Anda di halaman 1dari 9

PERENCANAAN BISNIS SYARIAH

Matkul : Manajemen bisnis syariah


Dosen : Dwi Dewisri Kinasih, S.E, M.Sc

Disusun oleh :

Kelompok 3
Lia winingsih (190304299)
Bunga putri anria (190304340)
Ayu Lestari Marbun (190304337)
Salsabila rianti putri (190304324)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di awal perkembanganya, masyarakat islam adalah masyarakat kecil yang
didirikan berdasarkan falsafah yang sederhana, yakni, mengajak (dakwah) manusia
untuk beribadah kepada allah, menegakan keadilan, dan memberikan perlakuan yang
sama (egaliter) terhadap kaum muslimin dan orang di sekitarnya. Dalam mmbahas
perencanaan, seyogyanya dipisahkan antara perencanaan strategis dengan
perencanaan kebijakan dan program kerja, dengan alas an, perencanaan strategi
dikhususkan untuk mengambarkan acuan umum dan garis-garis besar perencanaan,
sedang perencanaan kedua konsen terhadap kebijakan, program, tindakan yang harus
diambil untuk merealisasikan tujuan berdasarkan acuan umum yang telah ditentukan
dalam perencanaan strategis.
  Secara definitive, stoner dan wankel (1993) memperkenalkan istilah
perencanaan strtegis (strategic planning) sebagai proses pemilihan tujuan organisasi,
penentuan kebijakan dan program yang diperlukan untuk mencapai sasaran
tertentudalam rangka mencapai tujuan, dan penetapan metode yang dibutuhkan
untuk menjamin agar kebijkan dan program strategis itu dapat dilaksanakan sesuai
dengan kemampuan dan kondisi yang berkembang.
Perencanaan merupakan aktifitas menajemen yang paling krusial, bahkan ia
adalah langkah awal untuk menjalankan menajemen sebuah pekerjaan. Ia sangat
berpengaruh terhadap unsur-unsur manejemen lainya, seperti merealisasikan
perencanaan dan pengawasan agar bisa mewujudkan tujuan yang direncanakan.

B. Visi, Misi, Dan Perencanaan

Perencanaan yang baik pasti terdapat visi dan misi yang jelas di dalamnya.
Visi adalah tujuan umum yang diinginkan terwujud di masa yang akan datang
atau di masa depan. Visi merupakan pandangan, “gambaran” harapan, impian
(dream), atau cita – cita.Tentu yang dimaksud dalam hal ini adalah bukan ‘impian
kosong’ atau impian yang tidak didasari oleh kemauan atau komitmen yang kuat
dan kemampuan yang realistis untuk mencapainya. Perencanaan pada hakikatnya
lebih terfokus pada visi, misi, dan tujuan
Dalam konsep perencanaan syariah, visi dan misi harus sesuai dengan
prinsip- prinsip ajaran agama atau syariah islam. Seperti misalnya prinsip
‘rahmatan lil ‘alamiin’ atau rahmat untuk seluruh kehidupan di alam, adalah visi
peran setiap muslim. Maka seorang muslim atau seorang manajer harus memiliki
visi perencanaan atau program-program yang tidak keluar atau bertentangan dari
prinsip tersebut. Bagi ndividu atau organisasiapapun, visi dalam syariah islam
pada dasarnya adalah sesuatu yang bersifat sesuai dengan kemanusiaan atau
sesuai fitrah dan telah menyatu dalam dirinya (built in). Visi ini juga sebenarnya
bersifat abadi dalam hati setiap orang, tidak peduli apapun perannya, apakah
seorang manajer perusahaan, pejabat pemerintahan, atau seorang kepala rumah
tangga.Visi ini berarti ingin menjadikan semua potensi yang ada sebagai suatu
kekuatan. Visi yang baik pasti bisa diturunkan menjadi ‘misi’. Misi adalah tujuan-
tujuan dalam perencanaan yang mulai bersifat khusus.Meskipun visi sangat
menentukan perencanaan secara keseluruhan, tetapi visi masih bersifat filosofis.
Sedangkan misi sudah bersifat relatif terukur. Dengan visi seperti itu maka
seharusnya dihasilkan misi islami, yaitu memberdayakan semua kekuatan
sehingga menjadi sesuatu yang dapat dinikmati oleh kehidupan manusia secara
luas.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengrtian perencanaan
Dalam bidang apapun, termasuk dalam bisnis “perencanaan” merupakan fungsi utama
dan pertama dalam aktivitas keseharian. Ada beberapa rumusan pengertian tentang
perencanaan yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:
 Stom dan winkel (1993) dalam ahmad Ibrahim abu sina menyebutkan;
perencanaan itu adalah proses pemilihan tujuan organisasi, penentuan
kebijakan dan program, yang diperlukan dalam mencapai sasaran tertentu
dalam rangka mencapai tujuan, dan penetapan metode yang dibutuhkanuntuk
menjamin agar kebijakan dan program itu dapat dilaksanakan sesuai dengan
kemampuan dan kondisi yang berkembang.
 Handoko merumuskan, perencanaan adalah proses dasar dimana manajemen
memutuskan tujuan dan cara mencapainya.
 Hafidudin dan tanjung merumuskan, perencanaan adalah kegiatan awal dalam
sebuah pekerjaan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan
pekerjaan agar mendapatkan hasil yang optimal.
 Daft merumuskan, perencanaan adalah tindakan untuk menentukan tujuna
organisasi dan apa yang dibutuhkan untuk mencapainya.
 Abdullah merumuskan, perencanaan menempati posisi yang sangat penting
dalam manajemen, karena merupakan fungsi pertama dan utama dari aktiitas
manajemen, yang sangat berpengaruh terhadap fungsi-fungsi manajemen yang
lainya, dalam pencapaian tujuan organisasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan:
Perencanaan dalam arti umum adalah proses menentukan tujuan organisasi yang ingin
dicapai dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan itu dengan mengunakan
sumber daya organisasi yang meliputi: pengunaan sumberdaya manusia, keuangan,
material, mesin-mesin (peralatan), dan metode (cara) mengunakanya.
Dalam artian khusus perencanaan dalam bisnis yaitu mendapatkan keuntungan yang
berkelanjuta  dengan mengunkan sumberdaya oragnisai yang meliputi pengunaan
sumbe daya manusia, keuangan, material, peralatan, dan metode yang diperlukan,
secara efektif dan efisien.
2. Perencanaan dalam perspektif bisnis syariah
Perencanaan dalam perspektif bisnis syariah adalah kegiatan awal bisnis syariah
dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan bisnis yang dijalankan agar
mendapatkan hasil yang optimal. Dalam manajemen pada umumnya maupun
manajemen bisnis syariah perencanaan merupakan sunnatullah, sebagaiman dapat di
pahami dari makna ayat al-qur’an berikut ini:
“hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada allah dan hendaklah setiap diri
memperhartikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan
bertaqwalah kepada Allah, sesunguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-hasyar; 18)
Selain dari makna ayat tersebut juga dapat dipahami dari makna hadhist nabi
Muhammad SAW berikut:
“jika engkau ingin mengerjakn sesuatu pekerjaan maka pikirkanlah akibatnya, maka
jika perbuat itu bik, ambilah dan jika perbuata itu jelek, mak tinggalkanlah. ” (H.R.
ibnu mubarak).
Dari ayat dan hadhist tersbut perencanaan adalah awal untuk memulai pekerjaan yang
didasari niat yang baik agar di ridhoi oleh Allah, selain itu dengan membuat
perencanaan terlebih dahulu maka pekerjaan dapat menjadi optimal dan mendaptkan
keuntungan.

3. Karakteristik perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan pertama dan utama yang d lam pelaksanaan aktivitas
manajemen yang berjalan secara berkesinambungan yang merupaka siklus dari tahun
ke tahun berikutnya, dan selalu mengalami penyempurnaan baik perbaikan maupun
pembaharuan. Oleh karena itu perencanaan memiliki karakteristik yang khusus,
diantaranya yang selalu kita rasakan:
 Perencanaan adalah proses yang tidak berakhir bila perencanaan tersebut telah
ditetapkan.
 Rencana yang telah ditetapkan harus diimplementasikan.
 Selam proses implementasi dan pengawasan rencana-rencana tersebut
mungkin saja memerlukan revisi, modivikasi dan penyesuaian disana sini
untuk menyesuaikan dengan situasi an kondiso yang telah terjdi dilapangan.
 Perencanaan kembali (mengkaji ulang perencanaan) dapat menjadi factor
penentu keberhasilan.
 Perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibelitas agar mampu
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang baru secepat mungkin.

4. Fungsi-fungsi manajemen
Sebagaiman dijelaskan di awal bahwa perencanaan itu merupakan fungsi utama dan
pertama dalam manajemen, maksudnya adalah bagaiman aktivitas fungsi-
fungsimanajemen yang lainnya itu sangat bergantung pada fungsi perencanaan yang
meresap dan menyinari fungsi-fungsi manajemen yang lainya (pengorganisaian,
penyusunan personalia, pengarahan dan pengawasan).

5. Tahap-tahap menyususn perencanaan


1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Pada tahap ini perencnaan dimulai
dengan menetapkan keputusan tentang apa yang menjadi tujuan organisasi
(lembaga bisnis) itu.
2. Merumuskan kaedaan saat ini. Memahami pengertian keadaan saat ini, bagi
organisasi bisnis sangat penting, karena dari situlah kita berangkat untuk
mencapai tujuan organisasi bisnis yang sudah dirumuskan dalam tahap pertama,
dan apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan itu.
3. Mengidentifikasi segala kekuatan, kelemahan dan segala peluan dan ancaman.
Dengan memahami segala situasi dan kondisi obyektif ini jita dapat
mempersiapkan strategi yang diperlukan memasuki keadaan itu dan berjuang
untuk mencapai apa yang menjadi tujuan organisasi bisnis, yaitu mendapatka
keuntungan yang berkelanjutan.
4. Menggembangkan rencana atau serangkaian kegiatan organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi bisnis yang sudah ditetapkan pada tahap pertama. Termasuk
disini mempersiapkan, membuat dan melakukan penilaian sebagai alternative, dan
memilih alternative kegiatan yang terbaik dan menguntungkan untuk mencapai
tujuan organisasi bisnis.
  
Untuk mempermudah memahami tahap-tahap dalam penyusunan perencanaan tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut ini:

TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3

MENETAPKAN TUJUAN MERUMUSKAN KEADAAN IDEMTIFIKASI KEPUTUSAN &


SEKARANG HAMBATAN

TAHAP 4 TAHAP 5

MENGEMBANGKAN SERANGKAIAN TUJUAN


KEGIATAN

6. Prinsip – Prinsip Perencanaan Syariah


1. didasarkan pada sebuah ‘keyakinan’ bahwa apa yang dilakukan adalah ‘baik’. Standar
baik dalam agama Islam adalah yang sesuai dengan ajaran islam. Kita tidak boleh
melakukan sebuah perencanaan untuk melakukan sebuah usaha yang dilarang dalam
islam. Walaupun usaha itu menguntungkan dari segi materi, seperti proyek-proyek
perzinaan, lokalisasi judi, atau prostitusi, tetapi keuntungan itu akan menghilangkan
keberkahan serta mengundang bencana. Secara konvensional, perencanaan yang dibuat
tidak memperhatikan prinsip ini. Karena dalam sistem konvensional yang terpenting
adalah adanya perencanaan.
2. dipastikan bahwa yang dilakukan memiliki banyak manfaat. Manfaat ini bukan sekedar
untuk ‘orang yang melakukan perencanaan’, tetapi juga untuk oranglain. Jika
merencanakan sesuatu sekadar untuk kepentingan pribadi, maka usaha itu tidak akan
bertahan lama. Oleh karena itu, perlu diperhatikan manfaat yang relatif lama. Manfaat
utama dalam sistem konvensional adalah kesenangan pihak tertentu saja.
3. berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang akan dilakukan.
Sebagian besar teori ilmu yang digunakan dalam perencanaan konvensional pun tentu
sama saja dengan perencanaan syariah. Untuk merencanakan bisnis, maka seorang
pengusaha harus banyak mendengar dan membaca agar dapat mempertanggungjawbkan
segala hal yang dilakukannya.Sesuatu yang ilmiah bukan berarti hal yang besar, tetapi
yang kecil pun dapat ilmiah. Sesuatu yang ilmiah bukanlah terletak pada kerumitannya,
melainkan terletak pada sesuatu yang bias dipertanggungjawabkan, bukan sebuah
khayalan. Pada sisi ini mungkin bisa dikatakan ada perbedaan besar. Karena disadari atau
tidak oleh pihak yang menyusun perencanaaan konvensional, perencanaan yang dibuat
cenderung terkesan “rumit”.
4. dilakukan studi banding (benchmark). Benchmark adalah melakukan studi terhadap
praktik terbaik dari perusahaan sejenisyang sukses menjalankan bisnisnya. Kita perlu
melihat pengalaman oranglain, mengapa mereka sukses ?apa yang mereka lakukan?
Bagaimana mereka melakukan sebuah perencanaan ? Hal ini pun dilakukan secara umum
dilakukan dengan baik dalm sistem konvensional.
5. dipikirkan prosesnya. Proses seperti apa yang akan dilakukan ? Apakah proses itu tetap?
Seperti apa hasil (output) dari proses yang direncanakan?Fase ini yang kurang
diperhatikan dalam sistem perencanaan konvensional. Sistem konvensional cenderung
lebih mengedepankan tujuan dan target walau tidak diikuti langsung dengan pilihan
proses yang benar
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Perencanaan syariah sesungguhnya adalah perencanaan pada umumnya yang terpadu


dengan nilai-nilai kebaikan syariah islam. Inilah perencanaan yang dapat
dipertanggungjawabkan (akuntabel) tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat nanti.
Perencanaan syariah bukanlah sekedar perencanaan yang ditambahkan dengan dalil-dalil
syariah, karena bila dipahami demikian, ini adalah kesalahan yang mungkin cukup fatal.
Suatu perencanaan mengandung banyak kebaikan ibadah kepada Allah SWT, dan ini hanya
terdapat pada perencanaan yang tolak ukurnya adalah tujuan-tujuan baik yang bersesuaian
dengan nilai-nilai islam. Supaya perencanaan syariah dapat dipahami dengan baik oleh
orang banyak, terutama masyarakat islam, maka perlu adanya sosialisasi. Setiap muslim
dengan perannya masing-masing, hendaknya memahami, meyakini, dan mengamalkan
konsep perencanaan syariah. Dengan demikian, ia tidak merasa “asing” dengan suatu bagian
dari ajaran agamannya sendiri, yaitu al islam. Kondisi ini harus dihindari, supaya tidak
terjadi “kerugian-kerugian” yang menyesalkan.

Anda mungkin juga menyukai