Anda di halaman 1dari 20

LIBRARY MANAGER

DATE SIGNATURE

BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL REFERAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2020
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BODY FLUID MICROBIOM IDENTIFICATION IN FORENSIC

OLEH:
Yoanita Kedang 1308012023
Ratih Anjani 1508010031
Albert Lusi 1508010040
Maria Lusia Bela Bili 1508010042
Elaine C. Sianturi 1508010049

Residen Pembimbing
dr. Natalia Widjaya

Supervisor Pembimbing
dr. Herri Mundung, Sp. FM

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa:


Nama : Yoanita Kedang
NIM : 1308012023

Nama : Ratih Anjani


NIM : 1508010031

Nama : Albert Lusi


NIM : 1508010040

Nama : Maria Lusia Bela Bili


NIM : 1508010042

Nama : Elaine Courtesy Sianturi


NIM : 1508010049

Judul Referat: Body Fluid Microbiom Identification In Forensic


Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Desember 2020

Mengetahui,

Residen Pembimbing Supervisor Pembimbing

dr. Natalia Widjaya dr. Herri Mundung, Sp. FM

2
3
KERANGKA KONSEP

Forensic
Identification

forensic
forensic biologist forensic pathology
antrhopology

Human microbiome
Human Genome
identification

Microbiom forensic
aplication

time and place of


cause of death
date

Microbiom identification samples

Skin
Hair
Body Fluid

Body Fluid microbiom


identification

4
BAB I

PENDAHULUAN

Pemeriksaan dan identifikasi forensik dapat meliputi berbagai macam pemeriksaan,

seperti patologi anatomi, antropologi dan mikrobiologi. Pada pemeriksaan mikrobiologi, dapat

diindentifikasi memalui jenis microba yang ada dan fragmen dari jenis mikroba tersebut 1

Mikrobioma manusia terdiri dari mikroba bakteri, archaea, virus dan jamur. Sementara

sebagian besar mikroorganisme ini bersifat komensal, banyak yang mutualistik dan beberapa

bersifat patogen. Faktanya, meski 1.000 kali lebih kecil dari sel manusia, bakteri terdiri ∼ 2%

dari massa tubuh manusia dewasa (1,5 kg).2

Mikroba dapat berbeda maupun sama pada bagian tubuh maupun cairan tubuh yang

berbeda. Mikroba dapat memberikan informasi berharga mengenai status kesehatan manusia

dan kecenderungan penyakit. Pengetahuan yang lebih detail 3. Mikrobiom dapat menunjang

dan berguna dalam bidang forensik melalui penentuan waktu kematian, penyebab kematian,

tempat terjadi kematian dan suspek pelaku atau tersangka yang menyebabkan kematian pada

seseorang. Identifikasi pemeriksaan mikrobiom pada cairan tubuh dapat membantu proses

identifikasi forensik. Di TKP, cairan tubuh yang paling banyak ditemukan adalah darah, air

mani dan air liur. Cairan lain seperti cairan vagina, urin maupun keringat juga dapat ditemukan

sebagai bukti DNA dan menjadi bukti penting dalam penyelidikan. 4

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi5

Mikrobioma adalah seluruh mikroba yang hidup di tubuh manusia, hewan, tumbuhan,

dan sebagainya. Tubuh manusia sebagian besar terdiri atas mikroba. Kata mikrobioma pertama

kali digunakan oleh Joshua Lederberg untuk menggambarkan komunitas ekologi

mikroorganisme komensal, simbion atau patogen yang secara langsung menempati suatu ruang

di tubuh.

Terdapat sekitar 10-100 triliun mikrobioma pada manusia. Setiap 10 miliar sel tubuh

manusia, terdapat 10 sel mikroba hidup di dalamnya. Sel manusia mengekspresikan lebih dari

20.000 gen, tetapi total ekspresi gen dalam tubuh mencapai jutaan gen. Mayoritas sisa gen

tersebut dibawa oleh mikroba. Jumlah mikrobioma pada manusia paling banyak terdapat di

usus

Mikrobioma yang berasosiasi dengan manusia disebut mikrobiota namun, penggunaan

kata mikrobioma dan mikrobiota sering digunakan bersamaan. Mikrobioma di lingkungan

bebas memiliki sifat yang ekstrem karena terpajan udara yang lembab. Lingkungan mikroba di

dalam tubuh manusia dianggap sebagai lingkungan yang istimewa karena suasana yang hangat,

eutrotrofik, dan stabil. Mikrobioma yang hidup dan tinggal di dalam tubuh manusia sebagian

besar terdiri atas bakteri, eukariotik, archaea, dan sebagian kecil adalah virus.

2.2 Karakteristik Mikrobiom Manusia

Mikrobiom yang terdapat pada setiap individu bervariasi antara satu dengan yang lain.

Jumlah mikrobioma pada setiap individu memiliki perbedaan besar dibandingkan dengan

variasi genom. Setiap genom manusia memiliki kemiripan 99% namun, mikrobioma di setiap

individu memiliki perbedaan 80-90% seperti mikrobiota yang terdapat di tangan atau usus.

6
Mikrobioma memiliki manfaat dalam ilmu kedokteran untuk membuat keputusan yang

berhubungan dengan penanganan masalah kesehatan.6

Sebagai contoh mikrobiota usus unik untuk setiap individu, berkembang seumur hidup,

dan dapat diubah oleh faktor internal dan eksternal. Komposisi mikrobiota usus dalam diri

individu dipengaruhi oleh faktor internal seperti genotipe dan usia dan serta faktor eksternal

seperti pola makan, prebiotik dan antibiotik. Dinamika komposisi dari mikrobiota usus

dipengaruhi oleh diet atau gaya hidup lainnya belum sepenuhnya dipahami. 7

Keragaman mikroba bervariasi menurut lokasi anatomi, dan kompleksitas dan agregat

fungsi bakteri yang dikatkan sesuai dengan status kesehatan individu, genotipe,diet, dan

kebersihan. Jumlah mikroba yang berbeda di satu lokasi tubuh, dan keragaman genetik

mikrobioma, adalah diatur sebagian oleh lingkungan setempat dan biologi dari setiap habitat

tubuh Setiap rumah individu manusia berbeda-beda komunitas mikroba yang berada di tempat

yang berbeda pula,dari segi komposisi dan fungsi. Mayoritas bakteri terkait manusia dibagi

dalam empat filum, Actinobacteria, Firmicutes, Proteobacteria, dan Bacteroidetes, setiap filum

mengandung banyak bakteri 3

Gambar 2.1 Contoh keragaman mikroba yang dikatkan sesuai dengan status kesehatan individu,
genotipe,diet, dan kebersihan3

7
2.4 Peran mikrobiom dalam forensik

Bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia merupakan koloni bakteri yang bermanfaat.

Peran mikrobioma adalah membantu mencerna makanan, mengatur sistem imun, dan

perlindungan terhadap bakteri patogen.8Mikrobioma berada di kulit, sistem gastrointestinal,

saluran napas, dan saluran urogenital; saluran yang berhubungan langsung dengan dunia luar

sehingga dapat terpajan langsung oleh faktor eksternal, seperti makanan, udara, dan obat-

obatan. Setiap individu memiliki respons berbeda pada metabolisme mikrobioma. 8,6,9,

Disfungsi mikrobioma dapat menimbulkan penyakit seperti penyakit autoimun

(diabetes, rheumatoid arthritis, distrofi otot, multiple sclerosis, dan fibromialgia). Akumulasi

mikroba penyebab penyakit akan menyebabkan perubahan aktivitas gen dan metabolik. Akibat

perubahan tersebut adalah abnormalitas sistem imun, sehingga akan menyerang zat dan

jaringan yang pada keadaan normal terdapat di dalam tubuh. 10

Mikrobioma dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya gaya hidup, prosedur medis,

diet, infeksi, obat-obatan, dan stres.8 Berdasarkan hasil penelitian Faith et al ditemukan bahwa

keluarga memiliki pengaruh kuat pada perbedaan komposisi mikroba; dengan tingkat yang

sama komposisi dari komunitas mikroba dipengaruhi oleh mikroba yang dimiliki para anggota

keluarga. Variasi dari komposisi komunitas mikroba terlihat paling jelas di kulit yaitu bagian

tubuh yang mudah terpajan dengan lingkungan luar.11

Penerapan teknologi mikrobioma untuk ilmu forensik sangat menarik karena potensi

pendekatan biologi sistem terhadap ekologi dekomposisi yang kompleks dan mikrobioma

manusia yang berkaitan dengan ilmu forensik. Mikrobioma dapat diintergrasikan dengan

berbagai jenis informasi tentang mikrobioma, termasuk data urutan DNA dan metabolisme.

Pendekatan yang mengintegrasikan data mikrobioma dan metabolomik akan meningkatkan

kemampuan kita untuk memprediksi perubahan secara akurat dan menghubungkan orang

dengan objek atau lokasi. Dimana itu merupakan kunci dari kegunaan praktis data biologis

8
untuk sistem peradilan pidana. Metode yang digunakan adalah Metode molekuler yang

digunakan untuk mengkarakterisasi komunitas mikroba dengan menargetkan wilayah DNA

yang secara taksonomi informatif (pengurutan amplikon) untuk berbagai bagian pohon

kehidupan.2

Gambar 2.2 Mikroba dan karakteristiknya dapat dikarakterisasi menggunakan kombinasi


sekuensing throughput tinggi dari amplikon gen (seperti 16S rRNA atau 18S rRNA) atau
sekuensing shotgun dari semua fragmen DNA2

Mikrobiom memiliki potensi yang sangat baik sebagai alat untuk memperkirakan waktu

kematian karena beberapa alasan. Pertama, mikroba selalu ada tanpa memandang musim.

Bakteri khususnya dikenal karena kemampuannya untuk berkembang di habitat ekstrim, seperti

mata air panas dan es laut. Oleh karena itu, mikroba adalah bentuk bukti fisik yang tersebar di

mana-mana. Kedua, komunitas mikroba sering merespons perubahan di lingkungannya dengan

cara yang dapat diprediksi, yang memposisikannya sebagai alat prediksi yang sangat baik.

Mirip dengan komunitas organisme ekologi lainnya, seperti tumbuhan, mikroba memiliki

9
respons suksesi terhadap gangguan lingkungan. Suksesi komunitas mikroba telah

didokumentasikan di berbagai lingkungan, termasuk usus manusia, pengolahan glasial, dan

produk makanan. Komunitas mikroba berubah dengan cara yang dapat diprediksi di rongga

perut dan pada kulit almarhum, serta di tanah yang terkait dengan adegan kematian di luar

ruangan ,dan metode mikrobioma ideal untuk menangkap perubahan komunitas ini. Oleh

karena itu, potensi yang luar biasa untuk mengembangkan mikrobiom postmortem menjadi

stopwatch untuk memperkirakan berapa lama manusia telah mati. 2

2.4 Mikrobiom Cairan Tubuh

Penemuan adanya cairan tubuh di TKP adalah salah satu bukti forensik terpenting yang

dapat memberikan informasi untuk mengidentifikasi tersangka atau korban dan juga dapat

memberikan informasi penting yang mendukung hubungan antara sampel donor dan tindakan

kriminal yang terjadi. Di TKP, cairan tubuh yang paling banyak ditemukan adalah darah, air

mani dan air liur. Cairan lain seperti cairan vagina, urin maupun keringat juga dapat ditemukan

sebagai bukti DNA dan menjadi bukti penting dalam penyelidikan.4 Setiap jenis cairan tubuh

dapat digunakan sebagai bioindikator yang menyajikan komposisi mikroorganisme tertentu dan

dapat menyimpulkan jenis cairan tubuh yang ada berdasarkan komposisi mikrobanya. Selain

mikroba pengurutan DNA/RNA, metaproteomik dan strategi metabonomiks akan

memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi biomarker mikroba yang mungkin terkait

langsung dengan perbedaan dalam metabolisme atau fungsi fisiologis pada mamalia.4,12

2.5.1 Darah2.13

Mikrobioma manusia terdiri dari mikroba bakteri, archaea, virus dan jamur. Sementara

sebagian besar mikroorganisme ini bersifat komensal, banyak yang mutualistik dan beberapa

bersifat patogen. Faktanya, meski 1.000 kali lebih kecil dari sel manusia, bakteri terdiri ∼ 2%

10
dari massa tubuh manusia dewasa (1,5 kg). Berikut adalah perkembangan pemeriksaan

mikrobiologi darah hingga dapat diidentifikasi microbiom dalam darah.

Gambar 2.3. perkembangan pemeriksaan mikrobiologi darah hingga dapat diidentifikasi

microbiom dalam darah. 13

Untuk menggambarkan adanya bakteri pleomorfik dalam darah pada individu yang sehat

tanpa manifestasi klinis tertentu, pemeriksaan yang dilakukan dapat dengan menggunakan

pemeriksaan menggunakan microskop elektron, dark-fifield microscopy (DFM), fluorescence

in situ hybridization (FISH) dan PCR-amplifified 16S rRNA dan gyrB gen yang apat

mengkonfirmasi adnya DNA bakteri pada sampel darah individu sehat.

Tidak diketahui apakah bakteri yang ditularkan melalui darah mengeksploitasi ceruk

ekologis yang layak, atau apakah mereka hanya tinggal sementara di dalam darah. Beberapa

peneliti berpendapat bahwa keberadaan bakteri dalam darah merupakan konsekuensi dari

translokasi dari situs tubuh lain, terutama saluran gastro-intestinal . Memang, etiologi diabetes,

penyakit kardiovaskular, gangguan hematologi, dan sirosis telah dikaitkan dengan translokasi

bakteri dari saluran usus, terutama melalui mukosa epitel usus. Sejalan dengan itu, telah

dikemukakan bahwa bakteri berasal dari kulit dan mikrobioma oral juga bisa masuk ke dalam

darah ketika hambatan antara lingkungan dan sistem peredaran darah ini terganggu.
11
Perbandingan data DNA mikroba yang berasal dari individu sehat yang menunjukkan

bahwa mikrobioma darah sangat mirip dengan mikrobioma kulit dan mulut. Bahkan jika

membran epitel usus tidak terganggu, mekanisme lain dapat memfasilitasi masuknya bakteri

usus ke dalam sistem peredaran darah. Mikro-organisme dapat diserap oleh sel dendritik

(antigen atau sel "aksesori" dari sistem kekebalan mamalia) dan diangkut melalui epitel usus

atau melalui bantuan sel piala penghasil lendir usus. Selain itu, sel-M usus (sel epitel khusus

dari jaringan limfoid terkait mukosa) juga dapat terlibat dalam translokasi bakteri dari lumen

usus ke sistem peredaran darah.

Beberapa filum yang mendominasi adalah filum Proteobakteri diikuti oleh

Actinobacteria, Firmicutes, dan Bacteroidetes. Karakterisasi keragaman bakteri darah,

bagaimanapun, bervariasi antar studi. Pada tahun 2016 dengan menganalisis DNA bakteri yang

ada di fraksi yang berbeda dari darah manusia. Di tingkat kelas, Fusobacteria dan Flavobacteria

lebih melimpah di sel darah merah, sementara anggota Clostridia kelas dominan pada fraksi

plasma dan eritrosit. Tujuh kelas bakteri dapat diidentifikasi dalam fraksi RBC, termasuk dua

patogen oportunistik yaitu Acinetobacter baumanni dan Stenotrophomonas maltophilia.

Masalahnya, meskipun kejadian komposisi taksonomi darah yang beragam mungkin memang

mencerminkan konfigurasi mikroba yang sebenarnya, DNA bakteri yang ditemukan mencemari

peralatan ekstraksi DNA biasanya mencakup Bacillus, Flavobacteria, Fusobacteria,

Propionibacterium, dan Serratia.

2.5.2 Semen14,15,16

Berbeda dengan cairan tubuh lain, mikrobiota sperma diselidiki secara

minimal. Penelitian dilakukan berdasarkan metode yang bergantung pada kultur, amplifikasi

PCR yang ditargetkan dari sekuens gen RNA ribosom dan mikroskop. Semen memiliki profil

mikrobiota yang unik. Secara keseluruhan, Genre bakteri yang paling melimpah dalam sampel

12
semen adalah kelompok Actinobacteria (Corynebacterium), Bacteroidetes (Prevotella),

Firmicutes (Lactobacillus, Streptococcus, Staphylococcus, Planococcaceae), dan

Proteobacteria (Haemophilus, Burkholderia) filum.

Pada kehidupan praktik forensik sehari-hari, titik laten beberapa cairan biologis seperti

air mani, air liur, urin, dan keringat memerlukan penerapan radiasi cahaya dengan panjang

gelombang tertentu untuk dideteksi dengan fluoresensi tergantung pada sifat emisi atau

penyerapan cahaya. Populasi sel bakteri terdiri dari banyak spesies dengan tingkat kelimpahan

yang bervariasi. Sedangkan, ketika seseorang menyentuh benda, mereka sering mentransfer

DNA mereka ke objek, namun jumlah DNA manusia yang disimpan dengan menyentuh suatu

objek seringkali sangat rendah, dan sebagian besar teknologi tidak dapat diandalkan untuk

mengetahui tingkat DNA yang begitu rendah. Untuk mencoba mendapatkan hasil dari sampel

yang terbatas tersebut, modifikasi metode saat ini dilakukan untuk meningkatkan kepekaan

deteksi DNA manusia. Seperti metodei PCR dapat digunakan untuk mendeteksi spesies yang

dapat digunakan untuk mengindividualisasikan inang manusia mereka. Adapun pemeriksan

mikrobiom pada sperma dapat dilakukan dengan metode Next-Generation Sequencing (NGS).

NGS merupakan teknologi sekuensing yang berbeda. NGS menggunakan analisis

bioinformatis untuk mengumpulkan fragmen ini dengan memetakan bacaan individu ke genom

referensi manusia, memberikan data yang akurat dan wawasan tentang variasi DNA yang tidak

terduga. Analisis NGS memungkinkan untuk menemukan perbedaan dalam urutan nukleotida

dalam DNA dalam kasus di mana alel memiliki ukuran yang sama. Ini juga memungkinkan kita

untuk menganalisis beberapa polimorfisme secara bersamaan dalam satu alur kerja (STR

Autosomal, Y-STR, X-STR, SNP Identitas, SNP fenotipik dan SNP keturunan Biogeografis).

NGS mengungkapkan variasi urutan substansial selain panjang pengulangan, sehingga

meningkatkan daya diskriminatif STR dibandingkan dengan analisis fragmen konvensional; itu

juga memungkinkan untuk analisis panel besar SNP ketika DNA yang terdegradasi parah

13
terlibat. NGS juga dapat digunakan untuk deteksi dan identifikasi mikroorganisme yang

terdapat pada bukti biologis (pada korban atau pelaku) dan Infeksi Menular Seksual (IMS)

dengan tujuan menelusuri sumber mikroba selain memperkirakan interval postmortem (PMI)

terkait perubahan dalam profil komunitas mikroba atau mikroba

2.5.3 Cairan vagina 17,18

Tidak seperti cairan tubuh lainnya, cairan vagina tidak memiliki protein khas untuk

identifikasi, sehingga sulit untuk menemukan bukti keberadaannya. Pemeriksaan yang hampir

selalu dilakukan adalah pewarnaan jaringan, seperti pewarnaan Papanicolaou (Pap) dan

pewarnaan Lugol. Secara khusus, metode pewarnaan Lugol telah dianggap efektif karena

permukaan bagian dalam vagina ditutupi dengan sel epitel skuamosa berlapis dan mengandung

banyak glikogen. Namun, pewarnaan juga dapat dilihat pada sel-sel rongga mulut, dan sekarang

dianggap bahwa evaluasi yang lebih cermat diperlukan. Sebaliknya, karena banyak bakteri,

termasuk lactobacilli, parasit pada vagina, metode tes telah dikembangkan yang menargetkan

gen bakteri 16S-23S rRNA. Kami sebelumnya menunjukkan kegunaan amplifikasi PCR dari

16S rRNA Lactobacillus crispatus, L. jensenii, dan Atopobium vaginae. Selain itu, terdapat

laporan tentang identifikasi sekresi vagina oleh flora bakteri asli menggunakan next-generation

sequencing, dan tentang efek penyakit menular seksual dan perawatannya pada flora bakteri.

Untuk air liur dan air mani, banyak penelitian telah dilakukan dengan menggunakan

RT-PCR real-time. Kami juga telah melakukan penelitian serupa dan telah mengungkapkan

kegunaan deteksi multipleks yang secara khusus menargetkan gen ESR1, SERPINB13,

KLK13, CYP2B7P1, dan MUC4 untuk identifikasi cairan vagina. Lebih lanjut, kami telah

mencoba mengembangkan metode baru untuk identifikasi cairan vagina dengan penargetan

GC-MS dari 17β-estradiol (E2-17β) dan dengan penargetan LC-MS dari small proline-rich

protein 3(SPRR3) dan fatty acid-binding protein 5 (FABP5).

14
2.5.4 Saliva 19,20,21,22

Identifikasi saliva digunakan untuk mendeteksi bakteri tertentu, seperti Veillonella

atypica, Streptococcus mutans dan Streptococcus salivarius.19,20 Noda air saliva kering dari

bekas gigitan dan cetakan bibir dapat diidentifikasi melalui kemajuan dalam teknologi DNA

dalam melakukan isolasi DNA manusia dalam. Air liur juga digunakan untuk menentukan

profil biologis seperti usia, jenis kelamin, dan karakteristik pribadi individu untuk identifikasi

rekonstruktif.19

Saliva mengandung sebanyak 500 juta sel bakteri per mililiter (ml) dan setidaknya 700

spesies bakteri yang berbeda. Hingga kini, saliva dapat menunjukkan perbedaan antar individu

melalui komunitas mikroba yang terdapat pada saliva tersebut. Selain itu, mikrobioma dalam

saliva juga terbukti stabil selama beberapa bulan. Sehingga, mikrobiota saliva berpotensi dalam

identifikasi forensik21,22

2.5.5 Urin2.23

Cairan urin dalam kasus-kasus seperti pelecehan, pemerkosaan, pembunuhan,

penggunaan narkotika dan konsumsi alkohol sering akan diperiksa. Pemeriksaan cairan urin

dapat dilakukan pada kasus ante mortem dan post mortem. Tidak jarang pada pemeriksaan urine

dapat ditemukan mikrobiota urin, terdiri dari campuran bakteri, termasuk bakteri gram negatif

dan gram positif, jamur dan virus. Lactobacillus adalah bakteri gram positif yang sering

ditemukan pada saluran kemih. Sehingga tidak jarang ketika melakukan pemeriksaan sampel

urine akan ditemukan Lactobacillus.23

Mikrobiota urin pada wanita sering kali mengandung bakteri yang juga diidentifikasi di

dalam vagina, sedangkan mikrobiota urin pria menyerupai bakteri usus dan kulit. Mikrobioma

urin ditandai dengan jumlah yang lebih banyak Lactobacillus pada wanita dan

Corynebacterium pada pria. Dong dkk, membandingkan mikrobioma dari 32 sampe urin laki-

15
laki menggunakan 16S rRNA polymerase chain reaction (PCR) dan pyrosequencing dalam.

Didapatkan proporsi Corynebacterium, Neisseriaa, Streptococcus sering ditemukan di lebih

dari 5% laki- laki.2,23

2.5.6 Keringat2
Dalam pemeriksaan mikrobiom pada keringat, Sampai saat ini, tidak ada tes skrining

praktis untuk mengidentifikasi keringat. Meskipun DNA sering ditemukan dan diprofilkan dari

area pakaian yang kemungkinan besar mengandung keringat, sedikit penelitian yang telah

dilakukan. Tes berbasis ELISA telah dikembangkan untuk mendeteksi protein khusus keringat

G-81 dan dermicidin tetapi belum diadopsi secara luas.25

16
BAB III
KESIMPULAN

Mikrobioma memiliki manfaat dalam ilmu kedokteran untuk membuat keputusan yang

berhubungan dengan penanganan masalah kesehatan, salah satunya dibidang kedokteran

forensik. Setiap cairan tubuh manusia seperti darah, semen, cairan vagina, saliva, keringat,

maupun urin memiliki mikrobioma tersendiri. Cairan tubuh tersebut menjadi salah satu bukti

forensik terpenting dalam memberikan informasi guna mengidentifikasi tersangka atau korban.

Cairan tubuh tersebut juga dapat memberikan informasi terkait hubungan antara sampel donor

dan tindakan kriminal yang terjadi. Cairan tubuh ini biasanya ditemukan oleh ahli forensik di

TKP.

Darah, semen, dan saliva merupakan jenis cairan tubuh yang paling banyak ditemukan

di TKP. Namun, cairan lain seperti cairan vagina, urin maupun keringat juga dapat ditemukan

sebagai bukti penting dalam penyelidikan. Hingga kini pemeriksaan mikrobioma mempunyai

banyak cara sehingga penyidik perlu memutuskan tes mana yang akan dilakukan berdasarkan

jenis cairan yang ditemukan dalam TKP.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. SA Harbison , RI Fleming. Forensic body fluid identification. Research and Reports in

Forensic Medical Science 2016:6 11–23

2. L Jessica et all.Microbiome Tools for Forensic Science.Trends in Biotechnology,

2017:35:9:814-23

3. J Kathryn et all.Human Microbiome in Health and Disease.2012.7:99-122

4. Oliveira Manuela. Microbial forensics: new breakthroughs and future prospects.Applied

Microbiology and Biotechnology (2018) 102:10377–10391

5. Sudarmono PP. Mikrobioma: Pemahaman Baru tentang Peran Mikroorganisme dalam

Kehidupan Manusia. eJournal Kedokteran Indonesia. 2016;4(2).

6. Ursell LK, Metcalf JL, Parfrey LW, Knight R. Defining the human microbiome. Nutr

Rev. 2012;70:S38-4

7. Susmiati S. Peran mikrobiota usus dalam perkembangan obesitas. Kedokteran Andalas.

2019;42(1):41.

8. Dietert RR, Dietert JM. Review: the microbiome and sustainable healthcare. Healthcare.

2015;3:100-29.

9. Gritz EC, Bhandari V. The human neonatal gut microbiome: a brief review. Frontiers in

Pediatrics. 2015;3:1-12.

10. Hair M, Sharpe J. Fast facts about the human microbiome. Center for ecogenetics &

Environmental Health. Washington: University of Washington. Diunduh dari

http://depts.washington.edu/ceeh/downloads/FF_Microbiome.pdf. Accesed December

6th,2015

11. Song SJ. Cohabiting family members share microbiota with one another and with their

dogs. eLife.2013;2:e00458.

12. Baud davis, et all. Sperm Microbiota and Its Impact on Semen Parameters. Journal

18
frontiers of microbiology Feb 2019 Vol.10

13. Castillo D J et all.The Healthy Human Blood Microbiome.Frontiers in Cellular and

Infection Microbiology.2019:9:148

14. Benito Ramos González, Miranda Córdova Mercado, Orlando Salas Salas, Juan Carlos

Hernández Reyes, Martín Guardiola Ramos, Elton Solis Esquivel, Gerardo Castellanos

Aguilar and Porfirio Diaz Torres (November 27th 2019). Biological Evidence Analysis in

Cases of Sexual Assault, Biochemical Analysis Tools-Methods for Bio-Molecules

Studies, Oana-Maria Boldura, Cornel Baltă and Nasser Sayed Awwad, IntechOpen, DOI:

10.5772/intechopen.82164. Available

from:https://www.intechopen.com/books/biochemical-analysis-tools-methods-for-bio-

molecules-studies/biological-evidence-analysis-in-cases-of-sexual-assault#B75

15. Schemeds Sarah, et all Expansion of Microbial Forensics. Journal of Clinical

Microbiology Jul 2016, 54 (8) 1964-1974; DOI: 10.1128/JCM.00046-16

16. Baud davis, et all. Sperm Microbiota and Its Impact on Semen Parameters. Journal

frontiers of microbiology Feb 2019 Vol.10

17. Fleming, R.I.; Harbison, S. The use of bacteria for the identification of vaginal secretions.

Forensic Sci. Int. Genet. 2010, 4, 311–315.

18. Giampaoli, S.; Berti, A.; Valeriani, F.; Gianfranceschi, G.; Piccolella, A.; Buggiotti, L.;

Rapone, C.; Valentini, A.; Ripani, L.; Romano Spica, V. Molecular identification of

vaginal fluid by microbial signature. Forensic Sci. Int. Genet. 2012, 6, 559–564.

19. Choi A, Shin KJ, Yang WI, Lee HY. Body fluid identification by integrated analysis of

DNA methylation and body fluid-specific microbial DNA. International Journal of Legal

Medicine. 2014;128(1):33-41. doi:10.1007/s00414-013-0918-4

20. Virkler K, Lednev IK. Analysis of body fluids for forensic purposes: From laboratory

testing to non-destructive rapid confirmatory identification at a crime scene. Forensic

19
Science International. 2009;188(1-3):1-17. doi:10.1016/j.forsciint.2009.02.013

21. Oliveira M, Amorim A. Microbial forensics: new breakthroughs and future prospects.

Applied Microbiology and Biotechnology. 2018;102(24):10377-10391.

doi:10.1007/s00253-018-9414-6

22. Kapoor P, Chowdhry A. Salivary signature in forensic profiling: A scoping re

23. Castillo D J et all.The Healthy Human Blood Microbiome.Frontiers in Cellular and

Infection Microbiology.2019:9:148

20

Anda mungkin juga menyukai