Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Industri kimia merupakan salah satu sektor industri yang sedang


dikembangkan di Indonesia. Alasan pengembangan industri kimia ialah
adanya peningkatan kebutuhan dalam negeri akan berbagai bahan penunjang
dalam industri. Untuk itu perlu adanya pendirian pabrik-pabrik baru yang
bukan hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri juga berorientasi ekspor.
Salah satunya ialah pabrik Sodium thiosulfat pentahidrat atau sering disebut
sebagai “Hypo”. Pemberian nama “Hypo” diberikan oleh Gay Lussac pada
tahun 1813. Selama ini Indonesia masih mengimpor sodium thiosulfate
pentahydrat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pendirian pabrik sodium
thiosulfate pentahydrat dengan bahan baku sodium sulfite dan sulfur akan
dapat memberikan solusi bagi dunia industri kimia di Indonesia. Selain
digunakan dalam bidang fotografi, sodium thiosulfate pentahydrat banyak
digunakan dalam bidang farmasi, industri penyamakan kulit, dll.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan
Kementerian Perindustrian Republik Indonesi kebutuhan sodium thiosulfate
pentahydrat di Indonesia rata – rata pertahunnya sebesar 25.000 ton sedangkan
Indonesia sampai saat ini belum memiliki pabrik sodium thiosulfat
pentahydrat. Melihat data tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan akan
sodium thiosulfat pentahydrat di Indonesia termasuk dalam kapsitas yang
besar dan selalu melakukan impor dari negara lain. Oleh karena itu, perlu
didirikan pabrik sodium thiosulfate pentahydrat, untuk memenuhi kebutuhan
sodium thiosulfate pentahydrat di dalam negeri.
Melihat prospek yang cukup bagus maka direncanakan didirikan pabrik
sodium thiosulfate pentahydrat yang merupakan komoditi yang perlu
dipertimbangkan pembuatannya di Indonesia, terutama dengan makin
ketatnya persaingan dalam dunia industri.

1
Jika sodium thiosulfate pentahydrat bisa diproduksi di dalam negeri, hal
ini tentunya akan mengurangi ketergantungan kita pada produk luar,
menghemat pengeluaran devisa negara, meningkatkan ekspor dan
membangkitkan penguasaan teknologi.
Berdasarkan pada pertimbangan di atas maka pabrik sodium thiosulfat
pentahydrat atau lebih dikenal dengan sebutan Hypo layak didirikan di
Indonesia dengan alasan:
1. Terciptanya lapangan pekerjaan baru yang berarti turut serta dalam usaha
mengurangi angka pengangguran.
2. Memacu pertumbuhan industri-industri baru yang menggunaan bahan
bau maupun bahan penunjang Sodium Thiosulfate Pentahydrat.
3. Mengurangi ketergantungan bangsa Indonesia terhadap bangsa lain
terutama terhadap kebutuhan Sodium Thiosulfate Pentahydrat.
4. Menemukan jumlah import Sodium Thiosulfate Pentahydrat sehingga
akan menambah devisa bangsa.

1.2 Kapasitas Perancangan


Penentuan kapasitas perancangan perlu mempertimbangankan berbagai hal
sebagai berikut:
1. Kebutuhan Sodium Thiosulfate Pentahydrat
Berdasarkan data impor dari Badan Pusat Statistika tahun 2015 –
2019. Kebutuhan Sodium Thiosulfate Pentahydrat dalam negeri dapat
di prediksi sebagai berikut :
Tahun Impor (ton/tahun)
2015 25.075,96
2016 28.454,15
2017 29.728,35
2018 25.355,25
2019 28.561,31

Tabel 1.1 Data Impor Sodium Thiosulfate Pentahydrat Indonesia


Sumber: BPS 2020

2
Pabrik direncanakan berdiri pada tahun 2026. Oleh karena itu, perlu
diketahui kebutuhan sodium thiosulfate pentahydrat di Indonesia pada
tahun 2026. Berdasarkan data import sodium thiosulfate pentahydrat
pada tabel 1.1, maka dapat diperkirakan kebutuhan sodium thiosulfate
pentahydrat di Indonesia pada tahun 2026.
31,000.00
30,000.00
29,000.00
Impor (ton/tahun)

28,000.00 f(x) = 387.18 x − 753507.056000001


27,000.00 R² = 0.0858723030689856

26,000.00
25,000.00
24,000.00
23,000.00
22,000.00
2014.5 2015 2015.5 2016 2016.5 2017 2017.5 2018 2018.5 2019 2019.5

Tahun

Gambar 1.1 Grafik Impor Sodium Thiosulfate Pentahydrat di


Indonesia Tahun 2015 – 2019

Persamaan linier dari grafik diperoleh y = 387,18x – 753507, di


mana y adalah kebutuhan sodium thiosulfate pentahydrat di Indonesia
dan x adalah tahun impor. Jika pabrik sodium thiosulfate pentahydrat
akan didirikan pada tahun 2026, maka didapat perhitungan sebagai
berikut:

y = 387,18x – 753507
y = 387,18(2026)– 753507
y = 30.919,68 ton

Berdasarkan persamaan di atas, kebutuhan sodium thiosulfate


pentahydrat di Indonesia pada tahun 2026 diperkirakan 30919,68
ton/tahun.

3
2. Ketersediaan Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku merupakan faktor paling penting
keberlangsungan produksi suatu pabrik. Bahan baku pembuatan
sodium thiosulfate pentahydrat dengan sodium sulfite dan sulfur.
Untuk membuat sodium thiosulfate pentahydrat 40.000 ton/tahun,
dibutuhkan sodium sulfite 31.898,73 ton/tahun yang diperoleh dengan
cara impor Lianyung Huaihua Internasional Trade (China) dengan
kapasitas ekspor 120.000 ton/tahun. Dibutuhkan sulfur 8.101,266
ton/tahun diperoleh dari PT. Aura Golden Agro yang berlokasi di
Gresik, Jawa Timur dengan kapasitas produksi sebesar 14.000
ton/tahun.
3. Kapasitas Minimal
Penentuan kapasitas pabrik yang akan didirikan harus
memperhatikan kapasitas pabrik sejenis dalam skala komersial yang
sudah beroperasi. Data kapasitas pabrik yang sudah ada dapat dilihat
pada tabel berikut:
Nama Pabrik Kapasitas Produksi
(Ton/Tahun)
Germany at Chemiewerse Bad Kostritz 14.000
Hebei Dougcheng Chemical (China) 14.700
Aqua Chem Industri 21.000
Tianji Soda Plant (China) 28.000
Ferro Corp, Batton Rouge, Los Angeles 60.000
Stauffer Chemical Co., South Gate, California 80.000
Tabel 1.2 Kapasitas minimum pabrik Sodium Thiosulfate Pentahydrat
di Dunia
Sumber: Kirk Othmer, 1996

Berdasarkan data pabrik sodium thiosulfate pentahydrat yang sudah


berdiri di beberapa negara, diketahui kapasitas minimal pendirian

4
pabrik sodium thiosulfate pentahydrat adalah 14.000 ton/tahun.
Berdasarkan pertimbangan kebutuhan sodium thiosulfate pentahydrat,
bahan baku dan kapasitas minimal sodium thiosulfate pentahydrat, pra
rancangan pabrik sodium thiosulfate pentahydrat ini akan didirikan
dengan kapasitas 40.000 ton/tahun untuk memenuhi kebutuhan
sodium thiosulfate pentahydrat dalam negeri sehingga dapat menekan
angka impor, dan sisa kapasitas sebesar 9.080 ton/tahun akan di
ekspor.

1.3 Pemilihan Lokasi Pabrik


Pemilihan lokasi pabrik sangat penting karena dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup pabrik tersebut. Penentuan lokasi pabrik yang tepat
akan memberikan konstribusi yang penting dalam segi teknis dan ekonomi
pabrik. Untuk itu, perlu melakukan analisa beberapa faktor diantaranya ada
faktor utama dan faktor penunjang. Faktor utama terdiri dari letak bahan
baku, letak pasar, sarana transportasi, tenaga kerja, dan utilitas. Sedangkan
faktor penunjang berupa perluasan area pabrik, peraturan pemerintah,
kondisi tanah, dan letak geografis. Berdasarkan analisa kedua faktor
tersebut tempat yang dipilih untuk pendirian pabrik sodium thiosulfate
pentahydrat adalah Kawasan Industri Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa
Timur.

1.3.1 Faktor Utama


Pendirian pabrik sodium thiosulfate pentahydrat berdasarkan faktor
utama dengan analisa sebagai berikut:
1. Bahan Baku
Sumber bahan baku merupakan salah satu dari sekian faktor
terpenting yang mempengaruhi lokasi pendirian pabrik. Pabrik yang
membutuhkan bahan baku dalam jumlah banyak, sebaiknya dekat
dengan sumber bahan baku sehingga dapat mengurangi ongkos
transportasi dan penyimpanan. Bahan baku sodium thiosulfate

5
pentahydrat yaitu sodium sulfite diperoleh dari Lianyung Huaihua
Internasional Trade (China), sulfur diperoleh dari PT. Aura Golden
Agro yang berlokasi di gresik. Lokasi pendirian pabrik di Kawasan
Industri Gresik, Jawa Timur merupakan jarak yang dekat dengan
penyedia bahan baku serta dapat dilakukan dengan transportasi darat
dan laut.
2. Pemasaran
Sasaran konsumen pabrik sodium thiosulfate pentahydrat adalah
industri tekstil, kertas, penyamakan kulit, zat warna, minyak, wol dan
farmasi yang banyak terdapat di Jawa Timur. Seperti pabrik tekstil PT
Industri Anggun Textile (Gresi), PT Lotus Indah Textile Indutries
(Surabaya), PT Triastate Textile (Pasuruhan), PT Tjiwi Kimia
(Gresik) , PT Sinar Muda (Tulung Agung) dan PT Natindo (Surabaya).
3. Transportasi
Pengaruh transportasi terhadap lokasi pabrik meliputi
pengangkutan bahan baku, bahan bakar, bahan pendukung, dan produk
yang dihasilkan maka lokasi pabrik harus berada di daerah yang mudah
dijangkau. Kota Gresik memiliki saran transportasi darat yang
memadai, karena berada di jalur pantura yang menghubungkan kota-
kota besar di Jawa Timur. Gresik juga merupakan lokasi yang tepat
untuk sarana transportasi laut, karena letakmya di pesisir pantai Pulau
Jawa sehingga memiliki pelabuhan laut yang memadai untuk saran
transportasi pemasaran lewat laut untuk antar pulau.
4. Tenaga Kerja
Kawasan Industri Gresik terletak di daerah Jawa Timur yang
memiliki lembaga pendidikan formal maupun non formal di mana
banyak dihasilkan tenaga kerja ahli maupun non ahli, sehingga tenaga
kerja mudah didapatkan.
5. Utilitas
Kebutuhan sarana penunjang seperti listrik, air dan bahan bakar
tersedia cukup memadai. Listrik dapat diperoleh dari PLN dan

6
generator, air dapat diperoleh dari air sungai, dan bahan bakar dapat
diperoleh dari pertamina atau perusahaan petroleum lain.

1.3.2 Faktor Pendukung

a. Kondisi Tanah dan Daerah


Kondisi tanah yang relatif masih luas dan tanah yang datar dengan
kondisi iklim yang stabil sepanjang tahun sangat menguntungkan.
Disamping itu, Gresik merupakan salah satu Kawasan Industri di
Indonesia sehingga pengaturan dan penanggulangan mengenai dampa
lingungan dapat dilasanaan dengan baik.
b. Iklim
Iklim di Gresik cukup mendukung karena daerah nya tidak mudah
dilanda topan dan banjir sehingga akan menunjang kemajuan dari pabrik
yang akan dibagun.
c. Keijakan Pemerintah
Pendirian pabrik memperhatikan beberapa faktor kepentingan yang
terkait didalamnya, kebijakkan pengembangan indutri dan hubungan
dengan pemerataan kesempatan kerja, kesejahteraan dan hasil-hasil
pembangunan. Pabrik yang didirikan juga berwawasan lingkungan, yang
berarti keberadaan tidak menggangu lingungan sekitar.
d. Sarana Penunjang
Kawasan Industri di Gresik memiliki fasilitas terpadu seperti
perumahan, sarana olah raga, sarana esehatan, sarana hiburan dan lainnya.
Perusahaan nantinya harus mengembangan fasilitas untu karyawan tapi
untuk mengurangi pembiayaan pendirian pabrik maka dapat menggunakan
fasilitas terpadu tersebut.

1.4 Tinjauan Pustaka

1.4.1 Proses Pembuatan Sodium Thiosulfate Pentahydrat

7
Sodium thiosulfate pentahydrat dapat diproduksi secara komersial dengan
beberapa cara yang dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Reaksi Sodium Sulfite dan Sulfur


Na2SO3(aq) + S(s) Na2S2O3(aq)
Larutan Sodium Sulfite direaksikan dengan Sulfur dengan rasio
mol yaitu 1 : 1 dalam suatu Reaktor Alir Tangki Berpengaduk tanpa
menggunakan katalis yang beroperasi pada suhu 80 oC dan tekanan 1atm
dengan waktu reaksi sekitar 1 jam, maka terbentuklah Sodium Thiosulfate.
Larutan Sodium Thiosulfate yang terbentuk kemudian difiltrasi,
dipekatkan dalam evaporator, dikristalkan, kemudian dikeringkan. Dalam
proses ini yield yang diperoleh sekitar 99%, harga bahan baku Sulfur
relatif murah serta merupakan cara yang paling umum dipakai dalam
industri (Faith & Keyes,1957).

b. Pengambilan dari hasil samping pembuatan sulfurdyes


2NaOH + SO2 + S Na2S2O3 + H2O
Hasil samping pada proses pembuatan sulfurdyes berupa sulfur,
caustic soda. Kedua bahan tersebut dilarutkan dalam air. Campuran
tersebut diumpankan ke dalam sutau reaktor dimana gas SO 2
digelembungkan (bubble) melalui campuran tersebut. Campuran hasil
reaksi dipisahkan dengan filtrasi dan filtratnya dimurnikan dengan karbon
aktif, kemudian dipekatkan dan terakhir dilakukan proses kristalisasi.
Kemurnian hasil hanya mencapai 96% (Faith & Keyes, 1957).

c. Dari hasil samping produk sodium sulfite


2Na2S + Na2CO3 + 4SO2 3Na2S2O3 + CO2
Hasil samping dari pabrik Sodium Sulfida adalah cairan yang
mengandung Na2S 8%,. Hasil buangan ini direaksikan dengan gas SO 2
dalam reaktor gelembung menghasilkan Na2S2O3 yang kemudian difiltrasi,

8
dipekatkan dalam evaporator dan dikristalkan. Kekurangan proses ini
adalah harga bahan baku Na2S relatif mahal. Yield yang diperoleh adalah
45%. Dari uraian diatas dipilih pembuatan sodium thiosulfate pentahydrat
menggunakan proses reaksi sodium sulfite dan sulfur dengan berbagai
pertimbangan seperti pada perbandingan proses berikut:
Tabel 1.3 Matrik Pemilihan Proses
Parameter Proses 1 Proses 2 Proses 3
Bahan baku Na2SO3 + S 2NaOH + 2Na2S + 3SO2
SO2+S
Fase reaksi Cair-padat Cair-gas Cair-gas
Reaktor RATB Gelembung Gelembung
Proses Produk By produk By produk
Yeild 99% - 45%
Kemurnian 99% 96% -
Konversi 99% - -

1.4.2 Kegunaan Produk


Distribusi pemakaian Sodium Thiosulfat Pentahydrat secara komersial di
Amerika Serikat dan Asia sebagai berikut:
a. Fotografi (80%)
Di dalam fotografi Sodium Thiosulfat Pentahytdrat biasanya
dipakai sebagai bahan baku pencuci sebab bahan tersebut mudah
menghancurkan perak bromida yang tak tereduksi di dalam lapisan film
membentuk campuran larutan kompleks perak thiosulfat.
Reaksi:
AgBr + 3Na2S2O3 NaAg(S2O3)3 + NaBr
b. Penyamakan Kulit (5%)
Sodium thiosulfat pentahydrat digunakan dalam proses
penyamakan kulit sebagai pereduksi yang mereduksi diklorat menjadi
klor alum.
c. Industri Tekstil, Kertas, Farmasi dan lainnya (5%)

9
Sodium thiosulfat pentahydrat digunakan sebagai anti klor pada
industri tekstil dan kertas untuk mereduksi klorin dalam bahan kertas
dan tekstil. Sedangkan untuk industri farmasi digunakan sebagai bahan
pembuatan asam thioblicolic yang mana asam tersebut sebagai obat
keriting rambut. Sodium thiosulfat pentahydrat juga dipakai dalam
proses ekstraksi perak, pada pemutihan wool dan gading serta
penyerbukan minyak pelumas.
Sumber: Condensed Chemical Disctionary, 1981, vol 10 hal
954

1.4.3 Sifat Fisis dan Kimia


a. Bahan Baku
1. Belerang/Sulfur (S)
Sifat fisika:
Berat molekul = 32 gr/mol
Berat jenis = 1,64 gr/cc (20 oC)
Bentuk = Bubuk
Specyfic gravity = 2,046 gr/cc
Titik Leleh = 120 oC
Titik Didih = 444,6 oC
Densitas pada 140 oC = 1.7865 g/cc
Viskositas pada 120 oC = 0.0017 Pa.s
Kapasitas panas = 0,18 kal/gr oC
(Perry, edisi 7 tahun 1997)
Sifat kimia:
- Dengan udara membentuk sulfur dioksida (S + O2 SO2)
- Dengan asam klorida dengan katalis Fe akan menghasilkan Hidrogen
sulfida
- Sedikit larut dalam CS2
2. Sodium Sulfite (Na2SO3)
Sifat fisika :

10
Berat molekul = 126 gr/mol
Bentuk = Bubuk kristal
Spesific gravity = 2,633 gr/cm3
Titik leleh = 500 oC
Titik didih = 600 oC
(Perry, edisi 7 tahun 1997)
3. Air (H2O)
Sifat fisika:
Berat molekul = 18 kg/mol
Bentuk = Cairan
Titik didih = 100 oC
Titik beku = 0 oC
Spesifik Gravity = 1 gr/cc

(Perry, edisi 7 tahun 1997)


Sifat kimia:
1. Mudah melarutkan zat cair, padat maupun gas.
2. Merupakan hidrogen penghidrolisis.

b. Produk
1. Sodium Thiosulfate Pentahydrat (Na2S2O3.5H2O)
Sifat Fisika:
Berat molekul = 248 kg/kmol
Bentuk = Kristal
Titik leleh = 48 oC
Titik didih = 143,034 oC
Spesifik grafity = 1,7 gr/cc
(Krik & Othmer, 1964)
Sifat kimia:
- Larut dalam minyak turpentine dan amoniak.
- Tidak larut dalam alkohol.

11
- Tidak beracun, tidak mudah menguap, mudah digunakan, harga
ekonomis, berwarna putih dan berbentuk kristal.

1.4.4 Tinjauan Proses Secara Umum


Pada pembuatan sodium thiosulfat pentahydrat dalam hal ini dipilih
proses reaksi pembentukan sodium thiosulfat pentahydrat dari sodium
sulfie dan sulfur. Dengan tinjauan proses sebagai berikut :
Reaksi:
Na2SO3(aq) + S(s) Na2S2O3(aq)
Sodium Sulfite disimpan dalam gudang penyimpanan Sodium Sulfite
dan Sulfur disimpan dalam gudang penyimpanan Sulfur pada kondisi
30°C dan 1 atm. Sodium Sulfite 99% dari Gudang (G-01) diangkut
menggunakan Belt Conveyor (BC-01) menuju Bucket Elevator (BE-01).
Sodium Sulfite diangkut ke atas menggunakan Bucket Elevator (BE-01)
menuju Hopper (H-01) kemudian diumpankan ke Tangki Pelarut (TP-01)
untuk dilarutkan dengan sejumlah air proses pada suhu 30°C dan tekanan
1 atm dengan rasio mol Sodium Sulfite dan air proses adalah 1 : 22.
Larutan Sodium Sulfite dipanaskan pada suhu 80°C dalam Tangki Pelarut
(TP-01) kemudian dialirkan dengan pompa menuju Reaktor (R-01).
Sulfur 99,98 % dari gudang (G-02) diangkut menggunakan Belt
Conveyor (BC-02) menuju Bucket Elevator (BE-02). Sulfur diangkut ke
atas menggunakan Bucket Elevator (BE-02) menuju Hopper (H-02)
kemudian diumpankan ke Reaktor (R-01).
Di dalam Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (R-01) terjadi reaksi
Sodium Sulfite dan Sulfur menghasilkan Sodium Thiosulfate berlangsung
pada fase padat-cair selama 2 jam dengan konversi 99% pada tekanan 1
atm dan suhu 80°C serta bersifat eksotermis, sehingga diperlukan media
pendingin. Perbandingan mol Sodium Sulfite dengan Sulfur yaitu 1 : 1,5.

12
Dari reaksi di reaktor terbentuk Sodium Thiosulfate dan sisa reaktan.
Larutan hasil keluar reaktor tersebut kemudian di pompa menuju
Centrifuge (CF-01) untuk dipisahkan antara filtrat dan cake pada suhu
70°C dan tekanan 1 atm. Filtrat yang sudah terpisah diumpankan menuju
Evaporator (EV-01) sedangkan cake kembali ke reaktor sebagai recycle.
Filtrat yang keluar dari Centrifuge (CF-01) diumpankan ke Evaporator
(EV-01) pada suhu 100,67 °C dan tekanan 1 atm dipekatkan menjadi
60% agar kondisinya jenuh dengan mengurangi kadar airnya. Hasil atas
dari Evaporator (EV-01) berupa uap air yang akan menuju unit
pengolahan lain, sedangkan hasil bawah berupa larutan jenuh yang akan
di pompa menuju Heat Exchanger (HE-01) untuk didinginkan menjadi 44
°C kemudian dialirkan menuju Crystallizer (CR-01) untuk dikristalkan
membentuk Sodium Thiosulfate Pentahydrate dengan tekanan 1 atm.
Hasil kristal Sodium Thiosulfate Pentahydrate yang terbentuk
dipisahkan dari cairannya dengan Centrifuge (CF-02) pada suhu 21°C
dan tekanan 1 atm. Filtrat dari Centrifuge (CF-02) tersebut dialirkan
menuju unit pengolahan lain. Kristal Sodium Thiosulfate Pentahydrate
yang sudah terpisahkan dipindahkan ke Rotary Dryer (RD-01) dengan
suhu udara panas 95°C dan tekanan 1 atm untuk mengurangi kandungan
air yang terikut saat pemisahan di Centrifuge (CF-01) kemudian kristal
dengan kemurnian 99,44% diangkut menggunakan Belt Conveyor (BC-
06) menuju Bucket Elevator (BE-04) untuk di angkut ke atas menuju Bin
(B-01) kemudian di packing dan di simpan dalam gudang produk (G-03).

13

Anda mungkin juga menyukai