Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lembaga perbankan milik pemerintah daerah (BUMD) pada umumnya


mempunyai tujuan untuk meningkatan pertumbuhan ekonomi daerahnya, pemerintah
berusaha menciptakan suasana ekonomi yang kondusif dengan memberikan kepada
pelaku usaha kemudahan bagi mereka untuk mengembangkan bisnisnya. Kegiatan
yang dijalankan setiap BUMD akan tergantung pada potensi ekonomi lokal dan
kebutuhan yang diperlukan oleh setiap daerah. Setiap daerah akan menemukan
peluang agar setiap warganya memiliki akses kebutuhan yang sama. BUMD yang
berada di daerah Sumatera Barat disebut Bank Nagari.

Bank Nagari Cabang Lintau merupakan salah satu kantor cabang Bank Nagari
yang terletak di Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Daerah lintau
terdiri dari 2 (dua) kecamatan yakni Kecamatan Lintau Buo Utara dan Kecamatan
Lintau Buo. Kecamatan Lintau Buo Utara merupakan kecamatan yang memiliki
penghasilan utama dari sektor pertanian seperti penghasil sayur-sayuran, buah-
buahan, dan padi. Sedangkan kecamatan Lintau Buo memiliki penghasilan utama
dari peternakan ayam ras petelur. Bank Nagari Cabang Lintau sebagai Bank
Pembangunan Daerah yang salah satunya fungsinya menyalurkan dana dalam
bentuk kredit ikut serta berperan dalam memajukan Kabupaten Tanah Datar. Salah
satunya dengan penyaluran kredit produktif yang di dominasi oleh sektor
perkebunan dan perternakan maupun kredit untuk membiayai pedagang eceran.
Apabila diamati maka, sisi pendapatan terbesar bank adalah pendapatan bunga dan
provisi dari pemberian kredit tersebut

Berikut ini adalah data target dan pencapaian penyaluran kredit produktif PT.
Bank Nagari Barat Cabang Lintau Periode tahun 2020:

Tabel 1.1
Perkembangan Kredit Produktif PT. Bank Nagari Cabang Lintau Tahun 2020

1
Kredit Produktif Bank Nagari Cabang Lintau Tahun 2020

  TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 Tumbuh
Target 98.644 105.092 98.947 100.028 17,53%
Pencapaian 100.537 97.260 98.748 95.485 -16,46%
Δ-/+ 1.893 -7.832 -199 -4.543
Sumber: Nominatif Bank Nagari Cabang Lintau

Pada Tabel 1.1 di atas dari data perkembangan kredit produktif tahun 2020
dapat dilihat bahwa jumlah penyaluran kredit produktif pada PT. Bank Nagari
Cabang Lintau masih belum mencapai target yang telah ditetapkan. Pada akhir tahun
2020 setelah dilakukan revisi, target untuk posisi kredit produktif adalah sebesar
Rp.100.028 miliar namun posisi yang berhasil dicapai hanya sebesar Rp95.485
miliar. Hal ini membuktikan bahwa penyaluran kredit produktif pada Bank nagari
Cabang Lintau masih belum optimal.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka penulis tertarik untuk membahas


langkah-langkah dalam mengoptimalkan penyaluran kredit produktif pada Bank
Nagari Cabang Lintau agar tercapainya target posisi kredit tanpa mengabaikan
prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut diatas maka penulis mengambil kesimpulan


untuk membuat judul makalah : “Optimalisasi Penyaluran Kredit Produktif Pada
PT. Bank Nagari Cabang Lintau”, maka perumusan masalah tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Apakah penyebab belum optimalnya penyaluran kredit produktif pada Bank


Nagari Cabang Lintau ?

2. Bagaimana langkah-langkah kongkrit yang harus dilakukan untuk


mengoptimalkan tingkat penyaluran kredit produktif pada Bank Nagari
Cabang Lintau ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengoptimalkan penyaluran kredit produktif pada Bank Nagari


Cabang Lintau.

2
2. Untuk mengetahui langkah-langkah kongkrit apa saja yang harus
dilakukan untuk. mengoptimalkan penyaluran kredit produktif pada
Bank Nagari Cabang Lintau.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Sebagai referensi untuk menghasilkan tingkat pencapaian kredit yang


efektif dan efisien.

2. Memberikan pengetahuan yang lebih kepada pembaca tentang topik


yang di angkat.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM
PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA BARAT

2.1. Sejarah dan Dasar Hukum Pendirian


Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sumatera Barat lahir pada tahun 1962
dengan nama “PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH (BPD) SUMATERA
BARAT” yang disahkan melalui Akta Notaris Hasan Qalbi di Padang. Pendirian
tersebut dipelopori oleh Pemerintah Daerah beserta tokoh masyarakat dan tokoh
pengusaha swasta di Sumatera Barat atas dasar pemikiran perlunya suatu lembaga
yang berbentuk bank, yang secara khusus membantu pemerintah dalam
pembangunan daerah khususnya di Sumatera Barat. Badan Hukum PT. Bank
Pembangunan Daerah Sumatera Barat disahkan melalui surat keputusan Menteri
Pertama Bidang Keuangan Republik Indonesia No.BUM/9-44/II tentang izin usaha
PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dengan kedudukan di Padang.
Adapun landasan hukum berdiri dan beroperasinya Bank Pembangunan
Daerah Sumatra Barat adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No.13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Bank Pembangunan Daerah, yang dasar hukum Pendiriannya harus
diganti dengan Peraturan Daerah (penggantian baru terpenuhi tahun
1973 yaitu UU No.4 tahun 1973).
2. Undang-Undang No.14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan di
Indonesia, dimana UU No.13 Tahun 1962 harus tunduk pada Ketentuan
Pokok UU ini.
3. Bank yang didirikan dengan Peraturan Daerah tingkat 1 Sumatra Barat
Nomor 4 thun 1973, diubah dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah
Tingkat I Sumatera Barat No.10 Tahun 1985 berdasarkan Undang-
Undang No.13 tahun 1992 dan diubah kembali berdasarkan Undang-
Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
4. Peraturan Daerah Propnsi Daerah Tingkat I Pripinsi Sumatra Barat
No.15 Tahun 1992 tentang Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat
sebagai pengganti PERDA No.10 tahun 1985. PERDA ini disyahkan dan
diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Tingkat I Sumatera
Barat No.3 seri D.1 tahun 1993.

4
5. Peraturan daerah Propinsi Daerah Tingkat I Propinsi Sumatra Barat No,2
Tahun 1996 tentang Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat. Dalam
rangka mengantisipasi era globalisasi dan perdagangan bebas, dimana
Bank Pembangunan daerah Sumatera Barat sebagai alat kelengkapan
otonomi Daerah dirasa perlu meningkatkan kemampuan berkompetitif
antara sesama Bank Devisa dengan cara memeperluas daerah operasi
keluar Daerah Sumatera Barat, maka melalui izin menteri Keuangan RI
dan Pemerintahan Daerah dengan peraturan ini ditetapkan nama Sebutan
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat menjadi Bank Nagari dan
dilakukan peningkatan Modal dari Rp. 50 Milyar menjadi 150 Milyar.
6. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2006 tentang perubahan bentuk hukum
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dari perusahaan daerah
menjadi Perseroan Terbatas ( PT ).
Berdasarkan PERDA No.2 tahun 1996, merupakan perubahan pertama Perda
Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat No.15 tahun 1992 maka dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I Sumatera Barat ditetapkan
pada pasal 1 huruf F, diubah dan di baca bahwa Bank adalah Bank Pembangunan
Daerah Sumatera Barat yang disebut Bank Nagari.
2.2 Visi, Misi, dan Slogan Bank Nagari
1. Visi :
 Menjadi Bank Pembangunan Daerah yang terkemuka dan terpercaya
di Indonesia.
2. Misi :
 Memberikan kontribusi dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.
 Memenuhi dan menjaga kepentingan stakeholdet secara seimbang.

3. Slogan Bank Nagari “Bersama Membina Citra Membangun Negeri”


Membina citra merupakan aktifitas majemuk atas keinginan untuk
menciptakan citra diri yang positif seperti pelayanan yang baik, kejujuran dan
ketulusan serta integritas yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Bila citra baik
sudah didapat, maka diharapkan akan menjadi daya tarik stakeholders untuk
bersama-sama membangun negeri.

5
2.3 Struktur Organisasi dan Manajemen PT. Bank Pembangunan Daerah
Sumatera Barat.
Struktur Organisasi PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat pada
garis besarnya terdiri dari :
1. Rapat Umum Pemegang Saham
Rapat umum pemegang saham merupakan pemegang kekuasaan tertinggi PT.
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat yang aplikasinya terlihat pada :
 Pencalonan dan pemilihan ketua serta anggota dewan pengawas
 Pengusulan anggota direksi
 Pemberian atas persetujuan neraca dan perhitungan laba/rugi
2. Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah pimpinan umum kepengurusan PT. Bank
Pembangunan Daerah Sumatera Barat yang tugas pokoknya menentukan garis
besar kebijaksanaan yang akan dijalankan serta melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan pengurus bank. Anggota dewan komisaris tersebut terdiri dari 1 (satu)
orang ketua, dan 3 (tiga) orang anggota.
3. Direksi
Direksi adalah pimpinan tertinggi yang diberikan tugas dan tanggung jawab
mengurus dan mengelola kegiatan bank sehari-hari dan direksi bertanggung jawab
kepada pemegang saham dalam RUPS melalui Dewan Pengawas. Saat ini terdiri
dari 5 (lima) orang direktur yaitu Direktur Utama, Direktur Operasional, Direktur
Keuangan, Direktur Kredit dan Syariah, serta Direktur Kepatuhan.

4. Divisi dan Satuan kerja


Dalam pengelolaan bank sehari-hari, direksi dibantu divisi dan satuan kerja
dikantor pusat dan cabang-cabang didaerah yang bertanggung jawab langsung
kepada direksi. Divisi dan satuan kerja tersebut terdiri dari :
• Divisi Pengawasan
• Divisi Kredit dan Mikro Banking
• Divisi Penyelamatan Kredit dan Pembiayaan
• Divisi Usaha Syariah
• Divisi Keuangan dan Informasi
• Divisi Dana dan Treasury
• Divisi Teknologi dan Digitalisasi

6
• Divisi Perencanaan Strategis
• Divisi Sumber Daya Manusia
• Divisi Sekretaris Perusahaan
• Divisi Umum
• Divisi Kepatuhan
• Divisi Manajemen Resiko
• Divisi Pemasaran

7
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tinjauan Umum Kredit

1) Pengertian Kredit dan Jenis-Jenis Kredit

Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1 ayat


11), “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak debitur dengan pihak kreditur atau
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga”.

Kredit mempunyai fungsi sebagai berikut :


 Untuk menghasilkan pendapatan bank dari hasil bunga kredit yang
diterima
 Untuk memproduktifkan dan memanfaatkan dana pihak ketiga yang ada
pada Bank.
 Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Jenis-jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaannya menurut Kasmir dalam


bukunya Manajemen Perbankan (2007:76) adalah sebagai berikut :

 Kredit Investasi, merupakan kredit yang diberikan oleh Bank kepada


debitur untuk pengadaan barang-barang modal (aktiva tetap) yang
mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun. Pada umumnya kredit
investasi ini nominalnya cukup besar serta memiliki jangka waktu
pelunasan menengah dan jangka panjang
 Kredit Modal Kerja, merupakan kredit yang digunakan memenuhi
kebutuhan modal kerja seperti pembelian bahan baku, biaya operasional,
membayar utang dagang, pembelian barang dagangan.
 Kredit Konsumtif, merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan
konsuntif atau digunakan untuk mencukupi kebutuhan yang bersifat
personal. Contoh kredit konsumtif yaitu kredit pemilikan rumah, kredit
pemilikan kendaraan bermotor dan kredit pegawai.
Jenis Kredit Berdasarkan Tujuannya :

8
 Kredit Produktif, digunakan untuk peningkatan bidang usaha atau
produksi atau investasi. Kredit ini diberikan oleh Bank untuk menghasil
barang jasa atau jasa. Contoh kredit modal kerja untuk pembelian
persediaan, kredit untuk membangun pabrik dan lain lain.

 Kredit Konsumtif, merupakan kredit yang diberikan pada masyarakat


untuk keperluan konsumsi secara pribadi atau Lembaga. Contoh kredit
pemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor dan lain lain.

2) Unsur-unsur Pemberian Kredit

Adapun unsur-unsur di dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai


berikut (Kasmir, Edisi Revisi 2014:86) :

• Kepercayaan.
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan
benar - benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang.
Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan
penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara interen maupun
eksteren.

• Kesepakatan.

Yaitu adanya kesepakatan antara pemberi kredit dan penerima kredit.


Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing
pihak menandatangani hak dan kewajibannya.

• Jangka Waktu.
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu
ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka
waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau
jangka panjang.

• Risiko.
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu
risiko tidak tertagihnya / macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu

9
kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini
menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang
lalai, maupun oleh risiko yang tidak disengaja.

• Balas Jasa.
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut
yang kita kenal dengan bunga

3) Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit


Prinsip pertama yang dijadikan acuan dalam pemberian kredit kepada nasabah
adalah prinsip 5C. Prinsip ini terdiri dari lima kriteria yang harus dipenuhi oleh
pengaju kredit, yaitu:
• Character
Kriteria yang pertama adalah character, yaitu melihat bagaimana
kepribadian dan latar belakang calon peminjam atau nasabah yang
mengajukan kredit. Kriteria character ini akan dilihat dari wawancara
awal yang dilakukan oleh pihak bank. Dari character ini akan dapat dilihat
juga bagaimana reputasi calon peminjam tersebut, apakah pernah memiliki
catatan tindak kriminal atau kebiasan buruk dalam keuangan seperti tidak
melunasi pinjaman.
• Capacity
Kriteria kedua adalah capacity atau kerap disebut juga dengan capability,
yaitu bagaimana kemampuan calon peminjam dalam membayar kreditnya.
Kriteria ini dilihat dari bagaimana nasabah tersebut menjalankan usahanya
atau seberapa besar penghasilan yang diterima tiap bulannya. Jika pihak
bank menilai bahwa nasabah tersebut tidak memiliki kemampuan cukup
untuk membayar kredit, maka besar kemungkinan ajuan kreditnya akan
ditolak.

• Capital
Kriteria selanjutnya adalah capital atau modal yang dimiliki calon
peminjam, yang khususnya diberlakukan pada nasabah yang meminjam
untuk usaha atau bisnisnya. Dengan mengetahui modal atau aset yang
dimiliki usaha nasabah tersebut, pihak bank dapat sumber pembiayaan
yang dimiliki. Selain itu, pihak bank juga dapat melihat bagaimana

10
laporan keuangan dari usaha yang dijalankan nasabah untuk kemudian
dijadikan acuan apakah memang layak diberikan kredit atau tidak.
• Collateral
Kriteria keempat adalah collateral atau jaminan yang diberikan pada calon
peminjam saat mengajukan kredit kepada bank. Sesuai dengan namanya,
jaminan ini akan menjadi penjamin atau pelindung bagi pihak bank jika
nantinya nasabah tidak dapat membayar pinjaman yang diambil. Oleh
karena itu, idealnya besaran jaminan yang bersifat fisik ataupun nonfisik
lebih besar jumlahnya lebih besar dari kredit yang diberikan.
• Condition
Kriteria dari prinsip 5C yang terakhir adalah condition, yaitu kondisi
perekonomian baik yang bersifat general atau khusus pada bidang usaha
yang dijalankan nasabah. Jika memang kondisi perekonomian sedang
tidak baik atau sektor usaha nasabah tidak menjanjikan, biasanya bank
akan mempertimbangkan kembali dalam memberikan kredit. Hal ini
terkait kembali dengan bagaimana kemampuan nasabah dalam membayar
pinjamannya nanti yang tentu terpengaruhi atas kondisi ekonomi.

Selain prinsip 5C, prinsip lainnya yang digunakan oleh lembaga keuangan
dalam memberikan kredit adalah prinsip 7P. Dalam prinsip ini terdapat tujuh kriteria
yang harus dipenuhi, yaitu:

• Personality
Kriteria pertama adalah personality, yaitu kepribadian dari calon
peminjam yang mengajukan kreditnya. Kriteria ini hampir sama dengan
kriteria character dari prinsip 5C yang telah dijelaskan diatas, dimana
melihat bagaimana keseluruhan kepribadian nasabah mencakup sikap dan
perilakunya sehari-hari.
• Party
Yang kedua dalam prinsip 7P adalah party, dimana calon peminjam
dimasukkan ke dalam beberapa golongan yang terkait dengan kondisi
keuangannya. Biasanya pihak bank mengklasifikasikan nasabah
berdasarkan modal yang dimiliki, kepribadian, loyalitas, dan lain
sebagainya. Dengan adanya perbedaan klasifikasi dan golongan ini, akan
ada perbedaan pula dalam pemberian fasilitas kredit nantinya.
• Purpose

11
Kriteria yang ketiga adalah purpose, yaitu apa tujuan dari calon peminjam
dalam mengajukan kreditnya pada lembaga keuangan. Pihak bank perlu
mengetahui untuk apa dana tersebut akan digunakan, misalnya untuk
modal usaha, investasi, biaya pendidikan, atau justru kegiatan konsumtif.
Hal ini juga akan menyesuaikan dengan fokus dari bank atau lembaga
keuangan tersebut, misalnya jika bank tersebut berfokus pada pengelolaan
modal maka akan tepat bagi nasabah yang mengajukan kredit untuk usaha.
• Prospect
Kriteria keempat dari prinsip 7P adalah prospect, yaitu bagaimana prospek
dari usaha yang dijalankan oleh calon peminjam. Tentu saja prinsip ini
berlaku khusus bagi nasabah yang mengajukan pinjaman untuk modal
usaha atau bisnis yang dikelolanya. Dengan mengetahui apakah usaha dan
bisnis tersebut memiliki prospek ke depan yang bagus atau tidak, maka
bank pun dapat memprediksi bagaimana perkiraan kemampuan bayar dari
nasabah.
• Payment
Masih berkaitan dengan kriteria sebelumnya, kriteria yang kelima ini juga
bertujuan mengukur bagaimana kemampuan bayar dari calon peminjam.
Prinsip payment dilihat dari sumber pendapatan nasabah, kelancaran usaha
yang dijalankan, hingga prospek dari usaha tersebut. Dengan begitu, pihak
bank atau lembaga keuangan dapat menilai apakah nasabah tersebut
memang dapat membayar kreditnya atau tidak.
• Profitability
Kriteria keenam adalah profitability, dimana pihak bank melihat
bagaimana kemampuan calon peminjam dalam menghasilkan keuntungan
atau laba. Sama seperti beberapa kriteria sebelumnya, kriteria ini lebih
dikhususkan pada nasabah yang meminjam untuk keperluan usahanya.
Semakin tinggi tingkat profitability dari calon peminjam, maka akan
semakin tinggi pula kemungkinan kredit yang diajukan dapat disetujui
bank.
• Protection
Tidak jauh berbeda dengan kriteria collateral pada prinsip 5C, kriteria
protection ini juga mengacu pada jaminan yang dapat diberikan oleh calon
peminjam. Selain jaminan berupa barang seperti aset rumah atau

12
perusahaan, protection ini juga dapat berupa jaminan asuransi yang
dimiliki oleh nasabah.
3.2 “Strength Weakness Opportunity Threat” (SWOT)

SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan),


Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Analisis SWOT mengatur
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman utama ke dalam daftar yang
terorganisir dan disajikan dalam bilah kisi-kisi yang sederhana. Terdapat 8 (delapan)
langkah dalam membentuk Matriks SWOT:

1. Buat daftar peluang eksternal perusahaan.

2. Buat daftar ancaman eksternal perusahaan

3. Buat daftar kekuatan internalperusahaan.

4. Buat daftar kelemahan internal perusahaan.

5. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya


pada sel strategi SO.

6. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya


pada sel strategi WO.

7. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman ekstemal dan catat hasilnya


pada sel strategi ST.

8. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasilnya


pada sel strategi WT.

Sedangkan menurut Jogiyanto (2005, 46) SWOT digunakan untuk menilai


kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang
dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan
yang dihadapi.

 Strengths (kekuatan), adalah sumber daya,keterampilan, atau keungulan-


keungulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan
kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan
dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan
keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar.

13
 Weakness (kelemahan), adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber
daya,keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja
perusahaan.Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya
keuangan, kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat
merupakan sumber dari kelemahanperusahaan.

 Opportunities (peluang), adalah situasi penting yang menguntungkan dalam


lingkungan perusahaan. Kecendrungan–kecendrungan penting merupakan
salah satu sumber peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya
hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan
gambaran peluang bagi perusahaan.

 Threats (ancaman), adalah situasi penting yang tidak mengguntungkan


dalam lingkungan perusahaan.Ancaman merupakan pengganggu utama bagi
posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-
peraturan pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan
ancaman bagi kesuksesan perusahaan.

14
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Bank Nagari Cabang Lintau

Bank Nagari Cabang Lintau berdiri sejak tanggal 26 November 1990. Bank
Nagari Cabang Lintau terletak di Jalan Raya Balai Tangah Kecamatan Lintau Buo
Utara Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Bank Nagari Cabang Lintau
berbatasan langsung dengan Kabupaten Sijunjung. Di Kabupaten Tanah Datar, Bank
Nagari mempunyai tiga kantor Cabang yaitu Bank Nagari Cabang Batusangkar,
Bank Nagari Syariah Batusangkar, dan Bank Nagari Cabang Lintau. Bank Nagari
Cabang Lintau mempunyai 1 (satu) kantor kas yang terletak di Nagari Tigo Jangko
Kecamatan Lintau Buo Kabupaten Tanah datar.
Lintau merupakan daerah yang secara ekonomi didominasi oleh sektor
perkebunan, peternakan, maupun perdagangan. Bank atau lembaga keuangan lainnya
yang menjadi pesaing di wilayah kerja Bank Nagari Cabang Lintau adalah Bank
BRI,BPR, dan PNM. Tenaga Kerja yang ada di Bank Nagari Cabang Lintau
seluruhnya berjumlah 28 orang dengan data tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Tenaga Kerja Bank Nagari Cabang Lintau
Pemimpin 1 orang
FADHLI
Wakil Pemimpin 1 orang
SUCI SETIAWATI
Pemimpin Seksi Kredit 1 orang
HOSNI MAYDA
Pemimpin Seksi Dana 1 orang
ANDI MITRA ASGUL
Pemimpin Kantor Kas 1 orang
TSALISATUL ASMA
Analis Kredit 1 orang
AZIZAH
SEKAR LUNGGAYU KARTIKA
Petugas Kredit 4 orang
MEUTIA TRIANASTITI
NANDA PRIMA PUTRA

Petugas Administrasi Kredit 1 orang


GUSTI PURNAMA SARI
Petugas SDM & Umum 1 orang
RIZKY WANDA

15
Customer Service 2 orang
INDAH ANGGRAINI
PUTRI INDAH LESTARI
Teller 3 orang
AINUL HAFIZAH
AURA AINAL MUKHARAMAH
Marketing 1 orang
INAYATUL HUSNA
Trainee (training) 1 orang
GARDA ADNAN
PUTRI INDAH LESTARI
Driver 2 orang
DEDE PUTRA
ROMI
Satpam 6 orang
ALAM
ADE
RIO
ALDO
DONI
RANDI
Pramubakti 1 orang
GUSTI YANDA
TOTAL 28 orang
Petugas Penyelamatan Kredit
AFRIJEN
*Data diolah

4.2 Belum Optimalnya Penyaluran Kredit Produktif


Penyaluran kredit di Bank Nagari Cabang Lintau berdasarkan data dari Tabel
1.1 dapat digolongkan belum optimal. Penyaluran kredit yang belum optimal dapat
dilakukan secara agresif dengan melakukan analisis SWOT.
1. Peluang Eksternal Perusahaan

Daerah Lintau terdapat tiga bidang usaha yang memiliki potensi besar untuk
Bank Nagari biayai yaitu dimulai dari pertanian, peternakan , dan perdagangan. Jenis
usaha yang bisa di biayai seperti ternak ayam ras petelur, ternak ayam ras pedaging,
hueller, ternak sapi potong, perkebunan holtikultura, dan banyak usaha lainnya. Unit
usaha peternakan terbanyak terdapat di kawasan Kecamatan Lintau Buo. Di sisi
penawaran, kapasitas produksi peternakan ayam ras petelur di Indonesia masih belum
mencapai kapasitas produksi yang sesungguhnya. Hal ini terlihat dari masih
banyaknya perusahaan pembibitan, pakan ternak dan obat-obatan yang masih
berproduksi di bawah kapasitas terpasang, artinya prospek pengembangannya masih
sangat luas.

16
Usaha pertanian seperti perkebunan dan tanaman pangan terbanyak terdapat di
kawasan Lintau Buo Utara yang mana pada daerah tersebut memiliki daerah yang
lebih tinggi sehingga iklim geografisnya sangat cocok untuk bidang pertanian.
Masyarakat di daerah lintau sebagian besar mempunyai profesi sebagai wiraswasta
dan pedagang. Sebanyak Fakta tersebut menjadi peluang bagi Bank Nagari Cabang
Lintau untuk memperdalam penyaluran dana kreditnya.

2. Ancaman Eksternal Perusahaan

Bank Nagari Cabang lintau memiliki pesaing yang cukup kuat, yaitu salah satu
BUMN yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI). Penguasaan sistem informasi dan
teknologi bank pesaing dinilai masih lebih unggul. Persaingan perbankan dari waktu
ke waktu semakin ketat. Variasi pilihan produk Bank pesaing yang lebih sesuai
dengan kebutuhan pasar dan memiliki keunggulan komparatif Berbagai macam
strategi dan promosi masing-masing Bank untuk menawarkan produk unggulannya.
Suku bunga kredit bank pun menjadi faktor paling utama yang dipertimbangkan oleh
calon debitur.

3. Kekuatan Internal Perusahaan

Bank Nagari memiliki berbagai macam skim kredit yang dapat disesuai kan
dengan kebutuhan nasabah. Bunga yang ditawarkan pun relative rendah dan
bersaing. Bank Nagari juga memiliki budaya dan corporate image positif di
masyarakat Sumatera Barat. Teknologi digital, proses yang cepat, dan sistem
informasi yang sudah online ke seluruh jaringan kantor memudahkan nasabah dalam
mengajukan permohonan kredit dan bertransaksi. Jaringan distribusi tersebar di
kabupaten/kota yang ada di daerah Sumatera Barat bahkan Cabang Bank Nagari juga
terdapat di Jakarta,Bandung,dan Pekanbaru. Kekuatan lainnya adalah sumber daya
manusia, keterampilan, dan keunggulan-keunggulan produk yang tersedia sesuai
dengan kebutuhan pasar.

4. Kelemahan Internal Perusahaan

Kurangnya kemampuan Bank Nagari dalam penetrasi pasar dan memanfaatkan


data base nasabah membuat penyaluran kredit belum optimal. Kurangnya kesadaran
masing-masing petugas atau AO dalam mengevaluasi kinerja kreditnya. Petugas atau
AO sebaiknya mengevaluasi posisi kreditnya perhari, bukan di akhir bulan saja.
Petugas atau AO masih pada umumnya mengharapkan nasabah yang datang sendiri

17
untuk mengajukan permohonan kredit. Rasio DPK dan NPL yang dimiliki oleh Bank
Nagari serta adanya persaingan dari bank umum dan kondisi ekonomi yang tidak
stabil menyebabkan petugas atau AO ragu-ragu dalam menyalurkan kredit. Jaringan
cabang yang masih terbatas dan mutu pelayanan masih saja dikeluhkan oleh
masyarakat.

4.3 Analisis SWOT Penyaluran Kredit Produktif Bank Nagari Cabang Lintau

Tujuan yang paling utama dalam analisis SWOT adalah untuk


mengoptimalkan kekuatan perusahaan dan meminimalkan kelemahan perusahaan,
juga memanfaatkan peluang yang muncul dan mengatasi ancaman perusahaan. Hasil
akhir dari analisis ini adalah untuk menghasilkan suatu strategi atau rekomendasi
untuk dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dengan peluang yang
ada, serta mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman tersebut.

Tabel 4.2.

Matriks Analis SWOT Kredit Produktif Bank Nagari Cabang Lintau

18
Opportunity : Threat :
1. Potensi Pasar di Lintau 1. Bank-bank pesaing mulai
masih belum tergarap secara lebih fokus untuk
optimal. mengembangkan bisnisnya
2. Biaya administrasi dan bunga 2. Dampak Covid-19 terhadap
yang rendah dapat menarik sektor usaha.
para calon nasabah lainnya.

Strenght : Strategi S-O : Strategi S-T :


1. Memiliki berbagai macam skim 1. Meningkatkan promosi 1. Mengoptimalkan promosi
kredit yang dapat disesuai kan dengan secara rutin baik dari dengan menjalin komunikasi
dengan kebutuhan nasabah. iklan maupun secara online yang baik dan memberikan
2. Bunga yang ditawarkan rendah dan 2. Memanfaatkan corporate kesan yang baik.
bersaing. image perusahaan untuk 2. Memberikan pelayanan
3. Kemudahan akses informasi. bersaing dalam rangka prima kepada nasabah.
mengoptimalkan pencapaian 3. Menjaga loyalitas nasabah.
4. Memiliki corporate image positif di
kredit.
masyarakat.
3. Prospek nasabah dengan
5. Memiliki Budaya yang sesuai dengan
masyarakat. menarik nasabah yang
berpotensi atau
mempengaruhi nasabah dari
bank pesaing.
Weakness : Strategi W-O : Strategi W-T :
1. Kurangnya pemahaman tentang 1. Mapping Area. 1. Meninjau nasabah lama
lingkungan daerah. 2. Penetrasi Pasar yang sudah pindah ke bank
2. Mutu Pelayanan masih dikeluhkan lain untuk di prospek
3. Melakukan evaluasi kinerja
nasabah. kembali.
3. Database nasabah belum 2. Melakukan kunjungan
dimanfaatkan secara maksimal
pada nasabah eksisting.
4. Kurang mengevaluasi kinerja kredit.
5. Masih mengharapkan nasabah yang 3. Meningkatkan standar
datang sendiri untuk mengajukan pelayanan terhadap
permohonan kredit SDM secara nasabah.
kuantitas dan kualitas belum 4. Melakukan analisis yang
memenuhi kebutuhan pasar. lebih intensif dalam
penyaluran kredit.

Sumber: Olahan penulis

1. Strategi S-O

Banyaknya lapangan usaha yang ada di Daerah lintau merupakan peluang bagi
Bank Nagari Cabang Lintau untuk meningkatkan penyaluran dana kredit yang ada.
Dengan adanya profitabilitas yang cukup saat ini hal itu dapat dimanfaatkan Bank
Nagari Cabang Lintau untuk meningkatkan promosi agar bisa menarik nasabah baru
dan meningkatkan kepercayaan nasabah lama. Promosi dapat dilakukan seperti
dengan memberikan penghargaan kepada nasabah yang mempunyai kualitas kredit
lancar, membuat iklan di media sosial, surat kabar lokal ataupun pembuatan poster
maupun spanduk di area umum. Salah satu promosi menarik yang bisa dilakukan
adalah dengan program “Member Get Member”, yang mana pada saat ini program
tersebut hanya diberlakukan untuk produk kredit konsumtif saja.

19
Dengan budaya dan corporate image yang positif dari masyarakat, peluang
nasabah yang akan berbondong-bondong mendatangi Bank Nagari untuk mendaftar
sebagai nasabah sangat besar.

2. Strategi S-T

Persaingan yang ketat dengan BUMN, agar kita bisa menjadi pemimpin pasar,
kepuasan nasabah adalah hal yang mutlak. Meningkatkan kepuasan nasabah dapat
dilakukan dengan meningkatkan pelayanan dalam hal kecepatan dan ketepatan
sehingga nantinya nasabah akan loyal. Selain itu pemberian nilai tambah seperti
“promo” menarik bagi nasabah juga meningkatkan keunggulan bersaing. Kita dapat
menawarkan berbagai layanan seperti tersedianya informasi dan komunikasi yang
baik kepada nasabah dan lain sebagainya.

3. Strategi W-O

Untuk mengoptimalkan penyaluran kredit diperlukan analisis pasar dan


penyusunan strategi yang jitu agar langkah awal dapat diyakini dan tepat. Salah satu
caranya adalah dengan mengetahui market penetration atau penetrasi pasar.
Penetrasi pasar biasanya dicapai dengan penggunaan bauran pemasaran yang agresif.
Ada tiga metode pemasaran yang dapat dilakukan untuk mencapai penyaluran kredit
yang optimal yaitu:

 Merebut / Take over nasabah kredit dari bank pesaing

 Menjual / menawarkan lebih banyak produk unggulan kepada nasabah


kredit yang berpotensi dengan menjadwalkan dan mentargetkan masing-
masing AO untuk prospek nasabah ke daerah yang telah ditentukan oleh
Pemimpin Seksi Kredit, minimal 1 hari dalam seminggu.

 Menjual / menawarkan produk unggulan kepada nasabah yang belum


memiliki fasilitas kredit.

Mapping area merupakan strategi untuk mengenali suatu wilayah yang nantinya
akan mendeskripsikan dengan jelas mengenai titik-titik penjualan, pusat aktivitas,
sekolah, potensi usaha untuk penyaluran kredit dan lain sebagainya. Mapping area
juga berguna untuk mengetahui jumlah pasar yang ada di daerah tersebut, usaha apa
saja yang berada di dalam pasar dan di luar pasar beserta potensinya. Sebagai
contoh, dalam suatu area yang sedagang di mapping, ada sub area yang terpencil

20
namun memiliki potensi usaha yang cukup besar. Hal itu merupakan peluang bagi
kita dalam menyalurkan kredit.

Daerah lintau memiliki 3 pasar yang beroperasional 1 (satu) kali dalam


seminggu, yaitu pasar “Balai Tangah” setiap hari kamis, pasar “Balai Jum’at” setiap
hari jumat, dan pasar “Balai Minggu” setiap hari minggu, yang mana pasar “Balai
Tangah” terletak di Kecamatan Lintau Buo Utara sedangkan pasar “Balai Jum’at”
dan pasar “Balai Minggu” terletak di Kecamatan Lintau Buo. Pada umumnya
pedagang yang berjualan di setiap jadwal pasar atau balai merupakan pedagang yang
sama dan kebanyakan dari luar daerah.

4. Strategi W-T

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) dapat dilakukan dengan


memberikan pelatihan agar dapat meningkatkan analisa dalam pemberian kredit dan
meminimalisir terjadinya pemburukan kualitas kredit, memberikan pembinaan yang
lebih intensif, meningkatkan penghargaan bagi karyawan, meningkatkan koordinasi
antar karyawan dan melibatkan karyawan dalam memikirkan solusi terhadap suatu
masalah.

5. Fokus Kredit

Sesuai dengan kondisi lingkungan Bank Nagari Cabang Lintau jenis kredit
yang dibutuhkan pasar adalah kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit modal
kerja dapat digunakan oleh debitur untuk membiayai pembelian barang dagangan,
biaya tenaga kerja, membayar hutang dagang, dan biaya operasional dalam rangka
menambah persediaan meningkatkan penjualannya. Kredit investasi dapat digunakan
pembiayaan pembelian alat alat produksi, kendaraan, membangun kandang, dan
ruko/toko untuk usaha.

4.4 Action Plan Dalam Mengoptimalkan Penyaluran Kredit Produktif Bank


Nagari Cabang Lintau

Berdasarkan hasil analisis dari Matriks SWOT pada Tabel 4.2 tersebut diatas,
maka langkah-langkah kongkrit yang akan dilakukan untuk mengoptimalkan
penyaluran kredit produktif pada Bank Nagari Cabang Lintau adalah sebagai
berikut:

21
 Melaksanakan rencana kerja strategi “one week one nagari”, dengan
menjadwalkan dan mentargetkan masing-masing AO untuk prospek nasabah ke
daerah atau nagari yang telah ditentukan oleh Pemimpin Seksi Kredit, minimal 1
hari dalam seminggu. Pemimpin seksi kredit dapat membagi para analis menjadi
beberapa tim per masing-masing daerah. Hal ini bertujuan untuk menarik
nasabah yang berpotensi atau mempengaruhi nasabah dari bank pesaing.

 Melakukan evaluasi kinerja masing-masing AO minimal 2x seminggu yaitu di


hari Senin dan di Hari Jumat.

 Meninjau nasabah lama yang sudah pindah ke bank lain untuk di prospek
kembali. Analis dan Pemimpin Seksi Kredit menginventarisir nasabah lama yang
didapatkan dari data historis yang ada dan melakukan kunjungan serta
menganalisis dari kunjungan tersebut kelayakan nasabah tersebut untuk kembali
ke Bank Nagari Cabang Lintau.

 Melakukan kunjungan kepada nasabah eksisting yang berpotensi untuk top up


minimal 1x dalam 2 minggu.

 Mengoptimalkan promosi dengan menjalin komunikasi yang baik sehingga


nasabah paham dan memberikan kesan yang baik.

 Memberikan pelayanan prima dan menjaga loyalitas nasabah.

 Kegiatan yang dilakukan diatas dibuatkan laporan setiap minggu dan dilaporkan
pada pemimpin cabang.

 Pemimpin Cabang melakukan evaluasi terhadap kegiatan ini setiap 2 minggu


sekali.

22
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari perumusan masalah dan uraian diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa belum optimalnya penyaluran kredit produktif pada Bank Nagari
Cabang Lintau yang disebabkan oleh :

1. Belum optimalnya penyaluran kredit produktif sampai saat ini


disebabkan belum tergarapnya secara optimal daerah potensi kredit
produktif di wilayah kerja Bank Nagari Cabang Lintau.

2. Belum dimiliki data base calon debitur potensial yang akan diprospek
sehingga lebih banyak bersifat melayani calon debitur yang datang
sendiri ke Bank / pasif.

3. Belum terlaksana dengan baik upaya penetrasi pasar ke lokasi-lokasi


potensial lainnya.

4. Petugas di seksi kredit terutama analis dan pemimpin seksi belum


mempunyai rencana kerja yang spesifik dalam pemasaran kredit yang
dapat dievaluasi baik.

5. Kurangnya keterampilan dan kepercayaan diri analis kredit untuk


melakukan pendekatan ke pasar.

6. Kurang intensifnya dari Analis atau AO dalam mengevaluasi kinerja


kreditnya.

5.2 Saran

Bank Nagari Cabang Lintau diharapkan dapat melakukan langkah-langkah


kongkrit untuk mencapai penyaluran kredit produktif yang optimal dengan tidak
mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit dengan cara sebagai
berikut :

1. Melaksanakan rencana kerja dengan strategi “one week one nagari”,


dengan menjadwalkan dan mentargetkan masing-masing AO untuk
prospek nasabah ke daerah atau nagari yang telah ditentukan oleh

23
Pemimpin Seksi Kredit, minimal 1 hari dalam seminggu. Pemimpin
seksi kredit dapat membagi para analis menjadi beberapa tim per
masing-masing daerah. Hal ini bertujuan untuk menarik nasabah yang
berpotensi atau mempengaruhi nasabah dari bank pesaing.

2. Melakukan evaluasi kinerja masing-masing AO minimal 2x seminggu


yaitu di hari Senin dan di Hari Jumat.

3. Meninjau nasabah lama yang sudah pindah ke bank lain untuk di


prospek kembali. Analis dan Pemimpin Seksi Kredit menginventarisir
nasabah lama yang didapatkan dari data historis yang ada dan
melakukan kunjungan serta menganalisis dari kunjungan tersebut
kelayakan nasabah tersebut untuk kembali ke Bank Nagari Cabang
Lintau.

4. Melakukan kunjungan kepada nasabah eksisting yang berpotensi untuk


top up minimal 1x dalam 2 minggu.

5. Mengoptimalkan promosi dengan menjalin komunikasi yang baik


sehingga nasabah paham dan memberikan kesan yang baik.

6. Memberikan pelayanan prima dan menjaga loyalitas nasabah.

7. Kegiatan yang dilakukan diatas dibuatkan laporan setiap minggu dan


dilaporkan pada pemimpin cabang.

8. Pemimpin Cabang melakukan evaluasi terhadap kegiatan ini setiap 2


minggu sekali.

24
DAFTAR PUSTAKA
David, Fred R, 2006. Manajemen Strategis. Edisi Sepuluh, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta

Jogiyanto, 2005, Sistem Informasi Strategik untuk Keunggulan Kompetitif, Penerbit


Andi Offset, Yogyakarta.

Kasmir. 2007. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Graino Persada.

Kasmir. 2014. Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Graino Persada.

Kuncoro Mudrajat dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan: Teori dan

Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE

Priyantika, Y, dan Budi, P. 2016. Strategi Peningkatan Penyaluran Kredit


Berdasarkan Analisis Kinerja Keuangan dan Faktor Eksternal BPR di
Kabupaten Bogor. E-Jurnal Manajemen dan Organisasi Vol VII, No.2.

Rangkuti, Freddy. (2006). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Undang-Undang RI NO.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Sina Grafika.

https://www.gurupendidikan.co.id/strategi-analisis-swot/

www.banknagari.co.id

25

Anda mungkin juga menyukai