Anda di halaman 1dari 1

Rumah adat Kariwari adalah rumah adat suku Tobati-Enggros yang menghuni

tepian Danau Sentani di Kabupaten Jayapura. Rumah ini aslinya ditujukan


khusus untuk laki-laki, perempuan tidak diperkenankan masuk.

Anak laki-laki yang dimaksud adalah yang usianya kira-kira 12 tahun. Mereka
dikumpulkan dan dididik mengenai mencari pengalaman hidup. Dari mulai
belajar memahat, membuat perisai, membuat perahu, hingga teknik perang.
Intinya, mereka diajarkan agar lebih kuat, terampil, dan pintar.

Bangunan

Bangunan ini berbentuk limas segi delapan dengan atap kerucut, kuat
menahan angin kencang dari 8 penjuru arah yang berhembus ke bangunan.
Sedangkan bentuk atapnya yang kerucut ke atas lebih mengarah kepada
kepercayaan masyarakat dalam mendekatkan diri dengan roh para leluhur.

Material yang digunakan adalah kulit kayu untuk lantai, bambu air yang
dibelah dan dicacah-cacah untuk dinding, dan daun sagu untuk atap. Yang
unik, struktur bangunan di dalam rumah menggunakan 8 buah kayu utuh di
mana kedelapannya dihubungkan sebuah tali ke pusat bangunan dan
diikatkan ke sebuah batang kayu utuh pula. Kayu yang digunakan adalah kayu
besi. Batang kayu ini difungsikan sebagai keseimbangan bangunan dan
menahan atap agar tidak lepas dan terbang.

Area di antara 8 struktur bangunan dan posisinya di bawah batang kayu


gantung difungsikan sebagai tempat menyimpan hasil kerajinan, tempat
menaruh alat perang, hingga menggantung kepala musuh yang tertangkap.

Tata ruang

Rumah adat Kariwari memiliki tinggi bervariasi 20 - 30 m, diameter


bangunan mencapai 8 - 12 m, dibagi menjadi 3 zona yang dibedakan dengan
tingkatan lantainya. Lantai 1 digunakan sebagai tempat belajar para lelaki.
Lantai 2 dipergunakan sebagai kamar tidur dan pertemuan para pemimpin
serta ketua suku. Sedangkan lantai 3 adalah ruang meditasi yang fungsinya
mengembalikan semangat, daya tahan, menstabilkan emosi, dan berdoa.

Anda mungkin juga menyukai