Anda di halaman 1dari 20

Obat pertama kali yang digunakan berasal dari tanaman / jamu.

Dianggap kurang memuaskan, mulai melakukan isolasi zat aktif

Ruang lingkup

Pengertian Farmakologi

 Adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat
kimiawi, fisika, kegiatan fisiologi, dan nasibnya dalam organisme hidup

Istilah dalam farmakologi

 Biological availability (ketersediaan hayati) : prosentasi obat yang diresorpsi tubuh dari
suatu dosis yang diberikan dan tersedia untuk melakukan efek terapetiknya.
 Therapeutical equivalent (kesetaraan terapeutik) : syarat yang harus dipenuhi oleh suatu
obat yang meliputi kecepatan melarut dan jumlah kadar zat yang berkhasiat yang harus
dicapai dalam darah /BE
 Bioassay : cara menentukan aktivitas obat dengan menggunakan hewan percobaan seperti
kelinci, tikus, dll

 Farmakokinetik : segala proses yang dilakukan tubuh terhadap obat berupa absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi.
 Farmakodinamik : mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan
mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terafi yang ditimbulkan.
 Toksikologi : pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh.
 Farmakoterapi : mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya.
Phytoterapi : menggunakan zat-zat dari tanaman untuk mengobati penyakit.
 Farmakologi klinik : cabang farmakologi yang mempelajari efek obat pada manusia.

• Obat jadi :
sediaan / paduan bahan yg siap digunakan untuk mempengaruhi / menyelidiki sistem
fisiologi / keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan & kontrasepsi.
(Permenkes no.917/menkes/per/X/tentang wajib daftar obat jadi).

• Obat Generik : obat dengan nama resmi yg ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau INN
(International Non-Proprietary Name) untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
• Obat Patent/Spesialite : obat jadi dengan nama dagang yg terdaftar atas nama si pembuat
atau yg dikuasakannya & dijual dg bungkus asli dari pabrik yg memproduksinya.
• WHO → daftar obat dg nama resmi → official/generic name
• Cont:

Nama kimia Nama generik Nama patent

Asam asetil Asetosal Aspilets (medifarma)


salisilat Aspirin (bayer)
Asetaminofen parasetamol Sanmol (sanbe)
Pamol (interbat)

Penggolongan obat
 Obat farmakodinamis,
bekerja terhadap host dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses
fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika, hipnotika,
obat otonom
 Obat kemoterapeutis,
dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh host. Hendaknya obat ini
memiliki kegiatan farmakodinamis yang sekecil-kecilnya terhadap host, contoh :
antibiotik, antijamur, obat-obat neoplasma (onkolitik, sitostatik)
 Obat diagnostik
 merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit),
misalnya BaSO4 digunakan untuk diagnosis penyakit saluran pencernaan, Na
propanoat dan asam iod organik untuk sal empedu

Menurut Permenkes RI No. 949/Menkes/Per/VI/2000

1. Obat bebas
2. Obat bebas terbatas
3. Obat keras
4. Obat wajib apotek
5. Obat narkotika
6. Obat psikotropika

Tanda/lambang obat dan artinya ?

Obat Bebas Obat yang dapat Minyak kayu


dijual bebas putih, OBH,
kepada umum OBP,
tanpa resep Paracetamol,
dokter Vit. C, B
Bisa didapat di Komplex, dll.
toko obat,
apotik warung,
alfamart dsb.

Obat Bebas Obat bebas yang Antihistamin,


Terbatas (W : pada klorokuin, kalii
waarschuwing) penjualannya kloras,
disertai tanda suppositoria, dll.
peringatan.
Didapat di
apotik dan toko
obat

Obat Keras Obat berbahaya Adrenalin,


(G : Gevaarlijk) jika antibiotika,
pemakaiannya antihistamin, dll.
tidak
berdasarkan
resep dokter.
Harus dengan
resep dokter

OWA Obat keras yang Linestrenol,


dapat antasid,
diserahkan oleh salbutamol,
apoteker tanpa basitrasin krim,
resep dokter. ranitidin, dll.

Obat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:

1) Obat Bebas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi
lingkaran berwarna hitam. Obat bebas umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok,
beberapa analgetikantipiretik, dan beberapa antasida. Obat golongan ini dapat dibeli bebas di
Apotek, toko obat, toko kelontong, warung.

2) Obat Bebas Terbatas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan tepi
lingkaran berwarna hitam. Obat-obat yang umunya masuk ke dalam golongan ini antara lain obat
batuk, obat influenza, obat penghilang rasa sakit dan penurun panas pada saat demam (analgetik-
antipiretik), beberapa suplemen vitamin dan mineral, dan obat-obat antiseptika, obat tetes mata
untuk iritasi ringan. Obat golongan ini hanya dapat dibeli di Apotek dan toko obat berizin.

3) Obat Keras, merupakan obat yang pada kemasannya ditandai dengan lingkaran yang didalamnya
terdapat huruf K berwarna merah yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam. Obat keras
merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Obat-obat yang umumnya masuk
ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, obat darah tinggi/hipertensi, obat darah
rendah/antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, dan beberapa obat ulkus lambung. Obat
golongan ini hanya dapat diperoleh di Apotek dengan resep dokter.

4. Obat Narkotika, merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan (UURI No. 22 Th 1997 tentang Narkotika). Obat ini pada kemasannya ditandai
dengan lingkaran yang didalamnya terdapat palang (+) berwarna merah. Obat Narkotika bersifat
adiksi dan penggunaannya diawasi dengan ketet, sehingga obat golongan narkotika hanya diperoleh
di Apotek dengan resep dokter asli (tidak dapat menggunakan kopi resep). Contoh dari obat
narkotika antara lain: opium, coca, ganja/marijuana, morfin, heroin, dan lain sebagainya. Dalam
bidang kesehatan, obatobat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan
analgetik/obat penghilang rasa sakit.

• Farmakokinetik

Farmakokinetik merupakan sebuah proses atau perjalanan suatu obat di dalam tubuh organisme
berupa absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan ekskresi.

[Proses Mekanisme Obat]


Untuk dapat memberikan efek yang diinginkan, suatu obat harus dapat mencapai tempatnya
bekerja. Seperti halnya kerja antibiotik terhadap pengobatan infeksi ginjal. Maka antibiotik harus
dapat mencapai ginjal (tempatnya bekerja) agar dapat membunuh bakteri yang menginfeksi
ginjal sehingga memberikan efek teraupetik pada penyakit terkait. Setelah obat bekerja di dalam
tubuh sehingga menimbulkan efek, selanjutnya obat akan diekskresikan. Ada beberapa tahapan
yang perlu dilalui obat hingga proses pengeluaran obat oleh tubuh.

1) Absorpsi
Absorpsi merupakan proses penyerapan zat aktif obat oleh tubuh. Proses absorpsi ini sangat
penting dalam menentukan efek obat. Hanya zat aktif yang berada dalam keadaan larut yang
dapat diabsorpsi oleh tubuh. Setelah zat aktif terlarut dalam pencernaan, zat tersebut selanjutnya
akan di absorpsi melalui usus dan kemudian memasuki pembuluh darah. Terdapat banyak
mekanisme absorpsi obat melalui usus, anatara lain filtrasi, difusi pasif, transpor aktif, transpor,
difusi terfasilitasi, dan pinositosis (transfer pasangan ion). Sebagian besar obat diabsorpsi
menggunakan mekanisme difusi pasif. Semua bentuk sediaan obat mengalami tahap absorpsi
kecuali obat yang digunakan secara intravena karena obat langsung disuntikkan ke pembuluh
darah sehingga obat tidak melalui tahap liberasi dan absorpsi. Efek yang diberikan obat intravena
pun lebih cepat muncul. Proses absorpsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor:

 Kelarutan obat
 Kemampuan berdifusi melalui membran sel
 Sirkulasi pada letak absorpsi
 Konsentrasi obat
 Cara pemakaian obat
 Bentuk sediaan obat
 Luas permukaan kontak obat

2) Distribusi 
Proses penyaluran atau penyebaraan obat melalui pembuluh darah. Setelah berada di dalam
pembuluh darah obat akan di sebarkan ke seluruh tubuh bersama aliran darah. Selanjutnya obat
akan memasuki orga-organ tubuh. Pada tahap inilah obat mencapai tempat kerjanya dan dapat
memberikan efek yang diharapkan.  
Beberapa senyawa obat melintasi plasenta atau tali pusat sehingga penggunaan obat-obatan
pada ibu hamil perlu dipertimbangkan karena kemungkinan akan menimbulkan efek berbahaya
pada janin. Bahkan dapat menimbulkan efek toksis yang berakibat kelahiran bayi cacat atau mati.
Untuk penggunaan obat pada ibu hamil perlu bukti klinis yang menyatakan efektivitas obat tidak
membahayakan pada janin.
3) Metabolisme
Proses detoksifikasi obat oleh tubuh. Di dalam tubuh obat dianggap sebagai benda asing karena
secara normal kandungan senyawa obat tidak terdapat di dalam tubuh. Proses detoksifikasi obat
perlu dilakukan oleh tubuh guna menurunkan kadar toksik/racun. Tubuh suatu organisme telah
memiliki mekanisme alamiah untuk melakukan proses tersebut. Sebagian besar obat
didetoksifikasi di hati oleh enzim-enzim mikrosomal hati. Proses tersebut menghasilkan senyawa
dengan sifat toksik lebih rendah sehingga tidak terlalu beracun bagi tubuh organisme.
Beberapa kelompok obat masih tetap dalam bentuk aktif setelah didetoksifikasi hati sehingga
memberikan efek yang diharapkan. Namun ada pula kelompok obat yang sudah tidak aktif lagi
setelah didetoksifikasi hati. Untuk kelompok obat tersebut, pemberiannya secara intravena
(disuntikkan ke pembuluh darah) guna menghindari proses detoksifikasi hati. obat tersebut akan
langsung tersebar ke seluruh tubuh bersama aliran darah, baru kemudian mengalami
detoksifikasi hati menjadi bentuk tidak aktif.
Untuk pemberian secara oral, obat akan memasuki hati terlebih dahulu karena pembuluh darah
yang berasal dari usus akan menuju ke hati, baru tersebar ke seluruh tubuh. Tahap ini
menyebabkan obat mengalami detoksifikasi terlebih dahulu sebelum mencapai tempat kerjanya.
Jika terjadi demikian obat tidak memberikan efek maksimal karena sebagian kecil atau besar obat
sudah berada dalam bentuk tidak aktif.  

4) Ekskresi
merupakan proses pengeluaran obat dari tubuh organisme terutama dilakukan oleh ginjal
melalui urine. Selain organ ginjal obat diekskresikan lewat kulit (keringat), pernapasan (udara),
kelenjar payudara (air susu), mata (air mata), dan saluran pencernaan (feses). Obat akan
dikeluarkan dalam bentuk metabolit (bentuk asalnya).

• farmakodinamik.

Farmakodinamik bersama farmakokinetik memiliki hubungan yang erat dari ruang lingkup
farmakologi. Penjelasan mengenai farmakodinamik lebih pada mekanisme kerja dan pengaruh
atau efek obat pada tubuh baik efek fisiologi maupun efek biokimia. Sedangkan farmakokinetik
lebih menjelaskan pada suatu proses atau perjalanan obat di dalam tubuh organisme. Keduanya
merupakan subdisiplin dari farmakologi.

Mekasnisme kerja obat dipengaruhi oleh reseptor, enzim, dan hormon. Dalam farmakodinamik sangat
penting mempelajari mekanisme kerja suatu obat guna meneliti efek yang ditimbulkan obat pada
sistem tubuh, mengetahui interaksi obat dalam sel, dan untuk mengetahui tahapan kerja obat
serta mengetahui spektrum efek dan respon yang terjadi. Pengetahuan mengenai hal ini
merupakan dasar terapi rasional dan sangat berguna dalam sintesis obat baru.

Farmakodinamik sering disebut dengan aksi atau efek obat. Efek obat umumnya timbul dari
interaksi yang terjadi antara obat dan reseptor pada sel suatu organisme. Interakasi ini
mengakibatkan perubahan fisiologi dan biokimia yang merupakan respon khas tubuh terhadap
obat itu. Hal ini dapat digambarkan saat seseorang menkonsumsi suatu obat. Maka tubuh akan
memberikan respon pada kerja obat. Dengan kata lain obat memberikan efek pada tubuh si
penerimanya. Seperti peristiwa yang terjadi pada kadar gula darah dan suhu tubuh yang menurun.

b. Farmakodinamika Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia


berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah
untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan
peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi. Pengetahuan yang baik mengenai hal ini
merupakan dasar terapi rasional dan berguna dalam sintesis obat baru.

1) Mekanisme Kerja Obat Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel
suatu organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan
fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat tersebut. Reseptor obat merupakan komponen
makromolekul fungsional yang mencakup 2 konsep penting. Pertama, bahwa obat dapat mengubah
kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi
hanya memodulasi fungsi yang sudah ada. Walaupun tidak berlaku bagi terapi gen, secara umum
konsep ini masih berlaku sampai sekarang. Setiap komponen makromolekul fungsional dapat
berperan sebagai 8 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id reseptor obat, tetapi sekelompok reseptor
obat tertentu juga berperan sebagai reseptor yang ligand endogen (hormon, neurotransmitor).
Substansi yang efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis. Sebaliknya, senyawa yang
tidak mempunyai aktivitas intrinsik tetapi menghambat secara kompetitif efek suatu agonis di
tempat ikatan agonis (agonist binding site) disebut antagonis.

2) Reseptor Obat Struktur kimia suatu obat berhubunga dengan afinitasnya terhadap reseptor dan
aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan
stereoisomer, dapat menimbulkan perubahan besar dalam sidat farmakologinya. Pengetahuan
mengenai hubungan struktur aktivitas bermanfaat dalam strategi pengembangan obat baru, sintesis
obat yang rasio terapinya lebih baik, atau sintesis obat yang selektif terhadap jaringan tertentu.
Dalam keadaan tertentu, molekul reseptor berinteraksi secara erat dengan protein seluler lain
membentuk sistem reseptor-efektor sebelum menimbulkan respons.

3) Transmisi Sinyal Biologis Penghantaran sinyal biologis ialah proses yang menyebabkan suatu
substansi ekstraseluler (extracellular chemical messenger) menimbulkan suatu respons seluler
fisiologis yang spesifik. Sistem hantaran ini dimulai dengan pendudukan reseptor yang terdapat di
membran sel atau di dalam sitoplasmaoleh transmitor. Kebanyakan messenger ini bersifat polar.
Contoh, transmitor untuk reseptor yang terdapat di membran sel ialah katekolamin, TRH, LH.
Sedangkan untuk reseptor yang terdapat dalam sitoplasma ialah steroid (adrenal dan gonadal),
tiroksin, vit. D.

4) Interaksi Obat-Reseptor Ikatan antara obat dan reseptor misalnya ikatan substrat dengan enzim,
biasanya merupakan ikatan lemah (ikatan ion, hidrogen, hidrofobik, van der Waals), dan jarang
berupa ikatan kovalen. 9 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

5) Antagonisme Farmakodinamika Secara farmakodinamika dapat dibedakan 2 jenis antagonisme,


yaitu antagonisme fisiologik dan antagonisme pada reseptor. Selain itu, antagonisme pada reseptor
dapat bersifat kompetitif atau nonkompetitif. Antagonisme merupakan peristiwa pengurangan atau
penghapusan efek suatu obat oleh obat lain. Peristiwa ini termasuk interaksi obat. Obat yang
menyebabkan pengurangan efek disebut antagonis, sedang obat yang efeknya dikurangi atau
ditiadakan disebut agonis. Secara umum obat yang efeknya dipengaruhi oleh obat lain disebut obat
objek, sedangkan obat yang mempengaruhi efek obat lain disebut obat presipitan.

6) Kerja Obat yang tidak Diperantarai Reseptor Dalam menimbulkan efek, obat tertentu tidak
berikatan dengan reseptor. Obat-obat ini mungkin mengubah sifat cairan tubuh, berinteraksi dengan
ion atau molekul kecil, atau masuk ke komponen sel.

7) Efek Obat Efek obat yaitu perubahan fungsi struktur (organ)/proses/tingkah laku organisme hidup
akibat kerja obat.
• Faktor yang mempengaruhi efek obat
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efek obat

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efek obat tersebut :

1.   obat

a.   cara formulasi dan bentuk

b.   dosis obat

c.   cara pakai

d.   waktu pemakaian

f.     cara penyimpanan

2.   Psien

a.   umur

b.   keadaan penderita

c.   jenis kelamin

d.   genetik

e.   dsb

Efek samping (efek samping, efek ikutan)

Efek yang diberikan oleh obat disamping/selain khasiat utamanya

Mis. CTM untuk menekan/mengurangi alergi ====>mengantuk


Efek toksik (efek keracunan)

Efek yang timbul akibat pemberian dosis yang berlebih (dosis tinggi)

Biasanya yang timbul berupa keracunan pada organ-organ tertentu.

Mis.   Parasetamol untuk analgetik         ==========>   hepatotoksik

          Obat-obat yang menyebabkan disfungsi ginjal, hati dsb.

Obat-obat yang menyebabkan keracunan pada fetus/janin (Teratogen)

          (berkhasiat untuk ibu, tetapi racun buat fetus/janin)

          Talidomid  ===========> cacat pada bayi yang baru dilahirkan

 Efek idiosinkrasi

Suatu obat memberikan efek yang berlainan dengan efek normal/utamanya karena adanya kelainan
genetik pada pasiennya.

Mis. Penisilin      =========>     timbul alergi pada pasien tertentu

Efek adiksi/ketergantungan (phisis dan psikis)

Efek adiksi timbul akibat pemakaian obat berulang secara terus menerus, sehingga kalau terjadi
pemutusan obat maka pasien tidak akan dapat hidup normal (mempengaruhi mental dan fisik).
Mis. Obat-obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi

       (morfin, thebain dsb)

Efek toleransi

Terjadinya penurunan kepekaan tubuh terhadap obat karena pemakaian obat tersebut secara
berulang (waktu lama) sehingga untuk selanjutnya diperlukan dosis yang lebih besar

·        Toleransi primer (bawaan/genetik)

·        Toleransi sekunder (pemakaian obat dalam jangka waktu lama), sehingga sudah menjadi
kebiasaan bagi orang tersebut untuk memakan obat tertentu.

·        Toleransi silang (terjadi pada obat yang mempunyai struktur kimia yang hampir sama)

Mis. Obat-obat penyembuhan TBC, karena terjadinya adaptasi dari mikroba dengan cara mengubah
sistem enzim pada mikroba tersebut yang dapat mengubah/menguraikan AB tersebut.

Efek resistensi   

Terjadi ketidak mampuan obat untuk membunuh kuman yang disebabkan karena meningkatnya
sistem pertahanan dari kuman tersebut untuk melawan kerja dari obat anti kuman (AB).

Mis. Pemakaian AB atau Sulfonamida yang tidak menurut aturan

• Dasar-dasar toksikologi
• I.              PENGERTIAN DAN DEFINISI TOKSIKOLOGI
• Toksikologi merupakan ilmu atau pemahaman tentang pengaruh berbagai
macam zat-zat kimia yang merugikan bagi kelangsungan hidup makhluk
hidup. Toksikologi menurut para ahli kimia merupakan ilmu yang bersangkut
paut dengan berbagai macam efek dan mekanisme kerja yang dapat
merugikan dari agen kimia terhadap binatang dan manusia. Toksikologi
menurut para ahli farmakologi adalah cabang dari farmakologi yang
berhubungan dengan efek samping zat kimia di dalam sistem biologik. Dalam
toksikologi terdapat unsur – unsur yang saling berinteraksi antara satu
dengan yang lain dengan suatu cara tertentu sehingga dapat menimbulkan
suatu respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan kerusakan
terhadap sistem biologi tersebut. Toksikologi merupakan ilmu yang lebih dulu
berkembang dari Farmakologi. Pengertian dan definisi Toksikologi
diantaranya sebagai berikut:
• 1.    Istilah Toksikologi awalnya berasal dari bahasa latin yaitu “toxon” yang
artinya racun, sedangkan ilmu pengetahuan dikenal dengan kata “logos”.
Kombinasi arti ini terbitlah bidang ilmu yang diketahui umum
sebagai Toksikologi, dan dalam bahasa inggris disebut Toxicology. Secara
etimology Toksikologi terbagi dari dua kata diatas dan didefinisikan sebagai
ilmu tentang racun. Toksikologi juga didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari efek-efek merugikan dari suatu zat. (Nelwan, 2010.)
• 2.    Ilmu yang mempelajari tentang efek negative atau efek racun dari bahan
kimia dan material lain hasil kegiatan manusia terhadap organisme termasuk
bagaimana bahan tersebut masuk kedalam organisme. (Rand, GM and
Petrocelli, S.R. 1985. Fundamentals of Aquatic Toxicity : Methods and
Aplication, Hempsphere Public Corporation)
• 3.    Ilmu yang mempelajari tentang efek membahayakan dari suatu
persenyawaan terhadap organisme hidup, terutama manusia
• 4.    Ilmu yang mempelajari racun, berikut asal, efek, deteksi dan metode
pengolahannya. (Dictionary of Stientific and Technical Terms, McGraw Hill,
1984).
• 5.    Toksikologi adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman
mekanisme efek beracun yang dihasilkan bahan kimia pada jaringan hidup
atau organisme; studi tentang kondisi (termasuk dosis) di mana paparan
bahan kimia pada makhluk hidup berbahaya.
• 6.    Toksikologi  didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme
efek toksik berbagai bahan terhadap mahluk hidup dan sistem biologik
lainnya.
• 7.    Toksikologi adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat sifat
dan cara kerja racun.  Ilmu ini membutuhkan disiplin lain untuk
memahaminya. Cabang cabang ilmu biologi, kimia, biokimia, farmakologi,
fisiologi dan patologi adalah ilmu ilmu yang sangat menunjang dalam
mempelajari atau mendalami toksikologi.
• Para ahli toksikologi (Toxicologist), dengan tujuan dan metoda tertentu
tugasnya adalah mencari/mempelajari bagaimana bekerjanya (Harmful
action) bahan bahan kimia (beracun) pada jaringan atau tubuh.
• Sementara Racun sendiri mempunyai dua pengertian, yaitu :
• a.    Menurut Taylor, Racun adalah Setiap bahan/zat yang dalam jumlah
tertentu bila masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimia yang
menyebabkan penyakit dan kematian.
• b.    Menurut pengertian yang dianut sekarang, Racun adalah Suatu zat yang
bekerja pada tubuh secara kimia dan fisiologis yang dalam dosis toksik selalu
menyebabkan gangguan fungsi dan mengakibatkan penyakit dan kematian.

• II.            RUANG LINGKUP TOKSIKOLOGI
• Sesungguhnya toksikologi merupakan perpaduan berbagai ilmu sehingga
untuk mempelajarinya harus dibekali dengan ilmu-ilmu yang lain. (Nelwan,
2010.)
• Dasar pembagian ruang lingkup pokok kajian toksikologi adalah cara
pemejanan dan pokok atau masalah yang dikaji.  Cara pemejanan dibagi atas
pemejanan yang disengaja dan pemejanan yang tidak disengaja, sedangkan
pokok masalah yang dikaji dibedakan berdasarkan bidang yang dikaji dalam
toksikologi secara umum, seperti masalah lingkungan, ekonomi dan
kehakiman/forensik
• a.    Toksikologi Lingkungan
• Merupakan cabang toksikologi yang menguraikan pemejanan yang tidak di
sengaja pada jaringan biologi (lebih khusus pada manusia) dengan senyawa
kimia yang pada dasarnya merupakan pencemaran lingkungan, makanan
atau air.  Pada prinsipnya, toksikologi lingkungan mengkaji tentang keracunan
yang terjadi secara tidak sengaja seperti keracunan akibat makan ikan yang
berasal dari teluk minamata jepang dan mengakibatkan penyakit minamata
keracunan gas akibat aktifitas gunung berapi dan masih banyak contoh
lainnya. Tujuan dari pada toksikologi lingkungan adalah : mengurangi
perlunya mencari substansi yang aman, yang berarti harus mengetahui
mekanisme bagaiman racun menyerang organisme, mencegah terjadinya
efek tang tidak di kehendaki dari racun terhadap organisme dan kualitas
lingkungan dapat membuat criteria dasar untuk standarisasi kualitas
lingkungan dapat memperbaiki cara pengolahan karena mengetahui
mekanisme terjadinya efek dan keracunan.

• b.    Toksikologi Ekonomi
• Merupakan cabang toksikologi yang menguraikan pengaruh berbahaya zat
kimia, yang dengan segaja dipejankan pada jaringan biologi dengan maksud
untuk mencapai pengaruh atau efek khas, seperti : obat, zat tambahan
makanan dan peptisida. Pada bidang ini, keracunan bisa terjadi karena efek
samping obat atau berbagai gejala buruk yang muncul akibat adanya
kandungan formalin dalam produk mie instan dan lain sebagainya, dimana
pemejanan obat atau makanan tadi memang sengaja dilakukan untuk tujuan
penyembuhan penyakit dan sebagai bahan makanan.
• c.    Toksikologi  Kehakiman/Forensik
• Merupakan cabang toksikologi yang mengkaji aspek medis dan aspek hukum
atas pengaruh berbahaya zat kimia pada manusia.  Pada bidang kajian ini,
masukknya senyawa kimia bisa terjadi karena kesengajaan untuk tujuan
pembunuhan atau secara tidak sengaja akibat kelalaian manusia.  Akan
tetapi, yang jelas peristiwa keracunan yang terjadi menimbukan suatu
masalah, dimana masalah tersebut harus diselesaikan secara hukum di
pengadilan. Kerja utama dari toksikologi forensik adalah melakukan analisis
kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan menerjemahkan
temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang
terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak
kriminal (forensik) di pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan
analisisnya ini akan dimuat ke dalam suatu laporan yang sesuai dengan
hukum dan perundangan-undangan. Menurut Hukum Acara Pidana (KUHAP),
laporan ini dapat disebut dengan ”Surat Keterangan Ahli” atau”Surat
Keterangan”.
• Belakangan ini berkembang di bidang ilmu lingkungan, problem pencemaran
lingkungan hidup akan berbicara aspek toksikologi, misalnya seberapa besar
kualitas dan kuantitas bahan kimia merusak ataupun terpenetrasi pada
organisme sehingga terjadi ketidakseimbangan lingkungan bahkan
mematikan organisme tertentu, sebab dengan pengetahuan ini kita dapat
menentukan secara kuantitatif toksikan bagi manusia. (Nelwan, 2010.)

• III.           TOKSIKOLOGI ALAMI
• Merupakan suatu ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan
dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret,
2000).  Ilmu ini membahas sumber bahan toksik, transpornya, degradasi dan
biokonsentrasinya di lingkungan serta pengaruhnya terhadap manusia.
• Berikut ini beberapa definisi toksikologi alami:
• 1.    Ilmu yang mempelajari semua substansi yan digunakan, dibuat atau hasil
dari suatu formulasi dan produk sampingan dari industri yang masuk ke
lingkungan dan mempunyai kemampuan untuk menimbulkan pengaruh
negatif bagi manusia. ( NIOSH : The National Institute for Occupational Safety
& Health )
• 2.    Studi mengenai asal, properti, efek dan deteksi bahan racun di dalam
lingkungan dan segala spesies yang berada di lingkungan, termasuk
manusia. ( John H. Duffus & Howard G.K. Worth, dalam “Fundamental
Toxicology for Chemist, The Royal Society of Chemistry Publisher.)
• 3.    Ilmu pengetahuan mengenai kerja senyawa kimia yang merugikan
terhadap organisme hidup sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan
yang memberikan efek toksik atau merugikan terhadap manusia,
menyebabkan perubahan biosfer dan lingkungan luar serta membebani
lingkungan secara fisik. (E.J. Ariens, E. Mutschler, A.M. Simonis, “ Pengantar
Toksikologi Umum”. 1994).
• 4.    Ilmu yang mempelajari tentang racu/bahan berbahaya dan efeknya
terhadap lingkungan, termasuk masalah-masalah yang terkait. (Merry-
Webster Dictionary On-Line)
• 5.    Pembahasan khusus toksikologi terhadap bahan buangan berbahaya
yang masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan hidup yang diduga dapat
menimbulkan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia (Drs. Heryando
Palar, 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat).
• 6.    Studi/kajian tentang alam, efek dan penemuan bahan beracun (toksik)
dalam lingkungan dan berhubungan dengan lingkungan yang terpapar,
termasuk manusia.
• a.    Pemahaman toksikologi yang berhubungan dengan lingkungan. Konsep
dasarnya berhubungan hubungan dosis-respon, absorpsi bahan toksik,
distribusi dan penyimpanan bahan toksik, biotransformasi dan eliminasi
bahan toksik, target organ tubuh yan terkena bahan toksik, teratogenik,
mutagenesis, karsinogenesis dan nilai resiko yag ditimbulkan oleh bahan
toksik.
• b.    Pemahaman tentang dinamika kimiawi dari kontaminan dalam lingkungan
termasuk di dalamnya dalah ”fate” dan transport. Studi ini akan mempelajari
tentang bagaimana bahan toksik diuji dan peraturan yang berlaku. ( Greg
Moller )
• Ahli toksikologi lingkungan mengintegrasikan pengetahuan tentang
kemungkinan efek beracun pada organisme dengan pengetahuan tentang
kelakuan zat di dalam lingkungan dan juga dengan pengetahuan tentang
akibat yang dapat terjadi dari efek tertentu suatu zat pada satu atau lebih
macam organisme untuk dapat berfungsinya secara integral suatu kehidupan
bermasyarakat. Ahli toksikologi lingkungan mempunyai tugas menilai risiko
dan meramalkan dalam sistem yang kompleks; kelakuan zat dalam
lingkungan sering tidak jelas dan kita berhadapan dengan banyaknya bentuk
kehidupan dan proses yang rumit.
• Keadaan senyawa atau zat polutan di lingkungan dalam hal ini adalah
pencemaran, baik pencemaran udara, pencemaran tanah maupun
pencemaran Air sudah sangat memprihatinkan utamanya di indonesia karena
sebagian besar zat-zat tersebut berada di lingkungan sudah melebihi Nilai
Batas Normal. Dalam keadaan ini,apabila dari pihak pemerintah sendiri
maupun dari mayarakat belum mengambil langkah pencegahan dan
penanggulangan terhdap zat cemaran tersebut tentunya akan mempengaruhi
keadaan lingkungan tersebut

• Cara pemberian obat


PRINSIP DAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT

HAI... GUYS buat para perawat, bidan dan semua institusi kesehatan bikin pasienmu nyaman dan
aman ya... ini gue ada cara PRINSIP DAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT monggo  lang ditingali

Respon farmakologik terhadap suatu obat bersifat kompleks.Perawat harus ingat jumlah dan
macam-macam factor yang mempengaruhi respon individu terhadap suatu obat.Beberapa factor
yang mempengaruhi reaksi obat tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Absorpsi
2.      Distribusi
3.      Metabolisme atau biotransformasi
4.      Ekskresi
5.      Usia
6.      Berat badan
7.      Toksisitas
8.      Farmakogenetik
9.      Rute pemberian
10.  Saat pemberian
11.  Faktor emosional
12.  Adanya penyakit
13.  Riwayat obat
14.  Toleransi
15.  Efek penumpukan
16.  Interaksi obat-obat

PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN OBAT


Sebelum memberikan obat,perawat harus benar-benar yakin,bahwa obat yang akan diberikan
tersebut benar-benar diorderkan oleh dokter.Perawat juga harus yakin tentang jenis order yang
diterima,yaitu:
1.      Staal Order (perintah segera) untuk obat yang diberikan mendadak,misalnya keadaan gawat
darurat.Perintah ini hanya berlaku satu kali dan bila diinginkan,harus dibuat perintah baru.
Exp. Pemberian Dizepam / stesolid
2.      Singgle Order (perintah satu kali) merupakan pesanan pengobatan satu kali pemberian pada
saat tertentu,namun tidak harus segera diberikan
Exp : profenit /kaltrofen supp,
3.      Standing Order (perintah tetap)merupakan pesanan pengobatan yang diberikan pada jangka
waktu tertentu,misalnya 7 hari
Exp : pemberian antibiotik,
4.      PRN Order (perintah kalau perlu) merupakan pesanan pemberian obat yang dilakukan kalau
perlu saja.
Exp : antipiretik – panas, analgesik - nyeri

Dalam hal ini perawat harus berpegang pada Prinsip Enam Tepat dan
1 W,yaitu:
1.      Tepat pasien
Hal ini dapat dipastikan dengan memeriksa gelang identitas pasien dan atau meminta pasien
menyebut namanya sendiri
2.      Tepat Obat
Obat yang benar ,pasien menerima obat yang telah diresepkan.Bagi pasien yang dirawat di
RS,perintah pengobatan harus ditulis pada lembar instruksi dokter dan ditandatangani oleh dokter
yang bersangkutan.Perintah pengobatan melalui telepon harus ditandatangani oleh dokter yang
bersangukatan dalam waktu tidaklebih dari 24 jam
3.      Tepat Dosis
Dosis yang benar adalah dosis yang diresepkan untuk pasien yang bersangkutan.Dalam kebanyakan
kasus,dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat obat yang
bersangkutan.Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat,dengan
mempertimbangkan veraiabel berikut:tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan
(diminta).Dalam keadaan tertentu,berat badan pasien juga harus di pertimbangkan.Sebelum
menghitung dosis,perawat harus memiliki pengetahuan tentang teknik
penghitungannya.Penghitungan dosis obat harus diperiksa ulang bila didapatkan hasil besar dari
dosis yang ditetapkan.
4.      Tepat Waktu
Waktu yang benar adalah saat dimana yang diresepkan harus diberikan.Dosis harian diberikan pada
waktu tertentu dalam sehari,seperti b.i.d (dua kali sehari),t.i.d (tiga kali sehari),q.i.d (empat kali
sehari) atau q6h (setiap 6 jam(,sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan.Jika obat
mempunyai waktu parah(1/2)yang penting,obat diberikan sekali sehari.Obat-obat dengan waku
paruh pendek,diberikan beberapa kali sehari dalam selang waktu tertentu.Beberapa obat diberikan
sebelum makan dan beberapa yang lainnya diberikan sesedah makan.
5.      Tepat Rute
Rute yang benar perlu absorbsi yang tepat dan memadai. Rute yang lebih sering adalah per oral
(melalui mulut) untuk cairan,suspense,pil,tablet atau kapsul, sublingual (dibawah lidah),bukal
(antara gigi dan pipi),topical (kulit),inhalasi (semprot),intilasi
(hidung,mata,telinga,rectum,vagina),supositoria (rectum) untuk kapsul khusus rectum,perenteral
(intrakutan,subkutan,intramuscular dan intravena).
6.      Tepat Pencatatan
Perawat harus segera mencatat informasi tepat mengenai obat yang telah diberikan.Ini meliputi
nama obat,dosis,rute pemberian,waktu pemberian dan tandatangan perawat.Respon pasien
terhadap pengobatan perlu dicatat.Penundaan pencatatan akan mengakibatkan lupa,sehingga
informasi menjadi tidak akurat
7.      Waspada
Perawat harus waspada kemungkinan terjadinya reaksi pasien yang tidak diinginkan terhadap obat
yang diberikan.

TEKNIK PEMBERIAN OBAT


Perawat harus memahami tehnik pemberian obat melalui rute-rute yang telah disebutkan di
atas.Teknik pemberian obat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.      Pemberian Obat Per Oral
Pemberian obat per oral merupakan cara paling banyak dipakai,karea ini meurpakan cara yang
paling mudah,murah,aman dan nyaman bagi pasien.Berbagai bentuk obat dapat diberikan secara
oral,baik dalam bentuk tablet,sirup,kapsul atau puyer,untuk membantu absorbsi,maka pemberian
obat per oral dapat disertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.Kelemahan
dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat,sehingga cara ini tidak dapat dipakai
pada keadaan gawat. Obat yang diberikan peroral biasanya membetuhkan waktu 30 sampai 45
menit sebelum diabsorbsi dan efek puncaknya dicapai setelah 1 samapai 1.5 jam. Rasa dan bau obat
yang tidak enak sering mengganggu pasien.Cara per oral tidak dapat dipakai pada pasien yang mual-
mual,muntah,semi koma,pasien yang mengalami pengisapan cairan lambubg serta pada pasien yang
mempunyai gangguan menelan.
Beberapa jenis obat dapat menyebabkan iritasi lambung dan muntah.Untuk mencegah hal ini,obat
dipersiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam lambung,tetapi
menjadi hancur ada suasana netral atau basa di usus.Dalam memberikan obat jenis ini,bungkus
kapsul tidak boleh dibuka,obat ini tidak boleh dikunyah dan pasien diberitahu untuk tidak minum
antasida atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah makan.Apabila obat dikemas dalam bentuk
sirup,maka pemberian harus dilaksanakan dengan cara yang paling nyaman,khususnya untuk obat
yang pahit atau rasa rasanya tidak enak.Pasien dapat diberi minuman dingin (es) sebelum minum
sirup tersebut.Sesudah minum sirup pasien dapat minuman atau kembang gula.
Perhatian
Ø  Pengobatan oral tidak diberikan kepada pasien yang muntah,tidak mempunyai reflek muntah
atau dalam keadaan koma.Pasien muntah mungkin memerlukan istirahat beberapa saat sebelum
pemberian obat diteruskan.
Ø  Kapsul Enteric-coated dan Timed-released harus ditelan seutuhnya supaya efektif (tidak boleh
ditumbuk)
Ø  Berikan obat-obatan yang kemungkinan menyebabkan saluran pencernaan bersama-sama makan
untuk mengurangi rasa tidak enak pada saluran pencernaan.
2.      Pemberian Obat Secara Sublingual
Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingualyaitu dengan cara meletakkan obat dibawah
lidah.Meskipun cara ini jarang dilakukan namun perawat harus mampu melakukannya.Dengan cara
ini aksi kerja obat lebih cepat,yaitu setelah hancur dibawah lidah,maka obat segera diabsorbsi
kedalam pembuluh darah.Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalamin
kesakitan.Pasien harus diberitahu untuk tidak menelan obat,karena bila ditelan obat menjadi tidak
aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Pasien harus diberitahu untuk tidak
menalan obat,karena bila ditelan obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan
lambung dibawah lidah.Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin,yaitu oabta
vasodilatator yang digunakan untuk mengatasi nyeri pada angina pectoris.Cara kerja pemberian obat
sublingual tidak berbeda dengan cara oral,hanya bedanya,kalau per oral obat ditelan,sedang secara
sublingual obat ditaruh dibawah lidah sampai hancur dan terserap.
3.      Pemberian Obat Secara Bukal
Dalam pemberian obat secara bukal,obat diletakkan antara gigi dengan selaput lender pada pipi
bagian dalam. Seperti pada pemberian sublingual,pasien dianjurkan membiarkan obat sampai
hancur pada selaput lender pipi bagian dalam dan habis diabsorsi.Cara kerja pemberian obat secara
bukal juga berbeda dengan secara oral dan sublingual.Perbedaannya terletak pada penempatan
obat,yaitu antara gigi dengan selaput lender pipi bagian dalam.Obat dibiarkan sampai hancur dan
habis terserap.
4.      Pemberian Obat Secara Parenteral
Istilah parenteral mempunyai arti setiap jalur pemberian obat selain melalui enteral atau saluran
pencernaan. Lazimnya istilah parenteral dikaitkan dengan pemberian obat secara injeksi,baik
intradermal.intramuscular,intravena atau subkutan. Pemberian obat secara perenteral mempunyai
aksi kerja lebih cepat disbanding dengan secara oral.Namun pemberian secara perenteral memiliki
berbagai resiko,antara lain merusak kulit,nyeri dan lebih mahal. Demi keamanan pasien,perawat
harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang cara pemberian obat secara parenteral
termasuk cara menyiapkan,memberikan dan menggunakan teknik steril.Dalam memberikan obat
secara perenteral,perawat harus mengetahui dan dapat menyiapkan peralatan yang
benar,yaitu:spuit,dan jarum serta vial/ampul.Menurut bentuknya spuit memiliki tiga bagian yaitu
bagian ujung yang berkaitan dengan jarum,bagian tabung dan bagian pendorong.Dilihat dari jenis
bahannya,spuit terbentuk dari kaca dan plastic.Ditinjau dari penggunaannya spuit dibedakan
menjadi tiga,yaitu spuit standart hipodermik,spuit insulin dan spuit tuberculin. Jarum mempunyai
ukuran panjang 1,27 sampai 12,7 cm,besar jarum dinyatakan dalam satuan gauge antar nomor 14
sampai 28 gauge. Semakin besar ukuran gaugenya semakin kecil diameternya.Penggunaan ukuran
jarum disesuaikan dengan keadaan pasien yang meliputi umur,gemuk/kurus,jalur yang akan dipaki
dan obat yang akan dimasukkan.Cairan obat untuk pemberian secara perenteral,biasanya dikemas
dalam vial atau ampul.Ampul terbuat dari bahan gelas dan lehernya dapat dipatahkan.

ADA EMPAT CARA PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL YAITU:


a.      Intrakutan
Pengertian
Memberikan obat melalui suntikan ke dalam jaringan kulit yang dilakukan pada lengan bawah bagian
dalam atau tempat lain yang dianggap perlu.
Tujuan
Ø  Melaksanakan uji coba obat tertentu (misalnya skin test penicillin)
Ø  Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya dilakukan dengan cara suntikan intrakutan
Ø  Membantu menentukan diagnose terhadap penyakit tertentu (misalnya Tuberkulin Test)
b.      Subkutan
Memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dilakukan pada lengan atas sebelah luar,pada
bagian luar daerah dada dan tempat lain dianggap perlu
c.       Intramuskular
Memberikan obat melalui suntikan kedalam jaringan otot,dilakukan pada pangkal lengan,otot paha
bagian luar(yaitu 1/3 tengah paha sebelah luar)atau pada bokong (1/3 bagian dari spina iliaca
anterior superior atau sias)
d.      Intravena
Memberikan obat melalui suntikan kedalam pembuluh darah vena yang dilakukan pada vena
anggota gerak.

5.      Pemberian obat secara topical.


Selain dikemas dalam bentuk diminum atau diinjeksikan,berbagai jenis obat dikemas dalam bentuk
obat luar seperti lotion,liniment,ointment,pasta dan bubuk yang biasanya dipakai untuk pengobatan
gangguan dermatologis,misalnya gatal-gatal,kulit kering,infeksi dan lain-lain. Obat topical juga
dikemas dalam bentuk tetes (instilasi)yang dipakai untuk tetes mata,telinga dan hidung serta dalam
bentuk irigasi baik mata,telinga,hidung serta dalam bentuk irigasi baik mata,telinga,hidung,vagina
maupun rectum.
a.      Pemberian obat melalui kulit
Obat dapat diberikan melalui kulit dengan cara digosokkan,ditepukkan,disemprotkan,dioleskan dan
ionforesis (pemberian dengan listrik).Prinsip kerja pemberian obat melalui kulit adalah sebagai
berikut:
Ø  Gunakan teknik steril bila ada luka di kulit
Ø  Bersihkan kulit sebelum memberikan obat (bahan pembersih ditentukan oleh dokter)
Ø  Ambil obat kulit dari tempatnya dengan batang spatel lidah dan bukan dengan tangan
Ø  Bila obat perlu digosok,gunakan tekanan dengan aplikator
Ø  Bila digunakan kompres atau kapas lembab,maka pelembab harus steril.
b.      Irigasi dan instilasi mata
Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantong konjungtiva mata.Berbagai bentuk spuit
tersedia khusus untuk melakukan irigasi mata,tetapi bila tidak ada dapat digunakan spuit biasa
ukuran besar.
c.       Instilasi hidung
d.      Irigasi dan instilasi telinga

e.       Irigasi dan instilasi vagina


Irigasi vagina merupakan prosedur membersihkan vagina dengan aliran air yang pelan.Tindakan ini
dilakukan terutama untuk memasukkan larutan antimikroba guna mencegah pertumbuhan
mikroorganisme penyebab infeksi,mengeluarkan kotoran dalam vagina dan mencegah pendarahan
(dengan cairan dingin  atau hangat)dan mengurangi peradangan.Instilasi vagina dilakukan untuk
berbagai tujuan antara lain untuk mengobati infeksi atau menghilangkan rasa nyeri maupun gatal-
gatal pada vagina.Obat yang dimasukkan vagina dikemas dalam bentuk misalnya cream,jelly,foam
atau supositoria.

6.      Pemberian Obat Per Rektal (Supositoria)


Obat dapat diberikan melalui rektal.Obat dalam bentuk cairan yang banyak diberikan melalui rektal
yang sering disebut enema.Obat dalam bentuk kapsul yang besar dan panjang juga dikemas untuk
diberikan melalui anus.
Ada beberapa keuntungan penggunaan obat melalui anus,anatar lain:
a.       Supositoria tidak menyebabkan iritasi pada pencernaan bagian atas
b.      Beberapa obat tertentu dapat diabsorbsi dengan baik melalui dinding permukaan rectum
c.       Supositoria retak diperkirakan mempunyai tingkatan (titrasi)aliran pembuluh darah yang
benar,karena pembuluh vena pada rectum tidak ditransportasikan melalui liver.
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh peraat dalam memberikan obat dalam bentuk
enema atau supositoria,antara lain:
a.       Untuk mencegah peristaltic,lakukan enema retansi secara pelan dengan cairan sedikit (tidak
lebih dari 120 ml) dan gunakan rektal tube kecil.
b.      Selama enema berlangsung,anjurkan pasien berbaring miring ke kiri dan bernafas melalui
mulut untuk merilekssikan spingter.
c.       Refensi enema dilakukan setelah pasien BAB
d.      Anjurkan pasien untuk berbaring terlentang selama 30 mnt setelah pemberian enema.
e.       Obat supositoria harus disimpan dalam lemari es,karena obat akan meleleh apad suhu kamar.
f.       Gunakan pelindung jari atau sarung tangan.Gunakan jari telunjuk untuk pasien dewasa dan jari
manis pada pasien bayi.Anjurkan pasien berbaring ke kiri dan bernafas melalui mulut agar spingter
rileks,pelan-pelan dorong supositoria ke dalam
g.      Anjurkan pasien tetap miring ke kiri selama 20 menit setelah obat masuk.
h.      Bila diperlukan,beritahu pasien cara mengerjakan sendiri atau memasukkan supositoria.

• Prinsip terapi

• Obat yang paling sering digunakan


1. gol. Antipiretik
2. analgetik
3. anti spasmodik
4. anti tukak
5. pencahar
6. antidiare
7. antihipertensi
8. obat2an saluran pencernaan

• Cara menilai keamanan obat

• Fase I : pengujian obat untuk pertama kali pada manusia, yg diteliti : keamanan obat. (di uji
pada hewan coba)
• Fase II : pengujian obat utk pertama kali pd sekelompok kecil penderita, tujuan : melihat
efek farmakologik. Bisa dilakukan secara komparatif dg obat sejenis ataupun plasebo.jml
100-200 og
• Fase III : Memastikan obat benar2 berkhasiat, dibandingkan dg plasebo, obat sama tp dosis
beda, obat lain indikasi sama. Min 500 org
• Fase IV : Post Marketing Drug Surveillance, tujuan menentukan pola penggunaan obat di
masy, efektivitas dan keamanannya.

Aspek hukum dan peran perawat dalam pengobatan


 Aspek hukum pengobatan
 Peran perawat dalam pengobatan.

DOSIS

Paracetamol
à dosis terapi : analgesik antipiretik
à dosis tinggi à kanker hati
Viagra
à dosis terapi : erectogenic
à dosis tinggi : permanent blindness
Morphine
à dosis terapi : analgesik kuat
à dosis tinggi : depresi pernafasan
Air (H2O) :
à 1 gelas : tdk apa apa
à 1 galon : lambung pecah

Anda mungkin juga menyukai