TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Pembelajaran
Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu
yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada
dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi (Warsita,
sumber.
dari segi tingkat prestasi belajar, melainkan ditinjau dari segi proses dan sarana
pilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada
penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa
teria kefektifan dalam suatu penelitian menurut Wicaksono (2008) adalah pem-
belajaran dikatakan efektif apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjuk-
Menurut Sriyono (1992), lembar kerja siswa (LKS) adalah salah satu bentuk
program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi
Arsyad (2004) berpendapat bahwa LKS merupakan jenis hand out yang dimak-
sudkan untuk mem-bantu siswa belajar secara terarah. LKS termasuk media
cetak hasil pengembangan teknologi cetak yang berupa buku dan berisi materi
visual.
Menurut Rohaeti (2009), LKS merupakan salah satu sumber belajar yang dapat
sesuai dengan teori konstruktivis dimana siswa berperan aktif lebih efektif dari-
pada metode pengajaran tradisional lainnya. LKS yang disusun dapat dirancang
dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang
dihadapi. Menurut Trianto (2011), LKS merupakan panduan siswa yang biasa
Menurut Prianto dan Harnoko dalam Tohir (2012), manfaat dan tujuan LKS an-
tara lain:
Terdapat beberapa jenis LKS menurut fungsinya, diantaranya yaitu: (a) LKS
yang membantu siswa menemukan suatu konsep, (b) LKS yang membantu
(c) LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar, (d) LKS yang berfungsi
sebagai penguatan, dan (e) LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum
dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang telah ada dalam diri siswa. Ada
kan keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan mental terkait de-
Menurut Zubaidah dkk (2014) keterampilan proses sains adalah sejumlah proses
sains yang dikembangkan para ilmuwan dalam mencari pengetahuan dan kebe-
naran ilmiah. Berikut ini adalah macam-macam keterampilan proses sains dasar:
1. Mengamati
Mengamati adalah kegiatan yang melibatkan alat indera, seperti melihat, men-
dengar, meraba, merasakan, dan mencium. Pada tahap pengamatan orang hanya
mengatakan kejadian yang mereka lihat, dengar, raba, rasa, dan cium. Pada tahap
khususnya, sehingga diperoleh kelompok sejenis dari objek atau peristiwa yang
dimiliki oleh obyek atau peristiwa serta menyajikannya dalam tabel klasifikasi
atau pengelompo-kan.
3. Mengukur
memerlukan bantuan alat-alat ukur yang sesuai dengan benda yang diukur.
4. Mengomunikasikan
prinsip ilmu pengetahuan dalam berbagai bentuk seperti laporan tertulis (tabel,
grafik, gambar, atau lainnya), maupun audio, visual, atau audio visual.
5. Menginterpretasi data
Menginterpretasi adalah memberi makna pada data yang diperoleh dari pe-
6. Memprediksi
peristiwa atau fakta yang sudah terjadi. Prediksi dilakukan dengan cara mengenal
kesamaan berdasarkan pengetahuan yang sudah ada, mengenal kebiasaan terjadi-
7. Menggunakan alat
kegiatan percobaan.
8. Melakukan percobaan
ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan se-
hingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu.
9. Menyimpulkan
Hartono (2007) menyusun indikator keterampilan proses sains dasar seperti pada
tabel berikut:
Keterampilan Indikator
1 2
Mengamati Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau,
(observing) pendengaran, pengecap, peraba) untuk mengamati,
mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan
kejadian secara teliti dari hasil pengamatan.
Lanjutan tabel 1.
1 2
Inferensi Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda
(inferring) atau fenomena setelah mengumpulkan,
menginterpretasi data dan informasi.
Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengontraskan ciri-ciri,
(classifying) mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan
dasar penggolongan terhadap suatu objek.
Menafsirkan Mampu mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang
(interpreting) belum terjadi berdasarkan fakta dan yang menunjukkan
suatu, misalkan memprediksi kecenderungan atau pola
yang sudah ada menggunakan grafik untuk
menginterpolasi dan mengekstrapolasi dugaan
Meramalkan Menggunakan pola/pola hasil pengamatan,
(Predicting) mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan
yang belum diamati.
Berkomunikasi Memberikan/menggambarkan data empiris hasil
(Communicating) percobaan atau pengamatan dengan grafik/ tabel/ diagram,
menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis,
menjelaskan hasil percobaan atau penelitian, membaca
grafik/ tabel/ diagram, mendiskusikan hasil kegiatan suatu
masalah atau suatu peristiwa.
yaitu pembelajaran yang dapat diingat dalam waktu yang lama. Pengembangan
2011).
D. Pengaruh Gender dalam Pendidikan
Istilah seks dibedakan dengan gender. Seks bersifat biologis dan gender yang
bersifat psikologis, sosial dan budaya. Istilah seks menekankan pada perbedaan
oleh Moore dan Sinclair (dalam Remiswal, 2013) sedangkan istilah gender me-
nyangkut perbedaan psikologis, sosial dan budaya antara laki-laki dan perem-
puan, seperti yang dikemukakan oleh Gidden (dalam Remiswal, 2013). Lebih
lanjut, gender diartikan sebagai pengetahuan dan kesadaran, baik secara sadar
ataupun tidak sadar, bahwa seseorang tergolong dalam suatu jenis kelamin ter-
tentu dan bukan dalam jenis kelamin lain, seperti yang didefinisikan oleh
dari perbedaan gender. Perbedaan yang tampak jelas adalah perbedaan secara
fisik. Anak laki-laki biasanya memiliki fisik yang lebih besar dan kuat meskipun
hampir semua anak perempuan matang lebih cepat daripada anak laki-laki. Anak
laki-laki juga dinyatakan lebih unggul dalam hal keterampilan spasial daripada
dalam hal berbahasa, sehingga anak perempuan dinyatakan lebih unggul dalam
hal kemampuan verbal. Perbedaan gender ini tampaknya juga berpengaruh pada
besarnya motivasi siswa untuk berprestasi. Hal tersebut karena adanya anggapan
bahwa anak laki-laki lebih unggul dalam bidang sains dan matematika, sedang-
kan anak perempuan akan lebih unggul pada tugas-tugas yang lebih feminim
seperti seni dan musik. Perbedaan berikutnya yaitu tingkat agresivitasnya, anak
laki-laki cenderung akan lebih agresif daripada akan perempuan.
mengatakan bahwa dalam sebuah studi nasional terbaru tentang prestasi ilmu
sedikit lebih baik dalam ilmu pengetahuan alam bila dibandingkan dengan anak
perempuan di kelas empat, delapan, dan dua belas. Selain itu, Burkham, Lee &
Smerdon (dalam San-trock, 2011) berpendapat dalam studi lain yang berfokus
pada pelajar kelas dela-pan dan sepuluh, anak laki-laki mendapatkan nilai yang
lebih tinggi dari anak perempuan dalam tes ilmu pengetahuan alam, terutama di
membutuhkan partisipasi aktif, nilai tes ilmu pengetahuan anak perempuan me-
dalam kelas ilmu pengetahuan, yang bisa memajukan keadilan gender (Santrock,
2011). Studi lainnya yang dilakukan oleh Meece & Scantlebury (dalam Santrock,
2011) mengatakan bahwa banyak ahli gender yakin bahwa adanya perbedaan
gender dalam matematika dan ilmu pengetahuan alam yang disebabkan oleh pe-
ngalaman yang dimiliki oleh anak laki-laki dan anak perempuan. Menurut Coley
(dalam Santrock, 2011) ada lebih banyak teladan matematika dan ilmu pengeta-
huan alam laki-laki daripada perempuan. Anak laki-laki mengambil lebih banyak
perempuan.
Interaksi sosial antara guru dan siswa di kelas dapat dikaitkan dengan gender.
Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa siswa laki-laki mendapatkan
bias gender dalam hal berinteraksi. Berikut ini adalah beberapa faktor yang
diper-timbangkan oleh Dezolt & Hull (dalam Santrock, 2011) yaitu siswa
dan diku-atan di banyak kelas dibandingkan laki- laki. Mayoritas guru adalah
diidentifikasi-kan memiliki masalah belajar dan sering dikritik. Staf sekolah juga
sebagai problematik.
Tidak hanya anak laki-laki yang mendapatkan bias gender, ternyata anak perem-
puan juga mendapatkan bias gender pada pembelajaran di kelas. Berikut adalah
beberapa faktor yang dipertimbangkan oleh Sadker dan Sadker (dalam Santrock,
2011) yaitu anak laki-laki lebih sukar dikendalikan dan meminta lebih banyak
perhatian sedangkan anak perempuan labih patuh dan cenderung lebih diam ke-
anak perempuan untuk patuh dan diam bisa berdampak hilangnya asertivitas
mereka. Dalam banyak kelas, guru menghabiskan lebih banyak waktu untuk
belajar dan bermain sendiri dengan diam. Selain itu, anak perempuan dan anak
laki-laki memasuki kelas pertama dengan kurang lebih tingkat rasa harga diri
yang sama, namun pada tahun-tahun sekolah menengah pertama, harga diri anak
perempuan menurun secara signifikan daripada harga diri anak laki-laki yang
Menurut Fennema dkk (dalam Slavin, 2006), persoalan perbedaan gender dalam
Namun, belum seorang pun peneliti yang bertanggung jawab pernah menyatakan
masing jenis kelamin. Perbedaan-perbedaan ini hanyalah begitu kecil dan bera-
gam sehingga hanya mempunyai sedikit konsekuensi praktis. Yang jauh lebih
penting adalah perbedaan yang disebabkan oleh harapan dan norma budaya.
Soemanto (2006) juga berpendapat bahwa selama antara pria dan wanita terdapat
perbedaan fisik dan psikis, latihan, pengalaman, pola hidup, kebutuhan dan mi-
natnya, maka kita hanya akan mendapati kenyataan, bahwa tes-tes intelegensi
tidak akan mengukur secara akurat tentang perbandingan antara kapasitas mental
wanita dengan kapasitas mental pria. Dengan demikian, kita masih kesulitan un-
tuk mengatakan bahwa wanita lebih rendah, atau sama atau lebih superior daripa-
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Firmanto (dalam Mutho-
haroh dkk, 2012) yaitu tentang kecerdasan, task commitment, dan jenis kelamin
sebagai prediktor hasil belajar siswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa jenis
kelamin tidak dapat dijadikan faktor untuk memprediksi pencapaian hasil belajar
siswa. Namun, dengan tinjauan jenis kelamin, pada siswa laki-laki kecerdasan
dapat dijadikan aspek utama sebagai prediktor. Sedangkan pada siswa perempu-
an, sebagai prediktor utama adalah kecerdasan dan task commitment, sehingga
kasi bahwasanya untuk meningkatkan hasil belajar siswa baik laki-laki maupun
Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan:
prestasi belajar kimia dan pengaturan diri dilakukan oleh Veloo dkk pada
penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar kimia yang diperoleh siswa laki-
oleh Aniodoh dan Egbo pada tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan
Hasil yang diperoleh yaitu prestasi belajar kimia siswa perempuan lebih
adalah soal pretes dan postes. Hasil yang diperoleh yaitu isu gender dan
dalam kimia.
F. Kerangka Pemikiran
Ilmu kimia bukan hanya berupa produk pengetahuan, melainkan juga berupa
ses semua fakta, konsep, dan prinsip dari siswa. Hal tersebut relevan dengan
hami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh yang
sesuai dengan situasi yang dihadapi. Keterampilan proses sains dapat menya-
jikan hal itu sehingga membuat siswa menjadi bersifat kreatif, aktif, terampil
SMA Negeri 6 Metro merupakan salah satu sekolah negeri di Kota Metro.
proses sains. Siswa hanya sekedar menerima materi dari guru dan keterampilan
proses sains tidak terlalu dilatihkan. Hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam
memperoleh hasil belajar yang maksimal sesuai dengan kompetensi yang ada
pada kurikulum. Selain itu, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil
belajar adalah gender. Menurut beberapa penelitian, terdapat kaitan antara gender
LKS berbasis keterampilan proses sains di SMA Negeri 6 Metro efektif dalam
jaran dengan menggunakan LKS berbasis keterampilan proses sains, dan untuk
vensional. Masing-masing kelas diberi pretest yang sama dari materi yang
akan mereka terima, yaitu materi hukum-hukum dasar kimia. Soal pretest
proses sains siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia ditinjau dari
G. Anggapan Dasar
H. Hipotesis Penelitian
pilan proses sains dan LKS konvensional dengan gender terhadap keterampilan
dengan LKS berbasis keterampilan proses sains lebih tinggi daripada yang
dengan LKS berbasis keterampilan proses sains lebih tinggi daripada yang