MANTRA YOGA
Oleh :
I Nyoman Kurniawan
Rumah Dharma - Hindu Indonesia
PANDUAN RINGKAS
MANTRA YOGA
Ditulis oleh : I Nyoman Kurniawan
Fotografi : Ketut Eddie Dharmawan [Dudut Photography]
I Wayan Suana [Nararya-Art]
Sadhvika Peraga : Kristina Wulandari
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
iii
INISIASI MANDIRI............................................................................................................................... 20
Penjelasan Inisiasi Mandiri ............................................................................................................. 23
iv
BAB 6 SADHANA MANTRA YOGA ..................................................................................................... 40
SIKAP DALAM MANTRA YOGA............................................................................................................ 40
1. Asana [Sikap Badan]. .................................................................................................................. 40
2. Duduk Tenang. ........................................................................................................................... 43
MELAKSANAKAN SADHANA MANTRA YOGA ...................................................................................... 43
1. Memohon Restu Dari Semua Ista Dewata. ................................................................................. 43
2. Penyucian Diri. ........................................................................................................................... 44
3. Mengundang Kehadiran Ista Dewata. ......................................................................................... 47
4. Permohonan. ............................................................................................................................. 48
5. Menjapakan Mantra. ................................................................................................................. 49
6. Ista Dewata Memurnikan Sadhaka. ............................................................................................ 50
7. Malinggihkan Ista Dewata Di Dalam Diri. .................................................................................... 52
8. Mengucapkan Terimakasih......................................................................................................... 52
v
5. Terserap Ke Dalam Kesadaran Yang Lebih Tinggi. ........................................................................... 62
6. Kontak Yoga Dengan Ista Dewata. .................................................................................................. 63
7. Jivan-Mukti [Terbebaskan Dari Siklus Samsara]. ............................................................................. 63
PENYEMPURNAAN SADHANA ............................................................................................................ 64
KEBERHASILAN SADHANA .................................................................................................................. 66
vi
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Gbr 1. Efek penjapaan mantra dalam jangka waktu panjang, energi suci hasil dari penjapaan mantra
masuk dan mengembang ke dalam diri melalui chakra anahata ........................................................... 7
Gbr 2. Cara pertama memegang japa-mala ......................................................................................... 8
Gbr 3. Cara kedua memegang japa-mala ............................................................................................. 8
Gbr 4. Ujung japa-mala disangga dengan telapak tangan kiri............................................................... 9
Gbr 5. Memutar japa-mala 108 derajat, jalur penghitungan diputar ke arah sebaliknya .................... 10
Gbr 6. Japa-mala dari biji rudraksha [genitri] ..................................................................................... 11
Gbr 7. Dewi Saraswati, Ista Dewata pengayom dan pelindung utama penulis.................................... 15
Gbr 8. Melukat di mata air suci, sadhana mandi penyucian dan pemurnian ...................................... 21
Gbr 9. Menyucikan persembahan ..................................................................................................... 36
Gbr 10. Ngunggahang atau meletakkan canang atau persembahan lainnya ...................................... 37
Gbr 11. Ngunggahang atau meletakkan dupa .................................................................................... 37
Gbr 12. Menyiratkan tirtha [air suci] ................................................................................................. 38
Gbr 13. Ngayabang atau menghaturkan dupa dan canang [atau persembahan lainnya] dan ditutup
dengan mengucapkan shanti mantra untuk kedamaian alam semesta dan semua mahluk ................. 39
Gbr 14. Padmasana, sikap asana kedua kaki dilipat saling bersilangan............................................... 40
Gbr 15. Ardha-padmasana, sikap asana salah satu kaki diletakkan diatas kaki lainnya ....................... 41
Gbr 16. Siddhasana, sikap asana para siddha [orang-orang suci yang siddhi]. Ujung tumit kaki kanan
menyentuh lubang anus dan ujung tumit kaki kiri menyentuh kemaluan. .......................................... 41
Gbr 17. Sukhasana, sikap asana duduk bersila biasa .......................................................................... 42
Gbr 18. Posisi punggung tegak lurus selama penjapaan mantra ........................................................ 42
Gbr 19. Memohon restu kepada seluruh Ista Dewata........................................................................ 43
Gbr 20. Mudra amusti-karana ........................................................................................................... 44
Gbr 21. Mudra omkara-suddhi pertama ............................................................................................ 46
Gbr 22. Mudra omkara-suddhi kedua................................................................................................ 46
Gbr 23. Mudra namaskara sambil melakukan dhyanawidhi mengundang kehadiran Ista Dewata ...... 48
Gbr 24. Mengajukan permohonan kepada Ista Dewata sebelum memulai penjapaan mantra ........... 49
Gbr 25. Tetap memejamkan mata dan memegang japa-mala. Tekuk ujung lidah keatas, atur nafas
tenang-alami. Visualisasikan kehadiran Ista Dewata dengan sepenuh hati. ........................................ 50
vii
Sujud hormat dan terimakasih tidak terhingga kepada para Ista Dewata,
serta Dharmapala Ista Dewata pembimbing dan pelindung. Sujud hormat dan
terimakasih tidak terhingga kepada Mula-Satguru dan Satguru Jro Rahmadewi,
untuk bimbingan, naungan, perlindungan dan limpahan welas asih yang tidak
pernah habis diberikan.
Penulis,
I Nyoman Kurniawan
viii
PERENUNGAN HAKIKAT SAMSARA
PERENUNGAN HAKIKAT SAMSARA
Itulah sebabnya orang-orang suci dari berbagai jaman, telah dan akan selalu
memperingatkan kita melalui ajaran dharma untuk tidak terjerumus dan dapat
keluar dari jalur keberadaan yang sangat sulit untuk dipikul.
Dan sangat berbeda dengan apa yang ingin dipercaya umum, orang-orang
suci dari berbagai jaman menyebutkan, “mereka yang melakukan pelanggaran
dharma karena tidak mengetahui tentang ajaran dharma dan dinamika hukum
karma, maka karma buruknya lebih berat, dibandingkan mereka yang melakukan
pelanggaran dharma tapi mengetahuinya”. Laksana memegang besi panas berapi-
api, yang memegangnya dengan sengaja dan yang memegangnya dengan tidak
sengaja karena tidak tahu, manakah yang lebih terbakar ?
1
Itulah sebabnya orang-orang suci dari berbagai jaman, telah dan akan selalu
memperingatkan kita melalui ajaran dharma untuk tidak terjerumus dan dapat
keluar dari jalur keberadaan yang sangat sulit untuk dipikul.
Hal paling berharga di dalam kehidupan ini tidak lain adalah hati yang
penuh welas asih dan kebaikan, menjaga diri sendiri dari melakukan pelanggaran
dharma, serta totalitas melaksanakan sadhana. Inilah yang harus kita pertahankan
sekuat tenaga, jangan sampai hilang dari diri kita. Karena hanya inilah satu-
satunya peluang kita untuk melakukan lompatan besar memasuki tingkatan yang
lebih tinggi. Memasuki kemaha-muliaan dan kemaha-damaian tertinggi, yang
tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
2
Bagi orang-orang awam yang sederhana, atau pengetahuan dharma-nya
sedikit, atau kurang cocok menggunakan metode yang rumit-rumit, fokus kepada
jalan Mantra Yoga beserta sadhana-sadhana pendukungnya bisa ditempuh
sebagai jalan paling sederhana untuk mencapai kesadaran diri [atma-jnana] dan
pembebasan dari roda samsara. Karena Mantra Yoga demikian sederhana-nya.
Tidak diperlukan pengetahuan dharma yang luas atau metode yang rumit, yang
diperlukan disini hanya kesungguhan hati dan konsistensi ketekunan saja.
3
Bab 1
Tiga upaya penyangga ini merupakan satu kesatuan trikaya parisudha, tiga
intisari terpenting upaya pemurnian diri di dalam melaksanakan sadhana Mantra
Yoga, yaitu :
Dengan ucapan kita fokus menjapakan mantra, kita tidak saja tidak berkata-
kata yang bisa menimbulkan karma buruk, tapi kita mengucapkan kata-kata yang
paling mulia dan suci, karena mantra Ista Dewata adalah manifestasi dewata itu
sendiri dalam wujud suara. Ini tentu saja adalah ucapan suci atau wacika.
Secara umum setiap mantra Ista Dewata dalam Mantra Yoga tersusun dari
enam tiang, yaitu :
1. Rishi.
1. Rishi.
Setiap mantra berasal dari seorang rishi, yaitu orang suci yang pertama kali
menemukan mantra tersebut dan menyebarkannya kepada orang lain. Beliau
memperolehnya melalui tapa-yoga mendalam atau melalui dialog niskala dengan
para Ista Dewata. Misalnya contoh Maharsi Visvamitra adalah rishi dari Gayatri
Mantra.
2. Chandas.
2. Chandas.
Setiap mantra disusun dari pola kata-kata tertentu yang diatur sedemikian
rupa yang bertujuan menghasilkan suatu bentuk getaran suara atau bunyi. Untuk
menghasilkan bentuk suara atau bunyi dengan tingkat keakuratan 100%, mantra
sebaiknya diucapkan dengan chandas, yaitu ritme irama yang tepat untuk
pengucapan mantra tersebut. Misalnya contoh pranava mantra “Om” tidak
diucapkan dengan ucapan om pendek begitu saja, tapi dengan chandas atau ritme
irama “ooom” atau “auum” yang agak panjang atau panjang.
3. Dewata.
3. Dewata.
4. Bija.
4. Bija.
Setiap mantra memiliki bija atau benih, yang memberi kekuatan khusus
atau siddhi kepada mantra itu sendiri. Bija mantra umumnya pendek, hanya satu
suku kata dan tidak bisa dikupas artinya. Karena makna sebuah bija mantra
adalah perwujudan suara dari bija mantra itu sendiri [svarupa]. Tapi fungsinya
sangat penting karena memiliki kaitan yang sangat erat dengan getaran energi
sebuah mantra, sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Setiap Ista Dewata dalam ajaran Hindu biasanya memiliki bija mantra-nya
masing-masing, seperti misalnya Hrum [Dewa Shiva], Aim [Dewi Sarasvati], Gam
[Dewa Ganesha], Hrim [Dewi Parvati], Krim atau Klim [Dewi Kali], Dum [Dewi
Durga], Shrim [Dewi Lakshmi], Tam [Dewi Tara], Dam [Dewa Vishnu], dsb-nya.
Banyak sekali ada ragam bija mantra. Juga terdapat bija mantra untuk mantra-
mantra dengan jenis dan tujuan lainnya seperti Ang, Mang, Wung, dsb-nya.
Dan di dalam keseluruhan aliran, sekte dan tradisi Hindu, bija mantra yang
paling suci, paling sakral dan paling dihormati adalah pranava mantra “Om”
5
[aksara suci Omkara]. Di dalam Mantra Yoga, sebuah mantra hanya efektif
memiliki kekuatan pemurnian yang sangat kuat jika didahului oleh pranava
mantra “Om”. Karena “Om” adalah bija mantra yang menghubungkan sadhaka
dengan Brahman atau Tuhan, yang nirguna [maha tidak terjelaskan], acintya
[maha tidak terpikirkan], sumber segala sumber keberadaan. Setelah itu barulah
kekuatannya digandakan oleh mantra Ista Dewata sebagai kekuatan pemurnian
manifestasi mahasuci Brahman.
Sehingga semua mantra suci pasti selalu berisi pranava mantra Om. Atau
yang juga diucapkan sebagai Ong, Aum, Hum atau Hung, sesuai dengan tradisi
masing-masing.
5. Shakti.
5. Shakti.
Setiap mantra sejati memiliki shakti atau kekuatan, yaitu getaran energi
yang dihasilkan atau dilepaskan dari penjapaan mantra tersebut. Yang umumnya
menghasilkan berbagai karunia Ista Dewata.
6. Kilaka.
6. Kilaka.
Setiap mantra memiliki kilaka, yang berarti pilar atau tiang. Pilar atau tiang
dari mantra adalah mantra chaitanya [kesadaran dewata yang dicapai melalui
mantra], seperti tertulis dalam buku suci Yamala Tantra, “sesungguhnya tubuh
dewata muncul dari mantra”. Artinya dari dalam diri kita sendiri kita bisa berubah
menjadi dewa melalui penjapaan mantra.
Bila kita seorang sadhaka pemula yang masih dalam tahap perjuangan
untuk mencapai kesucian melalui penjapaan mantra, kilaka ini ditutupi kabut
batas-batas perbedaan antara dimensi keduniawian dengan dimensi
kemahasucian sang sadhaka sendiri. Ketekunan penjapaan mantra yang disertai
dengan melaksanakan berbagai sadhana pendukung dalam jangka waktu yang
panjang, akan membuat kabut yang menghalangi kilaka atau pilar ini sirna,
sehingga kesadaran murni akan seketika dialami oleh sadhaka.
Dengan menghitung japa mala, kita tidak saja tidak menggunakan tubuh
kita untuk melakukan tindakan yang bisa menimbulkan karma buruk, tapi kita
menggunakan tubuh kita untuk menampilkan simbol-simbol kesucian di alam
semesta. Ini tentu saja adalah perbuatan suci atau kayika.
Japa mala dipegang dengan tangan kanan dan tangan kanan yang
memegang japa mala ini ditempelkan di dada [titik ulu hati], agar segala bentuk
energi suci hasil dari penjapaan mantra ini langsung terserap masuk ke dalam diri
kita melalui chakra anahata [chakra jantung], kemudian menyebar dan menyatu
kepada seluruh keberadaan kita.
Efek penjapaan mantra dalam jangka waktu panjang, energi suci hasil dari penjapaan mantra
masuk dan mengembang ke dalam diri melalui chakra anahata
Peganglah japa-mala dengan lembut dan rasa hormat. Ada dua cara untuk
memegang japa-mala. Yaitu :
1. Cara pertama, japa-mala diletakkan terjuntai pada jari tengah sampai jari
kelingking dan ujung ibu jari memegang biji japa-mala.
7
Cara pertama memegang japa-mala
2. Cara kedua, yaitu biji japa-mala dipegang dengan ujung-ujung ibu jari dan jari
tengah, dengan disangga oleh ujung jari manis [ini memerlukan latihan].
8
dilenyapkan untuk mencapai kemurnian kesadaran, sehingga harus dilepaskan
ketika melakukan penjapaan mantra.
9
3. Setelah menyelesaikan satu putaran penuh dari japa-mala atau 108 kali japa,
kalau akan dilanjutkan dengan putaran berikutnya, penghitungan japa-mala tidak
boleh melangkahi meru atau biji ke-109, sehingga kita harus memutar japa-mala
180 derajat.
Artinya ketika penjapaan satu putaran selesai, maka jalur penghitungan-nya harus
diputar ke arah sebaliknya, yang dimulai dari biji terakhir yang dihitung pada
putaran sebelumnya. Ini karena dalam penjapaan, biji meru harus dianggap
sebagai satguru pembimbing, yang mana seorang satguru tentunya harus
dihormati dan tidak boleh dilangkahi dalam penghitungan japa-mala.
1. Japa-mala tidak boleh dipakai dan harus dilepas disaat buang air besar.
2. Japa-mala tidak boleh dipakai dan harus dilepas disaat datang ke rumah duka
menjenguk orang meninggal. Termasuk ketika datang ke acara pemakaman,
kremasi dan ke kuburan.
10
3. Japa-mala tidak boleh dipakai dan harus dilepas disaat melakukan hubungan
seksual dengan pasangan [suami atau istri] atau disaat melakukan aktifitas seksual
lainnya.
4. Japa-mala tidak boleh dipakai dan harus dilepas disaat wanita sedang
menstruasi. Dengan pengecualian untuk japa-mala dari biji rudraksha [genitri]
atau dari batu ambar [fosil batu dari getah atau damar pohon purba, bentuknya
mirip batu mulia] yang justru sebaliknya. Japa-mala dari biji rudraksha atau dari
batu ambar sangat baik dikenakan disaat wanita sedang menstruasi. Pertama
karena kekuatan energi suci yang tersimpan di dalam japa-mala tidak akan
terpengaruh. Kedua karena salah satu fungsi japa-mala dari biji rudraksha atau
dari batu ambar adalah membantu kesehatan wanita selama masa-masa
menstruasi.
5. Kita harus menaruh rasa hormat kepada japa-mala yang kita pakai. Ketika kita
melepasnya, jangan diletakkan sembarangan atau disimpan di tempat yang kotor
dan tidak layak. Walaupun japa-mala hanyalah sebuah benda, tapi japa-mala
tersebut adalah alat bantu kita untuk terhubung dengan Ista Dewata, membantu
11
kita untuk mencapai peningkatan kesadaran dan didalamnya terserap energi suci
mantra yang kita japakan. Sehingga harus kita jaga dan letakkan secara
sepantasnya.
Selain itu japa-mala hendaknya tidak dipakai dan harus dilepas saat
menjenguk bayi yang baru lahir. Karena bayi yang baru lahir sangat peka atau
sensitif dengan berbagai energi apapun. Energi yang kuat dari japa mala, dapat
menyebabkan bayi merasa terusik kenyamanannya. Kalau bayinya sudah berumur
lebih dari 1 bulan, maka hal ini tidak terlalu menjadi masalah.
Dan khusus untuk japa-mala dari biji rudraksha, harus dilepaskan saat
mandi. Karena percampuran air dan bahan-bahan sabun dapat mengeringkan
minyak-minyak alami yang terdapat dalam bij rudraksha.
Atau boleh juga melakukan visualisasi wujud Ista Dewata tersebut dengan
fokus pada titik tengahing lelata [trikuti], yaitu titik tengah diantara kedua alis.
Visualkan Ista Dewata tersebut hidup dan berpendar cahaya.
Kita tidak akan bisa menolak atau melawan pikiran yang berkeliaran
kesana-kemari. Malahan kalau kita menolak, melawan atau marah dengan pikiran
yang berkeliaran kesana-kemari, penjapaan mantra kita justru akan menjadi
kacau dan tidak berjalan dengan baik.
Kejelasan Visualisasi
Kejelasan Visualisasi
Ada 2 [dua] hal yang memberikan pengaruh bagi kejelasan dan kejernihan
visualisasi yang kita lakukan. Pertama yaitu dari perilaku keseharian kita yang
tidak melanggar dharma, disertai dengan ketenangan bathin. Semakin baik
perilaku keseharian dan ketenangan bathin kita, maka upaya melakukan
visualisasi atau membayangkan wujud Ista Dewata akan semakin mudah, jernih
13
dan jelas. Atau yang kedua, yaitu dari bakat-bakat spiritual yang kita bawa dalam
kelahiran ini, sebagai kelanjutan hasil sadhana dari kehidupan sebelumnya.
Tapi kalaupun kita sulit melakukan visualisasi, hal itu jangan sama sekali
dijadikan sebuah masalah. Jalankan saja sadhana Mantra Yoga sebagaimana
adanya. Nanti seiring waktu juga, kelak kalau sudah tiba waktunya maka visual
yang kita lakukan juga dapat menjadi lebih mudah, jernih dan jelas.
PENJELASAN
PENJELASAN
14
Bab 2
ISTA DEWATA PENGAYOM-PELINDUNG UTAMA
BAB 2 ISTA DEWATA PENGAYOM-PELINDUNG UTAMA
Setiap orang memiliki Ista Dewata pengayom dan pelindung utama. Tapi
bagi setiap orang, Ista Dewata pengayom dan pelindung utama-nya adalah
berbeda-beda, yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelanjutan sadhana
kehidupan sebelumnya, akumulasi karma, dsb-nya.
Sedangkan dalam tradisi Tantra yang lebih canggih, Mantra Yoga adalah
sadhana awal atau sadhana dasar yang sangat penting. Tujuannya untuk
pemurnian energi sang sadhaka dan jalinan hubungan yang kuat dengan Ista
Dewata.
16
Tahap pertama disebut Pushu. Dimana sadhana dasar tantra yaitu Mantra
Yoga, Puja dan Satsang [diskusi dharma] dilakukan secara terus-menerus dengan
tujuan memurnikan sang sadhaka setahap demi setahap, serta menjalin
hubungan yang kuat dengan Ista Dewata. Setelah sadhaka mengalami pemurnian
barulah diijinkan memasuki tahap kedua yang disebut Vira dan selanjutnya tahap
ketiga atau terakhir yang disebut Deva.
Akan tetapi bila kita sebagai sadhaka tidak memiliki karma baik yang
mencukupi untuk memperoleh kesempatan untuk mendapat petunjuk dari
seorang satguru yang wikan, hal ini jangan dijadikan sebagai sebuah halangan.
Kita juga dapat melakukan berbagai cara mendasar untuk menentukannya sendiri.
Berikut ini adalah beberapa contoh dari Ista Dewata beserta mantra Beliau
yang digunakan di dalam penjapaan mantra.
17
Dewa Shiwa
Mantra : Om Namah Shivaya
Mahadewi Sawitri
Mantra : Om Bhur Bhuvah Svah
Tat Savitur Varenyam
Bhargo Devasya Dhimahi
Dhiyo Yo Nah Prachodayat
Dewi Saraswati
Mantra : Om Aim Sarasvatyai Namaha
Dewa Ganesha
Mantra : Om Gam Ganapatyai Namaha
Dewi Lakshmi
Mantra : Om Shrim Mahalakshmiyai Namaha
Dewi Durga
Mantra : Om Dum Durgaye Namaha
Tentunya masih ada banyak lagi Ista Dewata beserta mantra-mantra Beliau
yang digunakan di dalam penjapaan mantra. Yang dibabarkan disini hanyalah
sebagian kecil contoh umum saja. Karena mantra terbaik untuk digunakan adalah
mantra yang diberikan oleh satguru.
18
Bab 3
Di dalam Mantra Yoga atau penjapaan mantra lainnya bila dilakukan tanpa
sebelumnya ada inisiasi, pada waktu menjapakan mantra yang bekerja hanyalah
kekuatan sadhana dari seorang sadhaka saja. Sedangkan jika sudah mendapat
inisiasi, pada waktu menjapakan mantra kekuatan sadhana sang sadhaka bekerja
bersama-sama dengan shakti dari bija atau benih kekuatan suci Beliau sang Ista
Dewata yang sudah tertanam di dalam chakra satguru sang sadhaka. Sehingga
memiliki kekuatan dan daya yang besar.
2. Adhistana, yaitu penanaman bija atau benih kekuatan suci Ista Dewata di
dalam chakra guru [chakra di tengah-tengah kepala, terletak pada titik tengah
antara kedua alis dan belakang kepala] sang sadhaka.
3. Pembentukan Pranidhana, yaitu energi suci berupa tali niskala yang selalu
menghubungkan antara sadhaka dan Ista Dewata.
Inisiasi seperti ini yang akan menjadikan japa mantra memiliki kekuatan dan
daya yang besar. Beliau satguru yang mampu melakukan inisiasi tersebut disebut
sebagai seorang Upasaka. Sedangkan untuk petunjuk-petunjuk inisiasi lainnya,
seperti harus melakukan puasa sebelum inisiasi, diserahkan kepada cara atau
metode masing-masing satguru sendiri. Ini semua bertujuan untuk mendapatkan
hasil yang terbaik.
INISIASI MANDIRI
INISIASI MANDIRI
Akan tetapi bila kita sebagai sadhaka tidak memiliki karma baik yang
mencukupi untuk memperoleh kesempatan mendapat inisiasi dari seorang
Upasaka, hal ini jangan dijadikan sebagai sebuah halangan. Kita juga dapat
melakukan inisiasi sendiri secara mandiri. Inisiasi mandiri seperti ini sudah cukup
lumayan, walaupun sudah tentu tidak akan sekuat inisiasi yang dilakukan oleh
seorang Upasaka.
Ini adalah fokus utama kita sebelum memasuki jalan Mantra Yoga.
Walaupun sadhaka mungkin hanyalah orang awam atau orang biasa, ini sama
sekali tidak masalah. Untuk memperoleh hasil inisiasi yang mendekati hasil inisiasi
seorang Upasaka, syarat mutlaknya hanya ketekunan, tekad yang kuat dan
konsistensi.
Inisiasi mandiri ini berlangsung selama 42 hari dan tentu ini bisa kita
lakukan asalkan kita punya tekad serius dan sungguh-sungguh. Caranya sebagai
berikut ini :
1. Pemilihan hari mengawali inisiasi harus kita lakukan pada hari kelahiran kita.
Misalnya kita lahir pada hari senin maka hari mengawali inisiasi kita lakukan pada
hari senin. Batas harinya memakai standar kalender Bali, yaitu bukan jam 24.00
tengah malam, melainkan jam 06.00 pagi atau saat matahari terbit. Jadi misalnya
kita lahir pada hari selasa jam 02.00 dini hari, maka itu masih terhitung hari senin
dan hari mengawali inisiasi kita lakukan pada hari senin.
20
2. Di hari mengawali inisiasi tersebut, kita wajib melakukan Nirasa Upavasa
selama 24 jam. Kita bebas makan tapi hanya makan yang rasanya tawar saja, yaitu
terbatas hanya pada nasi putih dan air putih saja, atau yang biasa disebut dengan
puasa mutih. Ini dilakukan mulai jam 06.00 pagi atau saat matahari terbit dan
selesai pada waktu yang sama keesokan harinya. Lebih baik lagi kalau puasa mutih
tersebut kita juga bisa barengi dengan melakukan Mona Brata [puasa bicara]. Tapi
kalau kita tidak mampu, cukup dengan puasa mutih saja. Perlu diketahui bahwa
diantara semua indriya, lidah adalah indriya yang mampu memberikan kemajuan
pesat bagi pembersihan bathin, caranya dengan melakukan Nirasa Upavasa dan
Mona Brata.
21
4. Setelah selesai melukat, sadhaka kembali ke rumah. Lalu haturkan
persembahan kepada Ista Dewata pengayom dan pelindung utama yang akan kita
puja berupa sesodan buah-buahan, kue-kue dan air putih. Persembahan ini dapat
kita lakukan di titik-titik suci di rumah seperti di sanggah, kamar suci, plangkiran di
kamar, dsb-nya.
7. Setelah periode Nirasa Upavasa selama 24 jam tersebut berakhir, maka seluruh
rangkaian inisiasi hari pertama ini sudah lengkap.
10. Kalau kita dapat menyelesaikan masa inisiasi selama 42 hari ini dengan
sempurna berkelanjutan. Termasuk tanpa ada penjapaan mantra harian wajib dan
22
upavasa wajib yang kurang atau bolong-bolong, maka itu berarti inisiasi mandiri
yang kita lakukan sudah berhasil dengan sukses.
2. Adhistana, yaitu penanaman bija atau benih kekuatan suci Ista Dewata di
dalam chakra guru [chakra di tengah-tengah kepala, terletak pada titik tengah
antara kedua alis dan belakang kepala] sang sadhaka. Yang mana dalam inisiasi
mandiri ini digantikan dengan cara sadhaka menghaturkan persembahan kepada
Ista Dewata dan permohonan adhistana. Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan penjapaan mantra Ista Dewata tersebut sebanyak 21 kali putaran [108
x 21] secara tanpa jeda atau tanpa henti sama sekali.
3. Pembentukan Pranidhana, yaitu energi suci berupa tali niskala yang selalu
menghubungkan antara sadhaka dan Ista Dewata. Yang mana dalam inisiasi
mandiri ini digantikan dengan cara sadhaka selama 41 hari berturut-turut
melakukan penjapaan mantra harian dan upavasa, sebagaimana yang diwajibkan.
Inisiasi mandiri seperti ini sudah tentu tidak akan sekuat inisiasi yang
dilakukan oleh seorang Upasaka. Akan tetapi perlu dicatat, bahwa inisiasi mandiri
seperti ini sudah cukup lumayan. Ini sangat layak untuk dilakukan apabila kita
sebagai sadhaka tidak memiliki karma baik yang mencukupi untuk memperoleh
kesempatan mendapat inisiasi dari seorang Upasaka.
23
Bab 4
PENDUKUNG KEBERHASILAN MANTRA YOGA
BAB 4 PENDUKUNG KEBERHASILAN MANTRA YOGA
Dalam menekuni jalan Mantra Yoga, sangat baik bila kita juga memahami
teori-teori dharma penunjangnya, karena dengan demikian kita dapat
memperoleh manfaat yang maksimal serta proses peningkatan kesadaran yang
pesat. Dalam rangka mengubah manusia ke arah memiliki kesadaran dewata dan
kemampuan siddha dewata.
Sredaning manah berarti kekuatan bathin yang murni dalam yoga. Ini
adalah sumber kekuatan nidrabangga berkelas mautama.
Sadhana Tapa Yadnya berarti 10 disiplin diri di dalam kehidupan kita sehari-
hari, yaitu :
- Tiga disiplin tindakan :
- Tiga disiplin tindakan :
1. Hindari menyakiti atau merugikan orang lain secara fisik. Seperti melakukan
kekerasan fisik, melakukan penyiksaan fisik, mencemari atau meracuni
makanan, dsb-nya. Apalagi sampai melakukan pembunuhan.
25
10.Hindari berpikiran negatif. Seperti memiliki prasangka buruk, atau selalu
melihat sesuatu dari sisi negatifnya saja, dsb-nya.
Sadhana Nirjara
Sadhana Nirjara
26
- Memberikan dharma wacana yang mencerahkan secara gratis.
- Mengajar meditasi secara gratis.
- Menyadarkan orang lain dari kehidupan yang salah, untuk kemudian
memasuki jalan dharma.
- Dsb-nya.
27
- Mengalah saat ada kemacetan jalan.
- Mau menunggu orang yang datang janjian terlambat tanpa mengeluh.
- Menemani anak-anak bermain,
- Menampilkan wajah ceria dan tersenyum ramah kepada orang lain.
- Menjadi donor darah.
- Dsb-nya, banyak lagi lainnya.
Sredaning manah berarti kekuatan bathin yang murni dalam yoga. Ini
adalah sumber kekuatan nidrabangga berkelas mautama. Sredaning manah dapat
membuat kekuatan mantra dalam Mantra Yoga menjadi tanpa batas. Dan untuk
membangunkan sredaning manah, kita memerlukan upaya sungguh-sungguh
untuk membenahi perilaku kita sehari-hari.
28
2. PENDUKUNG KEDUA : AKUMULASI SADHANA DARI
KEHIDUPAN SEBELUMNYA
2. PENDUKUNG KEDUA : AKUMULASI SADHANA DARI KEHIDUPAN SEBELUMNYA
Ada banyak sekali jenis-jenis upavasa. Tetapi ada 2 [dua] jenis upavasa yang
paling sesuai untuk sadhana Mantra Yoga, yaitu :
1. Upavasa biasa.
1. Upavasa biasa.
Dimana sadhaka melakukan puasa tidak makan dan tidak minum selama
setengah hari. Bisa dimulai dari jam 05.00 pagi s/d jam 07.00 malam, atau dari
jam 06.00 pagi s/d jam 08.00 malam.
29
2. Nirasa Upavasa [puasa mutih].
2. Nirasa Upavasa [puasa mutih].
Dimana sadhaka makan hanya yang rasanya tawar-tawar saja, yaitu nasi
putih dan air putih saja, selama kurun waktu 24 jam. Ini dilakukan mulai jam 06.00
pagi atau saat matahari terbit dan selesai pada waktu yang sama keesokan
harinya.
Sadhaka memiliki kebebasan untuk memilih, salah satu upavasa jenis mana
yang mau dilaksanakan.
1. Rutin mingguan.
2. Rutin bulanan.
Upavasa rutin bulanan dilakukan selama 3 [tiga] hari pada setiap rahina
purnama. Yaitu pada purwani [sehari sebelum purnama], purnama dan panglong
[sehari setelah purnama].
30
Bab 5
PEDOMAN UMUM
PEDOMAN UMUM
Berikut ini adalah beberapa pedoman umum mengenai hal-hal yang perlu
diketahui sebelum kita mulai melakukan Mantra Yoga.
1. Lokasi.
1. Lokasi.
Yang paling disarankan adalah kita melakukan penjapaan mantra pada titik-
titik suci di rumah kita, seperti di kamar suci, di sanggah atau di depan plangkiran.
Penjapaan mantra juga sangat baik dilakukan di tempat-tempat yang memiliki
getaran energi yang baik untuk penjapaan mantra, seperti di parahyangan-
parahyangan suci.
2. Waktu.
2. Waktu.
Penjapaan mantra sangat baik dilakukan kapan saja. Tapi secara tradisi ada
beberapa waktu yang dianggap sebagai titik waktu terbaik untuk memulai
melakukan penjapaan mantra, yaitu saat :
1. Brahmamuhurta, yaitu dini hari dari jam 03.00 pagi sampai dengan menjelang
matahari terbit.
3. Malam hari menjelang kita tidur. Ini bebas jam berapa saja. Yang penting
penjapaan mantra dilakukan tepat sebelum kita pergi tidur.
Selain titik waktu terbaik tersebut, juga ada titik waktu yang disarankan
untuk melakukan penjapaan mantra, yaitu saat :
2. Tengah hari [jam 12.00 siang] saat matahari tepat berada di atas kepala.
Dengan catatan bahwa titik waktu ini bukanlah sebuah keharusan. Yang
terbaik diri kita sendirilah yang menentukan kapan akan melakukan penjapaan
mantra, yang disesuaikan dengan kondisi keadaan kita masing-masing.
3. Hari-hari khusus.
3. Hari-hari khusus.
Pada putaran waktu hari-hari khusus seperti pada saat rahina Purnama,
Tilem, Kajeng Kliwon, atau pada hari-hari raya besar Agama Hindu, sangat
disarankan para sadhaka melakukan Nitya Japa [japa harian] dengan kategori
Madhyama Puja.
Pertanyaan umum yang paling sering diajukan kaum wanita terkait Mantra
Yoga adalah apakah boleh melakukan penjapaan mantra ketika sedang
menstruasi [datang bulan]. Pertanyaan umum lain yang sejenis, bagaimana kalau
kondisi kita sedang kesebelan karena ada keluarga meninggal, apakah boleh
melakukan penjapaan mantra. Jawabnya tentu saja boleh dan tidak menjadi
halangan.
1. Masa Menstruasi.
- Penjapaan mantra jangan dilakukan pada titik-titik suci di rumah kita, seperti di
kamar suci, di sanggah atau di depan plangkiran. Tapi lakukanlah penjapaan
mantra tersebut di tempat-tempat yang netral di rumah seperti misalnya di ruang
tamu, teras rumah, dsb-nya. Lakukanlah penjapaan mantra tersebut dengan
menghadap ke arah timur atau utara.
- Japa-mala yang digunakan untuk menjapakan mantra harus dari biji rudraksha
atau dari batu ambar [getah atau damar pohon purba yang sudah menjadi fosil
batu, bentuknya agak mirip batu mulia]. Japa-mala dari biji rudraksha atau dari
batu ambar justru sangat disarankan digunakan selama masa menstruasi.
Pertama karena kekuatan energi suci yang tersimpan di dalam japa-mala tidak
akan terpengaruh. Kedua karena menurut literatur-literatur pengobatan Hindu
kuno, penggunaan japa-mala dari biji rudraksha atau dari batu ambar baik untuk
kelancaran dan kesehatan kaum wanita selama masa-masa menstruasi.
- Penjapaan mantra dilakukan di rumah lain selain rumah duka. Dan jangan
dilakukan pada titik-titik suci di rumah tersebut, seperti di kamar suci, di sanggah
atau di depan plangkiran. Tapi lakukanlah penjapaan mantra tersebut di tempat-
tempat yang netral di rumah seperti misalnya di ruang tamu, teras rumah, dsb-
nya. Penjapaan mantra ini boleh dengan menggunakan japa-mala. Lakukanlah
penjapaan mantra tersebut dengan menghadap ke arah timur atau utara.
1. Mandi Bersih.
1. Mandi Bersih.
Sebelum kita mulai melakukan Mantra Yoga, mandilah dengan bersih. Dan
sambil mandi itu kita ucapkan berulang-ulang mantra : “Om sarwa sarira
parisudhamam swaha”.
Ini sifatnya adalah opsional [pilihan pribadi] dan tidak wajib untuk
dilakukan. Kalau kita tidak mandi bersih sebelum menjapa mantra, tidak ada
masalah dan kekuatan penjapaan mantra tidak akan menjadi berkurang.
Tapi cukup penting untuk dilakukan bila kita menjapakan mantra atau
melakukan puja di tempat-tempat yang sakral, tenget, atau di tempat yang
banyak ada mahluk-mahluk alam bawahnya, atau kalau kita mengalami gangguan
ilmu hitam. Mandi bersih ini tujuannya adalah untuk menghindari kehadiran
mahluk-mahluk alam bawah, terutama bagi sadhaka yang tidak punya mantra-
mantra perlindungan atau tidak bisa nyengker [membuat benteng perlindungan
34
niskala]. Karena getaran kekuatan suci mantra, ketika sadhaka menjapakan
mantra sangat mungkin akan mudah terlihat oleh mahluk-mahluk alam bawah.
Bisa jadi mahluk-mahluk alam bawah ini akan tertarik mendatangi sang sadhaka,
karena mereka sangat merindukan kekuatan suci untuk melepaskan mereka dari
belenggu kesengsaraan. Sehingga hal ini dapat mengganggu atau merintangi
jalannya penjapaan mantra.
3. Menghaturkan Persembahan.
3. Menghaturkan Persembahan.
35
mantra yang tertanam dalam tubuh kita melalui inisiasi akan lebih hidup melalui
bantuan kekuatan alam dalam persembahan, seperti kekuatan api [dupha], air
[tirtha], dsb-nya.
Menyucikan persembahan
36
Ngunggahang atau meletakkan canang atau persembahan lainnya
37
4. Siratkan tirtha [air suci] dengan mengucapkan mantra :
Ong mang Paramashiwa amertha ya namah swaha
7. Tutup dengan mengucapkan shanti mantra untuk kedamaian alam semesta dan
semua mahluk :
Om shanti shanti shanti Om
38
Ngayabang atau menghaturkan dupa dan canang [atau persembahan lainnya] dan ditutup
dengan mengucapkan shanti mantra untuk kedamaian alam semesta dan semua mahluk
Ada juga satu tujuan khusus yang sifatnya pribadi dari menghaturkan
persembahan. Yaitu apabila kita memiliki permohonan khusus kepada Ista
Dewata. Misalnya kita sedang sakit dan kita memohon kesembuhan kepada
Beliau. Maka sebelum melakukan penjapaan mantra, haturkanlah persembahan
yang disertai air [boleh aqua gelas] dalam persembahan tersebut. Sampaikan
permohonan kita. Setelah penjapaan mantra selesai, air tersebut sudah menjadi
tirtha [air suci] karunia Ista Dewata. Surud air suci tersebut dan diminum.
39
Bab 6
Ada beberapa sikap dasar yang perlu diperhatikan sebelum kita mulai
melakukan Mantra Yoga.
- Badan
Berlatihlah sikap asana yang mantap untuk japa mantra, seperti
padmasana, ardha-padmasana, siddhasana dan sukhasana. Kita pilih yang paling
sesuai untuk diri kita sendiri dan beberapa dari sikap asana ini memerlukan
latihan agar kita bisa nyaman menggunakannya.
Siddhasana, sikap asana para siddha [orang-orang suci yang siddhi]. Ujung tumit kaki kanan
menyentuh lubang anus dan ujung tumit kaki kiri menyentuh kemaluan.
41
Sukhasana, sikap asana duduk bersila biasa
- Punggung
Keadaan tulang punggung selayaknya tegak lurus. Jangan lengkung atau
membungkuk. Posisi tegaknya punggung ini berguna untuk melapangkan rongga
dada yang bertujuan untuk memaksimalkan nafas, sehingga distribusi dari prana
vayu [aliran energi] di dalam badan terjadi secara menyeluruh dan sistematis.
Tampilkan mudra puja mencakupkan tangan di kening. Kedua ujung ibu jari
bertemu di chakra ajna [chakra mata ketiga] dan jari-jari lainnya mengarah
keatas. Kemudian kita ucapkan mantra :
Om awignam astu namo siddham
Om siddhirastu tat astu astu swaha
43
2. Penyucian Diri.
2. Penyucian Diri.
Tampilkan mudra amusti-karana [ujung ibu jari dan telunjuk tangan kanan serta
ujung ibu jari tangan kiri bertemu mengarah keatas, jari-jari lain digenggam
sebagai dasar], visualkan kehadiran Dewa Shiwa di hadapan kita, kemudian
mengucapkan mantra :
Om prasada stithi sarira Shiwa suci nirmala ya namah swaha
Mudra amusti-karana
2. Penyucian prana.
44
Lakukan puraka atau tarik nafas dalam-dalam dengan perlahan, visualkan udara
nafas yang kita tarik masuk berwujud cahaya suci Dewa Brahma berwarna merah
marun, sambil mengucapkan mantra dalam hati :
Ong Ang namah
Lakukan kumbhaka atau menahan nafas sebentar di dalam dada, visualkan udara
nafas yang kita tahan berwujud cahaya suci Dewa Wishnu berwarna hitam, sambil
mengucapkan mantra dalam hati :
Ong Ung namah
45
Mudra omkara-suddhi pertama
Ganti posisi mudra menjadi tangan kiri di atas. Visualkan aksara suci omkara
diatas telapak tangan kita memancarkan cahaya suci berwarna putih sangat
terang yang lebih terang lagi. Terserap masuk ke tengah chakra anahata atau
chakra jantung [titik di tengah dada pada ulu hati]. Cahaya suci tersebut tersebar
ke seluruh badan kita yang membuat badan fisik kita bercahaya putih terang lebih
terang lagi dan lebih termurnikan lagi. Visualkan ini sambil mengucapkan mantra :
Omkara ati sudhamam swaha
46
4. Penyucian badan-badan halus dan atma.
47
Mudra namaskara sambil melakukan dhyanawidhi mengundang kehadiran Ista Dewata
Visualkan atau bayangkan wujud Ista Dewata ada di langit biru dan awan-
awan putih yang indah di hadapan kita. Visualkan Ista Dewata tersebut hidup dan
berpendar cahaya. Atau boleh juga melakukan visualisasi wujud Ista Dewata
tersebut dengan fokus pada titik tengahing lelata [trikuti], yaitu titik tengah
diantara kedua alis. Visualkan Ista Dewata tersebut hidup dan berpendar cahaya.
4. Permohonan.
4. Permohonan.
Setelah visual kita terasa cukup jelas dan kehadiran Beliau bisa kita rasakan
dengan hati, sambil tetap memegang japa mala kita tampilkan mudra puja
mencakupkan tangan di kening dan sampaikan permohonan kita. Permohonan ini
kita sampaikan dengan kata-kata kita sendiri sambil tetap terus melakukan
visualisasi atau membayangkan wujud Ista Dewata.
48
Mengajukan permohonan kepada Ista Dewata sebelum memulai penjapaan mantra
5. Menjapakan Mantra.
5. Menjapakan Mantra.
49
Japakan mantra Ista Dewata dengan ucapan jelas dan tanpa kesalahan
pengucapan mantra. Jangan menjapakan mantra terlalu lambat atau terlalu
cepat, usahakan iramanya teratur sesuai dengan irama nafas.
Tetap memejamkan mata dan memegang japa-mala. Tekuk ujung lidah keatas, atur nafas
tenang-alami. Visualisasikan kehadiran Ista Dewata dengan sepenuh hati.
50
Kemudian kita lakukan 4 [empat] visualisasi Ista Dewata memurnikan
sadhaka, yaitu :
1. Visualkan seluruh tubuh Ista Dewata memancarkan cahaya suci berwarna putih
sangat terang yang menyebar ke semua arah. Cahaya suci tersebut memancar
masuk terserap ke dalam diri kita. Yang memurnikan, menyembuhkan dan
menanamkan benih-benih kesadaran di dalam diri kita.
2. Visualkan dari chakra ajna atau chakra mata ketiga [titik di tengah alis] Ista
Dewata memancar cahaya suci berwarna putih berkilauan yang masuk ke dalam
chakra ajna kita. Cahaya suci ini masuk terserap ke dalam diri kita dan berpendar
memenuhi pusat energi di chakra ajna kita.
Cahaya suci ini kemudian masuk terserap ke dalam diri kita dan memenuhi
seluruh tubuh kita. Visualkan cahaya suci ini membersihkan semua karma buruk
dari perbuatan-perbuatan kita yang melanggar dharma. Visualkan cahaya suci
Beliau ini memberi kita karunia tubuh suci Ista Dewata.
Visualkan cahaya suci ini membersihkan semua karma buruk dari perkataan-
perkataan kita yang melanggar dharma. Visualkan cahaya suci Beliau ini memberi
kita karunia ucapan suci Ista Dewata.
4. Visualkan dari chakra anahata atau chakra jantung [titik di tengah dada pada
ulu hati] Beliau memancar cahaya suci berwarna biru gemerlapan yang masuk ke
dalam chakra anahata kita. Cahaya suci ini masuk terserap ke dalam diri kita dan
berpendar memenuhi pusat energi di chakra anahata kita.
Visualkan cahaya suci ini membersihkan semua karma buruk dari pikiran-pikiran
kita yang melanggar dharma. Visualkan cahaya suci Beliau ini memberi kita
karunia pikiran suci Ista Dewata.
51
Kemudian rasakan bahwa seluruh keberadaan kita sudah dimurnikan. Kita
merasakan hati kita semakin dekat dengan Beliau. Rasakan seluruh keberadaan
kita semakin dekat dengan kualitas kesucian Beliau.
Terus pertahankan visual ini sampai kita dapat menyadari bahwa antara diri
kita dengan Ista Dewata sesungguhnya tidak terpisahkan. Semuanya adalah satu.
Dengan menemukan kebenaran ini maka disana kita akan termurnikan.
8. Mengucapkan Terimakasih.
8. Mengucapkan Terimakasih.
Setelah semua sadhana Mantra Yoga ini selesai, kalungkan kembali japa-
mala di leher kita. Duduk dengan tenang beberapa saat. Kemudian tampilkan
mudra puja mencakupkan tangan di kening sambil dengan penuh rasa hormat
mengucapkan terimakasih kepada Ista Dewata.
52
Bab 7
AKUMULASI JUMLAH PENJAPAAN MANTRA
BAB 7 AKUMULASI JUMLAH PENJAPAAN MANTRA
NITYA JAPA
NITYA JAPA
Nitya Japa berarti japa harian. Kalau kita seorang sadhaka di jalan Mantra
Yoga, maka kita punya kewajiban sadhana untuk melakukan japa mantra setiap
hari tanpa pernah putus. Minimal kita melakukan penjapaan mantra sebanyak 1
[satu] kali putaran japa-mala setiap harinya. Tujuannya agar kita selalu terhubung
dengan Ista Dewata yang kita puja dan keterhubungan itu menjadi semakin kuat
setiap harinya.
Mengangkut Nitya Japa atau japa harian ini, terbagi menjadi tiga kategori
puja, yaitu :
1. Samyana Puja.
1. Samyana Puja.
Samyana Puja adalah puja harian kategori biasa atau standar. Yang
termasuk Samyana Puja adalah bila kita melakukan penjapaan mantra sebanyak 1
[satu] kali s/d 9 [sembilan] kali putaran japa-mala setiap harinya.
Penjapaan mantra tidak harus dilakukan terus bersambung tanpa jeda, tapi
boleh “dicicil”, yang penting jumlahnya dalam satu hari adalah maksimal 9
[sembilan] putaran japa-mala. Misalnya contoh, pagi kita melakukan 3 [tiga]
putaran, sore kita melakukan 3 [tiga] putaran dan malamnya kita melakukan 3
[tiga] putaran. Atau terserah bagaimanapun cara kita mengaturnya sendiri. Yang
penting dalam satu hari kita melakukan penjapaan mantra maksimal sebanyak 9
[sembilan] kali putaran japa-mala, maka itu termasuk ke dalam Samyana Puja.
Dengan minimal kita melakukan penjapaan mantra sebanyak 1 [satu]
putaran japa-mala [108 kali japa] setiap harinya.
2. Madhyama Puja.
2. Madhyama Puja.
Penjapaan mantra ini juga tidak harus dilakukan terus bersambung tanpa
jeda, tapi boleh “dicicil”, yang penting jumlahnya dalam satu hari adalah sebanyak
antara 10 [sepuluh] kali s/d 99 [sembilan puluh sembilan] kali putaran japa-mala.
Terserah bagaimanapun cara kita mengaturnya sendiri.
Bila dalam satu hari kita melakukan penjapaan mantra sebanyak minimal
10 [sepuluh] kali putaran, sampai dengan 99 [sembilan puluh sembilan] kali
putaran japa-mala, maka itu termasuk ke dalam Madhyama Puja.
3. Maha Puja.
3. Maha Puja.
Maha Puja adalah puja harian kategori utama. Yang termasuk Maha Puja
adalah bila kita melakukan penjapaan mantra minimal sebanyak 100 [seratus]
putaran japa-mala [10.080 kali japa] setiap harinya.
Penjapaan mantra ini juga tidak harus dilakukan terus bersambung tanpa
jeda, tapi boleh “dicicil”, yang penting jumlahnya dalam satu hari adalah sebanyak
minimal 100 [seratus] kali putaran japa-mala, maka itu termasuk ke dalam Maha
Puja. Terserah bagaimanapun cara kita mengaturnya sendiri.
Penjelasan
Penjelasan
Kalau seandainya kita adalah seorang sadhaka pemula, maka pilihan yang
paling baik adalah kalau kita setiap harinya minimal sanggup melakukan
madhyama puja sebanyak 28 putaran japa-mala [3.024 kali] s/d 38 putaran japa
mala [4.104 kali]. Jumlah penjapaan sebanyak itu adalah sebuah titik berangkat
akumulasi penjapaan mantra harian yang memberi pengaruh besar. Karena
54
dengan demikian kita akan mengalami pemurnian dengan sangat cepat. Bathin
kita akan lebih cepat dimurnikan, pola energi tubuh kita akan lebih cepat berubah
dan karma-karma buruk kita akan lebih cepat terkikis.
Selain itu getaran energi penjapaan mantra yang kita lakukan sebanyak itu
akan memiliki dampak mengharmoniskan hawa energi lingkungan sekitar kita,
serta membantu memurnikan orang-orang dan mahluk-mahluk lain di sekitar kita,
termasuk mahluk-mahluk yang tidak terlihat [bhuta kala, hantu, dsb-nya]. Bisa
dibilang dengan cara ini kita ikut membuka jalan bagi banyak mahluk lain untuk
menuju jalan pembebasan.
Kalau itupun juga tidak memungkinkan, sesibuk dan selelah apapun kita,
sebagai seorang sadhaka di jalan Mantra Yoga kita punya kewajiban harus
melakukan samyana puja sebanyak 1 putaran japa-mala [108 kali] setiap harinya.
Jangan sampai penjapaan mantra harian kita ada yang terputus.
Dalam teori Mantra Yoga yang berlaku bagi para sadhaka secara umum,
terdapat titik-titik akumulasi total jumlah penjapaan mantra yang sangat
berperan bagi kemajuan kesadaran sang sadhaka, yang disertai dengan
munculnya berbagai karunia-karunia Ista Dewata.
55
Titik awal pertama adalah tercapainya akumulasi total penjapaan mantra
sebanyak 100.000 [seratus ribu] kali yang disebut sebagai 1 [satu] purascharna.
Selengkapnya titik-titik yang secara umum akan membawa perubahan demi
perubahan penting adalah tercapainya akumulasi total penjapaan mantra
sebanyak :
56
hanya sanggup melaksanakan madhyama puja sebanyak 10 putaran japa-mala
[1.080 kali] setiap harinya. Bila sang sadhaka dengan tekun melaksanakannya,
maka kita bisa hitung sendiri, hanya dalam waktu sekitar 93 hari atau sekitar 3
bulan saja penjapaan mantra sudah mencapai 1 [satu] purascharna.
Sedangkan dalam tradisi Tantra yang lebih canggih, Mantra Yoga adalah
sadhana awal atau sadhana dasar yang sangat penting. Tujuannya untuk
pemurnian energi sang sadhaka dan jalinan hubungan yang kuat dengan Ista
Dewata. Karena nantinya dalam berbagi sadhana Tantra selalu terkait dalam
naungan dan bantuan Ista Dewata.
Tentu ini kembali ke masalah pilihan dan ketekunan, bila sang sadhaka
setiap harinya lebih banyak lagi dari 10 putaran japa-mala melakukan penjapaan
mantra, maka 1 [satu] maha-purascharna tentunya akan tercapai dengan lebih
cepat.
Apa yang disampaikan sebelumnya diatas adalah teori Mantra Yoga yang
berlaku bagi para sadhaka secara umum. Dimana terdapat titik-titik akumulasi
total jumlah penjapaan mantra yang sangat berperan bagi kemajuan kesadaran
sang sadhaka, yang disertai dengan munculnya berbagai karunia-karunia Ista
Dewata.
57
Akumulasi total jumlah penjapaan mantra tetaplah memegang peran
sangat penting. Hanya saja secara praktek, bagaimana kecepatan pencapaian
masing-masing sadhaka secara pribadi kemungkinan sangat berbeda-beda.
GANGGUAN KONSISTENSI
GANGGUAN KONSISTENSI
58
Upaya Dan Ketekunan
Upaya Dan Ketekunan
Kita harus selalu mengingatkan diri kita, bahwa kita sudah memulai sebuah
penapakan jalan, melakukan lompatan besar dalam siklus samsara guna
memasuki tingkatan yang lebih tinggi. Menapaki jalan menuju kemaha-muliaan
dan kemaha-damaian tertinggi, yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Penapakan jalan yang sedang kita lakukan adalah tindakan langka, mulia
dan tidak ternilai harganya. Jadi lembutkan hati, namun dengan sangat tabah
menghadapi kesulitan-kesulitan awal. Kita harus selalu mengingatkan diri kita,
bahwa tidak ada orang lain yang dapat melakukannya untuk kita. Satguru hanya
menunjukkan jalan, kita sendiri yang harus menapaki jalan tersebut. Upaya
merupakan akar dari semua pencapaian, merupakan pondasi dari semua
keberhasilan. Tidak ada perubahan apapun yang akan terjadi kalau kita tidak
melakukan upaya.
59
Bersabarlah terhadap pergulatan konflik dan gejolak kekacauan di dalam
diri kita sendiri. Itu adalah hal yang sangat manusiawi. Tetaplah tabah dan terus
bersemangat. Walaupun mungkin tidak jelas bagi kita, dalam arti kita tidak
menyadarinya, asalkan kita memiliki tekad, kesungguhan dan ketekunan,
sesungguhnya sebuah transformasi besar sedang berlangsung. Laksana buah di
pohon yang menjadi masak, walaupun dari satu hari ke hari berikutnya proses
yang terjadi mungkin tidak kelihatan. Demikian juga halnya dengan proses
perubahan dan pemurnian di dalam diri kita yang sedang terus berlangsung.
60
Bab 8
1. Pemurnian.
1. Pemurnian.
2. Siddha Dewata.
2. Siddha Dewata.
Contoh lain dari ciri-ciri awal kemunculan siddha dewata adalah sang
sadhaka akan mulai mendapat visual-visual [penglihatan niskala] ketika
melakukan penjapaan mantra. Dan masih banyak lagi lainnya.
3. Pengikisan Karma Buruk.
3. Pengikisan Karma Buruk.
Keterhubungan yang kuat dengan Ista Dewata akan membuat sang sadhaka
memperoleh perlindungan Beliau. Misalnya ketika dia mengalami kecelakaan,
maka dari seharusnya dia luka parah, dia hanya akan lecet-lecet saja. Atau
misalnya sang sadhaka mendapat serangan ilmu hitam, maka mantra suci Ista
Dewata yang sudah menyatu dengan dirinya secara otomatis akan hidup dan
memberinya perisai perlindungan.
Ketika penjapaan terjadi secara tanpa upaya [terjadi secara otomatis terus-
menerus], riak-riak pikiran lenyap dan kesadaran kita akan memasuki tingkat
kesadaran yang lebih murni. Inilah yang akan dapat menghantar kita kepada
tahap meditasi yang lebih mendalam, dimana seolah-olah diri kita lenyap
[walaupun sesungguhnya kita sedang terus menjapakan mantra], karena kita
mengalami puncak konsentrasi dimana kita terserap menjadi satu dengan energi
mantra itu sendiri. Ini rasanya seperti masuk ke dalam keadaan tidur yang lelap,
padahal sesungguhnya kita sedang terus menjapakan mantra.
62
6. Kontak Yoga Dengan Ista Dewata.
6. Kontak Yoga Dengan Ista Dewata.
Bagi para sadhaka yang sudah melakukan penjapaan mantra dengan tekun
dalam jangka waktu yang sangat panjang, sangat mungkin akan menghasilkan
kontak yoga antara kekuatan kesadaran didalam dirinya dengan kekuatan Ista
Dewata. Beliau akan hadir secara langsung, berkomunikasi langsung dengan sang
sadhaka dan memberikan karunia-karunia luar biasa.
Selain dalam masa kehidupan, kontak yoga ini juga akan sangat berguna di
alam kematian. Bila setelah meninggal atma sang sadhaka mengalami kesulitan
mencari jalan yang terang, lalu sang sadhaka mengingat Ista Dewata dan
memohon pertolongan Beliau, maka sangat mungkin Ista Dewata akan datang
turun menyelamatkan dan mengangkat atma sang sadhaka memasuki alam suci-
Nya. Ini terutama sekali akan berhasil bagi sadhaka yang semasa hidupnya selalu
tekun melaksanakan Mantra Yoga.
Seperti misalnya di India pernah ada kisah seorang kakek yang tidak
memiliki kecerdasan spiritual, tidak mengerti segala tattva, sadhana dan teori
dharma yang rumit-rumit. Tapi sejak berumur 25 tahun, dia dengan sangat tekun
melaksanakan Mantra Yoga [beserta sadhana-sadhana pendukungnya] dengan
Ista Dewata yaitu Dewa Shiva. Akumulasi total penjapaan mantra “Om Namah
Shivaya” dalam sadhana Mantra Yoga-nya sampai akhir hayatnya adalah sebanyak
50 juta kali. Ketiga Beliau meninggal atma-nya dapat mencapai alam suci Shiva
Loka tanpa meninggalkan badan fisik di dunia [mayatnya lenyap].
63
Di Nepal juga pernah ada kisah seorang pelacur yang mencari penghidupan
dengan memuaskan nafsu seks laki-laki hidung belang. Memasuki usia 40 tahun
karma buruknya sudah menumpuk sangat banyak, mengakibatkan hidupnya
mulai mengalami masalah yang amat sangat berat-berat. Himpitan masalah-
masalah kehidupan yang demikian berat membuatnya mulai merenungkan makna
dan tujuan kehidupan. Dia lalu bertobat dan mencari seorang satguru.
PENYEMPURNAAN SADHANA
PENYEMPURNAAN SADHANA
Mantra Yoga merupakan jalan suci tantra kuno yang telah diwariskan dari
generasi ke generasi selama ribuan tahun. Dibabarkan demi pencerahan setiap
mahluk yang belum sempurna, agar segera mencapai kesempurnaan.
Para sadhaka yang menekuni sadhana Mantra Yoga harus memiliki perilaku
yang tidak melanggar dharma dalam kesehariannya.
64
Para sadhaka yang menekuni sadhana Mantra Yoga harus memiliki hati
yang penuh welas asih dan kebaikan dalam kesehariannya.
Para sadhaka yang menekuni sadhana Mantra Yoga harus hafal dan paham
dengan tata-cara metode yang digunakannya.
Para sadhaka yang menekuni sadhana Mantra Yoga harus memiliki cukup
keluwesan terhadap tata-cara metode yang digunakannya. Jika terlalu melekat
pada metode justru akan menjadi rintangan, sukar memperoleh kemajuan.
Sebaliknya bersikap terlampau kendor terhadap metode yang yang digunakan
juga merupakan rintangan.
Para sadhaka yang menekuni sadhana Mantra Yoga harus mengenali hal-
hal yang membawa pada penembusan mata bathin dan hal-hal yang
merintanginya.
65
Di jalan tantra di bawah bimbingan, petunjuk dan pengawasan dari seorang
satguru yang wikan, seorang sadhaka akan memperoleh banyak kemudahan di
dalam menentukan arah jalan dan langkah sadhana.
Akan tetapi bila kita sebagai sadhaka tidak memiliki karma baik yang
mencukupi untuk memperoleh kesempatan berjodoh dengan seorang satguru
yang wikan, hal ini jangan pernah dijadikan sebagai sebuah halangan. Jangan
pernah ragu. Yang paling penting adalah teruslah melangkah, berupaya dan tekun
melaksanakan sadhana, dengan berpedoman kepada dharma tattwa
penunjangnya.
KEBERHASILAN SADHANA
KEBERHASILAN SADHANA
66
Para sadhaka yang tekun melaksanakan sadhana Mantra Yoga merupakan
Akashagarbha, karena kekuatan suci mantra Ista Dewata menerangi pengamatan
kepada setiap mahluk dengan kebijaksanaan.
67
RUMAH DHARMA - HINDU INDONESIA
Mohon sebarluaskan e-book gratis ini melalui media sosial, blog, e-mail,
handphone, atau bisa juga dengan cara di-print atau dicetak [tapi mohon jangan
dirubah isinya]. Ini adalah bagian dari dharma yadnya, berkarma baik dengan cara
menyebarluaskan ajaran dharma.
Karma baik dari turut menyebarluaskan e-book ini [ajaran dharma] adalah :
3. Bila penyebarannya luas, dia akan mendapat perlindungan dari para dewa-
dewi.
4. Bila karma baiknya sudah matang, pikirannya akan lebih tenang, tidak terikat
kebencian dan dendam, serta dia menjadi lebih bijaksana.
Kumpulan e-book lengkap dari Rumah Dharma - Hindu Indonesia bisa di-
download secara gratis tanpa dipungut biaya apapun di :
http://tattwahindudharma.blogspot.com
68
TENTANG PENULIS
TENTANG PENULIS
Pertemuan dengan guru pertama-nya di tahun 2007 dan pertemuan dengan guru
kedua-nya beberapa tahun setelahnya, kemudian membawa perubahan besar,
dimana dia mulai memberikan komitmen menyeluruh kepada spiritualisme. Dia
juga mulai banyak melakukan tirthayatra penjelajahan ke berbagai pura-pura
pathirtan kuno, sebagai bagian dari arahan gurunya, sekaligus juga panggilan
spiritualnya sendiri.
69
DHARMA DANA
Rumah Dharma - Hindu Indonesia
DHARMA DANA
70