Anda di halaman 1dari 48

PENGARUH KOMPENSASI MANAJERIAL DAN INOVASI

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN


KELUARGA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk


memenuhi persyaratan penyelesaian program Sarjana Ekonomi

Oleh
M. Faiz Fardan
NIM 15080694020

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Usulan Penelitian Oleh : M. Faiz Fardan


NIM : 15080694020
Judul : Pengaruh Kompensasi
Manajerial dan Inovasi Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan
Keluarga

Proposal Skripsi ini telah disetujui untuk diujikan di hadapan tim


penguji proposal skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Surabaya.

Surabaya, 1 Januari 2020


Dosen Pembimbing

Lintang Venusita, SE.Ak., M.Si., CA


NIP. 197705132008122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas selesainya proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh Insentif
Manajerial dan Inovasi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Keluarga”. Adapun tujuan dari penyusunan proposal skripsi ini
adalah sebagai persyaratan untuk mata kuliah skripsi pada
program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Surabaya. Atas dukungan moral dan materil yang
diberikan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Anang Kistyanto, S.Sos., M.Si., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya yang
telah memberi kebijakan untuk memudahkan
pembuatan surat dan pemberian ijin untuk melakukan
penulisan proposal skripsi ini ini.
2. Ibu Dr. Rohmawati Kusumaningtias, SE.Ak., MSA.,
CA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya yang telah memberikan
kemudahan dalam perijinan melakukan penulisan
proposal skripsi.
3. Ibu Lintang Venusita, SE.Ak., M.Si, CA, selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
nasehat, dorongan dan masukan kepada penulis.
4. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan
doa serta dukungan yang tiada hentinya untuk
menyelesaikan proposal skripsi ini.
5. Seluruh dosen pengajar yang mengajar di Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Surabaya.

iii
6. Seluruh tenaga pegawai Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Surabaya dan seluruh
pihak yang terkait dalam proses penyusunan proposal
skripsi ini.
7. Seluruh teman-teman organisasiku, teman bermainku,
teman belajarku terima kasih atas dukungan yang
diberikan.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini


belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
proposal skripsi ini.

Surabaya, 1 Januari 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................6
C. Tujuan Penelitian......................................................................6
D. Manfaat Penelitian...................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................9
A. Landasan Teori.........................................................................9
1. The Bonus Plan Theory.......................................................9
2. Insentif CEO........................................................................10
3. Inovasi..................................................................................11
4. Kinerja Keuangan...............................................................13
5. Perusahaan Keluarga.........................................................14
B. Hasil Penelitian Terdahulu...................................................17
C. Pengaruh antar variable........................................................21
D. Kerangka Berpikir..................................................................23
E. Hipotesis..................................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................27
A. Jenis Penelitian........................................................................27
B. Jenis dan Sumber Data...........................................................27
C. Populasi dan Sampel..............................................................27

v
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional....................29
E. Teknik Pengumpulan Data...................................................30
F. Teknik Analisis Data..............................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................37
LAMPIRAN..........................................................................................42

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perusahaan keluarga merupakan perusahaan dimana
secara kepemilikan dan kepemimpinan dipegang oleh
kelompok bisnis tertentu yang memiliki hubungan keluarga.
Ada beberapa faktor yang mengindikasikan bahwa
perusahaan masuk dalam kategori perusahaan keluarga,
diantaranya adalah kepemilikan secara mayoritas dan
keterlibatan pihak keluarga dalam posisi management.
Sementara Aronoff & Ward (1995) menyatakan bahwa sebuah
perusahaan dapat dikatakan perusahaan keluarga jika
terdapat dua atau lebih anggota keluarga yang mengawasi
dalam bidang keuangan. Banyak peneliti berpendapat bahwa
keterlibatan keluarga dalam operasional perusahaan akan
menjadikan keunggulan tersendiri. Perpindahan informasi
yang lebih mudah menjadikan perusahaan keluarga lebih
unggul dalam proses penentuan kebijakan perusahaan
(Miller, Le Breton-Miller, Lester, & Cannella, 2007).
Perusahaan keluarga memegang peran kunci dalam
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Kondisi yang terjadi
pada perusahaan keluarga di Malaysia tercatat 80%
perusahaan keluarga menyumbang lebih dari separuh Gross
Domestic Product (Ngui, 2002). Keterlibatan keluarga dalam
pengelolaan perusahaan dapat memberikan pengaruh positif
seperti yang disampaikan oleh Hamberg et all (2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Hamber et all (2013)
terbantahkan karena keterlibatan keluarga pada perusahaan
tidak hanya memberikan pengaruh positif saja. Pengaruh
negatif juga dapat muncul karena adanya keterlibatan

1
2

keluarga pada perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan


penelitian yang dilakukan oleh Anderson dan Reeb (2003)
dan Villalonga dan Amit (2006) yang menyatakan bahwa
keluarga pendiri dengan tulus mengabdikan diri untuk
perusahaan mereka dan cenderung kepada kepemilikan
terkonsentrasi, dengan demikian ada risiko bahwa pendiri
akan mengekstrak manfaat pribadi atau membuat keputusan
ekonomi yang mengatasnamakan pemegang saham
minoritas.
Plan bonus theory menjelaskan bahwa CEO bekerja seiring
dengan kompensasi yang diberikan (Setyorini & Ishak, 2012).
Teori ini didukung oleh penelitian Wasiati (2018) yang
menyatakan bahwa segala bentuk reward yang diberikan
perusahaan mempengaruhi kinerja. Hal ini dijadikan acuan
kompensasi yang semakin tinggi akan meningkatkan kinerja
CEO. Kinerja seorang CEO atau manajer ketika terdorong dan
termotivasi oleh kompensasi CEO akan melahirkan sebuah
prestasi perusahaan. Pemberian kompensasi yang
proporsional akan memacu kinerja CEO sehingga target-
target perusahaan akan terpenuhi. Kompensasi CEO sendiri
dapat berubah-ubah sesuai dengan kinerja atau prestasi yang
dihasilkan. Prestasi yang melebihi target perusahaan akan
mendapatkan kompensasi yang lebih.
Perusahaan keluarga yang ada di Malaysia menyajikan
laporan tahunan, dimana dalam laporan tersebut terdapat
struktur kompensasi (gaji pokok dan insentif). Insentif yang
dimaksud dapat berupa saham atau tambahan gaji. Insentif
yang diberikan kepada CEO dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. Nilai perusahaan yang baik dapat terwujud
ketika kinerja CEO telah sesuai dengan visi misi dan harapan
perusahaan (Croci & Petmezas, 2015). Penelitian terdahulu
menyebutkan bahwa perusahaan keluarga cenderung untuk
memberikan kompensasi yang lebih tinggi kepada manajer
(Kim & Han, 2018).
3

Kompensasi yang tinggi dalam perusahaan keluarga


dapat menimbulkan management entrenchment. Management
entrenchment yang terjadi memperlihatkan pihak keluarga
yang berada di posisi penting untuk menentukan inovasi,
sedangkan pihak tersebut sudah tidak kompeten dibidangnya
maka inovasi perusahaan tidak akan sejalan dengan visi misi
perusahaan. Padahal penting sekali bagi perusahaan untuk
menentukan sumber daya manusia yang berkompeten untuk
menentukan inovasi. Menurut Damanpour (1992) inovasi
merupakan penerapan ide, perilaku sistem kebijakan, produk
atau jasa yang diperbaharui untuk kepentingan perusahaan.
Didukung oleh pernyataan Roxas, Battisti, & Deakins (2014)
yang menyatakan bahwa inovasi memotivasi perusahaan
untuk menciptakan produk atau layanan baru yang lebih baik
dari sebelumnya. (Guimarães et al., 2016) menyatakan bahwa
inovasi perusahaan merupakan suatu cara yang optimal
untuk dapat bersaing secara kompetitif dengan kompetitor,
dengan kata lain inovasi sumber daya perusahaan dapat
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Meningkatkan ekosistem inovasi dalam perusahaan
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan index daya
saing. Untuk meningkatkan daya saing suatu perusahaan
yaitu dengan cara memaksimalkan sumber daya yang
dimiliki perusahaaan sebaik mungkin sehingga dapat
menghasilkan output yang menciptakan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan. Sehingga ketika inovasi ini
diterapkan pada perusahaan diharapkan akan membantu
perusahaan untuk menciptakan output yang maksimal.
Inovasi juga akan memacu perusahaan untuk selalu
menciptakan produk maupun layanan baru yang lebih baik
bagi customer. Diharapkan penerapan inovasi yang
berkesinambungan akan berdampak pada kinerja perusahaan
4

dan menambah jumlah hak paten yang dihasilkan (Roxas et


al., 2014).
Untuk mencapai hasil inovasi yang optimal diperlukan
seorang manajer yang memiliki kemampuan yang baik dalam
mengolah dan menggunakan sumber daya yang dimiliki
perusahaan yang meliputi modal, tenaga kerja dan aset secara
efektif dan efisien. Ketika perusahaan memiliki manajer yang
berkompeten diharapkan manajer tersebut dapat
memaksimalkan kemampuan dalam merumuskan strategi
yang tepat ketika inovasi itu dilakukan, sehingga
meminimalisasi kesalahan dan dapat menghasilkan output
yang lebih baik, tentunya juga menghasilkan laba yang besar
bagi perusahaan.
Ketika kinerja perusahaan semakin baik maka kinerja
keuangan yang menggambarkan kondisi internal perusahaan
akan semakin membaik juga. Kinerja keuangan menjadi salah
satu aspek penilaian yang fundamental mengenai kondisi
yang dimiliki perusahaan (Christiani, 2010). Baik buruknya
kinerja keuangan yang dimiliki oleh perusahaan dapat dilihat
dari laporan keuangannya. Pengukuran kinerja keuangan
perusahaan merupakan salah satu indikator yang di
pergunakan oleh investor untuk menilai suatu perusahaan
yang terekspresikan adalah harga pasar saham di bursa efek.
Semakin baik kinerja keuangan perusahaan maka semakin
tinggi pula return yang akan di dapatkan oleh investor.
Investor akan berusaha mencari perusahaan yang memiliki
kinerja yang terbaik dan menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut dengan jalan membeli saham-sahamnya.
Dapat dikatakan perolehan modal perusahaan akan
meningkat apabila perusahaan memiliki reputasi baik yang
tercermin dalam laporan keuangannya (Christiani, 2010).
5

Peneliti akan meneliti perusahaan keluarga yang ada di


Malaysia pada tahun 2015-2017 dengan berjudul “Insentif
Manajerial dan Inovasi terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Keluarga di Malaysia”. Perusahaan keluarga
Malaysia yang akan mewakili penelitian pada kali ini karena
Indonesia dan Malaysia memiliki rumpun yang sama, yaitu
rumpun melayu. Keterwakilan tersebut juga didukung oleh
data GDP Indonesia dan Malaysia pada tahun 2015-2017 yang
sama-sama menunjukan pertumbuhan yang seimbang.
Adapun pertumbuhan GDP Indonesia 2015-2017 sebesar
4,88%, 5,03% dan 5,07% sedangkan Malaysia dengan
pertumbuhan GDP sebesar 4%, 4,2% dan 5,8%.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kompensasi CEO mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan keluarga di Malaysia?
2. Bagaimana inovasi mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan keluarga di Malaysia?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh kompensai manajerial
terhadap kinerja keuangan perusahaan keluarga di
Malaysia.
2. Untuk mengetahui pengaruh inovasi melalui intangible
assets terhadap kinerja perusahaan keluarga di Malaysia.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
6

Dengan penelitian ini diharapkan akan menambah bukti


empiris mengenai kompensasi manajerial dan inovasi
terhadap kinerja keuangan sebuah perusahaan keluarga.

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini berguna untuk berbagai pihak diantaranya:
a. Akademisi
Penelitian ini akan memberikan pengetahuan baru
terkait kinerja keuangan perusahaan dan variable apa
saja yang dapat mempengaruhinya.

b. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
perusahaan dalam memberikan reward untuk CEO
serta seberapa penting inovasi untuk dapat bersaing
dengan kompetitornya.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. The Bonus Plan Theory
The bonus plan theory atau yang dikenal dengan The bonus
plan hypothesis merupakan salah satu hipotesis yang ada
dalam teori akuntansi positif. Menurut Januarti (2004)
perusahaan yang menggunakan bonus plan cenderung
menggunakan metode-metode akuntansi yang mampu
meningkatkan kinerja keuangan. Hal ini dilakukan untuk
memaksimalkan bonus yang diterima karena besarnya laba
yang seringkali dijadikan landasan untuk mengukur tingkat
keberhasilan kinerja. Apabila besar kecilnya bonus
tergantung pada besarnya laba, maka perusahaan tersebut
dapat meningkatkan bonus dengan cara meningkatkan laba
setinggi mungkin. Dengan demikian, diasumsikan bahwa
perusahaan yang memiliki kebijakan pemberian bonus
berdasarkan laba akuntansi, akan cenderung memilih
prosedur akuntansi yang meningkatkan laba pada tahun
berjalan.
The bonus plan hypothesis menjelaskan bahwa CEO bekerja
seiring dengan kompensasi yang diberikan (Setyorini &
Ishak, 2012). Teori ini didukung oleh penelitian Wasiati (2018)
yang menyatakan bahwa segala bentuk kompensasi yang
diberikan perusahaan mempengaruhi kinerja. Hal ini dapat
dijadikan acuan kompensasi yang semakin tinggi akan
meningkatkan kinerja CEO. Kinerja seorang CEO ketika
terdorong dan termotivasi oleh kompensasi manajerial akan
melahirkan sebuah prestasi perusahaan. Pemberian
kompensasi yang proporsional akan memacu kinerja CEO
sehingga target-target perusahaan akan terpenuhi.
Kompensasi manajerial sendiri dapat berubah-ubah sesuai

9
10

dengan kinerja atau prestasi yang dihasilkan. Prestasi yang


melebihi target perusahaan akan mendapatkan kompensasi
yang lebih.

2. Inovasi
Inovasi dalam arti luas melibatkan pengembangan proses
baru, produk baru, atau perbaikan organisasi baru untuk
suatu industri (Sengupta, 2014). Borghini (2005) menyatakan
bahwa inovasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pelaku bisnis untuk melakukan pencarian, penemuan,
eksperimen dan pengembangan teknologi baru berupa
produk atau layanan baru hingga ke tahap-tahap produksi
terkecil bahkan struktur perusahaan akan di telaah secara
mendetail. Inovasi dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga
eksistensi perusahaan agar terus bertahan dalam persaingan.
Perusahaan akan dituntut untuk terus menghasilkan sesuatu
yang baru untuk memenuhi permintaan pasar.
Menurut Camisón & Villar-lópez., (2011) inovasi
merupakan implementasi dari sesuatu yang baru yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk maupun
aspek lainnya didalam organisasi. Menurut Mark, (1998)
inovasi dapat diukur melalui beberapa 2 pengukuran, yaitu
pengukuran output dan input perusahaan. Pengukuran
inovasi melalui output perusahaan dilakukan dengan survey
mengenai bagaimana produk baru disuatu perusahaan
tersebut, kemudian survey mengenai bagaimana proses
pembuatannya dan juga survey mengenai bagaimana improve
dari suatu produk. Maka dari itu pengukuran inovasi melalui
output perusahaan tidak cocok dalam penelitian ini.
Pengukuran inovasi melalui input perusahaan dilakukan
dengan melihat data R&D, patents, licenses, intellectual
property, Intangible assets, marketing expenditures, Training
11

expenditures, managerial and organisational change. Salah satu


aspek pengukuran inovasi yang terpenting adalah intangible
assets. Intangible assets pada perusahaan termuat dalam
laporan tahunan perusahaan yang dapat dilihat pada laporan
keuangan bagian catatan atas laporan keuangan. Perusahaan
malaysia mencatat intangible assets dalam neraca.

3. Kompensasi CEO
Kompensasi yaitu sebuah alat pembayaran kepada
karyawan dari perusahaan atas jasa telah dijalankan oleh
karyawan yang berupa finansial (Syoraya & Januarti, 2014).
Bagian dari kompensasi untuk Rewarding atas hasil kerja atau
produktivitas seseorang adalah manajemen kompensasi
dimana sifatnya tidak tetap dan dapat berubah-ubah sesuai
dengan prestasi yang dicapai (Nawawi, 1997). Pemberian
kompensasi kepada CEO akan membedakan kompensasi
yang didapatkan oleh masing-masing individu sesuai dengan
posisi dan tingkat kerjanya. Untuk dapat menerapkan
manajemen kompensasi, ada beberapa hal yang dapat
dijadikan tolok ukur yaitu senioritas, rencana kompensasi
untuk tenaga operatif, rencana kompensasi untuk tenaga
adminsitratif dan CEO, serta sistem saran (Bangun, 2012).
Senioritas akan dilihat dari pengalaman kerja dan lama
kurun waktu bekerja. Pengalaman yang tinggi akan
memberikan hasil kerja yang baik dan berlaku sebaliknya.
Dari penelitian-penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa
jika pengalaman meningkat maka prestasi karyawan akan
meningkat juga, sehingga hal itu akan diiringi dengan
kenaikan gaji, dengan begitu untuk menopang semangat dan
motivasi kerja manajer dapat dilakukan peningkatan gaji
melalui pengalaman yang dimiliki oleh CEO.
12

Rencana kompensasi akan menjadi struktur kompensasi


atas hasil kerja CEO dengan memperhatikan dua hal, yaitu
prestasi dan hasil kerja. Rencana kompensasi memiliki dua
faktor yang digunakan untuk menentukan besarannya yaitu
melalui tarif per unit yang dihasilkan dan bonus waktu. Tarif
perunit yang dihasilkan diukur dari hasil kerja berupa fisik
sedangkan bonus waktu diukur dengan jam lembur yang
dilakukan oleh karyawan atau CEO.
Kompensasi CEO pada perusahaan keluarga dapat dilihat
dalam laporan tahunan perusahaan, dimana kompensasi
tersebut merupakan gabungan dari gaji, bonus dan
tunjangan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Makri,
Lane, & Gomez-mejia (2006) yang meneliti kompensasi CEO
menggunakan istilah CEO Pay yang digabung dengan
tunjangan dan bonus lainnya secara keseluruhan untuk
mengukur kompensasi CEO. Perusahaan keluarga Malaysia
mencatat kompensasi sebagai remunerasi yang terdapat
dalam laporan tahunan perusahaan.

4. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan tingkat pencapaian terkait
tujuan, misi, dan pelaksanaan tugas perusahaan secara aktual
melalui laporan keuangan perusahaan (Tjandrakirana &
Monika, 2014). Pengukuran suatu kinerja keuangan dapat
dijadikan salah satu indikator yang digunakan oleh investor
untuk menentukan langkah. Karena pada umumnya investor
akan memilih perusahaan dengan kinerja keuangan yang
menguntungkan untuk investor (Fatimah, 2017). Ketika
keuntungan perusahaan meningkat maka deviden yang
diterima investor juga meningkat. Sehingga jika kondisi ini
terjadi maka keuntungan akan dirasakan oleh kedua belah
13

pihak yakni investor dan perusahaan (Akmalia, Dio, & Hesty,


2017).
Pengukuran kinerja keuangan dapat menggunakan rasio
profitabilitas. Jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan
pada penelitian ini adalah ROA dan ROE. ROA merupakan
sebuah rasio pengukuran yang dapat melihat kemampuan
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan total aset (Hanafi & Halim, 2009:157). ROA
diperoleh dari nilai laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
dengan jumlah aset perusahaan (Tandelilin, 2010:372). ROA
yang besar menjelaskan bahwa perusahaan memiliki efisiensi
yang baik dalam penggunaan asset. Dan sebaliknya jika ROA
rendah maka perusahaan memiliki efisiensi yang buruk
terkait penggunaan asset (Sudana, 2011:22). Rendahnya ROA
terjadi karena perusahaan terlalu banyak melakukan
penggunguran asset, asset beroperasi dibawah normal,
persediaan yang diinvestasika terlalu banyak, dan lain–lain.
Sementara ROE mengimprestasikan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba setelah pajak dengan
menggunakan modal yang dimiliki oleh perusahaan (Sudana,
2011:22). Dengan melihat ROE maka dapat mengetahui
seberapa efektif dan efisiennya perusahaan dalam mengolah
modal sendiri. Nilai ROE sangat dibutuhkan shareholder.
Semakin besar nilai rasio ini dapat diartikan penggunaan
modal sendiri dari perusahaan semakin efisien (Sudana,
2011:22). Maka dari itu perusahaan yang mampu mengelolah
modal sendiri dengan baik, menjadi sebuah kelebihan dimata
investor.

5. Perusahaan Keluarga
Carsrud (1994) menyatakan perusahaan keluarga adalah
perusahaan yang dimiliki dan mayoritas aturan yang
14

dijalankan dibuat oleh anggota dari kelompok yang terikat


secara emosional. Perusahaan yang terdiri dari dua atau lebih
anggota keluarga yang mengawasi keuangan disebut
perusahaan keluarga (Aronoff & Ward, 1995). Menurut
Susanto et al., (2007) perusahaan keluarga apabila ada
keterlibatan keluarga paling sedikit dua generasi dan mereka
mempengaruhi kebijakan perusahaan.
Perusahaan keluarga biasanya didirikan, dipimpin dan di
kelola oleh anggota keluarga. Meskipun dikelola keluarga
akan tetapi beberapa perusahaan keluarga telah dikelola dan
diserahkan secara profesional diluar keluarga. Menurut
Susanto et al., (2007) perusahaan keluarga dibagi menjadi dua
tipe, yakni:
a. Family Owned Enterprise (FOE), adalah perusahaan yang
dimiliki keluarga, namun dikelola oleh profesional yang
bukan anggota keluarga. Peran keluarga dalam
perusahaan hanya sebagai pemilik dan tidak turut serta
dalam kegiatan operasional perusahaan.
b. Family Business Enterprise (FBE), adalah perusahaan yang
dimiliki dan dikelola keluarga pendiri. Keluarga akan
mengisi posisi-posisi penting untuk operasional
perusahaan.
Sementara ciri–ciri perusahaan keluarga menurut
Westhead & Cowling (1997) adalah:
a. Dimiliki oleh keluarga tunggal yang dominan dengan
saham lebih dari 50%.
b. dikelola oleh orang-orang yang berasal dari keluarga
pemilik mayoritas saham.
c. Dirasakan sebagai perusahaan.
Dalam penelitiannya Shanker & Astrachan (1996)
memberikan gambaran dan skema tentang kategori
perusahaan keluarga. Perusahaan keluarga memiliki
15

beberapa kriteria yang tergolong dalam beberapa klasifikasi


sempit, sedang dan luas bedasarkan kontrol, pengaruh dan
aktivitas operasional perusahaan. Perusahaan keluarga di
klasifikasikan sempit ketika beberapa generasi keluarga
terlibat dalam aktivitas operasional perusahaan dan satu atau
lebih anggota keluarga masuk dalam jajaran direksi.
Perusahaan keluarga dikatakan sedang ketika keturunan
pendiri ikut menjalankan aktivitas operasional perusahaan
yang masih dikuasai oleh keluarga pendiri, sedangkan
perusahaan keluarga di klasifikasikan luas ketika keluarga
memegang kontrol perusahaan dan memiliki pengaruh
dalam pengambilan keputusan perusahaan akan tetapi dalam
hal operasional tidak turut campur tangan. Penjelasan
tentang perusahaan keluarga menurut Shanker & Astrachan
(1996) dapat dimuat dalam peta konsep berikut:
Little direct
involvement

Some involvelment
Control of Intended to
Strategic direction Remain in family
A lot of
Involvement
1 mgmt position
Family directly Involved Founder/
Founder/
Multiple generations Descendant runs
Descendant runs
company
company

Gambar 2.1 The Family Universe Bull’s Eye

Definisi perusahaan keluarga juga dijelaskan oleh


Martinez & Ramalho (2014) yang mendefinisikan perusahaan
keluarga merupakan perusahaan dengan anggota keluarga
pendiri memiliki saham minimal 5% di perusahaan, menjabat
16

sebagai dewan dan minimal satu anggota keluarga sebagai


pengontrol dan pelaksana.
Penelitian Aktas et al., (2016) mengklasifikasikan
perusahaan keluarga dalam tiga kriteria yaitu proporsi
kepemilikan dari keluarga, keterlibatan keluarga dalam
direksi, dan budaya perusahaan (komitmen keluarga pada
bisnis). Terdapat dua definisi perusahaan untuk penentuan
kriteria yaitu The Founding Family definition dan ultimate
ownership definition (Aktas et al., 2016).
Prosentase kepemilikan yang dianggap sebagai
pengendali perusahaan minimal 5% (Anderson & Reeb, 2003).
Beberapa penelitian sebelumnya menggunakan dasar 5%
sebagai pengakuan minimal untuk perusahaan keluarga,
namun beberapa peneliti mengungkapkan bahwa hasil akan
lebih optimal ketika prosentase minimal dinaikan menjadi
20% (Villalonga & Amit, 2006). Atas dasar tersebut pada
penelitian kali ini peneliti menggunakan dasar kepemilikan
minimal 20% atas saham dengan anggota keluarga sebagai
pelaksana dan pengontrol perusahaan.

B. Hasil Penelitian Terdahulu


Penelitian sebelumnya yang dilakukan (Banerjee &
Homroy, 2018) meneliti tentang kompensasi manajerial dan
pilihan strategis perusahaan dengan struktur kepemilikan
yang berbeda. Peneliti memeriksa bagaimana struktur
kepemilikan mempengaruhi mekanisme penyelarasan
kompensasi manajerial dan tujuan strategis. Peneliti
membandingkan perusahaan-perusahaan besar India dengan
kepemilikan saham yang tersebar dengan afiliasi kelompok
bisnis yang beroperasi dalam kerangka kerja kelembagaan
yang sama. Peneliti menemukan bahwa sensitivitas kinerja
pembayaran dan pergantian CEO berbeda secara signifikan di
17

seluruh perushaan keluarga dan perusahaan non keluarga.


Pilihan strategis perusahaan juga berbeda dalam menanggapi
kompensasi manajerial. Namun, peneliti menemukan bahwa
terlepas dari perbedaan tersebut, kinerja keuangan
perusahaan serupa untuk perusahaan keluarga dan non
keluarga. Secara keseluruhan, penelitian tersebut
menunjukkan bahwa struktur kepemilikan dan kompensasi
manajerial dapat menyesuaikan untuk mengoptimalkan
pilihan strategis dan kinerja keuangan perusahaan.
Penelitian Makri et al., (2006) tentang kompensasi ceo,
inovasi, dan kinerja dalam perusahaan teknologi-intensif
yang berasis pada perilaku. Berdasarkan pandangan agensi
mengenai tata kelola perusahaan, peneliti mengusulkan agar
perusahaan yang menggunakan teknologi intensif
menggunakan kriteria kinerja berdasarkan kriteria hasil dan
perilaku untuk memberikan penghargaan kepada CEO.
Dengan menggunakan sampel dari 206 perusahaan dari 12
industri manufaktur AS, peneliti menemukan bahwa ketika
intensitas teknologi meningkat, bonus CEO berpengaruh
terhadap hasil keuangan dan total kompensasi CEO
berpengaruh terhadap perilaku inovasi. Ketika intensitas
teknologi meningkat, menyelaraskan bonus dengan hasil
keuangan dan total kompensasi dengan inovasi akan dapat
bermanfaat untuk memprediksi kinerja pasar perusahaan.
Menurut Roger (1998) salah satu pengukuran yang sangat
penting dalam mengukur inovasi yaitu melalui data intangible
assets. Pada penelitian Fauzi, Suharjo dan Syamsun (2016)
memiliki kesimpulan bahwa intangible assets yang diukur
melalui modal manusia mempengaruhi kinerja keuangan
UKM di Lombok. Namun, pada penelitian Purwati dan
Mu’ah (2019) intangible assets tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan UKM di Lamongan, hal tersebut
18

dikarenakan kurang optimalnya pelaksanaan unsur-unsur


dalam intangible assets yang dimiliki.
Studi tentang kinerja keuangan perusahaan keluarga di
Indonesia Malaysia salah satunya penelitian oleh Ibrahim et
al., (2008) tentang struktur dewan dan kinerja keuangan
perusahaan. Peneliti membandingkan tata kelola perusahaan
dan kinerja antara kepemilikan keluarga dan non-keluarga
dari perusahaan publik dari tahun 1999 hingga 2005 yang
diukur dengan tobin’q, ROA dan ROE. Peneliti menemukan
bahwa rata-rata, kepemilikan keluarga mengalami nilai lebih
tinggi daripada kepemilikan non-keluarga berdasarkan ROE.
Namun, nilai perusahaan dalam keluarga lebih rendah
daripada kepemilikan non-keluarga berdasarkan tobin’q dan
ROA Tobin. Dalam analisis, ukuran dewan, direktur
independen dan dualitas untuk kepemilikan keluarga dan
non-keluarga memiliki pengaruh signifikan yang kuat
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Amran & Ahmad,
(2009) tentang bisnis keluarga, dinamika dewan, dan nilai
perusahaan di Malaysia. Penelitian ini berfokus pada
hubungan antara bisnis yang dikendalikan keluarga dan
mekanisme tata kelola perusahaan dengan nilai perusahaan
di antara perusahaan-perusahaan Malaysia. Ukuran sampel
penelitian ini adalah 896 perusahaan yang terdaftar di Bursa
Malaysia dari tahun 2000 hingga 2003. Temuan ini
mengungkapkan bahwa mekanisme tata kelola perusahaan
memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan di Malaysia.
Namun, tidak semua elemen mekanisme tata kelola adalah
signifikan, dan pengaruhnya berbeda antara bisnis keluarga
dan bisnis non-keluarga. Hasil menunjukkan seperti yang
diharapkan bahwa ukuran dewan dan struktur
kepemimpinan mempengaruhi nilai perusahaan untuk semua
19

perusahaan. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa bisnis


keluarga melakukan praktik kepemimpinan terpisah
sementara ukuran dewan memberikan kontribusi positif
terhadap kinerja yang lebih baik di perusahaan non-keluarga.
Penelitian Roxas et al., (2014) yang meneliti tentang
pembelajaran, inovasi, dan kinerja keuangan perusahaan.
Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji hubungan antara
pembelajaran manajerial sebagai aspek penyerapan
pengetahuan (KA), inovasi perusahaan sebagai aspek
eksploitasi pengetahuan (KE), dan kinerja keuangan
perusahaan kecil (yaitu, perusahaan dengan kurang dari 50
karyawan). penelitian tersebut dibangun berdasarkan
pandangan berbasis pengetahuan dari perusahaan dan teori
eselon atas untuk menggambarkan efek KA pada KE, dan
bahwa KE pada kinerja keuangan perusahaan, dalam konteks
perusahaan kecil. Menggunakan data survei dari 1.441
perusahaan kecil di Selandia Baru, penelitian tersebut
menerapkan pendekatan kuadrat terkecil parsial untuk
pemodelan persamaan struktural untuk menguji hipotesis
utama penelitian. Temuan utama menunjukkan efek positif
dan signifikan dari tiga jenis pembelajaran manajerial, yaitu
pembelajaran berbasis praktik, proksimal, dan distal, pada
inovasi dan inovasi dalam kinerja keuangan perusahaan.
Namun, hubungan lengkung menunjukkan bahwa efeknya
terbatas dan, berpotensi, dikacaukan oleh faktor-faktor yang
tidak diperhitungkan dalam model. Kesimpulan dari
penelitian tersebut menunjukan hasil penciptaan produk atau
layanan baru yang lebih baik oleh perusahaan dimotivasi oleh
inovasi.
Didukung oleh penelitian (Guimarães et al., 2016) tentang
penggunaan sumber daya organisasi untuk inovasi produk
dan kinerja organisasi. Penelitian tersebut mendefinisikan
20

inovasi merupakan cara yang efisien untuk meningkatkan


daya saing dan kinerja organisasi. Dalam hal ini, inovasi
dikaitkan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya
dalam organisasi dan posisi pasar yang lebih baik. Dalam
konteks seperti itu, industri furnitur secara konstan
mempromosikan inovasi produk, yang mencari kepuasan
pelanggan dan kebutuhan kenyamanan. Inovasi produk
merupakan sumber penting keunggulan kompetitif, yang
bertanggung jawab untuk meningkatkan kinerja keuangan
organisasi. Dengan demikian, mengidentifikasi sumber daya
yang mendahului inovasi sangat penting untuk
memaksimalkan hasil peneliti. Tujuan dari penelitian tersebut
adalah untuk mengukur hubungan antara inovasi produk,
sumber daya dan kinerja organisasi, mempertimbangkan
premis literatur untuk industri furnitur, dengan metodologi
Structural Equation Modeling. Oleh karena itu, survei terhadap
618 perusahaan dilakukan di cluster Furniture dari Brasil
Selatan. Penelitian ini mengevaluasi intensitas hubungan
antara sumber daya struktur manajemen pengetahuan
dengan budaya manajemen pengetahuan, dan aliansi sumber
daya manusia dan sumber daya ini dengan produk baru dan
kinerja organisasi. Kontribusi utama dari penelitian tersebut
adalah identifikasi inovasi produk dan kinerja organisasi.

C. Pengaruh antar variable


1. Kompensasi CEO terhadap kinerja keuangan
perusahaan keluarga
Penelitian Makri et al., (2006) sebelumnya menunjukan
kompensasi akan mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Penelitian sebelumnya meneliti pada perusahaan
secara keseluruhan tanpa membedakan perusahaan keluarga
dan yang berdiri sendiri, dimana dalam penelitian tersebut
21

menjelaskan bahwa semakin tinggi kompensasi CEO maka


semakin tinggi kinerja. Kondisi berpengaruh terhadap kinerja
keuangan baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Banerjee &
Homroy (2018) menunjukan orientasi kinerja CEO yang
masuk dalam keluarga dan diluar keluarga memiliki
perbedaan yang terlihat dalam orientasi kinerja jangka
panjang dan jangka pendek serta gaji untuk CEO yang berasal
dari keluarga lebih tinggi dibandingkan yang bukan keluarga.
Atas dasar tersebut dilakukan penelitian kompensasi CEO
pada perusahaan keluarga yang dihubungkan dengan kinerja
keuangan perusahaan.

2. Inovasi terhadap kinerja keuangan perusahaan keluarga


Beberapa literasi mengungkapkan bahwa perusahaan
keluarga yang dipimpin oleh CEO anggota keluarga akan
cenderung berorientasi terhadap tujuan jangka panjang
perusahaan (Banerjee & Homroy, 2018). Orientasi dalam
perusahaan keluarga dan bukan keluarga memiliki
perbedaan, dari perbedaan tersebut akan memberikan
pengaruh terhadap inovasi perusahaan. Inovasi perusahaan
dapat dilihat dari intangible assets yang tercantum dalam
neraca laporan keuangan perusahaan keluarga. Ketika
besaran inovasi memiliki perbedaan, akan memberikan
pengaruh terhadap kinerja keungan. Inovasi sendiri masuk
dalam asset tak berwujud sehingga mempengaruhi kinerja
keuangan jika dinilai dan diukur dengan analisis rasio
keuangan perusahaan.
Keterkaitan antar variabel tersebut mendorong penelitian
ini untuk mengambil kompensasi CEO pada perusahaan
keluarga dan inovasi yang dilihat dari intangible assets
perusahaan keluarga sebagai variabel independen yang dapat
22

mempengaruhi kinerja keuangan pada perusahaan keluarga


sebagai variabel dependen dengan mengukur kinerja
keuangan dalam jangka pendek melalui ROA dan jangka
panjang melalui ROE.

D. Kerangka Berpikir

Perusahaan keluarga merupakan perusahaan yang dikendalikan oleh


keluarga. Kasus management entrenchment merupakan keadaan dimana
anggota keluarga mengisi posisi CEO, baik CEO tersebut berkompeten atau
tidak. Sehingga kinerja didalam perusahaan keluarga akan ditentukan oleh
anggota keluarga yang menjadi CEO karena CEO memiliki peran penting
dalam menjalankan perusahaan. CEO dituntut untuk dapat memberikan
kemajuan untuk perusahaan agar dapat bersaing, sehingga CEO harus
mampu memberikan ide-ide, gagasan dan terobosan yang kreatif untuk
perusahaan. ide, gagasan dan terobosan tersebut dapat diperoleh dengan
melakukan inovasi. Agar memotivasi kinerja CEO dalam menentukan
inovasi yang terbaik maka perusahaan perlu memberikan kompensasi yang
tepat untuk kinerja CEO.

Kajian teori Kajian empiris


1. Kinerja keuangan 1. Setyorini & Ishak (2012)
2. Kompensasi 2. Samad, Amir dan Ibrahim (2008)
3. Inovasi 3. Morgan & Strong, (2003)
4. The Plan Bonus Theory 4. Damanpour (1992)
5. Perusahaan keluarga 5. Roxas et al., (2014)
6. Rogers (1998)
7.

Di Malaysia, perusahaan keluarga berperan penting dalam menyumbang


pendapatan negara, sehingga perlu dilakukan analisis apakah inovasi dan
kompensasi mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan keluarga melalui
analisis kinerja keuangan perusahaan.
23

Gambar 2.2
Sumber: Data yang diolah

E. Hipotesis
Kompensasi manajerial merupakan tambahan bayaran
diluar gaji pokok. Ketika kompensasi manajerial diberikan
kepada CEO dapat dikatakan pantas atau sesuai dengan
kinerjanya, maka kinerja tersebut akan meningkatkan.
Peningkatan tersebut akan berdampak pada kinerja keuangan
perusahaan. hal tersebut dapat terjadi karena CEO memiliki
peran penting untuk perusahaan bersaing dengan
kompetitor.
H1 : Terdapat pengaruh kompensasi CEO terhadap kinerja
keuangan perusahaan keluarga.
Penelitian Makri et al., (2006) sebelumnya telah meneliti
perusahaan manufaktur dimana total gaji secara keseluruhan
baik pokok maupun kompensasi memberikan pengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan melalui analisis
laporan keuangannya. Kinerja keuangan perusahaan tidak
lepas dari peran CEO. Plan bonus Hipothesis menjelaskan
bahwa CEO bekerja seiring dengan kompensai yang
diberikan (Setyorini & Ishak, 2012).
Banerjee & Homroy (2018) meneliti tentang mekanisme
penyelarasan kompensasi CEO perusahaan keluarga dan non
keluarga di India yang dilihat dari kinerja keuangan
perusahaan. Hasil menunjukan bahwa sensitivitas kinerja
pembayaran dan pergantian CEO berbeda secara signifikan di
seluruh perusahaan keluarga dan perusahaan yang berdiri
sendiri. Pilihan strategis perusahaan juga berbeda dalam
menanggapi insentif CEO. Namun, peneliti juga menemukan
bahwa, terlepas dari perbedaan tersebut, kinerja keuangan
perusahaan serupa untuk kedua jenis perusahaan. selain itu
24

pada penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa struktur


kepemilikan dan kompensasi manajerial dapat menyesuaikan
untuk mengoptimalkan pilihan strategis dan kinerja
keuangan perusahaan.
H2 : Terdapat pengaruh inovasi terhadap kinerja
keuangan perusahaan keluarga
CEO dituntut untuk mampu memberikan ide dan
gagasan baru yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai
keberhasilan. Penentu keberhasilan inovasi perusahaan salah
satunya melalui intangible assets perusahaan tersebut.
Menurut Purnawati dan Mu’ah, (2019) semakin tinggi
intangible assets perusahaan maka akan berpengaruh terhadap
tingginya return yang diperoleh . Hal tersebut sejalan dengan
penelitian Roger, (1998) yang menyatakan bahwa aspek
intangible assets dalam pengukuran inovasi perusahaan
sangatlah penting.
25
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji dan
menganalisis hubungan antara inovasi dan kompensasi CEO
terhadap kinerja keuangan perusahaan keluarga di Malaysia.
Jenis penelitian adalah kuantitatif yang memiliki tujuan
untuk meneliti sampel atau populasi melalui metode
penelitian dengan analisis kuantitatif (Sugiyono, 2007).
Penelitian kuantitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan
data yang berupa angka (Martono 2016).

B. Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian adalah data
sekunder yang diperoleh atau dibuat orang lain dan tidak
berasal dari lapangan secara langsung (Sugiyono, 2007).
Sumber data penelitian dari laporan tahunan perusahaan
keluarga di Malaysia. Laporan tahunan perusahaan keluarga
bersumber dari website resmi Bursa Efek Malaysia pada tahun
2015-2017.

C. Populasi dan Sampel


Populasi merupakan obyek atau subyek yang diambil
oleh peneliti untuk dilakukan penelitian yang akan
memberikan hasil pada akhir penelitian dengan menarik
kesimpulan baik dari data angka ataupun data lainnya
(Sugiyono, 2007). Lingkup objek penelitian yang ditetapkan
penulis sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti adalah
seluruh perusahaan yang terdaftar di bursa efek Malaysia
pada tahun 2015-2017.

27
28

Sampel merupakan kriteria yang mencerminkan populasi


pada penelitian (Sugiyono, 2007). Sampel merupakan bagian
dari populasi yang diambil untuk penelitian dengan cara
menganalisis sehingga memberikan kesimpulan yang dapat
mewakili populasi (Lind et al., 2014). Sampel penelitian ini
adalah seluruh perusahaan keluarga di Malaysia yang
terdaftar di Bursa Efek Malaysia pada tahun 2015-2017.
Adapun untuk pengambilan sampel pada perusahaan
keluarga diambil atas dasar kepemilikan keluarga minimal
20% mengacu pada penelitian Villalonga & Amit, (2006),
penelitian Aktas et al., (2016) bahwa perusahaan keluarga
merupakan perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga baik
pendiri maupun bukan, dan keluarga mengisi posisi penting
dalam perusahaan (Martinez & Ramalho, 2014; Shanker &
Astrachan, 1996).
Tabel 3.1. Sampel Penelitian
Kriteria sampel Jumlah
Total perusahaan keluarga 204
Perusahaan keluarga yang tidak memberikan (128)
informasi akan pemisahan besaran kompensasi
dan gaji pokok
Perusahaan keluarga yang tidak berhak atas (40)
kendali perusahaan
Total sampel yang digunakan 36
Total unit sampel (36x3) 108
Sumber : Data yang diolah
Bedasarkan kriteria diatas maka perusahaan keluarga
Malaysia yang masuk dalam kategori penelitian anatara
tahun 2015-2017 diperoleh sebanyak 36 perusahaan.
29

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Definisi operasional dilakukan untuk menentukan
indikator dan jenis seluruh variabel yang digunakan dalam
penelitian. Selain itu, dalam penentuan indikator berguna
untuk mengetahui skala pengukuran dari setiap variabel agar
alat bantu statistika untuk pengujian hipotesis dapat
dilakukan secara benar. Berikut adalah operasional variabel
dalam penelitian ini:
1. Kompensasi CEO
Kompensasi CEO merupakan besaran gaji yang didapatkan
oleh CEO ditambah dengan intensif ataupun tunjangan lain
yang diperoleh. Kompensasi CEO dapat dilihat pada laporan
keuangan perusahaan Malaysia. Adapun kompensasi pada
laporan keuangan dapat dilihat pada rincian gaji CEO pada
laporan laba/rugi perusahaan.
2. Inovasi
Untuk mengetahui besaran dan nilai inovasi pada perusahaan
keluarga Malaysia peneliti akan melihat laporan keuangan
perusahaan. Inovasi perusahaan keluarga yang dinilai
melalui intangible assets dapat dilihat pada laporan laba rugi.
3. Kinerja keuangan perusahaan
Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, peneliti
menggunakan analisis rasio keuangan berupa ROA (Return
on Asset) dan ROE (Return on Equity). Adapun rasio keuangan
tersebut masuk dalam analisis profitabilitas (kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba atas asset). Untuk
mengetahui ROA maka dicari dengan rumus berikut:

EBIT
ROA=
Total Aset
Keterangan:
ROA : Return on Asset
30

EBIT : Earnings Before Taxe

Sedangkan untuk mencari ROE digunakan rumus sebagai


berikut:

Laba bersih
ROE=
Ekuitas
Keterangan:
ROE : Return on Equity

E. Teknik Pengumpulan Data


Metode kuantitatif meruapakan metode dimana data
yang digunakan dapat diukur dengan konkrit. Metode ini
sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah
ilmiah yaitu empiris, obyektif, terukur, rasional, dan
sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena
dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan
sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi baru. adapun Teknik
pengambilan data pada penelitian kali ini adalah:

1. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data dengan cara
melakukan pengambilan data dari laporan keuangan dan
laporan tahunan perusahaan keluarga Malaysia yang
bersumber dari Bursa Efek Malaysia pada tahun 2015-2017.

2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan pencarian referensi yang
sesuai dengan penelitian dengan cara mencari informasi dari
buku, literatur, internet, jurnal, dan hasil penelitian
terdahulu.
31

F. Teknik Analisis Data


1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi varibel dependen dan independen terdistribusi
secara normal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan grafik dan uji
statistik (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini untuk
melakukan uji normalitas dilakukan dengan uji statistik
menggunakan uji non-parametrik Kolmogorov- Smirnov (K-S).
Uji non-parametrik Kolmogorov- Smirnov (K-S) dilakukan
dengan membuat hipotesis:
H0: Data residual berdistribusi normal
Ha: Data residual tidak berdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai
probabilitas signifikansinya yaitu:
1. jika nilai Sig < α = 0,05, maka H0 ditolak yang berarti data
residual tidak berdistribusi normal.
2. Jika nilai Sig > α = 0,05, maka H0 diterima yang berarti
data residuaal berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah
dalam model regresi terdapat hubungan atau korelasi antar
variabel independen. Model regresi yang baik adalah jika
tidak ada korelasi antar variabel independen sehingga varibel
tersebut ortoganal (nilai korelasi antar variabel sama dengan
nol). Pegujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan nilai
tolerance dan nilai VIF atau Variance Inflation Factor. Hasil
32

pengujian dikatakan tidak terjadi multikolinearitas apabila


variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 dan
nilai VIF kurang dari 10.

c. Uji Heterokedasitas
Uji Heterokedasitas adalah pengujian yang digunakan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Suatu model regresi yang baik adalah
apabila tidak terjadi heterokedasitas (Ghozali, 2013). Uji ini
dapat dilakukan dengan menggunakan uji glejser. Hasil
pengujian menunjukkan tidak terjadi heterokedasitas apabila
nilai Sig. > 0,05.

d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya dalam model regresi. Model regresi yang baik
adalah yang bebas dari autokorelasi. Uji Auto korelasi dapat
dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson. Selain uji
Durbin Watson juga menggunakan Run Test.

2. Analisis Regresi
Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linier berganda yaitu untuk menguji
pengaruh varibel bebas dan variabel terikat. Analisis korelasi
kanonikal digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dan terikat (Sarwono, 2013). Uji korelasi
kanonikal digunakan dengan menggunakan software SPSS 23.
Adapun variable inovasi sebagai (X1), insentif CEO sebagai
(X2), dan kinerja keuangan yang diukur dengan analisis ROA
33

dan ROE. Korelasi tersebut jika digambarkan akan


membentuk korelasi seperti gambar 3.1.

X1 Y1
Insentif CEO ROA

X2
Y2
Inovasi
ROE

Gambar 3.1. Korelasi kanonikal

Dalam analisis korelasi kanonikal, model persamaan yang


terbentuk dalam penelitian ini adalah

ROAit + ROEit = X1it + X2it + 𝘦


Keterangan:
ROA : Return on Asset
ROE : Return on Equity
X1 : Inovasi
X2 : Insentif manajerial
𝘦 : eror
Dalam analisis korelasi kanonikal, yang dilakukan
pertama kali adalah mencari kombinasi linier yang memiliki
korelasi terbesar. Langkah selanjutnya mencari mana
pasangan kombinasi linier dengan nilai korelasi terbesar
diantara semua pasangan yang tidak berkorelasi. Pasangan
kombinasi ini dinamakan dengan variat kanonikal. Jadi
prinsip dasar dari analisis korelasi kanonikal adalah mencari
fungsi kanonik, yaitu pasangan kanonik yang
memaksimumkan korelasi antar keduanya. Oleh karena itu
dalam penelitian ini menggunakan bantuan software Eviews.
34

Selanjutnya akan dilakukan proses pengujian yang dilakukan


yaitu:
a. Pembentukan fungsi kanonik
Dalam proses pembentukan fungsi kanonik, akan
dicari dan ditentukan fungsi kanonik mana yang
dapat diteruskan dan dapat mewakili fungsi dari
model penelitian yang dirumuskan. Pada fungsi
kanonik menunjukan adanya hubungan
antarvariable. Dalam proses ini meliputi dua
pengujian yaitu:
1. Eigenvalue and Canonical Correlations
Nilai eigen adalah nilai yang memperlihatkan
kemampuan suatu funhsi yang dirumuskan
dapat mengakomodasikan hubungan kanonikal
(Sarwono, 2013). Pengujian ini dilakukan dengan
cara melihat nilai Canon Cor dari masing-masing
fungsi kanonikal yang terbentuk, sehingga akan
terlihat fungsi kanonikal manakah yang lebih
penting dalam penelitian tersebut. Nilai Canon
Cor yang baik dengan nilai diatas 0,50. Nilai
tersebut berarti fungsi kanonikal yang telah
dirumuskan mampu menjelaskan 50% variasi
dalam variable terikat. Nilai tersebut juga dapat
menjelaskan fungsi-fungsi kanonikal untuk
menjelaskan variasi dalam variable dependen.
2. Dimension Reduction Analysis
Analisis selanjutnya dilakukan untuk menguji
tingkat signifikansi dari masing-masing fungsi
kanonik yang terbentuk (Sarwono, 2013).
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji
wilks lambda dimana hipotesis yang dirumuskan
adalah:
35

H0 : kelompok variable independen tidak


menunjukan adanya hubungan dengan
kelompok.
H1 : kelompok variable independen menunjukan
adanya hubungan dengan kelompok dependen.

Kriteria pengambilan keputusan:


a) Jika Sig. (α) > 0,05 maka H0 diterima.
b) JIka Sig. (α) < 0,05 maka H0 ditolak.

b. Pengukuran Canonikal Variates


Canonical Variates merupakan kumpulan dari
beberapa variable yang membentuk sebuah variate
(Ghozali, 2013). Pengukuran ini memiliki tujuan
untuk mengetahui besarnya korelasi antara variable
independen dalam Canonical Variate dengan
Dependent Variate, selain itu arah hubungan dari
variable yang dirumuskan juga akan terlihat. Dalam
pengukuran Canonical Variate dilakukan dengan
menggunakn uji Canonical loading dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Jika nilai loading ≥ 0,50, maka artinya pengaruh
variable independen terhadap variable dependen
kuat.
2) Jika nilai loading ≤ 0,50, maka artinya pengaruh
variable independen terhadap variabel dependen
lemah.
36

DAFTAR PUSTAKA

Akmalia, A., Dio, K., & Hesty, N. (2017). Pengaruh Kinerja


Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate
Governance Sebagai Variabel Pemoderasi, 8(2), 200–221.
Aktas, N., Centineo, S., & Croci, E. (2016). Value of Control in
Family Firms : Evidence from Mergers and Acquisitions.
Multinational Finance Journal, 20(2), 85–126.
Amran, N. A., & Ahmad, A. C. (2009). Family Business ,
Board Dynamics and Firm Value : Evidence from
Malaysia. Journal of Financial Reporting & Accounting,
37

7(1), 53–74. https://doi.org/10.1108/19852510980000641


Anderson, R. C., & Reeb, D. M. (2003). Founding-Family
Ownership and Firm Performance : Evidence from the S
& P 500. The Journal of Finance, 58(3), 1301–1328.
https://doi.org/10.2307/3094581
Aronoff, C. E., & Ward, J. L. (1995). Familly - Owned
Businesses: A Thing of the Past or a Model for the
Future?
Banerjee, S., & Homroy, S. (2018). Managerial incentives and
strategic choices of firms with different ownership
structures. Journal of Corporate Finance, 48, 314–330.
https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2017.10.001
Bangun, W. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Erlangga.
becheikh, nizar & landry, rejean & amara, nabil. (2006).
lessons from innovation empirical studies in the
manufacturing sector: a systematic review of the literature
from 1993-2003 (Vol. 26). technovation.
https://doi.org/10.1016/j.technovation.2005.06.016
Borghini, S. (2005). Organizational creativity : breaking
equilibrium and order to innovate, 9(4), 19–33.
https://doi.org/10.1108/13673270510610305

Camisón, C., & Villar-lópez, A. (2011). Industrial Marketing


Management Non-technical innovation : Organizational
memory and learning capabilities as antecedent factors
with effects on sustained competitive advantage ☆.
Industrial Marketing Management, 40(8), 1294–1304.
https://doi.org/10.1016/j.indmarman.2011.10.001
Carsrud, A. L. (1994). Meanderings of a Resurrected
Psychologist or, Lessons Learned in Creating a Family
Business Program. Entrepreneurship Theory and Practice,
19(1), 39–48.
https://doi.org/10.1177/104225879401900103
Croci, E., & Petmezas, D. (2015). Do risk-taking incentives
induce CEOs to invest? Evidence from acquisitions.
38

Journal of Corporate Finance, 32, 1–23.


https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2015.03.001
Damanpour, F. (1992). Organizational Size and Innovation.
Organization Studies, 13(3), 375–402.
https://doi.org/10.1177/017084069201300304
Farah, M. (2011). Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan
Investasi dan Sumber Dana Jangka Pendek. Jakarta:
Grasindo Gramedia Widiasarana Indonesia.
Fatimah, M. & W. (2017). PENGARUH GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING. E-Jurnal Riset Manajemen
Prodi Manajemen, 51–69.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
IBM SPSS 21 (8th ed.). Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gloet, M., & Terziovski, M. (2011). Exploring the relationship
between knowledge management practices and
innovation performance. Journal of Manufacturing
Technology Management, 15(5), 402–409.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/1741038041
0540390

Guimarães, J. C. F. D., Severo, E. A., Dorion, E. C. H., Coallier,


F., & Olea, P. M. (2016). The use of organisational
resources for product innovation and organisational
performance: A survey of the Brazilian furniture
industry. Intern. Journal of Production Economics, 180, 135–
147. https://doi.org/10.1016/j.ijpe.2016.07.018
Hanafi, M. M., & Halim, A. (2009). Analisis Laporan Keuangan
(fourth). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Henrich, G. (1998). Perfomance, Aspirations, and Risk
Organizational Change. Administrative Science Quarterly,
43(1), 58. https://doi.org/10.2307/2393591
Ibrahim, H., Samad, M. F. A., & Amir, A. (2008). Board
Structure and Corporate Performance: Evidence from
Public-Listed Family-Ownership in Malaysia. SSRN
39

Electronic Journal, 1–23.


https://doi.org/10.2139/ssrn.1292182
Jannah, M. (2014). Strategi Inovasi Produk dalam Mencapai
Keunggulan Kompetitif. Jurnal Ekonomi Islam, 5(1), 1–15.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.32678/ijei.v5i1.20
Januarti, I. (2004). Pendekatan Dan Kritik Teori Akuntansi
Positif. Jurnal Akuntansi Dan Auditing (JAA), Volume
1(Nomor 1), 83–94.
Kim, H., & Han, S. H. (2018). Compensation structure of
family business groups. Pacific Basin Finance Journal,
51(April), 376–391.
https://doi.org/10.1016/j.pacfin.2018.09.002
Leonard, D., & Sensiper, S. (1998). The Role of Tacit
Knowledge in Group Innovation. California Management
Review, 40(3), 112–132.
https://doi.org/doi.org/10.2307%2F41165946
Lind, A., Douglas, W. G., Marchal & Samuel, A., & Wathen.
(2014). Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis dan
Ekonomi (15th ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Makri, M., Lane, P. J., & Gomez-mejia, L. R. (2006). CEO
Incentives, Innovation, And Performance In
Technology-Intensive Firms : Behavior-Based Incentive
Schemes. Strategic Management Journal, 27(11), 1057–
1080. https://doi.org/10.1002/smj
Martinez, A. L., & Ramalho, G. C. (2014). Family Firms and
Tax Aggressiveness in Brazil, 7(3), 129–136.
https://doi.org/10.5539/ibr.v7n3p129
Miller, D., Le Breton-Miller, I., Lester, R. H., & Cannella, A. A.
(2007). Are family firms really superior performers?
Journal of Corporate Finance, 13(5), 829–858.
https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2007.03.004
Morgan, R. E., & Strong, C. A. (2003). Business performance
and dimensions of strategic orientation, 56, 1992–1994.
Nawawi, H. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gajah Mada
University-Press.
Ngui, C. Y. K. (2002). Asian Family Businesses: From Riches to
40

Rags? Malaysian Business (2nd ed.).


Roxas, B., Battisti, M., & Deakins, D. (2014). Learning,
innovation and firm performance: Knowledge
management in small firms. Knowledge Management
Research and Practice, 12(4), 443–453.
https://doi.org/10.1057/kmrp.2012.66
Sarwono, J. (2013). Statistik Multivariat untuk Riset Skripsi. (N.
WK, Ed.) (1st ed.). Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Setyorini, C. T., & Ishak, Z. (2012). Corporate social and
environmental disclosure: A positive accounting theory
view point. International Journal of Business and Social
Science, 3(9), 152–164.
Shanker, M. C., & Astrachan, J. H. (1996). Myths and
Realities : Family Businesses ’ Contribution to the US
Economy — A Framework for Assessing Family
Business Statistics. Family Business Review, 9(2), 107–123.
Sudana, I. M. (2011). Teori & Praktik Manajemen Keuangan
Perusahaan. Surabaya: Erlangga.
Sugiyono. (2007). Statistik Untuk Penelitian. (E. Mulyatiningsih,
Ed.) (12th ed.). Bandung: CV. Alfabeta.
Susanto, A. B., Susanto, P., Himawan, W., & Mertosono, S.
(2007). The Jakarta Consulting Group on Family Business.
Jakarta: The Jakarta Consulting Group.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi
(First). Yogyakarta: Kanisius.
Tjandrakirana, R., & Monika, M. (2014). Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Manajemen Dan Bisnis Sriwijaya, 12(1), 1–16.
Villalonga, B., & Amit, R. (2006). How do family ownership,
control and management affect firm value? Journal of
Financial Economics, 80(2), 385–417.
https://doi.org/10.1016/j.jfineco.2004.12.005
Wasiati, H. (2018). Pengaruh Reward, Punishment terhadap
kinerja pegawai dengan kepuasan kerja sebagai variabel
intervening. Upajiwa, 2(1), 44–57.
Westhead, P., & Cowling, M. (1997). Performance contrasts
41

between family and non-family unquoted companies in


the UK. International Journal of Entrepreneurial Behaviour
& Research, 3(1), 30–52.
https://doi.org/10.1108/13552559710170892
Zahra, S. A., & Pearce, J. A. (1989). Boards of Directors and
Corporate Financial Performance: A Review and
Integrative Model. Journal of Management, 15(1), 291–334.
https://doi.org/10.1177/014920638901500208
42
LAMPIRAN
N Hubungan Kepemilikan
Nama Perusahaan CEO
O Keluarga Keluarga
1 Keck Seng (Malaysia) Berhad Ho Kim Swee @ Ho Kian Guan √ 20.50%
2 Ksl Holdings Berhad [S] Ku Hwa Seng √ 21.11%
Tan Sri Dato' Seri Ir.
3 Sapura Industrial Berhad [S] √ 21.20%
Shamsuddin Bin Abdul Kadir
Tan Sri Dato’ Sri Dr. Abdul Aziz
4 Chuan Huat Resources Bhd [S] √ 21.50%
Bin Abdul Rahman
5 Scgm Bhd [S] Dato' Sri Lee Hook Seng √ 21.90%
Tan Hon Kiat @ Tan Hoon
6 Gromutual Berhad [S] √ 23.00%
Siong
7 Notion Vtec Berhad [S] Thoo Chow Fah √ 23.11%
8 Karyon Industries Berhad [S] Loh Chen Yook √ 23.40%
9 Tsh Resources Berhad [S] Datuk (Dr.) Kelvin Tan Aik Pen √ 23.90%
10 Magni-Tech Industries Berhad [S] Tan Sri Dato’ Seri Tan Kok Ping √ 24.00%
Dato' Seri Chew Weng Khak @
11 Pensonic Holdings Berhad [S] √ 24.29%
Chew Weng Kiak
12 Focus Lumber Berhad Pang Chee Khiong √ 24.60%
13 Dancomech Holdings Berhad Datuk Zainal Abidin Bin Ujud √ 24.84%
14 Astral Asia Berhad [S] Dato’ Lim Kang Poh √ 27.10%
N Hubungan Kepemilikan
Nama Perusahaan CEO
O Keluarga Keluarga
15 Cam Resources Berhad [S] Lee Chin Yen √ 29.00%
16 Golden Land Berhad Beh Sui Loon √ 29.50%
17 Yinson Holdings Berhad [S] Mr Lim Han Weng √ 32.90%
Ho Sue San @ David Ho Sue
18 Hovid Berhad [S] √ 33.70%
San
Tan Sri Datuk Dr Yusof Bin
19 Cb Industrial Product Holding Berhad [S] √ 35.00%
Basiran
20 Oriental Food Industries Holdings Berhad [S] Tan Sri Dato’azizan Bin Husain √ 35.20%
Dato’ Haji Shaharuddin Bin
21 Latitude Tree Holdings Berhad √ 36.70%
Haji Haron
22 New Hoong Fatt Holdings Berhad [S] Kam Foong Keng √ 37.61%
Mr. Ang Kim Cheng @ Ang
23 Multi-Usage Holdings Berhad [S] √ 37.61%
Teng Kok
24 Advance Synergy Berhad [S] Dato’ Ahmad Sebi Bakar √ 38.55%
Soo Thien Ming @ Soo Thien
25 Hwa Tai Industries Berhad [S] √ 41.30%
See
47.85%
Dato’ Teoh Boon Beng @ Teoh
26 Ntpm Holdings Berhad [S] √
Eng Kuan
Dr Asairinachan @ Aravinachan
27 Ivory Properties Group Berhad [S] √ 49.90%
A/L Kunjamboo
28 Asia File Corporation Bhd [S] Dato’’ Lim Soon Huat √ 50.50%

43
N Hubungan Kepemilikan

44
Nama Perusahaan CEO
O Keluarga Keluarga
29 Pestech International Berhad [S] Lim Ah Hock √ 53.73%
30 Analabs Resources Berhad [S] Kan Yow Kheong √ 54.00%
31 Ideal United Bintang International Berhad [S] Tan Sri Datuk Ooi Kee Liang √ 54.30%
32 Cyl Corporation Berhad [S] Tan Sri Abu Talib Bin Othman √ 57.00%
Tan Sri Dato’ Mohamed Mansor
33 Glomac Berhad [S] √ 62.60%
Bin Fateh Din
34 Paragon Globe Berhad Tan Sri Dato’ Tan Hua Choon √ 63.83%
35 George Kent (Malaysia) Berhad [S] Tan Sri Dato’ Tan Kay Hock √ 71.90%
36 Tong Herr Resources Berhad [S] Tsai Ming Ti √ 90.10%

Anda mungkin juga menyukai