
keliru apabila Penggugat menuntut haknya kepada Tergugat pada
tahun 2018 s/d 2019.

Bahwa kemudian pada tahun 2019 Penggugat bekerja dengan


Tergugat berdasarkan Surat Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
No. 1.01.PKWTT/YHS-01/2019 tanggal 01 Juli 2019 sehingga
keliru apabila Penggugat melakukan kumulatif atas segala haknya
dari tahun 2015 s/d tahun 2020. Bahwa oleh karena hal tersebut
maka patut dan beralasan hukum dalil Penggugat pada poin
1.16 pada halaman 11 repliknya patut untuk ditolak.

22. Bahwa secara tegas menolak dalil yang disampaikan pada poin 1.17
pada halaman 11 pada repliknya.

Bahwa terhadap dalil-dalil Tergugat yang tidak ditanggapi


dengan tegas oleh Penguggat maka Tergugat menganggap
Penggugat membenarkan dan mengakui dalil-dalil Tergugat
tersebut. Bahwa oleh karena hal tersebut maka dalil Penggugat
pada poin 1.17 pada halaman 11 pada repliknya patut untuk
ditolak.

23. Bahwa secara tegas menolak dalil yang disampaikan pada poin 1.18
pada halaman 11 dan 12 pada repliknya.

Bahwa perlu Penggugat pahami dalam Pemutusan Hubungan


Kerja antara Pengusaha dan Pekerja yang digunakan adalah
Undang-Undang Ketenagakerjaan yang dimana Pemerintah
mengeluarkan peraturan perundang-undangan tersebut untuk
menjamin Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan dengan
bertanggung jawab dan tidak merugikan salah satu pihak.

Bahwa alasan Penggugat menutut 33 bulan dengan alasan adanya


Pemutusan Hubungan Kerja Sementara adalah keliru dan tidak
berdasarkan hukum, karena dalam Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan tidak dikenal dengan adanya
Pemutusan Hubungan Kerja Sementara. Bahwa hubungan
Kerjasama antara Penggugat dengan Tergugat sudah putus sejak
tahun 2015 yang dimana Penggugat sudah menandatangani Surat
Pernyataan tertanggal 09 September 2015 yang menyatakan telah
membaca, memahami dan mengerti Surat Pemberitahuaan No.
001/YHS-JP/IX/15 tanggal 09 September 2015 dan Penggugat
telah siap dan menerima ketetapan PHK dari Yayasan Tergugat
dan menjamin bahwa Penggugat tidak akan menuntut apapun
dari Tergugat dan membebaskan tergugat dari segala tuntutan
hukum dikemudian hari dan keliru apabila Penggugat menuntut
haknya pada tahun 2015 kepada Tergugat yang dimana
seharusnya Penggugat menuntut haknya pada tahun 2015.
Bahwa kemudian, Penggugat perlu memahami Pasal 171 UU 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Jo. Pasal 82 UU Nomor 2
tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial (UU No. 2/2004 PPHI) yang memberikan kesempatan
kepada pekerja/buruh untuk mengajukan upaya hukum atau
keberatan paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal dilakukan
pemutusan hubungan kerja.

Bahwa pada tahun 2018 s/d 2019 Penggugat bekerja dengan


PT. Kupuku Metamorfosis Nusantara yang dimana antara Yayasan
dengan Tergugat merupakan badan hukum yang berbeda sehingga
keliru apabila Penggugat menuntut haknya kepada Tergugat pada
tahun 2018 s/d 2019.

Bahwa selanjutnya pada tahun 2019, barulah Penggugat bekerja


dengan Tergugat kembali sebagai pegawai tetap berdasarkan Surat
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu No. 1.01.PKWTT/YHS-
01/2019 tanggal 01 Juli 2019 sehingga keliru apabila Penggugat
menuntut pembayaran gaji selama 33 bulan dari tahun 2015 s/d
tahun 2020 kepada Tergugat. Bahwa oleh karena hal tersebut
maka patut dan beralasan hukum dalil Penggugat pada poin
1.18 pada halaman 11 dan 12 repliknya patut untuk ditolak.

24. Bahwa perlu Tergugat tegaskan

Anda mungkin juga menyukai