Ruang lingkup
Pengertian Farmakologi
Adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat
kimiawi, fisika, kegiatan fisiologi, dan nasibnya dalam organisme hidup
Biological availability (ketersediaan hayati) : prosentasi obat yang diresorpsi tubuh dari
suatu dosis yang diberikan dan tersedia untuk melakukan efek terapetiknya.
Therapeutical equivalent (kesetaraan terapeutik) : syarat yang harus dipenuhi oleh suatu
obat yang meliputi kecepatan melarut dan jumlah kadar zat yang berkhasiat yang harus
dicapai dalam darah /BE
Bioassay : cara menentukan aktivitas obat dengan menggunakan hewan percobaan seperti
kelinci, tikus, dll
Farmakokinetik : segala proses yang dilakukan tubuh terhadap obat berupa absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi.
Farmakodinamik : mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan
mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terafi yang ditimbulkan.
Toksikologi : pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh.
Farmakoterapi : mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya.
Phytoterapi : menggunakan zat-zat dari tanaman untuk mengobati penyakit.
Farmakologi klinik : cabang farmakologi yang mempelajari efek obat pada manusia.
• Obat jadi :
sediaan / paduan bahan yg siap digunakan untuk mempengaruhi / menyelidiki sistem
fisiologi / keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan & kontrasepsi.
(Permenkes no.917/menkes/per/X/tentang wajib daftar obat jadi).
• Obat Generik : obat dengan nama resmi yg ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau INN
(International Non-Proprietary Name) untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
• Obat Patent/Spesialite : obat jadi dengan nama dagang yg terdaftar atas nama si pembuat
atau yg dikuasakannya & dijual dg bungkus asli dari pabrik yg memproduksinya.
• WHO → daftar obat dg nama resmi → official/generic name
• Cont:
Penggolongan obat
Obat farmakodinamis,
bekerja terhadap host dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses
fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika, hipnotika,
obat otonom
Obat kemoterapeutis,
dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh host. Hendaknya obat ini
memiliki kegiatan farmakodinamis yang sekecil-kecilnya terhadap host, contoh :
antibiotik, antijamur, obat-obat neoplasma (onkolitik, sitostatik)
Obat diagnostik
merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit),
misalnya BaSO4 digunakan untuk diagnosis penyakit saluran pencernaan, Na
propanoat dan asam iod organik untuk sal empedu
1. Obat bebas
2. Obat bebas terbatas
3. Obat keras
4. Obat wajib apotek
5. Obat narkotika
6. Obat psikotropika
1) Obat Bebas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi
lingkaran berwarna hitam. Obat bebas umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok,
beberapa analgetikantipiretik, dan beberapa antasida. Obat golongan ini dapat dibeli bebas di
Apotek, toko obat, toko kelontong, warung.
2) Obat Bebas Terbatas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan tepi
lingkaran berwarna hitam. Obat-obat yang umunya masuk ke dalam golongan ini antara lain obat
batuk, obat influenza, obat penghilang rasa sakit dan penurun panas pada saat demam (analgetik-
antipiretik), beberapa suplemen vitamin dan mineral, dan obat-obat antiseptika, obat tetes mata
untuk iritasi ringan. Obat golongan ini hanya dapat dibeli di Apotek dan toko obat berizin.
3) Obat Keras, merupakan obat yang pada kemasannya ditandai dengan lingkaran yang didalamnya
terdapat huruf K berwarna merah yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam. Obat keras
merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Obat-obat yang umumnya masuk
ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, obat darah tinggi/hipertensi, obat darah
rendah/antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, dan beberapa obat ulkus lambung. Obat
golongan ini hanya dapat diperoleh di Apotek dengan resep dokter.
4. Obat Narkotika, merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan (UURI No. 22 Th 1997 tentang Narkotika). Obat ini pada kemasannya ditandai
dengan lingkaran yang didalamnya terdapat palang (+) berwarna merah. Obat Narkotika bersifat
adiksi dan penggunaannya diawasi dengan ketet, sehingga obat golongan narkotika hanya diperoleh
di Apotek dengan resep dokter asli (tidak dapat menggunakan kopi resep). Contoh dari obat
narkotika antara lain: opium, coca, ganja/marijuana, morfin, heroin, dan lain sebagainya. Dalam
bidang kesehatan, obatobat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan
analgetik/obat penghilang rasa sakit.
• Farmakokinetik
Farmakokinetik merupakan sebuah proses atau perjalanan suatu obat di dalam tubuh organisme
berupa absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan ekskresi.
1) Absorpsi
Absorpsi merupakan proses penyerapan zat aktif obat oleh tubuh. Proses absorpsi ini sangat
penting dalam menentukan efek obat. Hanya zat aktif yang berada dalam keadaan larut yang
dapat diabsorpsi oleh tubuh. Setelah zat aktif terlarut dalam pencernaan, zat tersebut selanjutnya
akan di absorpsi melalui usus dan kemudian memasuki pembuluh darah. Terdapat banyak
mekanisme absorpsi obat melalui usus, anatara lain filtrasi, difusi pasif, transpor aktif, transpor,
difusi terfasilitasi, dan pinositosis (transfer pasangan ion). Sebagian besar obat diabsorpsi
menggunakan mekanisme difusi pasif. Semua bentuk sediaan obat mengalami tahap absorpsi
kecuali obat yang digunakan secara intravena karena obat langsung disuntikkan ke pembuluh
darah sehingga obat tidak melalui tahap liberasi dan absorpsi. Efek yang diberikan obat intravena
pun lebih cepat muncul. Proses absorpsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor:
Kelarutan obat
Kemampuan berdifusi melalui membran sel
Sirkulasi pada letak absorpsi
Konsentrasi obat
Cara pemakaian obat
Bentuk sediaan obat
Luas permukaan kontak obat
2) Distribusi
Proses penyaluran atau penyebaraan obat melalui pembuluh darah. Setelah berada di dalam
pembuluh darah obat akan di sebarkan ke seluruh tubuh bersama aliran darah. Selanjutnya obat
akan memasuki orga-organ tubuh. Pada tahap inilah obat mencapai tempat kerjanya dan dapat
memberikan efek yang diharapkan.
Beberapa senyawa obat melintasi plasenta atau tali pusat sehingga penggunaan obat-obatan
pada ibu hamil perlu dipertimbangkan karena kemungkinan akan menimbulkan efek berbahaya
pada janin. Bahkan dapat menimbulkan efek toksis yang berakibat kelahiran bayi cacat atau mati.
Untuk penggunaan obat pada ibu hamil perlu bukti klinis yang menyatakan efektivitas obat tidak
membahayakan pada janin.
3) Metabolisme
Proses detoksifikasi obat oleh tubuh. Di dalam tubuh obat dianggap sebagai benda asing karena
secara normal kandungan senyawa obat tidak terdapat di dalam tubuh. Proses detoksifikasi obat
perlu dilakukan oleh tubuh guna menurunkan kadar toksik/racun. Tubuh suatu organisme telah
memiliki mekanisme alamiah untuk melakukan proses tersebut. Sebagian besar obat
didetoksifikasi di hati oleh enzim-enzim mikrosomal hati. Proses tersebut menghasilkan senyawa
dengan sifat toksik lebih rendah sehingga tidak terlalu beracun bagi tubuh organisme.
Beberapa kelompok obat masih tetap dalam bentuk aktif setelah didetoksifikasi hati sehingga
memberikan efek yang diharapkan. Namun ada pula kelompok obat yang sudah tidak aktif lagi
setelah didetoksifikasi hati. Untuk kelompok obat tersebut, pemberiannya secara intravena
(disuntikkan ke pembuluh darah) guna menghindari proses detoksifikasi hati. obat tersebut akan
langsung tersebar ke seluruh tubuh bersama aliran darah, baru kemudian mengalami
detoksifikasi hati menjadi bentuk tidak aktif.
Untuk pemberian secara oral, obat akan memasuki hati terlebih dahulu karena pembuluh darah
yang berasal dari usus akan menuju ke hati, baru tersebar ke seluruh tubuh. Tahap ini
menyebabkan obat mengalami detoksifikasi terlebih dahulu sebelum mencapai tempat kerjanya.
Jika terjadi demikian obat tidak memberikan efek maksimal karena sebagian kecil atau besar obat
sudah berada dalam bentuk tidak aktif.
4) Ekskresi
merupakan proses pengeluaran obat dari tubuh organisme terutama dilakukan oleh ginjal
melalui urine. Selain organ ginjal obat diekskresikan lewat kulit (keringat), pernapasan (udara),
kelenjar payudara (air susu), mata (air mata), dan saluran pencernaan (feses). Obat akan
dikeluarkan dalam bentuk metabolit (bentuk asalnya).
• farmakodinamik.
Farmakodinamik bersama farmakokinetik memiliki hubungan yang erat dari ruang lingkup
farmakologi. Penjelasan mengenai farmakodinamik lebih pada mekanisme kerja dan pengaruh
atau efek obat pada tubuh baik efek fisiologi maupun efek biokimia. Sedangkan farmakokinetik
lebih menjelaskan pada suatu proses atau perjalanan obat di dalam tubuh organisme. Keduanya
merupakan subdisiplin dari farmakologi.
Mekasnisme kerja obat dipengaruhi oleh reseptor, enzim, dan hormon. Dalam farmakodinamik sangat
penting mempelajari mekanisme kerja suatu obat guna meneliti efek yang ditimbulkan obat pada
sistem tubuh, mengetahui interaksi obat dalam sel, dan untuk mengetahui tahapan kerja obat
serta mengetahui spektrum efek dan respon yang terjadi. Pengetahuan mengenai hal ini
merupakan dasar terapi rasional dan sangat berguna dalam sintesis obat baru.
Farmakodinamik sering disebut dengan aksi atau efek obat. Efek obat umumnya timbul dari
interaksi yang terjadi antara obat dan reseptor pada sel suatu organisme. Interakasi ini
mengakibatkan perubahan fisiologi dan biokimia yang merupakan respon khas tubuh terhadap
obat itu. Hal ini dapat digambarkan saat seseorang menkonsumsi suatu obat. Maka tubuh akan
memberikan respon pada kerja obat. Dengan kata lain obat memberikan efek pada tubuh si
penerimanya. Seperti peristiwa yang terjadi pada kadar gula darah dan suhu tubuh yang menurun.
1) Mekanisme Kerja Obat Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel
suatu organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan
fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat tersebut. Reseptor obat merupakan komponen
makromolekul fungsional yang mencakup 2 konsep penting. Pertama, bahwa obat dapat mengubah
kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi
hanya memodulasi fungsi yang sudah ada. Walaupun tidak berlaku bagi terapi gen, secara umum
konsep ini masih berlaku sampai sekarang. Setiap komponen makromolekul fungsional dapat
berperan sebagai 8 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id reseptor obat, tetapi sekelompok reseptor
obat tertentu juga berperan sebagai reseptor yang ligand endogen (hormon, neurotransmitor).
Substansi yang efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis. Sebaliknya, senyawa yang
tidak mempunyai aktivitas intrinsik tetapi menghambat secara kompetitif efek suatu agonis di
tempat ikatan agonis (agonist binding site) disebut antagonis.
2) Reseptor Obat Struktur kimia suatu obat berhubunga dengan afinitasnya terhadap reseptor dan
aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan
stereoisomer, dapat menimbulkan perubahan besar dalam sidat farmakologinya. Pengetahuan
mengenai hubungan struktur aktivitas bermanfaat dalam strategi pengembangan obat baru, sintesis
obat yang rasio terapinya lebih baik, atau sintesis obat yang selektif terhadap jaringan tertentu.
Dalam keadaan tertentu, molekul reseptor berinteraksi secara erat dengan protein seluler lain
membentuk sistem reseptor-efektor sebelum menimbulkan respons.
3) Transmisi Sinyal Biologis Penghantaran sinyal biologis ialah proses yang menyebabkan suatu
substansi ekstraseluler (extracellular chemical messenger) menimbulkan suatu respons seluler
fisiologis yang spesifik. Sistem hantaran ini dimulai dengan pendudukan reseptor yang terdapat di
membran sel atau di dalam sitoplasmaoleh transmitor. Kebanyakan messenger ini bersifat polar.
Contoh, transmitor untuk reseptor yang terdapat di membran sel ialah katekolamin, TRH, LH.
Sedangkan untuk reseptor yang terdapat dalam sitoplasma ialah steroid (adrenal dan gonadal),
tiroksin, vit. D.
4) Interaksi Obat-Reseptor Ikatan antara obat dan reseptor misalnya ikatan substrat dengan enzim,
biasanya merupakan ikatan lemah (ikatan ion, hidrogen, hidrofobik, van der Waals), dan jarang
berupa ikatan kovalen. 9 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id
6) Kerja Obat yang tidak Diperantarai Reseptor Dalam menimbulkan efek, obat tertentu tidak
berikatan dengan reseptor. Obat-obat ini mungkin mengubah sifat cairan tubuh, berinteraksi dengan
ion atau molekul kecil, atau masuk ke komponen sel.
7) Efek Obat Efek obat yaitu perubahan fungsi struktur (organ)/proses/tingkah laku organisme hidup
akibat kerja obat.
• Faktor yang mempengaruhi efek obat
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efek obat
1. obat
b. dosis obat
c. cara pakai
d. waktu pemakaian
f. cara penyimpanan
2. Psien
a. umur
b. keadaan penderita
c. jenis kelamin
d. genetik
e. dsb
Efek yang timbul akibat pemberian dosis yang berlebih (dosis tinggi)
Efek idiosinkrasi
Suatu obat memberikan efek yang berlainan dengan efek normal/utamanya karena adanya kelainan
genetik pada pasiennya.
Efek adiksi timbul akibat pemakaian obat berulang secara terus menerus, sehingga kalau terjadi
pemutusan obat maka pasien tidak akan dapat hidup normal (mempengaruhi mental dan fisik).
Mis. Obat-obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi
Efek toleransi
Terjadinya penurunan kepekaan tubuh terhadap obat karena pemakaian obat tersebut secara
berulang (waktu lama) sehingga untuk selanjutnya diperlukan dosis yang lebih besar
· Toleransi sekunder (pemakaian obat dalam jangka waktu lama), sehingga sudah menjadi
kebiasaan bagi orang tersebut untuk memakan obat tertentu.
· Toleransi silang (terjadi pada obat yang mempunyai struktur kimia yang hampir sama)
Mis. Obat-obat penyembuhan TBC, karena terjadinya adaptasi dari mikroba dengan cara mengubah
sistem enzim pada mikroba tersebut yang dapat mengubah/menguraikan AB tersebut.
Efek resistensi
Terjadi ketidak mampuan obat untuk membunuh kuman yang disebabkan karena meningkatnya
sistem pertahanan dari kuman tersebut untuk melawan kerja dari obat anti kuman (AB).
• Dasar-dasar toksikologi
• I. PENGERTIAN DAN DEFINISI TOKSIKOLOGI
• Toksikologi merupakan ilmu atau pemahaman tentang pengaruh berbagai
macam zat-zat kimia yang merugikan bagi kelangsungan hidup makhluk
hidup. Toksikologi menurut para ahli kimia merupakan ilmu yang bersangkut
paut dengan berbagai macam efek dan mekanisme kerja yang dapat
merugikan dari agen kimia terhadap binatang dan manusia. Toksikologi
menurut para ahli farmakologi adalah cabang dari farmakologi yang
berhubungan dengan efek samping zat kimia di dalam sistem biologik. Dalam
toksikologi terdapat unsur – unsur yang saling berinteraksi antara satu
dengan yang lain dengan suatu cara tertentu sehingga dapat menimbulkan
suatu respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan kerusakan
terhadap sistem biologi tersebut. Toksikologi merupakan ilmu yang lebih dulu
berkembang dari Farmakologi. Pengertian dan definisi Toksikologi
diantaranya sebagai berikut:
• 1. Istilah Toksikologi awalnya berasal dari bahasa latin yaitu “toxon” yang
artinya racun, sedangkan ilmu pengetahuan dikenal dengan kata “logos”.
Kombinasi arti ini terbitlah bidang ilmu yang diketahui umum
sebagai Toksikologi, dan dalam bahasa inggris disebut Toxicology. Secara
etimology Toksikologi terbagi dari dua kata diatas dan didefinisikan sebagai
ilmu tentang racun. Toksikologi juga didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari efek-efek merugikan dari suatu zat. (Nelwan, 2010.)
• 2. Ilmu yang mempelajari tentang efek negative atau efek racun dari bahan
kimia dan material lain hasil kegiatan manusia terhadap organisme termasuk
bagaimana bahan tersebut masuk kedalam organisme. (Rand, GM and
Petrocelli, S.R. 1985. Fundamentals of Aquatic Toxicity : Methods and
Aplication, Hempsphere Public Corporation)
• 3. Ilmu yang mempelajari tentang efek membahayakan dari suatu
persenyawaan terhadap organisme hidup, terutama manusia
• 4. Ilmu yang mempelajari racun, berikut asal, efek, deteksi dan metode
pengolahannya. (Dictionary of Stientific and Technical Terms, McGraw Hill,
1984).
• 5. Toksikologi adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman
mekanisme efek beracun yang dihasilkan bahan kimia pada jaringan hidup
atau organisme; studi tentang kondisi (termasuk dosis) di mana paparan
bahan kimia pada makhluk hidup berbahaya.
• 6. Toksikologi didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme
efek toksik berbagai bahan terhadap mahluk hidup dan sistem biologik
lainnya.
• 7. Toksikologi adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat sifat
dan cara kerja racun. Ilmu ini membutuhkan disiplin lain untuk
memahaminya. Cabang cabang ilmu biologi, kimia, biokimia, farmakologi,
fisiologi dan patologi adalah ilmu ilmu yang sangat menunjang dalam
mempelajari atau mendalami toksikologi.
• Para ahli toksikologi (Toxicologist), dengan tujuan dan metoda tertentu
tugasnya adalah mencari/mempelajari bagaimana bekerjanya (Harmful
action) bahan bahan kimia (beracun) pada jaringan atau tubuh.
• Sementara Racun sendiri mempunyai dua pengertian, yaitu :
• a. Menurut Taylor, Racun adalah Setiap bahan/zat yang dalam jumlah
tertentu bila masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimia yang
menyebabkan penyakit dan kematian.
• b. Menurut pengertian yang dianut sekarang, Racun adalah Suatu zat yang
bekerja pada tubuh secara kimia dan fisiologis yang dalam dosis toksik selalu
menyebabkan gangguan fungsi dan mengakibatkan penyakit dan kematian.
•
• II. RUANG LINGKUP TOKSIKOLOGI
• Sesungguhnya toksikologi merupakan perpaduan berbagai ilmu sehingga
untuk mempelajarinya harus dibekali dengan ilmu-ilmu yang lain. (Nelwan,
2010.)
• Dasar pembagian ruang lingkup pokok kajian toksikologi adalah cara
pemejanan dan pokok atau masalah yang dikaji. Cara pemejanan dibagi atas
pemejanan yang disengaja dan pemejanan yang tidak disengaja, sedangkan
pokok masalah yang dikaji dibedakan berdasarkan bidang yang dikaji dalam
toksikologi secara umum, seperti masalah lingkungan, ekonomi dan
kehakiman/forensik
• a. Toksikologi Lingkungan
• Merupakan cabang toksikologi yang menguraikan pemejanan yang tidak di
sengaja pada jaringan biologi (lebih khusus pada manusia) dengan senyawa
kimia yang pada dasarnya merupakan pencemaran lingkungan, makanan
atau air. Pada prinsipnya, toksikologi lingkungan mengkaji tentang keracunan
yang terjadi secara tidak sengaja seperti keracunan akibat makan ikan yang
berasal dari teluk minamata jepang dan mengakibatkan penyakit minamata
keracunan gas akibat aktifitas gunung berapi dan masih banyak contoh
lainnya. Tujuan dari pada toksikologi lingkungan adalah : mengurangi
perlunya mencari substansi yang aman, yang berarti harus mengetahui
mekanisme bagaiman racun menyerang organisme, mencegah terjadinya
efek tang tidak di kehendaki dari racun terhadap organisme dan kualitas
lingkungan dapat membuat criteria dasar untuk standarisasi kualitas
lingkungan dapat memperbaiki cara pengolahan karena mengetahui
mekanisme terjadinya efek dan keracunan.
•
• b. Toksikologi Ekonomi
• Merupakan cabang toksikologi yang menguraikan pengaruh berbahaya zat
kimia, yang dengan segaja dipejankan pada jaringan biologi dengan maksud
untuk mencapai pengaruh atau efek khas, seperti : obat, zat tambahan
makanan dan peptisida. Pada bidang ini, keracunan bisa terjadi karena efek
samping obat atau berbagai gejala buruk yang muncul akibat adanya
kandungan formalin dalam produk mie instan dan lain sebagainya, dimana
pemejanan obat atau makanan tadi memang sengaja dilakukan untuk tujuan
penyembuhan penyakit dan sebagai bahan makanan.
• c. Toksikologi Kehakiman/Forensik
• Merupakan cabang toksikologi yang mengkaji aspek medis dan aspek hukum
atas pengaruh berbahaya zat kimia pada manusia. Pada bidang kajian ini,
masukknya senyawa kimia bisa terjadi karena kesengajaan untuk tujuan
pembunuhan atau secara tidak sengaja akibat kelalaian manusia. Akan
tetapi, yang jelas peristiwa keracunan yang terjadi menimbukan suatu
masalah, dimana masalah tersebut harus diselesaikan secara hukum di
pengadilan. Kerja utama dari toksikologi forensik adalah melakukan analisis
kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan menerjemahkan
temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang
terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak
kriminal (forensik) di pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan
analisisnya ini akan dimuat ke dalam suatu laporan yang sesuai dengan
hukum dan perundangan-undangan. Menurut Hukum Acara Pidana (KUHAP),
laporan ini dapat disebut dengan ”Surat Keterangan Ahli” atau”Surat
Keterangan”.
• Belakangan ini berkembang di bidang ilmu lingkungan, problem pencemaran
lingkungan hidup akan berbicara aspek toksikologi, misalnya seberapa besar
kualitas dan kuantitas bahan kimia merusak ataupun terpenetrasi pada
organisme sehingga terjadi ketidakseimbangan lingkungan bahkan
mematikan organisme tertentu, sebab dengan pengetahuan ini kita dapat
menentukan secara kuantitatif toksikan bagi manusia. (Nelwan, 2010.)
•
• III. TOKSIKOLOGI ALAMI
• Merupakan suatu ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan
dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret,
2000). Ilmu ini membahas sumber bahan toksik, transpornya, degradasi dan
biokonsentrasinya di lingkungan serta pengaruhnya terhadap manusia.
• Berikut ini beberapa definisi toksikologi alami:
• 1. Ilmu yang mempelajari semua substansi yan digunakan, dibuat atau hasil
dari suatu formulasi dan produk sampingan dari industri yang masuk ke
lingkungan dan mempunyai kemampuan untuk menimbulkan pengaruh
negatif bagi manusia. ( NIOSH : The National Institute for Occupational Safety
& Health )
• 2. Studi mengenai asal, properti, efek dan deteksi bahan racun di dalam
lingkungan dan segala spesies yang berada di lingkungan, termasuk
manusia. ( John H. Duffus & Howard G.K. Worth, dalam “Fundamental
Toxicology for Chemist, The Royal Society of Chemistry Publisher.)
• 3. Ilmu pengetahuan mengenai kerja senyawa kimia yang merugikan
terhadap organisme hidup sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan
yang memberikan efek toksik atau merugikan terhadap manusia,
menyebabkan perubahan biosfer dan lingkungan luar serta membebani
lingkungan secara fisik. (E.J. Ariens, E. Mutschler, A.M. Simonis, “ Pengantar
Toksikologi Umum”. 1994).
• 4. Ilmu yang mempelajari tentang racu/bahan berbahaya dan efeknya
terhadap lingkungan, termasuk masalah-masalah yang terkait. (Merry-
Webster Dictionary On-Line)
• 5. Pembahasan khusus toksikologi terhadap bahan buangan berbahaya
yang masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan hidup yang diduga dapat
menimbulkan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia (Drs. Heryando
Palar, 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat).
• 6. Studi/kajian tentang alam, efek dan penemuan bahan beracun (toksik)
dalam lingkungan dan berhubungan dengan lingkungan yang terpapar,
termasuk manusia.
• a. Pemahaman toksikologi yang berhubungan dengan lingkungan. Konsep
dasarnya berhubungan hubungan dosis-respon, absorpsi bahan toksik,
distribusi dan penyimpanan bahan toksik, biotransformasi dan eliminasi
bahan toksik, target organ tubuh yan terkena bahan toksik, teratogenik,
mutagenesis, karsinogenesis dan nilai resiko yag ditimbulkan oleh bahan
toksik.
• b. Pemahaman tentang dinamika kimiawi dari kontaminan dalam lingkungan
termasuk di dalamnya dalah ”fate” dan transport. Studi ini akan mempelajari
tentang bagaimana bahan toksik diuji dan peraturan yang berlaku. ( Greg
Moller )
• Ahli toksikologi lingkungan mengintegrasikan pengetahuan tentang
kemungkinan efek beracun pada organisme dengan pengetahuan tentang
kelakuan zat di dalam lingkungan dan juga dengan pengetahuan tentang
akibat yang dapat terjadi dari efek tertentu suatu zat pada satu atau lebih
macam organisme untuk dapat berfungsinya secara integral suatu kehidupan
bermasyarakat. Ahli toksikologi lingkungan mempunyai tugas menilai risiko
dan meramalkan dalam sistem yang kompleks; kelakuan zat dalam
lingkungan sering tidak jelas dan kita berhadapan dengan banyaknya bentuk
kehidupan dan proses yang rumit.
• Keadaan senyawa atau zat polutan di lingkungan dalam hal ini adalah
pencemaran, baik pencemaran udara, pencemaran tanah maupun
pencemaran Air sudah sangat memprihatinkan utamanya di indonesia karena
sebagian besar zat-zat tersebut berada di lingkungan sudah melebihi Nilai
Batas Normal. Dalam keadaan ini,apabila dari pihak pemerintah sendiri
maupun dari mayarakat belum mengambil langkah pencegahan dan
penanggulangan terhdap zat cemaran tersebut tentunya akan mempengaruhi
keadaan lingkungan tersebut
HAI... GUYS buat para perawat, bidan dan semua institusi kesehatan bikin pasienmu nyaman dan
aman ya... ini gue ada cara PRINSIP DAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT monggo lang ditingali
Respon farmakologik terhadap suatu obat bersifat kompleks.Perawat harus ingat jumlah dan
macam-macam factor yang mempengaruhi respon individu terhadap suatu obat.Beberapa factor
yang mempengaruhi reaksi obat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Absorpsi
2. Distribusi
3. Metabolisme atau biotransformasi
4. Ekskresi
5. Usia
6. Berat badan
7. Toksisitas
8. Farmakogenetik
9. Rute pemberian
10. Saat pemberian
11. Faktor emosional
12. Adanya penyakit
13. Riwayat obat
14. Toleransi
15. Efek penumpukan
16. Interaksi obat-obat
Dalam hal ini perawat harus berpegang pada Prinsip Enam Tepat dan
1 W,yaitu:
1. Tepat pasien
Hal ini dapat dipastikan dengan memeriksa gelang identitas pasien dan atau meminta pasien
menyebut namanya sendiri
2. Tepat Obat
Obat yang benar ,pasien menerima obat yang telah diresepkan.Bagi pasien yang dirawat di
RS,perintah pengobatan harus ditulis pada lembar instruksi dokter dan ditandatangani oleh dokter
yang bersangkutan.Perintah pengobatan melalui telepon harus ditandatangani oleh dokter yang
bersangukatan dalam waktu tidaklebih dari 24 jam
3. Tepat Dosis
Dosis yang benar adalah dosis yang diresepkan untuk pasien yang bersangkutan.Dalam kebanyakan
kasus,dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat obat yang
bersangkutan.Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat,dengan
mempertimbangkan veraiabel berikut:tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan
(diminta).Dalam keadaan tertentu,berat badan pasien juga harus di pertimbangkan.Sebelum
menghitung dosis,perawat harus memiliki pengetahuan tentang teknik
penghitungannya.Penghitungan dosis obat harus diperiksa ulang bila didapatkan hasil besar dari
dosis yang ditetapkan.
4. Tepat Waktu
Waktu yang benar adalah saat dimana yang diresepkan harus diberikan.Dosis harian diberikan pada
waktu tertentu dalam sehari,seperti b.i.d (dua kali sehari),t.i.d (tiga kali sehari),q.i.d (empat kali
sehari) atau q6h (setiap 6 jam(,sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan.Jika obat
mempunyai waktu parah(1/2)yang penting,obat diberikan sekali sehari.Obat-obat dengan waku
paruh pendek,diberikan beberapa kali sehari dalam selang waktu tertentu.Beberapa obat diberikan
sebelum makan dan beberapa yang lainnya diberikan sesedah makan.
5. Tepat Rute
Rute yang benar perlu absorbsi yang tepat dan memadai. Rute yang lebih sering adalah per oral
(melalui mulut) untuk cairan,suspense,pil,tablet atau kapsul, sublingual (dibawah lidah),bukal
(antara gigi dan pipi),topical (kulit),inhalasi (semprot),intilasi
(hidung,mata,telinga,rectum,vagina),supositoria (rectum) untuk kapsul khusus rectum,perenteral
(intrakutan,subkutan,intramuscular dan intravena).
6. Tepat Pencatatan
Perawat harus segera mencatat informasi tepat mengenai obat yang telah diberikan.Ini meliputi
nama obat,dosis,rute pemberian,waktu pemberian dan tandatangan perawat.Respon pasien
terhadap pengobatan perlu dicatat.Penundaan pencatatan akan mengakibatkan lupa,sehingga
informasi menjadi tidak akurat
7. Waspada
Perawat harus waspada kemungkinan terjadinya reaksi pasien yang tidak diinginkan terhadap obat
yang diberikan.
• Prinsip terapi
• Fase I : pengujian obat untuk pertama kali pada manusia, yg diteliti : keamanan obat. (di uji
pada hewan coba)
• Fase II : pengujian obat utk pertama kali pd sekelompok kecil penderita, tujuan : melihat
efek farmakologik. Bisa dilakukan secara komparatif dg obat sejenis ataupun plasebo.jml
100-200 og
• Fase III : Memastikan obat benar2 berkhasiat, dibandingkan dg plasebo, obat sama tp dosis
beda, obat lain indikasi sama. Min 500 org
• Fase IV : Post Marketing Drug Surveillance, tujuan menentukan pola penggunaan obat di
masy, efektivitas dan keamanannya.
DOSIS
Paracetamol
à dosis terapi : analgesik antipiretik
à dosis tinggi à kanker hati
Viagra
à dosis terapi : erectogenic
à dosis tinggi : permanent blindness
Morphine
à dosis terapi : analgesik kuat
à dosis tinggi : depresi pernafasan
Air (H2O) :
à 1 gelas : tdk apa apa
à 1 galon : lambung pecah