Anda di halaman 1dari 11

PEMBIASAAN SHOLAT DHUHA

Ibadah shalat mempunyai pengaruh yang besar terhadap pengendalian hawa nafsu,
terutama bagi orang yang melaksanakannya dengan khusyu’ (bersungguh- sungguh) dan hanya
mengharapakan ridha Allah semata. Ibadah shalat merupakan bentuk peribadatan yang
dilaksanakan dengan bertujuan untuk mendapatkan banyak manfaat dan hikmah yang terkandung
dalam ibadah shalat itu sendiri, salah satunya adalah dengan dapat memberikan ketenangan lahir
dan batin bagi orang yang melaksanakannya dengan Ikhlas
Shalat adalah ibadah (pengabdian) kepada Allah Swt yang berupa perkataan dan
perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbir (ucapan: Allahu Akbar) dan diakhiri dengan
salam (ucapan salam: assalamu’alaikum warahmatullah). Dari definsi lain disebutkan, shalat
adalah jalinan (hubungan) yang kuat antara langit dan bumi antara Allah dan hambaNya. Shalat
dalam Islam memiliki kedudukan yang tinggi yaitu sebagai rukun dan tiang agama. Shalat
menepati rukun kedua setelah membaca kedua syahadat serta menjadi lambang hubungan yang
kokoh antara Allah dan hambaNya.
Setiap Muslim di tuntut untuk merealisasikan dalam bentuk prilaku kehidupan, seperti
yang di kehendaki oleh Allah Swt. Shalat dhuha adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada
waktu dhuha, yakni matahari sudak naik kira-kira setinggi tombak sampai dengan menjelang
waktu dhuhur. Apabila diukur dengan jam, kira-kira pukul tujuh pagi sampai dengan pukul
sebelas siang.Shalat dhuha dikerjakan dengan dua, empat, enam, delapan, atau dua belas rekaat.
Seperti halnya ibadah shalat dhuha, meskipun ibadah tersebut merupakan ibadah sunnah, namun
apabila dilaksanakan dengan kesungguhan dan semata mengharap ridha Allah, maka ibadah
tersebut akan mendatangkan beberapa manfaat yang amat besar, baik untuk kehidupan dunia
maupun akhirat
a. Pengertian Pembiasaan
Kata pembiasaan secara etimologis berasal dari kata “biasa” yang mendapatkan prefik
“pen” dan sufiks “-an” yang bermakna proses. Kata pembiasaan dapat diartikan dengan
proses membuat sesuatu atau seseorang menjadi terbiasa
1 . Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan Islam yang sangat penting bagi
anak yang berusia kecil karena dengan itulah akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik
anak dikemudian hari.
2 Pembiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian,
makan, tidur, dan olahraga.
3 Metode pembiasaan merupakan sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan
peserta didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
4 Pembiasaan pada intinya adalah pengalaman karena apa yang dibiasakan itulah yang
diamalkan. Seseorang terbiasa dengan suatu perilaku karena ia sering mengamalkan
perilaku itu.

Pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian baik, begitu
pula sebaliknya pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia yang
berkepribadian buruk. Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah, dan
kadang-kadang makan waktu yang lama. Tetapi sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan
sukar pula untuk menghapusnya.
Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan
lingkungan, dan pembiasaan, melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan kondusif.
Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik
dapat membentuk karakter mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan
sebagai metode pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang
kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik.
b. Indikator Pembiasaan yang Baik Kegiatan pembiasaan dapat dilaksanakan sebagai
berikut :
1) Rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan terjadwal, seperti; upacara bendera, senam,
shalat berjamaah, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
2) Spontan, adalah pembiasaan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti:
pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antre,
mengatasi silang pendapat (pertengkaran).
3) Keteladanan, adalah pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian
rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang
lain, datang tepat waktu.
2. Shalat Dhuha
a. Pengertian Sholat Dhuha Pengertian Shalat Dhuha secara lughot adalah “doa”, “ta’dzim”,
“rahmat” dan “berkah”. Sedangkan secara syarat’ pengertian shalat adalah perhubungan
antara hamba dan Tuhannya. Selain itu ada definisi lain mengenai pengertian shalat
secara istilah ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang
dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam. Sedangkan pengertian Shalat Dhuha
adalah shalat sunnah yang dilakukan pada waktu matahari sedang naik. Sekurang-
kurangnya shalat Dhuha ini dua raka’at, boleh empat roka’at, enam roka’at, atau delapan.
Waktu shalat Dhuha ini kira-kira matahari sedang naik setinggi kurang lebih 7 hasta
(pukul tujuh sampai masuk waktu dzuhur). Shalat Dhuha merupakan shalat pada siang
hari yang dianjurkan. Pahalanya disisi Allah cukup besar. Nabi Muhammad saw biasa
melakukannya, dan mendorong kaum muslimin untuk melakukannya. Beliau
menjelaskan barang siapa yang shalat empat rakaat pada awal siang hari niscaya Allah
mencukupi pada sore harinya. Sebagaimana beliau juga menjelaskan bahwa shalat Dhuha
itu sama dengan tiga ratus enam puluh sedekah.
b. Keutamaan Shalat Dhuha Shalat Dhuha adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang
muslim ketika waktu Dhuha. Waktu Dhuha adalah waktu ketika matahari naik kurang
lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur. Jumlah
rakaat shalat Dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 rakaat. Dan dilakukan dalam satuan 2
raka’at sekali salam. Rezeki mendapatkan surga tentu wajib kita kejar, disamping
berbukit-bukit rezeki lainnya. Oleh karena itu, beliau SAW pernah menyebut keutamaan
shalat Dhuha ini.
Salah satunya dengan sabdanya, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah melalui Imam
Thabrani; Moh. Rofi’I, Risalah Tuntunan Sholat Lengkap (Semarang: Karya Toha Putra,
2004), 84-85. Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah (Jakarta: Pustaka Kautsar, 2006), 442.
‫ الضحى فإذا كان يوم القيامةنادى منادى اين الذين كانوا يدمون على صالة الضحى؟ىذا‬:‫إن ىف اجلنة بابا يقال لو‬
‫بابكم فادخلوه برمحة اهلل‬
“Sesungguhnya di surga itu ada pintu yang disebut Dhuha. Kelak dihari kiamat, para
penikmat dhuha akan diundang secara khusus. Dikatakan kepada mereka, inilah pintu
masuk kalian. Masuklah dengan rahmat-Ku”
Imam Asy-Syaukani berkata bahwa, dua hadis di atas menunjukkan betapa besar
keutamaan salat Dhuha, betapa tinggi kedudukannya serta betapa kuat syariat dalam
menganjurkannya. Dua rakaat shalat Dhuha dapat menggantikan 360 kali sedekah. Oleh
sebab itu, hendaknya dilangsungkan terus menerus. Selain itu, hadist tersebut
memberikan petunjuk agar kita memperbanyak tasbih, tahmid, tahlil, takbir dan
menyuruh kebaikan, melarang keburukan dan menyingkirkan setiap gangguan di jalan,
dan lain-lain kebaikan.
3. Lingkungan Sekolah
a. Pengertian Lingkungan Sekolah Lingkungan Sekolah adalah segala hal yang
mempengaruhi individu sehingga individu tersebut terpengaruh karenanya. Dalam buku
landasan bimbingan dan konseling Sartain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
lingkungan meliputi semua kondisi dalam dunia ini. Landasan Bimbingan dan Konseling
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 175. yang dengan cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku kita, petumbuhan, perkembangan kita kecuali gen-gen.
Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan/atau
pengaruh tertentu kepada individu. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan adalah “keseluruhan fenomena
(peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi
perkembangan individu. Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat
dalam proses pendidikan (pakaian, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dan lain-lain)
dinamakan lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan merupakan proses yang
berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan
fisik, sosial, intelektual, yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan
dan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan. Proses
pendidikan mendapatkan dukungan dari lingkungan fisik berupa sarana, prasarana, serta
fasilitas yang digunakan. Tersedianya sarana, prasarana dan fasilitas fisik dalam jumlah,
jenis, kualitas yang memadai, akan sangat mendukung berlangsungnya proses pendidikan
yang efektif. Kekurangan sarana, prasarana dan fasilitas fisik, akan menghambat proses
pendidikan, dan menghambat pencapaian hasil yang maksimal. Lingkungan sekolah
adalah lingkungan tempat terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran yang
dilaksanakan secara sistematis, terprogram dan terencana mulai dari tingkat dasar sampai
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, sehingga hasilnya nanti maksimal, baik bagi
pendidik maupun bagi orang yang menjadi subyek pendidikan itu sendiri yaitu anak
didik. Lingkungan sekolah adalah semua kondisi di sekolah, yang mempengaruhi tingkah
laku warga sekolah, terutama guru dan peserta didik sebagai ujung tombak proses
pembelajaran di sekolah.
Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan
lingkungan, dan pembiasaan, melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan kondusif.
Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik
dapat membentuk karakter mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan
sebagai metode pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang
kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik. Sekolah
merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku
siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan siswa lain, dengan para guru yang
mendidik dan mengajarnya serta pegawai yang berada di dalam komponen-komponen
sekolah. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar
serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati
nuraninya. Dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah.
Macam -macam Lingkungan Sekolah
1) Lingkungan Fisik Dalam buku yang sama Suprayekti juga menegaskan bahwa
lingkungan fisik yaitu lingkungan yang ada di sekitar peserta didik baik itu di kelas,
sekolah dan di luar sekolah yang perlu di optimalkan pengelolaanya agar interaksi belajar
mengajar lebih efektif dan efisien. Lingkungan fisik meliputi:
a) Sarana Sekolah Untuk mencapai keberhasilan kurikulum di sekolah perlu dukungan
sarana dan prasarana yang memadai diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan kurikulum.
mencapai hasil belajar yang lebih efisien dibandingkan dengan fasilitas belajar yang
kurang memadai. Slameto menyatakan bahwa alat belajar erat hubunganya dengan cara
belajar peserta didik, karena alat belajar yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar
dipakai pula oleh peserta didik untuk menerima bahan yang diajarkan itu.
b) Prasarana Sekolah Berikut ini prasarana yang mendukung proses pembelajaran di kelas
yaitu:
(1) Perpustakaan Salah satu yang dibutuhkan pada proses belajar mengajar yaitu sumber
belajar. Sumber belajar merupakan media pembelajaran yang dapat mendorong,
memotivasi, mempermudah konsep yang abstrak dan mempertinggi daya serap atau
referensi belajar peserta didik. Sumber belajar peserta didik dapat diperoleh dari
perputakaan sekolah. Perpustakaan merupakan penyedia sumber informasi yang
diperlukan peserta didik, keberadaan sekolah sedikitnya menentukan tinggi rendahnya
mutu pendidikan karena perpustakaan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
mengelola dan menyediakan sumber belajar yang efektif dan efisien. (2) Ruang Kelas
Keadaan fasilitas fisik belajar di sekolah sangat mempengaruhi proses belajar mengajar.
Slameto menyatakan bahwa untuk belajar dengan efektif, diperlukan lingkungan fisik
yang baik dan teratur, misalnya: Ruangan belajar harus bersih, tidak ada bau dan tidak
mengganggu konsentrasi pikiran, ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat
mengganggu mata, dan cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat
pelajaran, buku-buku, dan sebagainya.
(3) Keadaan Gedung Jumlah peserta didik yang banyak serta variasi karakteristik mereka
masing-masing menuntut keadaan gedung harus memadai di dalam setiap kelas. Keadaan
gedung tersebut mempengaruhi peserta didik dalam minat belajar, jika keadaan gedung
memadai maka minat peserta didik untuk belajar akan meningkat begitupun sebaliknya,
minat belajar peserta didik akan menurun apabila kondisi atau keadaan gedung tidak
memadai. Oleh karena itu, ukuran ruangan, pengaturan cahaya, ventilasi, dan suasana
tempat belajar harus diperhatikan.
(4) Kelengkapan Sekolah Kelengkapan sarana belajar peserta didik secara umum adalah
segala sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menunjang proses
belajar mengajar. Lengkap tidaknya peralatan belajar, baik yang dimiliki peserta didik itu
sendiri, maupun yang dimiliki oleh sekolah dapat menimbulkan hasil tertentu terhadap
basil belajar peserta didik, kekurangan peralatan dapat membawa akibat yang negatif
antara lain misalnya peserta didik tidak dapat belajar secara baik sehingga sulit
diharapkan untuk mencapai prestasi tinggi. Dengan demikian, peralatan yang mendukung
kelengkapan sarana belajar sangat dominan dalam mendukung keberhasilan proses
belajar dan mendorong minat peserta didik dalam belajar.
2) Lingkungan Non Fisik/Sosial
a) Interaksi antara guru dengan peserta didik Proses belajar mengajar (PBM) terjadi karena
adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Interaksi terdiri dari kata inter (antar),
dan aksi (kegiatan). Jadi interaksi adalah suatu hubungan atau kegiatan timbal balik
antara individu yang satu dengan yang lain, yang di dalamnya ada proses saling
mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki.
b) Interaksi antara peserta didik dengan peserta didik Meskipun interaksi yang paling
fungsional di dalam kelas adalah interaksi antara guru dengan peserta didik, namun
interaksi antar peserta didik tidak kalah pentingnya. Peserta didik yang memiliki sifat
atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman-temannya, mempunyai rasa rendah
diri, atau sedang mengalami tekanan batin tertentu, akan diasingkan kelompok.
Akibatnya, belajarnya akan terganggu. Dengan demikian minat untuk belajarpun
berkurang dan malas untuk masuk sekolah dengan berbagai alasan. Jika hal itu terjadi,
maka akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap proses pembelajaran peserta
didik.
c. Indikator Lingkungan Sekolah yang Nyaman Berikut adalah indikator lingkungan
sekolah yang nyaman menurut Sofan Amri:
1) Lapangan bermain Fasilitas lapangan bermain adalah suatu hal yang sangat penting
bagi kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya yang berhubungan dengan
ketangkasan dan pendidikan jasmani. Selain itu, lapangan bermain juga dapat digunakan
untuk kegiatan perayaan/pentas seni juga memerlukan tempat yang luas.
2) Pepohonan yang hijau dan rindang Semakin pesatnya pertumbuhan sebuah daerah
meyebabkan pepohonan rindang habis ditebangi dan dijadikan bangunan, terlebih jika
harga tanah terus melonjak naik. Inilah yang menjadikan jumlah oksigen berkurang
padahal oksigen adalah salah satu unsur pendukung kecerdasan manusia. Kekurangan
kadar oksigen pada manusia akan menyebabkan suplai darah ke otak menjadi lambat,
padahal nutrisi yang kita makan sehari-hari disampaikan oleh darah ke seluruh tubuh kita.
Karena itulah dibutuhkan banyak pohon rindang di lingkungan pekarangan sekolah dan
lingkungan sekitar sekolah, guna menyuplai oksigen.
3) Sistem sanitasi dan sumur resapan air Sistem sanitasi yang baik adalah syarat terpenting
sebuah lingkungan itu layak ditinggali. Dengan sistem sanitasi yang bersih, maka seluruh
warga sekolah akan dapat lebih tenang dalam mengadakan proses belajar mengajar.
Selain itu diperlukan juga sistem sumur resapan air untuk mengaliri air hujan agar tidak
menjadi genangan air yang dapat menjadikan kotor lingkungan sekolah atau bahkan
membahayakan apabila didiami oleh jentik-jentik nyamuk misalnya nyamuk demam
berdarah dan sejenisnya.
4) Tempat pembuangan sampah Sampah adalah salah satu musuh utama manusia yang
mempengaruhi kemajuan peradaban. Semakin bersih suatu tempat, maka semakin
beradap orang-orang di tempat itu. Terbukti dari kesadaran penduduk-penduduk di negara
maju yang sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dalam masalah sampah di
sekolah perlu ditumbuhkan kesadaran pada seluruh warga sekolah untuk turut menjaga
lingkungan. Caranya adalah dengan menyediakan tempat pembuangan sampah berupa
tong-tong sampah dan tempat pengumpulan sampah akhir di sekolah dan memberikan
contoh kepada siswa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya.
5) Lingkungan sekitar sekolah yang mendukung Adanya kasus di beberapa daerah,
misalnya lingkungan sekolah yang dekat dengan pabrik yang bising dan berpolusi udara
atau lingkungan sekolah yang berada di pinggir jalan raya yang selalu padat atau bahkan
lingkungan sekolah yang letaknya berdekatan dengan tempat pembuangan sampah atau
sungai yang tercemar sampah sehingga menimbulkan ketidaknyamanan akibat bau-bau
tak sedap. Kasus-kasus tersebut adalah kasus yang perlu penanganan langsung dan serius
dari pemerintah. Lingkungan sekitar sekolah yang seperti itu akan dapat menyebabkan
siswa cenderung tidak nyaman belajar atau bahkan penurunan kualitas kecerdasan akibat
polusi 25 tersebut. Karena itulah sudah saatnya pemerintah memperhatikan generasi
penerusnya ini, karena beberapa kasus terjadi malah diakibatkan pemerintah itu sendiri.
Contohnya, sebuah sekolah yang sudah berada di lingkungan yang mendukung, tapi tiba-
tiba harus merasakan imbas dari pembangunan proyek di sekitar sekolah itu akibat
pemerintah yang tidak mengindahkan sistem tata kota yang sudah ada.
6) Bangunan sekolah yang kokoh dan sehat Banyak sekali kasus robohnya bangunan
sekolah di Indonesia. Entah karena bangunannya sudah tua atau bangunan baru dibangun
tetapi asal-asalan. Ini juga adalah kewajiban pemerintah untuk mengatasinya. Karena
bangunan sekolah sudah semestinya dibangun dengan kokoh dan memiliki syarat-syarat
bangunan yang sehat seperti ventilasi yang cukup dan ruang-ruang kelas yang ideal.
Mungkin banyak sekali syarat lingkungan sekolah yang nyaman, tapi keenam poin ini
sudah cukup untuk menjadikan suasana belajar dan mengajar bisa menyenangkan bagi
siswa dan gurunya. Prestasi belajar di sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh bagaimana
anak-anak giat belajar dan dapat memahami pelajaran di sekolah, tapi kondisi lingkungan
sekolahnya yang mendukung. Lingkungan sekolah yang nyaman dan bersih dapat
mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, anak-anak menjadi lebih sehat dan
dapat berfikir secara jernih sehingga dapat menjadi anak-anak yang cerdas dan kelak
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
4. Karakter
a. Pengertian Karakter
Penguatan pendidikan karakter melalui budaya sekolah dilakukan dengan: (a)
menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah; (b)
memberikan keteladanan antar warga sekolah; (c) melibatkan seluruh pemangku
kepentingan pendidikan di sekolah; (d) membangun dan mematuhi norma, peraturan, dan
tradisi sekolah; (e) mengembangkan keunikan, keunggulan, dan daya saing sekolah
sebagai ciri khas sekolah; (f) memberi ruang yang luas kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi melalui kegiatan literasi; g) khusus bagi peserta didik pada
satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar atau satuan pendidikan jenjang pendidikan
menengah diberikan ruang yang luas untuk mengembangkan potensi melalui kegiatan
ekstrakurikuler. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, artinya data yang
dikumpulkan berupa data dari naskah hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen
pribadi, dokumen memo, dan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
implementasi penguatan pendidikan karakter melalui budaya sekolah dilakukan melalui:
pembiasaan, keteladanan, pelibatan pemangku kepentingan, kepatuhan terhadap tata
tertib sekolah, branding sekolah, literasi, dan ekstrakurikuler. (2) Kendala implementasi
penguatan pendidikan karakter: kemampuan guru dalam memberi nasihat,
mempengaruhi, dan memotivasi peserta didik, sulit mengukur keberhasilan penanaman
nilai-nilai karakter, belum sinkron antara pembiasaan dan keteladanan karakter yang
ditanamkan di sekolah dengan perlakuan, pembiasaan, dan keteladanan di rumah.
Sedangkan Faktor pendukung: adanya komitmen orang tua, komitmen guru dalam
menanamkan nilai-nilai karakter, adanya instrumen untuk memantau ketercapaian,
konsistensi guru dan peserta didik dalam implementasi penguatan pendidikan karakter.
(3) Hasil dari implementasi penguatan pendidikan karakter diantaranya adalah: peserta
didik menjadi pribadi yang shaleh/shaleha, peserta didik memiliki integritas moral yang
tinggi, peserta didik memiliki akhlakul karimah.

Karakter (character) mengacu pada serangkaian sikap (attitude), perilaku (behaviors),


motivasi (motivations), dan ketrampilan (skills). Karakter merupakan titian ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan tanpa landasan kepribadian yang benar akan
menyesatkan, dan keterampilan tanpa kesadaran diri akan menghancurkan. Karakter itu
akan membentuk motivasi, yang dibentuk dengan metode dan proses yang bermartabat.
Karakter bukan sekedar penampilan lahiriah, melainkan mengungkapkan secara implisit
hal-hal yang tersembunyi. Oleh karenanya, orang mendefinisikan karakter sebagai “siapa
anda dalam kegelapan?” karakter yang baik mencakup pengertian, kepedulian dan
tindakan berdasarkan nilai-nilai etika, serta meliputi aspek kognitif, emosional, dan
perilaku dari kehidupan moral. Hermawan Kartajaya mengemukakan bahwa karakter
adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah
asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut. Dan merupakan mesin
yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar dan merespon
sesuatu. Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada
suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.
Sedangkan, Doni Koesoema A. memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian.
Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukan- bentukan yang diterima dari lingkungan,
misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir. Sedangkan nilai-nilai
karakter itu dalam pendidikan karakter merupakan muatan kurikulum yang harus
diajarkan kepada siswa, baik dalam kesempatan pelatihan pendidikan karakter ataupun
disajikan terpadu dalam setiap bahan ajar.
b. Macam-macam Nilai Karakter Dalam kaitan itu telah diidentifikasi sejumlah nilai
pembentukan karakter yang merupakan hasil kajian empiris pusat kurikulum. Nilai-nilai
yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional tersebut
adalah: Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain. Religius adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan
dengan tradisi, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya. 2) Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan. 3) Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan. 5) Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya. 6) Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7) Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak
mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8) Demokratis Cara
berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain. 9) Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar. 10)
Semangat kebangsaan Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. 11) Cinta
tanah air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian,dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12) Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan seseorang. 13) Bersahabat/ komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan
orang lain. 14) Cinta damai Sikap, perkataan, tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa dan aman atas kehadiran dirinya, diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial, dan budaya), negara. 15) Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16) . Peduli
lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi. 17) Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18) Tanggung
jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitar.
c. Indikator Karakter yang Baik Indikator keberhasilan program pendidikan karakter di
sekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak dalam setiap
aktivitas sebagai berikut: 1) Kesadaran Kesadaran diri merupakan kapasitas yang dimiliki
seseorang untuk introspeksi. Introspeksi dalam menilai bagaimana kita dipandang oleh
orang lain dan bagaimana pengaruh tingkah laku, reaksi, dan tabiat kita pada orang lain.
2) Kejujuran Kejujuran adalah suatu pernyataan atau tindakan yang sesuai faktanya
sehingga dapat dipercaya dan memberikan pengaruh bagi kesuksesan seseorang. 3)
Keikhlasan Keikhlasan adalah suatu niat baik disertai ketulusan memberi tanpa pamrih.
32 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif Inovatif dan Kreatif,
(Erlangga Group, 2012), 5-8. 32 4) Kesederhanaan Kesederhanaan merupakan pola fikir
dan pola hidup yang proporsional, tidak berlebihan dan mampu memprioritaskan sesuatu
yang lebih dibutuhkan. 5) Kemandirian Kemandirian adalah perilaku seseorang untuk
hidup dengan usaha mandiri tidak tergantung pada orang lain. 6) Kepedulian Kepedulian
adalah perasaan bertanggung jawab atas kesulitan yang dihadapi oleh orang lain di mana
seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu untuk mengatasinya. 7) Kebebasan dalam
bertindak Dimana siswa memiliki kemampuan untuk bertindak dengan tanpa paksaan. 8)
Komitmen Komitmen adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain yang
tercermin dalam tindakan kita. d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan
Karakter, Akhlak, Moral, Budi Pekerti, dan Etika Manusia 1) Faktor Intern Terdapat
banyak hal yang mempengaruhi faktor internal ini, diantaranya adalah: a) Insting atau
Naluri lnsting adalah suatu sifat yang dapat menumbuhkan perbuatan yang
menyampaikan pada tujuan dengan berpikir lebih dahulu ke arah tujuan itu dan tidak
didahului latihan perbuatan itu. Setiap perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang
digerakkan oleh naluri (insting). Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang
merupakan suatu pembawaan yang asli. Para ahli psikologi membagi insting manusia
sebagai pendorong tingkah laku ke dalam beberapa bagian diantaranya naluri makan,
naluri berjodoh, naluri keibubapak-an, naluri berjuang dan naluri ber-Tuhan. Pengaruh
naluri pada diri seseorang sangat tergantung pada penyalurannya. Naluri dapat
menjerumuskan manusia kepada kehinaan (degradasi), tetapi dapat juga mengangkat
kepada derajat yang tinggi (mulia), jika naluri disalurkan kepada hal yang baik dengan
tuntunan kebenaran. b) Kebiasaan (Habit) Salah satu faktor penting dalam tingkah laku
manusia adalah kebiasaan, karena sikap dan perilaku yang menjadi akhlak (karakter)
sangat erat sekali dengan kebiasaan, yang dimaksud dengan keblasaan adalah perbuatan
yang selalu di ulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Faktor kebiasaan ini
memegang 34 peranan yang sangat penting dalam membentuk dan membina akhlak
(karakter). Sehubungan kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga
mudah dikerjakan maka hendaknya manusia memaksakan diri untuk mengulang-ulang
perbuatan yang baik sehingga menjadi kebiasaan dan terbentuklah akhlak (karakter) yang
baik padanya. c) Kehendak/Kemauan (Iradah) Kemauan ialah kemauan untuk
melangsungkan segala ide dan segala yang dimaksud, walau disertai dengan berbagai
rintangan dan kesukaran-kesukaran, namun sekali-kali tidak mau tunduk kepada
rintangan-rintangan tersebut. Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku
adalah kehendak atau kemauan keras (azam). Itulah yang menggerakkan dan merupakan
kekuatan yang mendorong manusia dengan sungguh-sungguh untuk berperilaku
(berakhlak), sebab dari kehendak itulah menjelma suatu niat yang baik dan buruk dan
tanpa kemauan pula semua ide, keyakinan kepercayaan pengetahuan menjadi pasif tak
akan ada artinya atau pengaruhnya bagi kehidupan artinya atau pengaruhnya bagi
kehidupan. d) Suara Batin atau Suara Hati Di dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan
yang sewaktu waktu memberikan peringatan (isyarat) jika tingkah laku 35 manusia
berada di ambang bahaya dan keburukan, kekuatan tersebut adalah suara batin atau suara
hati (diamir). Suara batin berfungsi memperingatkan bahayanya perbuatan buruk dan
berusaha untuk mencegahnya, di samping dorongan untuk melakukan perbuatan baik.
Suara hati dapat terus dididik dan dituntun akan menaiki jenjang kekuatan rohani. e)
Keturunan Keturunan merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi perbuatan
manusia. Dalam kehidupan kita dapat melihat anak-anak yang berprilaku menyerupai
orang tuanya bahkan nenek moyangnya, sekalipun sudah jauh. Sifat yang diturunkan itu
pada garis besamya ada dua macam yaitu: (1) Sifat jasmaniyah, yakni kekuatan dan
kelemahan otot-otot dan urat sarap orang tua yang dapat diwariskan kepada anaknya. (2)
Sifat ruhaniyah, yakni lemah dan kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula oleh orang
tua yang kelak mempengaruhi perilaku anak cucunya. 2) Faktor Ekstern Selain faktor
intern (yang bersifat dari dalam) yang dapat mempengaruhi karakter, akhlak, moral, budi
pekerti dan etika manusia, juga terdapat faktor ekstern (yang bersifat dari luar)
diantaranya adalah sebagai berikut: 36 a) Pendidikan Ahmad Tafsir menyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Pendidikan
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter, akhlak, dan etika
seseorang sehingga baik dan buruknya akhlak seseorang sangat tergantung pada
pendidikan. Pendidikan ikut mematangkan kepribadian manusia sehingga tingkah-
lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah diterima oleh seseorang baik pendidikan
formal, informal maupun non formal. Betapa pentingnya faktor pendidikan itu, karena
naluri yang terdapat pada seseorang dapat dibangun dengan baik dan terarah. Oleh karena
itu, pendidikan agama perlu dimanifestasikan melalui berbagai media baik pendidikan
formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan keluarga, dan pendidikan non
formal yang ada pada masyarakat. b) Lingkungan Lingkungan (milie) adalah suatu yang
melingkungi suatu tubuh yang hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara,
dan pergaulan manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya atau juga
dengan alam sekitar. Itulah sebabnya manusia harus bergaul dan dalam pergaulan itu
saling mempengaruhi 37 pikiran, sifat dan tingkah laku. Adapun lingkungan dibagi ke
dalam dua bagian. (1) Lingkungan yang bersifat kebendaan Alam yang melingkungi
manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia.
Lingkungan alam ini dapat mematahkan atau mematangkan pertumbuhan bakat yang
dibawa seseorang. (2) Lingkungan pergaulan yang bersifat kerohanian. Seorang yang
hidup dalam lingkungan yang baik secara langsung atau tidak langsung dapat membentuk
kepribadiannya menjadi baik, begitu pula sebaliknya seseorang yang hidup dalam
lingkungan kurang mendukung dalam pembentukan akhlaknya maka setidaknya dia akan
terpengaruh lingkungan tersebut,

Anda mungkin juga menyukai