Anda di halaman 1dari 4

3) 

       Biotransformasi Metabolisme
Biotransformasi metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi
dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih
polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih
mudah diekskresi melalui ginjal. Selain itu, pada umumnya obat menjadi inaktif, sehingga
biotransformasi sangat berperan dalam mengakhiri kerja obat. Tetapi, ada obat yang
metabolitnya sama aktif, lebih aktif, atau tidak toksik. Ada obat yang merupakan calon obat
(prodrug) justru diaktifkan oleh enzim biotransformasi ini. Metabolit aktif akan mengalami
biotransformasi lebih lanjut dan/atau diekskresi sehingga kerjanya berakhir.

Enzim yang berperan dalam biotransformasi obat dapat dibedakan berdasarkan letaknya
dalam sel, yakni enzim mikrosom yang terdapat dalam retikulum endoplasma halus (yang
pada isolasi in vitro membentuk mikrosom), dan enzim non-mikrosom. Kedua macam enzim
metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati, tetapi juga terdapat di sel jaringan lain
misalnya ginjal, paru, epitel, saluran cerna, dan plasma.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a.         Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
b.        Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa dimetabolisme
lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme
baru menjadi aktif (prodrugs).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum
(mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding
usus, ginjal, paru, darah, otak, dan  kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi
polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat
aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah  menjadi lebih aktif, kurang aktif,
atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1.      Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit hepar seperti sirosis.
2.      Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme obat dengan
cepat, sementara yang lain lambat.
3.      Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok, Keadaan stress,
Penyakit lama, Operasi, Cedera

4.      Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs orang tua.
4) Ekskresi Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi
dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya.
Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada obat larut lemak,
kecuali pada ekskresi melalui paru. Ginjal merupakan organ ekskresi yang
terpenting. Ekskresi disini merupakan resultante dari 3 preoses, yakni
filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal, dan rearbsorpsi
pasif di tubuli proksimal dan distal. Ekskresi obat melalui ginjal menurun
pada gangguan fungsi ginjal sehingga dosis perlu diturunkan atau intercal
pemberian diperpanjang. Bersihan kreatinin dapat dijadikan patokan dalam
menyesuaikan dosis atau interval pemberian obat.
Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata, air susu, dan rambut, tetapi
dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat.
Liur dapat digunakan sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar obat tertentu. Rambut
pun dapat digunakan untuk menemukan logam toksik, misalnya arsen, pada kedokteran
forensik.
1. 1. METABOLISME OBAT
2. 2. •Metabolisme obat adalah proses modifikasi biokimia senyawa obat oleh organisme
hidup, pada umumnya dilakukan melalui proses enzimatik.
3. 3. Pengertian •Metabolisme obat adalah proses modifikasi biokimia senyawa obat oleh
organisme hidup, pada umumnya dilakukan melalui proses enzimatik.
4. 4. Metabolisme fase I dan fase II • Reaksi biotransformasi obat diklasifikasikan menjadi
reaksi fungsionalisasi fase I, dan reaksi biosintesis (konjugasi) fase II. • Reaksi fase I
merupakan pemasukan gugus fungsi pada molekul induk, reaksi fase ini biasanya
berakibat pada hilangnya aktivitas farmakologis obat, namun ada juga yang tetap
memperlihatkan berlangsungnya aktivitas atau peningkatan aktivitas.
5. 5. • Reaksi konjugasi fase II menyebabkan pembentukan ikatan kovalen antara gugus
fungsi pada senyawa induk atau metabolit fase I dengan turunan endogen asam
glukoronat, sulfat, glutation, asam-asam amino, atau asetat.
6. 6. Ada 2 reaksi dalam proses metabolisme obat, yaitu: 1. Reaksi perombakan - oksidasi :
alkohol, aldehid, asam dan zat hidrat arang dioksidasi menjadi CO2 dan air. Sistem
enzim oksidatif terpenting di dalam hati adlah cytochrom P 450, yang bertanggung jawab
thd banyaknya reaksi perombakan oksidatif.
7. 7. • - reduksi: mis. Kloralhidrat direduksi menjadi trikloretanol, vit C menjadi
dehidroaskorbat . •- hidrolisa: molekul obat mengikat suatu molekul air dan pecah
menjadi dua bagian mis. Penyabunan ester oleh esterase, gula oleh karbohidrase, dan
asam karboamida oleh amidase.
8. 8. 2. Reaksi penggabungan (konjugasi): molekul obat bergabung dengan suatu molekul
yang terdapat didalam tubuh, sambil mengeluarkan air, misal: • - asetilasi: asam cuka
mengikat gugus amino yg tak dapat dioksidasi • - sulfatasi: asam sulfat mengikat gugus
OH fenolik menjadi ester. • -glukuronidasi: asam glukuronat membentuk glukuronida dgn
cara mengikat gugus OH. • - metilasi; molekul obat bergabung dengan gugus CH3, misal
nikotinamid dan adrenalin menjadi derivat metilnya
9. 9. Faktor yang mempengaruhi kecepatan biotransformasi obat 1. Konsentrasi Kecepatan
biotransformasi akan bertambah bila konsentrasi obat meningkat. Hal ini berlaku sampai
titik dimana konsentrasi menjadi demikian tinggi hingga seluruh molekul enzim yg
melakukan pengubahan ditempati terus menerus oleh molekul obat, shg tercapai
kecepatan biotransformasi yang konstan.
10. 10. 2. Fungsi hati pada gangguan fungsi hati, metabolisme dapat berlangsung lebih
cepat atau lebih lambat, shg efek obat akan lebih lemah atau lebih kuat.
11. 11. 3. Usia pada bayi yang baru dilahirkan, semua enzim hati belum terbentuk lengkap,
sehingga reaksi metabolismenya lebih lambat. Untuk menghindarkan overdose, obat
perlu diturunkan dosisnya. Sebaliknya ada obat2xan yang metabolismenya pd anak2x
berlangsung llebih cepat, spt obat antiepilepsi fenitoin, fenobarbital, karbamazepin
12. 12. 4. Manula Mengalami kemunduran pada banyak proses fisiologis mis.: fungsi ginjal,
enzim2x hati berkurang, yg dpt menyebabkan terhambatnya biotransformasi, yg sering
berefek keracunan
13. 13. 5. Faktor genetis Ada orang yg tidak memiliki faktor genetis tertentu, mis. Enzim
untuk asetilasi sulfadiazin, akibatnya perombakan obat ini menjadi lambat.
14. 14. 6. Penggunaan obat lain Banyak obat yang bersifat lipofil dapat menstimulir
pembentukan dan aktivasi enzim hati. Hal ini disebut induksi enzim, dan yang
menghambat enzim disebut inhibitor enzim
15. 15. Eksresi Obat • Eksresi suatu obat dan metabolitnya: menyebabkan penurunan
konsentrasi bahan berkhasiat dalam tubuh. • Eksresi dapat terjadi bergantung pada: sifat
fisikokimia: bobot molekul, harga pKa, kelarutan, tekanan uap.
16. 16. • Eksresi dapat berlangsung melalui: - Kulit: bersamaan dgn keringat, misalnya;
paraldehid, bromida. - Asi: obat & metabolitnya dapat dieksresikan melalui asi dan dpt
membahayakan pd bayi (keracunan), misal; obat tidur, nikotin, penicilin, kloramfenikol,
INH, ergotamin - Empedu dan usus (feses) - Paru-paru (dengan udara ekspirasi)
17. 17. MetabolismeVitamin B12 • Vitamin B12 berfungsi sebagai suatu kofaktor untuk
beberapa reaksi-reaksi biokimia penting pada manusia. Kekurangan vitamin B12 akan
menyebabkan anemia, gejala-gejala fastrointestinal, dan abnormal neurologis.
Kekurangan vitamin B12 pada orang dewasa terutama pada orang dewasa usia lanjut
yang disebabkan oleh absorpsi yang tidak normal dari vitamin B12 dalam makanan,
secara relatif merupakan sesuatu yang umum dan merupakan gangguan yang mudah
diobati.
18. 18. Struktur kimiaVitamin B12 • Vitamin B12 terdiri atas satu cincin yang mirip porphyrin
dengan atom cobalt pusatnya terikat pada suatu nucleotide. Berbagai kelompok organik
mungkin terikat secara kovalen pada atom cobalt, dengan membentuk cobalamin-cobal-
amin yang berbeda. Sumber pokok vitamin B12 berasal dari sintesa mikroba, vitamin
tersebut tidak disintesis oleh hewan atau tumbuhan. • Sumber vitamin B12 utama dalam
dier secara mikrobial berasal dari vitamin B12 dalam daging (khususnya hati), telur, dan
produk –produk dalam susu.
19. 19. Farmakokinetik • Kekurangan vitamin B12 pada manusia sangat sering disebabkan
oleh malabsorbsi vitamin B12 sebagai akibat hilangnya faktor intrinsik atau hilangnya
atau malfungsi dari mekanisme absorpsi spesifik dalam ileum distal. Defisiensi gizi jarang
terjadi namun dapat dilihat pada vegetarian- vegetarian yang ketat setelah tidak
mengosumsi daging, telur, atau produk- produk dari susu selama bertahun-tahun.
20. 20. • Setelah diabsorpsi, vitamin B12 diangkut ke berbagai sel-sel tubuh terikat pada
glikoprotein plasma, transcobalamin II. Kelebihan vitamin B12 ditranspor ke hati untuk
disimpan. Jumlah vitamin B12 yang signifikan diekresi dalam urine hanya jika jumlah
vitamin B12 yang sangat besar diberikan secara parenteral, melebihi kapasitas
pengikatan transcobalamin tersebut (50-100 ug)

Anda mungkin juga menyukai