LINDA TRIVANA
Linda Trivana
F251160901
RINGKASAN
LINDA TRIVANA. Karakteristik Fisikokimia dan Sensori pada Es Krim dari
Minyak Biji Bunga Matahari dan Minyak Kelapa Murni. Dibimbing oleh
NUGRAHA EDHI SUYATMA, DASE HUNAEFI, dan S JONI MUNARSO.
Kata kunci: CATA, fisikokimia, minyak biji bunga matahari, sensori, VCO
SUMMARY
LINDA TRIVANA. Physicochemical and Profile Sensory Evaluation of Ice Cream
From Sunflower Oil and Virgin Coconut Oil. Supervised by NUGRAHA EDHI
SUYATMA, DASE HUNAEFI, and S JONI MUNARSO.
In the last decade, increasing trends towards the consumption of more healthy
foods have forced processors of high fat products (ice cream) to shift their
formulations to higher proportions of unsaturated or “healthier” fats. Vegetable oils
such as sunflower oil and VCO can be used as a substitute for milk fat in making
ice cream. A study was carried out to determine the effects of use of ratio sunflower
oil:virgin coconut oil and variance stabilizer (gelatin and kolang-kaling) in the
production of ice cream on physicochemical (pH, proximat, overrun, viscosity, and
melting rate) and sensory properties ice cream. The use of kolang-kaling is based
on the content of galactomannan in kolang-kaling. Galactomannan can be used in
food, pharmaceutical, and cosmetic as an emulsion stabilizer. Premium ice cream
with five different ratios of sunflower oil and VCO (15:0), (10:5), (7.5:7.5), (5:10),
(15:0) and stabilizer type is gelatin and kolang-kaling were made. The ice cream
production involves mixing, pasteurization, homogenation, aging, and freezing.
The physicochemical result show F9 sample with ratio sunflower oil:VCO (5:10)
and kolang-kaling as stabilizer obtained overrun and viscosity (before and after
aging) higher and lowest rates of meltdown compared than others. The total energy
calculation for ice cream samples ranged from 68.87 to 111.48 cal. Sensory analysis
by CATA method is simple and valid tools for gathering information about food
products base on consumer perception. CATA analysis results with XLSTAT 2016
software indicates that perception ideal ice cream have a dominant sensory profile
that sweetness, softness, spoondability, and homogenity. F9 come closest to ideal
ice cream and most favored product because F9 get a preference value above the
average from all panelists. There is no correlation between the sensory attributes
and panelist preference that significant from zero at 5% test level, it means that
there is no table-top ice cream sensory attributes that control panelist preference
significantly. Penalty analysis results showed that the sensory attributes “must have”
(sweetness, softness, skim milk powder, homogenity, coconut flavor, and
spoondability), “nice to have” (iciness, sweet aftertaste, bitter aftertaste, greasiness,
and mouth coating) and “must not have” (thickness).
LINDA TRIVANA
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Ketua Program Studi:
Prof. Dr. Harsi D. Kusumaningrum
NIP. 196405021993032004
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng
__________________
NIP. 196004191985031002
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanaahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini adalah karakteristik fisikokimia dan sensori pada es
krim dari minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa murni yang dilaksanakan
sejak bulan Agustus 2020 sampai bulan Februari 2021. Tesis ini disusun dalam
rangka melengkapi tugas akhir dan sebagai salah satu syarat meraih gelar Magister
Ilmu Pangan di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Nugraha Edhi Suyatma, STP, DEA
selaku ketua komisi pembimbing, Dr. Ing. Dase Hunaefi, STP, M.Food.St (anggota
pembimbing 1), dan Prof. Dr. Ir. S Joni Munarso, MS (anggota pembimbing 2) yang
telah membimbing dan banyak memberi saran. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Dr. Endang Warsiki, STP, M.Si (moderator seminar), dan Dr.
Faleh Seta Budi, ST, MT (penguji luar komisi pembimbing). Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Badan Litbang Pertanian, Kementerian
Pertanian yang telah memberikan beasiswa dan dana penelitian kepada penulis,
Balai Besar Pascapanen, Balitbangtan, Kementerian Pertanian yang telah memberi
izin penelitian di BB Pascapanen, serta Ibu Ema Sri Mulyani dan Bapak Idris
Suryadi beserta staf Laboratorium Nanoteknologi BB Pascapanen yang telah
membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
orang tua, yaitu Bapak Welly Havana (Alm.) dan Ibu Nuraini, Rully Harvan
(kakak), Nurandana (kakak), Adhitya Yudha Pradhana (suami), serta Raffasya
Zaidan Alkhalifi (Anak) yang telah memberikan dukungan, doa, dan kasih
sayangnya kepada penulis. Terakhir, ungkapan terimakasih penulis sampaikan
kepada Enny Rimita Sembiring, Siti Cholaifatul Rosidah, teman-teman IPN 2019
atas segala bantuan dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan.
Linda Trivana
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I PENDAHULUAN
Galaktomana dapat diperoleh dari ampas kelapa sekitar 61% (Rindengan 2015),
kolang-kaling 4,58% (Tarigan 2012), dan fenugreek berkisar 25-30% (Mathur
2005). Galaktomanan adalah polisakarida yang terdiri dari rantai manosa dan
galaktosa yang umumnya digunkan sebagai gum untuk produk pangan olahan.
Selain itu, galaktomanan bersifat pengental dan penstabil emulsi yang baik serta
dapat mengurangi resiko masuknya racun, dan bersifat antioksidan jika digunakan
sebagai bahan farmasi dan industry makanan (Winarno 2004).
Pemanfaatan sumber galaktomanan dalam kolang-kaling masih sangat
terbatas dan tingkat konsumsi masyarakat juga masih sangat rendah. Untuk
meningkatkan pemanfaatan galaktomanan dari kolang-kaling maka digunakan
kolang-kalang sebagai penstabil pada pembuatan es krim. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh rasio minyak biji bunga matahari (unsaturated fatty acid) dan
minyak kelapa murni (saturated fatty acid) serta jenis penstabil (gelatin dan kolang-
kaling) terhadap karakteristik fisikokimia dan sensoris es krim.
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan mendapatkan formulasi (rasio SO:VCO) dan
penstabil terbaik dalam menghasilkan es krim dengan mutu dan sensori yang baik
serta memenuhi standar SNI 01-3717-1995 dan mengetahui pengaruh rasio
SO:VCO serta jenis penstabil (kolang-kaling dan gelatin) terhadap sifat fisik
(overrun, viskositas, dan kecepatan leleh) es krim.
1.4 Manfaat
Penelitian ini bermanfaat memberikan informasi dalam pengaruh komposisi
asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh serta jenis penstabil terhadap
karakteristik fisikokimia dan sensori es krim.
3
1.5 Hipotesis
Adanya pengaruh komposisi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh
serta panjang rantai karbon terhadap kandungan solid fat yang akan berpengaruh
terhadap pembentukan partial coalescence. Pembentukan partial colescence ini
akan berpengaruh terhadap sifat fisik es krim. Sedangkan penstabil berfungsi
mencegah terbentuknya kristal es yang lebih besar saat pembekuan es,
menghasilkan tekstur yang lembut, dan meningkatkan ketahanan leleh es krim saat
dihidangkan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Es Krim
Es krim merupakan frozen dairy desserts dan terdiri atas tiga bagian, yaitu
emulsi, dispersi, dan busa. Emulsi dan dispersi utama terdiri atas fase larutan pekat
yang mengandung gula dan kandungan bahan padatan yang menyebar seperti
kristal es dan glubola lemak (Marshall et al. 2003). Es krim dapat dikategorikan
berdasarkan formula kadar lemaknya, antara lain es krim non fat (<0,5%), low fat
(2-5%), light ice cream (5-7%), reduced fat (7-9%), economy ice cream (10%),
standard ice cream (10-12%), premium ice cream (12-15%), dan super premium
ice cream (15-18%) (Goof dan Hartel 2013).
Es krim yang terbuat dari buah/jus disebut sorbet dan sherbet. Sorbet adalah
es krim rendah lemak yang hanya terbuat dari jus atau puree buah, gula, dan
penstabil (puth telur, pekti, atau gum) yang dibekukan serta memiliki tekstur yang
keras dan kasar. Sherbet, es krim sorbet dengan ditambahkan sedikit susu/krim
untuk menghasilkan tekstur yang lembut. Penambahan susu membuat sherbet lebih
creamy dan tak mudah meleleh dibandingkan sorbet (Goof dan Hartel 2013).
Beberapa Negara memiliki ciri khas dalam es krim, seperti gelato yang merupakan
es krim Italia dengan rendah lemak (4-8%) dan overrun 25-60% tetapi tinggi
kandungan gula (>25%,), Turkish ice cream memiliki tekstur yang jauh lebih elastis
daripada es krim pada umumnya. Turkish ice cream dibuat dengan campuran
tepung akar anggrek sehingga resin yang memberikan rasa kenyal dan bisa sangat
lengket (Goof dan Hartel 2013).
Es krim umumnya mengandung tujuh kategori bahan yang digunakan, yaitu
lemak, padatan susu bukan lemak (MSNF), pemanis, penstabil, pengemulsi, air, dan
flavor. Lemak susu (milk fat) merupakan bahan utama dalam pembuatan es krim
karena dapat mengurangi ukuran kristal es, memberikan rasa yang diinginkan, dan
memberikan sifat kelelehan yang baik (Fuangpaiboon dan Kijroongrojana 2017).
Padatan susu bukan lemak (MSNF) mengandung laktosa, kasein, whey protein,
mineral, vitamin, dan komponen minor dari susu. Protein berperan penting dalam
struktur es krim, termasuk emulsifikasi (meningkatkan adsorpsi globula lemak pada
waktu homogenisasi), whipping (berkontribusi pada formasi gelembung udara/buih
dalam campuran es krim), dan kemampuan mengikat air untuk menambah
viskositas es krim yang berpengaruh terhadap struktur es krim, meningkatkan
waktu leleh es krim, dan mengurangi kristal es (Cook dan Hartel 2010).
4
2.4 Gelatin
Gelatin adalah protein dari kolagen kulit, membran, tulang, dan bagian tubuh
berkolagen lainnya. Gelatin merupakan salah satu hidrokoloid yang dapat
digunakan sebagai bahan pembentuk gel (gelifying agent), bahan pengental
(thickening agent), dan bahan penstabil (stabilizer). Perubahan kolagen menjadi
gelatin dihasilkan dengan ekstraksi kolagen dengan air panas setelah perlakuan
dengan asam dan basa (Cahyadi 2008). Gelatin biasa digunakan dalam pembuatan
es krim yang berfungsi sebagai penstabil es krim, karena kemampuan nya
mencegah pembentukan kristal-kristal es yang besar sehingga tekstur es krim lebih
lembut.
Prinsip utama dalam transformasi kolagen menjadi gelatin adalah dengan cara
mendenaturasi kolagen yang terlarut. Denaturasi menggunakan suhu 40°C pada
kondisi netral atau sedikit asam. Kolagen akan terdisosiasi menjadi unit
tropokolagen akibat kehilangan ikatan hidrogen dan ikatan hidrofobik yang
membantu menstabilkan struktur helix pada kolagen. Langkah selanjutnya adalah
pemutusan ikatan intramolekul antara tiga rantai dalam struktur helix menjadi tiga
rantai alfa, beta atau gamma. Kolagen akan terputus jika terkena asam kuat dan basa
kuat sehingga akan transformasi dari untaian tidak larut dan tidak tercerna menjadi
gelatin dalam air panas (Lehninger 1993).
Gelatin larut dalam air minimal pada suhu 49ºC atau biasanya pada suhu 60-
75ºC. Gelatin tidak larut dalam air dingin, tetapi hanya akan mengembang.
Perendaman dalam air dingin menjadikan gelatin lunak dan berangsur-angsur
menyerap air sebanyak 5-10 kali bobotnya (Ward dan Courts 1977). Ketika gelatin
dipanaskan diatas titik lelehnya maka gelatin akan mencair dan kembali
membentuk gel apabila didinginkan.
7
2.5 Kolang-kaling
Kolang-kaling adalah buah dari tanaman aren. Buah aren umumnya dipanen
pada umur satu tahun atau dalam kondisi tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua
karena intinya masih lunak dan bening, Buah dibakar atau direbus untuk
mengeluarkan intinya, kemudian inti-inti biji direndam dalam air kapur selama
beberapa hari untuk menghilangkan getahnya. Inti biji yang sudah diolah disebut
kolang-kaling. Buah ini tidak dapat dikonsumsi langsung karena getahnya sangat
gatal sebab mengandung kristal yang menusuk sel-sel kulit dan tidak mudah hilang
hanya dengan dicuci (Sarmi et al. 2016).
Kolang-kaling memiliki manfaat kesehatan karena kandungan serat yang
tinggi dan merupakan bahan makanan non kalori sehingga tidak dapat menambah
berat badan seseorang. Serat kolang-kaling dapat memperlancar proses
pembuangan air besar, mencegah obesitas/ kegemukan, penyakit jantung koroner,
kanker usus, dan diabetes (Muchtadi 2008).
Kolang-kaling memiliki senyawa fungsional galaktomanan yang telah
banyak digunakan sebagai pengental, stabilizer emulsi, dan zat aktif pada berbagai
industri makanan dan obat-obatan (Mikkonen et al. 2009). Galaktomanan adalah
polisakarida yang tersusun dari β-(1-4)-D-manosa yang berikatan dengan α-(1-6)-
D-galaktosa dan rasio manosa/galaktosa berbeda setiap individu tanaman
(Cerqueira et al. 2009). Galaktomanan juga memiliki sifat antioksidan dimana
galaktomanan ini jumlahnya 4,15% dari jumlah kolang-kaling. Kandungan gizi
kolang-kaling ditunjukkan pada Table 2.
Tabel 2 Kandungan gizi kolang-kaling
Komponen Kadar
Kadar air 91,75%
Protein 0,40 g
Lemak 0,20 g
Karbohidrat 6,0 g
Serat 1,6 g
Kalsium 81,0 mg
Fosfor 243 mg
Zat besi 0,50 mg
Sumber: Ashari (2006)
8
III METODE
Adonan Adonan
A B Profil asam lemak
Mixing
Pasteurisasi-homogenisasi
Overrun Homogenisasi
Pembekuan
Analisis Fisikokimia:
1. pH
Anaslisis 2. Kecepatan leleh
Sensori CATA Es Krim 3. Viskositas
dan Preference 4. Proksimat
Mapping 5. Stabilitas
Gambar 1 Diagram alir proses pembuatan es krim (Trivana & Wungkana 2019)
1. Analisis Profil Asam Lemak VCO dan Minyak Biji Bunga Matahari (Lioe et al.
2012)
Profil asam lemak VCO dan minyak biji bunga matahari dianalisis
menggunakan GC-FID (Shimadzu-GC9AM). Sampel minyak yang akan dianalisis
terlebih dahulu dilakukan proses derivatisasi menghasilkan senyawa ester metil
asam lemak (Fatty Acid Methyl Esther atau FAME) yang bersifat volatile. Sebelum
dianalisis, sampel ditambahkan dengan asam lemak margarat (C17:0) sebagai
standar internal ke dalam sampel. Sampel diinjeksi sebanyak 1,0 μL dengan
menggunakan sistem split 50:50 dengan suhu injektor 250oC. Suhu kolom diatur
secara gradien dengan suhu awal 120oC dipertahankan 6 menit, penambahan suhu
kolom 3oC/menit hingga mencapai suhu 230oC dipertahankan selama 25 menit.
12
Laju fase gerak, gas Helium diatur dengan kecepatan 38,0 mL/menit. Detektor MS
diatur dengan suhu interface 260oC dan suhu detector 280oC. Ionizer menggunakan
Electron Ionizer (EI) dengan volltase 70 cV dan suhu 200oC. Analyzer
menggunakan single quadrupole dengan Mass Scan range: m/z 40 – 400, mode
perhitungan ion TIC atau Total Ion Current, dan tekanan vakum 1,4x10-4 Pa.
Kondisi Gas Chromatography yang digunakan untuk analisis asam lemak pada
VCO dan minyak biji bunga matahari adalah sebagai berikut:
Kolom : RTx® MS (Crossbond 5% diphenyl, 95% dimethyl polysiloxane, 30
m, 0,25 mm id, 0,25 μm),
Fase gerak : gas Helium (gas carrier)
Laju alir : 38,00 mL/ menit
Suhu kolom : Suhu kolom diatur secara gradien dengan suhu awal 120 oC
dipertahankan 6 menit, penambahan suhu kolom 3 oC/menit
hingga mencapai suhu 230oC dipertahankan selama 25 menit.
Volume injeksi : 1 μL (split mode 50:50)
Suhu injektor : 250 oC
Suhu Interface : 270 oC
Suhu Detektor : 280 oC
Detektor : FID
Waktu running : 60 menit
2. Analisis Proksimat
2.1 Kadar Air (AOAC 2005)
Sebanyak 1 gram sampel ditimbang dalam cawan dan dimasukkan ke dalam
oven dengan suhu 105°C selama 8 jam, kemudian ditimbang (duplo). Kadar air
dihitung dengan rumus:
௧௦ି௧
Kadar air = ൈ ͳͲͲΨ...........................................(1)
௧௦
ሺௌିሻ௫ேு௫ଵସ
%N = ͳͲͲΨ.....................................................................(4)
௪௫ଵ
5. Pengukuran Viskositas
Sampel emulsi dianalisis viskositasnya sebelum dan setelah disimpan pada
suhu 4°C selama 24 jam (proses ageing). Sampel dimasukkan ke dalam gelas piala
100 ml hingga volume 90 ml dan masukkan spindle no. 2. Pengukuran dilakukan
dengan viscometer Brookfield dengan kecepatan 100 rpm.
6= sangat suka). Setelah itu, panelis diminta mencicipi sampel kembali dan menilai
atribut sensori apa saja yang dirasakan pada sampel dengan memberi tanda ceklis
atribut sensori yang dilampirkan pada kuisoner (Adams et al. 2007). Sampel
disajikan dalam satu sesi pengujian untuk masing-masing uji. Waktu yang diberikan
kepada panelis untuk mencicipi sampel dan mengisi kuisioner adalah 5-10 menit.
Daftar atribut sensori yang digunakan dalam pengujian sensori CATA ditunjukkan
pada Tabel 4.
Tabel 4 Daftar atribut sensori yang digunakan dalam pengujian sensori
Atribut Deskripsi
Tekstur
Tekstur kasar yang disebabkan oleh kristal es pada es
1. Iciness
krim
2. Softness Tingkat keretakan saat disendok ddengan sendok
3. Thickness Viskositas/kekentalan es krim setelah meleleh dimulut
4. Greasiness Tampak berminyak atau mengkilat pada es krim
Flavor
1.Coconut flavor aroma dan rasa kelapa
2. Sweetness Rasa manis
3.Skim milk powder Rasa susu
Aftertase
lapisan minyak yang terasa dimulut setelah menelan
1. Mouth coating
sampel
Rasa manis yang tertinggal di mulut setelah sampel
2. Sweet aftertaste
ditelan
Rasa pahit/getir yang tertinggal di mulut setelah sampel
3. Bitter aftertaste
ditelan
Nilai viskositas tertinggi terjadi pada sampel dengan rasio SO:VCO (5:10)
dan kolang-kaling sebagai penstabil. Pada rasio tersebut kandungan solid fat
optimal untuk membentuk struktur rigid/kaku yang terbentuk selama proses aging
yang dihasilkan dari proses solidifikasi/kristalisasi lemak dalam fase minyak yang
mengarah ke struktur flokulasi (El-Rahman et al. 1997). Selain itu, kolang-kaling
dapat mengikat air lebih banyak daripada gelatin sehingga meninggkatkan
viskositas dan disebabkan juga oleh titik leleh VCO yang tinggi, yaitu 23-26°C
(Gunstone 2004) dimana lemak menjadi kristal pada suhu menurun dibawah titik
lelehnya (Nadeem et al. 2010).
Sedangkan pada sampel dengan konsentrasi sunflower oil tinggi maka makin
sedikit kental campuran es krim tersebut (viskositas rendah) karena kandungan
liquid oil yang tinggi dalam campuran es krim (Goh et al. 2006). Hal ini juga
disebabkan oleh sunflower oil tidak menjadi kristal pada suhu aging 4°C karena
titik leleh sunflower oil yang rendah yaitu -18°C (Rowe et al. 2009). Hasil serupa
juga dilaporkan Nadeem et al. (2010), minyak biji anggur (unsaturated oil) yang
memiliki titik leleh dibawah 0°C berkontribusi pada penurunan nilai viskositas
campuran es krim.
Pada Tabel 6 terlihat adanya penurunan nilai viskositas pada sampel 100%
VCO dengan kolang-kaling sebagai penstabil. Hal ini disebabkan kandungan asam
lemak jenuh yang tinggi dalam VCO yang mengakibatkan seluruhnya mengkristal
saat proses aging, dimana saat proses pembekuan dan pengadukan tidak memiliki
liquid oil yang cukup dalam droplet lemak untuk membasahi kristal lemak sehingga
menyebabkan terganggunya pembentukan partial coalescence antara tetesan lemak
yang bertabrakan (Rousseau 2002). Sedangkan pada penstabil gelatin, semakin
tinggi konsentrasi VCO yang ditambahkan maka viskositas semakin meningkat.
Hal ini mungkin disebabkan semakin banyak kandungan asam lemak jenuh maka
kandungan solid fat tinggi sehingga nilai viskositas nya semakin meingkat. Gelatin
yang digunakan sebagai penstabil ini memberikan emulsi yang stabil sehingga
menurunkan kecepatan pembentukan partial coalescence dalam es krim dan belum
optimal. Nilai viskositas dengan kolang-kaling sebagai penstabil memiliki nilai
viskositas yang lebih tinggi daripada dengan gelatin. Hal ini disebabkan kolang-
kaling lebih banyak mengikat air/dapat membuat larutan yang sangat kental dengan
konsentrasi rendah, sedangkan gelatin bersifat larut dalam air dimana semakin
banyak bahan yang larut air maka nilai viskositas kecil (Naiu et al. 2018). Selain
itu juga dipengaruhi oleh berat molekul, semakin tinggi berat molekul maka nilai
viskositas semakin besar (Nasution et al. 2013). Berat molekut galaktomanan dalam
kolang-kaling sebesar 2300 kDa (Lesnichaya et al. 2013) dan sangat tergantung
pada rasio galaktosa dan manosa, sedangkan gelatin berkisar antara 90-300 kDa
(Phillip et al. 2009).
Tabel 7 Pengaruh rasio SO:VCO dan jenis penstabil terhadap overrun dan pH es
krim
Overrun (cP) pH
Rasio
Gelatin Kolang-kaling Gelatin Kolang-
SO:VCO
kaling
aA aA aA
15:0 5,79±0,12 5,06±0,09 6,81±0,01 6,81±0,01aA
aA aA abA
10:5 8,95±0,19 10,90±0,91 6,84±0,01 6,82±0,01aA
aA bB bA
7,5:7,5 11,27±0,23 46,39±0,95 6,86±0,01 6,81±0,01aB
5:10 31,03±4,60bA 55,08±1,12cB 6,66±0,02cA 6,65±0,01bA
cA bA cA
0:15 46,11±1,34 46,46±1,07 6,62±0,02 6,63±0,02bA
Keterangan: Pada baris yang sama,data yang diikuti huruf kapital yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang nyata dari perlakuan jenis penstabil (p<0,05). Pada kolom yang sama,
data yang diikuti huruf kecil yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata dari
perlakuan rasio SO:VCO (p<0,05).
Kemampuan menahan gelembung udara/overrun tertinggi terjadi pada
sampel dengan rasio SO:VCO (5:10) dan kolang-kaling sebagai penstabil,
mengindikasikan pembentukan partial coalescence optimal sehingga terbentuknya
jaringan aggregat lemak yang meningkatkan stabilitas foam/buih (Eisner et al.
2005). Dengan kata lain, jumlah liquid oil optimal untuk mengikat droplet yang
saling bertabrakan sehingga membentuk struktur jaringan berkelanjutan untuk
stabilitas gelembung udara (Fredrick et al. 2010). Hasil yang sama dilaporkan oleh
Mendez dan Goof (2012) bahwa overrun es krim yang mengandung campuran
sunflower oil dan minyak inti sawit 60-80% dapat meningkat dengan meningkatnya
kandungan solid fat.
Sampel es krim dengan konsentrasi sunflower oil tinggi (>50% SO) memiliki
kemampuan buih/foamability rendah sehingga menghasilkan overrun rendah
(Mendez dan Goff 2012) atau karena keberadaan liquid oil yang terlalu banyak
menyebabkan pecahnya gelembung udara dalam es krim sehingga nilai overrun
rendah (Fredrick et al. 2010; Marshall et al. 2003; Takatori et al. 2004). Nilai
overrun yang tinggi menunjukkan kandungan udara dalam campuran es krim tinggi
yang meningkatkan viskositas campuran es krim, destabilisasi lemak yang lebih
besar, dan kecepatan leleh yang rendah (Halim et al. 2014; Sofjan dan Hartel 2004).
Menurut Wilson (1989), coalescence juga meningkat ketika sel-sel udara bergerak
berdekatan melalui gerakan Brown. Pada prinsipnya, koalesensi melibatkan dua
atau lebih gelembung udara dan menghasilkan coalescence/penggabungan struktur
busa. Jadi, ketika koalesensi terjadi sel udara akan bergabung menjadi ukuran yang
lebih besar (Sofjan dan Hartel 2004). Peningkatan nilai overrun mendorong
peningkatan viskositas apparent dari campuran es krim selama pembekuan karena
lebih banyak udara yang dimasukkan (Chang dan Hartel 2002).
Perlakuan rasio sunflower oil:VCO memberikan pengaruh terhadap nilai pH
es krim yang dihasilkan. Hal ini karena perbedaan nilai pH sunflower oil dan VCO
yang cukup besar. Hasil analisis pH es krim diperoleh sekitar 6,63-6,88. Menurut
Arbuckle dan Marshall (1996), pH normal es krim sebesar 6,3. Peningkatan nilai
pH mungkin disebabkan dari peningkatan rasio sunflower oil yang ditambahkan,
nilai pH sunflower oil sebesar 7,38 (Awogbemi et al. 2019) dan nilai pH VCO
sebesar 6,50 (Suryani et al. 2020).
20
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10
0,6
0,4
0,2
0
0 5 10 15 20
Konsentrasi VCO
Gambar 4 Turbiditas emulsi setelah satu hari penyimpanan pada suhu 4°C (──
gelatin dan ─── kolang-kaling)
Pada Gambar 4 menunjukkan konsentrasi VCO yang meningkat maka
absorbans emulsi juga meningkat. Nilai absorbans yang lebih tinggi menunjukkan
bahwa emulsi memiliki droplet yang lebih kecil (Scholten 2014). Pengukuran
turbiditas ini tidak memberikan informasi aktual tentang apakah aggregasi dan
coalescence terjadi atau tidak selama penyimpanan karena perbedaan kekeruhan
yang diukur antara sampel dapat disebabkan oleh perbedaan ukuran partikel awal
aslinya (Chalermnon 2013).
Destabilitas lemak dalam es krim ditentukan dengan metode
spektrofotometer dan dinyatakan sebagai fat destabilisation index (FDI). Nilai FDI
ditentukan dengan perbedaan nilai absorbansi antar campuran es krim dengan es
krim yang mencair (Lampiran 7). Nilai FDI tinggi berarti partikel lemak dalam
campuran mengalami destabilisasi lebih signifikan selama proses pembekuan yang
menghasilkan formasi aglomerasi besar dalam es krim. Nilai FDI disajikan pada
Gambar 5.
22
60,00
50,00
40,00
%FDI
30,00
20,00
10,00
0,00
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10
Sampel
Gambar 5 Nilai fat destabilisation index sampel es krim pada suhu -20°C
Tingkat destabilitas lemak tinggi terjadi pada sampel F9, yaitu sebesar
51,62% dan yang terendah pada sampel F6 (100% SO) dengan nilai FDI sebesar
23,13%. Nilai FDI yang tinggi menunjukkan partikel lemak lebih diaglomerasi..
Aglomerasi lemak merupakan pembentukan jaringan lemak yang besar atau
besarnya droplet lemak yang terbentuk dalam berbagai gumpalan lemak. Sampel
dengan nilai FDI tinggi (F9) memiliki kemampuan menstabilkan gelembung udara
ke struktur es krim sehingga menghasilkan overrun yang relatif tinggi dibandingkan
dengan es krim yang mengandung 100% sunflower oil (Mendez dan Goff 2012).
Hasil nalisis ANOVA two way menunjukkan bahwa rasio SO:VCO, jenis
penstabil, dan terdapat interaksi antara rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
memberikan pengaruh terhadap nilai FDI emulsi (Lampiran 8). Pengaruh jenis
penstabil dan rasio SO:VCO terhadap nilai FDI es krim ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8 Pengaruh jenis penstabil dan rasio SO:VCO terhadap nilai FDI
FDI (%)
Rasio SO:VCO
Gelatin Kolang-kaling
15:0 23,32±0,11aA 23,12±0,77aA
10:5 27,52±0,33bA 27,93±0,43bA
7,5:7,5 27,90±0,09bA 43,30±0,64cB
cA
5:10 43,09±0,28 51,35±0,18dB
cA
0:15 43,14±0,13 44,13±0,65cB
Keterangan: Pada baris yang sama,data yang diikuti huruf kapital yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang nyata dari perlakuan jenis penstabil (p<0,05). Pada kolom yang sama,
data yang diikuti huruf kecil yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata dari
perlakuan rasio SO:VCO (p<0,05).
Rasio SO:VCO mempengaruhi nilai FDI berkaitan dengan kandungan solid
fat dalam minyak, jika kandungan solid fat optimal maka pembentukan partial
coalescence juga optimal yang menghasilkan destabilisasi/aglomerasi yang besar
yang meningkatkan nilai FDI es krim. Jenis penstabil mempengaruhi nilai FDI
berkaitan dengan berat molekul penstabil. Semakin besar berat molekul penstabil
maka overrun dan viskositas semakin tinggi. Overrun yang tinggi maka
destabilisasi lemak lebih besar yang menghasilkan aglomerasi yang besar. Interaksi
rasio SO:VCO dengan jenis penstabil mempengaruhi nilai FDI berkaitan dengan
kemampuan penstabil dalam menstabilkan emulsi. Emulsi yang stabil berarti
tingkat destabilisasi lemak yang terjadi rendah sehingga menyebabkan nilai FDI
rendah.
23
15
F4
10 F5
F6
5
F7
0 F8
0 10 20 30 40 50 60 70 F9
-5 F10
Waktu (min)
kadar lemak pada sampel. Perhitungan AKG dan table informasi label gizi (ILG)
ditunjukkan pada Lampiran 13.
Tabel 9 Pengaruh rasio SO:VCO dan jenis penstabil terhadap nilai gizi es krim
Lemak (%) Protein (%) Karbohidrat (%)
Rasio
Kolang- Kolang- Kolang-
SO:VCO Gelatin Gelatin Gelatin
kaling kaling kaling
8,35±0,47a 9,32±0,13 3,58±0,11 3,80±0,05 27,25±0,52 23,76±0,5
15:0
A aB aA aA aA 1aB
1,89±0,19* 2,03±0,18 3,95±0,22 3,56±0,05 26,22±0,46 29,34±1,3
10:5
bA *bA abA aB aA 1bB
1,50±0,01* 5,95±0,03 4,48±0,06 3,73±0,12 31,22±0,82 25,75±0,6
7,5:7,5 bA cB bA aB bA 8aB
5,47±0,03c 5,99±0,03 5,13±0,20 3,02±0,03 25,30±1,10 30,71±0,8
5:10
A dB cA bB aA 3bB
7,45±0,37d 6,80±0,01 3,66±0,31 3,31±0,06 35,31±1,31 24,86±1,0
0:15
A eB aA abB cA 5aB
Keterangan:*tidak memenuhi standar SNI. Pada baris yang sama,data yang diikuti huruf kapital
yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata dari perlakuan jenis penstabil
(p<0,05). Pada kolom yang sama, data yang diikuti huruf kecil yang berbeda
menunjukkan perbedaan yang nyata dari perlakuan rasio SO:VCO (p<0,05).
7% 7% 10%
30%
46%
masing-masing produk berbeda nyata pada taraf uji 5% kecuali iciness dan sweet
afterness.
Data eigenvalue menunjukkan berapa banyak variabel. Semakin besar nilai
eigenvalue, semakin baik karena semakin banyak variabel yang dapat dijelaskan
oleh F1 dan F2. Data eigenvalues disajikan pada Gambar 9.
Scree plot
0,2 100
0,15 80
Eigenvalue
Inertia (%)
60
0,1
40
0,05 20
0 0
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10
axis
Gambar 9 Grafik eigenvalue uji CATA
Presentase kumulatif menunjukkan seberapa banyak variabel yang dapat dijelaskan
oleh faktor-faktor. Nilai yang diperoleh sebesar 94%. Nilai ini sudah tergolong
sangat baik yang artinya telah menggambarkan 94% data yang dimiliki. Nilai
tersebut memenuhi kriteria lebih dari 70%.
Selanjutnya data correspodence analysis diperoleh pada uji CATA yang
menggambarkan produk uji dan produk ideal dalam sebuah peta biplot sesuai
dengan atribut sensori yang dimiliki (Meyners et al 2013). Panelis memberikan
presepsi mengenai profil sensori es krim ideal yang digambarkan pada peta
correspodence analysis. Gambar 10 menunjukkan korelasi antara es krim ideal
menurut panelis dengan kesepuluh sampel berdasarkan atribut yang diuji.
Symmetric plot
(axes F1 and F2: 94,96 %)
0,6
0,4
Coconut flavor
F3
Thickness F10
F2 (12,60 %)
0,2
F7
Sweet
Skim milk Mouth coating
powder F8 F4 aftertaste
F9 F5 Bitter
0 aftertaste
Spoondability
Ideal Iciness F2
Softness Sweetness
-0,2 Greasiness
F6
Homogenity F1
-0,4
-0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8
F1 (82,36 %)
Attributes Products
Menurut peta analisis pada Gambar 10, produk es krim yang ideal seharusnya
memiliki sifat spoondability, softness, sweetness, dan homogenity yang kuat. Tidak
ada sampel es krim yang diuji yang berada pada kuadran yang sama dengan sampel
ideal. Sampel F9 merupakan sampel letaknya paling dekat terhadap sampel ideal
menurut panelis meskipun tidak berada dalam suatu kuadran yang sama. Sampel
F9 memiliki nilai atribut sensori softness, sweetness, homogenity, dan spoondability
yang paling tinggi diantara sampel F4, F5, F8, dan F10 sehingga sampel tersebut
berada paling dekat dengan sampel ideal. Sampel F1 dan F6 dominan pada atribut
grasiness dan sweetness, sehingga titik sampel tidak terlalu jauh dari ideal tetapi
tidak sedekat sampel F9. Sampel F2, F3, dan F7 paling jauh dari sampel es krim
ideal karena sampel F2, F3, dan F7 memiliki emulsi tidak homogen sehingga tidak
termasuk dalam es krim ideal. Hasil correspondence analysis (CA) juga
menunjukkan bahwa sampel es krim dengan penambahan VCO yang semakin
banyak lebih mendekati produk es krim yang ideal.
Penalty analysis mengidentifikasi atribut sensori yang berpotensi untuk
menurunkan atau meningkatkan kesukaan sehingga dapat digunakan untuk
pengembangan produk. Menurut Ares et al (2010), pengujian dilakukan dengan
melibatkan respon konsumen terhadap produk yang dibandingkan dengan produk
ideal sehingga pengaruh atribut terhadap kesukaan (hedonik) dapat diketahui.
Kategori atribut pada penalty analysis terbagi menjadi tiga, yaitu must have, nice to
have, dan must not have. Penalty analysis menggunakan the 20% cutoff theory
berdasarkan prinsip Pareto, yaitu “80% akibat disebabkan oleh 20% penyebab
(Plaehn 2012).
Atribut sensori must have adalah atribut sensori yang tidak ditemukan pada
produk nyata padahal atribut sensori tersebut diinginkan konsumen pada produk
ideal, atribut nice to have adalah atribut yang tidak harus ada pada produk ideal
tetapi diterima jika terdapat pada produk nyata. Sedangkan atribut must not have,
yaitu atribut yang diindikasikan tidak diperlukan karena keberadaannya dapat
menurunkan kesukaan panelis terhadap produk (Meyners et al. 2013).
Analisis atribut must have didasarkan pada kondisi P(No)|(Yes) dan
P(Yes)|(Yes). P(No)|(Yes) adalah kondisi saat suatu atribut sensori tidak ada pada
sampel es krim tetapi diinginkan pada es krim ideal, sedangkan P(Yes)|(Yes) adalah
kondisi saat suatu atribut sensori ada baik pada sampel dan es krim ideal. Nilai
kesukaan dari kedua kondisi tersebut dirata-ratakan dan selisih dari keduanya
disebut mean drops. Nilai mean drops yang positif menunjukkan peningkatan nilai
kesukaan, sebaliknya mean drops negatif menunjukkan penurunan nilai kesukaan.
Suatu atribut sensori berpotensi menjadi atribut sensori must have apabila atribut
sensori tersebut memiliki kondisi P(No)|(Yes) lebih dari 20% dan nilai mean drops
positif.
Hasil analisis atribut sensori must have pada sampel es krim (Lampiran 17),
atribut sensori yang memiliki P(No)|(Yes) lebih dari 20% dan mean drops positif
adalah iciness, softness, spoondability, homogenity, coconut flavor, sweetness, dan
skim milk powder. Visualisasi analisis atribut sensori must have disajikan pada
Gambar 11. Pada grafik tersebut, atribut sensori must have harus memiliki nilai
koordinat X (%P(No)|(Yes)) lebih dari 20% dan nilai koordinat Y (mean drops)
positif (Meyners et al. 2013). Semakin tinggi nilai koordinat X (%P(No)|(Yes)) dan
Y (mean drops) atau posisi atribut sensori semakin berada di atas kanan grafik,
maka semakin baik atribut sensori tersebut untuk dimiliki (must have).
28
Mean drops vs %
2,5
2 Thickness
Sweetness Softness Homogenity
1,5 Spoondability
Mean drops
0
0 20 40 60 80 100 120
-0,5 %
P(No)I(Yes)
Mean drops vs %
2
1,5 Iciness Bitter aftertaste
Greasiness
1 Sweet
0,5 aftertaste Mouth coating
Mean drops
0
-0,5 0 20 40 60 80 100 120
Coconut flavorThickness
-1
-1,5
-2
-2,5
Softness
-3
%
P(Yes)I(No)
Gambar 12 Kurva analisis atribut nice to have dan must not have
Pada kurva tersebut, atribut sensori nice to have dan must not have harus
memiliki X (%P(No)|(Yes)) lebih dari 20% (melewati garis putus-putus pada
grafik). Atribut sensori nice to have harus memiliki nilai koordinat Y (mean drops)
positif, sedangkan atribut sensori must not have harus memiliki nilai koordinat Y
(mean drops) negatif (Meyners et al. 2013). Pada Gambar 12 menunjukkan bahwa
thickness (-0,4206) merupakan atribut must not have, berarti thickness dapat
menurunkan kesukaan panelis sebesar 0,4206 poin. Sedangkan atribut nice to have
adalah iciness (1,6481), sweet aftertaste (0,7000), bitter aftertaste (1,1426),
greasiness (1,0275), dan mouth coating (0,9145), berarti atribut iciness, sweet
aftertaste, bitter aftertaste, greasiness, dan mouth coating dapat meningkatkan
kesukaan panelis masing-masing sebesar 1,6481, 0,7000, 1,1426, 1,0275, dan
0,9145 poin. Atribut-atribut sensori yang termasuk dalam atribut sensori nice to
have dan must not have signifikan pada taraf uji 5%.
4.8 Analisis Preference mapping
Peta kesukaan panelis terhadap sampel es krim didapatkan menggunakan
preference mapping tools pada perangkat lunak XLSTAT 2014. Analisis data
preference mapping menghasilkan contour plot yang menggambarkan presentase
panelis yang memberikan nilai kesukaan diatas rata-rata. Pada Gambar 13,
presentase panelis yang memberikan nilai kesukaan di atas rata-rata terhadap
produk meningkat dari area kurva berwarna biru tua, biru muda, hijau, kuning, dan
merah. Seluruh panelis (100%) memberikan nilai kesukaan diatas rata-rata pada
produk F4, F5, F8, F9, dan F10. Sedangkan pada produk F1 hanya 67% panelis
yang memberikan nilai kesukaan diatas rata-rata. Produk F2, F3, F6, dan F7 tidak
ada satupun (0%) panelis yang memberikan nilai kesukaan diatas rata-rata.
30
Contour plot
F1
Sweetness
80%-100%
Sweet F6 Spoondability 60%-80%
Iciness
aftertaste F8 Homogenity 40%-60%
F2
Greasiness F5 20%-40%
Mouth F4 Softness
coating Thickness 0%-20%
Bitter Coconut
aftertaste F7 flavor F9
F10
F3 Skim milk
F2
powder
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 93 97
F1
atau 3 μm dengan rata-rata ukuran 0,8 μm, ukuran gabungan globula lemak setelah
pembekuan/hasil dari partial coalescence antara 5-10 μm hingga 70-80 μm, serta
beberapa ada yang lebih dari 100 μm, dan 5. protein/struktur penstabil es krim
mengandung campuran kasein dan whey protein, kasein ditemukan dalam bentuk
misellar ukuran 0,3-0,4 μm (Goff dan Hartel 2013). Sampel es krim F9 dianalisis
morfologinya karena memiliki sifat fisikokimia yang baik dan sensori yang
mendekati es krim ideal dan paling disukai panelis. Hasil analisis TEM ditunjukkan
pada Gambar 14.
Misel kasein
(0,3-0,4 μm)
Larutan dari
bahan terlarut
Membran campuran
dari protein dan Globula lemak
pengemulsi (2-3 μm)
Gambar 14 Hasil analisis TEM (A) Morfologi sampel F9, (B) Ilustrasi struktur es
krim (Goff dan Hartel 2013)
32
5.1 Kesimpulan
Es krim dengan rasio minyak biji bunga matahari (SO) dan minyak kelapa
murni (VCO) (5:10) serta kolang-kaling sebagai penstabil memiliki sifat fisik yang
baik, antara lain memiliki waktu tetesan pertama yang lebih lama/ketahanan bentuk
yang baik, kecepatan leleh yang lebih lambat, viskositas dan overrun yang tinggi
dibandingkan dengan sampel lainnya. Analisis sensori dengan metode CATA
menunjukkan bahwa es krim ideal memiliki atribut sensori dominan, yaitu
sweetness, softness, spoondability, dan homogenity. Sampel F9 mendekati produk
es krim ideal menurut panelis karena memiliki nilai atribut sensori es krim ideal
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel lain. Es krim dengan rasio SO:VCO
(5:10) dan kolang-kaling sebagai penstabil dapat dikembangkan sebagai inovasi
dalam pembuatan vegan es krim.
5.2 Saran
Diperlukan analisis lebih lanjut untuk menentukan umur simpan sampel es
krim dan analisis morfologi es krim dengan thin section TEM-cryo (freeze
substitution and low temperature embedding) untuk mengetahui struktur es krim
(kristal es dan gelembuung udara/buih).
DAFTAR PUSTAKA
Goff H, Hartel RW. 2013. Ice Cream Seventh Edition (Seventh). London: Springer
New York Heidelberg Dordrecht London.
Goff HD. 2002. Formation and stabilisation of structure in ice-cream and related
products. Current Opinion in Colloid and Interface Science. 7:432–437.
Goh KKT, Ye A, Dale N. 2006. Characterisation of ice cream containing flaxseed
oil. International Dairy Journal. 9(11):817-829.
Goral M, Kozłowicz K, Pankiewicz U, Góral D, Kluza F, Wójtowicz A. 2018.
Impact of stabilizers on the freezing process and physicochemical and
organoleptic properties of coconut milk-based ice cream. LWT - Food
Science and Technology. 92:516–522.
Granger C, Barey P, Veschambre P, dan Cansell M. 2005. Physicochemical
behavior of oil in water emulsions: influence of milk protein mixtures,
glycerol ester mixtures and fat characteristics. Colloids and Surfaces B:
Biointerfaces. 42(3-4):235-243.
Guo Y, Zhang X, Hao W, Xie Y, Chen L, Li Z, Feng X. 2018. Nano-bacterial
cellulose/soy protein isolate complex gel as fat subtitute in ice cream model.
Carbohydrate Polymers. 198:620–630.
Gunstone FD. 2004. The chemistry of oils and fats: sources, composition, properties
and uses. Blackwell publishing Ltd, Oxford, UK.
Halim HRA, Shukri WHZ, Lani MN, and Sarbon NM. 2014. Effect of different
hydrocolloids on the physicochemical properties, microbiological quality
and sensory acceptance of fermented cassava (tapai ubi) ice cream.
International Food Research Journal. 21(5):1825-1836.
Herawati H. 2018. Potensi hidrokoloid sebagai bahan tambahan pada produk
pangan dan nonpangan bermutu. Jurnal Litbang Pertanian. 37(1):17-25.
Karouw S, Indrawanto C, dan Kapu’allo M. 2014. Karakteristik Virgin Coconut Oil
dengan Metode Sentrifugasi pada Dua Tipe Kelapa. Buletin Palma.
15(2):128–133.
Karouw S, Trivana L, Barlina R, Santosa B. 2016. Hidrolisis enzimatis minyak
kelapa dengan lipase dari Rhyzomucor miehei. Buletin Palma. 17(1):35-40.
Katja DG. 2012. Kualitas minyak bunga matahari komersial dan minyak hasil
ekstraksi biji bunga matahari (Helianthus annuus L.). Jurnal Ilmiah Sains.
12(1):59-64.
Kern M, Lagomarcino ND, Misell LM, dan Schuster V. 2000. The effect of
medium-chain triacylglycerols on the blood lipid profile of male endurance
runners. Journal Nutritional Biochemistry. 11:288–292.
Kurultay S, Oksuz O, dan Gokcebag O. 2010. The influence of different total solid,
stabilizer and overrun levels in industrial ice cream production using
coconut oil. Journal of Food Processing and Preservation. 34:346–354.
https://doi.org/10.1111/j.1745-4549.2009.00418.x.
Igutti AM, Pereira ACI, Fabiano L, Silva RAF, Ribeiro EP. 2011. Subtitution of
ingredients by green coconut (Cocos nucifera L) pulp in ice cream
formulation. Procedia Food Science. 1:1610-1617.
Lehninger AL. 1993. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Maggy T, penerjemah. Jakarta:
Erlangga.
Lesnichaya MV, Aleksandrova GP, Sukhov BG, Rokhin AV. 2013. Molecular
weight characteristics of galactomannan and carrageenan. Chemistry of
Natural Compounds. 49(3):405-410.
35
Lim CW, Norziah MH, Lu HFS. 2010. Effect of flaxseed oil towards
physicochemical and sensory characteristic of reduced fat ice creams and its
stability in ice creams upon storage. International Food Research JJournal.
17:393-403.
Lioe HN, Faridah, DN, Yuliana ND, Kusnandar, F, Suliantari, Purnomo EH,
Suyatma NE. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Pangan Lanjut. Edisi
Keempat. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, FATETA, IPB.
Lomolino G, Zannoni S, Zabara A, Lio MD, Iseppi AD. 2020. Ice recrystallisation
and melting in ice cream with different proteins levels and subjected to
thermal fluctuation. International Dairy Journal. 100:1-9.
Marina AM, Che Man YB, dan Nazimah SAH. 2009. Chemical Properties of Virgin
Coconut Oil. Journal of the American Oil Chemists' Society. 86:301–307.
Marshall RT, Goff HD, Hartel RW. 2003. Ice Cream. Ed. ke-6. New York: Plenum
Publishers.
Mathur NK. 2012. Inductrial Galactomannan Polysaccharides. Florida: CRC Press.
Mendez V, Goff HD. 2011. Enhancement of fat colloidal interactions for the
preparation of ice cream high in unsaturated fat. International Dairy
Journal. 21:540-547.
Mendez V, Goff HD. 2012. Fat structure in ice cream: A study on the types of fat
interactions. Food Hydrocolloids. 29(1):152-159.
Meyners M, Castura JC, Carr BT. 2013. Existing and new approaches for the
analysis of CATA data. Foor Quality Preference. 30:209-319.
Mikkonen KS, Maija T, Peter C, Chunlin X, Hannu R, Stefan W, Bjarne H, Kevin
BH, Madhav PY. 2009. Mannan as stabilizers of oil in water beverage
emulsions. LWT-Food Science and Technology. 42:849-855.
Muchtadi TR, Sugiyono. 2008. Prinsip Proses dan Teknologi Pangan. Bandung:
Alfabeta.
Muse MR, Hartel RW. 2004. Ice cream structural elements that affect melting rate
and hardness. Journal of Dairy Science. 87(1):1-10.
Nadeem M, Abdullah M, dan Ellahi MY. 2010. Effect of incorporating rape seed
oil on quality of ice cream. Mediterranean Journal of Nutrition and
Metabolism. 3:121–126. https://doi.org/10.1007/s12349-010-0012-0.
Naiu AS, Yusuf N. 2018. Nilai sensoris dan viskositas skin cream menggunakan
gelatin tulang tuna sebagai pengemulsi dan humektan. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia. 21(2):199-207.
Narine S.S. Marangoni A.G. 1999. Mechanical and structural model of fractal
networks of fat crystals at low deformations. Physical Review. 60(6):6991-
7000.
Nasution ZH, Agusnar Z, Alfian, Wirjosentono, B. 2013. Pengaruh viskositas
kitosan dan berbagai berat molekul terhadap pembuatan kitosan
nanopartikel menggunakan Ultrasonic Bath. Jurnal Teknologi Kimia
Unimal. 2(2):68-79.
Nevin KG, Rajamohan T. 2004. Beneficial effects of virgin coconut oil on lipid
parameters and in vitro LDL oxidation. Clinical Biochemistry. 37:830-835.
Phillip GO, Williams P.A. 2009. Handbook of Hydrocolloids. 2nd Edition.
Washington DC: CRC Press.
36
Reena MB, Reddy SRY, Lokesh BR. 2009. Changes in triacylglycerol molecular
species and thermal properties of blended and interesterified mixtures of
coconut oil or palm oil with rice bran oil or sesame oil. European Journal
of Lipid Science and Technology. 111(4):346-357.
Rindengan B. 2015. Ekstrak galaktomanan pada daging buah kelapa dan ampasnya
serta manfaatnya untuk pangan. Jurnal Perspektif. 14(1):37-49.
Rousseau D. 2002. Fat crystal behavior in food emulsions. Physical properties of
lipids. 1st ed. New York: Marcel Dekker.
Rowe RC, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients
6th Edition. London: Pharmaceutical Press.
Runtunuwu SD, Assa J, Rawung D, Kumolontang W. 2011. Kandungan kimia
daging dan air buah sepuluh tetua kelapa Dalam komposit. Buletin Palma.
12(1):57-65.
Sarmi, Ratnani RD, Hartati I. 2016. Isolasi senyawa galaktomanan buah aren
(Arenga pinnata) Menggunakan beberapa jenis abu. Momentum. 12(1):21-
25.
Scholten E. 2014. Particulate produ.cts-tailoring properties for optimal
performance-chapter Ice Cream. Switzerland: Springer International
Publishing Switzerland. https://doi.org/10.1007/978-3-319-00714-4
Sofjan RP, Hartel RW. 2004. Effects of overrun on structural and physical
characteristics of ice cream. International Dairy Journal. 14:255-262
Srivastava Y, Semwal AD, Swamy MSL. 2013. Hypocholesterimic effects of cold
and hot extracted virgin coconut oil (VCO) in comparison to commercial
coconut oil: evidence from a male wistar albino rat model. Food Science
and Biotechnology. 22(6):1501-1508.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2008. Es Krim. SNI 01-3713-2018.
Sung KK dan Goff HD. 2010. Effect of solid fat content on structure in ice creams
containing palm kernel oil and high oleic sunflower oil. Journal of Food
Science. 75(3):274-279.
Suryani S, Sariani S, Earnestly F, Marganof M, et al. 2020. A comparative study of
virgin coconut oil, coconut oil and palm oil in terms of their active
ingredients. Processes. 402(8):1-11.
Syed QA, Anwar S, Shukat R, dan Zahoor T. 2018. Effects of different ingredients
on texture of ice cream. Journal of Nutritional Health dan Food
Engineering, 8(6):422–435. https://doi.org/10.15406/jnhfe.2018.08.00305.
Takatori T, Shimono N, Higaki K, Kimura T. 2004. Evaluation of sustained release
suppositories prepared with fatty base including solid fats with high melting
points. International Journal of Pharmaceutics. 278(2):275-282.
Tarigan JBr. 2012. Karakterisasi edible film yang bersifat antioksidan dan
antimikroba dari galaktomanan kolang-kaling (Arenga Pinnata) yang
diinkorporasi dengan minyak atsiri daun kemangi (Ocimum Bacilicum L.).
[disertasi]. Medan.Universitas Sumatra Utara,
Trivana L, Wungkana J. 2019. Substitusi lemak susu dengan Virgin Coconut Oil
terhadap mutu es krim. Buletin Palma. 20(2):101-109.
Vanapalli SA, Coupland JN. 2001. Emulsions under shear-the formation and
properties of partially coalesced lipid structures. Food Hydrocolloids. 15(4-
6):507-512.
37
LAMPIRAN
39
U1
U2
40
U2
41
Lampiran 3 Uji ANOVA two way nilai viskositas es krim sebelum aging
Uji Hipotesis:
1. Apakah jenis penstabil mempengaruhi nilai viskositas sebelum aging?
2. Apakah rasio SO:VCO mempengaruhi nilai viskositas sebelum aging?
3. Apakah terdapat interaksi antara jenis penstabil dan rasio SO:VCO dalam
mempengaruhi nilai viskositas sebelum aging?
Nilai viskositas sampel es krim sebelum aging
Perlakuan Rasio SO:VCO
Kelompok
15:0 10:5 7,5:7,5 5:10 0:15
14,3 14,1 17,3 18,7 19,2
Gelatin
14,1 14,2 17,0 18,5 19,5
15,0 16,2 18,1 19,9 19,6
Kolang-kaling
14,1 16,0 18,6 20,2 19,4
Variabel Bebas:
x Jenis penstabil (2 taraf): gelatin dan kolang-kaling
x Rasi SO:VCO (5 taraf): 15:0, 10:5, 7,5:7,5, 5:10, dan 0:15
Variabel Terikat Nilai viskositas sebelum aging
Model linier: Yijk = μ +αi+βj+(αβ)ij+€ijk
Yijk = Nilai viskositas yang dihasilkan dari perlakuan rasio SO:VCO ke –i dan
jenis penstabil ke –j
μ = Rata-rata
α = Pengaruh perlakuan rasio SO:VCO ke-i
β = Pengaruh jenis penstabil ke-j
αβ = Interaksi perlakuan rasio SO:VCO ke-i dan jenis penstabil ke-j
€ijk = Galat
Hipotesis statistik:
H0: μA= μB= μC
H1: μi≠ μj; i, j = A , B, atau C
1. Hipotesis pengaruh perlakuan rasio SO:VCO
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap nilai
viskositas
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi nilai viskositas
2. Hipotesis pengaruh jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan jenis pentabil terhadap nilai
viskositas
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi nilai viskositas
3. Hipotesis pengaruh interaksi rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap nilai
viskositas
H1 = Interaksi perlakuan rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
mempengaruhi nilai viskositas
Total 96,46 19
Kesimpulan:
1. p≤0,05 maka tolak H0, Cukup bukti menyatakan bahwa jenis penstabil
mempengaruhi nilai viskositas sebelum aging pada α 0,05
2. p≤0,05 maka tolak H0, Cukup bukti menyatakan bahwa minimal ada 1
perlakuan rasio SO:VCO yang mempengaruhi nilai viskositas sebelum
aging pada α 0,05
3. p≤0,05 maka tolak H0, Cukup bukti menyatakan interaksi antara perlakuan
rasio SO:VCO dengan jenis penstabil mempengaruhi nilai viskositas
sebelum aging pada α 0,05
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Viskositas sebelum aging
95% Confidence Interval
Mean for Differenceb
Rasio (I) Jenis (J) Jenis Difference Std. Lower Upper
SO:VCO Penstabil Penstabil (I-J) Error Sig.b Bound Bound
15:0 Gelatin Kolang-kaling -,350 ,274 ,230 -,960 ,260
Kolang-kaling Gelatin ,350 ,274 ,230 -,260 ,960
*
10:5 Gelatin Kolang-kaling -1,950 ,274 ,000 -2,560 -1,340
*
Kolang-kaling Gelatin 1,950 ,274 ,000 1,340 2,560
7,5:7,5 Gelatin Kolang-kaling -1,200* ,274 ,001 -1,810 -,590
*
Kolang-kaling Gelatin 1,200 ,274 ,001 ,590 1,810
*
5:10 Gelatin Kolang-kaling -1,450 ,274 ,000 -2,060 -,840
Kolang-kaling Gelatin 1,450* ,274 ,000 ,840 2,060
0:15 Gelatin Kolang-kaling -,150 ,274 ,596 -,760 ,460
Kolang-kaling Gelatin ,150 ,274 ,596 -,460 ,760
Lampiran 4 Uji ANOVA two way nilai viskositas es krim setelah aging
Uji Hipotesis:
1. Apakah jenis penstabil mempengaruhi nilai viskositas setelah aging?
2. Apakah rasio SO:VCO mempengaruhi nilai viskositas setelah aging?
3. Apakah terdapat interaksi antara jenis penstabil dan rasio SO:VCO dalam
mempengaruhi nilai viskositas setelah aging
Nilai viskositas sampel es krim setelah aging
Rasio SO:VCO
Kelompok
15:0 10:5 7,5:7,5 5:10 0:15
14,40 14,80 18,30 19,00 29,20
Gelatin
14,70 14,60 18,70 19,20 28,70
Kolang- 16,70 17,80 28,50 45,30 28,90
kaling 16,20 17,10 28,20 44,70 29,10
Variabel Bebas:
x Jenis penstabil (2 taraf): gelatin dan kolang-kaling
x Rasi SO:VCO (5 taraf): 15:0, 10:5, 7,5:7,5, 5:10, dan 0:15
Variabel Terikat Nilai Viskositas setelah aging
Model linier: Yijk = μ +αi+βj+(αβ)ij+€ijk
Yijk = Nilai viskositas yang dihasilkan dari perlakuan rasio SO:VCO ke –i dan
jenis penstabil ke –j
μ = Rata-rata
α = Pengaruh perlakuan rasio SO:VCO ke-i
β = Pengaruh jenis penstabil ke-j
αβ = Interaksi perlakuan rasio SO:VCO ke-i dan jenis penstabil ke-j
€ijk = Galat
Hipotesis statistik:
H0: μA= μB= μC
H1: μi≠ μj; i, j = A , B, atau C
1. Hipotesis pengaruh perlakuan rasio SO:VCO
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap nilai
viskositas
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi nilai viskositas
2. Hipotesis pengaruh jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan jenis pentabil terhadap nilai
viskositas
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi nilai viskositas
3. Hipotesis pengaruh interaksi rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap nilai
viskositas
H1 = Interaksi perlakuan rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
mempengaruhi nilai viskositas
Kriteria penolakan H0: H0 ditolak jika p≤0,05
46
Total 1667,03 19
Kesimpulan:
1. p≤0,05 maka tolak H0; Cukup bukti menyatakan bahwa jenis penstabil
mempengaruhi nilai viskositas setelah aging pada α 0,05
2. p≤0,05 maka tolak H0, Cukup bukti menyatakan bahwa minimal ada 1
perlakuan rasio SO:VCO yang mempengaruhi nilai viskositas setelah aging pada
α 0,05
3. p≤0,05 maka tolak H0; Cukup bukti menyatakan interaksi antara perlakuan
rasio SO:VCO dengan jenis penstabil mempengaruhi nilai viskositas setelah
aging pada α 0,05
5:10 *
-28,550 ,301 ,000 -29,623 -27,477
0:15 *
-11,550 ,301 ,000 -12,623 -10,477
10:5 *
10,900 ,301 ,000 9,827 11,973
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Viskositas setelah aging
SO:VCO Penstabil Penstabil (I-J) Error Sig.b Lower Bound Upper Bound
*
15:0 Gelatin Kolang-kaling -1,900 ,301 ,000 -2,570 -1,230
Uji Hipotesis:
1. Apakah jenis penstabil mempengaruhi nilai overrun?
2. Apakah rasio SO:VCO mempengaruhi nilai overrun?
3. Apakah terdapat interaksi antara jenis penstabil dan rasio SO:VCO dalam
mempengaruhi nilai overrun?
Nilai overrun sampel es krim
Rasio SO:VCO
Kelompok
15:0 10:5 7,5:7,5 5:10 15:0
5,88 9,09 11,43 27,78 45,16
Gelatin
5,71 8,82 11,11 34,29 47,06
Kolang- 5,13 10,26 45,71 55,88 45,71
kaling 5,00 11,54 47,06 54,29 47,22
Variabel Bebas:
x Jenis penstabil (2 taraf): gelatin dan kolang-kaling
x Rasi SO:VCO (5 taraf): 15:0, 10:5, 7,5:7,5, 5:10, dan 0:15
Variabel Terikat Nilai Overrun
Model linier: Yijk = μ +αi+βj+(αβ)ij+€ijk
Yijk = Nilai overrun yang dihasilkan dari perlakuan rasio SO:VCO ke –i dan
jenis penstabil ke –j
μ = Rata-rata
α = Pengaruh perlakuan rasio SO:VCO ke-i
β = Pengaruh jenis penstabil ke-j
αβ = Interaksi perlakuan rasio SO:VCO ke-i dan jenis penstabil ke-j
€ijk = Galat
Hipotesis statistik:
H0: μA= μB= μC=..
H1: μi≠ μj; i, j = , B, atau C
1. Hipotesis pengaruh perlakuan rasio SO:VCO
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap nilai
overrun
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi nilai overrun
2. Hipotesis pengaruh jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan jenis pentabil terhadap nilai
overrun
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi nilai overrun
3. Hipotesis pengaruh interaksi rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap nilai
overrun
H1 = Interaksi perlakuan rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
mempengaruhi nilai overrun
Kriteria penolakan H0: H0 ditolak jika p≤0,05
50
Total 7401,449655 19
Kesimpulan:
1. p≤0,05 maka tolak H0; Cukup bukti menyatakan bahwa jenis penstabil
mempengaruhi nilai overrun pada α 0,05
2. p≤0,05 maka tolak H0; Cukup bukti menyatakan bahwa minimal ada 1
perlakuan rasio SO:VCO yang mempengaruhi nilai overrun pada α 0,05
3. p≤0,05 maka tolak H0; Cukup bukti menyatakan interaksi antara perlakuan
rasio SO:VCO dengan jenis penstabil mempengaruhi nilai overrun pada α
0,05
5:10 *
-44,185 1,650 ,000 -50,073 -38,297
7,5:7,5 15:0 *
41,320 1,650 ,000 35,432 47,208
5:10 *
-8,700 1,650 ,004 -14,588 -2,812
5:10 15:0 *
50,020 1,650 ,000 44,132 55,908
7,5:7,5 *
8,700 1,650 ,004 2,812 14,588
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Overrun
95% Confidence Interval
Mean for Differenceb
Rasio (I) Jenis (J) Jenis Difference Std. Lower Upper
SO:VCO Penstabil Penstabil (I-J) Error Sig.b Bound Bound
15:0 Gelatin Kolang-kaling ,730 1,650 ,668 -2,947 4,407
Kolang-kaling Gelatin -,730 1,650 ,668 -4,407 2,947
10:5 Gelatin Kolang-kaling -1,945 1,650 ,266 -5,622 1,732
Kolang-kaling Gelatin 1,945 1,650 ,266 -1,732 5,622
7,5:7,5 Gelatin Kolang-kaling -35,115* 1,650 ,000 -38,792 -31,438
Kolang-kaling Gelatin 35,115* 1,650 ,000 31,438 38,792
5:10 Gelatin Kolang-kaling -24,050* 1,650 ,000 -27,727 -20,373
Kolang-kaling Gelatin *
24,050 1,650 ,000 20,373 27,727
0:15 Gelatin Kolang-kaling -,355 1,650 ,834 -4,032 3,322
Uji Hipotesis:
1. Apakah jenis penstabil mempengaruhi nilai pH?
2. Apakah rasio SO:VCO mempengaruhi nilai pH?
3. Apakah terdapat interaksi antara jenis penstabil dan rasio SO:VCO dalam
mempengaruhi nilai pH?
Nilai pH sampel es krim
Rasio SO:VCO
Kelompok
15:0 10:5 7,5:7,5 5:10 0:15
6,81 6,85 6,86 6,65 6,64
Gelatin
6,80 6,83 6,87 6,68 6,61
Kolang- 6,82 6,81 6,80 6,65 6,61
kaling 6,80 6,83 6,82 6,66 6,65
Variabel Bebas:
x Jenis penstabil (2 taraf): gelatin dan kolang-kaling
x Rasi SO:VCO (5 taraf): 15:0, 10:5, 7,5:7,5, 5:10, dan 0:15
Variabel Terikat Nilai pH es krim
Model linier: Yijk = μ +αi+βj+(αβ)ij+€ijk
Yijk = Nilai pH yang dihasilkan dari perlakuan rasio SO:VCO ke –i dan jenis
penstabil ke –j
μ = Rata-rata
α = Pengaruh perlakuan rasio SO:VCO ke-i
β = Pengaruh jenis penstabil ke-j
αβ = Interaksi perlakuan rasio SO:VCO ke-i dan jenis penstabil ke-j
€ijk = Galat
Hipotesis statistik:
H0: μA= μB= μC=..
H1: μi≠ μj; i, j = , B, atau C
1. Hipotesis pengaruh perlakuan rasio SO:VCO
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap nilai pH
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi nilai pH
2. Hipotesis pengaruh jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan jenis pentabil terhadap nilai pH
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi nilai pH
3. Hipotesis pengaruh interaksi rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap nilai pH
H1 = Interaksi perlakuan rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
mempengaruhi nilai pH
Total 0,167975 19
Kesimpulan:
1. p≥0,05 maka terima H0, belum cukup bukti menyatakan bahwa jenis
penstabil berpengaruh terhadap nilai pH pada α 0,05
2. p≤0,05 maka tolak H0, Cukup bukti menyatakan bahwa rasio SO:VCO
mempengaruhi nilai pH pada α 0,05
3. p≥0,05 maka terima H0, belum Cukup bukti menyatakan interaksi
antara perlakuan rasio SO:VCO dengan jenis penstabil mempengaruhi
nilai pH pada α 0,05
5:10 *
,165 ,016 ,000 ,107 ,223
5:10 *
,155 ,016 ,000 ,097 ,213
5:10 15:0 *
-,155 ,016 ,000 -,213 -,097
7,5:7,5 *
-,155 ,016 ,000 -,213 -,097
7,5:7,5 *
-,180 ,016 ,000 -,238 -,122
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: pH
95% Confidence Interval for
Mean Differenceb
Rasio (I) Jenis (J) Jenis Difference Std. Lower
SO:VCO Penstabil Penstabil (I-J) Error Sig.b Bound Upper Bound
15:0 Gelatin Kolang-kaling -,005 ,016 ,765 -,041 ,031
Kolang-kaling Gelatin ,005 ,016 ,765 -,031 ,041
10:5 Gelatin Kolang-kaling ,020 ,016 ,247 -,016 ,056
Kolang-kaling Gelatin -,020 ,016 ,247 -,056 ,016
7,5:7,5 Gelatin Kolang-kaling ,055* ,016 ,007 ,019 ,091
Kolang-kaling Gelatin -,055* ,016 ,007 -,091 -,019
5:10 Gelatin Kolang-kaling ,010 ,016 ,553 -,026 ,046
Kolang-kaling Gelatin -,010 ,016 ,553 -,046 ,026
0:15 Gelatin Kolang-kaling -,005 ,016 ,765 -,041 ,031
Absorbans
Sampel SO:VCO Penstabil 4°C Es krim FDI (%)
(Ageing) mencair
F1 15:0 Gelatin 0,5314 0,4075 23,32
F2 10:5 Gelatin 0,7319 0,5305 27,52
F3 7,5:7,5 Gelatin 0,8278 0,5968 27,91
F4 5:10 Gelatin 0,8439 0,4803 43,09
F5 0:15 Gelatin 0,9089 0,5168 43,14
F6 15:0 Kolang-kaling 0,5875 0,4516 23,13
F7 10:5 Kolang-kaling 0,7542 0,5435 27,93
F8 7,5:7,5 Kolang-kaling 0,8092 0,4588 43,30
F9 5:10 Kolang-kaling 0,9773 0,4755 51,35
F10 0:15 Kolang-kaling 0,9873 0,5516 44,13
58
Uji Hipotesis:
1. Apakah jenis penstabil mempengaruhi nilai FDI?
2. Apakah rasio SO:VCO mempengaruhi nilai FDI?
3. Apakah terdapat interaksi antara jenis penstabil dan rasio SO:VCO dalam
mempengaruhi nilai FDI?
Nilai FDI sampel es krim
Rasio SO:VCO
Kelompok
15:0 10:5 7,5:7,5 5:10 0:15
23,44 27,66 27,88 43,12 43,00
Gelatin 23,23 27,75 28,00 43,35 43,26
23,30 27,14 27,83 42,79 43,15
27,70 27,70 42,81 51,24 44,78
Kolang-
27,67 27,67 43,07 51,56 43,47
kaling
28,43 28,43 44,03 51,25 44,14
Variabel Bebas:
x Jenis penstabil (2 taraf): gelatin dan kolang-kaling
x Rasi SO:VCO (5 taraf): 15:0, 10:5, 7,5:7,5, 5:10, dan 0:15
Variabel Terikat Nilai FDI
Model linier: Yijk = μ +αi+βj+(αβ)ij+€ijk
Yijk = Nilai FDI yang dihasilkan dari perlakuan rasio SO:VCO ke –i dan jenis
penstabil ke-j
μ = Rata-rata
α = Pengaruh perlakuan rasio SO:VCO ke-i
β = Pengaruh jenis penstabil ke-j
αβ = Interaksi perlakuan rasio SO:VCO ke-i dan jenis penstabil ke-j
€ijk = Galat
Hipotesis statistik:
H0: μA= μB= μC=..
H1: μi≠ μj; i, j = , B, atau C
1. Hipotesis pengaruh perlakuan rasio SO:VCO
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap nilai
FDI
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi nilai FDI
2. Hipotesis pengaruh jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan jenis pentabil terhadap nilai FDI
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi nilai FDI
3. Hipotesis pengaruh interaksi rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap nilai
FDI
H1= Interaksi perlakuan rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
mempengaruhi nilai FDI
Kriteria penolakan H0: H0 ditolak jika p≤0,05
59
Total 2656,617 29
Kesimpulan:
1. p≤0,05 maka tolak H0, cukup bukti menyatakan bahwa jenis penstabil
berpengaruh terhadap nilai FDI pada α 0,05
2. p≤0,05 maka tolak H0, cukup bukti menyatakan bahwa rasio SO:VCO
mempengaruhi nilai FDI pada α 0,05
3. p≤0,05 maka tolak H0, Cukup bukti menyatakan interaksi antara
perlakuan rasio SO:VCO dengan jenis penstabil mempengaruhi nilai
FDI pada α 0,05
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Fat Destabilation Index
95% Confidence Interval for
Mean Differenceb
5:10 *
-28,230 ,354 ,000 -29,342 -27,118
7,5:7,5 *
-15,370 ,354 ,000 -16,482 -14,258
5:10 *
-8,047 ,354 ,000 -9,159 -6,934
10:5 *
23,417 ,354 ,000 22,304 24,529
0:15 *
7,220 ,354 ,000 6,108 8,332
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Fat Destabilation Index
95% Confidence Interval
Mean for Differenceb
Rasio (I) Jenis (J) Jenis Difference Std. Lower Upper
b
SO:VCO Penstabil Penstabil (I-J) Error Sig. Bound Bound
0 menit
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10
30 menit
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10
63
Uji Hipotesis:
1. Apakah jenis penstabil mempengaruhi kadar lemak?
2. Apakah rasio SO:VCO mempengaruhi kadar lemak?
3. Apakah terdapat interaksi antara jenis penstabil dan rasio SO:VCO dalam
mempengaruhi kadar lemak?
Data kadar lemak sampel es krim
Rasio SO:VCO
Kelompok
15:0 10:5 7,5:7,5 5:10 15:0
8,01 2,03 1,51 5,50 7,17
Gelatin
8,68 1,76 1,49 5,45 7,19
Kolang- 9,41 1,91 5,97 6,02 6,81
kaling 9,23 2,16 5,93 5,97 6,79
Variabel Bebas:
x Jenis penstabil (2 taraf): gelatin dan kolang-kaling
x Rasi SO:VCO (5 taraf): 15:0, 10:5, 7,5:7,5, 5:10, dan 0:15
Variabel Terikat Kadar lemak es krim
Model linier: Yijk = μ +αi+βj+(αβ)ij+€ijk
Yijk = Kadar lemak yang dihasilkan dari perlakuan rasio SO:VCO ke –i dan
jenis penstabil ke-j
μ = Rata-rata
α = Pengaruh perlakuan rasio SO:VCO ke-i
β = Pengaruh jenis penstabil ke-j
αβ = Interaksi perlakuan rasio SO:VCO ke-i dan jenis penstabil ke-j
€ijk = Galat
Hipotesis statistik:
H0: μA= μB= μC=..
H1: μi≠ μj; i, j = , B, atau C
1. Hipotesis pengaruh perlakuan rasio SO:VCO
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap kadar
lemak es krim
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi kadar lemak es krim
2. Hipotesis pengaruh jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan jenis pentabil terhadap kadar
lemak es krim
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi kadar lemak es krim
3. Hipotesis pengaruh interaksi rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap kadar
lemak es krim
H1= Interaksi perlakuan rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
mempengaruhi kadar lemak es krim
Kriteria penolakan H0: H0 ditolak jika p≤0,05
64
Total 137,5597 19
Kesimpulan:
1. p≤0,05 maka tolak H0, cukup bukti menyatakan bahwa jenis penstabil
berpengaruh terhadap kadar lemak es krim pada α 0,05
2. p≤0,05 maka tolak H0, cukup bukti menyatakan bahwa rasio SO:VCO
mempengaruhi kadar lemak es krim pada α 0,05
3. p≤0,05 maka tolak H0, Cukup bukti menyatakan interaksi antara perlakuan
rasio SO:VCO dengan jenis penstabil mempengaruhi kadar lemak es krim
pada α 0,05
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Lemak
95% Confidence Interval
Mean for Differenceb
Jenis (I) Rasio (J) Rasio Difference Std. Lower Upper
Penstabil SO:VCO SO:VCO (I-J) Error Sig.b Bound Bound
Gelatin 15:0 10:5 6.450* .211 .000 5.696 7.204
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Lemak
95% Confidence Interval
Mean for Differenceb
Rasio (I) Jenis (J) Jenis Difference Std. Lower Upper
SO:VCO Penstabil Penstabil (I-J) Error Sig.b Bound Bound
15:0 Gelatin Kolang-kaling -.975* .211 .001 -1.446 -.504
Kolang-kaling Gelatin .975* .211 .001 .504 1.446
10:5 Gelatin Kolang-kaling -.140 .211 .523 -.611 .331
Kolang-kaling Gelatin .140 .211 .523 -.331 .611
7,5:7,5 Gelatin Kolang-kaling -4.450* .211 .000 -4.921 -3.979
Kolang-kaling Gelatin 4.450* .211 .000 3.979 4.921
5:10 Gelatin Kolang-kaling -.520* .211 .034 -.991 -.049
Kolang-kaling Gelatin .520* .211 .034 .049 .991
0:15 Gelatin Kolang-kaling .650* .211 .012 .179 1.121
Uji Hipotesis:
1. Apakah jenis penstabil mempengaruhi kadar protein?
2. Apakah rasio SO:VCO mempengaruhi kadar protein?
3. Apakah terdapat interaksi antara jenis penstabil dan rasio SO:VCO dalam
mempengaruhi kadar protein?
Data kadar protein sampel es krim
Rasio SO:VCO
Kelompok
15:0 10:5 7,5:7,5 5:10 15:0
3,50 3,79 4,52 4,99 3,88
Gelatin
3,66 4,10 4,44 5,28 3,44
Kolang- 3,76 3,53 3,82 3,00 3,36
kaling 3,84 3,60 3,65 3,04 3,27
Variabel Bebas:
x Jenis penstabil (2 taraf): gelatin dan kolang-kaling
x Rasi SO:VCO (5 taraf): 15:0, 10:5, 7,5:7,5, 5:10, dan 0:15
Variabel Terikat Kadar protein es krim
Model linier: Yijk = μ +αi+βj+(αβ)ij+€ijk
Yijk = Kadar protein yang dihasilkan dari perlakuan rasio SO:VCO ke –i dan
jenis penstabil ke-j
μ = Rata-rata
α = Pengaruh perlakuan rasio SO:VCO ke-i
β = Pengaruh jenis penstabil ke-j
αβ = Interaksi perlakuan rasio SO:VCO ke-i dan jenis penstabil ke-j
€ijk = Galat
Hipotesis statistik:
H0: μA= μB= μC=..
H1: μi≠ μj; i, j = , B, atau C
1. Hipotesis pengaruh perlakuan rasio SO:VCO
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap kadar
protein es krim
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi kadar protein es krim
2. Hipotesis pengaruh jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan jenis pentabil terhadap kadar
protein es krim
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi kadar protein es krim
3. Hipotesis pengaruh interaksi rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap kadar
protein es krim
H1= Interaksi perlakuan rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
mempengaruhi kadar protein es krim
Kriteria penolakan H0: H0 ditolak jika p≤0,05
68
Total 6,690255 19
Kesimpulan:
1. p≤0,05 maka tolak H0, cukup bukti menyatakan bahwa jenis penstabil
berpengaruh terhadap kadar protein es krim pada α 0,05
2. p≤0,05 maka tolak H0, cukup bukti menyatakan bahwa rasio SO:VCO
mempengaruhi kadar protein es krim pada α 0,05
3. p≤0,05 maka tolak H0, Cukup bukti menyatakan interaksi antara perlakuan
rasio SO:VCO dengan jenis penstabil mempengaruhi kadar protein es krim
pada α 0,05
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Protein
95% Confidence Interval
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Protein
95% Confidence Interval
Mean for Differenceb
Rasio (I) Jenis (J) Jenis Difference Std. Lower Upper
SO:VCO Penstabil Penstabil (I-J) Error Sig.b Bound Bound
15:0 Gelatin Kolang-kaling -.220 .151 .176 -.556 .116
Kolang-kaling Gelatin .220 .151 .176 -.116 .556
10:5 Gelatin Kolang-kaling .380* .151 .031 .044 .716
Kolang-kaling Gelatin -.380* .151 .031 -.716 -.044
7,5:7,5 Gelatin Kolang-kaling .745* .151 .001 .409 1.081
Kolang-kaling Gelatin -.745* .151 .001 -1.081 -.409
5:10 Gelatin Kolang-kaling 2.115* .151 .000 1.779 2.451
Kolang-kaling Gelatin -2.115* .151 .000 -2.451 -1.779
0:15 Gelatin Kolang-kaling .345* .151 .045 .009 .681
Uji Hipotesis:
1. Apakah jenis penstabil mempengaruhi kadar karbohidrat?
2. Apakah rasio SO:VCO mempengaruhi kadar karbohidrat?
3. Apakah terdapat interaksi antara jenis penstabil dan rasio SO:VCO dalam
mempengaruhi kadar karbohidrat?
Data kadar karbohidrat sampel es krim
Rasio SO:VCO
Kelompok
15:0 10:5 7,5:7,5 5:10 15:0
26,88 26,55 31,80 26,08 34,39
Gelatin
27,61 25,90 30,64 24,52 36,24
Kolang- 24,12 30,27 26,23 31,30 24,12
kaling 23,40 28,41 25,27 30,13 25,60
Variabel Bebas:
x Jenis penstabil (2 taraf): gelatin dan kolang-kaling
x Rasi SO:VCO (5 taraf): 15:0, 10:5, 7,5:7,5, 5:10, dan 0:15
Variabel Terikat Kadar karbohidrat es krim
Model linier: Yijk = μ +αi+βj+(αβ)ij+€ijk
Yijk = Kadar karbohidrat yang dihasilkan dari perlakuan rasio SO:VCO ke –
i dan jenis penstabil ke-j
μ = Rata-rata
α = Pengaruh perlakuan rasio SO:VCO ke-i
β = Pengaruh jenis penstabil ke-j
αβ = Interaksi perlakuan rasio SO:VCO ke-i dan jenis penstabil ke-j
€ijk = Galat
Hipotesis statistik:
H0: μA= μB= μC=..
H1: μi≠ μj; i, j = , B, atau C
1. Hipotesis pengaruh perlakuan rasio SO:VCO
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap kadar
karbohidrat es krim
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi kadar karbohidrat es krim
2. Hipotesis pengaruh jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan jenis pentabil terhadap kadar
karbohidrat es krim
H1 = Perlakuan rasio SO:VCO mempengaruhi kadar karbohidrat es krim
3. Hipotesis pengaruh interaksi rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
H0 = Tidak terdapat pengaruh perlakuan rasio SO:VCO terhadap kadar
karbohidrat es krim
H1= Interaksi perlakuan rasio SO:VCO dengan jenis penstabil
mempengaruhi kadar karbohidrat es krim
Kriteria penolakan H0: H0 ditolak jika p≤0,05
72
Total 242,203 19
Kesimpulan:
1. p≤0,05 maka tolak H0, cukup bukti menyatakan bahwa jenis penstabil
berpengaruh terhadap kadar karbohidrat es krim pada α 0,05
2. p≤0,05 maka tolak H0, cukup bukti menyatakan bahwa rasio SO:VCO
mempengaruhi kadar karbohidrat es krim pada α 0,05
3. p≤0,05 maka tolak H0, Cukup bukti menyatakan interaksi antara perlakuan
rasio SO:VCO dengan jenis penstabil mempengaruhi kadar karbohidrat es
krim pada α 0,05
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Karbohidrat
95% Confidence Interval
Mean for Differenceb
Jenis (I) Rasio (J) Rasio Difference Std. Lower Upper
Penstabil SO:VCO SO:VCO (I-J) Error Sig.b Bound Bound
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Karbohidrat
95% Confidence Interval
Mean for Differenceb
Rasio (I) Jenis (J) Jenis Difference Std. Lower Upper
SO:VCO Penstabil Penstabil (I-J) Error Sig.b Bound Bound
15:0 Gelatin Kolang-kaling 3.485* .911 .003 1.454 5.516
Nama:
Usia:
Intensitas konsumsi es krim
□ < 1 per minggu
□ 1-2 per minggu
□ 3-4 per minggu
□ 5-6 per minggu
□ >6 per minggu
Kode Sampel
Atribut
461 254 972 372 797 569 767 684 712 871
Tekstur
1. Iciness
2. Softness
3. Thickness
4. Greasiness
5. Spoondability
6. Homogenity
Flavor
1. Coconut flavor
2. Sweetness
3. Skim milk powder
Aftertase
1. Mouth coating
2. Sweet aftertaste
3. Bitter aftertaste
78
F1 F2 F3 F4
F5 F6 F7 F8
F9 F10
Attributes p-values F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10
0,700 0,533 0,633 0,533 0,600 0,600 0,567 0,600 0,533 0,500
Iciness 0,9225
(a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a)
0,467 0,067 0,100 0,767 0,867 0,400 0,100 0,733 0,967 0,767
Softness 0,0000
(abc) (a) (a) (bcd) (cd) (ab) (a) (bcd) (d) (bcd)
0,333 0,300 0,333 0,667 0,800 0,267 0,267 0,667 0,700 0,733
Thickness 0,0000
(abc) (ab) (abc) (abcd) (d) (a) (a) (abcd) (bcd) (cd)
0,967 0,767 0,367 0,367 0,967 0,700 0,233 0,167 0,400
Greasiness 0,0000 1 (c)
(c) (bc) (ab) (ab) (c) (bc) (a) (a) (ab)
0,367 0,200 0,267 0,800 0,867 0,533 0,300 0,900 0,600
Spoondability 0,0000 1 (c)
(a) (a) (a) (bc) (bc) (ab) (a) (bc) (abc)
0,867 0,033 0,667 0,933 0,733 0,033 0,867 0,967
Homogenity 0,0000 0 (a) 1 (b)
(b) (a) (b) (b) (b) (a) (b) (b)
0,067 0,233 0,633 0,967 0,967 0,200 0,600 0,967
Coconut flavor 0,0000 1 (d) 1 (d)
(a) (abc) (cd) (d) (d) (ab) (bcd) (d)
0,900 0,433 0,467 0,933 0,967 0,767 0,467 0,900 0,967
Sweetness 0,0000 1 (b)
(b) (a) (a) (b) (b) (ab) (a) (b) (b)
0,433 0,267 0,533 0,933 0,967 0,433 0,367 0,900
comparisons Marascuilo pada taraf uji 5%
P(Yes)I(Yes) 0 0,00%
Sweet aftertaste P(No)I(Yes) 26 8,67% 63,0000 2,4231 0,8978 4,2043 < 0,0001 Yes
P(Yes)I(Yes) 134 44,67% 445,0000 3,3209
Bitter aftertaste P(No)I(Yes) 0 0,00%
P(Yes)I(Yes) 0 0,00%
Sum(Overall Mean(Overall Mean Standardized
Variable Level Frequencies % p-value Significant
liking) liking) drops difference
Iciness P(No)I(No) 62 20,67% 260,0000 4,1935
P(Yes)I(No) 88 29,33% 224,0000 2,5455 1,6481 11,5908 < 0,0001 Yes
Softness P(No)I(No) 3 1,00% 7,0000 2,3333
P(Yes)I(No) 7 2,33% 35,0000 5,0000 -2,6667 -27,9765 < 0,0001 Yes
Thickness P(No)I(No) 105 35,00% 304,0000 2,8952
es krim
Lampiran 18 Analisis atribut sensori nice to have dan must not have pada sampel
82
Skim
Coconut Mouth Sweet Bitter Overall
Iciness Softness Thickness Greasiness Spoondability Homogenity Sweetness milk
flavor coating aftertaste aftertaste liking
powder
-
Iciness 1 -0,0655 -0,2156 0,1042 -0,0547 -0,0254 -0,0566 -0,0788 0,1265 -0,1543 0,2906 -0,0778
0,1901
Softness -0,0655 1 0,5794 -0,5200 0,7041 0,6963 0,5989 0,7139 0,6110 -0,5978 0,0247 -0,5603 0,6632
Thickness -0,2156 0,5794 1 -0,3826 0,5170 0,4478 0,5094 0,2924 0,3932 -0,3797 0,0386 -0,4752 0,3662
panelis
-
Greasiness 0,1042 -0,5200 -0,3826 1 -0,5103 -0,4540 -0,7142 -0,3531 0,3538 0,0510 0,4500 -0,3742
0,5923
Spoondability -0,0547 0,7041 0,5170 -0,5103 1 0,6339 0,5810 0,5511 0,5252 -0,3320 0,1284 -0,6016 0,5727
Homogenity -0,0254 0,6963 0,4478 -0,4540 0,6339 1 0,3787 0,7263 0,5593 -0,4040 0,0371 -0,5051 0,5704
Coconut
-0,0566 0,5989 0,5094 -0,7142 0,5810 0,3787 1 0,2304 0,6333 -0,3548 -0,0527 -0,4381 0,3724
flavor
Sweetness -0,0788 0,7139 0,2924 -0,3531 0,5511 0,7263 0,2304 1 0,5096 -0,2513 0,2226 -0,4823 0,5242
Skim milk
-0,1901 0,6110 0,3932 -0,5923 0,5252 0,5593 0,6333 0,5096 1 -0,3579 -0,0619 -0,4539 0,4726
powder
Mouth -
0,1265 -0,5978 -0,3797 0,3538 -0,3320 -0,4040 -0,3548 -0,2513 1 -0,0248 0,3831 -0,3296
coating 0,3579
Sweet -
-0,1543 0,0247 0,0386 0,0510 0,1284 0,0371 -0,0527 0,2226 -0,0248 1 -0,0843 -0,0325
aftertaste 0,0619
Bitter -
0,2906 -0,5603 -0,4752 0,4500 -0,6016 -0,5051 -0,4381 -0,4823 0,3831 -0,0843 1 -0,4228
aftertaste 0,4539
Overall liking -0,0778 0,6632 0,3662 -0,3742 0,5727 0,5704 0,3724 0,5242 0,4726 -0,3296 -0,0325 -0,4228 1
*Korelasi yang signifikan terhadap nol pada taraf uji 5% dicetak tebal
Lampiran 19 Korelasi antara atribut sensori pada sampel es krim dengan kesukaan
83
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota DKI Jakarta pada tanggal 25 Mei 1990 sebagai anak
ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Welly Havana (Alm.) dan Ibu
Nuraini. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah
Menengah Atas (SMA) di Jakarta. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan
sarjana di Prgram Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA) IPB, dan lulus pada tahu 2013. Penulis diterima sebagai mahasiswa
program magister (S2) di Program Studi Ilmu Pangan Sekolah Pascasarjana IPB
dan menamatkannya pada tahun 2021.
Penulis bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Balai Penelitian
Tanaman Palma, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian sejak tahun 2014
yang berlokasi di Manado, Sulawesi Utara.
Karya ilmiah berjudul Karakteristik Fisikokimia dan Sensori pada Es Krim
dari Minyak Biji Bunga Matahari dan Minyak Kelapa Murni telah disajikan pada
seminar hasil dan dipublikasikan di jurnal Buletin Palma.
1