Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH INSENTIF MANAJERIAL DAN INOVASI

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN


KELUARGA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk


memenuhi persyaratan penyelesaian program Sarjana Ekonomi

Oleh
M. Faiz Fardan
NIM 15080694020

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Usulan Penelitian Oleh : M. Faiz Fardan


NIM : 15080694020
Judul : Pengaruh Insentif Manajerial
dan Inovasi Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Keluarga

Proposal Skripsi ini telah disetujui untuk diujikan di hadapan tim


penguji proposal skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Surabaya.

Surabaya, 1 Januari 2020


Dosen Pembimbing

Lintang Venusita, SE.Ak., M.Si., CA


NIP. 197705132008122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas selesainya proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh Insentif
Manajerial dan Inovasi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Keluarga”. Adapun tujuan dari penyusunan proposal skripsi ini
adalah sebagai persyaratan untuk mata kuliah skripsi pada
program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Surabaya. Atas dukungan moral dan materil yang
diberikan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Anang Kistyanto, S.Sos., M.Si., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya yang
telah memberi kebijakan untuk memudahkan
pembuatan surat dan pemberian ijin untuk melakukan
penulisan proposal skripsi ini ini.
2. Ibu Dr. Rohmawati Kusumaningtias, SE.Ak., MSA.,
CA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya yang telah memberikan
kemudahan dalam perijinan melakukan penulisan
proposal skripsi.
3. Ibu Lintang Venusita, SE.Ak., M.Si, CA, selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
nasehat, dorongan dan masukan kepada penulis.
4. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan
doa serta dukungan yang tiada hentinya untuk
menyelesaikan proposal skripsi ini.
5. Seluruh dosen pengajar yang mengajar di Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Surabaya.

iii
6. Seluruh tenaga pegawai Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Surabaya dan seluruh
pihak yang terkait dalam proses penyusunan proposal
skripsi ini.
7. Seluruh teman-teman organisasiku, teman bermainku,
teman belajarku terima kasih atas dukungan yang
diberikan.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini


belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
proposal skripsi ini.

Surabaya, 1 Januari 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................6
C. Tujuan Penelitian......................................................................6
D. Manfaat Penelitian...................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................9
A. Landasan Teori.........................................................................9
1. The Bonus Plan Theory.......................................................9
2. Insentif CEO........................................................................10
3. Inovasi..................................................................................11
4. Kinerja Keuangan...............................................................13
5. Perusahaan Keluarga.........................................................14
B. Hasil Penelitian Terdahulu...................................................17
C. Pengaruh antar variable........................................................21
D. Kerangka Berpikir..................................................................23
E. Hipotesis..................................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................27
A. Jenis Penelitian........................................................................27
B. Jenis dan Sumber Data...........................................................27
C. Populasi dan Sampel..............................................................27

v
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional....................29
E. Teknik Pengumpulan Data...................................................30
F. Teknik Analisis Data..............................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................37
LAMPIRAN..........................................................................................42

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perusahaan keluarga merupakan perusahaan dimana
secara kepemilikan dan kepemimpinan dipegang oleh
kelompok bisnis tertentu yang memiliki hubungan keluarga.
Ada beberapa faktor yang mengindikasikan bahwa
perusahaan masuk dalam kategori perusahaan keluarga,
diantaranya adalah kepemilikan secara mayoritas dan
keterlibatan pihak keluarga dalam posisi management.
Sementara Aronoff & Ward (1995) menyatakan bahwa
perusahaan keluarga jika terdapat dua atau lebih anggota
keluarga yang mengawasi dalam bidang keuangan. Banyak
peneliti berpendapat bahwa keterlibatan keluarga dalam
operasional perusahaan akan menjadikan keunggulan
tersendiri. Perpindahan informasi yang lebih mudah
menjadikan perusahaan keluarga lebih unggul dalam proses
penentuan kebijakan perusahaan (Miller, Le Breton-Miller,
Lester, & Cannella, 2007)
Perusahaan keluarga memegang peran kunci dalam
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Kondisi yang terjadi
pada perusahaan keluarga di Malaysia tercatat 80%
perusahaan keluarga menyumbang lebih dari separuh Gross
Domestic Product (Ngui, 2002). Penelitian yang berkaitan
dengan kinerja perusahaan keluarga ditemukan hasil yang
beragam. Penelitian di Amerika Serikat menyimpulkan
perusahaan keluarga lebih baik dari pada yang berdiri sendiri
(Anderson & Reeb, 2003), (Miller et al., 2007) dan (Villalonga
& Amit, 2006). Ada beberapa studi tentang kinerja
perusahaan keluarga di Indonesia Malaysia salah satunya

1
2

penelitian oleh Ibrahim et al., (2008) membuktikan


perusahaan keluarga mempunyai kinerja yang lebih unggul
dibandingkan perusahaan yang berdiri sendiri ditinjau
dengan pengukuran ROE. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Amran & Ahmad, (2009) menyatakan perusahaan non
keluarga memiliki kinerja perusahaan yang lebih baik
daripada perusahaan keluarga. Fenomena tersebut
memunculkan adanya gap yang terjadi pada penelitian kinerja
perusahaan keluarga.
Namun ada hal penting yang menjadi permasalahan di
dalam perusahaan keluarga seperti management entrenchment.
Management entrenchment merupakan bertahannya keluarga
di posisi puncak dalam waktu yang cukup lama sehingga
sulit untuk digantikan walaupun keluarga tersebut sudah
tidak berkompeten dibidangnya. Padahal penting sekali
dalam perusahaan memiliki orang yang berkompeten dalam
posisi puncak perusahaan.
Kinerja perusahaan termasuk satu dari faktor penting
yang investor perlu perhatikan sebelum memutuskan untuk
berinvestasi. Perusahaan harus mempertahankan dan
meningkatkan kinerjanya dengan memperhatikan kinerja
keuangan perusahaan. Menurut Farah (2011) kinerja
keuangan merupakan prestasi perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya yang dapat diperoleh dengan
menganalisis laporan keuangan perusahaan. Perusahaan
memiliki laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan
informasi terkait kinerja, posisi keuangan, serta perubahan
posisi keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan
bagi penggunanya. Kinerja keuangan digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memanajemen
keuangan. Pengukuran kinerja keuangan memerlukan faktor
pendukung salah satunya adalah inovasi yang berarti
3

terdapat hubungan antara inovasi dengan kinerja keuangan


(Morgan & Strong, 2003).
Kinerja keuangan perusahaan tidak lepas dari peran
CEO. Plan bonus theory menjelaskan bahwa CEO bekerja
seiring dengan insentif yang diberikan (Setyorini & Ishak,
2012). Teori ini didukung oleh penelitian Wasiati (2018) yang
menyatakan bahwa segala bentuk insentif yang diberikan
perusahaan mempengaruhi kinerja. Hal ini dijadikan acuan
insentif yang semakin tinggi akan meningkatkan kinerja CEO.
Kinerja seorang CEO atau manajer ketika terdorong dan
termotivasi oleh insentif manajerial akan melahirkan sebuah
prestasi perusahaan. Pemberian insentif yang proporsional
akan memacu kinerja CEO sehingga target-target perusahaan
akan terpenuhi. Insentif manajerial sendiri dapat berubah-
ubah sesuai dengan kinerja atau prestasi yang dihasilkan.
Prestasi yang melebihi target perusahaan akan mendapatkan
insentif yang lebih.
Kasus management entrenchment yang terjadi
memperlihatkan pihak keluarga yang berada di posisi
penting untuk menentukan inovasi, sedangkan pihak tersebut
sudah tidak kompeten dibidangnya maka inovasi perusahaan
tidak akan sejalan dengan visi misi perusahaan. Padahal
penting sekali bagi perusahaan untuk menentukan CEO yang
berkompeten untuk menentukan inovasi. Menurut
Damanpour (1992) inovasi merupakan penerapan ide,
perilaku sistem kebijakan, produk atau jasa yang
diperbaharui untuk kepentingan perusahaan. Didukung oleh
pernyataan Roxas, Battisti, & Deakins (2014) yang
menyatakan bahwa inovasi memotivasi perusahaan untuk
menciptakan produk atau layanan baru yang lebih baik dari
sebelumnya. (Guimarães et al., 2016) menyatakan bahwa
inovasi perusahaan merupakan suatu cara yang optimal
4

untuk dapat bersaing secara kompetitif dengan kompetitor,


dengan kata lain inovasi sumber daya perusahaan dapat
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Meningkatkan ekosistem inovasi dalam perusahaan
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan index daya
saing. Untuk meningkatkan daya saing suatu perusahaan
yaitu dengan cara memaksimalkan sumber daya yang
dimiliki perusahaaan sebaik mungkin sehingga dapat
menghasilkan output yang menciptakan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan. Sehingga ketika inovasi ini
diterapkan pada perusahaan diharapkan akan membantu
perusahaan untuk menciptakan output yang maksimal.
Inovasi juga akan memacu perusahaan untuk selalu
menciptakan produk maupun layanan baru yang lebih baik
bagi customer. Diharapkan penerapan inovasi yang
berkesinambungan akan berdampak pada kinerja perusahaan
dan menambah jumlah hak paten yang dihasilkan (Roxas et
al., 2014).
Untuk mencapai hasil inovasi yang optimal diperlukan
seorang manajer yang memiliki kemampuan yang baik dalam
mengolah dan menggunakan sumber daya yang dimiliki
perusahaan yang meliputi modal, tenaga kerja dan aset secara
efektif dan efisien. Ketika perusahaan memiliki manajer yang
berkompeten diharapkan manajer tersebut dapat
memaksimalkan kemampuan dalam merumuskan strategi
yang tepat ketika inovasi itu dilakukan, sehingga
meminimalisasi kesalahan dan dapat menghasilkan output
yang lebih baik, tentunya juga menghasilkan laba yang besar
bagi perusahaan.
Penentu keberhasilan inovasi perusahaan salah satunya
melalui Research and Development (becheikh et al., 2006).
Inovasi perusahaan akan ditentukan oleh biaya Research &
5

Development yang dikeluarkan. Semakin besar biaya Research


& Development maka inovasi perusahaan akan semakin baik.
Adanya Research & Development berguna dalam pengambilan
keputusan CEO untuk menentukan langkah dan strategi
perusahaan dalam pengembangan perusahaan.
Kemajuan dan perkembangan teknologi menjadi alasan
manajemen melakukan Research & Development untuk
mencapai keunggulan kompetitif (Jannah, 2014). Research &
Development (R&D) akan dilakukan secara berkelanjutan pada
segala sektor perusahaan. Research & Development diperlukan
perusahaan untuk menemukan desain-desain baru, teknologi
mesin terbaru, produk baru, serta alat yang dibutuhkan
perusahaan untuk dapat bersaing.
Perusahaan keluarga yang ada di Malaysia menyajikan
laporan tahunan, dimana dalam laporan tersebut terdapat
struktur kompensasi (gaji pokok dan insentif). Insentif yang
dimaksud dapat berupa saham atau tambahan gaji. Insentif
yang diberikan kepada CEO dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. Nilai perusahaan yang baik dapat terwujud
ketika kinerja CEO telah sesuai dengan visi misi dan harapan
perusahaan (Croci & Petmezas, 2015). Penelitian terdahulu
menyebutkan bahwa perusahaan keluarga cenderung untuk
memberikan kompensasi yang lebih tinggi kepada manajer
(Kim & Han, 2018).
Bedasarkan uraian tentang insentif manajerial dan inovasi
melalui Research and Development yang telah dijelaskan,
peneliti akan meneliti perusahaan keluarga yang ada di
Malaysia pada tahun 2015-2017 dengan berjudul “Insentif
Manajerial dan Inovasi terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Keluarga di Malaysia”. Perusahaan keluarga di
Indonesia tidak dimasukan kedalam penelitian karena data
terkait insentif manajerial dan biaya Research and Development
tidak bisa didapatkan. Perusahaan keluarga Malaysia yang
6

akan mewakili penelitian pada kali ini karena Indonesia dan


Malaysia memiliki rumpun yang sama, yaitu rumpun
melayu. Keterwakilan tersebut juga didukung oleh data GDP
Indonesia dan Malaysia pada tahun 2015-2017 yang sama-
sama menunjukan pertumbuhan yang seimbang. Adapun
pertumbuhan GDP Indonesia 2015-2017 sebesar 4,88%, 5,03%
dan 5,07% sedangkan Malaysia dengan pertumbuhan GDP
sebesar 4%, 4,2% dan 5,8%.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana insentif manajerial mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan keluarga di Malaysia?
2. Bagaimana inovasi melalui Research & Development
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan keluarga di
Malaysia?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti ini adalah:
3. Untuk mengetahui pengaruh insentif manajerial terhadap
kinerja keuangan perusahaan keluarga di Malaysia.
4. Untuk mengetahui pengaruh inovasi melalui Research &
Development terhadap kinerja perusahaan keluarga di
Malaysia.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan akan menambah bukti
empiris mengenai insentif manajerial dan inovasi terhadap
kinerja keuangan sebuah perusahaan keluarga.
7

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini berguna untuk berbagai pihak diantaranya:
a. Akademisi
Penelitian ini akan memberikan pengetahuan baru terkait
kinerja keuangan perusahaan dan variable apa saja yang
dapat mempengaruhinya.

b. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menajdi referensi
perusahaan dalam memberikan reward untuk CEO serta
seberapa penting inovasi untuk dapat bersaing dengan
kompetitornya.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. The Bonus Plan Theory
The bonus plan theory atau yang dikenal dengan The bonus
plan hypothesis merupakan salah satu hipotesis yang ada
dalam teori akuntansi positif. Menurut Januarti (2004)
perusahaan yang menggunakan bonus plan cenderung
menggunakan metode-metode akuntansi yang mampu
meningkatkan kinerja keuangan. Hal ini dilakukan untuk
memaksimalkan bonus yang diterima karena besarnya laba
yang seringkali dijadikan landasan untuk mengukur tingkat
keberhasilan kinerja. Apabila besar kecilnya bonus
tergantung pada besarnya laba, maka perusahaan tersebut
dapat meningkatkan bonus dengan cara meningkatkan laba
setinggi mungkin. Dengan demikian, diasumsikan bahwa
perusahaan yang memiliki kebijakan pemberian bonus
berdasarkan laba akuntansi, akan cenderung memilih
prosedur akuntansi yang meningkatkan laba pada tahun
berjalan.
The bonus plan hypothesis menjelaskan bahwa CEO bekerja
seiring dengan insentif yang diberikan (Setyorini & Ishak,
2012). Teori ini didukung oleh penelitian Wasiati (2018) yang
menyatakan bahwa segala bentuk insentif yang diberikan
perusahaan mempengaruhi kinerja. Hal ini dapat dijadikan
acuan insentif yang semakin tinggi akan meningkatkan
kinerja CEO. Kinerja seorang CEO atau manajer ketika
terdorong dan termotivasi oleh insentif manajerial akan
melahirkan sebuah prestasi perusahaan. Pemberian insentif
yang proporsional akan memacu kinerja CEO sehingga
target-target perusahaan akan terpenuhi. Insentif manajerial

9
10

sendiri dapat berubah-ubah sesuai dengan kinerja atau


prestasi yang dihasilkan.
11

Prestasi yang melebihi target perusahaan akan mendapatkan


insentif yang lebih.

2. Insentif CEO
Bagian dari kompensasi untuk Rewarding atas hasil kerja
atau produktivitas seseorang adalah manajemen insentif
dimana sifatnya tidak tetap dan dapat berubah-ubah sesuai
dengan prestasi yang dicapai (Nawawi, 1997). Pemberian
insentif kepada CEO akan membedakan kompensasi yang
didapatkan oleh masing-masing individu sesuai dengan
posisi dan tingkat kerjanya. Untuk dapat menerapkan
manajemen insentif, ada beberapa hal yang dapat dijadikan
tolok ukur yaitu senioritas, rencana insentif untuk tenaga
operatif, rencana insentif untuk tenaga adminsitratif dan
CEO, serta sistem saran (Bangun, 2012).
Senioritas akan dilihat dari pengalaman kerja dan lama
kurun waktu bekerja. Pengalaman yang tinggi akan
memberikan hasil kerja yang baik dan berlaku sebaliknya.
Dari penelitian-penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa
jika pengalaman meningkat maka prestasi karyawan akan
meningkat juga, sehingga hal itu akan diiringi dengan
kenaikan gaji, dengan begitu untuk menopang semangat dan
motivasi kerja manajer dapat dilakukan peningkatan gaji
melalui pengalaman yang dimiliki oleh CEO.
Rencana insentif akan menjadi struktur kompensasi atas
hasil kerja CEO dengan memperhatikan dua hal, yaitu
prestasi dan hasil kerja. Rencana insentif memiliki dua faktor
yang digunakan untuk menentukan besarannya yaitu melalui
tarif per unit yang dihasilkan dan bonus waktu. Tarif perunit
yang dihasilkan diukur dari hasil kerja berupa fisik
sedangkan bonus waktu diukur dengan jam lembur yang
dilakukan oleh karyawan atau CEO.
12

Insentif CEO pada perusahaan keluarga dapat dilihat


dalam laporan tahunan perusahaan, dimana insentif tersebut
merupakan gabungan dari gaji, bonus dan tunjangan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Makri, Lane, &
Gomez-mejia (2006) yang meneliti insentif CEO
menggunakan istilah CEO Pay yang digabung dengan
tunjangan dan bonus lainnya secara keseluruhan untuk
mengukur insentif CEO. Perusahaan keluarga Malaysia
mencatat insentif sebagai remunerasi yang terdapat dalam
laporan tahunan perusahaan.

3. Inovasi
Borghini (2005) menyatakan bahwa inovasi merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh pelaku bisnis untuk melakukan
pencarian, penemuan, eksperimen dan pengembangan
teknologi baru berupa produk atau layanan baru hingga ke
tahap-tahap produksi terkecil bahkan struktur perusahaan
akan di telaah secara mendetail. Inovasi dilakukan oleh
perusahaan untuk menjaga eksistensi perusahaan agar terus
bertahan dalam persaingan. Perusahaan akan dituntut untuk
terus menghasilkan sesuatu yang baru untuk memenuhi
permintaan pasar.
Menurut Camisón & Villar-lópez., (2011) inovasi
merupakan implementasi dari sesuatu yang baru yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk maupun
aspek lainnya didalam organisasi. Kegiatan-kegiatan tersebut
akan menghasilkan ide-ide yang dapat di implementasikan
demi keberlangsungan perusahaan. Penerapan ide-ide bisnis
oleh CEO dapat bersumber dari pengetahuan dan
pengalaman seorang leader dalam posisi tersebut dimana
inovasi tidak serta merta muncul dari skill personal akan
tetapi dapat didukung dengan pencarian dan penemuan yang
13

dapat disebut Research & Development. Kegiatan R&D


dilakukan agar hasil inovasi sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh perusahaan.
Penting bagi CEO perusahaan untuk lebih menekankan
pemanfaatan sumber daya manusia dalam mengembangkan
inovasi strategi, inovasi produk dan proses (Gloet &
Terziovski, 2011). Pemanfaatan sumber daya manusia lebih
ditekankan karena memiliki pengetahuan diam-diam yang
lahir dari pengalaman (Leonard & Sensiper, 1998).
Pemanfaatan pengetahuan sumber daya manusia dibutuhkan
untuk melakukan Research & Development, semakin tinggi
pengetahuan dan kemampuan sumber daya manusia tersebut
maka semakin akurat ide-ide yang dihasilkan untuk
berinovasi sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
perusahaan.
Inovasi, pembelajaran organisasi dan penciptaan
pengetahuan baru sangat penting untuk kelangsungan hidup
jangka panjang perusahaan karena kaitannya dengan
kecepatan dan keputusan untuk perubahan dan
perkembangan (Makri et al., 2006). Penciptaan pengetahuan
baru akan menuntut untuk memanfaatkan modal intelektual
yang dimiiki. Inovasi dengan melibatkan pengetahuan dan
pencarian secara ilmiah menjadi faktor penting untuk
menciptakan nilai di perusahaan yang bersifat industrial.
Research & develpoment akan menjadi sarana penting untuk
pengambilan keputusan oleh CEO (Henrich, 1998). CEO
memiliki kekuatan besar untuk memberikan pengaruh
terhadap inovasi, karena CEO adalah pusat strategis pembuat
keputusan (Zahra & Pearce, 1989).
Research & development pada perusahaan termuat dalam
laporan tahunan perusahaan yang dapat dilihat pada laporan
keuangan bagian catatan atas laporan keuangan. Perusahaan
14

malaysia mencatat biaya research & develpoment dalam biaya


inovasi perusahaan. Beberapa perusahaan mencantumkan
dalam biaya tersebut, tetapi juga ada yang mencantumkan
dalam aset yang tidak berwujud dimana terletak dalam
laporan posisi keuangan. Biaya research & development dapat
juga tercantum dalam beban yang terletak dalam laporan
laba/rugi.

4. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan tingkat pencapaian terkait
tujuan, misi, dan pelaksanaan tugas perusahaan secara aktual
melalui laporan keuangan perusahaan (Tjandrakirana &
Monika, 2014). Pengukuran suatu kinerja keuangan dapat
dijadikan salah satu indikator yang digunakan oleh investor
untuk menentukan langkah. Karena pada umumnya investor
akan memilih perusahaan dengan kinerja keuangan yang
menguntungkan untuk investor (Fatimah, 2017). Ketika
keuntungan perusahaan meningkat maka deviden yang
diterima investor juga meningkat. Sehingga jika kondisi ini
terjadi maka keuntungan akan dirasakan oleh kedua belah
pihak yakni investor dan perusahaan (Akmalia, Dio, & Hesty,
2017).
Pengukuran kinerja keuangan dapat menggunakan rasio
profitabilitas. Jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan
pada penelitian ini adalah ROA dan ROE. ROA merupakan
sebuah rasio pengukuran yang dapat melihat kemampuan
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan total aset (Hanafi & Halim, 2009:157). ROA
diperoleh dari nilai laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
dengan jumlah aset perusahaan (Tandelilin, 2010:372). ROA
yang besar menjelaskan bahwa perusahaan memiliki efisiensi
yang baik dalam penggunaan asset. Dan sebaliknya jika ROA
15

rendah maka perusahaan memiliki efisiensi yang buruk


terkait penggunaan asset (Sudana, 2011:22). Rendahnya ROA
terjadi karena perusahaan terlalu banyak melakukan
penggunguran asset, asset beroperasi dibawah normal,
persediaan yang diinvestasika terlalu banyak, dan lain–lain.
Sementara ROE mengimprestasikan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba setelah pajak dengan
menggunakan modal yang dimiliki oleh perusahaan (Sudana,
2011:22). Dengan melihat ROE maka dapat mengetahui
seberapa efektif dan efisiennya perusahaan dalam mengolah
modal sendiri. Nilai ROE sangat dibutuhkan shareholder.
Semakin besar nilai rasio ini dapat diartikan penggunaan
modal sendiri dari perusahaan semakin efisien (Sudana,
2011:22). Maka dari itu perusahaan yang mampu mengelolah
modal sendiri dengan baik, menjadi sebuah kelebihan dimata
investor.

5. Perusahaan Keluarga
Carsrud (1994) menyatakan perusahaan keluarga adalah
perusahaan yang dimiliki dan mayoritas aturan yang
dijalankan dibuat oleh anggota dari kelompok yang terikat
secara emosional. Perusahaan yang terdiri dari dua atau lebih
anggota keluarga yang mengawasi keuangan disebut
perusahaan keluarga (Aronoff & Ward, 1995). Menurut
Susanto et al., (2007) perusahaan keluarga apabila ada
keterlibatan keluarga paling sedikit dua generasi dan mereka
mempengaruhi kebijakan perusahaan.
Perusahaan keluarga biasanya didirikan, dipimpin dan di
kelola oleh anggota keluarga. Meskipun dikelola keluarga
akan tetapi beberapa perusahaan keluarga telah dikelola dan
diserahkan secara profesional diluar keluarga. Menurut
16

Susanto et al., (2007) perusahaan keluarga dibagi menjadi dua


tipe, yakni:
a. Family Owned Enterprise (FOE), adalah perusahaan yang
dimiliki keluarga, namun dikelola oleh profesional yang
bukan anggota keluarga. Peran keluarga dalam
perusahaan hanya sebagai pemilik dan tidak turut serta
dalam kegiatan operasional perusahaan.
b. Family Business Enterprise (FBE), adalah perusahaan yang
dimiliki dan dikelola keluarga pendiri. Keluarga akan
mengisi posisi-posisi penting untuk operasional
perusahaan.
Sementara ciri–ciri perusahaan keluarga menurut
Westhead & Cowling (1997) adalah:
a. Dimiliki oleh keluarga tunggal yang dominan dengan
saham lebih dari 50%.
b. dikelola oleh orang-orang yang berasal dari keluarga
pemilik mayoritas saham.
c. Dirasakan sebagai perusahaan.
Dalam penelitiannya Shanker & Astrachan (1996)
memberikan gambaran dan skema tentang kategori
perusahaan keluarga. Perusahaan keluarga memiliki
beberapa kriteria yang tergolong dalam beberapa klasifikasi
sempit, sedang dan luas bedasarkan kontrol, pengaruh dan
aktivitas operasional perusahaan. Perusahaan keluarga di
klasifikasikan sempit ketika beberapa generasi keluarga
terlibat dalam aktivitas operasional perusahaan dan satu atau
lebih anggota keluarga masuk dalam jajaran direksi.
Perusahaan keluarga dikatakan sedang ketika keturunan
pendiri ikut menjalankan aktivitas operasional perusahaan
yang masih dikuasai oleh keluarga pendiri, sedangkan
perusahaan keluarga di klasifikasikan luas ketika keluarga
memegang kontrol perusahaan dan memiliki pengaruh
17

dalam pengambilan keputusan perusahaan akan tetapi dalam


hal operasional tidak turut campur tangan. Penjelasan
tentang perusahaan keluarga menurut Shanker & Astrachan
(1996) dapat dimuat dalam peta konsep berikut:
Little direct
involvement

Some involvelment
Control of Intended to
Strategic direction Remain in family
A lot of
Involvement
1 mgmt position
Family directly Involved Founder/
Founder/
Multiple generations Descendant runs
Descendant runs
company
company

Gambar 2.1 The Family Universe Bull’s Eye

Definisi perusahaan keluarga juga dijelaskan oleh


Martinez & Ramalho (2014) yang mendefinisikan perusahaan
keluarga merupakan perusahaan dengan anggota keluarga
pendiri memiliki saham minimal 5% di perusahaan, menjabat
sebagai dewan dan minimal satu anggota keluarga sebagai
pengontrol dan pelaksana.
Penelitian Aktas et al., (2016) mengklasifikasikan
perusahaan keluarga dalam tiga kriteria yaitu proporsi
kepemilikan dari keluarga, keterlibatan keluarga dalam
direksi, dan budaya perusahaan (komitmen keluarga pada
bisnis). Terdapat dua definisi perusahaan untuk penentuan
kriteria yaitu The Founding Family definition dan ultimate
ownership definition (Aktas et al., 2016).
18

Prosentase kepemilikan yang dianggap sebagai


pengendali perusahaan minimal 5% (Anderson & Reeb, 2003).
Beberapa penelitian sebelumnya menggunakan dasar 5%
sebagai pengakuan minimal untuk perusahaan keluarga,
namun beberapa peneliti mengungkapkan bahwa hasil akan
lebih optimal ketika prosentase minimal dinaikan menjadi
20% (Villalonga & Amit, 2006). Atas dasar tersebut pada
penelitian kali ini peneliti menggunakan dasar kepemilikan
minimal 20% atas saham dengan anggota keluarga sebagai
pelaksana dan pengontrol perusahaan.

B. Hasil Penelitian Terdahulu


Penelitian sebelumnya yang dilakukan (Banerjee &
Homroy, 2018) meneliti tentang insentif manajerial dan
pilihan strategis perusahaan dengan struktur kepemilikan
yang berbeda. Peneliti memeriksa bagaimana struktur
kepemilikan mempengaruhi mekanisme penyelarasan
insentif manajerial dan tujuan strategis. Peneliti
membandingkan perusahaan-perusahaan besar India dengan
kepemilikan saham yang tersebar dengan afiliasi kelompok
bisnis yang beroperasi dalam kerangka kerja kelembagaan
yang sama. Peneliti menemukan bahwa sensitivitas kinerja
pembayaran dan pergantian CEO berbeda secara signifikan di
seluruh perushaan keluarga dan perusahaan non keluarga.
Pilihan strategis perusahaan juga berbeda dalam menanggapi
insentif manajerial. Namun, peneliti menemukan bahwa
terlepas dari perbedaan tersebut, kinerja perusahaan serupa
untuk perusahaan keluarga dan non keluarga. Secara
keseluruhan, penelitian tersebut menunjukkan bahwa
struktur kepemilikan dan insentif manajerial dapat
menyesuaikan untuk mengoptimalkan pilihan strategis dan
kinerja perusahaan.
19

Penelitian Makri et al., (2006) tentang insentif ceo, inovasi,


dan kinerja dalam perusahaan teknologi-intensif yang berasis
pada perilaku. Berdasarkan pandangan agensi mengenai tata
kelola perusahaan, peneliti mengusulkan agar perusahaan
yang menggunakan teknologi intensif menggunakan kriteria
kinerja berdasarkan kriteria hasil dan perilaku untuk
memberikan penghargaan kepada CEO. Dengan
menggunakan sampel dari 206 perusahaan dari 12 industri
manufaktur AS, peneliti menemukan bahwa ketika intensitas
teknologi meningkat, bonus CEO berpengaruh terhadap hasil
keuangan dan total insentif CEO berpengaruh terhadap
perilaku inovasi. Ketika intensitas teknologi meningkat,
menyelaraskan bonus dengan hasil keuangan dan total
insentif dengan inovasi akan dapat bermanfaat untuk
memprediksi kinerja pasar perusahaan.
Studi tentang kinerja perusahaan keluarga di Indonesia
Malaysia salah satunya penelitian oleh Ibrahim et al., (2008)
tentang struktur dewan dan kinerja perusahaan. Peneliti
membandingkan tata kelola perusahaan dan kinerja antara
kepemilikan keluarga dan non-keluarga dari perusahaan
publik dari tahun 1999 hingga 2005 yang diukur dengan
tobin’q, ROA dan ROE. Peneliti menemukan bahwa rata-rata,
kepemilikan keluarga mengalami nilai lebih tinggi daripada
kepemilikan non-keluarga berdasarkan ROE. Namun, nilai
perusahaan dalam keluarga lebih rendah daripada
kepemilikan non-keluarga berdasarkan tobin’q dan ROA
Tobin. Dalam analisis, ukuran dewan, direktur independen
dan dualitas untuk kepemilikan keluarga dan non-keluarga
memiliki pengaruh signifikan yang kuat terhadap kinerja
perusahaan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Amran & Ahmad,
(2009) tentang bisnis keluarga, dinamika dewan, dan nilai
20

perusahaan di Malaysia. Penelitian ini berfokus pada


hubungan antara bisnis yang dikendalikan keluarga dan
mekanisme tata kelola perusahaan dengan nilai perusahaan
di antara perusahaan-perusahaan Malaysia. Ukuran sampel
penelitian ini adalah 896 perusahaan yang terdaftar di Bursa
Malaysia dari tahun 2000 hingga 2003. Temuan ini
mengungkapkan bahwa mekanisme tata kelola perusahaan
memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan di Malaysia.
Namun, tidak semua elemen mekanisme tata kelola adalah
signifikan, dan pengaruhnya berbeda antara bisnis keluarga
dan bisnis non-keluarga. Hasil menunjukkan seperti yang
diharapkan bahwa ukuran dewan dan struktur
kepemimpinan mempengaruhi nilai perusahaan untuk semua
perusahaan. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa bisnis
keluarga melakukan praktik kepemimpinan terpisah
sementara ukuran dewan memberikan kontribusi positif
terhadap kinerja yang lebih baik di perusahaan non-keluarga.
Penelitian Roxas et al., (2014) yang meneliti tentang
pembelajaran, inovasi, dan kinerja perusahaan. Penelitian
tersebut bertujuan untuk menguji hubungan antara
pembelajaran manajerial sebagai aspek penyerapan
pengetahuan (KA), inovasi perusahaan sebagai aspek
eksploitasi pengetahuan (KE), dan kinerja perusahaan kecil
(yaitu, perusahaan dengan kurang dari 50 karyawan).
penelitian tersebut dibangun berdasarkan pandangan
berbasis pengetahuan dari perusahaan dan teori eselon atas
untuk menggambarkan efek KA pada KE, dan bahwa KE
pada kinerja perusahaan, dalam konteks perusahaan kecil.
Menggunakan data survei dari 1.441 perusahaan kecil di
Selandia Baru, penelitian tersebut menerapkan pendekatan
kuadrat terkecil parsial untuk pemodelan persamaan
struktural untuk menguji hipotesis utama penelitian. Temuan
21

utama menunjukkan efek positif dan signifikan dari tiga jenis


pembelajaran manajerial, yaitu pembelajaran berbasis praktik,
proksimal, dan distal, pada inovasi dan inovasi dalam kinerja
perusahaan. Namun, hubungan lengkung menunjukkan
bahwa efeknya terbatas dan, berpotensi, dikacaukan oleh
faktor-faktor yang tidak diperhitungkan dalam model.
Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukan hasil
penciptaan produk atau layanan baru yang lebih baik oleh
perusahaan dimotivasi oleh inovasi.
Didukung oleh penelitian (Guimarães et al., 2016) tentang
penggunaan sumber daya organisasi untuk inovasi produk
dan kinerja organisasi. Penelitian tersebut mendefinisikan
inovasi merupakan cara yang efisien untuk meningkatkan
daya saing dan kinerja organisasi. Dalam hal ini, inovasi
dikaitkan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya
dalam organisasi dan posisi pasar yang lebih baik. Dalam
konteks seperti itu, industri furnitur secara konstan
mempromosikan inovasi produk, yang mencari kepuasan
pelanggan dan kebutuhan kenyamanan. Inovasi produk
merupakan sumber penting keunggulan kompetitif, yang
bertanggung jawab untuk meningkatkan kinerja keuangan
organisasi. Dengan demikian, mengidentifikasi sumber daya
yang mendahului inovasi sangat penting untuk
memaksimalkan hasil peneliti. Tujuan dari penelitian tersebut
adalah untuk mengukur hubungan antara inovasi produk,
sumber daya dan kinerja organisasi, mempertimbangkan
premis literatur untuk industri furnitur, dengan metodologi
Structural Equation Modeling. Oleh karena itu, survei terhadap
618 perusahaan dilakukan di cluster Furniture dari Brasil
Selatan. Penelitian ini mengevaluasi intensitas hubungan
antara sumber daya struktur manajemen pengetahuan
dengan budaya manajemen pengetahuan, dan aliansi sumber
22

daya manusia dan sumber daya ini dengan produk baru dan
kinerja organisasi. Kontribusi utama dari penelitian tersebut
adalah identifikasi inovasi produk dan kinerja organisasi.

C. Pengaruh antar variable


1. Insentif CEO terhadap kinerja keuangan perusahaan
keluarga
Penelitian Makri et al., (2006) sebelumnya menunjukan
kompensasi akan mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Penelitian sebelumnya meneliti pada perusahaan
secara keseluruhan tanpa membedakan perusahaan keluarga
dan yang berdiri sendiri, dimana dalam penelitian tersebut
menjelaskan bahwa semakin tinggi kompensasi CEO maka
semakin tinggi kinerja. Kondisi berpengaruh terhadap kinerja
keuangan baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Banerjee &
Homroy (2018) menunjukan orientasi kinerja CEO yang
masuk dalam keluarga dan diluar keluarga memiliki
perbedaan yang terlihat dalam orientasi kinerja jangka
panjang dan jangka pendek serta gaji untuk CEO yang berasal
dari keluarga lebih tinggi dibandingkan yang bukan keluarga.
Atas dasar tersebut dilakukan penelitian insentif CEO pada
perusahaan keluarga yang dihubungkan dengan kinerja
keuangan perusahaan.

2. Inovasi terhadap kinerja keuangan perusahaan keluarga


Beberapa literasi mengungkapkan bahwa perusahaan
keluarga yang dipimpin oleh CEO anggota keluarga akan
cenderung berorientasi terhadap tujuan jangka panjang
perusahaan (Banerjee & Homroy, 2018). Orientasi dalam
perusahaan keluarga dan bukan keluarga memiliki
23

perbedaan, dari perbedaan tersebut akan memberikan


penharuh terhadap inovasi perusahaan. Inovasi perusahaan
dapat dilihat dari Research and Development yang tercantum
dalam CALK laporan tahunan perusahaan keluarga. Ketika
besaran inovasi memiliki perbedaan, akan memberikan
pengaruh terhadap kinerja keungan. Inovasi sendiri masuk
dalam asset tak berwujud dan beban sehingga mempengaruhi
kinerja keuangan jika dinilai dan diukur dengan analisis rasio
keuangan perusahaan.
Keterkaitan antar variabel tersebut mendorong penelitian
ini untuk mengambil insentif CEO pada perusahaan keluarga
dan inovasi yang dilihat dari Research and Development
perusahaan keluarga sebagai variabel independen yang dapat
mempengaruhi kinerja keuangan pada perusahaan keluarga
sebagai variabel dependen dengan mengukur kinerja
keuangan dalam jangka pendek melalui ROA dan jangka
panjang melalui ROE.
24

D. Kerangka Berpikir

Perusahaan keluarga merupakan perusahaan yang dikendalikan oleh


keluarga. Kasus management entrenchment merupakan keadaan dimana
anggota keluarga mengisi posisi CEO, baik CEO tersebut berkompeten atau
tidak. Sehingga kinerja didalam perusahaan keluarga akan ditentukan oleh
anggota keluarga yang menjadi CEO karena CEO memiliki peran penting
dalam menjalankan perusahaan. CEO dituntut untuk dapat memberikan
kemajuan untuk perusahaan agar dapat bersaing, sehingga CEO harus
mampu memberikan ide-ide, gagasan dan terobosan yang kreatif untuk
perusahaan. ide, gagasan dan terobosan tersebut dapat diperoleh dengan
melakukan inovasi. Agar CEO berinovasi dengan maksimal maka
perusahaan perlu memberikan insentif yang lebih diluar gaji pokok CEO.

Kajian teori Kajian empiris


1. Kinerja keuangan 1. Setyorini & Ishak (2012)
2. Insentif 2. Samad, Amir dan Ibrahim (2008)
3. Inovasi 3. Morgan & Strong, (2003)
4. The Plan Bonus Theory 4. Damanpour (1992)
5. Perusahaan keluarga 5. Roxas et al., (2014)

Di Malaysia, perusahaan keluarga berperan penting dalam menyumbang


pendapatan negara, sehingga perlu dilakukan analisis apakah inovasi dan
insentif mempengaruhi kinerja perusahaan keluarga melalui analisis kinerja
keuangan perusahaan.

Gambar 2.2
Sumber: Data yang diolah
25

E. Hipotesis
Insentif manajerial merupakan tambahan bayaran diluar
gaji pokok. Ketika insentif manajerial diberikan kepada CEO
dapat dikatakan pantas atau sesuai dengan kinerjanya, maka
kinerja tersebut akan meningkatkan. Peningkatan tersebut
akan berdampak pada kinerja perusahaan. hal tersebut dapat
terjadi karena CEO memiliki peran penting untuk perusahaan
bersaing dengan kompetitor.
H1 : terdapat pengaruh insentif CEO terhadap kinerja
keuangan perusahaan keluarga.
Penelitian Makri et al., (2006) sebelumnya telah meneliti
perusahaan manufaktur dimana total gaji secara keseluruhan
baik pokok maupun insentif memberikan pengaruh terhadap
kinerja perusahaan melalui analisis laporan keuangannya.
Kinerja keuangan perusahaan tidak lepas dari peran CEO.
Plan bonus Hipothesis menjelaskan bahwa CEO bekerja seiring
dengan insentif yang diberikan (Setyorini & Ishak, 2012).
Banerjee & Homroy (2018) meneliti tentang mekanisme
penyelarasan insentif CEO perusahaan keluarga dan non
keluarga di India yang dilihat dari kinerja keuangan
perusahaan. Hasil menunjukan bahwa sensitivitas kinerja
pembayaran dan pergantian CEO berbeda secara signifikan di
seluruh perusahaan keluarga dan perusahaan yang berdiri
sendiri. Pilihan strategis perusahaan juga berbeda dalam
menanggapi insentif CEO. Namun, peneliti juga menemukan
bahwa, terlepas dari perbedaan tersebut, kinerja perusahaan
serupa untuk kedua jenis perusahaan. selain itu pada
penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa struktur
kepemilikan dan insentif manajerial dapat menyesuaikan
untuk mengoptimalkan pilihan strategis dan kinerja
perusahaan.
H2 : terdapat pengaruh inovasi terhadap kinerja
keuangan perusahaan keluarga
26

CEO dituntut untuk mampu memberikan ide dan


gagasan baru yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai
keberhasilan. Penentu keberhasilan inovasi perusahaan salah
satunya melalui Research and Development (Becheikh et al.,
2006). Inovasi perusahaan akan ditentukan oleh biaya
Research & Development yang dikeluarkan. Semakin besar
biaya Research & Development maka inovasi perusahaan akan
semakin baik. Adanya Research & Development berguna dalam
pengambilan keputusan CEO untuk menentukan langkah
dan strategi perusahaan dalam pengembangan perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji dan
menganalisis hubungan antara inovasi dan insentif manajerial
terhadap kinerja keuangan perusahaan keluarga di Malaysia.
Jenis penelitian adalah kuantitatif yang memiliki tujuan
untuk meneliti sampel atau populasi melalui metode
penelitian dengan analisis kuantitatif (Sugiyono, 2007).
Penelitian kuantitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan
data yang berupa angka (Martono 2016).

B. Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian adalah
data sekunder yang diperoleh atau dibuat orang lain
dan tidak berasal dari lapangan secara langsung
(Sugiyono, 2007). Sumber data penelitian dari laporan
tahunan perusahaan keluarga di Malaysia. Laporan
tahunan perusahaan keluarga bersumber dari website
resmi Bursa Efek Malaysia pada tahun 2015-2017.

C. Populasi dan Sampel


Populasi merupakan obyek atau subyek yang
diambil oleh peneliti untuk dilakukan penelitian yang
akan memberikan hasil pada akhir penelitian dengan
menarik kesimpulan baik dari data angka ataupun
data lainnya (Sugiyono, 2007). Lingkup objek
penelitian yang ditetapkan penulis sesuai dengan
permasalahan yang akan diteliti adalah seluruh

27
28

perusahaan yang terdaftar di bursa efek Malaysia


pada tahun 2015-2017.
Sampel merupakan kriteria yang mencerminkan
populasi pada penelitian (Sugiyono, 2007). Sampel
merupakan bagian dari populasi yang diambil untuk
penelitian dengan cara menganalisis sehingga
memberikan kesimpulan yang dapat mewakili
populasi (Lind et al., 2014). Sampel penelitian ini
adalah seluruh perusahaan keluarga di Malaysia
yang terdaftar di Bursa Efek Malaysia pada tahun
2015-2017.
Adapun untuk pengambilan sampel pada
perusahaan keluarga diambil atas dasar kepemilikan
keluarga minimal 20% mengacu pada penelitian
Villalonga & Amit, (2006), penelitian Aktas et al.,
(2016) bahwa perusahaan keluarga merupakan
perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga baik
pendiri maupun bukan, dan keluarga mengisi posisi
penting dalam perusahaan (Martinez & Ramalho,
2014; Shanker & Astrachan, 1996).
Tabel 3.1. Sampel Penelitian
Kriteria sampel Jumlah
Total perusahaan keluarga 204
Perusahaan keluarga yang tidak memberikan (128)
informasi akan pemisahan besaran insentif dan
gaji pokok
Perusahaan keluarga yang tidak berhak atas (40)
kendali perusahaan
Total sampel yang digunakan 36
Total unit sampel (36x3) 108
Sumber : Data yang diolah
29

Bedasarkan kriteria diatas maka perusahaan keluarga


Malaysia yang masuk dalam kategori penelitian anatara
tahun 2015-2017 diperoleh sebanyak 36 perusahaan.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Definisi operasional dilakukan untuk
menentukan indikator dan jenis seluruh variabel
yang digunakan dalam penelitian. Selain itu, dalam
penentuan indikator berguna untuk mengetahui
skala pengukuran dari setiap variabel agar alat bantu
statistika untuk pengujian hipotesis dapat dilakukan
secara benar. Berikut adalah operasional variabel
dalam penelitian ini:
1. Insentif CEO
Insentif CEO merupakan tambahan gaji yang didapatkan oleh
CEO diluar gaji pokok. Insentif CEO dapat dilihat pada
laporan keuangan perusahaan Malaysia. Laporan tahunan
perusahaan keluarga Malaysia menunjukan rincian gaji
pokok dan gaji tambahan yang disebut insentif CEO. Adapun
insentif pada laporan keuangan dapat dilihat pada rincian
gaji CEO berupa other emolument dengan penjelasan pada
CALK pada laporan tahunan perusahaan.
2. Inovasi
Untuk mengetahui besaran dan nilai inovasi pada perusahaan
keluarga Malaysia peneliti akan melihat laporan keuangan
perusahaan. Inovasi perusahaan keluarga yang dinilai
melalui biaya Research and Development dapat dilihat pada
laporan laba rugi. Penjelasan untuk biaya Research and
Development diperinci dan dijelaskan pada CALK.
3. Kinerja keuangan perusahaan
Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, peneliti
menggunakan analisis rasio keuangan berupa ROA (Return
30

on Asset) dan ROE (Return on Equity). Adapun rasio keuangan


tersebut masuk dalam analisis profitabilitas (kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba atas asset). Untuk
mengetahui ROA maka dicari dengan rumus berikut:

EBIT
ROA=
Total Aset
Keterangan:
ROA : Return on Asset
EBIT : Earnings Before Taxe

Sedangkan untuk mencari ROE digunakan rumus sebagai


berikut:

Laba bersih
ROE=
Ekuitas
Keterangan:
ROE : Return on Equity

E. Teknik Pengumpulan Data


Metode kuantitatif meruapakan metode dimana
data yang digunakan dapat diukur dengan konkrit.
Metode ini sebagai metode ilmiah karena telah
memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu empiris,
obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini
juga disebut metode discovery, karena dengan metode
ini dapat ditemukan dan dikembangkan sebagai ilmu
pengetahuan dan teknologi baru. adapun Teknik
pengambilan data pada penelitian kali ini adalah:

1. Dokumentasi
31

Dokumentasi merupakan pengumpulan data


dengan cara melakukan pengambilan data dari
laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan
keluarga Malaysia yang bersumber dari Bursa Efek
Malaysia pada tahun 2015-2017.

2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan pencarian
referensi yang sesuai dengan penelitian dengan cara
mencari informasi dari buku, literatur, internet,
jurnal, dan hasil penelitian terdahulu.

F. Teknik Analisis Data


1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah
dalam model regresi varibel dependen dan
independen terdistribusi secara normal. Model regresi
yang baik adalah yang memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan grafik dan
uji statistik (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini untuk
melakukan uji normalitas dilakukan dengan uji
statistik menggunakan uji non-parametrik
Kolmogorov- Smirnov (K-S).
Uji non-parametrik Kolmogorov- Smirnov (K-S)
dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0: Data residual berdistribusi normal
Ha: Data residual tidak berdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan
melihat nilai probabilitas signifikansinya yaitu:
32

1. jika nilai Sig < α = 0,05, maka H0 ditolak yang berarti data
residual tidak berdistribusi normal.
2. Jika nilai Sig > α = 0,05, maka H0 diterima yang berarti
data residuaal berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji
apakah dalam model regresi terdapat hubungan atau
korelasi antar variabel independen. Model regresi
yang baik adalah jika tidak ada korelasi antar variabel
independen sehingga varibel tersebut ortoganal (nilai
korelasi antar variabel sama dengan nol). Pegujian ini
dapat dilakukan dengan menggunakan nilai tolerance
dan nilai VIF atau Variance Inflation Factor. Hasil
pengujian dikatakan tidak terjadi multikolinearitas
apabila variabel independen memiliki nilai tolerance
lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10.

c. Uji Heterokedasitas
Uji Heterokedasitas adalah pengujian yang
digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari
suatu pengamatan ke pengamatan lain. Suatu model
regresi yang baik adalah apabila tidak terjadi
heterokedasitas (Ghozali, 2013). Uji ini dapat
dilakukan dengan menggunakan uji glejser. Hasil
pengujian menunjukkan tidak terjadi heterokedasitas
apabila nilai Sig. > 0,05.

d. Uji Autokorelasi
33

Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah


terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada
periode sebelumnya dalam model regresi. Model
regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.
Uji Auto korelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin Watson. Selain uji Durbin
Watson juga menggunakan Run Test.

2. Analisis Regresi
Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis regresi linier berganda yaitu untuk
menguji pengaruh varibel bebas dan variabel terikat.
Analisis korelasi kanonikal digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dan
terikat (Sarwono, 2013). Uji korelasi kanonikal
digunakan dengan menggunakan software SPSS 23.
Adapun variable inovasi sebagai (X1), insentif CEO
sebagai (X2), dan kinerja keuangan yang diukur
dengan analisis ROA dan ROE. Korelasi tersebut jika
digambarkan akan membentuk korelasi seperti
gambar 3.1.

X1 Y1
Insentif CEO ROA

X2
Y2
Inovasi
ROE

Gambar 3.1. Korelasi kanonikal


34

Dalam analisis korelasi kanonikal, model


persamaan yang terbentuk dalam penelitian ini
adalah

ROAit + ROEit = X1it + X2it + 𝘦


Keterangan:
ROA : Return on Asset
ROE : Return on Equity
X1 : Inovasi
X2 : Insentif manajerial
𝘦 : eror
Dalam analisis korelasi kanonikal, yang
dilakukan pertama kali adalah mencari kombinasi
linier yang memiliki korelasi terbesar. Langkah
selanjutnya mencari mana pasangan kombinasi linier
dengan nilai korelasi terbesar diantara semua
pasangan yang tidak berkorelasi. Pasangan
kombinasi ini dinamakan dengan variat kanonikal.
Jadi prinsip dasar dari analisis korelasi kanonikal
adalah mencari fungsi kanonik, yaitu pasangan
kanonik yang memaksimumkan korelasi antar
keduanya. Oleh karena itu dalam penelitian ini
menggunakan bantuan software Eviews. Selanjutnya
akan dilakukan proses pengujian yang dilakukan
yaitu:
a. Pembentukan fungsi kanonik
Dalam proses pembentukan fungsi kanonik, akan
dicari dan ditentukan fungsi kanonik mana yang
dapat diteruskan dan dapat mewakili fungsi dari
model penelitian yang dirumuskan. Pada fungsi
kanonik menunjukan adanya hubungan
35

antarvariable. Dalam proses ini meliputi dua


pengujian yaitu:
1. Eigenvalue and Canonical Correlations
Nilai eigen adalah nilai yang memperlihatkan
kemampuan suatu funhsi yang dirumuskan
dapat mengakomodasikan hubungan kanonikal
(Sarwono, 2013). Pengujian ini dilakukan dengan
cara melihat nilai Canon Cor dari masing-masing
fungsi kanonikal yang terbentuk, sehingga akan
terlihat fungsi kanonikal manakah yang lebih
penting dalam penelitian tersebut. Nilai Canon
Cor yang baik dengan nilai diatas 0,50. Nilai
tersebut berarti fungsi kanonikal yang telah
dirumuskan mampu menjelaskan 50% variasi
dalam variable terikat. Nilai tersebut juga dapat
menjelaskan fungsi-fungsi kanonikal untuk
menjelaskan variasi dalam variable dependen.
2. Dimension Reduction Analysis
Analisis selanjutnya dilakukan untuk menguji
tingkat signifikansi dari masing-masing fungsi
kanonik yang terbentuk (Sarwono, 2013).
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji
wilks lambda dimana hipotesis yang dirumuskan
adalah:
H0 : kelompok variable independen tidak
menunjukan adanya hubungan dengan
kelompok.
H1 : kelompok variable independen menunjukan
adanya hubungan dengan kelompok dependen.

Kriteria pengambilan keputusan:


a) Jika Sig. (α) > 0,05 maka H0 diterima.
36

b) JIka Sig. (α) < 0,05 maka H0 ditolak.

b. Pengukuran Canonikal Variates


Canonical Variates merupakan kumpulan dari
beberapa variable yang membentuk sebuah variate
(Ghozali, 2013). Pengukuran ini memiliki tujuan
untuk mengetahui besarnya korelasi antara variable
independen dalam Canonical Variate dengan
Dependent Variate, selain itu arah hubungan dari
variable yang dirumuskan juga akan terlihat. Dalam
pengukuran Canonical Variate dilakukan dengan
menggunakn uji Canonical loading dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Jika nilai loading ≥ 0,50, maka artinya pengaruh
variable independen terhadap variable dependen
kuat.
2) Jika nilai loading ≤ 0,50, maka artinya pengaruh
variable independen terhadap variabel dependen
lemah.
37

DAFTAR PUSTAKA

Akmalia, A., Dio, K., & Hesty, N. (2017). Pengaruh Kinerja


Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate
Governance Sebagai Variabel Pemoderasi, 8(2), 200–221.
Aktas, N., Centineo, S., & Croci, E. (2016). Value of Control in
Family Firms : Evidence from Mergers and Acquisitions.
Multinational Finance Journal, 20(2), 85–126.
Amran, N. A., & Ahmad, A. C. (2009). Family Business ,
Board Dynamics and Firm Value : Evidence from
Malaysia. Journal of Financial Reporting & Accounting,
7(1), 53–74. https://doi.org/10.1108/19852510980000641
Anderson, R. C., & Reeb, D. M. (2003). Founding-Family
Ownership and Firm Performance : Evidence from the S
& P 500. The Journal of Finance, 58(3), 1301–1328.
https://doi.org/10.2307/3094581
Aronoff, C. E., & Ward, J. L. (1995). Familly - Owned
Businesses: A Thing of the Past or a Model for the
Future?
Banerjee, S., & Homroy, S. (2018). Managerial incentives and
strategic choices of firms with different ownership
38

structures. Journal of Corporate Finance, 48, 314–330.


https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2017.10.001
Bangun, W. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Erlangga.
becheikh, nizar & landry, rejean & amara, nabil. (2006).
lessons from innovation empirical studies in the
manufacturing sector: a systematic review of the literature
from 1993-2003 (Vol. 26). technovation.
https://doi.org/10.1016/j.technovation.2005.06.016
Borghini, S. (2005). Organizational creativity : breaking
equilibrium and order to innovate, 9(4), 19–33.
https://doi.org/10.1108/13673270510610305

Camisón, C., & Villar-lópez, A. (2011). Industrial Marketing


Management Non-technical innovation : Organizational
memory and learning capabilities as antecedent factors
with effects on sustained competitive advantage ☆.
Industrial Marketing Management, 40(8), 1294–1304.
https://doi.org/10.1016/j.indmarman.2011.10.001
Carsrud, A. L. (1994). Meanderings of a Resurrected
Psychologist or, Lessons Learned in Creating a Family
Business Program. Entrepreneurship Theory and Practice,
19(1), 39–48.
https://doi.org/10.1177/104225879401900103
Croci, E., & Petmezas, D. (2015). Do risk-taking incentives
induce CEOs to invest? Evidence from acquisitions.
Journal of Corporate Finance, 32, 1–23.
https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2015.03.001
Damanpour, F. (1992). Organizational Size and Innovation.
Organization Studies, 13(3), 375–402.
https://doi.org/10.1177/017084069201300304
Farah, M. (2011). Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan
Investasi dan Sumber Dana Jangka Pendek. Jakarta:
Grasindo Gramedia Widiasarana Indonesia.
Fatimah, M. & W. (2017). PENGARUH GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
39

DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI


VARIABEL INTERVENING. E-Jurnal Riset Manajemen
Prodi Manajemen, 51–69.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
IBM SPSS 21 (8th ed.). Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gloet, M., & Terziovski, M. (2011). Exploring the relationship
between knowledge management practices and
innovation performance. Journal of Manufacturing
Technology Management, 15(5), 402–409.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/1741038041
0540390

Guimarães, J. C. F. D., Severo, E. A., Dorion, E. C. H., Coallier,


F., & Olea, P. M. (2016). The use of organisational
resources for product innovation and organisational
performance: A survey of the Brazilian furniture
industry. Intern. Journal of Production Economics, 180, 135–
147. https://doi.org/10.1016/j.ijpe.2016.07.018
Hanafi, M. M., & Halim, A. (2009). Analisis Laporan Keuangan
(fourth). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Henrich, G. (1998). Perfomance, Aspirations, and Risk
Organizational Change. Administrative Science Quarterly,
43(1), 58. https://doi.org/10.2307/2393591
Ibrahim, H., Samad, M. F. A., & Amir, A. (2008). Board
Structure and Corporate Performance: Evidence from
Public-Listed Family-Ownership in Malaysia. SSRN
Electronic Journal, 1–23.
https://doi.org/10.2139/ssrn.1292182
Jannah, M. (2014). Strategi Inovasi Produk dalam Mencapai
Keunggulan Kompetitif. Jurnal Ekonomi Islam, 5(1), 1–15.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.32678/ijei.v5i1.20
Januarti, I. (2004). Pendekatan Dan Kritik Teori Akuntansi
Positif. Jurnal Akuntansi Dan Auditing (JAA), Volume
1(Nomor 1), 83–94.
Kim, H., & Han, S. H. (2018). Compensation structure of
family business groups. Pacific Basin Finance Journal,
40

51(April), 376–391.
https://doi.org/10.1016/j.pacfin.2018.09.002
Leonard, D., & Sensiper, S. (1998). The Role of Tacit
Knowledge in Group Innovation. California Management
Review, 40(3), 112–132.
https://doi.org/doi.org/10.2307%2F41165946
Lind, A., Douglas, W. G., Marchal & Samuel, A., & Wathen.
(2014). Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis dan
Ekonomi (15th ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Makri, M., Lane, P. J., & Gomez-mejia, L. R. (2006). CEO
Incentives, Innovation, And Performance In
Technology-Intensive Firms : Behavior-Based Incentive
Schemes. Strategic Management Journal, 27(11), 1057–
1080. https://doi.org/10.1002/smj
Martinez, A. L., & Ramalho, G. C. (2014). Family Firms and
Tax Aggressiveness in Brazil, 7(3), 129–136.
https://doi.org/10.5539/ibr.v7n3p129
Miller, D., Le Breton-Miller, I., Lester, R. H., & Cannella, A. A.
(2007). Are family firms really superior performers?
Journal of Corporate Finance, 13(5), 829–858.
https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2007.03.004
Morgan, R. E., & Strong, C. A. (2003). Business performance
and dimensions of strategic orientation, 56, 1992–1994.
Nawawi, H. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gajah Mada
University-Press.
Ngui, C. Y. K. (2002). Asian Family Businesses: From Riches to
Rags? Malaysian Business (2nd ed.).
Roxas, B., Battisti, M., & Deakins, D. (2014). Learning,
innovation and firm performance: Knowledge
management in small firms. Knowledge Management
Research and Practice, 12(4), 443–453.
https://doi.org/10.1057/kmrp.2012.66
Sarwono, J. (2013). Statistik Multivariat untuk Riset Skripsi. (N.
WK, Ed.) (1st ed.). Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Setyorini, C. T., & Ishak, Z. (2012). Corporate social and
environmental disclosure: A positive accounting theory
41

view point. International Journal of Business and Social


Science, 3(9), 152–164.
Shanker, M. C., & Astrachan, J. H. (1996). Myths and
Realities : Family Businesses ’ Contribution to the US
Economy — A Framework for Assessing Family
Business Statistics. Family Business Review, 9(2), 107–123.
Sudana, I. M. (2011). Teori & Praktik Manajemen Keuangan
Perusahaan. Surabaya: Erlangga.
Sugiyono. (2007). Statistik Untuk Penelitian. (E. Mulyatiningsih,
Ed.) (12th ed.). Bandung: CV. Alfabeta.
Susanto, A. B., Susanto, P., Himawan, W., & Mertosono, S.
(2007). The Jakarta Consulting Group on Family Business.
Jakarta: The Jakarta Consulting Group.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi
(First). Yogyakarta: Kanisius.
Tjandrakirana, R., & Monika, M. (2014). Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Manajemen Dan Bisnis Sriwijaya, 12(1), 1–16.
Villalonga, B., & Amit, R. (2006). How do family ownership,
control and management affect firm value? Journal of
Financial Economics, 80(2), 385–417.
https://doi.org/10.1016/j.jfineco.2004.12.005
Wasiati, H. (2018). Pengaruh Reward, Punishment terhadap
kinerja pegawai dengan kepuasan kerja sebagai variabel
intervening. Upajiwa, 2(1), 44–57.
Westhead, P., & Cowling, M. (1997). Performance contrasts
between family and non-family unquoted companies in
the UK. International Journal of Entrepreneurial Behaviour
& Research, 3(1), 30–52.
https://doi.org/10.1108/13552559710170892
Zahra, S. A., & Pearce, J. A. (1989). Boards of Directors and
Corporate Financial Performance: A Review and
Integrative Model. Journal of Management, 15(1), 291–334.
https://doi.org/10.1177/014920638901500208
42
LAMPIRAN
N Hubungan Kepemilikan
Nama Perusahaan CEO
O Keluarga Keluarga
1 Keck Seng (Malaysia) Berhad Ho Kim Swee @ Ho Kian Guan √ 20.50%
2 Ksl Holdings Berhad [S] Ku Hwa Seng √ 21.11%
Tan Sri Dato' Seri Ir.
3 Sapura Industrial Berhad [S] √ 21.20%
Shamsuddin Bin Abdul Kadir
Tan Sri Dato’ Sri Dr. Abdul Aziz
4 Chuan Huat Resources Bhd [S] √ 21.50%
Bin Abdul Rahman
5 Scgm Bhd [S] Dato' Sri Lee Hook Seng √ 21.90%
Tan Hon Kiat @ Tan Hoon
6 Gromutual Berhad [S] √ 23.00%
Siong
7 Notion Vtec Berhad [S] Thoo Chow Fah √ 23.11%
8 Karyon Industries Berhad [S] Loh Chen Yook √ 23.40%
9 Tsh Resources Berhad [S] Datuk (Dr.) Kelvin Tan Aik Pen √ 23.90%
10 Magni-Tech Industries Berhad [S] Tan Sri Dato’ Seri Tan Kok Ping √ 24.00%
Dato' Seri Chew Weng Khak @
11 Pensonic Holdings Berhad [S] √ 24.29%
Chew Weng Kiak
12 Focus Lumber Berhad Pang Chee Khiong √ 24.60%
13 Dancomech Holdings Berhad Datuk Zainal Abidin Bin Ujud √ 24.84%
14 Astral Asia Berhad [S] Dato’ Lim Kang Poh √ 27.10%
N Hubungan Kepemilikan
Nama Perusahaan CEO
O Keluarga Keluarga
15 Cam Resources Berhad [S] Lee Chin Yen √ 29.00%
16 Golden Land Berhad Beh Sui Loon √ 29.50%
17 Yinson Holdings Berhad [S] Mr Lim Han Weng √ 32.90%
Ho Sue San @ David Ho Sue
18 Hovid Berhad [S] √ 33.70%
San
Tan Sri Datuk Dr Yusof Bin
19 Cb Industrial Product Holding Berhad [S] √ 35.00%
Basiran
20 Oriental Food Industries Holdings Berhad [S] Tan Sri Dato’azizan Bin Husain √ 35.20%
Dato’ Haji Shaharuddin Bin
21 Latitude Tree Holdings Berhad √ 36.70%
Haji Haron
22 New Hoong Fatt Holdings Berhad [S] Kam Foong Keng √ 37.61%
Mr. Ang Kim Cheng @ Ang
23 Multi-Usage Holdings Berhad [S] √ 37.61%
Teng Kok
24 Advance Synergy Berhad [S] Dato’ Ahmad Sebi Bakar √ 38.55%
Soo Thien Ming @ Soo Thien
25 Hwa Tai Industries Berhad [S] √ 41.30%
See
47.85%
Dato’ Teoh Boon Beng @ Teoh
26 Ntpm Holdings Berhad [S] √
Eng Kuan
Dr Asairinachan @ Aravinachan
27 Ivory Properties Group Berhad [S] √ 49.90%
A/L Kunjamboo
28 Asia File Corporation Bhd [S] Dato’’ Lim Soon Huat √ 50.50%

43
N Hubungan Kepemilikan

44
Nama Perusahaan CEO
O Keluarga Keluarga
29 Pestech International Berhad [S] Lim Ah Hock √ 53.73%
30 Analabs Resources Berhad [S] Kan Yow Kheong √ 54.00%
31 Ideal United Bintang International Berhad [S] Tan Sri Datuk Ooi Kee Liang √ 54.30%
32 Cyl Corporation Berhad [S] Tan Sri Abu Talib Bin Othman √ 57.00%
Tan Sri Dato’ Mohamed Mansor
33 Glomac Berhad [S] √ 62.60%
Bin Fateh Din
34 Paragon Globe Berhad Tan Sri Dato’ Tan Hua Choon √ 63.83%
35 George Kent (Malaysia) Berhad [S] Tan Sri Dato’ Tan Kay Hock √ 71.90%
36 Tong Herr Resources Berhad [S] Tsai Ming Ti √ 90.10%

Anda mungkin juga menyukai