Anda di halaman 1dari 37

ANGGARAN DASAR

PT MOON STONE INDONESIA

PASAL 1
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
1. Perseroan terbatas ini bernama : PT “Moon Stone Indonesia”, selanjutnya
dalam Anggaran Dasar akan disebut dengan “Perseroan” berkedudukan di
Jalan Teuku Umar Nomor 1, Kelurahan Dauh Puri Klod, Kecamatan Denpasar
Barat, Kota Denpasar, Bali.
2. Perseroan dapat membuka kantor atau mendirikan kantor cabang atau kantor-
kantor perwakilan di tempat-tempat lain, baik di dalam maupun di luar
wilayah Negara Republik Indonesia sebagaimana ditetapkan oleh Direksi
Perseroan dengan persetujuan oleh Direksi Perseroan.
3. Perseroan berhak mendirikan entitas atau anak Perusahaan di dalam maupun
diluar wilayah Republik Indonesia sebagaimana ditetapkan oleh Direksi
sebagaimana disetujui oleh Dewan Komisaris dan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS)
4. Entitas atau anak Perusahaan didirikan berdasarkan ketentuan-ketentuan
didalam Anggaran Dasar ini dan Peraturan perundang-undangan terkait

PASAL 2
JANGKA WAKTU
Perseroan didirikan untuk jangka waktu tidak terbatas lamanya.

PASAL 3
MAKSUD DAN TUJUAN SERTA KEGIATAN USAHA
1. Maksud dan tujuan perseroan adalah menjalankan usaha di bidang Industri
Pengolahan dan Penyediaan Akomodasi.
2. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, perseroan melaksanakan
kegiatan usaha sebagai berikut :
a. Hotel bintang, yaitu meliputi usaha penyediaan jasa pelayanan
penginapan yang memenuhi ketentuan sebagai hotel bintang dengan
menggunakan sebagian atau seluruh bangunan.
b. Restoran, yaitu meliputi usaha yang menyajikan makanan dan minuman
untuk dikonsumsi di tempat usahanya, bertempat di sebagian atau
seluruh bangunan permanen, dilengkapi dengan jasa pelayanan meliputi
memasak dan menyajikan sesuai pesanan.

PASAL 4
MODAL
1. Modal dasar Perseroan sebesar Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar) terbagi
atas 400.000.000 (empat ratus juta) lembar saham, yang masing-masing bernilai
nominal Rp500,00 (lima ratus rupiah).
2. Dari modal dasar tersebut telah ditempatkan dan disetor 50% (lima puluh
persen) atau sejumlah 200.000.000 (dua ratus juta) lembar saham dengan nilai
nominal seluruhnya sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) oleh
para pendiri yang telah mengambil bagian saham.
3. Saham yang masih dalam simpanan akta dikeluarkan oleh perseroan menurut
keperluan modal perseroan, dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham
mempunyai hak terlebih dahulu untuk mengambil bagian atas saham yang
hendak dikeluarkan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal
penawaran dilakukan dan masing-masing Pemegang Saham berhak
mengambil bagian seimbang dengan jumlah saham yang mereka miliki
(proporsional) baik terhadap sisa saham yang tidak diambil oleh pemegang
saham lainnya. Jika setelah lewat jangka waktu penawaran 14 (empat belas)
hari tersebut, ternyata masih ada saham yang belum diambil bagian maka
direksi berhak menawarkan sisa saham tersebut kepada pihak ketiga.
PASAL 5
SAHAM
1. Semua saham perseroan harus merupakan saham tercatat dan dikeluarkan
atas nama.
2. Perseroan hanya akan mengakui 1 (satu) orang sebagai pemilik sah satu
lembar saham.
3. Jika karena alasan tertentu satu lembar saham menjadi milik beberapa orang,
para Pemegang Saham yang secara bersama-sama memiliki lembar saham
yang sama tersebut harus menyatakan secara tertulis bahwa mereka menunjuk
1 (satu) orang di antara mereka atau seorang lainnya untuk mewakili mereka
dalam kepemilikan saham dan hanya nama wakil mereka itulah yang
berwenang untuk menggunakan semua hak atas saham tersebut sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
4. Selama ketentuan yang dimaksud dalam ayat 3 (tiga) di atas belum terpenuhi,
para Pemegang Saham yang dimaksud tidak berhak untuk memungut suara
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Perseroan dan pembayaran
dividen atas saham tersebut juga harus ditangguhkan.
5. Pemegang Saham menurut hukum berkewajiban untuk memenuhi ketentuan
dalam Anggaran Dasar dan mematuhi semua keputusan yang secara sah telah
ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
6. Perseroan paling sedikit harus mempunyai 2 (dua) Pemegang Saham.

PASAL 6
SURAT SAHAM
1. Perseroan harus mengeluarkan surat saham. Jika surat saham dikeluarkan,
setiap saham harus mempunyai lembar surat sahamnya.
2. Surat saham kolektif dapat dikeluarkan sebagai bukti kepemilikan 2 (dua) atau
lebih saham oleh 1 (satu) Pemegang Saham.
3. Surat saham paling tidak harus memuat keterangan sebagai berikut:
a. Nama dan alamat Pemegang Saham;
b. Nomor surat saham;
c. Tanggal pengeluaran surat saham;
d. Nilai nominal saham.
4. Surat saham kolektif paling tidak harus memuat keterangan sebagai berikut:
a. Nama dan alamat Pemegang Saham;
b. Nomor surat saham kolektif;
c. Tanggal pengeluaran surat saham kolektif;
d. Nilai nominal saham;
e. Jumlah lembar saham;
5. Surat saham dan surat saham kolektif harus ditandatangani oleh Direktur
Utama setelah menerima notulensi Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
dapat diterima sebagai tanda persetujuan tersebut.

PASAL 7
PENGGANTIAN SURAT SAHAM
1. Jika suatu lembar saham rusak atau tidak dapat digunakan lagi, Direksi dapat
mengeluarkan penggantinya atas permintaan tertulis Pemegang Saham yang
bersangkutan kepada Direksi.
2. Jika suatu surat saham pengganti telah dikeluarkan sebagaimana yang disebut
dalam ayat 1 (satu), surat saham aslinya atau lembarnya yang tersisa harus
dimusnahkan dan hal tersebut harus dimuat dalam suatu Berita Acara yang
akan dilaporkan oleh Direksi dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
berikutnya.
3. Jika suatu surat saham hilang, maka atas permintaan Pemegang Saham yang
bersangkutan, penggantinya dapat diberikan kepadanya asalkan menurut
pendapat Direksi bahwa hilangnya surat saham tersebut telah cukup
dibuktikan dan asalkan jaminan yang diharuskan oleh Dewan Komisaris
untuk kasus tertentu telah diserahkan.
4. Pengeluaran surat saham pengganti sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal
ini membuat surat saham aslinya tidak berlaku lagi bagi Perseroan.
5. Semua biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan penerbitan surat saham
pengganti sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal ini ditanggung oleh
Pemegang Saham yang bersangkutan.
6. Ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 (satu) sampai dengan ayat 5 (lima) dari
Pasal ini berlaku juga secara mutatis mutandis pada pengeluaran pengganti
surat saham kolektif.

PASAL 8
DAFTAR PEMEGANG SAHAM DAN DAFTAR KHUSUS
1. Perseroan membuat dan menempatkan Daftar Pemegang Saham dan Daftar
Khusus di kantor Perseroan.
2. Daftar Pemegang Saham ini mencatat hal-hal sebagai berikut:
a. Nama dan alamat Pemegang Saham;
b. Nilai saham, jumlah lembar saham, tanggal perolehan surat saham atau
surat saham kolektif yang dimiliki oleh para Pemegang Saham;
c. Jumlah modal yang disetor sesuai dengan nilai masing-masing saham;
d. Saham Perseroan sebagai jaminan dan tanggal saham-saham tersebut
dijaminkan;
e. Keterangan mengenai penyetoran modal
f. Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh Direksi.
3. Daftar Khusus memuat keterangan mengenai kepemilikan saham oleh para
Anggota Direksi dan Dewan Komisaris dan keluarga mereka baik yang di
dalam Perseroan dan/atau di Perseroan lain, dan buku ini juga mencatat
tanggal perolehan saham-saham tersebut.
4. Para Pemegang Saham diwajibkan untuk memberitahukan perubahan alamat
mereka secara tertulis kepada Direksi Perseroan.
5. Direksi berkewajiban menyimpan Daftar Pemegang Saham dan Daftar Khusus
dengan cara yang sebaik-baiknya.
6. Daftar Pemegang Saham dan Daftar Khusus harus tersedia untuk diperiksa
oleh Pemegang Saham pada waktu jam buka kantor Perseroan.

PASAL 9
PENGALIHAN HAK ATAS SAHAM
1. Setiap pengalihan hak atas Perseroan harus dituangkan dalam suatu Akta
Pengalihan hak atas saham yang harus ditandatangani baik oleh Pemegang
Saham yang mengalihkan hak atas sahamnya maupun oleh pihak yang
menerima pengalihan hak atas saham tersebut (atau oleh wakil-wakil sah
mereka).
2. Akta Pengalihan hak atas saham sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1
(satu) di atas atau seperangkat salinannya harus diserahkan kepada Perseroan.
3. Setiap Pemegang Saham Perseroan yang bermaksud menjual sahamnya harus
memberitahukan secara tertulis kepada para Pemegang Saham lainnya.
Pemberitahuan itu memuat juga harga dan persyaratan penjualan saham, serta
memberitahukan hal ini secara tertulis kepada Direksi.
4. Para Pemegang Saham lainnya yang berniat membeli saham ditawarkan
tersebut harus memberitahukan kepada Pemegang Saham yang hendak
menjual sahamnya dan kepada Direksi Perseroan dalam jangka waktu paling
lambat 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak mereka menerima
pemberitahuan penawaran tersebut dan pembeliannya sebanding dengan
proporsi jumlah saham yang telah dimilikinya.
5. Perseroan harus menjamin bahwa semua saham yang ditawarkan
sebagaimana yang disebut dalam ayat 3 (tiga) di atas dibeli dengan harga
wajar dan dibayar dengan uang tunai dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh)
hari sejak tanggal penawaran.
6. Seandainya Perseroan tidak mampu menjamin penjualan saham sebagaimana
yang diuraikan dalam ayat 3 (tiga) di atas, Pemegang Saham yang bermaksud
menjual saham harus terlebih dulu menawarkan sahamnya tersebut (dengan
harga dan persyaratan yang sama) kepada para karyawan Perseroan sebelum
menawarkannya kepada Pihak Ketiga.
7. Seandainya para Pemegang Saham lainnya tidak berkehendak membeli
keseluruhan saham yang ditawarkan, Pemegang Saham yang bermaksud
menjual sahamnya tersebut berhak untuk mencabut kembali surat penawaran
penjualan sahamnya setelah berlalunya jangka waktu sebagaimana yang
disebut dalam ayat 4 (empat).
8. Kewajiban penjual saham untuk menawarkan sahamnya tersebut kepada
sesama Pemegang Saham Perseroan hanya berlaku 1 (satu) kali saja.
9. Pengalihan hak atas saham hanya boleh dilakukan jika semua ketentuan
dalam Anggaran Dasar Perseroan telah dipenuhi.
10. Saham Perseroan tidak boleh dialihkan sejak tanggal pengiriman undangan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sampai tanggal penutupan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) tersebut.
11. Selama ketentuan yang dimaksud dalam ayat 9 (sembilan) di atas belum
dipenuhi, para Pemegang Saham yang dimaksud tidak berhak untuk
memungut suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Perseroan
dan pembayaran dividen atas saham tersebut juga harus ditangguhkan.

PASAL 10
DIREKSI
1. Perseroan diurus dan dipimpin oleh seorang Direksi yang terdiri dari seorang
Direktur atau lebih, apabila diangkat lebih dari seorang Direktur, maka
seorang di antaranya dapat diangkat menjadi Direktur Utama.
2. Para Anggota Direksi diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun berturut-turut tanpa mengurangi hak
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk memberhentikan mereka
sewaktu-waktu.
3. Jika karena sesuatu hal terjadi kekosongan dalam posisi Anggota Direksi, yang
disebabkan oleh Anggota Direksi sebelumnya tidak dapat melaksanakan
tugasnya, meninggal dunia dan/atau mengundurkan diri, dalam waktu 30
(tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut Direktur Utama berhak
untuk menunjuk seseorang untuk menggantikannya dengan persetujuan
Dewan Komisaris serta memperhatikan ketentuan dalam Anggaran Dasar ini.
4. Kekosongan Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat 3 atas
perintah Direktur Utama berhak untuk menggantikan sampai sisa masa
jabatan pendahulunya berakhir.
5. Apabila terjadi kekosongan dalam posisi seluruh Anggota Direksi, dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya lowongan tersebut, Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) harus diselenggarakan untuk mengangkat Direksi
baru dan Perseroan untuk sementara waktu akan dikelola oleh Dewan
Komisaris.
6. Seorang Anggota Direksi berhak untuk mengundurkan diri dari jabatannya
setelah memberitahukan maksudnya tersebut secara tertulis kepada Perseroan
selambat- lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran diri
tersebut.
7. Masa jabatan seorang Anggota Direksi secara otomatis akan berakhir jika dia:
a. Mengundurkan diri dari jabatannya sebagaimana yang dimaksud dalam
ayat 5 (lima) di atas;
b. Meninggal dunia;
c. Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana yang diharuskan
menurut hukum dan peraturan perundang undangan yang berlaku;
d. Diberhentikan dari jabatannya sesuai dengan keputusan sah yang
diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

PASAL 11
TUGAS DAN WEWENANG DIREKSI
1. Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk
kepentingan Perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya.
2. Setiap Anggota Direksi wajib dengan iktikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar Perseroan.
3. Direksi mewakili Perseroan secara sah dan secara langsung baik di dalam
maupun di luar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian,
mengikat Perseroan dengan pihak lain dan pihak lain dengan Perseroan serta
menjalankan segala tindakan, baik yang mengenai kepengurusan maupun
kepemilikan, akan tetapi dengan pembatasan untuk:
a. Perbuatan hukum mengalihkan/melepaskan barang tidak bergerak yang
jumlahnya melebihi batas yang dari waktu ke waktu ditetapkan oleh
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan/atau menjadikan jaminan
hutang harta kekayaan Perseroan;
b. Menerima pinjaman uang dari siapapun yang jumlahnya melebihi batas
yang dari waktu ke waktu ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS);
c. Mengikat Perseroan sebagai penjamin (guarantor).
d. Direksi harus mendapat persetujuan Dewan Komisaris, dengan tidak
mengurangi ketentuan ayat 4 (empat) tersebut di bawah ini dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Perbuatan hukum untuk mengalihkan, melepaskan hak atau menjadikan
jaminan utang seluruh, atau sebagian besar yaitu dengan nilai sebesar lebih
dari 50% (limapuluh persen) dari kekayaan bersih Perseroan dalam 1 (satu)
transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak,
transaksi sebagaimana dimaksud tersebut adalah transaksi pengalihan
kekayaan bersih Perseroan yang terjadi dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
buku, harus mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Perbuatan hukum untuk melakukan Transaksi Materiil dan Transaksi
Benturan Kepentingan Tertentu sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang- undangan di bidang Pasar Modal harus mendapat persetujuan
dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Perseroan dengan syarat-syarat
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar
Modal.
5. a. Direktur Utama berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama
Direksi serta sah mewakili Perseroan;
b. Dalam hal Direktur Utama tidak hadir atau berhalangan karena sebab
apapun juga, hal mana tidak perlu dibuktikan kepada Pihak Ketiga,
Anggota Direksi lainnya berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas
nama Direksi serta sah mewakili Perseroan.
6. Pembagian tugas dan wewenang setiap Anggota Direksi ditetapkan oleh
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam hal Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) tidak menetapkan, maka pembagian tugas dan wewenang
setiap Anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat Direksi.
7. Dalam hal Perseroan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan
kepentingan pribadi seorang Anggota Direksi, maka Perseroan akan diwakili
oleh Anggota Direksi lainnya dan dalam hal Perseroan mempunyai
kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan seluruh Anggota Direksi,
maka dalam hal ini Perseroan diwakili oleh Dewan Komisaris dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku

PASAL 12
RAPAT DIREKSI
1. Rapat Direksi dapat diadakan setiap bulan atau setiap waktu bilamana
dianggap perlu oleh Direktur Utama atau oleh seorang atau lebih Anggota
Direksi lainnya atau atas permintaan dari seorang atau lebih Anggota
Komisaris.
2. Panggilan Rapat Direksi dilakukan oleh Direktur Utama yang merupakan
salah seorang Anggota Direksi.
3. Panggilan Rapat Direksi harus disampaikan kepada setiap Anggota Direksi
dan harus dilakukan secara tertulis dengan diserahkan langsung kepada setiap
Anggota Direksi dengan tanda terima yang memadai, atau dengan surat
tercatat atau dengan jasa kurir, atau dengan telex atau telefax (dalam hal
dengan telex dan telefax harus ditegaskan kembali dengan surat tercatat
secepat mungkin paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum rapat
diadakan), dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan tersebut dapat
dipersingkat 3 (tiga) hari kalender.
4. Panggilan rapat itu harus mencantumkan acara, waktu dan tempat rapat.
5. Rapat Direksi diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau tempat kegiatan
usaha utama Perseroan di dalam wilayah Republik Indonesia. Apabila semua
Anggota Direksi hadir atau diwakili, panggilan terlebih dahulu tersebut tidak
disyaratkan dan Rapat Direksi dapat diadakan di mana pun juga dan berhak
mengambil keputusan yang sah dan mengikat.
6. Rapat Direksi dipimpin oleh Direktur Utama, dalam hal Direktur Utama tidak
dapat hadir atau berhalangan maka Rapat Direksi akan dipimpin oleh salah
seorang Direktur yang ditunjuk langsung Direktur Utama atau dipilih
langsung oleh peserta rapat direksi
7. Seorang Anggota Direksi dapat diwakili dalam Rapat Direksi hanya oleh
Anggota Divisinya berdasarkan surat kuasa.
8. Rapat Direksi adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat
apabila lebih dari 1⁄2 (satu per dua) bagian dari jumlah Anggota Direksi yang
sedang menjabat hadir atau diwakili dalam rapat.
9. Keputusan Rapat Direksi harus diambil berdasarkan musyawarah untuk
mufakat. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak
tercapai, maka keputusan diambil dengan cara voting atau atas keputusan
Direktur Utama secara langsung.
10. Mekanisme pengambilan keputusan dilakukan dengan cara:
a. Setiap waktu anggota direksi yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu)
suara dan tambahan 1 (satu) suara untuk setiap anggota direksi lainnya
b. Setiap Anggota Direksi yang secara pribadi dengan cara apapun baik
secara langsung maupun secara tidak langsung mempunyai kepentingan
dalam suatu transaksi, kontrak atau kontrak yang diusulkan, dalam
mana Perseroan menjadi salah satu pihaknya harus menyatakan sifat
kepentingannya tersebut dalam hal Rapat Direksi dan tidak berhak untuk
ikut dalam pengambilan surat mengenai hal- hal yang berhubungan
dengan transaksi atau kontrak tersebut.
c. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan suara tertutup
tanpa tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain
dilakukan secara lisan kecuali Ketua Rapat menentukan lain tanpa ada
keberatan berdasarkan suara terbanyak dari yang hadir.
d. Suara blangko dan suara yang tidak sah dianggap tidak dikeluarkan
secara sah dan dianggap tidak ada serta tidak dihitung dalam
menentukan jumlah suara yang ditentukan.
10. a. Dari segala hal dibicarakan dan diputuskan dalam Rapat Direksi dibuat
Berita Acara Rapat.
b Berita Acara tersebut menjadi bukti yang sah terhadap semua Anggota
. Direksi dan/atau Pihak Ketiga tentang keputusan dan segala sesuatu
yang terjadi dalam rapat.
11. a. Direksi dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan
Rapat Direksi, dengan ketentuan semua Anggota Direksi telah diberitahu
secara tertulis tentang usul keputusan yang dimaksud dan semua
Anggota Direksi yang sedang menjabat persetujuan dengan
menandatangani usul keputusan tersebut.
b Keputusan yang diambil dengan cara demikian mempunyai kekuatan
. yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat
Direksi.

PASAL 13
KOMISARIS
1. Komisaris yang terdiri atas sedikitnya 3 (tiga) orang Anggota Komisaris
dengan komposisi sebagai berikut:
a. Seorang Komisaris Utama;
b. Seorang Wakil Komisaris (jika diperlukan; dan/atau)
c. Seorang atau lebih Komisaris.
2. Jika terjadi lowongan dalam Komisaris, Komisaris Perseroan terdiri atas sisa
Anggota Komisaris, hingga seorang pengganti diangkat sesuai dengan
ketentuan Anggaran Dasar ini.
3. Yang boleh menjadi Anggota Komisaris adalah orang yang memenuhi
persyaratan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4. a. Anggota Komisaris diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
untuk jangka waktu terhitung sejak tanggal pada Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) yang mengangkat mereka sampai penutupan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan yang ketiga setelah
tanggal pengangkatan mereka.
b Anggota Komisaris yang mana jabatannya telah berakhir dapat diangkat
. kembali.
5. Antara Anggota Komisaris dengan Anggota Direksi tidak boleh ada hubungan
keluarga sedarah sampai dengan derajat kedua, baik menurut garis lurus
maupun garis kesamping atau hubungan semenda (menantu atau ipar).
6. Anggota Komisaris dapat diberi honorarium dan/atau tunjangan yang
jumlahnya ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
7. a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) berhak memberhentikan
Anggota Komisaris tersebut sewaktu-waktu setelah Anggota Komisaris
yang bersangkutan diberi kesempatan untuk hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) guna membela diri.
b. Pemberhentian demikian berlaku sejak penutupan rapat yang
memutuskan pemberhentian tersebut.
8. a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) berhak memberhentikan
Anggota Komisaris untuk sementara disertai alasannya.
b. Pemberhentian sementara tersebut harus diberitahukan secara tertulis
kepada Anggota Komisaris yang bersangkutan.
c. Anggota Komisaris yang diberitahukan sementara itu tidak berwenang
melakukan tugasnya Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
setelah tanggal pemberhentian sementara itu harus diadakan
pemanggilan untuk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
d. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tersebut Anggota
Komisaris yang bersangkutan harus diberi kesempatan untuk membela
diri.
e. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dapat mencabut atau
mengukuhkan keputusan pemberhentian tersebut.
f. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari tidak diadakan pemanggilan
untuk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat ini, maka pemberhentian
sementara tersebut batal dengan memperhatikan ketentuan ayat 3 (tiga)
di atas.
9. a. Apabila oleh suatu sebab jabatan Anggota Komisaris lowong, sehingga
jumlah Anggota Komisaris menjadi kurang dari 3 (tiga) orang, maka
selambatnya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari kalender
setelahnya terjadi lowongan, harus diselenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) untuk mengisi lowongan itu dengan
memperhatikan ketentuan ayat 3 (tiga) di atas.
b. Seorang yang diangkat untuk menggantikan Anggota Komisaris yang
diberhentikan berdasarkan ayat 7 (tujuh) diatas atau mengisi lowongan
karena sebab lain atau seorang yang diangkat sebagai tambahan Anggota
Komisaris yang ada harus diangkat untuk jangka waktu yang merupakan
sisa masa jabatan Anggota Komisaris lain yang masih menjabat.
10 a. Seorang Anggota Komisaris berhak mengundurkan diri dari jabatannya
dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksud tersebut
kepada Perseroan sekurangnya 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum
tanggal pengunduran dirinya.
b. Anggota Komisaris yang mengundurkan diri sebagaimana tersebut di
atas tetap dapat dimintakan pertanggungjawaban tentang pelaksanaan
tugasnya untuk masa jabatan terhitung sejak pertanggungjawaban yang
terakhir sampai dengan tanggal pengunduran dirinya dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) berikutnya.
11. Jabatan Anggota Komisaris berakhir apabila yang bersangkutan:
a. Mengundurkan diri sesuai dengan ayat 10 (sepuluh);
b. Meninggal dunia;
c. Tidak lagi memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku;
d. Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).

PASAL 14
TUGAS DAN WEWENANG KOMISARIS
1. Komisaris melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan Direksi dalam
menjalankan Perseroan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta
melakukan hal-hal lain sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar atau
sebagaimana ditetapkan dari waktu oleh Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
2. Para Anggota Komisaris, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri setiap
waktu pada jam kantor Perseroan berhak untuk memasuki gedung, kantor dan
halaman yang digunakan oleh Perseroan dan berhak untuk memeriksa catatan
dan dokumen serta kekayaan Perseroan untuk melaksanakan kewajiban
mereka.
3. Direksi dan setiap Anggota Direktur harus memberikan semua keterangan
yang berkenaan dengan Perseroan sebagaimana diperlukan oleh Komisaris
untuk melaksanakan tugas mereka.
4. Dewan Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara atau
untuk seterusnya, seorang atau lebih Anggota Direksi apabila Anggota Direksi
tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku berdasarkan Keputusan Rapat Dewan
Komisaris.
5. Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang
bersangkutan disertai alasan.
6. Dalam jangka 30 (tiga puluh) hari sesudah pemberhentian sementara itu,
Komisaris diwajibkan untuk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) yang akan memutuskan apakah Anggota Direksi yang
bersangkutan akan diberhentikan seterusnya atau dikembalikan kepada
kedudukan semula, sedangkan Anggota Direksi yang diberhentikan
sementara itu diberi kesempatan untuk hadir guna membela diri.
7. a. Rapat tersebut dalam ayat empat Pasal ini dipimpin oleh Wakil
Komisaris.
b. Dalam hal Wakil Komisaris tidak hadir atau berhalangan karena sebab
apapun hal mana tidak perlu dibuktikan kepada Pihak Ketiga rapat akan
dipimpin oleh seorang Anggota Komisaris.
c. Dalam hal Wakil Komisaris tidak diangkat/tidak hadir atau berhalangan
karena sebab apapun maka tidak perlu dibuktikan kepada Pihak Ketiga,
rapat akan dipimpin oleh seorang Komisaris, dan;
d. Dalam hal semua Anggota Komisaris tidak hadir atau berhalangan
karena sebab apapun dalam hal mana tidak perlu dibuktikan kepada
Pihak Ketiga, maka rapat akan dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh
dan dari antara mereka yang hadir dalam rapat dan pemanggilan
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang termaksud dalam Pasal 20 ayat
1 (satu) huruf a di bawah ini.
8. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tersebut tidak diadakan dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender setelah pemberhentian sementara
itu, maka pemberhentian sementara itu menjadi batal demi hukum dan yang
bersangkutan berhak menjabat kembali jabatannya semula.
9. a. Apabila seluruh Anggota Direksi diberhentikan sementara atau apabila
karena sebab apapun juga tidak ada Anggota Direksi sama sekali, maka
untuk sementara Komisaris diwajibkan untuk mengurus Perseroan.
b. Dalam hal demikian Komisaris berhak untuk memberikan kekuasaan
sementara kepada seorang atau lebih diantara mereka atas tanggungan
mereka bersama bertindak untuk dan atas nama serta mewakili
Perseroan.
10. Dalam hal hanya ada seorang Komisaris maka segala tugas dan wewenang
yang diberikan Wakil Komisaris atau Anggota Komisaris dalam Anggaran
Dasar ini berlaku pula baginya.

PASAL 15
RAPAT KOMISARIS
1. Rapat Komisaris dapat diadakan setiap tahun atau dalam waktu tertentu
bilamana dianggap perlu oleh Wakil Komisaris atau oleh 2 (dua) orang atau
lebih Anggota Komisaris lainnya atau oleh Rapat Direksi atau atas permintaan
dari 1 (satu) Pemegang Saham atau lebih yang bersama-sama mewakili 1/10
(satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang
sah.
2. Panggilan Rapat Komisaris disampaikan kepada setiap Anggota Komisaris
atau salah seorang Anggota Komisaris.
3. Panggilan Rapat Komisaris disampaikan kepada setiap Anggota Komisaris
dan harus dilakukan secara tertulis dengan diserahkan langsung kepada setiap
Anggota Komisaris dengan tanda terima yang memadai, atau dengan surat
tercatat atau dengan jasa kurir, atau dengan telex dan telefax (dalam hal telex
atau telefax harus ditegaskan kembali dengan surat tertulis yang diserahkan
secara langsung atau dengan surat tercatat secepat mungkin) paling lambat 14
(empat belas) hari kalender sebelum rapat diadakan dengan tidak
memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat, dalam hal mendesak
panggilan tersebut dapat dipersingkat menjadi 3 (tiga) hari kalender.
4. Panggilan rapat tersebut harus mencantumkan acara, tanggal, waktu dan
tempat rapat.
a. Rapat Komisaris diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau tempat
kegiatan usaha utama Perseroan di dalam wilayah Republik Indonesia.
b. Apabila semua Anggota Komisaris hadir atau diwakili, panggilan
terlebih dahulu tersebut tidak disyaratkan oleh Anggota Rapat Komisaris
dapat diadakan dimanapun juga dan berhak mengambil keputusan yang
sah dan mengikat.
5. a. Rapat Komisaris dipimpin oleh Wakil Komisaris, dalam hal Komisaris
Utama tidak dapat hadir atau berhalangan hadir karena sebab apapun,
maka digantikan oleh Wakil Komisaris Utama.
b. Dalam hal Wakil Komisaris sebagaimana dimaksud huruf a tidak
diangkat atau tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun, Rapat
Komisaris akan dipimpin Anggota Komisaris yang dipilih peserta Rapat
Komisaris.
6. Seorang Anggota Komisaris dapat diwakili dalam Rapat Komisaris hanya oleh
seorang Anggota Komisaris lain berdasarkan Surat Kuasa.
7. a. Komisaris harus dapat mengambil keputusan berdasarkan musyawarah
untuk mufakat.
b. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak
tercapai maka keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan
suara setuju lebih dari 1⁄2 (satu per dua) bagian dari jumlah Anggota
Komisaris yang sedang menjabat.
8. a. Setiap Anggota Komisaris yang hadir berhak mengeluarkan satu suara
dan tambahan satu suara untuk setiap Anggota Komisaris lain yang
diwakilinya.
b. Setiap Anggota Komisaris yang secara pribadi dengan cara apapun baik
secara langsung maupun secara tidak langsung memiliki kepentingan
dalam suatu transaksi, kontrak atau kontrak yang diusulkan, dalam mana
Perseroan menjadi salah satu Pihaknya menyatakan sifat kepentingannya
tersebut dalam Rapat Komisaris dan tidak berhak untuk ikut dalam
pengambilan suara dalam hal-hal berhubungan dengan transaksi atau
kontrak yang diusulkan tersebut, kecuali jika Rapat Komisaris
menentukan lain.
9. a. Dari segala hal yang dibicarakan dan diputuskan dalam Rapat Komisaris
dibuat Berita Acara Rapat.
b. Berita Acara Komisaris tersebut harus dibuat oleh seorang yang hadir
dalam Rapat Komisaris yang ditunjuk oleh Ketua Rapat dan kemudian
harus ditandatangani oleh Ketua Rapat dan salah seorang Anggota
Komisaris yang ditunjuk untuk maksud tersebut dalam rapat guna
memastikan kelengkapan dan kebenaran Berita Acara tersebut.
c. Berita Acara Rapat tersebut menjadi bukti yang sah terhadap semua
Anggota Komisaris dan Pihak Ketiga tentang keputusan dan segala
sesuatu yang terjadi dalam rapat.
d. Apabila Berita Acara dibuat oleh Notaris, penandatangan tersebut tidak
disyaratkan.
10. a. Komisaris dapat juga mengambil keputusan
b. Keputusan yang diambil dengan cara demikian, mempunyai ketentuan
yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat
Komisaris.

PASAL 16
TAHUN BUKU
1. Tahun buku Perseroan berjalan dari tanggal 1 (satu) Januari sampai dengan
tanggal 31 (tiga puluh satu) Desember pada tahun yang sama.
2. Dalam waktu paling lambat 5 (lima) bulan setelah buku Perseroan ditutup.
Direksi wajib menyusun Laporan Tahunan untuk diajukan kepada dan guna
mendapat persetujuan dan pengesahan dari Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) Tahunan.
3. Laporan Tahunan harus memuat sekurang-kurangnya:
a. Nama Anggota Direksi dan Komisaris
b. Perhitungan Tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang
baru lampau dan perhitungan laba rugi dari tahun yang bersangkutan
beserta penjelasan atas dokumen tersebut;
c. Neraca gabungan dari Perseroan dan Perseroan lainnya yang tergabung
dalam satu grup (jika demikian halnya), disamping neraca dari masing-
masing Perseroan lainnya tersebut;
d. Laporan mengenai keadaan dan jalannya Perseroan serta hasil yang telah
dicapai;
e. Kegiatan utama Perseroan dan perubahan selama tahun buku;
f. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi
kegiatan Perseroan; dan
3. a. Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 (dua) diatas harus
di tandatangani oleh semua Anggota Direksi dan Komisaris.
b. Dalam hal ada Anggota Direksi atau Anggota Komisaris yang tidak ikut
menandatangani Laporan Tahunan, maka dapat diwakilkan oleh Direktur
Utama atau Komisaris Utama dengan pemberitahuan dahulu mengenai
laporan tahunan tersebut kepada Anggota Direksi atau Anggota
Komisaris yang bersangkutan
4. Perhitungan tahunan harus dibuat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku bagi Perseroan.
5. Mekanisme pelaporan tahunan dilakukan dengan cara:
a. Direksi wajib menyerahkan perhitungan tahunan Perseroan kepada
Akuntan Publik untuk diperiksa.
b. Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud dalam kalimat pertama
ayat ini, tidak dipenuhi, perhitungan tahunan tidak boleh disahkan oleh
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
c. Laporan atas hasil pemeriksaan Akuntan Publik tersebut wajib
disampaikan secara tertulis kepada Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) melalui Direksi.
5. a. Perhitungan tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat 5 (lima) dan
ayat 6 (enam) pada ayat ini setelah mendapat pengesahan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) wajib diumumkan dalam 2 (dua) Surat Kabar
Harian.
b. Persetujuan atas Laporan Tahunan dan pengesahan perhitungan tahunan
itu wajib diambil sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta Anggaran Dasar Perseroan.
6. Perseroan wajib membuat neraca dan laporan laba rugi dalam 2 (dua) surat
kabar berbahasa Indonesia salah satu diantaranya beredar secara nasional
selambat- lambatnya 120 (seratus duapuluh) hari setelah tahun buku
Perseroan berakhir.
7. Persetujuan atas Laporan Tahunan dan pengesahan perhitungan tahunan
harus dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
8. Laporan tahun tersebut harus sudah tersedia di kantor Perseroan paling
lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak tanggal dilakukan pemanggilan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan, agar dapat diperiksa oleh
Pemegang Saham.

PASAL 17
RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan diselenggarakan paling
lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku Perseroan ditutup.
2. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan:
a. Direksi mengajukan Perhitungan Tahunan yang neraca dan perhitungan
laba rugi dari tahun buku yang baru berlalu yang telah diaudit oleh
Akuntan Publik serta penjelasan atas perhitungan tahunan tersebut
untuk mendapatkan pengesahan rapat;
b. Direksi mengajukan Laporan Tahunan mengenai keadaan dan jalannya
usaha Perseroan, tata keuangan dari tahun yang bersangkutan, hasil
yang telah dicapai dan perkiraan mengenai perkembangan Perseroan
untuk buku masa yang akan datang, kegiatan Perseroan dan
perubahannya selama tahun buku serta rincian masalah yang timbul
selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan Perseroan untuk
mendapatkan persetujuan rapat;
c. Penggunaan laba bersih yang belum dibagikan dari tahun-tahun buku
terdahulu harus ditetapkan dan disetujui;
d. Dilakukan penunjukan Akuntan Publik yang terdaftar;
e. Dapat dilakukan pengangkatan Anggota Direksi dan Komisaris
Perseroan;
f. Dapat diputuskan hal-hal lain yang diajukan sebagaimana mestinya pada
rapat sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar ini.
3. Persetujuan atas Laporan Tahunan dan pengesahan perhitungan tahunan oleh
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), berarti memberikan pelunasan dan
pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada para Anggota Direksi dan
Komisaris atas pengurusan dan pengawasan yang telah dijalankan selama
tahun buku yang lalu, sejauh tindakan tersebut tercermin dalam Laporan
Tahunan dan perhitungan tahunan, kecuali perbuatan penggelapan, penipuan
dan tindak pidana lain-lain.
4. Apabila Direksi atau Komisaris lalai untuk menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada waktu yang telah ditentukan, maka 1
(satu) Pemegang Saham atau lebih dari yang bersama mewakili 1/10 (satu per
sepuluh) bagian dari jumlah saham dengan hak suara yang sah berhak
mengambil sendiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan atas
biaya Perseroan setelah mendapat izin dari Ketua Pengadilan Negeri Denpasar
yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan.

PASAL 18
PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA
1. Direksi atau Komisaris berwenang menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa.
a. Direksi atau Komisaris wajib memanggil dan menyelenggarakan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa atas permintaan tertulis dari
1 (Satu) Pemegang Saham atau lebih yang bersama-sama memiliki 1/10
(satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara
yang sah.
b. Permintaan tertulis tersebut harus disampaikan kepada Direksi atau
Komisaris dengan surat tercatat dengan menyebutkan hal-hal yang
hendak dibicarakan disertai alasannya.
2. Apabila Direksi lalai untuk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) Luar Biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 (dua) setelah
dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak surat permintaan itu
diterima, maka Pemegang Saham yang bersangkutan berhak memanggil
sendiri rapat atas biaya Perseroan setelah mendapat izin dari Ketua
Pengadilan Negeri Denpasar yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan Perseroan.
3. Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat 3 (tiga) harus sesuai penetapan Ketua Pengadilan Negeri
Denpasar yang memberi izin tersebut.

PASAL 19
TEMPAT, PENGUMUMAN, PEMANGGILAN DAN WAKTU
PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) diadakan di tempat kedudukan
Perseroan atau di tempat Perseroan melakukan kegiatan usaha utama.
2. Panggilan untuk Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dilakukan sedikitnya
14 (empat belas) hari kalender sebelum tanggal rapat tersebut, dengan tidak
memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
3. a. Panggilan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) harus mencantumkan
hari, tanggal, jam, tempat, dan acara rapat, dengan disertai
pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam rapat tersedia
di kantor Perseroan mulai dari hari dilakukan panggilan sampai dengan
tanggal rapat diadakan.
b. Panggilan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan harus pula
mencantumkan bahwa Laporan Tahunan sebagaimana dimaksudkan
dalam Pasal 18 ayat 2 (dua) telah berada di kantor Perseroan. Panggilan
rapat dan bahwa salinan dari neraca dan perhitungan laba rugi dan tahun
buku yang baru lalu dapat diperoleh dari Perseroan atas permintaan
tertulis dari Pemegang Saham.
4. Usul dari Pemegang Saham harus dimasukkan dalam acara Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), jika:
a. Usul yang bersangkutan telah diajukan secara tertulis kepada Direksi
atau Komisaris oleh seorang atau lebih Pemegang Saham yang bersama-
sama mewakili sedikitnya 10% (sepuluh persen) dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara yang sah telah dikeluarkan oleh Perseroan;
b. Telah diterima oleh Direksi atau Komisaris sedikitnya 14 (empat belas)
hari kalender sebelum panggilan rapat yang bersangkutan dikeluarkan;
c. Menurut pendapat Direksi atau Komisaris, usul itu dianggap
berhubungan dengan usaha Perseroan dan dengan mengingat ketentuan
lain dalam Anggaran Dasar ini; dan
d. Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Apabila semua Pemegang Saham dengan hak suara yang sah hadir atau
diwakili dalam rapat, maka panggilan terlebih dahulu sebagaimana dimaksud
dalam ayat 3 (tiga) tidak menjadi syarat dan dalam rapat itu dapat diambil
keputusan yang sah serta mengikat mengenai hal yang akan dibicarakan
sedangkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dapat diselenggarakan
dimanapun juga dalam wilayah Republik Indonesia.

PASAL 20
PIMPINAN DAN BERITA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM
1. a. Apabila dalam Anggaran Dasar ini tidak ditentukan lain, Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) akan dipimpin oleh seorang Anggota
Komisaris yang ditunjuk oleh Rapat Komisaris. Dalam hal semua
Anggota Komisaris tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun
hal mana tidak perludibuktikan kepada Pihak Ketiga atau dalam hal
Rapat Komisaris tidak menunjuk seorang Anggota Komisaris untuk
memimpin Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), maka rapat akan
dipimpin oleh Direktur Utama.
b. Dalam hal Direktur Utama tidak hadir atau berhalangan karena sebab
apapun hal mana yang tidak perlu dibuktikan kepada Pihak Ketiga, maka
rapat akan dipimpin oleh Wakil Direktur Utama (jika diangkat). Jika
Wakil Direktur Utama diangkat tetapi tidak hadir atau berhalangan
karena sebab apapun, hal mana tidak perlu dibuktikan kepada Pihak
Ketiga, maka rapat akan dipimpin oleh salah satu Anggota Direksi.
c. Dalam hal semua Anggota Direksi tidak hadir atau berhalangan karena
sebab apapun hal mana tidak perlu dibuktikan kepada Pihak Ketiga,
maka rapat akan dipimpin oleh Pemegang Saham yang hadir dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2. a. Dalam hal Anggota Komisaris yang ditunjuk oleh Komisaris mempunyai
benturan kepentingan atas hal yang akan diputuskan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS), maka Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dipimpin oleh Anggota Komisaris lainnya yang ditunjuk oleh
Komisaris yang tidak mempunyai benturan kepentingan.
b. Apabila semua Anggota Komisaris mempunyai benturan kepentingan
atas hal yang akan diputuskan dalam rapat maka Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dipimpin oleh Anggota Direksi yang tidak
mempunyai benturan kepentingan.
c. Dalam hal Direktur Utama mempunyai benturan kepentingan atas hal
yang akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
maka Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dipimpin oleh Anggota
Direksi yang tidak mempunyai benturan kepentingan.
d. Apabila semua Anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan, maka
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dipimpin oleh salah seorang
Pemegang Saham independen, yaitu Pemegang Saham yang tidak
mempunyai benturan kepentingan, yang ditunjuk oleh Pemegang Saham
lainnya yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
3. Mereka yang hadir dalam rapat harus membuktikan kewenangannya untuk
hadir dalam rapat, yaitu sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh
Direksi atau Komisaris pada waktu panggilan rapat dan Ketua Rapat berhak
meminta kepada mereka yang hadir pada rapat untuk membuktikan hal
mereka untuk menghadiri rapat yang bersangkutan.
4. a. Dari segala hal yang dibicarakan dan diputuskan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dibuat Berita Acara Rapat yang cukup
ditandatangani oleh saksi dan Notaris.
b. Berita Acara Rapat tersebut menjadi bukti yang sah terhadap semua
Pemegang Saham dan Pihak Ketiga tentang keputusan segala sesuatu
yang terjadi dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

PASAL 21
KUORUM, HAK SUARA, DAN KEPUTUSAN
1. a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dapat dilangsungkan apabila
dihadiri oleh Pemegang Saham yang mewakili lebih dari 1⁄2 (satu per
dua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah,
kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar ini.
b. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) huruf a
tidak tercapai, maka dapat diadakan panggilan Rapat Kedua, tanpa
didahului dengan pemberitahuan rapat.
c. Panggilan sebagaimana dalam ayat 1 (satu) huruf b harus dilakukan
paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum Rapat Kedua tersebut
diselenggarakan. Dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan atau
rapat dengan menyebutkan telah diselenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) tetapi belum mencapai kuorum.
d. Rapat Kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari kalender
dan paling lambat 21 (duapuluh satu) hari kalender terhitung sejak Rapat
Pertama dengan syarat dan acara yang sama seperti yang diperlukan
untuk Rapat Pertama, kecuali mengenai persyaratan panggilan rapat
sebagaimana ditetapkan dalam ayat 1 (satu) huruf c di atas, dan
persyaratan kuorum sebagaimana ditetapkan dalam ayat 1 (satu) huruf c
di atas dan persyaratan kuorum sebagaimana ditetapkan dalam ayat 1
(satu) huruf e di bawah.
e. Rapat Kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang
mengikat apabila dihadiri oleh Pemegang Saham yang mewakili
sedikitnya 1⁄3 (satu per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan
hak suara yang sah, kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar ini.
f. Dalam hal kuorum Rapat Kedua tidak tercapai, maka atas permohonan
Perseroan dengan persetujuan Direksi, maka kuorum ditetapkan oleh
Ketua Pengadilan Negeri Denpasar yang wilayahnya meliputi tempat
kedudukan Perseroan.
2. a. Pemegang Saham dapat diwakili oleh Pemegang Saham lain atau orang
lain dengan Surat Kuasa.
b. Surat Kuasa harus dibuat dan ditandatangani dalam bentuk sebagaimana
ditentukan oleh Direksi Perseroan dengan tidak mengurangi ketentuan
undang- undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
tentang bukti perdata dan diajukan kepada Direksi sedikitnya 3 (tiga)
hari kerja sebelum Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang
bersangkutan.
c. Dalam rapat, tiap saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk
mengeluarkan 1 (satu) suara.
d. Anggota Direksi, Anggota Komisaris dan Karyawan Perseroan boleh
bertindak, selaku kuasa dalam rapat. Namun suara yang mereka
keluarkan selaku kuasa tidak dihitung dalam pemungutan suara.
e. Pemungutan suara mengenai orang dilakukan dengan suara tertutup
yang tidak ditandatangani, dan mengenai hal lain secara lisan, kecuali
apabila Ketua Rapat menentukan lain tanpa ada keberatan dari 1 (satu)
atau lebih Pemegang Saham yang secara bersama-sama mewakili
sedikitnya 10% (sepuluh persen) dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara yang sah.
f. Suara blangko atau suara tidak sah dianggap tidak ada dan tidak
dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan dalam rapat.
3. a. Semua keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
b. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak
tercapai maka keputusan diambil dalam pemungutan suara berdasarkan
suara setuju lebih dari 1⁄2 (satu per dua) bagian dari jumlah suara yang
dikeluarkan dengan sah dalam rapat, apabila dalam Anggaran Dasar ini
ditentukan.
4. a. Putusan berkenaan dengan transaksi yang mempunyai benturan
kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat 2 (dua) di atas
diambil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa yang khusus
diadakan untuk keperluan tersebut, yang dihadiri oleh Pemegang Saham
yang tidak mempunyai benturan kepentingan atas transaksi tersebut
dan/atau kuasa mereka yang sah yang mewakili lebih dari 1⁄2 (satu per
dua) bagian dari jumlah saham yang dikeluarkan Perseroan dengan hak
suara yang sah yang dipegang oleh semua Pemegang Saham independen
dan Pemegang Saham independen yang mewakili lebih dari satu 1⁄2 (satu
per dua) bagian dari jumlah semua saham yang dikeluarkan dengan hak
suara yang sah yang dipegang oleh semua Pemegang Saham independen
itu menyetujui transaksi tersebut.
b. Dalam rapat tersebut Pemegang Saham, Anggota Direksi dan Dewan
Komisaris yang mempunyai benturan kepentingan dengan transaksi
yang dibicarakan dalam rapat yang bersangkutan, tidak berhak
mengeluarkan suara, saran atau pendapat.
c. Menurut pendapat Direksi usul itu dianggap berhubungan langsung
dengan usaha Perseroan; dan
d. Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. a. Pemegang Saham dapat juga mengambil keputusan tanpa mengadakan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dengan ketentuan semua
Pemegang Saham telah diberitahu secara tertulis dan semua Pemegang
Saham memberikan persetujuan dengan menandatangani persetujuan
tersebut.
b. Keputusan yang diambil dengan cara demikian mempunyai kekuatan
yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).

PASAL 22
PENGGUNAAN LABA
1. Direksi berdasarkan keputusan Rapat Direksi dengan persetujuan Rapat
Komisaris harus mengajukan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Tahunan mengenai penggunaan dan/atau pembagian keuntungan yang
belum dibagi tercantum dalam neraca dan penghitungan laba rugi yang
diajukan untuk persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan,
dalam usul mana dinyatakan beberapa keuntungan yang belum dibagi
tersebut dapat disisihkan untuk dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 (dua puluh tiga) di bawah ini serta usul mengenai besarnya jumlah
dividen yang mungkin dibagikan, satu dan lain dengan tidak mengurangi hak
dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk memutuskan lain.
2. a. Pemberian dividen hanya dibayarkan sesuai dengan kemampuan
keuangan Perseroan berdasarkan keputusan yang diambil dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan, dalam keputusan mana juga
harus ditentukan waktu, cara pembayaran dan bentuk dividen dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Dividen untuk saham dibayarkan kepada orang atas nama siapa saham
itu tercatat dalam Daftar Pemegang Saham, pada tanggal yang ditentukan
oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan yang memutus
mengenai pembagian dividen.
c. Hari pembayaran harus diumumkan oleh Direksi pada Pemegang Saham.
d. Pada Pasal 22 ayat 3 (tiga) berlaku secara mutatis mutandis bagi
pengumuman tersebut.
3. Dalam hal Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan tidak menentukan
penggunaan lain, maka laba bersih setelah dikurangi dengan cadangan yang
diwajibkan oleh undang-undang dan Anggaran Dasar dibagi sebagai dividen.
4. Berdasarkan keputusan Rapat Direksi, Direksi dengan persetujuan Rapat
Komisaris dapat membagi dividen sementara, jika keadaan Perseroan
memungkinkan, dengan ketentuan bahwa dividen sementara tersebut harus
diperhitungkan dengan yang dibagikan dividen yang dibagikan berdasarkan
keputusan yang bersangkutan yang diambil sesuai dengan ketentuan-
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Apabila perhitungan laba rugi pada satu tahun buku menunjukkan kerugian
yang tidak dapat ditutup dengan dana cadangan, maka kerugian itu akan
ditutup dengan dana cadangan, maka kerugian itu akan tetap dicatat dan
dimasukkan dalam perhitungan laba rugi dan dalam buku tahunan
selanjutnya Perseroan dianggap tidak mendapat laba selama kerugian yang
tercatat dan dimasukkan dalam perhitungan laba rugi belum sama sekali
tertutup, demikian dengan tidak mengurangi ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
6. a. Dengan memperhatikan pendapatan Perseroan pada tahun buku yang
bersangkutan, dari pendapatan bersih seperti tersebut dalam neraca dan
perhitungan laba rugi yang telah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) Tahunan, dapat diberikan tantiem kepada Anggota
Direksi dan Komisaris Perseroan yang besarnya ditentukan oleh Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
b. Kewenangan untuk memberikan tantiem kepada Anggota Direksi
tersebut dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dapat
dilimpahkan kepada Komisaris.
7. a. Laba yang dibagikan sebagai dividen yang tidak diambil dalam waktu 5
(lima) tahun setelah disediakan untuk dibayarkan, dimasukkan ke dalam
dana cadangan yang khusus untuk diperuntukkan untuk itu.
b. Dividen yang tidak diambil selewatnya waktu tersebut menjadi milik
Perseroan.

PASAL 23
PENGGUNAAN DANA CADANGAN
1. Pembagian dari laba yang disediakan untuk dana cadangan ditentukan oleh
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) setelah memperhatikan usul Direksi
dan Pemegang Saham. Bilamana ada dan mengindahkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Dana cadangan sampai dengan jumlah sekurang-kurangnya 20% (dua puluh
persen) dari modal yang ditempatkan hanya digunakan untuk menutup
kerugian yang diderita oleh Perseroan.
3. Apabila jumlah dana cadangan telah mencapai jumlah sekurang-kurangnya
20% (dua puluh persen) dari modal yang di tempatkan tersebut, Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dapat memutuskan agar usul dari dana cadangan
yang melebihi jumlah sebagaimana ditentukan dalam ayat 2 (dua) digunakan
bagi keperluan Perseroan.
4. Direksi harus mengelola dana cadangan agar dana cadangan tersebut
memperoleh laba, dengan cara yang dianggap baik olehnya dengan
persetujuan Komisaris dan memperhatikan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
5. Keuntungan yang diterima dari dana cadangan harus dimasukkan dalam
perhitungan laba rugi Perseroan.

PASAL 24
PENGUBAHAN ANGGARAN DASAR
1. a. Pengubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), yang dihadiri oleh Pemegang Saham yang mewakil
isedikitnya 2⁄3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan
hak suara yang sah dan keputusan yang diambil berdasarkan
bermusyawarah untuk mufakat. Dalam hal keputusan berdasarkan
musyawarah untuk mufakat tidak tercapai maka keputusan diambil
dengan pemungutan suara yang disetujuioleh setidaknya 2⁄3 (dua per
tiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan secara sah dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
b. Pengubahan Anggaran Dasar tersebut harus dibuat dengan Akta Notaris
dan dalam bahasa Indonesia.
2. Pengesahan ketentuan Anggaran Dasar yang menyangkut pengubahan nama,
berdirinya Perseroan, besarnya modal dasar, pengurangan modal yang di
tempatkan dan disetor dan pengubahan status Perseroan tertutup menjadi
terbuka atau sebaliknya wajib mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia.
3. Pengubahan Anggaran Dasar selain menyangkut hal-hal yang tersebut dalam
ayat 2 (dua) pasal ini cukup dilaporkan pada Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat
belas) hari kaleder terhitung sejak keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
tentang Pengubahan tersebut serta didaftarkan dalam Daftar Perusahaan.
4. Apabila dalam rapat yang dimaksud pada ayat 2 (dua) kuorum yang di
tentukan tidak tercapai, maka paling cepat 10 (sepuluh) hari kalender dan
paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kalender setelah rapat itu, dapat
diselenggarakan Rapat Kedua dengan syarat dan acara seperti yang
diperlukan untuk Rapat Pertama, kecuali mengenai jangka waktu panggilan
harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum Rapat Kedua
tersebut, tidak termasuk tanggal panggilan dan tanggal rapat serta panggilan
rapat tersebut tidak perlu dilakukan pemberitahuan terlebih dahulu dan Rapat
Kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila
dihadiri oleh Pemegang Saham yang mewakili setidaknya 2⁄3 (dua per tiga)
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah telah
dikeluarkan oleh Perseroan dan keputusan disetujui sedikitnya lebih dari 1⁄2
(satu per dua) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan oleh Pengadilan
Negeri Denpasar.
5. Dalam hal kuorum Rapat Kedua tidak tercapai, maka atas permohonan
Perseroan, kuorum jumlah suara untuk mengambil keputusan, panggilan dan
waktu penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ditetapkan
oleh Pengadilan Negeri Denpasar.
6. Keputusan mengenai pengurangan modal harus diberitahukan secara tertulis
kepada semua kreditor Perseroan dan diumumkan oleh Direksi dalam 2 (dua)
Surat Kabar Harian Indonesia dan satu lainnya yang terbit di tempat
kedudukan Perseroan sebagaimana ditentukan oleh Direksi dan dalam Berita
Negara paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sejak tanggal keputusan tentang
pengurangan modal tersebut.

PASAL 25
PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN
1. a. Dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
maka penggabungan, peleburan, pengambilalihan, hanya dapat
dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) yang dihadiri oleh Pemegang Saham yang mewakili 3⁄4 (tiga per
empat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan
keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
b. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak
tercapai maka keputusan diambil dengan pemungutan suara yang
disetujui oleh sedikitnya 3⁄4 (tiga per empat) bagian dari jumlah suara
yang dikeluarkan secara sah dalam rapat.
c. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud di atas tidak tercapai, maka
Rapat Kedua dapat diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari
kalender dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kalender sejak Rapat
Pertama itu, dengan syarat dan acara yang sama seperti yang diperlukan
untuk Rapat Pertama, kecuali dalam hal persyaratan tentang kuorum
sebagaimana yang ditetapkan di bawah ini dan panggilan dilakukan
paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum Rapat Kedua tersebut,
tidak termasuk tanggal panggilan dan tanggal rapat serta untuk
panggilan rapat, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan
tanggal rapat.
d. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) kedua tersebut dapat diambil
keputusan yang sah apabila dihadiri oleh Pemegang Saham atau
kuasanya yang sah yang mewakili paling sedikit 2⁄3 (dua per tiga) bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan keputusan
yang diambil berdasarkan musyawarah yang diambil dengan
pemungutan suara yang disetujui lebih dari 1⁄2 (satu per dua) bagian dari
jumlah seluruhnya suara yang dikeluarkan secara sah dalam rapat.
e. Dan dalam hal kuorum dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
sebagaimana dimaksud di atas tidak tercapai, maka atas permohonan
Perseroan, kuorum, jumlah suara untuk mengambil keputusan, panggilan
dan waktu penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
selanjutnya ditetapkan dalam Pengadilan Negeri Denpasar.
2. Direksi wajib mengumumkan dalam 2 (dua) Surat Kabar Harian berbahasa
Indonesia, 1 (satu) di antaranya mempunyai peredaran luas dalam wilayah
Negara Republik Indonesia dan 1 (satu) lainnya yang terbit di tempat
kedudukan Perseroan sebagaimana ditentukan oleh Direksi mengenai rencana
penggabungan, peleburan, pengambilalihan Perseroan paling lambat 14
(empat belas) hari kalender sebelum panggilan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).

PASAL 26
PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI
1. a. Dengan mengindahkan ketentuan peraturan perundangundangan yang
berlaku, maka pembubaran Perseroan hanya dapat dilakukan
berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang
dihadiri oleh Pemegang Saham yang mewakili sedikitnya 3⁄4 (tiga per
empat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan
keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
b. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak
tercapai maka keputusan diambil dengan pemungutan suara yang
disetujui oleh sedikitnya 3⁄4 (tiga per empat) bagian dari jumlah suara
yang dikeluarkan secara sah dalam rapat.
c. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud di atas tidak tercapai, maka
Rapat Kedua dapat diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari
kalender dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kalender sejak Rapat
Pertama, dengan syarat dan acara yang sama seperti yang diperlukan
untuk Rapat Pertama, kecuali dalam hal persyaratan tentang kuorum
sebagaimana yang ditetapkan di bawah ini dan panggilan harus
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum Rapat Kedua
tersebut, dengan tidak memperhitungkan tanggal pendirian dan tanggal
rapat.
d. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) kedua tersebut dapat diambil
keputusan yang sah apabila dihadiri oleh Pemegang Saham atau kuasa
yang mewakili paling sedikit 2⁄3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara yang sah dan keputusan diambil berdasarkan
musyawarah untuk mufakat.
e. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak
tercapai maka keputusan diambil dengan pemungutan suara yang
disetujui lebih dari 1⁄2 (satu per dua) bagian dari jumlah suara yang
dikeluarkan secara sah dalam rapat.
f. Dan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) kedua sebagaimana
dimaksud di atas tidak tercapai, maka atas permohonan Perseroan,
kuorum, jumlah suara untuk mengambil keputusan, panggilan dan
waktu penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
selanjutnya ditetapkan oleh Pengadilan Negeri Denpasar.
2. Apabila Perseroan dibubarkan, baik karena berakhirnya jangka waktu
berdirinya (jika didirikan untuk jangka waktu tertentu), dibubarkan
berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau karena dinyatakan
bubar berdasarkan penetapan pengadilan, maka Perseroan harus di likuidasi
oleh satu atau lebih Likuidator.
3. Direksi bertindak sebagai Likuidator apabila dalam keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) atau penetapan sebagaimana yang dimaksud dalam
ayat 2 (dua) tidak menunjuk Likuidator.
4. Peraturan mengenai pemberhentian sementara, pemberhentian kewenangan,
kewajiban, tanggung jawab, dan pengawasan terhadap Direksi berlaku juga
bagi Likuidator.
5. Upah bagi Likuidator ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
atau penetapan pengadilan.
6. Likuidator wajib dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak Perseroan
dibubarkan:
a. Mendaftarkan pembubaran Perseroan beserta nama dan alamat
Likuidator dalam Daftar Perusahaan;
b. Mengumumkan pembubaran Perseroan serta nama dan alamat
Likuidator dalam Berita Negara;
c. Mengumumkan pembubaran Perseroan serta nama dan alamat
Likuidator dalam 2 (dua) Surat Kabar Harian berbahasa Indonesia, 1
(satu) di antaranya mempunyai peredaran luas dalam wilayah Negara
Republik Indonesia dan 1 (satu) lainnya yang terbit di tempat kedudukan
Perseroan sebagaimana ditentukan oleh Likuidator;
d. Memberitahukan tentang pembubaran kepada kreditor dengan surat
tercatat; dan
e. Memberitahukan tentang pembubaran Perseroan serta nama Likuidator
kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PASAL 27
PEMILIK MANFAAT
1. Perseroan wajib menetapkan Pemilik Manfaat dari Perusahaan.
2. Pemilik Manfaat dari Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit merupakan 1 (satu) orang
3. Pemilik manfaat wajib diberitahukan secara tertulis dengan surat
pemberitahuan.

PASAL 28
KRITERIA PEMILIK MANFAAT
1. Pemilik Manfaat dari merupakan orang perseorangan yang memenuhi
kriteria:
a. memiliki saham lebih dari 25% (dua puluh lima persen) pada
perseroan terbatas sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar;
b. memiliki hak suara lebih dari 25 %(dua puluh lima persen) pada
perseroan terbatas sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar;
c. menerima keuntungan atau laba lebih dari 25%o ldua puluh lima
persen) dari keuntungan atau laba yang diperoleh perseroan terbatas
per tahun;
d. memiliki kewenangan untuk mengangkat, menggantikan, atau
memberhentikan anggota direksi dan anggota dewan komisaris;
e. memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk mempengaruhi atau
mengendalikan perseroan terbatas tanpa harus mendapat otorisasi
dari pihak manapun;
f. menerima manfaat dari perseroan terbatas; dan/atau
g. merupakan pemilik sebenarnya dari dana atas kepemilikan saham
perseroan terbatas.
PASAL 29
PERATURAN PENUTUP
Segala sesuatu yang tidak atau belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, akan
diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Ditetapkan di Denpasar, 5 Januari 2018


PT MOON STONE INDONESIA
Jalan Teuku Umar Nomor 1, Kelurahan Dauh Puri Klod,
Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Bali.

Anda mungkin juga menyukai