Anda di halaman 1dari 21

Tugas Mata Kuliah: (3)

PENGETAHUAN KEBENCANAAAN DAN


LINGKUNGAN (PKL)

PERKEMBANGAN DAN KONDISI PANDEMI


COVID-19 DI PROVINSI ACEH SERTA UPAYA
PENANGANAN YANG DILAKUKAN OLEH
PEMERINTAH

Oleh:

ZANJABILA DAFFA
(NIM : 2006103040003)

Universitas Syiah Kuala


Semester Ganjil 2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini, yaitu
kesempatan untuk menyelesaikan tugas rangkuman dan kliping tentang
“Perkembangan dan Kondisi Pandemi Covid-19 di Provinsi Aceh serta
Upaya penanganan yang dilakukan oleh Pemerintah.”

Selawat serta salam tidak lupa selalu kita hantarkan untuk junjungan nabi agung
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
swt. untuk kita semua sebagai sebuah pentunjuk yang paling benar, yakni syariah
agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar
bagi seluruh alam semesta.

Akhirnya, saya menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk


Bapak Dr. Muhammad Syukri, S.Si, M.T., IPM selaku dosen pembangunan
kebencanaan lingkungan yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada saya
guna menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Saya juga berharap dengan
sungguh-sungguh supaya tugas ini mampu berguna serta bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait perkembangan dan kondisi
covid-19 di Provinsi Aceh serta upaya penanganan yang dilakukan oleh
Pemerintah.

Selain itu, saya juga sadar bahwa tugas ini banyak ditemukan kekurangan serta
jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya benar-benar menanti kritik dan saran
untuk saya revisi dan saya kembangkan di masa yang selanjutnya. Sekali lagi saya
menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang
konstruktif. Saya berharap tugas yang sederhana ini dapat dimengerti oleh setiap
pihak yang membacanya. Saya mohon maaf apabila dalam tugas ini terdapat
perkataan yang tidak berkenan di hati.

Banda Aceh, 22 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
PERKEMBANGAN DAN KONDISI PANDEMI MULAI TERJADI DI PROVINSI
ACEH................................................................................................................................4
PERKEMBANGAN DAN KONDISI PANDEMI PADA 5 BULAN TERAKHIR DI
PROVINSI ACEH............................................................................................................6
 Update Corona di Provinsi Aceh 4 April 2020:..................................................6
1. Warung Kopi di Banda Aceh Boleh Buka Malam Hari, Tetapi Dengan
Aturan yang Ketat....................................................................................................6
2. Tak Boleh Berkerumun di Warung Kopi.......................................................7
 Update Corona di Provinsi Aceh 28 Mei 2020: Hampir Sepekan Aceh Nihil
PDP8
 Update Corona di Provinsi Aceh 18 Juni 2020: Klaster penularan lokal
pertama di Aceh menimpa sebuah keluarga, 13 orang positif virus corona..........10
 Update Corona di Provinsi Aceh 29 Juli 2020: Aceh Masuk Fase Darurat
Covid-19......................................................................................................................10
 Update Corona di Provinsi Aceh 29 Agustus 2020: Wakil wali kota Banda
Aceh Positif COVID-19..............................................................................................11
PERKEMBANGAN DAN KONDISI PANDEMI TERKINI DI PROVINSI ACEH13
 Aceh catatkan kasus pertama dokter meninggal positif COVID-19 (Rabu, 2
September 2020).........................................................................................................13
 Tujuh Daerah di Aceh yang Masuk Zona Merah Covid-19 (Kamis, 03 Sep
2020)............................................................................................................................15
 Pelanggar Protokol Kesehatan di Banda Aceh Kena Sanksi Baca Al-Qur'an
(Selasa, 22 Sep 2020)..................................................................................................16
USAHA PENANGANAN COVID-19 OLEH PEMERINTAH...................................18
1. Isolasi 12 Mahasiswa Aceh di Wuhan...............................................................18
2. Proses Evakuasi..................................................................................................18
3. Masuknya Corona ke Indonesia dan Pembentukan Satgas............................19
4. Tinjau Kesiapan Rumah Sakit..........................................................................19
5. Plt. Gubernur Aceh Keluarkan Surat Edaran Pencegahan Corona..............20
6. Kampanye Kebersihan Melalui Gerakan BEREH..........................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21

3
PERKEMBANGAN DAN KONDISI PANDEMI MULAI
TERJADI DI PROVINSI ACEH

KOMPAS.com (26/03/2020) Sebanyak tiga daerah mengumumkan pasien


pertama positif corona di wilayahnya. Tiga daerah tersebut yakni Banda Aceh,
Bukittinggi (Sumatera Barat) dan Tegal. Sebelum hasil tes positif corona keluar,
pasien-pasien tersebut awalnya berstatus pasien dalam pengawasan (PDP).

Foto Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Banda Aceh, dr
Azharuddin(KOMPAS.COM/DASPRIANI Y. ZAMZAMI).

Seorang pasien laki-laki berusia 56 tahun meninggal dunia di Rumah Sakit Umum
Daerah Zainal Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Senin (23/3/2020). Direktur
RSUDZA Azharuddin mengatakan, pihak rumah sakit telah menerima hasil tes
swab pasien itu. "RSUDZA sudah menerima hasil laboratorium yang dikirim tadi
pagi dari Badan Litbangkes Kemenkes. Hasilnya positif," kata dia, Kamis
(26/3/2020). Sebelum dirujuk ke RSUDZA Banda Aceh, pasien itu sempat
menjalani perawatan di Rumah Sakit PT Arun di Lhoksumawe Aceh pada 20
Maret 2020. Kasus ini menjadi kasus positif corona pertama di Aceh.

Pasien pria yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona tersebut punya riwayat
perjalanan ke Surabaya dan Bogor, daerah yang melaporkan penularan COVID-
19. Pasien itu menurut hasil diagnosis terakhir mengalami infeksi paru-paru.

4
"Jadi ini kasus pertama positif (COVID-19) untuk Aceh dan menjadi keprihatinan
untuk kita semua. Kita harus prihatin, tapi kita tidak boleh panik dan kita harus
waspada lebih tinggi lagi," kata Azharuddin.

Dia menjelaskan bahwa dokter, perawat, dan tenaga medis lain yang menangani
pasien positif COVID-19 telah menjalani isolasi mandiri selama 14 hari di rumah
masing-masing. "Sudah kita istirahatkan dulu selama 2 pekan, off dulu."

5
PERKEMBANGAN DAN KONDISI PANDEMI PADA 5 BULAN
TERAKHIR DI PROVINSI ACEH

 Update Corona di Provinsi Aceh 4 April 2020:

Berdasarkan data termutakhir di laman resmi milik pemerintah, hari ini, jumlah
orang dalam pemantauan (ODP) Corona Covid-19 di provinsi tersebut menanjak
hingga 1176, dengan rincian 883 orang masih dipantau, 343 orang tidak lagi
dipantau.

Sedangkan PDP, dari 45 orang jadi 52 orang, dengan rincian, 10 orang masih
dirawat, 2 orang masih dipantau, 38 orang diperbolehkan pulang, sementara itu,
jumlah pasien yang dinyatakan positif belum berubah dari angka yang dirilis
beberapa hari yang lalu, yakni, sebanyak 5 orang, dengan jumlah total yang
meninggal dunia sebanyak 2 orang.

Berikut 2 perkembangan terkini terkait penanganan kasus Corona yang


disampaikan Kapolresta Banda Aceh, Kombel Pol. Trisno Riyanto, dalam
pernyataan resminya kepada sejumlah media di Aceh:

1. Warung Kopi di Banda Aceh Boleh Buka Malam Hari, Tetapi Dengan
Aturan yang Ketat.

Liputan6.com, Aceh - Kapolresta Banda Aceh, Kombel Pol. Trisno Riyanto,


dalam pernyataan resminya kepada sejumlah media di Aceh, mengatakan
bahwa warung kopi dan tempat usaha lainnya di kota itu sudah boleh berjualan
seperti biasa pada malam hari, namun, harus tetap mengikuti prosedur pencegahan
virus Corona Covid-19 selama masa pagebluk ini.

Ia sendiri sadar jika memperketat langkah penanganan virus dengan pendekatan-


pendekatan seperti "jam malam" telah berimbas pada menurunnya pendapatan
ekonomi masyarakat khususnya yang berjualan di malam hari, seperti
usaha warung kopi.

6
Untuk diketahui, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Aceh
sepakat mengambil langkah yang cenderung ketat dengan menerapkan aturan jam
malam sejak 30 Maret dimulai dari pukul 20.30 hingga 05.30 WIB.

Namun, aturan tersebut mendapat keluhan dari masyarakat serta kritikan dari
lembaga nonpemerintah yang menilai aturan tersebut telah mengingatkan
masyarakat pada "mimpi buruk" di masa lalu.

Pemerintah Aceh melalui juru bicara gugus tugas penanganan Covid-19 juga telah
mengeluarkan pernyataan resmi akan melakukan evaluasi sejak aturan jam malam
menuai kritik pada Jumat kemarin.

Plt. Gubernur Aceh sendiri dalam wawancaranya di salah satu stasiun televisi
pada Sabtu, mengatakan bahwa aturan jam malam di provinsi itu resmi dicabut
sejak Sabtu. Itu artinya, warung kopi dan usaha lainnya bisa buka lagi dengan
sejumlah aturan ketat.

2. Tak Boleh Berkerumun di Warung Kopi

Soal pernyataannya tersebut, Trisno menekankan bahwa kelonggaran membuka


usaha di malam hari tidak boleh disalahartikan oleh masyarakat dengan jalan
berkumpul-kumpul (nongkrong) kembali seperti biasa.

Masyarakat dimintanya tetap sadar dan antisipatif karena hingga saat ini Indonesia
tengah berjuang untuk keluar dan bangkit dari segala keterpurukan sejak virus
berkode SARS-CoV-2 itu merebak dan membunuh seratus orang lebih di negara
ini.

Kepolisian di kota itu bersama instansi terkait, tetap akan memantau pergerakan
masyarakat untuk mencegah terjadinya kerumunan pada malam hari. Ia juga
meminta agar semua tempat usaha memberlakukan secara ketat physical
distancing (jaga jarak).

7
"Ya , kita sesuaikan dengan bijak pemerintah dalam pencegahan Covid-19,
kurangi bepergian, tetap tinggal di rumah, sosial physical distancing, jaga jarak
dan jangan berkerumun. Dan, kegiatan ekonomi harus tetap berjalan," jawab
Trisno, kepada Liputan6.com, Sabtu sore (4/04/2020).

 Update Corona di Provinsi Aceh 28 Mei 2020: Hampir Sepekan Aceh


Nihil PDP

Liputan6.com, Aceh - Angka PDP maupun pasien Covid-19 di Rumah Sakit


Umum Daerah dr Zainoel Abidin Banda Aceh dinyatakan nihil sejak 22 Mei 2020
lalu. Demikian kata juru bicara Covid-19 provinsi, Saifullah Abdulgani.

Dia menjelaskan, tim medis Respiratory Intensive Care Unit (RICU) rumah sakit
tersebut telah merawat sebanyak 16 pasien Covid-19 sejak pertengahan Maret
lalu. Sebanyak 15 orang dinyatakan sembuh, 1 orang meninggal dunia, pada akhir
Maret 2020.

"Pasien terakhir yang dirawat di RSUZA Banda Aceh, inisial AS (20), warga
Kabupaten Simeulue, dia dinyatakan sembuh pada 22 Mei 2020, setelah 10 hari
ditangani Tim Medis Covid-19," sebut pria yang akrab disapa SAG itu, dalam
keterangannya kepada Liputan6.com, Rabu malam (27/05/2020).

Santri yang mencecap pendidikan agama di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro,


Magetan, Jawa Timur, itu sempat diisolasi di RSUD Pemkab Simeulue. Setelah
rapid test menunjukkan reaktif, kemudian dikonfirmasi positif melalui hasil uji
seka di Balai Litbangkes Aceh, baru dirujuk ke rumah sakit provinsi.

"AS pasien terakhir dirawat di ruang isolasi pinere RSUZA Banda Aceh. Kita
berdoa agar tidak ada pasien baru usai lebaran ini,” kata SAG.

Sementara itu, satu pasien dari klaster Temboro berinisial AR (13), warga
Kabupaten Bener Meriah, juga dinyatakan negatif. Ia dirawat intensif di RSU
Manyang Kute sejak 15 Mei, dipastikan sembuh berdasarkan uji spesimen
terakhir, dua kali berturut-turut, pada 20 dan 21 Mei.

8
"Hasil uji dengan Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) ternyata
sudah negatif virus corona, pada 22 Mei 2020, malam. Alhamdulilah, sudah bisa
berkumpul dengan keluarganya dalam suasana hari raya,” ujar dia.

AR mulai dirawat di ruang isolasi RSU Muyang Kute, Bener Meriah, setelah hasil
uji swab di Laboratorium Balai Litbangkes Aceh, terkonfirmasi positif. Santri 13
tahun itu tidak menunjukkan gejala terinfeksi, dan hasil pemeriksaan dengan rapid
test pun menunjukkan nonreaktif.

"Namun, tim medis RSU Munyang Kute melakukan pemeriksaan spesimen AR


dengan RT-PCR, karena ia punya riwayat kontak erat dengan penderita Covid-
19 lainnya, yang juga sama-sama pulang dari Ponpes Al-Fatah Temboro,"
lanjutnya.

Jumlah penderita Covid-19 di Aceh yang berasal dari klaster Temboro, berjumlah
8 orang. Rinciannya, 4 orang dari Aceh Tamiang, 2 orang dari Bener Meriah,
sisanya dari Kabupaten Gayo Lues, dan Kabupaten Simuelue masing-masing satu
orang.

"Alhamdulillah, semua sembuh berkat kerja keras tim medis Covid-19 di rumah
sakit rujukan provinsi dan kabupaten atau kota, ikhtiar keluarganya, dan doa dari
seluruh masyarakat Aceh," dia menambahkan.

Menurut dia, jumlah kumulatif kasus Covid-19 di Aceh berada di angka 19 orang,
per tanggal 27 Mei 2020, pukul 15.00 WIB. Rinciannya, sebanyak 1 orang dalam
perawatan, 17 orang sudah sembuh, dan 1 orang meninggal dunia.

"Kasus meninggal ini terjadi pada Maret 2020," sebut Saifullah.

Adapun jumlah ODP di Aceh sebanyak 2.021 orang. Terdapat penambahan


sebanyak satu orang dibandingkan sehari sebelumnya. Saat ini, jumlah yang
sedang dalam pemantauan sebanyak 43 orang, dan yang sudah selesai pemantauan
sebanyak 1.978 orang.

9
"Sedangkan PDP tidak ada penambahan hari ini, tetap 100 orang, dan semuanya
sudah sembuh, sebanyak 99 orang. Sementara 1 orang PDP meninggal dunia pada
Maret 2020," dia memungkasi.

 Update Corona di Provinsi Aceh 18 Juni 2020: Klaster penularan


lokal pertama di Aceh menimpa sebuah keluarga, 13 orang positif
virus corona

Sebuah keluarga yang terdiri dari tujuh orang menjadi klaster penularan lokal
Covid-19 pertama di Aceh. Selain tujuh anggota keluarga tersebut, dari
penelusuran kontak di Aceh hingga Rabu (17/06), terdata ada enam orang lain
yang dinyatakan positif terjangkit. IDI Aceh menyoal, transmisi lokal ini mungkin
bukanlah yang pertama, tapi baru kali ini ada kasus-kasus yang terbukti secara
sah. Sebelumnya, pada awal April 2020, IDI Aceh memprediksi transmisi lokal di
provinsi itu hanya tinggal menunggu waktu. Prediksi ini berdasarkan budaya dan
perilaku masyarakat Aceh yang dinilai 'kurang patuh' dalam menjaga kesehatan.

 Update Corona di Provinsi Aceh 29 Juli 2020: Aceh Masuk Fase


Darurat Covid-19

Pengamat Kebijakan Publik, Dr Nasrul Zaman mengatakan, dalam sehari terjadi


penambahan 44 warga positif Covid menjadi lampu merah keadaan Covid-19 di
Aceh. Dia meminta tim satuan tugas Covid-19 jangan lagi bekerja di Banda Aceh
saja, namun harus segera menyiapkan RSU rujukan yang telah dibentuk dengan
SK Gubernur menjadi bagian utama dalam penanganan covid-19. "Sejak awal kita
sudah mengingatkan pemerintah Aceh kalau SK Gubernur penetapan 11 RSU lain
setelah RSU Cut Mutia dan RSUZA itu harus ditindak lanjuti dengan menyiapkan
perangkat lunak dan perangkat kerasnya, tidak cukup dengan modal sepucuk surat
keputusan," katanya. Dikatakan Nasrul, Pemerintah Aceh tidak boleh lagi
menahan-nahan dana refocusing Rp 1.7 triliun yang berhasil dicadangkan untuk
Covid-19. Segera siapkan semua kebutuhan RSU rujukan sebagai RS penanganan
covid-19 yang ada di kabupaten terpilih. "Bila perlu segera dirikan laboratorium
swab PCR di beberapa kabupaten strategis untuk percepatan antisipasi wabah
Covid-19 tersebut," katanya.

10
Dia menambahkan, belanja APD harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan
terstandarisasi, juga harus memberikan pelatihan kepada calon tenaga laboran
untuk laboratorium swab PCR untuk persiapan laboratorium di daerah terpilih
juga untuk antisipasi jika sesuatu terjadi pada laboratorium di Unsyiah dan di
Litbangkes Aceh. Menurutnya, strategi penanganan Covid-19 sudah tidak bisa
dilakukan dengan cara biasa lagi tapi harus dengan cara-cara yang luar biasa,
sehingga jumlah laboratorium harus ditambah, RSU rujukan harus disiapkan,
tenaga laboran diperbanyak, tenaga surveillance diperkuat, stock APD ditambah,
dan jumlah serta strategi edukasi pencegahan Covid-19 ditingkatkan. “Ini harus
segera, saat ini tidak perlu tunggu tunggu nanti nanti lagi,” kata Nasrul.

 Update Corona di Provinsi Aceh 29 Agustus 2020: Wakil wali kota


Banda Aceh Positif COVID-19

Arsip Foto - Wakil Wali Kota Banda Aceh Zainal Arifin. (ANTARA/M HarisSA)

Banda Aceh (ANTARA) - Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-


19 Kota Banda Aceh menyatakan Wakil Wali Kota Banda Aceh Zainal Arifin
terkonfirmasi positif terinfeksi virus corona dan harus menjalani karantina
mandiri di kediamannya. Juru bicara GTPP COVID-19 Kota Banda Aceh Irwan,
Jumat, membenarkan informasi terinfeksinya wakil wali kota tersebut, sehingga
harus menjalani isolasi secara mandiri di rumahnya, dengan pengawasan petugas
medis.

11
"Bapak wakil wali kota terkonfirmasi positif COVID 19. Diisolasi mandiri di
rumah, dibawah pengawasan tim medis rumah sakit Meuraxa," kata Irwan, di
Banda Aceh.

Ia menjelaskan, wakil wali kota dinyatakan positif COVID-19 berdasarkan hasil


uji sampel swab dengan metode PCR di Laboratorium Penyakit Infeksi Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH), yang diketahui pada Jumat
pagi. Sebab itu, dia menegaskan bahwa COVID-19 bukan sesuatu yang hoaks
atau palsu, tetapi benar adanya dan dapat menyerang siapa pun. Sehingga warga
diminta untuk meningkatkan kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan.
Disamping itu, sebagai langkah antisipasi, kata Irwan, seluruh kepala bagian di
Sekretariat Daerah Kota Banda Aceh juga dilakukan uji sampel swab, dan
hasilnya kemungkinan akan diketahui Sabtu (29/8) besok. "Semua Kabag di
Setdako Banda Aceh juga diswab, kemungkinan hasilnya besok," katanya.

12
PERKEMBANGAN DAN KONDISI PANDEMI TERKINI DI
PROVINSI ACEH

 Aceh catatkan kasus pertama dokter meninggal positif COVID-19


(Rabu, 2 September 2020)

Pelaksanaan shalat jenazah dr Imai Indra, Sp.An yang meninggal dunia dalam kondisi
positif COVID-19 di komplek Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin Banda
Aceh, Rabu (2/9/20200. (FOTO ANTARA/Khalis).

Banda Aceh (ANTARA) - Provinsi Aceh melaporkan kasus perdana seorang


dokter di wilayah berjuluk "Tanah Rencong" itu yang meninggal dunia di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin Banda Aceh dalam kondisi positif
terinfeksi COVID-19.

"Innalilahi wa innailaihi rajiun telah berpulang ke rahmatullah dr Imai


Indra, Sp.An (spesialis anestesi) dan menjadi kasus perdana tenaga kesehatan yang
meninggal di Aceh, " kata Direktur RSUD Zainoel Abidin dr Azharuddin usai
melakukan shalat jenazah dr Imai Indra, di Banda Aceh. Azharuddin menjelaskan,
dr Imai Indra telah berumur sekitar 52 tahun itu wafat di ruang Respiratory
Intensive Care Unit (RICU) RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh, Rabu (2/9) 2020
pagi.

13
Menurut dia Imai Indra terkonfirmasi positif COVID-19 setelah melakukan
operasi salah satu pasien positif terinfeksi virus corona jenis baru itu di rumah
sakit setempat bersama tim bedah, perawat, dan petugas lainnya. Setelah itu, dr
Imai menunjukkan gejala klinis, dan dirawat sekitar 20 hari di RICU sebelum
mengehembuskan nafas terakhir. “Pada saat itulah tertular, ditemukan memang
positif, diperiksa kemudian bergejala demam, batuk, sakit kerongkongan,
kemudian masuk rumah sakit. Dalam perawatan sempat membaik kemudian
menurun lagi kondisinya dan sekitar 20 hari dalam perawatan di RICU,” katanya.

Azharuddin tidak mengetahui apakah dr Imai tersebut memiliki penyakit penyerta


(komorbid) saat dinyatakan positif COVID-19. Namun kondisinya secara umum
saat melayani pasien kelihatan sehat. "Mungkin ada penyakit bawaan tapi kurang
tahu pasti, tapi biasanya kelihatan sehat, tapi saya tidak tahu komorbidnya,"
katanya.

Ia mengakui grafik kasus paramedis positif sedang meningkat di Aceh, termasuk


meninggalnya dr Imai Indra, yang menjadi kasus perdana dari kalangan tenaga
kesehatan di provinsi paling barat Indonesia itu. "Ini kasus yang pertama tenaga
dokter spesialis. Tenaga kesehatan kita di Aceh yang positif lebih 100, tapi ini
yang pertama yang meninggal dunia di RSUDZA. Untuk tim medis kita lagi
meningkat, angkanya sedang naik," demikian Azharuddin.

14
 Tujuh Daerah di Aceh yang Masuk Zona Merah Covid-19 (Kamis, 03
Sep 2020)

Peta sebaran Covid-19 di Aceh, Rabu (25/03/2020), yang diambil dari laman
resmi pemerintah (Liputan6.com/Rino Abonita).

Liputan6.com, Aceh - Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19


Aceh menyatakan, ada 7 daerah di wilayah tersebut yang menjadi kawasan
berisiko tinggi penyebaran virus Corona (Covid-19). Juru bicara Covid-19 Aceh,
Saifullah Abdulgani, Rabu (2/9/2020) mengatakan, dari 23 kabupaten/kota di
Aceh, 7 di antaranya zona merah. Zona orange untuk yang berisiko sedang, dan
kuning yang berisiko rendah.

"Tingkat risiko peningkatan kasus Covid-19 sangat penting diketahui karena


mempengaruhi persepsi, tingkat kewaspadaan, dan kedisiplinan menjalankan
protokol kesehatan di kalangan masyarakat maupun para pengambil kebijakan di
daerah," katanya. Dirinya menjelaskan, daerah yang dinilai zona merah meliputi
Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Aceh Barat Daya, Pidie, Nagan Raya,
Aceh Barat, dan Aceh Selatan.

Sedangkan zona orange seperti Kabupaten Aceh Tamiang, Pidie Jaya, Kota
Lhokseumawe, Kota Subulussalam, Aceh Singkil, Bireuen, Aceh Jaya, Kota
Langsa, Kota Sabang, Aceh Tengah, Simeulue, Aceh Timur, Aceh Utara, Gayo
Lues, dan Bener Meriah.

15
"Aceh Tenggara merupakan satu-satunya yang masih zona kuning. Jumlah kasus
yang konfirmasi Covid-19 di Aceh Tenggara hingga saat ini sebanyak tiga orang,
dan semuanya sudah sembuh," katanya. Saifullah juga menyampaikan, kasus
Covid-19 di Aceh terus meningkat. Penambahan 48 kasus baru per hari ini,
sehingga telah mencapai 1.696 orang.

"Hari ini pasien Covid-19 yang dilaporkan meninggal dunia dua orang. Dan kasus
baru asal Banda Aceh 26 orang dan Aceh Besar 17 orang. Sementara warga Aceh
Selatan, Aceh Tamiang, Bireuen, Nagan Raya, bertambah satu orang, dan sisa
satu orang berasal dari luar Aceh," katanya.

Secara kumulatif, kasus Covid-19 Aceh sebanyak 1.696 orang, di antaranya 1.013
orang dalam penanganan tim medis di rumah sakit rujukan atau melakukan isolasi
mandiri, 615 orang telah sembuh, dan 68 orang meninggal dunia.

 Pelanggar Protokol Kesehatan di Banda Aceh Kena Sanksi Baca Al-


Qur'an (Selasa, 22 Sep 2020)

Liputan6.com, Banda Aceh - Berbeda dengan daerah lain yang memberlakukan


sanksi sosial berupa kerja bakti membersihkan lingkungan, di Banda Aceh
pelanggar protokol kesehatan bakal kena sanksi sosial menghapal surat pendek
Al-Qur'an. Tim Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol
Kesehatan Kota Banda Aceh bahkan mengaku, telah menjatuhkan sanksi sosial
kepada 24 warga pelanggar protokol kesehatan.

"Saat kita turun ke kafe-kafe, 24 orang terpaksa kita berikan sanksi sosial berupa
menghafalkan surah pendek," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan
Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh, Rizal Abdillah, Senin (21/9/2020). "Dengan
itu, kita berharap kesadaran dari seluruh masyarakat untuk menjaga diri agar
Covid-19 tidak menyebarluas secara cepat di Banda Aceh," katanya. Ia mengaku,
ke-24 orang tersebut dari total 77 warga yang ditindak akibat terlihat tidak
mematuhi protokol kesehatan ketika berada di warung kopi maupun kafe di pusat
kota.

16
Pihaknya bersama Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perhubungan,
Polresta, dan Kodim 0101/BS melakukan penegakan hukum berlokasi di Jalan
Teuku Nyak Arief, dan kawasan Simpang Mesra pekan lalu. Ia mengaku,
pihaknya tidak ingin menghukum warga yang melanggar peraturan wali kota,
melainkan cuma menyadarkan masyarakat agar selalu menerapkan protokol
kesehatan dalam kehidupan sehari-hari sebagai adaptasi kebiasaan baru.

"Karena masa pandemi ini, semakin meningkat kasus Covid-19 di Banda Aceh.
Maka kita minta kerja sama kepada dari semua masyarakat untuk saling
mengingatkan dan menjaga 4M, yakni memakai masker, mencuci tangan,
menjaga jarak, dan menghindari kerumunan," tutur Rizal.

Pemerintah Kota (Pemkot) Banda Aceh pekan lalu menyebut, mulai melakukan
razia terhadap warga kota yang tidak mematuhi protokol kesehatan, seiring
dengan pemberlakuan peraturan wali kota tentang penerapan razia disiplin dan
penegakan hukum protokol kesehatan Covid-19.

Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman mengatakan, petugas harus


memastikan ketika razia digelar, maka langsung menerapkan sanksi di tempat
bagi perorangan berupa denda, kerja sosial hingga sanksi adat."Sementara bagi
pemilik usaha dikenakan sanksi berupa denda, penghentian operasional hingga
pencabutan izin usaha. Tapi ingat, petugas di lapangan harus tetap humanis,"
katanya. 

17
USAHA PENANGANAN COVID-19 OLEH PEMERINTAH

Banda Aceh, Beritasatu,com -Virus corona kini telah menyita perhatian


masyarakat maupun pemerintah. Terlebih lagi, virus ini memiliki tingkat
penularan yang tinggi dan telah ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO). Sejak kemunculan pertama virus corona di Wuhan,
Tiongkok, pemerintah Aceh telah aktif berupaya menanggapi virus ini. Terlebih
lagi, terdapat 12 mahasiswa Aceh yang sebelumnya terisolasi di Wuhan.

1. Isolasi 12 Mahasiswa Aceh di Wuhan

Pada Minggu (26/1/2020), pemerintah Aceh membuka dua posko siaga wabah
virus coronadi Dinas Sosial (Dinsos) Aceh, serta Kantor Penghubung Aceh di
Jakarta. Komunikasi dengan mahasiswa Aceh di Wuhan juga rutin dilakukan
melalui conference call. Pemerintah Aceh kemudian menanggung seluruh biaya
logistik dengan total sebesar Rp 100 juta untuk 12 mahasiswa tersebut selama
krisis berlangsung. "Saat ini, mahasiswa harus fokus menjaga kesehatan diri.
Semua kebutuhan mahasiswa biar kami yang tanggung," ujar Plt. Gubernur Aceh
Nova Iriansyah di kala itu.

Pada Senin (27/1/2020), pemerintah Aceh kemudian menunjuk dua rumah sakit
rujukan untuk penanganan corona. Dua rumah sakit ini adalah RSUD Zainoel
Abidin di Banda Aceh dan RSUD Cut Meutia di Aceh Utara.Tak hanya itu,
pemerintah Aceh kerap berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri
(Kemenlu) terkait proses evakuasi 12 mahasiswa yang terisolir. Sebab,
pemerintah Tiongkok telah menutup rapat arus masuk dan keluar Wuhan,
sehingga membutuhkan proses lobi.

2. Proses Evakuasi

Evakuasi mahasiswa Aceh bersama 245 WNI lainnya yang berada di Hubei,
Tiongkok, dilakukan melalui jalur udara pada Sabtu (1/2/2020). Usai tiba di
Indonesia, mereka dikarantina di Natuna, Riau, selama 14 hari. Usai ditetapkan

18
negatif corona, para mahasiswa kemudian diperbolehkan untuk kembali ke daerah
masing-masing pada Sabtu (15/2/2020).

Setelah berhasil memulangkan para mahasiswanya, pemerintah Aceh terus


melakukan sejumlah langkah pencegahan termasuk penempatan alat pengukur
suhu badan di Bandara Sultan Iskandar Muda dan Pelabuhan Penyeberangan Ulee
Lheue. Edukasi terkait pencegahan virus corona  juga kerap disosialisasikan
kepada masyarakat setempat. Posko siaga yang sebelumnya berada di Dinsos
Aseh juga dipindahkan ke Rumah Sakit Jiwa Aceh dan kini berada di bawah
pengawasan Dinkes Aceh.

3. Masuknya Corona ke Indonesia dan Pembentukan Satgas

Pada Senin (2/3/2020), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan


adanya dua kasus positif corona di Indonesia. Usai pengumuman ini, pemerintah
Aceh melalui Sekda Aceh Taqwallah segera berkoordinasi dengan para pemangku
kepentingan untuk menentukan langkah antisipasi pada Jumat (6/3/2020).

Turut hadir dalam rapat tersebut adalah Kodam Iskandar Muda dan Polda Aceh,
PT Angkasa Pura Bandara SIM, Kepala Pelabuhan, Dewan Perwakilan Rakyat
Aceh (DPRA), Pengadilan Tinggi, Kepala Kanwil Beacukai Aceh, BPOM,
Kejaksaan Tinggi, Bank Indonesia dan sejumlah Kepala Satuan Kerja Perangkat
Aceh (SKPA).

Rapat ini kemudian menghasilkan pembentukan satgas anti virus corona oleh TNI


yang bertujuan untuk mengedukasi warga setempat terkait pencegahan virus ini.
Adapun sosialisasi oleh satgas ini juga dilakukan hingga ke sekolah maupun
kelompok masyarakat.

4. Tinjau Kesiapan Rumah Sakit

Pada Kamis (12/3/2020), Nova Iriansyah meninjau kesiapan RSUD Zainoel


Abidin, serta duasuspect yang tengah menjalani observasi. Dua pasien ini
kemudian dinyatakan bebas virus corona dan diperbolehkan untuk meninggalkan
rumah sakit. RSUD Zainoel Abidin juga disebut telah memiliki ruangan
berventilator, serta monitor untuk memantau kondisi pasien tanpa harus kontak
langsung.

19
5. Plt. Gubernur Aceh Keluarkan Surat Edaran Pencegahan Corona

Melalui surat edaran 440/4820 pada Kamis (12/3/2020), Nova menginstruksikan


masyarakat agar menerapkan pola hidup sehat dan memperbanyak ibadah.
“Masyarakat Aceh dihimbau menjaga wudhu, memperbanyak zikir, ibadah serta
dari semua jenis penyakit termasuk corona.Hindari pula menyentuh mata, mulut
dan hidung sebelum mencuci tangan secara benar,” kata Nova dalam surat itu.

Selain itu, masyarakat Aceh diimbau untuk tidak bepergian ke daerah lain
terutama daerah yang telah terjangkit, dalam arti mengurangi untuk berkunjung
jika tidak dalam keadaan berkepentingan. Jikapun harus bepergian, tetap waspada
dan tanggap dengan keadaan sekitar. “Jika mengalami demam, batuk, sakit
tenggorokan dan sesak nafas, agar menggunakan penutup mulut dan hidung serta
segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan," himbaunya.

6. Kampanye Kebersihan Melalui Gerakan BEREH

Sebelumnya, pada akhir tahun lalu, pemerintah Aceh telah meluncurkan program
Bersih, Rapi, Indah dan Estetis (BEREH) di sejumlah tempat layanan publik dan
sekolah-sekolah. Gerakan hidup bersih dan sehat ini disebut sebagai salah satu
upaya penanggulangan virus corona.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. https://sumatra.bisnis.com/read/20200326/533/1218199/kasus-pertama-
covid-19-di-aceh-pasien-meninggal
2. https://www.antaranews.com/berita/1703754/tujuh-daerah-di-aceh-masuk-
zona-merah-penyebaran-covid-19
3. https://www.liputan6.com/tag/covid-19-aceh
4. https://www.ajnn.net/news/pengamat-kebijakan-publik-aceh-masuk-fase-
darurat-covid-19/index.html
5. https://www.beritasatu.com/jayanty-nada-shofa/nasional/608901/upaya-
pemerintah-aceh-perangi-pandemi-corona

21

Anda mungkin juga menyukai