1. LATAR BELAKANG
Kota Bandung merupakan ibu kota Propinsi Jawa Barat dan kota terbesar ketiga di
Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini mengalami perkembangan pesat karena
kemajuan dalam bidang ekonomi yang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat di
sekitarnya. Banyak gedung baru dibangun dengan jumlah lantai yang bertambah, lokasi
interaksi sosial semakin banyak, fasilitas umum dan fasilitas sosial bertambah lengkap, hal
ini merupakan beberapa contoh positif dari pertumbuhan kota. Perubahan yang terjadi
memberikan peluang kepada Pemerintah Kota untuk meningkatkan serta
mengoptimalkan pendapatan asli daerahnya dari sektor yang berhubungan dengan tanah
dan bangunan. Kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan
pendidikan yang memiliki daya tarik tersendiri untuk mengundang
para wisatawan berkunjung ke kota Bandung. Kota Bandung dikenal sebagai kota belanja,
dengan mall, factory outlet, wisata kuliner, wisata budaya, wisata rekreasi, dan alam. Kota
Bandung juga merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menjadi destinasi wisata
favorit, baik bagi wisatawan dalam maupun luar negeri. Bandung menawarkan daya tarik
wisata berbeda yang tidak akan ditemukan di daerah lain. Berbagai pengembangan dan
inovasi pun terus dilakukan untuk semakin mendukung sektor pariwisata di ibu kota Jawa
Barat ini.
Secara definisi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk
mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai
perwujudan desentralisasi. Dengan adanya peningkatan PAD, diharapkan pelayanan
Pemerintah Kota Bandung terhadap warganya dapat menjadi lebih baik. Peluang tersebut
dapat di estimasi besarnya, apabila kita mengetahui gambaran fisik obyek tersebut yang
meliputi lokasi, luas, besar beserta nilainya. Pada era dijital sekarang ini, gambaran obyek
fisik wilayah kota direpresentasikan ke dalam apa yang disebut dengan Model Kota
3 Dimensi (3D City Model).
Model Kota 3 Dimensi (3D City Model) merupakan representasi dari lingkungan dengan
struktur dan obyek geometri tiga dimensi perkotaan secara umum, dengan bangunan
sebagai obyek yang paling dominan. Model kota 3D dapat diturunkan dari berbagai
teknik akuisisi yang masing-masing memiliki tingkat akurasi yang berbeda, misal secara
fotogrametri, pemindaian laser, ekstrusi dari footprint obyek 2 dimensi, model gambar
arsitektur dll. Visualisasi mendominasi penggunaan awal model kota 3D. Namun, seiring
dengan perkembangan teknologi, model kota 3D telah menjadi informasi geospasial
berharga untuk beberapa keperluan analisis di luar visualisasi. Keragaman dan
meningkatnya jumlah aplikasi pemanfaatan model kota 3D semakin komprehensif dan
spesifik, karena setiap aplikasi 3D memerlukan data 3D spesifiknya sendiri, seperti dapat
dilihat pada gambar 1. Kota Bandung saat ini telah memiliki model kota 3D yang
didapatkan melalui teknik akuisisi secara fotogrametri dengan obyek bangunannya
didapatkan melalui stereoplotting secara manual. Detail informasi dan akurasi geometri
berada pada peta skala 1:1000.
Kota Bandung memiliki luas sekitar 16.000 Ha, wilayah bagian utara dengan kondisi
permukaan tanah yang berbukit menjadi lokasi pilihan untuk ditinggali karena
tempatnya sejuk, nyaman dan tidak banjir. Kondisi tersebut membuat wilayah ini
memiliki nilai keekonomian yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah
lainnya. Atas dasar kondisi faktual tersebut diatas, untuk dapat mengetahui apakah PAD
dari sektor tanah dan bangunan tersebut sudah optimal atau belum serta dapat
ditingkatkan lagi atau tidak, maka Pemerintah Kota Bandung dalam hal ini Dinas
Penataan Ruang (Distaru) Kota Bandung pada Tahun Anggaran 2020 membangun
aplikasi sistem informasi geografis berbasis 3D City Model untuk mengestimasi besarnya.
Pada Tahun Anggaran 2020 dilakukan terlebih dahulu pada satu kecamatan untuk
mengetahui efektifitasnya. Kecamatan Coblong dipilih sebagai wilayah pekerjaan, selain
karena alasan yang telah disebutkan diatas, juga karena kecamatan ini memiliki
karakteristik fisik, sosial dan ekonomi yang relatif heterogen yang dapat mewakili
karakteristik wilayah lainnya di Kota Bandung sehingga apabila sistem ini kemudian
diimplementasikan untuk seluruh kota, maka sistem yang dibangun untuk Kecamatan
Coblong dapat digunakan sebagai role model. Langkah ini juga merupakan salah satu
lanjutan dalam perwujudan elemen pendukung program Bandung Smart City.
a. Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan besar nilai Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dari Sektor Tanah dan Bangunan di Kota Bandung.
b. Tujuan dari pekerjaan ini adalah tersedianya informasi besar nilai Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dari Sektor Tanah dan Bangunan di di Kota Bandung.
c. Manfaat dari pekerjaan ini adalah terciptanya efisiensi dan efektivitas berbagi pakai
data informasi geospasial dalam pengelolaan dan pemantauan wilayah Kota Bandung
(khususnya Kecamatan Coblong) yang merupakan salah satu elemen penting dari
Bandung Smart City.
3. TARGET/SASARAN
Target/sasaran yang ingin dicapai yaitu tersedianya informasi besar nilai dan aplikasi
Sistem Informasi Geografi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor tanah dan
bangunan di Kota Bandung dengan memanfaatkan Model Kota 3 Dimensi (3D City Model)
yang menunjang Bandung Smart City. Sistem yang di bangun diharapkan dapat menjadi
role model untuk wilayah lainnya.
4. LOKASI PEKERJAAN
Lokasi kegiatan pekerjaan ini adalah di Kota Bandung. Lokasi pekerjaan berada di
wilayah Kota Bandung sebagaimana tercantum pada Gambar 1 yang terdiri dari 8 Satuan
Wilayah Kota, yaitu : SWK Arcamanik, Cibeunying, Kerees, Kordon, Gedebage,
Ujungberung, Bojonagara dan Tegalega.
Gambar 1. Kota Bandung Terdiri dari 8 Sub Wilayah Kota
7. STANDAR TEKNIS
a. Lokasi pekerjaan
Lokasi Pekerjaan meliputi 8 SWK Kota Bandung.
a. Persiapan
b. Intepretasi dan Kompilasi Data
c. Akuisisi Data Tema tertentu Menggunakan Drone
d. Pengolahan Data Hasil Akuisisi dan Desain Bangunan LOD 3 Hasil Drone
e. Pengembangan Desain Aplikasi dan Implementasi Basis Data Spasial
f. Web scraping Dan Survei Lapangan (Jika Memungkinkan di masa Pandemi)
g. Editing dan Entry Data Spasial
h. Pengembangan Visualisasi dan Instalasi Sistem Aplikasi
i. Pelaporan
c. Data penunjang
1. Data Model Kota 3 Dimensi (3D City Model) Kota Bandung.
2. Data dan Informasi dari dinas lain di lingkungan Pemerintah Kota Bandung yang
relevan untuk keperluan pembangunan sistem.
10. PRODUK YANG DIHASILKAN
Produk yang dihasilkan dari pekerjaan ini adalah berupa dokumen laporan dan aplikasi
Sistem Informasi Geografis Berbasis 3D City Model untuk Estimasi Besar Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dari Sektor Tanah dan Bangunan di Kota Bandung.
Persiapan merupakan tahap pertama dari pekerjaan ini. Dalam tahap ini, dilakukan
identifikasi dan pengumpulan data yang diperlukan. Data yang dimaksud adalah data
Model Kota 3 Dimensi (3D City Model) yang disimpan dalam format multipatch/citygml
dengan tingkat kedetailan model LoD1, LoD2, LoD2.2, dan LoD3 (khusus untuk tema
perhotelan dan fasilitas kesehatan berupa rumah sakit pemerintah maupun swasta)
geodatabase yang menyimpan informasi atribut obyek fisik permukaan bumi meliputi
bangunan, jalan dll, peta foto yang sudah orthogonal dan data lain yang relevan seperti
data batas persil atau yang lainnya. Dalam tahap ini dilakukan juga persiapan peralatan
yang akan digunakan untuk pengembangan Sistem Informasi Geografis.
Data masukan yang digunakan kemudian di intepretasi dan di kompilasi ke dalam sistem.
Setelah aplikasi terbangun dilakukan uji coba untuk memastikan sistem berjalan sesuai
dengan desain yang dibuat dan memberikan keluaran hasil informasi sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan. Apabila belum sesuai atau belum berjalan dengan baik maka
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.
a. Tenaga ahli dengan latar belakang pendidikan minimal S2 Teknik Geodesi dan/atau
Geomatika yang memiliki keahlian dalam bidang sistem georeferensi, pengolahan
data geospasial, pengembangan aplikasi Sistem Informasi Geografi dan pembuatan
laporan proses kegiatan.
b. Teknisi dengan latar belakang pendidikan minimal D3 yang memiliki kemampuan
mengoperasikan komputer untuk keperluan coding, editing dan penulisan laporan
pekerjaan.
16. Penutup
a. Kerangka acuan kerja (KAK) ini dimaksudkan untuk memberikan dasar-dasar
operasionalisasi pekerjaan secara umum agar dihasilkan produk yang berkualitas
dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Semua produk yang dihasilkan baik berupa hardcopy maupun softcopy merupakan
hak milik pemerintah Kota Bandung dalam hal ini Dinas Penataan Ruang
(DISTARU) Kota Bandung.