Prodi/Semester : PEDI-A / II
Dosen Pembimbing
1
Muhammad ‘Ajaj Al-Khathib, Ushul Al-Hadits, terjemahan Pokok-Pokok Ilmu Hadits,
(Jakarta: Gaya Media Pratama,2001), h. 8.
2
Ibid, h. 35.
1
2
Artinya : "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku." (Adz-Dzariyaat: 56)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa sebagai tujuan hidup manusia yang jauh
dari kesempurnaan, ibadah adalah hal yang sangat penting untuk menggapai ridho-
Nya, dengan selalu menanamkan pendidikan ibadah kepada anak, saudara kerabat,
dan masyarakat Islam. Adapun sumber utama bagi umat Islam untuk memperoleh
pelajaran atau pendidikan ibadah adalah hadis Rasulullah SAW, sebab hadis
menjelaskan Al Quran dari berbagai segi, menjelaskan ibadah dan hukum yang
bersifat global, misalnya Allah SWT mewajibkan shalat kepada umat Islam tanpa
menjelaskan waktunya, rukunnya ataupun jumlah reka’atnya, lalu Rasulullah SAW
menjelaskan-nya melalui praktik shalat beliau dengan pengajaran beliau kepada kaum
muslimin tentang bagaimana melakukan shalat atau tata caranya4. Berdasarkan
pemahaman yang telah dikaji sebelumnya, sangat penting kiranya dilakukan kajian
khusus terhadap hadis-hadis Rasul yang mengandung pendidikan ibadah, sehingga
umat Islam akan memperoleh ajaran dan tuntutan beribadah secara benar langsung
dari sumber dan tokoh utamanya yaitu Rasulullah SAW. Sehubungan dengan kajian
yang di atas, dalam makalah penulis ini akan menguraikan hadis-hadis tentang
pendidikan ibadah, terutama tentang pendidikan bersuci, salat, pendidikan puasa, haji,
zakat, zikir, do'a, dan membaca Al Quran.
3
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Kuliah Ibadah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1963), h. 22.
4
Muhammad ‘Ajaj Al-Khathib, Ushul Al-Hadits, h. 35.
3
B. Pembahasan
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan sistem yang teragenda dalam kehidupan masyarakat
untuk melakukan perubahan nyata, terkhusus untuk individu. Istilah pendidikan atau
paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh
orang dewasa agar ia dewasa. Pendidikan sering diartikan sebagai usaha yang
dilakukan oleh manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di
masyarakat dan kebudayaan. Istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan
atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia dewasa. 5
Menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, yang
dimaksud dengan pendidikan adalah usaha yang terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengambangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.6
Dari beberapa pandangan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa, pendidikan
itu bertujuan untuk melakukan perubahan besar di tengah-tengah masyarakat, yang
semula tidak teratur, menjadi lebih teratur, tertata berdasarkan undang-undang Allah,
Rasul dan manusia yang sudah dipedomani oleh manusia. Dengan pendidikan,
memberikan pelita di dalam kegelapan, agar manusia mampu menjadi manusia yang
bermanfaat buat manusia lainnya.
2. Ibadah
Adapun definisi ibadah menurut Muhammadiyah adalah: “Mendekatkan diri
kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya serta mengamalkan apa saja yang diperkenankan oleh-Nya.” 7 Ibadah
5
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 1.
6
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2009 tentang dosen (Jakarta: CV.
Eka Jaya, 2009), h.102.
7
Lihat buku Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, h. 276.
4
merupakan hal yang sangat utgent (penting) untuk dipelajari oleh umat Islam. Dan
Ibadah itu bukan hanya berhubungan kepada Allah, juga berhubungan kepada
manusia dan lingkungannya. Dalam konsep ajaran Islam, manusia diciptakan tak lain
dan tak bukan untuk beribadah kepada Allah. Dengan kata lain untuk menyembah
Allah dalam berbagai bentuk dan manifestasinya baik secara langsung maupun tidak
langsung.8
Sedangkan definisi ibadah menurut Ulama Fiqh yaitu: “apa yang dikerjakan
untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT dan mengharap pahala-Nya di Akhirat.”9
Ibadah bertujuan untuk memberikan ketentraman beragama dan bersosial, karena
interaksinya dilakukan sesuai ketentuan Allah SWT dan Rasulullah saw.
3. Pendidikan Ibadah
Pendidikan ibadah merupakan penyempurnaan dari pendidikan aqidah, juga
merupakan cerminan dari aqidah. Dalam hal ini Said Ramadhan Al-Buthi, seperti
dikutip Suwaid dalam kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyah lit-Thifl menyata-
kan bahwa “agar aqidah anak tertanam kuat di dalam jiwanya, ia harus disiram
dengan air ibadah dalam berbagai bentuk dan macamnya, sehingga aqidahnya akan
tumbuh dengan kokoh, juga tegar menghadapi terpaan badai dan cobaan
kehidupan”.10 Secara sederhana pendidikan ibadah sesungguhnya merupakan usaha
berproses yang dilakukan manusia secara sadar dalam membimbing manusia menuju
kesempurnaan ibadahnya berdasarkan Islam, baik secara teoitis maupun praktis.11
Untuk mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar, umat Islam perlu belajar
banyak hal yang berkaitan dengan ibadah, baik itu tentang hukum dan kewajibannya,
8
Yusron Razak, dkk. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi & Umum., (Jakarta:
UHAMKA PRESS, 2011), h. 143.
9
Syakir Jamaluddin, Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW, (Yogyakarta: LPPI UMY, 2010) , h. 1-
2.
10
Muhammad Suwaid, Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyah lit-Thifl, terjemahan Salafuddin
Abu Sayyid. (Solo: Pustaka Arafah,2004). h. 174.
11
Hery Noer Aly. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos,1999). h. 13.
5
ْمَر َع ْن هَ َّم ٍام َع ْن َأبِي ٍ اق َع ْن َمع ِ ص[ ٍر حَ َّدثَنَا َع ْب[ ُد ال[ َّر َّز ُ حَ َّدثَنِي ِإ ْس[ َحا
ْ َق ب ُْن ن
َ صاَل ةَ َأ َح ِد ُك ْم ِإ َذا َأحْ َد
ث َ ُ ال اَل يَ ْقبَ ُل هَّللا
َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق
َ هُ َري َْرةَ َع ْن النَّبِ ِّي
14 ضَأ
َّ َحتَّى يَتَ َو
Artinya: Telah menceritakan kepadaku Ishaq bin Nashr telah menceritakan kepada
kami Abdurrazaq dari Ma'ma dari Hammam dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Allah tidak menerima shalat salah seorang diantara kalian
jika berhadas hingga ia berwudhu." (HR. Muslim)
Hadis ini merupakan hadis marfû’ mutaşil dengan sanad wahid, yang
diriwayatkan oleh perawi yang tergolong śiqah, śiqah hafiz dan şadûq. Abu Isa
berkata, “ini hadis paling şahih dalam masalah ini”.
Takhrij Hadis
Ibid, h. 221.
13
14
Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Şahih Muslim Juz 1, (Bandung:
Al Ma’arif,tt), h. 114. lihat juga at-Tirmiżi, Sunan at-Tirmiżi al-Jami’us Şahih, juz 1, Semarang: Toha
Putra,tt,.h. 3
6
Selain hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dengan hadis nomor 330, hadis
semakna dapat ditemukan juga pada :
1. Şahih Bukhari, hadis nomor 6440,
2. Sunan at-Tirmiżi, hadis nomor 71,
3. Sunan Abu Daud, hadis nomor 55, dan
4. Musnad Imam Ahmad, hadis nomor 7732 dan 7875 15.
ٍ َْح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ ب ُْن َس ِعي ٍد َوَأبُو بَ ْك ِر ب ُْن َأبِي َش ْيبَةَ َو ُزهَ ْي ُر ب ُْن حَ ر
َب َواللَّ ْف [ظُ لِقُتَيْبَة
س َأ َّن ٍ َض [ ِر َع ْن َأبِي َأن ْ َّان َع ْن َأبِي النَ َ[ر قَالُوا حَ َّدثَنَا َو ِكي [ ٌع َع ْن ُس [ ْفي ٍ [َوَأبِي بَ ْك
َ ِ ال َأاَل ُأ ِري ُك ْم ُوضُو َء َرسُو ِل هَّللا
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َ َاع ِد فَقِ َضَأ بِ ْال َمق
َّ ان تَ َوَ ُع ْث َم
17 ً َ ً َ َأ
ض ثاَل ثا ثاَل ثا َّ ثُ َّم تَ َو
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Abu Bakar bin Abu
Syaibah dan Zuhair bin Harb sedangkan lafazhnya milik Qutaibah dan Abu Bakar,
mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Abu an-
Nadlar dari Abu Anas bahwa Utsman berwudlu di tempat duduk, lalu dia berkata,
Syarh Jami’ at-Tirmidzi, terjemahan Shafaul Qolbi (et al.), (Jakarta: Pustaka Azzam,2008), h. 38.
16
Abu Al Ula Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim Al Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzi bi
Syarh Jami’ at-Tirmidzi, h. 48. Baca juga Imam Muslim dan Imam An-Nawawi, Şahih Muslim
BiSyarh an-Nawawy juz 4, (Bairut: Darul al Kitab al-Ilmiyah,tt), h. 9.
17
Muslim, Şahih Muslim Juz 1, h. 116.
7
'Mahukah kamu jika aku tunjukkan bagaimana cara Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengambil wudlu? 'Beliau kemudian berwudlu tiga kali tiga kali.'(H.R.
Muslim)
Hadis ini tergolong syarîf marfû’ kepada Nabi Saw, diriwayatkan oleh perawi
yang tergolong śiqah, śiqah śubut dan śiqah hafiz. Abu Isa berkata, “Hadis ini yang
paling hasan dan paling Şahih pada bab ini karena diriwayatkan dengan pasti dari Ali
RA”.
Takhrij Hadis
Hadis ini, selain ditemukan pada Muslim dengan hadis bernomor 337 dan 347,
juga ditemukan pada:
1. Imam Bukhari, nomor hadis 184
2. An-Nasā́ i, nomor hadis 80, 83, 95, 98, 114 dan 136
3. Abu Daud, nomor hadis 100 dan 101. Dan
4. Imam Ahmad, nomor hadis 380, 875, 884, 901, 958, 967, 128018.
dan karenanya jika tidak ada sama sekali umat Islam yang memberikan pendidikan
bersuci kepada umat Islam atau generasi berikut maka berdosalah kita umat Islam
keseluruhan.
Hadis dan penjelasan di atas merupakan kajian teoritis dari perintah
pendidikan bersuci, karena bersuci sifatnya praktis tentu ada tuntunan praktis yang
diberikan Rasulullah dalam memberi pelajaran bersuci. Adapun tuntunan Rasulullah
tentang bersuci adalah dengan cara memberi contoh atau mempraktekkan bagaimana
cara bersuci yang baik dan benar, hal inilah yang dapat dipelajari dari hadis-hadis dan
penjelasan di bawah ini.
Dalam Islam, mandi merupakan bagian penting dari ibadah, yag dimaksud
mandi adalah mandi janabat (mandi wajib) bagi setiap Muslim yang dalam keadaan
berhadas, dan mandi ini merupakan syarat wajib syahnya ibadah yang dilaksanakan
orang Islam, karenanya Rasul memberikan pendidikan kepada umatnya tentang
mandi seperti yang terungkap dalam hadis berikut ini:
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Qutaibah bin Sa'id
serta Abu Bakar bin Abi Syaibah berkata Yahya, telah mengabarkan kepada kami,
sedangkan dua orang yang lainnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu
al-Ahwash dari Abu Ishaq dari Sulaiman bin Shurad dari Jubair bin Muth'im dia
berkata, "Orang-orang berselisih dalam masalah mandi di sisi Rasulullah
20
Muslim, Şahih Muslim Juz 1, h. 146.
9
Hadis ini tergolong syarîf marfû’ mutaşil dari sanad yang banyak, adapun
kualitas perawinya adalah śiqah śubut imam, śiqah śubut, śiqah hafiz, dan śiqah
muttaqîn21. Dalam hadis ini diriwayatkan bahwa beberapa orang sahabat belajar
mandi kepada Rasul, dengan demikian maka hadis ini intinya adalah memberi
pendidikan bagi umat Islam bagaimana menggunakan air, terutama dalam mandi
yakni mandi janabat yang merupakan kewajiban bagi setiap Muslim.Pelajaran
penting dari hadis ini adalah tentang wajibnya membasahi kepala dengan air
sebanyak tiga kali dalam mandi janabat, dan ini merupakan pekerjaan yang
mengawali mandi janabat, sedangkan untuk selanjutnya adalah menyiramkan air ke
seluruh badan dari kepala sampai ke ujung kaki22.
Takhrij Hadis
Hadis ini dapat ditakhrij pada:
1. Şahih Bukhari bab mandi hadis nomor 246,
2. An-Nasā́ i bab bersuci hadis nomor 250 dan 422,
3. Sunan Abu Daud bab Ţaharah hadis nomor 207,
4. Sunan Ibnu Majah bab Ţaharah hadis nomor 568, dan
5. Musnad Ahmad hadis nomor 14225 dan16149.
21
Imam Muslim dan Imam An-Nawawi, Şahih Muslim BiSyarh an-Nawawy juz 4, (Bairut: Darul
al Kitab al-Ilmiyah,tt), h. 9.
22
Ibid,
10
اويَةَ َع ْن ِه َش ِام ْب ِن عُرْ َوةَ َع ْن َأبِي ِه ِ َح َّدثَنَا يَحْ يَى ب ُْن يَحْ يَى التَّ ِمي ِم ُّي َح َّدثَنَا َأبُو ُم َع
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َذا ا ْغتَ َس[ َل ِم ْن ْال َجنَابَ ِة
َ ِ ان َرسُو ُل هَّللا َ ت َك ْ ََع ْن َعاِئ َشةَ قَال
ُض [و َءهُ ضُأ ُو ُ يَ ْب َدُأ فَيَ ْغ ِس ُل يَ َد ْي ِه ثُ َّم يُ ْف ِر
َّ غ بِيَ ِمينِ ِه َعلَى ِش َمالِ ِه فَيَ ْغ ِس ُل فَرْ َجهُ ثُ َّم يَتَ َو
ْر َحتَّى ِإ َذا َرَأى َأ ْن قَ ْد َّ ُول
ِ الش [ع ِ صابِ َعهُ فِي ُأص َ صاَل ِة ثُ َّم يَْأ ُخ ُذ ْال َما َء فَيُ ْد ِخ ُل َأ َّ لِل
فَاض َعلَى َس[اِئ ِر َج َس[ ِد ِه ثُ َّم َغ َس[ َل
َ ت ثُ َّم َأ َ ا ْستَ ْب َرَأ َحفَ َن َعلَى َرْأ ِس[ ِه ثَاَل
ٍ ث َحفَنَا
23
ِ ِرجْ لَ ْي ِه
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya at-Tamimi telah
menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya
dari Aisyah dia berkata, "Dahulu apabila Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam
mandi hadas karena junub, maka beliau memulainya dengan membasuh kedua
tangan. Beliau menuangkan air dengan menuangkan air dengan tangan kanan ke atas
tangan kiri, kemudian membasuh kemaluan dan berwudhu dengan wudhu untuk
shalat. Kemudian beliau menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal
rambut sehingga rata. Hingga ketika selesai, beliau membasuh kepala sebanyak tiga
kali, lalu beliau membasuh seluruh tubuh dan akhirnya membasuh kedua kaki. (HR.
Muslim)
Hadis ini tergolong syarîf marfû’ dengan sanad wahid, dengan perawi
sebagian besar śiqah oleh at-Tirmiżi hadis ini disebut sebagai hadis hasan şahih.
Takhrij Hadis
Hadis yang serupa juga dapat ditemukan pada:
1. Şahih Bukhari, hadis nomor 240
2. Sunan Abu Daud, hadis nomor 210
3. An-Nasā́ i, hadis nomor 247, 416, 417, dan 420
4. Musnad Ahmad, hadis nomor 25571. Dan
5. Imam Malik, hadis nomor 89 24.
Muslim, Shahih Muslim Juz 1, h. 143. lihat juga at-Tirmiżi, Sunan at-Tirmiżi al-Jami’us
23
Hadis ini merupakan pedoman bagi umat Islam tentang tata cara mandi, dalam
Syarah An Nawawy, dijelaskan bahwa yang wajib dalam mandi janabat adalah niat
dan menyampaikan air ke seluruh badan, sedangkan yang lainnya seperti membasuh
tangan dan membasuh kemaluan, seperti yang dilakukan Rasul dalam hadis di atas
oleh kebanyakan mazhab adalah tidak wajib hukumnya.25
Selain hadis di atas, berikut ini juga berisi pendidikan praktis dari Rasul
tentang cara mandi hadas;
mendirikan shalat. Kemudian beliau menuangkan air yang diciduk dengan dua
telapak tangan ke kepala sebanyak tiga kali sepenuh telapak tangan. Lalu beliau
membasuh seluruh tubuh, lalu beralih dari tempat tersebut dan membasuh kedua kaki,
kemudian aku mengambilkan handuk untuk beliau, tetapi beliau menolaknya."
(HR. Muslim)
Hadis ini tergolong syarîf şahih’, hadis ini dan hadis-hadis lain yang semakna
adalah şahih27. Hadis ini diriwayatkan oleh prawih yang berkualitas; śiqah, śiqah
hafiz, śiqah makmun, dan śiqah yursal.
Takhrij Hadis
Hadis ini juga ditemukan pada :
1. Şahih Bukhari, hadis nomor 249
2. Sunan Abu Daud, nomor hadis 116, 122, dan 213. Dan
3. Musnad Imam Ahmad, nomor hadis 11748, 12457 dan 1655828
Pelajaran penting yang dapat diambil dari ketiga hadis tersebut di atas adalah
pendidikan atau tata cara mandi hadas. Dengan adanya hadis-hadis tersebut umat
Islam menjadi tahu bagaimana cara mandi hadas yang dilakukan atau dipraktekan
oleh Rasulullah dan untuk selanjutnya akan dijadikan pedoman bagi umat Islam
melaksanakan mandi janabat (mandi hadas)29. Tayamum juga merupakan satu ajaran
Islam yang berkaitan dengan ibadah, dan karenanya Rasulullah dalam beberapa
hadisnya menjelaskan tentang tata cara bertayamum. Di antara hadis-hadis tersebut
adalah:
27
Imam Muslim dan Imam An-Nawawi, Şahih Muslim BiSyarh an-Nawawy juz 3, h. 231.
28
Ibid
29
Imam Muslim dan Imam An-Nawawi, Şahih Muslim BiSyarh an-Nawawy juz , h. 231-232.
13
ٍ [ص َع ْمرُو ب ُْن َعلِ ٍّي ْالفَاَّل سُ حَ َّدثَنَا يَ ِزي[ ُد ب ُْن ُز َر ْي
[ع حَ َّدثَنَا َس[ ِعي ٌد ٍ َح َّدثَنَا َأبُو َح ْف
ِ َع ْن قَتَا َدةَ َع ْن َع ْز َرةَ َع ْن َس ِعي ِد ْب ِن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ْب ِن َأب َْزى َع ْن َأبِي [ ِه َع ْن َع َّم
ار
30 َّ ْ
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأ َم َرهُ بِالتَّيَ ُّم ِم لِ ْل َوجْ ِه َوال َكفي ِْن َّ ِاس ٍر َأ َّن النَّب
َ ي ِ َْب ِن ي
Artinya: telah menceritakan kepada kami Abu Hafsh 'Amru bin Ali Al Falas( berkata;
telah menceritakan kepada kami Yazid Ibnu Zurai' berkata; telah menceritakan
kepada kami Sa'id dari Qatadahmdari Azrah dari Sa'id bin Abdurrahman bin Abza
dari ayahnya dari 'Ammar bin Yasir berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkan kepadanya bertayamum pada muka dan kedua telapak tangan." (HR.
At-Tirmizi)
Hadis ini termasuk syarîf marfû’, dengan perawih berkualitas śiqah, śiqah
śubut dan śiqah hafiz, oleh Imam at-Tirmiżi disebutkan bahwa hadis dari ‘Ammaar
ini adalah hasan sahih31, begitu juga An Nawawy menyebutkan bahwa hadis ini dan
hadis-hadis yang semisalnya adalah sahih32. Hadis ini dapat ditakhrij pada Şahih
Bukhari, sahih Muslim, Sunan an-Nasā́ i, Sunan Ibnu Majah, Sunan Abu Daud,
Musnad Ahmad dan Ad-Darimy. Hadis ini merupakan dalil tentang menyapu wajah
dan kedua telapak tangan dalam bertayamum, sesungguhnya Allah telah mewajibkan
membasuh tangan sampai kepada siku dalam wudhu, kemudian berfirman tentang
tayamam “maka sapulah wajah kamu dan tangan kamu”, jelaslah bahwa dalam hal ini
adalah tangan sebagaimana yang dimaksud dalam berwudhu.33
Hadis lain yang mengajarkan tentang tata cara bertayamum adalah hadis yang
diriwayatkan oleh Bukhari, yaitu:
Imam al-Hafidz Abi ‘Abbas Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-Tirmiżi, Sunan at-Tirmiżi al-
30
ال َح َّدثَنَا ُش ْعبَةُ َح َّدثَنَا ْال َح َك ُم َع ْن َذ ٍّر َع ْن َس ِعي ِد ب ِْن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ْب ِنَ ََح َّدثَنَا آ َد ُم ق
ُ ب فَقَا َل ِإنِّي َأجْ نَب
ْت فَلَ ْم ِ مَر ْب ِن ْال َخطَّا
َ قَال جَا َء َر ُج[ ٌل ِإلَى ُع َ [زى َع ْن َأبِي[ ِه َ [َأ ْب
ب َأ َما تَ ْذ ُك ُر َأنَّا ُكنَّا فِي َس[[فَ ٍر
ِ اس ٍر لِ ُع َم َر ب ِْن ْال َخطَّا
ِ َال َع َّما ُر ب ُْن ي َ َصبْ ْال َما َء فَق ِ ُأ
ص[لَّى
َ ت لِلنَّبِ ِّي ُ ص[لَّي
ُ ْْت فَ َذ َكر َ َت ف ُ ص[لِّ َوَأ َّما َأنَا فَتَ َم َّع ْك
َ ُت فَلَ ْم تَ ت فََأ َّما َأ ْن
َ َأنَا َوَأ ْن
ب َ َك هَ َك َذا ف
َ ض[[ َر َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإنَّ َما َك
َ ان يَ ْكفِي َ َهَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق
َ ال النَّبِ ُّي
َ ْصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس[لَّ َم بِ َكفَّ ْي[ ِه اَأْلر
ُض َونَفَ َخ فِي ِهمَا ثُ َّم َم َس[ َح بِ ِهمَا َوجْ هَه َ النَّبِ ُّي
34
)َو َكفَّ ْي ِه (رواه البخار
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Adam ia berkata; telah menceritakan
kepada kami Syu'bah berkata, telah menceritakan kepada kami Al Hakam dari Dzar
dari Sa'id bin 'Abdurrahman bin Abza dari Bapaknya berkata, "Seorang laki-laki
datang kepada Umar Ibnul Khaththab dan berkata, "Aku mengalami junub tapi tidak
mendapatkan air? "Maka berkata lah 'Ammar bin Yasir kepada 'Umar bin Al
Khaththab, "Tidak ingatkah ketika kita dalam suatu perjalanan? Saat itu engkau tidak
mengerjakan shalat sedangkan aku bergulingan di atas tanah lalu shalat? Kemudian
hal itu aku sampaikan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Sebenarnya cukup kamu melakukan begini." Beliau lalu
memukulkan telapak tangannya ke tanah dan meniupnya, lalu mengusapkannya ke
muka dan kedua telapak tangannya." (HR. Bukhori)
Hadis ini tergolong syarîf marfû’ dengan kualitas perawih śiqah, śiqah hafiz
dan śiqah śubut.
Takhrij Hadis
Selain diriwayatkan oleh Bukhari hadis nomor 326 dan 334, juga diriwayatkan oleh:
1. An-Nasā́ i, hadis nomor 310 dan 318,
2. Abu Duad, hadis nomor 274 dan 275, dan
3. Sunan Ibnu Majah, hadis nomor 562
Abu Abdullah bin Muhammad Ismail al-Bukhari, Şahih al-Bukhari, juz 1, Saudi Arabia:
34
35
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Şahih al-Bukhari,
Bairut: Dar al-Ma’rifah,1379 H, juz 2 h. 11.
36
At-Tirmiżi, Sunan at-Tirmiżi al-Jami’us Şahih, juz 1, h. 253.
16
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr berkata; telah mengabarkan
kepada kami Harmalah bin Abdul Aziz bin Ar Rabi' bin Syabrah Al Juhani dari
Abdul Malik bin Ar Rabi' bin Sabrah dari Ayahnya dari Kakeknya ia berkata;
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ajarkanlah shalat kepada anak-
anak diumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika meninggalkan shalat di umur
sepuluh tahun." (HR. Tarmidzi)
Hadis ini tergolong syarîf marfû’ mutaşil dengan sanad wahid, adapun
kualitas perawinya adalah śiqah, śiqah hafiz, la ba'sa bihi, dan śiqah al 'ajali.
Takhrij Hadis
Hadis tersebut dapat juga ditemukan pada :
1. Sunan Abu Daud bab şalat hadis nomor 417,
2. Sunan ad-Darimy bab şalat hadis nomor 1395, dan
3. Musnad Ahmad, bab şalat hadis nomor 14798.37
Oleh Abu 'Isya hadis ini dikatakan sebagai hadis hasan şahih38. Berkata
Hakim bahwa hadis ini şahih dengan syarat-syarat Muslim. Hadis ini secara jelas
memerintahkan kepada orang tua agar memberi pendidikan şalat kepada anak-anak
jika telah berusia tujuh tahun, dan jika pada usia sepuluh tahun anak tidak juga mau
melaksanakan şalat maka orang tua boleh memukulnya, tetapi bukan memukul anak
dengan kasar dan keras sampai anak merasa tersiksa, yang dianjurkan Rasul adalah
memukulnya sebagai peringatan dan tidak melampui batas kasih sayang. Hal ini
sesuai dengan pendapat sebagian fukaha dari kalangan pengikut Syafi’i yang
berpendapat bahwa wajib bagi orang tua memarahi anak setelah baligh jika
meninggalkan sholat dengan sengaja.39
Menurut bahasa şalat mengandung arti do’a, sedang menurut istilah berarti
suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan laku-perbuatan
37
Lihat ‘Aunil Ma’bud Jilid 2 halaman 20.
38
Ibid,.
39
Syarah Hadis Tarmizi dalam CD soft ware Kutubut Tis’ah.
17
dimulai dengan takbir dan diakhiri degan salam, berdasar atas syarat-syarat dan
rukun-rukun tertentu, sholat merupakan rukun Islam kedua dan hukumnya fardu ‘ain
bagi setiap Muslim yang telah baligh (dewasa)40.
Dalam mengajarkan şalat kepada anak-anak hendaklah diberikan secara
bertahap, yaitu bagi anak-anak umur 7 (tujuh) tahun pertama yang diajarkan adalah
tentang rukun-rukun şalat, kewajiban-kewajiban dalam mengerjakan şalat serta hal-
hal yang bisa membatalkan şalat 41, setelah itu diajarkan pula gerak-geriknya terlebih
dahulu, kemudian bacaannya secara bertahap, bacaan yang paling mudah dibaca dan
dihapal anak-anak, itulah yang diajarkan terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan
bacaan-bacaan lainnya.42 Kedua orang tua bisa mulai membimbing anak mengerjakan
şalat dengan cara mengajak anak untuk melakukan sholat di samping mereka. Jangan
diamkan anak menonton televisi, sementara azan berkumandang. Jika orang tua
menghendaki anak mengerjakan şalat, berilah ia teladan. Orang tua perlu menjelaskan
bahwa şalat merupakan satu wujud rasa syukur, karena Allah telah memberikan
nikmat berupa rezki yang halal dan kesehatan. 43 Rahasianya adalah agar anak dapat
mempelajari hukum-hukum ibadah şalat sejak masa pertumbuhannya, sehingga ketika
anak tumbuh besar, ia telah terbiasa melakukan dan terdidik untuk mentaati Allah,
melaksanakan hak-hakNya, bersyukur kepada Allah, di samping itu anak akan
mendapatkan kesucian ruh, kesehatan jasmani, kebaikan akhlak, perkataan dan
perbuatan di dalam ibadah şalat yang dilaksanakannya.44
Selain perintah untuk memberi pendidikan sholat kepada anak, juga
diperintahkan untuk memberi pendidikan şalat kepada orang dewasa atau orang-orang
yang baru belajar tentang Islam, hal ini sesuai dengan hadis Rasul, berikut ini:
40
Razak, Dienul Islam, h. 178.
41
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, terjemahan Salafuddin Abu Sayyid, Solo:
Pustaka Arafah, 2004, h. 175.
42
M. Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak, Ttp: Pustaka Al Kautsar, 1992, h.
91.
43
Ummi Aghla, Mengakrabkan Anak pada Ibadah, Jakarta: Almahira,2004, h. 96.
44
Abdullah Nashih Ulwan,Tarbiyatu ‘l-Aulad fi-‘l-Islam, terjemahan Saifullah Kamalie,
Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Semarang: Asy Syfa’,1981. h. 153.
18
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu
Kuraib, dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Waki', Abu Bakar berkata, telah
menceritakan kepada kami Waki' dari Zakariya bin Ishaq dia berkata, telah
menceritakan kepadaku Yahya bin Abdullah bin Shaifi dari Abu Ma'bad dari Ibnu
Abbas dari Mu'adz bin Jabal, Abu Bakar berkata, "Barangkali, " Waki' berkata, dari
Ibnu Abbas, bahwa Mu'adz berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mengutusku. Beliau bersabda: "Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum
dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka kepada persaksian bahwa tidak ada tuhan (yang
berhak disembah) selain Allah, dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka
mentaatimu untuk hal tersebut, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah
telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu pada setiap siang dan malam.
Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut maka beritahukanlah kepada mereka
bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka sedekah yang diambil dari orang kaya
mereka lalu dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Jika mereka
mentaatimu untuk hal tersebut maka kamu jauhilah harta mulia mereka. Takutlah
kamu terhadap doa orang yang terzhalimi, karena tidak ada penghalang antara dia dan
Allah'." (HR. Muslim)
Muslim, Şahih Muslim Juz 1, h. 29. lihat juga at-Tirmiżi, Sunan at-Tirmiżi al-Jami’us Şahih,
45
Hadis di atas sesungguhnya berisi perintah kepada Muaz ibn Jabal ketika
hendak di utus ke Yaman oleh Rasulullah sebelum wafatnya Nabi SAW, isi hadis ini
antara lain pernyataan Rasul bahwa di Yaman nantinya akan dijumpai orang
golongan ahli Kitab, untuk itu Muaz diperintahkan untuk mendakwahi mereka kepada
tauhid sebelum memerangi mereka, tidak menghukum mereka secara Islam kecuali
setelah mereka bersyahadat, dalam hadis tersebut juga disebutkan agar Muaz
mengajari mereka melaksanakan sholat wajib lima waktu sehari semalam, setelah
mereka senantiasa takwa kepada Allah, maka ajarkanlah mereka untuk berzakat, akan
tetapi zakat ini hanya wajib bagi mereka yang memiliki kelebihan harta (orang kaya)
dan tidak wajib bagi orang-orang fakir. Oleh Imam An Nawawi, hadis ini adalah
Şahih.46
Takhrij Hadis
Hadis ini juga diriwayatkan oleh
1. Imam at-Tirmiżi, hadis nomor 567, dan disebutkan bahwa hadis ini
adalah hasan şahih.47
2. Shohih Bukhari, hadis nomor 1401 dan 4000
3. Sunan Abu Daud, hadis nomor 1351
4. Sunan an-Nasa’i, hadis nomor 2392 dan 2475
5. Sunan Ibnu Majah, hadis nomor 1773
6. Musnad Ahmad, hadis nomor 1967
7. Musnad Darimi, hadis nomor 156348
46
Imam Muslim dan Imam An-Nawawi, Şahih Muslim BiSyarh an-Nawawy juz 2, (Bairut: Darul
al Kitab al-Ilmiyah,tt), h. 89.
47
At-Tirmiżi, Sunan at-Tirmiżi al-Jami’us Şahih, juz 1, h. 69.
48
Imam Muslim dan Imam An-Nawawi,,,h. 89-90.
20
yang dapat dijadikan dasar pendidikan praktis tentang şalat lima waktu sehari
semalam, di antara hadis-hadis tersebut adalah:
ك َ َح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد َح َّدثَنَا ِإ ْس َما ِعي ُل َح َّدثَنَا َأيُّوبُ َع ْن َأبِي قِاَل بَةَ َع ْن َأبِي ُسلَ ْي َم
ِ ِان َمال
ُون ِ َص[لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي[ ِه َو َس[لَّ َم َونَحْ ُن َش[بَبَةٌ ُمت
َ قَارب َ ي َّ ِقَال َأتَيْنَا النَّب
َ ث ِ [وي ِْر َ [ْب ِن ْال ُح
اش[تَ ْقنَا َأ ْهلَنَا َو َس[َألَنَا َع َّم ْن تَ َر ْكنَا فِي َأ ْهلِنَا
ْ ين لَيْلَةً فَظَ َّن َأنَّا
َ فََأقَ ْمنَا ِع ْن َدهُ ِع ْش ِر
قَال ارْ ِج ُع[[وا ِإلَى َأ ْهلِي ُك ْم فَ َعلِّ ُم[[وهُ ْم َو ُم[ رُوهُ ْم َ فََأ ْخبَرْ نَاهُ َو
َ َكَان َرفِيقً[[ا َر ِحي ًم[[ا ف
الص[اَل ةُ فَ ْليُ[َؤ ِّذ ْن لَ ُك ْم َأحَ ُد ُك ْم ثُ َّم
َّ تْ ض[ َر َ صلُّوا َك َما َرَأ ْيتُ ُم[[ونِي ُأ
َ ص[لِّي َوِإ َذا َح َ َو
49 ُ
.لِيَُؤ َّم ُك ْم َأ ْكبَ ُرك ْم
Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari ini, merupakan dalil tentang “şalatlah
kamu sebagaimana kamu melihatku şalat”, artinya bahwa dalam melaksanakan sholat
secara praktis umat Islam harus merujuk pada cara Rasulullah mengerjakan şalat.
49
Fathul Bari Ibnu Hajar jilid 17 halaman 147 hadis nomor 5549.
21
Hadis ini tergolong marfû’ mutaşil dengan sanad wahid, diriwayatkan oleh sanad
yang tergolong kualitas śiqah hafiz, śiqah śubut hujjah, dan śiqah kasir al-irsal.
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan juga oleh :
1. Imam Muslim dalam bab masjid dan tempat sholat, hadis nomor 1080
2. Mirqatul Mafatih Ali Al Qari, hadis nomor 1079
3. Sunan Daraqutni dalam bab şalat, hadis nomor 1055
4. Imam Ahmad, hadis nomor 15045, dan
5. ad-Darimy, hadis nomor 122550
َح َّدثَنِي ُم َح َّم ُد ب ُْن ْال ُمثَنَّى َح َّدثَنَا يَحْ يَى ب ُْن َس ِعي ٍد َع ْن ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ قَ َ
ال َح َّدثَنِي َس[[ ِعي ُد
ص [لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي[ ِه َو َس [لَّ َم [رةَ َأ َّن َر ُس [ َ
ول هَّللا ِ َ ب ُْن َأبِي َس ِعي ٍد َع ْن َأبِي ِه َع ْن َأبِي هُ َر ْي[ َ
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ُول هَّللا ِ َ
صلَّى ثُ َّم َجا َء فَ َسلَّ َم َعلَى َرس ِ َد َخ َل ْال َمس ِ
ْج َد فَ َد َخ َل َر ُج ٌل فَ َ
ك لَ ْم ص [ ِّل فَِإنَّ َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َّ
الس [اَل َم قَا َل ارْ ِج[ ْع فَ َ َو َسلَّ َم فَ َر َّد َرسُو ُل هَّللا ِ َ
ص[لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي[ ِهصلَّى ثُ َّم جَا َء ِإلَى النَّبِ ِّي َان َ صلَّى َك َما َك َ صلِّ فَ َر َج َع ال َّر ُج ُل فَ َ تُ َ
الس [اَل ُم ثُ َّم قَا َل
[ك َّ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلَ ْي[ َ
َو َسلَّ َم فَ َسلَّ َم َعلَ ْي ِه فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا ِ َ
ت فَقَا َل ال َّر ُج[ ُل َوالَّ ِذي ث مَ رَّا ٍ [ك ثَاَل َ صلِّ َحتَّى فَ َ
عَل َذلِ[ َ صلِّ فَِإنَّ َ
ك لَ ْم تُ َ ارْ ِج ْع فَ َ
صاَل ِة فَ َكبِّرْ ثُ َّم ا ْق َرْأ ق َما ُأحْ ِس ُن َغي َْر هَ َذا َعلِّ ْمنِي قَ َ
ال ِإ َذا قُ ْم َ
ت ِإلَى ال َّ ك بِ ْال َح ِّ
بَ َعثَ َ
آن ثُ َّم ارْ كَ ْع َحتَّى تَ ْ
ط َمِئ َّن َرا ِك ًع[[ا ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى تَعْتَ ِد َل ك ِم ْن ْالقُ[[رْ ِ
َما تَيَ َّس َر َم َع َ
50
Imam Muslim dan Imam An-Nawawi, Şahih Muslim BiSyarh an-Nawawy juz 2.
22
Hadis ini tergolong hadis syarîf marfû’ mutaşil, dengan kualitas perawih
sebagian besar śiqah. Oleh Abi ‘Isya dikatakan bahwa hadis ini adalah hadis hasan
şahih.52
Takhrij Hadis
Hadis ini dapat ditakhrij dalam :
1. Shahih Bukhari kitab Azan, hadis nomor 5782 dan 6174,
2. An-Nasā́ i kitab iftitah, hadis nomor 874,
3. Abu Daud kitab sholat, hadis nomor 730.
4. Ibnu Majah kitab sholat, hadis nomor 1050, dan
51
At-Tirmiżi, Sunan at-Tirmiżi al-Jami’us Şahih juz 1, h. 186.
52
At-Tirmiżi, Sunan at-Tirmiżi al-Jami’us Şahih juz 1, h. 187.
23
Hadis di atas berisi tentang pengajaran atau penjelasan praktis dari Rasulullah
kepada seorang laki-laki yang salah dalam melaksanakan şalat. Karena laki-laki itu
mendapat teguran dari Rasul, maka ia meminta kepada Rasul untuk mengajarkan
bagaimana cara melaksanakan şalat yang benar, lalu rasul mejelaskannya seperti yang
tersebut pada hadis tersebut.
Hadis berikut ini juga berisi tentang penjelasan praktis pendidikan şalat, yaitu:
ََح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ ب ُْن َس ِعي ٍد َوَأبُو َكا ِم ٍل ْال َجحْ َد ِريُّ َواللَّ ْفظُ لِقُتَ ْيبَةَ قَااَل َح َّدثَنَا َأبُو َع َوانَة
ُ ب َأبِي قَا َل َو َج َع ْل
ت ِ ْت ِإلَى َج ْن ُ ص [لَّي َ ال َ َب ب ِْن َس ْع ٍد قِ ور َع ْن ُمصْ َع ٍ َُع ْن َأبِي يَ ْعف
َ [ ِت َذل
ك ُ ْك قَا َل ثُ َّم فَ َع ْل
َ ْك َعلَى ُر ْكبَتَي َ ال لِي َأبِي اضْ ِربْ بِ َكفَّي َّ َي بَي َْن ُر ْكبَت
َ َي فَق َّ يَ َد
ِّب بِ[[اَأْل ُكفَ ض[ ِر ْ َال ِإنَّا نُ ِهينَا َع ْن هَ َذا َوُأ ِمرْ نَا َأ ْن ن
َ َي َوق
َّ ب يَ َدَ ض َر َ ََم َّرةً ُأ ْخ َرى ف
54
ِ َعلَى الرُّ َك
ب
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Abu Kamil al-
Jahdari dan lafazh tersebut milik Qutaibah, keduanya berkata, telah menceritakan
kepada kami Abu Awanah dari Abu Ya'fur dari Mush'ab bin Sa'd dia berkata, "Aku
shalat di samping bapakku." Dia berkata lagi, "Dan aku meletakkan kedua tanganku
antara kedua lutut, lalu bapakku berkata kepadaku, 'Pukullah dengan kedua telapak
tanganmu pada lututmu'." Dia berkata lagi, "Kemudian aku melakukan hal tersebut
pada kesempatan lain, lalu dia memukul tanganku, seraya dia berkata, 'Kami dilarang
Rasulullah seperti ini, dan kami diperintahkan meletakkan telapak tangan di atas
lutut'." (HR. Muslim)
Hadis ini tergolong syarîf marfû’ dan diriwayatkan oleh para perawi yang
berkualitas śiqah, śiqah śubut dan śiqah hafiz, dalam syarah An-Nawawi disebutkan
bahwa hadis ini Şahih55.
53
http://carihadis.com
54
Muslim, Şahih Muslim Juz 1, h. 217.
24
Takhrij Hadis
Hadis semakna juga diriwayatkan dalam :
1. Şahih Bukhari,
2. Sunan an-Nasā́ i,
3. Sunan at-Tirmiżi,
4. Sunan Abu Duad,
5. Sunan Ibnu Majah,
6. Musnad Ahmad dan
7. ad-Darimy.56
Pelajaran şalat yang dapat diambil dari hadis ini adalah tentang letak tangan
pada saat ruku’, yaitu meletakkan tangan di atas lutut, bukan di antara dua lutut.
Dalam hal ini seorang ayah memberikan pendidikan şalat kepada anaknya dengan
tegas dan disertai contoh pelaksanaan yang benar. Praktek pendidikan şalat seperti
inilah yang seyogiyanya diterapkan oleh para orang tua dalam memberi pendidikan
sholat kepada anak-anaknya, sehingga anak tidak hanya memiliki pengetahuan
teoritis tentang şalat, tetapi juga memiliki pengetahuan dan pemahaman yang sifatnya
praktis tentang şalat, dan dengan demikian maka anak akan mampu melaksanakan
şalat dengan benar sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Dalam hadis lain ditemukan juga bagaimana Rasulullah memberi pendidikan
şalat kepada anak-anak, seperti sabda beliau yang diriwayatkan dari Anas:
ُّاري
ِ صَ َح َّدثَنَا َأبُو َحاتِ ٍم ُم ْسلِ ُم ب ُْن َحاتِ ٍم ْالبَصْ ِريُّ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن َع ْب ِد هَّللا ِ اَأْل ْن
ٍ ِب قَا َل قَا َل َأنَسُ ب ُْن َمال
ك قَا َل ِ َِّع ْن َأبِي ِه َع ْن َعلِ ِّي ب ِْن َز ْي ٍد َع ْن َس ِعي ِد ب ِْن ْال ُم َسي
صاَل ِة فَِإ َّن َ َك َوااِل ْلتِف
َّ ات فِي ال َّ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَا بُن
َ ي ِإيَّا َ ِ لِي َرسُو ُل هَّللا
55
Imam Muslim dan Imam An-Nawawi, Şahih Muslim BiSyarh an-Nawawy juz 5, (Bairut: Darul
al Kitab al-Ilmiyah,tt), h. 17.
56
Lihat (http://carihadis.com)
25
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Hatim Muslim bin Hatim Al Bashri
telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah Al Anshari dari ayahnya
dari Ali bin Zaid dari Sa'id bin Al Musayyib dia berkata, Anas bin Malik berkata,
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda kepadaku: "Wahai anakku, janganlah
kamu menoleh dalam shalat, karena menoleh dalam shalat adalah penyebab
kebinasaan, jika kamu terpaksa untuk menoleh dalam shalat, maka lakukanlah dalam
shalat sunnah, tidak dalam shalat fardlu'. Abu 'Isa berkata, Ini adalah hadits hasan
gharib. (HR. at-Tirmiżi)
Hadis ini digolongkan sebagai hadis syarîf marfû’ mutaşil dengan sanad
wahid, diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas; śiqah, şadûq dan satu orang
berkualitas daif yaitu ْي ْب ِن زَي
ِّ ِ َعل, oleh Abu ‘Isa (at-Tirmiżi) hadis ini berkualitas
hasan garib58, selain hadis ini diriwayatkan oleh at-Tirmiżi, bisa juga ditemukan
hadis ini pada Musnad Ahmad nomor 11958.
Hadis ini dikeluarkan oleh Rasulullah dalam rangka memberi peringatan
kepada anak-anak agar tidak menoleh ke kanan dan ke kiri ketika sedang
melaksanakan şalat, dan ini sesungguhnya merupakan bukti perhatian Rasul dalam
mengajarkan kepada anak-anak tentang tatacara şalat.59 Para sahabat juga menempuh
cara yang sama dalam memberi pendidikan şalat kepada anak-anaknya dengan cara
memberi contoh kepada anak-anaknya tentang berbagai tata cara şalat sesuai dengan
yang diajarkan Rasul Saw. Cara ini juga pantas jika dipraktekkan oleh para orang tua
Muslim dalam memberi pendidikan şalat kepada anak-anaknya, terutama tentang
ketertiban dalam şalat (larangan menoleh ke kanan atau ke kiri pada waktu şalat).
57
Sunan Tirmidzi hadis nomor 537.
58
CD Soft ware Kutubut Tis’ah.
59
Suwaid, Mendidik Anak…, h. 178.
26
Puasa dan zakat merupakan ibadah penting dalam Islam sekaligus merupakan
bagian dari rukun Islam, karena itu bagi umat Islam belajar dan mengajarkan tentang
puasa dan zakat merupakan kewajiban, baik terhadap anak-anaknya maupun terhadap
orang dewasa lainnya yang teridentifikasi belum mengetahui berbagai hal yang
berkaitan dengan ibadah puasa dan zakat. Berkaitan dengan ini Rasul pernah
bersabda:
[ك ْب ِن [ف ب ِْن َع ْب[ ِد هَّللا ِ الثَّقَفِ ُّي َع ْن َمالِ[ ِ َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ ب ُْن َس [ ِعي ِد ب ِْن َج ِمي[ ِ
[ل ْب ِن طَ ِري[ ِ
ط ْلحَ ةَ ب َْن ُعبَ ْي[ ِد هَّللا ِ
[رَئ َعلَ ْي[ ِه َع ْن َأبِي ُس[هَي ٍْل َع ْن َأبِي[ ِه َأنَّهُ َس[ ِم َع َ س فِي َما قُ[ ِ َأنَ ٍ
ص[لَّى هَّللا ُ َعلَيْ[ ِه َو َس[لَّ َم ِم ْن َأ ْه[ ِل نَجْ[ ٍد ثَاِئ ُر
ول هَّللا ِ َ
يَقُ[واُل جَا َء َر ُج[ ٌل ِإلَى َر ُس[ ِ
صلَّى هَّللا ُ
ُول هَّللا ِ َ
ص ْوتِ ِه َواَل نَ ْفقَهُ َما يَقُو ُل َحتَّى َدنَا ِم ْن َرس ِ س نَ ْس َم ُع َد ِو َّ ْأ
ي َ ال َّر ِ
َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَِإ َذا هُ َو يَ ْسَأ ُل َع ْن اِإْل ْساَل ِم فَقَا َل َر ُس[و ُل هَّللا ِ َ
ص[لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي[ ِه َو َس[لَّ َم
ي َغ ْي [ ُرهُ َّن قَا َل اَل ِإاَّل َأ ْن تَطَّ َّو َع ت فِي ْاليَ ْو ِم َواللَّ ْيلَ ِة فَقَا َل هَلْ َعلَ َّ
صلَ َوا ٍ َخ ْمسُ َ
قَال اَل ِإاَّل َأ ْن تَطَّ َّو َع َو َذ َ
كَر لَهُ ان فَقَا َل هَلْ َعلَ َّ
ي َغ ْي[ ُرهُ فَ َ ض َ صيَا ُم َشه ِْر َر َم َ َو ِ
ي َغ ْيرُهَا قَا َل اَل ِإاَّل َأ ْن صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ال َّزكَاةَ فَ َ
قَال هَلْ َعلَ َّ َرسُو ُل هَّللا ِ َ
[و يَقُ[[و ُل َوهَّللا ِ اَل َأ ِزي[ ُد َعلَى هَ َذا َواَل َأ ْنقُصُ ِم ْن[هُال فََأ ْدبَ َر ال َّرجُ[ ُل َوهُ َ تَطَّ َّو َع قَ َ
ق حَ َّدثَنِي يَحْ يَى ب ُْن َأي َ
ُّوب صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس [لَّ َم َأ ْفلَ َح ِإ ْن َ
ص [ َد َ ال َرسُو ُل هَّللا ِ َ فَقَ َ
ْفَر َع ْن َأبِي ُس[هَي ٍْل َع ْن َأبِي[ ِه َع ْن َوقُتَ ْيبَةُ ب ُْن َس ِعي ٍد َج ِمي ًع[[ا َع ْن ِإ ْس[ َم ِع َ
يل ب ِْن َجع ٍ
ث نَحْ[ َو حَ ِدي ِ
ث صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بِهَ َذا ْالحَ ِدي ِ طَ ْل َحةَ ْب ِن ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ َع ْن النَّبِ ِّي َ
ق صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأ ْفلَ َح َوَأبِي[ ِه ِإ ْن َ
ص[ َد َ ال َرسُو ُل هَّللا ِ َ ك َغي َْر َأنَّهُ قَ َ
ال فَقَ َ َمالِ ٍ
60
ق َأ ْو َد َخ َل ْال َجنَّةَ َوَأبِي ِه ِإ ْن َ
ص َد َ
60
Muslim, Şahih Muslim Juz 1, h.24.
27
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id bin Jamil bin Tharif bin
Abdullah ats-Tsaqafi dari Malik bin Anas dalam riwayat yang dibacakan atasnya, dari
Abu Suhail dari bapaknya bahwa dia mendengar Thalhah bin Ubaidullah berkata,
"Seorang laki-laki dari penduduk Nejd yang rambutnya berdiri datang kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kami mendengar gumaman suaranya, namun
kami tidak dapat memahami sesuatu yang dia ucapkan hingga dia dekat dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ternyata dia bertanya tentang Islam. Maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Islam adalah shalat lima waktu
siang dan malam.' Dia bertanya lagi, 'Apakah saya masih mempunyai kewajiban
selain-Nya? ' Beliau menjawab: 'Tidak, kecuali kamu melakukan shalat sunnah dan
puasa Ramadlan.' Dia bertanya, 'Apakah saya masih mempunyai kewajiban selain-
Nya? ' Beliau menjawab: 'Tidak, kecuali kamu melakukan puasa sunnah, dan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan (kewajiban) zakat kepadanya.'
Dia bertanya lagi, 'Apakah saya masih mempunyai kewajiban selain-Nya? ' Beliau
menjawab: 'Tidak, kecuali kamu melakukan sedekah sunnah'." Perawi berkata, "Lalu
laki-laki tersebut mengundurkan diri pamit sedangkan dia berkata, 'Demi Allah, aku
tidak akan menambahkan lebih dari ini dan tidak pula mengurangi darinya'. Maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dia akan bahagia jika benar
(melakukan-Nya) '." Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub(6) dan
Qutaibah bin Sa'id(7) semuanya dari Ismail bin Ja'far(8) dari Abu Suhail(3) dari
bapaknya(4) dari Thalhah bin Ubaidullah(5) dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
dengan hadits ini seperti hadits Malik, hanya saja dia berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Dia akan bahagia, -demi bapaknya- jika dia benar', atau
dia akan masuk surga, -demi bapaknya- jika dia benar'." (HR. Muslim)
Hadis ini tergolong syarîf marfû’ lin nabiyi saw, mutaşil dengan aksaru minan
sanad, dengan kualitas sanad sebagian besar śiqah dan śiqah śubut dan dapat
ditakhrij pada Şahih Bukhari kitab Imam hadis nomor 44, an-Nasā́ i kitab şalat hadis
nomor 454, Abu Daud dalam kitab şalat hadis nomor 331, Imam Ahmad hadis nomor
2830, Imam Malik kitab Nida’ul şalat hadis nomor 382, dan Imam Darimi kitab şalat
hadis nomor 1532.
Hadis di atas merupakan dialog antara Rasul dengan seorang Muslim, yang
isinya teoritis tentang pelajaran ibadah şalat, puasa, dan zakat. Puasa pada bulan
Ramadhan merupakan rukun Islam ketiga dan wajib hukum melaksanakannya bagi
setiap Muslim. Sebagai ibadah wajib, puasa tentu harus dididikan kepada setiap
28
orang, baik anak-anak yang berada dalam asuhan orang tua, maupun orang dewasa
yang belum memahami dengan baik ajaran tentang puasa. Pelajaran yang dapat
ditarik dari hadis di atas adalah; sesunggunya shalat merupakan rukun Islam, adapun
yang dimaksud shalat dalam hadis ini adalah shalat lima waktu dalam sehari semalam
bagi setiap mukallaf, hadis ini juga menjelaskan tentang tidak wajibnya puasa Asyura
dan juga puasa-puasa selain puasa pada bulan Ramadhan dan hal ini merupakan
kesepakan ulama dan hadis ini juga menjelaskan tentang tidak adanya kewajiban atas
harta yang dimiliki kecuali kewajiban mengeluarkan zakatnya.61
Dalam hadis yang diriwayatkan Muslim dari Thalhah bin Ubaidillah juga ada
disebut tentang pendidikan zakat. Dalam Islam, zakat merupakan rukun Islam
keempat dan wajib bagi umat Islam melaksanakannya. Secara bahasa zakat
merupakan kata dasar dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, dan baik. Menurut
Lisan al-Arab arti dasar dari kata zakat, ditinjau dari sudut bahasa adalah suci,
tumbuh, berkah dan terpuji. Sedangkan secara istilah fikih zakat berarti “sejumlah
harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak di
samping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri”.62 Dalam ajaran Islam ada
dua macam zakat, yaitu zakat harta dan zakat fitrah.
Berkenaan dengan praktek pengamalan zakat ada beberapa hadis yang dapat
dijadikan dasar bagi pendidikan praktis pelaksanaan zakat bagi umat Islam, yaitu:
ض [ ٍلَّ َض ْي ُل ب ُْن ُح َسي ٍْن ْال َجحْ َد ِريُّ حَ َّدثَنَا بِ ْش [ ٌر يَ ْعنِي اب َْن ُمف
َ ُو َح َّدثَنِي َأبُو َكا ِم ٍل ف
يَّ ْت َأبَا َس[ ِعي ٍد ْال ُخ[ ْد ِر
ُ قَال َس[ ِمع َ َارة َ ارةُ ب ُْن َغ ِزيَّةَ َع ْن يَحْ يَى ب ِْن ُع َمَ َح َّدثَنَا ُع َم
ٌص َدقَة ٍ ون َخ ْم َس ِة َأ ْو ُس
َ ق َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لَي
َ ْس فِي َما ُد َ ِ ال َرسُو ُل هَّللا
َ َيَقُواُل ق
ٌص َدقَة ٍ س َأ َوا
َ ق َ ص َدقَةٌ َولَي
َ ْس فِي َما ُد
ِ ون َخ ْم َ س َذ ْو ٍد َ َولَي
َ ْس فِي َما ُد
ِ ون َخ ْم
63
61
Imam Muslim dan Imam An-Nawawi, Şahih Muslim BiSyarh an-Nawawy juz 1, h. 73.
62
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, terj. Salman Harun, Jakarta: Litera Antar Nusa,1993, h.34.
63
Muslim, Şahih Muslim juz 1, h. 390.
29
Artinya: Dan telah menceritakan kepadaku Abu Kamil Fudlail bin Husain Al Jahdari
Telah menceritakan kepada kami Bisyr yakni Ibnu Mufadldlal Telah menceritakan
kepada kami Umarah bin Ghaziyyyah dari Yahya bin Umarah ia berkata, saya
mendengar Abu Sa'id Al Khudri berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tidak wajib dizakati binatang ternak yang kurang dari lima ekor, dan
emas perak yang kurang dari lima uqiyah (lima uqiyah sama dengan dua ratus
dirham)." (HR. Muslim)
Hadis ini tergolong syarîf marfû’ mutaşil dengan sanad wahid, diriwayatkan
oleh para perawih berkualitas; śiqah, la baksa bihi, śiqah hafiz, dan śiqah śubut. Oleh
Imam at-Tirmizi hadis ini disebut sebagai hasan şahih64, An Nawawy juga
menyebutkan bahwa hadis ini adalah şahih65, selain diriwayatkan oleh Muslim, hadis
semakna juga dapat ditakhrij dalam riwayat Imam Bukhari, an-Nasā́ i, at-Tirmiżi, Ibnu
Majah, Abu Daud, Ahmad, Malik dan Ad-Darimy. Sabda Rasul di atas menurut
hemat penulis, dapat dianggap sebagai pendidikan praktis dari Rasul tentang
pelaksanaan zakat harta, terutama tentang nisab (batas ukuran minimal) harta atau
ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya. Pada hadis ini terdapat dua penjelasan yaitu
tentang wajib zakat pada batas ketentuan tertentu dan tidak wajib zakat jika tidak
sampai batas tertentu. Tidak terdapat perbedaan pendapat di kalangan kamum
muslimin dalam dua persoalan ini, kecuali apa yang dikatakan oleh Abu Hanifah dan
sebagian ulama salaf, “bahwa wajib zakat dalam sedikit maupun banyak”, akan tetapi
pendapat mazhab ini batal karena hadis ini sahih66.
Sedangkan mengenai pendidikan zakat fitrah dapat dibaca pada hadis berikut
ini:
يَاض ْب ِن
ِ ك َع ْن َز ْي ِد ْب ِن َأ ْسلَ َم َع ْن ِع
ٍ ِت َعلَى َمال ُ ال قَ َرْأ
َ ََح َّدثَنَا يَحْ يَى ب ُْن يَحْ يَى ق
ي يَقُ [واُل ُكنَّا نُ ْخ[ ِر ُجَّ ح َأنَّهُ َس ِم َع َأبَا َس[ ِعي ٍد ْال ُخ[ ْد ِر
ٍ َْع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن َس ْع ِد ب ِْن َأبِي َسر
64
At-Tirmiżi, Sunan at-Tirmiżi al-Jami’us Şahih, juz 2, h. 70.
65
Imam Muslim dan Imam An-Nawawi, Şahih Muslim BiSyarh an-Nawawy juz 7, h. 51.
66
Ibid, h. 52.
30
َ صاعًا ِم ْن تَ ْم ٍر َأ ْو
صاعًا َ ير َأ ْو َ صاعًا ِم ْن طَ َع ٍام َأ ْو
ٍ صاعًا ِم ْن َش ِع ْ َِز َكاةَ ْالف
َ ط ِر
67
ب َ ِم ْن َأقِ ٍط َأ ْو
ٍ صاعًا ِم ْن َزبِي
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya ia berkata, saya telah
membacakan kepada Malik dari Zaid bin Aslam dari Iyadl bin Abdullah bin Sa'd bin
Abu Sarh bahwa ia mendengar Abu Sa'id Al Khudri berkata; "Kami membayar zakat
fithri berupa satu sha' gandum atau kurma atau satu sha' keju atau anggur kering."
(HR. Muslim)
beberapa cara yang dianggap efektif bagi orang tua untuk memulai mengenalkan
ibadah haji pada anak sejak dini, yaitu; mengajak anak untuk menonton siaran yang
ditayangkan televisi mengenai pelaksnaan ibadah haji, ajak anak untuk mengunjungi
asrama haji guna menyaksikan pelatihan haji yang dilakukan calon-calon jamaah haji,
dan ajarkan anak untuk melakukan praktek ibadah haji seperti yang dilakukan oleh
jamaah haji sesungguhnya70. Misalnya dengan melakukan manasik di suatu tempat
yang dilengakpi dengan miniatur atau tiruan dari berbagai tempat yang berkaitan
dengan pelaksanaan haji sebenarnya, seperti Ka’bah, Hajarul Aswad, Arafah, atau
tempat melontar jumroh dan tempai sa’i. Tujuan diberikan pendidikan haji kepada
anak, selain untuk memberi pengetahuan tentang haji kepada anak, juga diharapkan
dapat menumbuhkan kesadaran, keinginan dan cita-cita di lubuk hati anak untuk
melaksanakan ibadah haji terutama seduah mereka dewasa.
Dalam kaitannya dengan pendidikan ibadah haji ada beberapa hadis Rasul
yang dapat dipetik dari padanya pelajaran tentang pendidikan haji, di antaranya
adalah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah:
ْ[را ِهي ُم ب ُْن َس[ ْع ٍد ح حَ َّدثَنِي ُم َح َّم ُد ب ُْن ِ و َح َّدثَنَا َم ْنصُو ُر ب ُْن َأبِي ُم َز
َ اح ٍم حَ َّدثَنَا ِإب
ب َع ْن َس[ ِعي ِد ْب ِن َ [َج ْعفَ ِر ب ِْن ِزيَا ٍد َأ ْخبَ َرنَا ِإ ْب
ٍ [را ِهي ُم يَ ْعنِي اب َْن َس[ ْع ٍد َع ْن ا ْب ِن ِش[هَا
ُّص[[لَّى هَّللا ُ َعلَيْ[[ ِه َو َس[[لَّ َم َأي
َ ِ قَال ُس[[ِئ َل َر ُس[[و ُل هَّللا
َ َْ[[رة َ ب َع ْن َأبِي هُ َري ِ َّْال ُم َس[[ي
َ ِ ال ثُ َّم مَا َذا قَا َل ْال ِجهَا ُد فِي َس[بِي ِل هَّللا
قَال ثُ َّم َ َان بِاهَّلل ِ ق َ ال َأ ْف
َ َض ُل ق
ٌ ال ِإي َم ِ اَأْل ْع َم
71
َ ََما َذا ق
ال َحجٌّ َم ْبرُو ٌر
Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Manshur bin Abu Muzahim telah
menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'd. (dalam riwayat lain disebutkan) telah
menceritakan kepadaku Muhammad bin Ja'far bin Ziyad telah mengabarkan kepada
kami Ibrahim yaitu bin Sa'd dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin al-Musayyab dari Abu
Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya, "Amal
70
Ummi Aghla, Mengakrabkan Anak…, h. 106.
71
Muslim, Şahih Muslim juz 1, h. 49.
32
apa yang paling utama? ' Beliau menjawab, "Iman kepada Allah." Dia bertanya lagi,
"Kemudian apa?" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah." Dia bertanya lagi,
"Kemudian apa?" Beliau menjawab, "Haji yang mabrur, yaitu ibadat Haji yang
diterima” (HR. Muslim)
Hadis ini syarîf marfû’ diriwayatkan oleh sebagian besar perawi yang śiqah
dan śiqah hujjah.72 Selain diriwayatkan Muslim, hadis ini juga diriwayatkan oleh
Bukhari, an-Nasā́ i, at-Tirmiżi, Ahmad dan ad-Darimy.
Dalam hadis ini terungkap satu dialog antara Rasul dengan Sahabat yang
menyebutkan bahwa haji merupakan satu amalan yang paling utama. Pelajaran yang
dapat diambil dari hadis ini adalah pendidikan tentang penting dan kedudukan haji
bagi seorang Muslim. Hadis ini dapat dijadikan sebagai dasar teoritis tentang
pentingnya pendidikan haji diberikan kepada setiap Muslim. Karena dengan
membaca hadis ini umat Islam menjadi tahu bahwa ibadah haji memiliki dan
menempati kedudukan penting bagi umat Islam, bahkan dapat disejajarkan dengan
kedudukan beriman kepada Allah dan jihad fi sabilillah.
Dengan membaca hadis di atas, umat Islam memperoleh pengetahuan tentang
berapa kali kewajiban haji bagi umat Islam, adapaun metode pendidikan yang
ditemukan pada hadis itu adalah tanya jawab, di mana pada hadis tersebut ditemukan
satu dialog yang menanyakan tentang apakah haji wajib dilaksanakan setiap tahun,
dan dari jawaban Rasulullah dapat disimpulkan, bahwa kewajiban haji hanya 1 (satu)
kali seumur hidup bagi umat Islam itupun bagi yang mampu melaksanakannya baik
secara material maupun non material. Dengan jelas hadis di atas memberikan
pendidikan praktis kepada umat Islam, khususnya tentang cara Rasulullah
melaksanakan Tawaf dan Sa’i yang kedua-duanya merupakan rukun dari ibadah haji.
72
CD Soft Ware Kutubut Tis’ah.
33
selesai melaksanakan sholat wajib lima waktu sehari semalam. Adapun bacaan
selawat, tasbih, tahmid dan takbir yang diajarakan Rasul adalah seperti yang tertuang
dalam hadis-hadis berikut ini:
ُأ
[ك ْب ِن ِ َحَ َّدثَنَا َمحْ ُم[[و ُد ب ُْن َغ ْياَل َن حَ َّدثَنَا َأبُ[[و َس [ا َمةَ َع ْن ِم ْس [ َع ٍر َواَأْلجْ ل
ِ [ِح َو َمال
ِ ِم ْغ[[[ َو ٍل َع ْن ْال َح َك ِم ب ِْن ُعتَيْبَةَ َع ْن َعبْ[[[ ِد ال[[[رَّحْ َم ِن ْب ِن َأبِي لَ ْيلَى َع ْن َك ْع
ب ْب ِن
ك َ [الص[اَل ةُ َعلَ ْيَّ [ف َ [ْك قَ ْد َعلِ ْمنَا فَ َك ْي َ عُجْ َرةَ قَا َل قُ ْلنَا يَا َرس
َ ُول هَّللا ِ هَ َذا ال َّساَل ُم َعلَي
[را ِهي َم َ ص[لَّي
َ [ْت َعلَى ِإ ْب َ ص[لِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َكمَا َ ال قُولُ[[وا اللَّهُ َّم َ َق
[را ِهي َم َ ار ْك
َ [ت َعلَى ِإ ْب ِ ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ َآل ُم َح َّم ٍد َك َما ب ِ َك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد َوب َ َِّإن
73
ك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌدَ َِّإن
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan telah menceritakan
kepada kami Abu Usamah dari Mis'ar dan Ajlah dan Malik bin Mighwal dari Al
Hakam bin 'Utaibah dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Ka'ab bin 'Ujrah dia
berkata, kami bertanya, wahai Rasulullah, kami telah mengetahui salam keatasmu,
lalu bagaimanakah caranya bershalawat keatasmu? Baginda bersabda: Ucapkanlah :
ك َ ص[لَّي
َ َّْت َعلَى ِإ ْب[ َرا ِهي َم ِإن َ قُولُوا اللَّهُ َّم
ِ صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل ُم َح َّم ٍد َكمَا
َ َّ[را ِهي َم ِإن
ك َ ار ْك
َ [ت َعلَى ِإ ْب ِ ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
َ َآل ُم َح َّم ٍد َك َما ب ِ ََح ِمي ٌد َم ِجي ٌد َوب
َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد
Hadis ini tergolong syarîf marfû’ mutaşil dari sanad yang banyak, dengan
kualitas perawihnya śiqah, śiqah śubut rubima dalas, śiqah śubut dan şadûq. Oleh at-
Tirmiżi hadis ini dinilai sebagi hasan şahih74. Hadis di atas dapat ditakhrij pada Şahih
Bukhari hadis nomor 3119, Şahih Muslim bab sholat hadis nomor 614, an-Nasā́ i
73
At-Tirmiżi, Sunan at-Tirmiżi al-Jami’us Şahih, juz 1, h. 301.
74
At-Tirmiżi, Sunan at-Tirmiżi al-Jami’us Şahih, juz 1, h. 302.
34
hadis nomor 1270, Sunan Abu Daud hadis nomor 830, Sunan Ibnu majah hadis
nomor 894 dan dalam Musnad Imam Ahmad hadis nomor 17409, 17425 dan nomor
17431.
Pendidikan ibadah yang terdapat dalam hadis ini adalah tentang bershalwat
kepada Rasul, yang oleh sebagian besar umat Islam dinyakini bahwa bershalwat
kepada Rasul merupakan ibadah sunnah dengan bacaan seperti yang disebutkan pada
hadis tersebut.
Do'a dalam Islam juga merupakan ibadah penting, karenanya Rasulullah
memberi pendidikan tentang berdo'a kepada umatnya seperti yang tertuang dalam
hadis berikut ini:
قَال َأبُ[[و ٍ َْح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك ِر ب ُْن َأبِي َش ْيبَةَ َو ُزهَ ْي ُر ب ُْن حَ ر
َ َب َج ِمي ًع[[ا َع ْن ا ْب ِن ُعلَيَّة
قَال قَا َلَ س ٍ َب َع ْن َأنٍ ص[هَ ْي ُ [ز ب ِْن ِ [بَ ْك ٍر َح َّدثَنَا ِإ ْس َم ِعي ُل اب ُْن ُعلَيَّةَ َع ْن َع ْب ِد ْال َع ِزي
ِ [صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس[لَّ َم ِإ َذا َدعَا َأحَ ُد ُك ْم فَ ْليَ ْع
ْ[ز ْم فِي ال[ ُّد َعا ِء َواَل يَقُ[[ل َ ِ َرسُو ُل هَّللا
75
ُت فََأ ْع ِطنِي فَِإ َّن هَّللا َ اَل ُم ْستَ ْك ِرهَ لَه
َ اللَّهُ َّم ِإ ْن ِشْئ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Zuhair bin
Harb dari Ibnu 'Ulayyah, Abu Bakr berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il
bin 'Ulayyah dari 'Abdul 'Aziz bin Shuhaib dari Anas dia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika salah seorang dari kalian berdoa
hendaklah benar-benar mantap dalam mengharap, dan janganlah mengatakan;
'ALLAHUMMA IN SYI'TA FA'THINI (Ya Allah jika Engkau menghendaki maka
berikanlah untukku), karena sesungguhnya Allah 'azza wajalla tidak ada yang bisa
memaksa." (HR. Muslim)
Hadis ini tergolong syarîf marfû’ mutaşil76 dari sanad yang banyak, dengan
kualitas perawih śiqah, śiqah śubut, dan śiqah hafiz. Hadis seperti di atas dapat
ditakhrij pada Şahih Bukhari kitab do’a hadis nomor 5863 dan pada Musnad Ahmad
hadis nomor 11542. Hadis ini mengajarkan kepada umat Islam agar dalam berdo’a
75
Muslim, Şahih Muslim Juz 2, h. 467.
76
CD Soft Ware Kutubut Tis’ah.
35
tetap ber-husnuz zhon kepada Allah swt77. artinya bahwa Allah dalam mengabulkan
do’a hambanya sepenuhnya merupakan wewenangnNya, sehingga dalam berdo’a
manusia tidak perlu diiringi dengan perkataan; Ya Allah, jika Engkau kehendaki
maka perkenankanlah kepada aku, kerana sesungguhnya Allah itu bukanlah kedekut.
Sebab jika ini diucapkan akan mengandung arti bahwa manusia bersu’uz zhon
terhadap Allah dalam mengabulkan do’a-do’a hambaNya.
ْت َس [ ْع َد ُ ال َح َّدثَنَا ُش ْعبَةُ قَا َل َأ ْخبَ َرنِي َع ْلقَ َمةُ ب ُْن َمرْ ثَ ٍد َس ِمع
ٍ ََح َّدثَنَا َحجَّا ُج ب ُْن ِم ْنه
ض َي هَّللا ُ َع ْن [هُ َع ْن النَّبِ ِّي
ِ ان َر َ ب َْن ُعبَ ْي َدةَ َع ْن َأبِي َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ال ُّسلَ ِم ِّي َع ْن ُع ْث َم
78
َ ْال َخ ْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ْالقُر
ُآن َو َعلَّ َمه َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق
َ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah menceritakan
kepada kami Syu'bah ia berkata, Telah mengabarkan kepadaku 'Alqamah bin Martsad
Aku mendengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As Sulami dari Utsman
radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Orang
yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan
mengajarkannya." (HR. at-Tirmiżi)
Hadis ini tergolong syarîf marfû’ mutaşil dengan sanad wahid, adapun
perawinya tergolong śiqah, śiqah hafiz muttaqin, dan śiqah śubut. Oleh at-Tirmiżi
hadis ini disebut sebagai hadis hasan şahih.
Takhrij Hadis
Hadis ini juga bisa ditemukan pada :
77
Imam Muslim dan Imam An-Nawawi, Şahih Muslim BiSyarh an-Nawawy juz 9, h. 40.
78
At-Tirmiżi, Sunan at-Tirmiżi al-Jami’us Şahih, juz 4, h.246.
36
Pelajaran penting yang terdapat dalam hadis ini adalah tentang pendidikan Al-
Qur´an. Setiap orang tua harus menyadari bahwa mengajarkan Al-Qur´an kepada
anak-anak adalah suatu kewajiban mutlak dan harus dilaksanakan sejak dini agar ruh
Al-Qur´an dapat membekas dalam jiwa mereka. Sebab bagaimana mungkin anak-
anak dapat mengerti agamanya jika mereka tidak mengerti Al-Qur´an. Selain itu
untuk kepentingan bacaan dalam sholat, anak-anak pun wajib mengetahui dan dapat
membaca surah Al Fatihah dan lainnya yang menjadi keperluan sebagai bacaan dalam
sholat. Dengan adanya tuntutan kewajiban sholat, maka mutlak bagi orang tua wajib
memberi pendidikan Al-Qur´an kepada anak-anaknya. Cara yang dapat ditempuh
orang tua dalam memberikan pendidikan Al-Qur´an kepada anak-anaknya, antara lain
adalah:
1. Mengajarkannya sendiri dan ini cara yang terbaik. Karena orang tua sekaligus
dapat lebih akrab dengan anak-anaknya dan mengetahui sendiri tingkat
kemampuan anak-anaknya. Ini berarti orang tualah yang wajib terlebih dahulu
dapat membaca Al-Qur´an dan memahami ayat-ayat yang dibacanya.
2. Menyerahkan kepada guru mengaji Al-Qur´an atau memasukkan anak-anak
pada sekolah-sekolah yang mengajarkan tulis baca Al-Qur´an.
3. Dengan alat yang lebih modern, dapat mengajarkan Al-Qur-an lewat video
casette, dan atau vcd, jika orang tua mampu menyediakan peralatan semacam
ini, tetapi ingatlah bahwa cara yang pertamalah yang terbaik.80
79
Lihat : http://carihadis.com
80
M. Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua…., h. 106-107.
37
C. Kesimpulan
Dengan membaca dan mengalisa beberapa hadis Rasul di atas dapat dipahami
bahwa Rasulullah Muhammad SAW, telah memberi banyak pendidikan ibadah
kepada umatnya. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar umat Islam di belakang hari
tidak mengalami kesulitan dan kekeliruan dalam melaksanakan berbagai ibadah yang
disyari'atkan Islam. Di antara ibadah-ibadah yang diajarkan Rasulullah dalam hadis-
hadis tersebut adalah tentang bersuci, sholat, puasa, zakat, haji, berdoa, zikir, selawat,
tasbih, tahmid, takbir, dan tentang membaca Al-Qur´an. Adapun cara yang ditempuh
Rasul dalam memberikan pendidikan ibadah adalah dengan cara memberi penjelasan
secara lisan dan disertai dengan praktek atau pemberian contoh praktis tentang tata
cara pelaksanaan berbagai ibadah yang diajarkannnya.
Sesungguhnya masih banyak hadis yang berkaitan dengan pendidikan ibadah
baik itu ibadah khusus maupun ibadah yang umum, oleh sebab itu dalam kesempatan
ini hadis-hadis di atas hanya merupakan contoh atau sampel dari sekian banyak hadis
Rasul yang berkaitan dengan pendidikan ibadah, dengan harapan kajian ini akan
menjadi pembuka wawasan bagi penulis dan pembaca umumnya dalam mengkaji
hadis-hadis yang berkaitan dengan pendidikan ibadah. Kecuali itu, kajian ini juga
diharapkan akan menjadi pedoman bagi umat Islam dalam memberikan pendidikan
ibadah kepada umat Islam secara umum, dan kepada anak-anak atau keluarga mereka
khususnya, demi melastarikan ajaran yang telah Rasulullah maktubkan dalam hadis
generasi ke generasi, dan untuk meraih pertolongannya di hari akhir pasca kita
mengamalkan serta mengajarkan ulang pendidikan Ibadah yang diajarkannya kepada
umatnya.
38
DAFTAR BACAAN
al-Asqalani, Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil. Fathul Bari Syarah Şahih al-
Bukhari, Bairut: Dar al-Ma’rifah,1379 H, juz 2.
al-Bukhari, Abu Abdullah bin Muhammad Ismail. Şahih al-Bukhari, juz 1, Saudi
Arabia: Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta’wa ad-Dakwah wa al-Irsyad,tt.
Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir. Tafsir Ibnu Kasir, juz 16,
Bandung: Sinar Baru Algesindo,2003.
An-Naisaburi, Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi. Şahih Muslim Juz 1&
2, Bandung: Al Ma’arif,tt.
39
An-Nawawi, Imam Muslim dan Imam. Şahih Muslim BiSyarh an-Nawawy juz 3,
Bairut: Darul al Kitab al-Ilmiyah,tt.
Al-Sijistani, Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats. Sunan Abu Daud, Bairut: Dar al-
Kutub al-‘Ilmiyah, cet. 1, 1401 H.
Jamaluddin, Syakir. Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW. Yogyakarta: LPPI UMY,
2010.
Razak, Yusron, dkk. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi & Umum.Jakarta:
UHAMKA PRESS. 2011.
Thalib, M. 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak, Ttp: Pustaka Al Kautsar,
1992.
at-Tirmiżi, Imam al-Hafidz Abi ‘Abbas Muhammad bin ‘Isa bin Saurah. Sunan at-
Tirmiżi al-Jami’us Şahih, juz 1 - 5, Semarang: Toha Putra,tt,.