Anda di halaman 1dari 2

Jamaah Rahimakumullah ....

Ramadhan sebentar lagi akan berlalu. Yang tersisa bagi umat hari ini adalah pertanyaan: bagaimana
cara memelihara dan menyempurnakan ketakwaan? Ini adalah pertanyaan amat penting karena memang
hikmah dari shaum Ramadhan adalah mencapai derajat takwa.
Tak ada keraguan lagi bahwa ketakwaan adalah status tertinggi seorang hamba di hadapan Allah SWT.
Bukan kekayaan, status sosial, warna kulit, suku bangsa, dll. Islam telah menghilangkan status dan
prestise yang melekat pada manusia dan
menggantikannya takwa. Allah SWT berfirman:

Imam ath-Thabari rahimahulLâh dalam tafsirnya mengatakan, “Sungguh yang paling mulia, wahai manusia, di sisi
Tuhan kalian, adalah yang bertakwa, yakni yang menunaikan kewajiban-kewajiban dan menjauhi kemaksiatan;
bukan yang paling mewah rumahnya dan paling banyak keturunannya.”(Tafsîr ath-Thabari, 7/86).

Jamaah rahimakumullah...
Takwa adalah:

Sebagian ulama juga memberikan pengertian takwa dengan: menaati semua perintah Allah SWT dan
menjauhi segenap larangan-Nya. Karena itu, hamba-hamba Allah yang bertakwa tidak pernah memilah
dan memilih perintah maupun larangan-Nya. Perkara yang fardlu akan ia kerjakan sekuat tenaga
sekalipun membutuhkan pengorbanan besar. Sebaliknya, perkara yang haram akan ia tinggalkan
meskipun dipandang biasa di tengah masyarakat. Ia akan bergegas untuk mendapatkanampunan dan
surga yang dijanjikan Allah SWT.
Jamaah rahimakumullah...
Namun sekarang banyak kaum Muslim yang terkena virus sekularisme, yakni paham yang memisahkan
agama dari kehidupan. Akibatnya, virus ini telah
menyimpangkan makna takwa yang hakiki. Sekularisme menempatkan takwa sekadar ketaatan dalam
urusan ibadah dan akhlak semata. Di luar ibadah, mereka tinggalkan ketaatan kepada Allah SWT. Mereka
campakkan aturan-aturan Allah. Padahal Allah SWT telah menjadikan Islam sebagai risalah paripurna,
mengatur semua aspek kehidupan.
Bahkan ada sebagian Muslim yang mengkriminalisasi ajaran agamanya sendiri dan orang-orang yang
memperjuangkannya. Mereka melabeli Muslim yang berusaha istiqamah menjalankan agama dan
menyerukan pelaksanaan agama sebagai kaum radikal. Mereka tak segan mempersekusi sesama Muslim.
Mereka pun menganggap syariah Islam dan khilafah sebagai ancaman bagi manusia, padahal kewajiban
hukumnya oleh para ulama Aswaja.
Walhasil, sekularisme telah menggerus ketakwaan kaum Muslim. Sifat amanah dan menepati janji pun kian
menghilang. Orang tidak merasa berdosa dan hilang rasa takutnya kepada Allah SWT ketika merusak
kehidupan bernegara. Padahal dalam ajaran Islam, negara itu ada untuk menjaga dan melindungi
masyarakat dan melindungi ketakwaan mereka.

Jamaah rahimakumullah
Rasulullah SAW telah mengingatkan kaum Muslim agar memelihara perintah dan larangan Allah SWT:
Sungguh Allah telah mewajibkan berbagai kewajiban. Karena itu jangan kalian
menyia-nyiakannya. Allah pun telah menetapkan berbagai larangan. Karena itu jangan kalian melanggarnya (HR al-
Baihaqi).
Langkah untuk memelihara dan menyempurnakan ketakwaan kepada Allah SWT antara lain:
Pertama, menjadikan akidah Islam bukan sekadar akidah ruhiyyah, tetapi juga akidah siyasiyah, yakni asas
dalam kehidupan dunia. Dengan itu semua urusan dunia maupun akhirat selalu dilandasi oleh dorongan
keimanan kepada Allah SWT.
Kedua, senantiasa menjadikan Islam sebagai standar untuk menilai perbuatan terpuji- tercela dan baik-
buruk. Pertimbangan dalam beramal hanyalah halal dan haram, bukan manfaat atau madarat; bukan
pula ridha atau benci manusia. Yang ia cari semata-mata adalah keridhaan Ilahi sekalipun orang-orang
mencaci dirinya.
Ketiga, bersabar dalam menjalankan ketaatan pada Allah SWT sebagaimana para nabi dan rasul, juga
orang-orang shalih dalam menjalankan perintah dan larangan Allah SWT. Nabi saw. bersabda:
Sungguh di belakang kalian adalah masa kesabaran. Bersabar pada masa itu seperti menggenggam bara
api. Pahala bagi yang melakukannya seperti 50 orang yang mengerjakan amalnya (HR Abu Daud).
Keempat, berdakwah mengajak umat untuk sama-sama meniti jalan ketakwaan dan menghilangkan
kemungkaran. Ia takut bila berdiam diri justru akan mendatangkan bencana dari Allah SWT (Lihat: QS al-
Anfal [8]: 25).
Kelima, segera memohon ampunan kepada Allah SWT dan kembali pada ketaatan manakala telah
melakukan kemungkaran
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka
ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui.” (Terjemahan: QS Ali Imran [3]: 135).
Keenam, menumbuhkan kerinduan pada ridha Allah dan surga-Nya. Dengan begitu ia tak akan tergoda
untuk menggadaikan agama demi mendapatkan sekeping dunia yang ia pandang remeh. Seluruh
hidupnya akan digunakan untuk meneguhkan
ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Semoga kita mampu memelihara ketakwaan kita di zaman modern saat ini dan terus berjuang
meninggikan kalimatullah. Wal'afwu minkum wassalaamu' alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh.

Anda mungkin juga menyukai