Anda di halaman 1dari 6

ANKILOSTOMIASIS

(INFEKSI CACING TAMBANG)


No Dokumen : /SOP.PKM/I/2020
Edisi/Revisi : 1 /0
SOP
Tanggal Terbit : 02 /01 /2020
Halaman : 1 /5
UPT Puskesmas Khamdan
Sindangresmi Pramana
1. Pengertian Penyakit yang disebabkan oleh infestasi parasit Necator americanus
dan Ancylostoma duodenale. Di Indonesia infeksi oleh N.
americanus lebih sering dijumpai dibandingkan infeksi oleh
A.duodenale. Hospes parasit ini adalah manusia, cacing ini
menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis. Diperkirakan sekitar
576 – 740 juta orang di dunia terinfeksi dengan cacing tambang. Di
Indonesia insiden tertinggi ditemukan terutama didaerah pedesaan
khususnya perkebunan. Seringkali golongan pekerja perkebunan
yang langsung berhubungan dengan tanah, mendapat infeksi lebih
dari 70%. Dari suatu penelitian diperoleh bahwa separuh dari
anak-anak yang telah terinfeksi sebelum usia 5 tahun, 90% terinfeksi
pada usia 9 tahun. Intensitas infeksi meningkat sampai usia 6-7 tahun
dan kemudian stabil.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan
pasien dengan ankilostomiasis atau penyakit cacing tambang
3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Sindangresmi Nomor .800/ /
SK.PKM/I/2020 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
4. Referensi Permenkes RI Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur Alat dan Bahan :
1. ATK
2. Tensimeter
3. Stetoskop
4. Timbangan
5. Timer
6. Rekam medis
6. Langkah – Hasil Anamnesis (Subjective)
langkah
Keluhan
Migrasi larva
1. Sewaktu menembus kulit, bakteri piogenik dapat terikut masuk
pada saat larva menembus kulit, menimbulkan rasa gatal pada
kulit (ground itch). Creeping eruption (cutaneous larva
migrans), umumnya disebabkan larva cacing tambang yang
berasal dari hewan seperti kucing ataupun anjing, tetapi kadang-
kadang dapat disebabkan oleh larva Necator americanus ataupun
Ancylostoma duodenale.
2. Sewaktu larva melewati paru, dapat terjadi pneumonitis, tetapi
tidak sesering oleh larva Ascaris lumbricoides.

Cacing dewasa
Cacing dewasa umumnya hidup di sepertiga bagian atas usus halus
dan melekat pada mukosa usus. Gejala klinis yang sering terjadi
tergantung pada berat ringannya infeksi; makin berat infeksi
manifestasi klinis yang terjadi semakin mencolok seperti :
1. Gangguan gastro-intestinal yaitu anoreksia, mual, muntah, diare,
penurunan berat badan, nyeri pada daerah sekitar duodenum,
jejunum dan ileum.
2. Pada pemeriksaan laboratorium, umumnya dijumpai anemia
hipokromik mikrositik.
3. Pada anak, dijumpai adanya korelasi positif antara infeksi sedang
dan berat dengan tingkat kecerdasan anak.

Bila penyakit berlangsung kronis, akan timbul gejala anemia,


hipoalbuminemiadan edema. Hemoglobin kurang dari 5 g/dL
dihubungkan dengan gagal jantung dan kematian yang tiba-tiba.
Patogenesis anemia pada infeksi cacaing tambang tergantung pada 3
faktor yaitu:
1. Kandungan besi dalam makanan
2. Status cadangan besi dalam tubuh pasien
3. Intensitas dan lamanya infeksi

Faktor Risiko
1. Kurangnya penggunaan jamban keluarga
2. Kebiasaan menggunakan tinja sebagai pupuk
3. Tidak menggunakan alas kaki saat bersentuhan dengan tanah
4. Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Gejala dan tanda klinis infestasi cacing tambang bergantung pada
jenis spesies cacing, jumlah cacing, dan keadaan gizi penderita.

Pemeriksaan Fisik
1. Konjungtiva pucat
2. Perubahan pada kulit (telapak kaki) bila banyak larva yang
menembus kulit, disebut sebagai ground itch.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopik pada tinja segar ditemukan telur atau
larva atau cacing dewasa.

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.

Klasifikasi:
1. Nekatoriasis
2. Ankilostomiasis

Diagnosis Banding: -

Komplikasi: anemia, jika menimbulkan perdarahan.

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
1. Memberi pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya
kebersihan diri dan lingkungan, antara lain:
a. Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga.
b. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk
c. Menggunakan alas kaki, terutama saat berkontak dengan
tanah.

2. Farmakologis
a. Pemberian Pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB, atau
b. Mebendazole 100 mg, 2 x sehari, selama 3 hari berturut-turut,
atau
c. Albendazole untuk anak di atas 2 tahun 400 mg, dosis tunggal,
sedangkan pada anak yang lebih kecil diberikan dengan dosis
separuhnya. Tidak diberikan pada wanita hamil. Creeping eruption:
tiabendazol topikal selama 1 minggu. Untuk cutaneous laeva
migrans pengobatan dengan Albendazol 400 mg selama 5 hari
berturut-turut.
d. Sulfasferosus

Konseling dan Edukasi


Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai
pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu antara
lain:

1. Sebaiknya masing-masing keluarga memiliki jamban


keluarga.
2. Sehingga kotoran manusia tidak menimbulkan pencemaran pada
tanah disekitar lingkungan tempat tinggal kita.
3. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk.
4. Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja
manusia.
5. Menggunakan sarung tangan jika ingin mengelola
limbah/sampah.
6. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukkan aktifitas
dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
7. Menggunakan alas kaki saat berkontak dengan tanah. Kriteria

Rujukan: -

Peralatan
1. Peralatan laboratorium mikroskopis sederhana untuk pemeriksaan
spesimen tinja.
2. Peralatan laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin.

Prognosis
Penyakit ini umumnya memiliki prognosis bonam, jarang
menimbulkan kondisi klinis yang berat, kecuali terjadi perdarahan
dalam waktu yang lama sehingga terjadi anemia.
7. Bagan Alir

melakukan vital menegakan diagnose


Melakukan berdasarkan hasil
sign dan
anamnesis pemeriksaan
pemeriksaan
fisik

menulis hasil Memberikan tata


menulis laksana pada pasien
anamnesa,
diagnose sesuai hasil
pemeriksaan dan
pasien ke pemeriksaan
diagnose ke
8. Hal Yang
Perlu
Diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Ruang Pemeriksaan Umum
2. Ugd
3. Puskesmas Pembantu
10 Dokumen Rekam Medik
. Terkait

No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai


Diberlakukan
ANKILOSTOMIASIS
(INFEKSI CACING TAMBANG)
No. Dokumen : /SOP.PKM/ I /2020
Tgl. Terbit : 02 / 01 /2020
DAFTAR
PUSKESMAS Edisi/ Revisi : 1 /0
SINDANGRESMI TILIK
Tgl. Berlaku : 02 / 01 /2020
Halaman : 1/1
Unit :
Nama Petugas :
Tanggal Pelaksanaan :

No Kegiatan Ya Tidak Tidak


Berlaku
1. Apakah Petugas Melakukan anamnesis
pada pasien ?
2. Apakah Petugas melakukan vital sign dan
pemeriksaan fisik ?
3. Apakah Petugas Memberikan tata laksana
pada pasien sesuai hasil pemeriksaan
?
4. Apakah menulis hasil anamnesa,
pemeriksaan dan diagnose ke rekam
medic ?
5. Apakah Petugas Menulis di buku Register
pasien?

CR : ..................%

Sindangresmi, .....................20
Pelaksana/Auditor

(.....................................)

Anda mungkin juga menyukai