HARMONISASI
BELANJA APBN-APBD
BIDANG KESEHATAN
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Provinsi Sumatera Selatan
BAB I Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan dan Ruang Lingkup 9
1.3. Metode Analisis 9
BAB IV Analisis 20
4.1. Peran Belanja Pemerintah dalam Mendorong Indikator Pembangunan 20
4.2. Laporan FGD Pendalaman atas Analisis Harmonisasi Belanja 24
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada Fungsi Kesehatan
i
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Tujuan dan Sasaran RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019- 3
2023
Tabel 1.2. Sasaran dan Target Makro Pembangunan Fungsi Kesehatan sesuai 4
dengan Indikator Kinerja Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021
Tabel 1.3. Kinerja Usia Harapan Hidup Lingkup Sumatera Selatan 4
Tabel 1.4. Harmonisasi Belanja K/L dan DAK Fisik Provinsi Sumatera Selatan 5
TA 2021
Tabel 1.5 Harmonisasi Belanja K/L dan DAK Non Fisik Prov. Sumatera Selatan 6
TA 2021
Tabel 1.6 Harmonisasi Belanja K/L dan Dana Desa Prov. Sumatera Selatan TA 7
2021
Tabel 1.7 Daftar Prioritas Nasional dan Major Project di Prov. Sumatera Selatan 8
TA 2021
Tabel 1.8 Harmonisasi Belanja K/L dengan Prioritas Nasional/Daerah di Prov. 8
Sumatera Selatan TA 2021
Tabel 2.1 Tren capaian UHH Kabupaten/Kota dalam lima tahun (2016-2021) 11
dibandingkan dengan UHH Provinsi dan Nasional
Tabel 3.1 Proporsi Alokasi Belanja Fungsi Kesehatan Lingkup Kab/Kota 12
Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
Tabel 3.2 Alokasi Belanja Fungsi Kesehatan Lingkup Kab/Kota Wilayah Provinsi 13
Sumatera Selatan
Tabel 3.3 Realisasi Belanja Fungsi Kesehatan Lingkup Kab/Kota Wilayah 14
Provinsi Sumatera Selatan
Tabel 3.4 Tren Perubahan Alokasi Belanja K/L Fungsi Kesehatan Periode 2016 14
- 2020
Tabel 3.5 Tren Perubahan Realisasi Belanja K/L Fungsi Kesehatan Periode 15
2016-2020
Tabel 3.6 Proporsi Anggaran Belanja Fungsi Kesehatan Terhadap Anggaran 17
Total Lingkup Sumatera Selatan per Pemda dalam lima tahun (2016-
2021
Tabel 3.7 Tren Anggaran Belanja Fungsi Kesehatan Lingkup Sumatera Selatan 18
2016-2021
Tabel 3.8 Tren Realisasi Belanja Fungsi Kesehatan Lingkup Sumatera Selatan 19
2016-2021
ii
Daftar Grafik
Grafik 2.1. Tren capaian UHH Provinsi dalam lima tahun (2016-2021) 10
dibandingkan dengan UHH Nasional
Grafik 3.1. Alokasi dan Realisasi Belanja Fungsi Kesehatan Provinsi Sumatera 13
Seladan
Grafik 3.2 Tren Perubahan Alokasi Belanja K/L Fungsi Kesehatan Periode 2016- 15
2020
Grafik 3.3 Tren Perubahan Realisasi Belanja K/L Fungsi Kesehatan Periode 15
2016 - 2020
Grafik 3.4 Proporsi Anggaran Belanja Fungsi Kesehatan Terhadap Anggaran 16
Total Lingkup Sumatera Selatan dalam lima tahun (2016-2021)
Grafik 3.5 Tren Anggaran Belanja Fungsi Kesehatan Lingkup Sumatera Selatan 18
2016-2021
Grafik 3.6 Tren Realisasi Belanja Fungsi Kesehatan Lingkup Sumatera Selatan 19
2016-2021
iii
Laporan Harmonisasi Belanja APBN-APBD Bidang Kesehatan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Provinsi Sumatera Selatan
Selanjutnya kebijakan fiskal yang merupakan alat pemerintah pusat maupun daerah
untuk mencapai sasaran pembangunan dan kesejahteraan masyarakat dapat
dituangkan sesuai dengan Amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 3 yang menyebutkan
Perencanaan Pembangunan Daerah disusun secara terpadu oleh Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya. Salah satu hasil dari perencanaan pembangunan
adalah Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
1
RKPD merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP), memuat rancangan
kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha. RKPD menjadi
dasar penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) yang akan diusulkan oleh kepada daerah untuk disepakati
bersama dengan DPRD sebagai landasan penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD).
RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019-2023 merupakan RPJMD Keempat dari
tahapan pelaksanaan RPJPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005-2025. Oleh
sebab itu untuk periode ini, memiliki nilai strategis yang sangat tinggi, karena RPJMD
ini merupakan periode terakhir dimana tuntutan untuk mencapai target RPJPD juga
memasuki periode terakhir.
Tidak terlepas dari hal tersebut diatas, yang menjadi perumusan kebijakan fiskal yang
efektif dan efisien merupakan upaya pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian
yang dilakukan melalui pengaturan atas besaran pendapatan dan belanja pemerintah
setiap tahun yang tercermin dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Belanja pemerintah
sendiri merupakan salah satu komponen pembentuk dari PDB/PDRB, sehingga
besarannya akan secara langsung berpengaruh terhadap output ekonomi. Selain
dampak langsung terhadap nominal PDB/PDRB tersebut, belanja pemerintah
diharapkan memberikan multiplier effect, untuk menggerakkan sektor-sektor lain agar
dapat tumbuh.
2
berkomitmen dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dari segi peningkatan
layanan kesehatan.
1.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah Fungsi Kesehatan
Misi 2: Meningkatkan kualitas SDM, baik laki-laki maupun perempuan, yang sehat,
berpendidikan, profesional, dan menjunjung tinggi nilai keimanan, ketaqwaan,
kejujuran, dan integritas.
Berdasarkan visi dan misi pembangunan Provinsi Sumatera Selatan dan RPJMD
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019-2023, tujuan dan sasaran pembangunan
daerah dapat terlihat dari target-target pembangunan yang akan dicapai dalam lima
tahun ke depan, yaitu:
Tabel 1.1. Tujuan dan Sasaran RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019-2023
No
Misi Tujuan Sasaran
Misi.
Meningkatkan kualitas SDM, naik 1. Meningkatnya Derajat Kesehatan Masyarakat (Maju
1. Meningkatkan
laki-laki maupun perempuan, yang Kesehatan Masyarakat)
Kualitas Sumber
2. sehat, berpendidikan, profesional, 2. Meningkatnya Akses Pendidikan Berkualitas (Maju
Daya Manusia
dan menjunjung tinggi nilai Akses Pendidikan Berkualitas)
keimanan, ketaqwaan, kejujuran, 2. Meningkatnya 3. Meningkatnya Pembangunan Gender dan Perlindungan
3
dan integritas Kesetaraan dan Anak (Maju Pembangunan Responsif Gender dan
Keadilan Gender Perlindungan Anak)
Sumber: RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019-2023
4
Daerah melalui Pemanfaatan DAK Fisik, DAK Non Fisik dan Dana Desa yang
disalurkan KPPN. Selian itu juga perlu dilakukan harmonisasi Major Project Prioritas
Nasional di RKP TA 2021 dengan dukungan anggaran di daerah.
1.3.1. Harmonisasi Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) dengan DAK Fisik
DAK Fisik merupakan dana yang bersumber dari Pendapatan APBN, yang
dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus fisik
yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Mekanisme
Penyaluran DAK Fisik mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan nomor
130/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik. Penyaluran DAK
Fisik (Realisasi SP2D BUN) TA 2021 di Provinsi Sumatera Selatan, mencapai
Rp181,80 miliar.
Tabel 1.4 Harmonisasi Belanja K/L dan DAK Fisik Provinsi Sumatera Selatan TA 2021
Kategori Satuan K/L Bidang DAK Fisik
Capaian Realisasi Anggaran Capaian Realisasi Anggaran
Output Output
Pengadaan Unit Faskes 1,681 140,152,116,181 Kesehatan 115 168,915,964,012
Alat (Rehabilitasi
Kesehatan, Sarana
Laboratorium Puskesmas dan
dan Karantina RS)
Kesehatan
KB (Alat/Obat Unit Faskes 665 21,653,385,604 Keluaraga 612 19,887,832,100
Kontrasepsi) Berencana
(Penurunan
Stunting)
Total 161,805,501,785 Total 188,803,796,112
Sumber: OM SPAN Per 31 Desember 2021 (31 Januari 2022, diolah)
Dari Bidang Kesehatan DAK Fisik yang telah salur di Sumatera Selatan, telah
selaras dengan Belanja yang dilaksanakan oleh satker vertikal dari
Kementerian/Lembaga yang ada di Sumatera Selatan yang ditandai dengan besaran
perbandingan realisasi antara Belanja DAK Fisik dengan Belanja K/L mencapai 117
persen. Analisis sinkronisasi dilakukan berdasarkan kesamaan output DAK Fisik
dengan belanja Proyek Prioritas.
Dalam rangka penanganan Covid- 19 dan penurunan stunting, yakni Revitalisasi
Fasilitas Kesehatan dan KB yang diterima oleh fasilitas kesehatan, jumlah realisasi
anggaran pada DAK Fisik lebih besar dibandingkan nilai Belanja K/L di Sumatera
Selatan. Berdasarkan analisis sinkronisasi pada output kegiatan yang terealisasi
sampai dengan tanggal 31 Desember TA 2021, diperoleh bahwa:
a) 3 Proyek Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan dari satker K/L
dalam bentuk Fasilitasi dan Pembinaan Pemerintah Daerah telah terealisasi
sebesar Rp533,89 Juta sebagai bentuk penyiapan peningkatan kualitas dari Tenaga
Kesehatan Daerah. Proyek tersebut telah sinkron dengan penyerapan DAK Fisik
5
dalam menyediakan Fasilitas Kesehatan seperti 1 unit RS Pratama, 13 unit ruang
Puskesmas, 5 unit ruang Rawat Inap, 3 unit gedung puskesmas, 4 unit ruang
operasi, 3 unit UTD/BDRS dan 6 unit instalasi pengolahan limbah sebagai output
kegiatan Pembangunan/Rehabilitasi Puskesmas dan RS, Pembangunan RS
Pratama, Penyediaan prasarana RS dan Puskesmas yang telah terserap sebesar
Rp90,78 Miliar;
b) Proyek Pemenuhan dan Peningkatan Daya Saing Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan yang juga menghasilkan output yang bersifat Pembinaan, Pengawasan
dan Pengendalian telah terealisasi sebesar Rp60 Juta. Proyek tersebut telah
sinkron dengan penyerapan DAK Fisik sebesar Rp33,77 Miliar melalui Kegiatan
Penyediaan alat kesehatan untuk 34 ruang operasi, 30 ruang rawat inap, 18 ruang
rawat jalan, 1 unit ICCU, 27 unit Lansia Kit, 12 unit Keperawatan Kit, 13 unit
UTD/BDRS, 7 Set Umum, 6 Bidan Kit,14 UKS Kit, 4 UKGS Kit, dan 4 sarana cold
chain.
c) Proyek Peningkatan Efektifitas Pengawasan Obat dan makanan dengan output
Fasilitasi, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian telah terealisasi sebesar
Rp3,5 Miliar, sinkron dengan pemanfaatan DAK Fisik sebesar Rp8,48 Miliar untuk
Penyediaan 109 paket Obat.
1.3.2. Harmonisasi Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) dengan DAK Non Fisik
Dana Alokasi Khusus Non Fisik (DAK-Non Fisik) adalah Dana Alokasi Khusus
Nonfisik adalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah dengan tujuan
untuk membantu mendanai Kegiatan khusus nonfisik yang merupakan urusan daerah.
Untuk lingkup Sumatera Selatan, DAK Non Fisik yang telah salur sebesar Rp.
430.245.248.000,-.
Dari 2 Bidang DAK Non Fisik yang telah salur di Sumatera Selatan, telah selaras
dengan Belanja yang dilaksanakan oleh satker vertikal dari Kementerian/Lembaga
yang ada di Sumatera Selatan. Hal tersebut ditandai dengan besaran perbandingan
realisasi antara Belanja DAK Non Fisik dengan Belanja K/L mencapai 155 persen.
Tabel 1.5 Harmonisasi Belanja K/L dan DAK Non Fisik Prov. Sumatera Selatan TA 2021
Kategori Satuan K/L Bidang DAK Non Fisik
6
Kesehatan
Sumber: OM SPAN DAN Simtrada Per 31 Desember 2021 (31 Januari 2022, diolah)
Dalam rangka penanganan Covid- 19 dan penurunan stunting, yakni Bantuan
Operasional Kesehatan dan KB yang diterima oleh fasilitas kesehatan, jumlah realisasi
anggaran dan capaian output pada DAK Non Fisik juga lebih besar dibandingkan nilai
Belanja K/L di Sumatera Selatan.
1.3.3. Harmonisasi Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) dengan Dana Desa
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelanggraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Total penyaluran Dana Desa yang
berkaitan dengan fungsi kesehatan pada tahun 2021 adalalah sebesar Rp21,92 miliar.
Tabel 1.6 Harmonisasi Belanja K/L dan Dana Desa Prov. Sumatera Selatan TA 2021
K/L Dana Desa
Kategori Satuan Capaian Realisasi Jenis Output Capaian Realisasi
Output Anggaran Output Anggaran
Fasilitas
Unit 4.587 255.655.058.698 Posyandu/Polindes/PKD 414 21.923.412.319
Kesehatan
Sumber: OM SPAN, Simtrada dan Data TAPM Per 31 Desember 2021 (31 Januari 2022, diolah)
Sinkronisasi Pemanfaatan Dana Desa tampak melalui Penyelenggaraan Desa
Siaga Kesehatan, Pemeliharaan Sarana/Prasarana Posyandu/Polindes/PKD,
Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan, Kelas Ibu Hamil, Kelas Lansia,
Insentif Kader Posyandu), Pembinaan Palang Merah Remaja tingkat Desa,
Penyelenggaraan Pos Kesehatan Desa/Polindes Milik Desa (Obat-obatan, Tambahan
Insentif Bidan Desa/Perawat Desa, Penyediaan Pelayanan KB dan Alat Kontrasepsi
bagi Keluarga Miskin, dst), Penyuluhan dan Pelatihan Bidang Kesehatan (untuk
Masyarakat, Tenaga Kesehatan, Kader Kesehatan, dll), Pembinaan dan Pengawasan
Upaya Kesehatan Tradisional dengan realisasi sebesar Rp21,92 Miliar
1.3.4. Harmonisasi Belanja Pusat-Daerah Berbasis Prioritas Nasional pada
RPJMN/D
Harmonisasi belanja dengan prioritas nasional pada RPJMN/D dilaksanakan
dalam rangka keseuaian belanja yang dilaksanakan dengan prioritas yang telah
ditetapkan dan mendorong pemerataan pembangunan daerah. Dari prioritas nasional
tersebut diturunkan lagi ke dalam Major Project yang tersebar dan menjadi
kewenangan beberapa Kementerian/Lembaga. Di Sumatera Selatan terdapat tiga
7
prioritas nasional yang dijabarkan dalam 6 Major Project yang dijabarkan pada tabel
1.7.
Tabel 1.7 Daftar Prioritas Nasional dan Major Project di Prov. Sumatera Selatan TA 2021
No Prioritas Nasional Major Project
Prioritas
2 Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Pengembangan Wilayah Metropolitan
Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan (WM): Palembang, Denpasar,
Banjarmasin, Makassar
Sumber:Kertas Kerja Harmonisasai Per 31 Desember 2021 (31 Januari 2022, diolah)
Dari 6 Major Project yang termasuk lingkup Sumatera Selatan diturunkan lagi
menjadi 2 kelompok target yang memiliki alokasi anggaran yang berkaitan dengan di
Tahun 2021 seperti yang dijelaskan dalam tabel 1.8.
Tabel 1.8 Harmonisasi Belanja K/L dengan Prioritas Nasional/Daerah di Prov. Sumatera Selatan TA 2021
Target 2021 BELANJA PUSAT (K/L) CAPAIAN CAPAIAN
BELANJA PUSAT BELANJA
DAERAH
Memperkuat sistem kesehatan Kemenkes, BPOM, 21,557,743,639 532,130,735,012
nasional untuk memperkuat Kemenhan/TNI, Polri,
upaya promotif dan preventif Kemenristek, Kemendikbud,
(meningkatkan ketahanan KemenPANRB
kesehatan (health security)
serta pemenuhan sumber daya
kesehatan(sarpras, farmasi,
dan alkes) dan tenaga
kesehatan.
AKI turun menjadi 217/100k Kemenkes, BKKBN, 4,549,333,838 43,022,284,652
kelahiran hidup Kemendikbud, Kemen
PUPR, BPOM, Kemendagri,
Prevalensi stunting pada balita 14 K/L Lainnya ,serta 1,779,270,670 189,449,466,040
menurun 21,10% pemda
Total 27.886.348.147 764.602.485.704
Sumber: KK Harmonisasi OM SPAN, Simtrada dan Data TAPM Per 31 Desember 2021 (diolah)
Dari kelompok target prioritas nasional TA 2021 yang ada di Sumatera Selatan,
untuk capaian pada 3 kategori di belanja daerah telah selaras dengan belanja yang
dilaksanakan oleh satker vertikal dari Kementerian/Lembaga yang ada di Sumatera
Selatan. Hal ini ditandai dengan Belanja Daerah difokuskan untuk peningkatan sistem
kesehatan dalam rangka penanganan covid-19, memperkuat sistem kesehatan
8
nasional untuk memperkuat upaya promotif dan preventif (meningkatkan ketahanan
kesehatan (health security) serta pemenuhan sumber daya kesehatan (sarpras,
farmasi, dan alkes) dan tenaga kesehatan. Total realisasi untuk peningkatan sistem
kesehatan, sebesar Rp.532 miliar. Hal ini juga sejalan dengan prioritas nasional untuk
meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing.
1.2. Tujuan dan Ruang Lingkup
Tujuan dari penyusunan kajian ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pemetaan indikator kesehatan dari sisi Umur Harapan Hidup (UHH)
pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
b. Mengetahui overview peran belanja Fungsi Kesehatan pada APBN dan APBD
terhadap Umur Harapan Hidup.
c. Mengevaluasi keselarasan antara belanja pemerintah pusat dan daerah pada
belanja Fungsi Kesehatan.
Sedangkan ruang lingkup data kajian ini ialah belanja Fungsi Keshatan pada 18
pemda lingkup Sumatera Selatan dan data Angka Usia Harapan Hidup yang dimulai
dari periode 2016 s.d 2021
1.3. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisi deskriptif untuk menggambarkan
perkembangan alokasi dan realisasi bidang kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan.
Selain itu untuk mengetahui hubungan antara belanja pemerintah per fungsi kesehatan
seluruh kabupaten /kota, baik dari APBN maupun APBD, dengan indikator Umur
Harapan Hidup setiap Kabupaten/Kota, penelitian ini menggunakan analisis korelasi.
Korelasi merupakan istilah yang digunakan untuk mengukur hubungan antar variabel.
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel.
Dalam hal ini antara variabel Umur Harapan Hidup dengan Belanja Pemerintah Fungsi
Kesehatan.
9
BAB II
Perkembangan Indikator Kesehatan
2.1. Umur Harapan Hidup (UHH)
Umur Harapan Hidup merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai
derajat kesehatan penduduk. UHH dihitung dari jumlah rata-rata usia yang diperkirakan
pada seseorang atas dasar angka kematian pada masa tersebut yang cenderung tidak
berubah di masa mendatang. UHH juga dapat digunakan sebagai tools untuk
melakukan evaluasi atas kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduk.
2.2. Tren capaian UHH provinsi dalam lima tahun (2016-2021) dibandingkan
dengan UHH Nasional
Jika dibandingkan dengan Usia Harapan Hidup Nasional, UHH Sumatera Selatan jauh
lebih rendah. Namun secara progress, UHH Sumatera Selatan terus meningkat setiap
tahunnya, dan dapat dilihat pada grafik 2.1. Pemda lingkup Sumatera Selatan
diharapkan lebih meningkatkan upaya dalam peningkatan UHH dimasing-masing
daerahnya agar bisa sama dengan target nasional.
Grafik 2.1 Tren capaian UHH Provinsi dalam lima tahun (2016-2021) dibandingkan dengan
UHH Nasional
71,47 71,57
71,34
71,2
71,06
70,9
69,88 69,98
69,65
69,41
69,16 69,18
10
di Sumatera Selatan. Namun secara progres, UHH pemda di Lingkup Sumatera
Selatan terus meningkat setiap tahunnya, dan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Pemda
lingkup Sumatera Selatan diharapkan lebih meningkatkan upaya dalam peningkatan
UHH dimasing-masing daerahnya agar bisa sama dengan target regional dan UHH
Nasional.
Tabel 2.1 Tren capaian UHH Kabupaten/Kota dalam lima tahun (2016-2021) dibandingkan
dengan UHH Provinsi dan Nasional
Kabupaten/Kota 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Ogan Komering Ulu 67.65 67.66 67.83 68.01 68.2 68.24
Ogan Komering Ilir 68.02 68.04 68.22 68.41 68.61 68.67
Muara Enim 68.07 68.14 68.38 68.63 68.9 69.02
Lahat 65.06 65.25 65.5 65.76 66.04 66.16
Musi Rawas 67.26 67.34 67.59 67.86 68.14 68.26
Musi Banyuasin 68.11 68.14 68.33 68.54 68.75 68.84
Banyuasin 68.33 68.36 68.55 68.76 68.97 69.06
Ogan Komering Ulu Selatan 66.16 66.24 66.49 66.76 67.04 67.07
Ogan Komering Ulu Timur 68.31 68.44 68.65 68.87 69.1 69.17
Ogan Ilir 64.65 64.72 64.96 65.21 65.48 65.6
Empat Lawang 64.25 64.32 64.56 64.81 65.08 65.13
Pali 67.68 67.7 67.88 68.07 68.27 68.33
Musi Rawas Utara 64.94 64.99 65.21 65.43 65.68 65.76
Palembang 70.05 70.1 70.32 70.54 70.79 71.01
Prabumulih 69.63 69.67 69.88 70.09 70.32 70.47
Pagar Alam 65.78 65.87 66.14 66.41 66.71 66.85
Lubuk Linggau 68.61 68.64 68.83 69.04 69.25 69.39
Sumatera Selatan 69.16 69.18 69.41 69.65 69.88 69.98
Nasional 70.90 71.06 71.20 71.34 71.47 71.57
Sumber: BPS diolah
11
BAB III
Perkembangan Belanja Pemerintah
12
alokasi Belanja K/L pada Fungsi Kesehatan. Sejak Tahun 2016, Alokasi belanja K/L
pada Fungsi Kesehatan diberikan hanya pada wilayah Provinsi Sumsel, Kota
Palembang, dan Kab. Ogan Komering Ulu.
Grafik 3.1. Alokasi dan Realisasi Belanja Fungsi Kesehatan Provinsi Sumatera
Seladan
100%
90%
80% 979,20 1.005,73
1.016,07 1.247,12 1.181,09
70% 1.008,70
60%
50%
40%
30% 1.181,74 1.209,67
1.188,81 1.322,82 1.322,80
20% 862,93
10%
0%
2015 2016 2017 2018 2019 2020
13
Kota Lubuk Linggau 18,39 - - - - -
Total 1.008,71 979,20 986,08 1.005,72 1.247,12 1.181,08
Sumber : http://ditpa.kemenkeu.go.id/monev/
Tingkat penyerapan Belanja K/L dengan Fungsi Kesehatan pada Tahun 2015 sebesar
116,89%. Sementara tingkat penyerapan periode 2016 - 2020 berkisar pada 82% -
94%. Realisasi atas alokasi belanja untuk Fungsi Kesehatan pada Wilayah Sumatera
Selatan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4 Tren Perubahan Alokasi Belanja K/L Fungsi Kesehatan Periode 2016 - 2020
Tren Perubahan Alokasi
Wilayah/Tahun
2016 2017 2018 2019 2020
Sumatera Selatan 213,28% -49,57% 11,79% -18,72% -74,21%
Kab. Ogan Komering Ulu -65,46% 8,13% -7,07% 20,53% 71,00%
Kota Palembang 54,11% 3,56% 1,52% 10,19% 1,29%
Total 36,94% 0,60% 1,76% 9,35% 0,02%
Sumber : http://ditpa.kemenkeu.go.id/monev/ (diolah)
Berdasarkan tabel diatas, tren Alokasi Belanja Fungsi Kesehatan sejak Tahun 2015 –
2020 cenderung meningkat setiap tahunnya . Namun ditahun 2020, penurunan terjadi
14
sebesar 0,02%. Bila digambarkan dalam grafik, trend perubahan tersebut adalah
sebagai berikut :
Grafik 3.2 Tren Perubahan Alokasi Belanja K/L Fungsi Kesehatan Periode 2016-2020
250,00%
200,00%
150,00%
100,00%
50,00%
0,00%
2016 2017 2018 2019 2020 2016
-50,00%
-100,00%
200,00%
150,00%
100,00%
50,00%
0,00%
2016 2017 2018 2019 2020
-50,00%
-100,00%
15
3.2. Belanja Daerah (APBD) Menurut Fungsi kesehatan
Belanja fungsi kesehatan merupakan salah satu mandatory spending dalam APBD.
Mandatory spending adalah belanja atau pengeluaran negara yang sudah diatur oleh
undang-undang. Tujuan mandatory spending ini adalah untuk mengurangi masalah
ketimpangan sosial dan ekonomi daerah. Besar anggaran kesehatan pemerintah
daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji (UU No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan).
Berdasarkan data APBD 2016 s.d 2020 untuk rata-rata lingkup Sumatera Selatan telah
sesuai dengan alokasi minimal 10% walaupun besaranya masih mengalami dinamika,
yang bisa dilihat pada grafik 3.4. Proporsi tertinggi terdapat pada tahun 2021, dalam
rangka penanganan Covid 19.
Grafik 3.4 Proporsi Anggaran Belanja Fungsi Kesehatan Terhadap Anggaran Total
Lingkup Sumatera Selatan dalam lima tahun (2016-2021)
13,00%
12,50% 12,37%
12,00%
11,52% 11,56%
11,50% 11,31%
11,00%
10,60% 10,55%
10,50%
10,00%
9,50%
Proporsi 2016Proporsi 2017Proporsi 2018Proporsi 2019Proporsi 2020Proporsi 2021
16
Tabel 3.6 Proporsi Anggaran Belanja Fungsi Kesehatan Terhadap Anggaran Total
Lingkup Sumatera Selatan per Pemda dalam lima tahun (2016-2021)
Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi
Pemda
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Prov. Sumatera Selatan 4.71% 7.18% 5.16% 3.85% 2.64% 4.60%
Kab. Lahat 10.68% 12.29% 11.77% 12.73% 12.86% 15.76%
Kab. Musi Banyuasin 12.02% 12.60% 10.65% 15.84% 21.61% 15.65%
Kab. Musi Rawas 13.92% 12.76% 17.05% 12.42% 13.85% 17.13%
Kab. Muara Enim 10.89% 17.00% 15.65% 14.31% 15.20% 17.94%
Kab. Ogan Komering Ilir 11.12% 11.23% 11.69% 13.45% 13.62% 14.33%
Kab. Ogan Komering Ulu 12.18% 11.93% 10.47% 11.76% 16.55% 13.70%
Kota Palembang 12.47% 13.54% 12.33% 11.93% 13.06% 14.90%
Kota Prabumulih 11.62% 15.58% 18.76% 14.66% 16.60% 21.86%
Kota Pagar Alam 10.95% 12.54% 12.88% 13.39% 18.45% 18.52%
Kota Lubuk Linggau 11.94% 20.51% 14.95% 15.95% 18.17% 17.35%
Kab. Banyuasin 13.72% 10.69% 12.95% 10.37% 10.60% 8.87%
Kab. Ogan Ilir 10.02% 8.85% 9.49% 9.73% 11.21% 13.81%
Kab. Ogan Komering Ulu
18.88% 15.22% 15.64% 14.61% 16.41% 17.32%
Timur
Kab. Ogan Komering Ulu
7.34% 10.92% 10.25% 9.28% 11.66% 12.38%
Selatan
Kab. Empat Lawang 10.50% 9.05% 9.64% 10.20% 12.76% 16.06%
Kab. Penukal Abab
8.30% 9.06% 7.75% 10.29% 12.15% 14.59%
Lematang Ilir
Kab. Musi Rawas Utara 12.40% 11.70% 14.89% 11.45% 11.12% 11.36%
Rata- Rata Lingkup Sumsel 10.60% 11.52% 11.31% 10.55% 11.56% 12.37%
Sumber: DJPK diolah
Berdasarkan FGD bersama Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, dari anggaran belanja
fungsi kesehatan sebagian besar peruntukkannya masih untuk kegiatan preventif
kuratif seperti pembayaran premi BPJS, akibat dari kenaian jumlah penduduk miskin
yang terus meningkat. Namun hal tersebut juga mandatory dari aturan jaminan
kesehatan, yang mewajibkan pemda melakukan sharing cost untuk jaminan kesehatan
masyarakat. Akibatnya, ruang fiskal alokasi untuk kegiatan promotif seperti penyuluhan
kesehatan sedikit terhambat.
Untuk tren pagu belanja fungsi kesehatan, konsisten mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Proporsi tertinggi terdapat pada tahun 2021, dalam rangka penanganan
Covid 19. Rincian lebih detail bisa dilihat pada grafik 3.5.
17
Grafik 3.5 Tren Anggaran Belanja Fungsi Kesehatan Lingkup Sumatera Selatan 2016-2021
Jika dirinci per pemda, besaran alokasi pagu untuk Fungsi Kesehatan masih
mengalami dinamika. Terdapat tiga pemda yang secara berkesinambungan
mengalokasikan anggaran yang meningkat setiap tahunnya untuk fungsi kesehatan,
yakni Pemkot Palembang, Kab. Ogan Ilir dan Kab. PALI. Rincian lebih detail bisa
dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.7 Tren Anggaran Belanja Fungsi Kesehatan Lingkup Sumatera Selatan 2016-2021
Pemda A2016 A2017 A2018 A2019 A2020 A2021
Prov. Sumatera Selatan 271,260,210,493 491,541,735,598 299,836,321,100 374,434,092,100 278,534,538,032 493,983,643,485
Kab. Lahat 211,388,837,420 225,690,150,648 216,361,096,027 275,019,685,298 262,621,925,697 312,065,213,586
Kab. Musi Banyuasin 363,479,189,677 344,313,907,800 341,158,251,323 432,943,678,498 708,880,258,583 477,970,637,877
Kab. Musi Rawas 242,944,217,469 189,941,141,000 286,725,241,000 236,699,219,403 237,511,425,650 313,901,282,210
Kab. Muara Enim 268,555,453,231 340,261,497,596 378,272,757,076 402,803,520,723 402,519,700,462 446,997,128,259
Kab. Ogan Komering Ilir 264,123,021,947 254,840,964,059 261,935,175,606 325,516,876,015 359,876,052,564 387,597,030,636
Kab. Ogan Komering Ulu 161,160,725,871 142,981,435,684 153,277,467,975 180,905,036,419 263,716,787,123 196,022,824,553
Kota Palembang 390,644,788,052 421,115,947,581 450,318,302,539 522,960,805,000 611,041,352,500 644,997,798,710
Kota Prabumulih 119,531,320,620 142,915,306,850 163,759,442,333 140,282,514,644 170,777,814,661 199,742,710,997
Kota Pagar Alam 100,997,744,718 94,792,006,086 106,455,787,551 116,816,493,359 136,764,046,901 131,798,241,242
Kota Lubuk Linggau 102,590,868,424 156,758,569,917 129,851,709,065 162,804,056,639 178,824,588,930 201,083,607,876
Kab. Banyuasin 257,003,522,086 202,763,101,528 263,652,623,286 274,297,701,315 258,578,531,655 239,241,442,225
Kab. Ogan Ilir 122,102,730,053 142,798,546,565 146,773,202,450 152,633,712,000 187,637,958,674 202,728,943,492
Kab. Ogan Komering Ulu Timur 246,741,114,961 239,393,300,221 258,436,799,324 292,655,050,436 301,222,552,814 292,978,157,596
Kab. Ogan Komering Ulu Selatan 93,326,525,482 125,334,833,500 133,552,847,328 124,137,694,514 171,879,666,475 163,629,272,130
Kab. Empat Lawang 89,259,904,446 77,855,913,280 91,711,453,386 99,669,434,346 140,677,924,687 187,760,345,356
Kab. Penukal Abab Lematang Ilir 71,260,732,069 81,911,473,338 122,513,447,674 163,061,507,673 172,678,546,433 181,975,875,664
Kab. Musi Rawas Utara 98,014,993,181 93,265,140,379 143,503,666,000 121,254,720,000 125,193,606,159 120,455,704,654
Total Sumsel 3,474,385,900,200 3,768,474,971,630 3,948,095,591,043 4,398,895,798,382 4,968,937,278,001 5,194,929,860,548
Sumber: DJPK diolah
Untuk tren realisasi belanja fungsi kesehatan, konsisten mengalami peningkatan setiap
tahunnya, namun sempat turun di tahun 2021. Proporsi tertinggi terdapat pada tahun
2020, dalam rangka penanganan Covid 19. Rincian lebih detail bisa dilihat pada grafik
3.6.
18
Grafik 3.6 Tren Realisasi Belanja Fungsi Kesehatan Lingkup Sumatera Selatan 2016-2021
120,00% 104,30%
100,35% 98,10%
94,77%
100,00%
81,07%
80,00%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
R2016 R2017 R2018 R2019 R2020
Sumber: DJPK diolah
Jika dirinci per pemda, besaran realisasi belanja untuk Fungsi Kesehatan masih
mengalami dinamika. Pemkab Musi Rawas adalah pemda yang secara
berkesinambungan realisasinya meningkat setiap tahunnya. Rincian lebih detail bisa
dilihat pada tabel 3.8
Tabel 3.8 Tren Realisasi Belanja Fungsi Kesehatan Lingkup Sumatera Selatan 2016-2021
Pemda R2016 R2017 R2018 R2019 R2020
Prov. Sumatera Selatan 69.65% 75.80% 144.47% 93.22% 136.03%
Kab. Lahat 87.95% 95.03% 95.63% 99.57% 83.18%
Kab. Musi Banyuasin 89.19% 109.82% 104.03% 114.62% 90.17%
Kab. Musi Rawas 9.58% 95.38% 100.18% 108.28% 128.23%
Kab. Muara Enim 109.50% 117.94% 93.77% 106.40% 114.38%
Kab. Ogan Komering Ilir 92.39% 91.36% 88.33% 94.86% 83.97%
Kab. Ogan Komering Ulu 97.84% 23.55% 122.47% 127.81% 93.51%
Kota Palembang 93.84% 104.87% 92.67% 97.17% 91.20%
Kota Prabumulih 102.95% 101.25% 102.51% 128.10% 97.40%
Kota Pagar Alam 5.60% 99.16% 93.39% 97.12% 94.37%
Kota Lubuk Linggau 95.11% 96.46% 99.96% 98.47% 93.95%
Kab. Banyuasin 92.31% 108.14% 98.98% 107.33% 117.69%
Kab. Ogan Ilir 36.88% 86.33% 93.19% 105.38% 100.17%
Kab. Ogan Komering Ulu Timur 91.20% 93.96% 99.93% 99.41% 94.72%
Kab. Ogan Komering Ulu Selatan 79.87% 83.26% 83.91% 115.14% 94.28%
Kab. Empat Lawang 92.55% 116.09% 97.45% 112.91% 98.72%
Kab. Penukal Abab Lematang Ilir 81.22% 97.24% 90.29% 103.18% 69.68%
Kab. Musi Rawas Utara 85.00% 89.70% 86.01% 92.83% 83.65%
Total Sumsel 81.07% 94.77% 100.35% 104.30% 98.10%
Sumber: DJPK diolah
19
BAB IV
Analisis
9E+12
8E+12
7E+12
6E+12
5E+12
4E+12
3E+12
2E+12
2015 2016 2017 2018 2019 2020
(Sumber : Diolah dari Aplikasi e-views)
20
Berdasarkan data diatas, dilakuan analisis statistik dengan penjelasan sebagai berikut :
Variabel Obs Mean Std. Dev Min Max
Umur Harapan Hidup (Tahun) 36 67,7675 10,62795 65,06 69,02
Belanja Kesehatan (Rupiah) 36 318.000.000.000 369.000.000.000 10.300.000.000 2.120.000.000.000
(Sumber : Diolah dari Aplikasi e-views)
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah n sampel adalah sebanyak 36 (2
variabel untuk 18 pemda). Usia Harapan Hidup rata-rata di Sumatera Selatan adalah
67,76 tahun, terendah 65,06 tahun, dan tertinggi 69,02 tahun. Sementara Belanja Fungsi
Kesehatan rata-rata di Sumatera Selatan adalah Rp318 miliar. Belanja Kesehatan
terendah sebesar Rp10,3 miliar, terjadi pada Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2017.
Belanja Kesehatan tertinggi sebesar Rp2,12 triliun terjadi pada tahun 2021, juga pada
Kabupaten Musi Rawas.
Berdasarkan analisis atas data tersebut, Belanja fungsi kesehatan di Sumatera Selatan,
baik dari APBN maupun APBD, memiliki pengaruh terhadap indikator Umur Harapan
Hidup masyarakatnya. Hal tersebut dilihat dari nilai korelasi antar 2 variabel tersebut.
Korelasi merupakan istilah yang digunakan untuk mengukur hubungan antar variabel.
Analisis korelasi dilakukan dengan menghubungkan belanja fungsi kesehatan belanja
kementerian/lembaga (APBN) dan APBD dari tahun 2015-2020 se- Sumatera Selatan,
dengan indikator Umur Harapan Hidup Sumatera Selatan periode 2016-2020.
Variabel indikator usia harapan hidup yang digunakan dalam analisis korelasi ini adalah
periode lag-1. Hal ini dilakukan mengingat dampak dari belanja pemerintah terhadap
outcome/indikator pembangunan kemungkinan baru akan dirasakan setelah periode
belanja dikeluarkan. Dari hasil analisi korelasi menggunakan aplikasi eviews didapat
hasil sebagai berikut :
Kabupaten/Kota Hasil Korelasi
Ogan Komering Ulu 0.787748042474977
Ogan Komering Ilir 0.8195858463863424
Muara Enim 0.1198102493593371
Lahat 0.9040006973140013
Musi Rawas 0.7332130361324331
Musi Banyuasin 0.951045349430224
Banyuasin 0.9518213352836333
Ogan Komering Ulu Selatan 0.9400886123793192
Ogan Komering Ulu Timur 0.9164447666637538
Ogan Ilir 0.09020321877242656
Empat Lawang 0.8485538176605619
Pali 0.8402885609251197
Musi Rawas Utara 0.5636449970220262
Palembang 0.6325390321063129
Prabumulih 0.8932436963442394
Pagar Alam 0.9482020835676229
Lubuk Linggau 0.6925323615683357
Sumatera Selatan 0.959947318660614
(Sumber : Diolah dari Aplikasi e-views)
21
Tingkat korelasi dan kekuatan hubungan antar variabel dapat diukur sesuai dengan tabel
sebagai berikut :
Dari hasil korelasi diatas, belanja pemerintah fungsi kesehatan di Sumatera Selatan
memiliki tingkat korelasi tinggi terhadap peningkatan umur harapan hidup. Secara
umum, belanja pemerintah fungsi kesehatan pada setiap kabupaten/kota juga memiliki
kekuatan hubungan yang tinggi terhadap peningkatan umur harapan hidup pada
masing-masing kabupaten/kota. Korelasi hubungan tertinggi terjadi pada 9 dari 17
kabupaten/kota atau sebesar 58,82% dari keseluruhan jumlah kabupaten/kota di
Sumatera Selatan. Kesembilan kabupaten/kota itu adalah Banyuasin, Musi Banyuasin,
Pagar Alam, OKU Selatan, OKU Timur, Lahat, Prabumulih, Empat Lawang, PALI, dan
Ogan Komering Ilir.
Sementara ada empat kabupaten/kota dengan tingkat korelasi cukup atau 23,53%.
Keempat Kabupaten itu antara lain Ogan Komering Ulu, Musi Rawas, Lubuk Linggau,
dan Palembang. Satu kabupaten/kota, yakni Musi Rawas Utara dengan tingkat korelasi
agak rendah. Dan dua kabupaten/kota, Muara Enim dan Ogan Ilir, dengan tingkat
hubungan yang rendah.
22
Nilai R-Squared sebesar 0,939541 berarti belanja fungsi kesehatan pemerintah mampu
menjelaskan 93,95% umur harapan hidup. Sisanya 6,05% dijelaskan oleh variabel lain
selain belanja pemerintah fungsi kesehatan ini.
Dari hasil regresi menggunakan aplikasi eviews dapat disimpulkan bahwa, nilai
konstanta sebesar 67,58200 menunjukkan bahwa jika variabel belanja pemerintah
fungsi kesehatan dianggap konstan, maka rata-rata umur harapan hidup adalah 67,58
tahun.
Dan, nilai koefisien regresi pada variabel belanja pemerintah fungsi kesehatan
menunjukkan angka 0,00000000000584. Artinya, setiap kenaikan satu rupiah akan
menaikkan umur harapan hidup sebanyak 0,00000000000584 (5,84 x 10-13) tahun.
Dengan kata lain, untuk menaikkan usia harapan hidup 0,584 tahun, pemerintah perlu
mengalokasikan belanja pemerintah fungsi kesehatan sebesar Rp1 triliun. Sementara
rata-rata belanja pemerintah fungsi kesehatan di Sumatera Selatan adalah Rp318 miliar.
23
4.2. Laporan FGD Pendalaman atas Analisis Harmonisasi Belanja Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah pada Fungsi Kesehatan
Untuk mempertajam hasil analisis, maka dilaksanakan FGD yang dilaksanakan pada
tanggal 22 Juni 2022 antara Kanwil DJPb Sumsel dengan mengundang Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
Palembang, Loka POM Lubuklinggau, dan Perwakilan BKKbN Provinsi Sumatera
Selatan yang mendapat alokasi anggaran belanja fungsi kesehatan. Berdasarkan
keterangan peserta FGD tidak ditemukan duplikasi anggaran pada setiap level.
Pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan terdapat alokasi belanja yang
digunakan Kabupaten/Kota. Yakni pengadaan PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan Balita Kurus yang bersumber dari Dana
DAK Fisik. Barang-barang tersebut didistribusikan langsung ke puskesmas.
Selain itu pada tahun 2022 terdapat kegiatan Edukasi Gizi melalui Penyiapan makanan
tambahan lokal yang bersumber dari dana dekonsentrasi Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan yang akan dilaksanakan di kabupaten/kota. Namun kegiatan ini tidak
jadi dilaksanakan karena batal salur. Sementara Dana Dekonsentrasi saat ini masih
proses revisi karena perubahan stok di Kementerian Kesehatan. Outcome yang
diharapkan dari kegiatan tersebut adalah penurunan prevalensi bumil KEK dan
penurunan prevalensi Stunting.
Di Sumatera Selatan terdapat burden sharing belanja kesehatan yang didanai dari APBN
dengan TKDD, berupa kegiatan pelatihan yang diterima oleh kader kesehatan Provinsi
dan Kabupaten/Kota. Burden sharing antara APBN/Dekon – DAK Fisik BOK - APBD
pada umumnya ada di kegiatan Pelatihan Nakes.Seperti, pelatihan kesehatan ibu dan
anak, pelatihan gizi, dan pencegahan penyakit.
APBN ditujukan untuk Pelatihan Nakes di tingkat Kab/Kota. Untuk DAK Fisik Bantuan
Operasional Kesehatan diperuntukan untuk Pelatihan Nakes di Puskesmas. Sedangkan
APBD diperuntukan untuk keperluan Monev Pengecekan Puskesmas dan Posyandu
apakah sudah standar atau belum.
Permasalahan atau kendala dalam pelaksanaan belanja kesehatan adalah adanya
keterlambatan petunjuk teknis pelaksanaan Dekonsentrasi, refocusing anggaran, dan
adanya penentuan kegiatan yang bersifat top-down (given). Hal ini menghambat
pelaksanaan kegiatan baik di tingkat provinsi maupun kab/kota, sehingga realisasi
anggaran dan capaian output pada TW I dan II belum/tidak optimal.
Dari hasil konfirmasi dalam FGD dan kuesioner, diketahui tidak terdapat duplikasi
pendanaan atas suatu kegiatan yang sama baik fisik maupun non fisik antara belanja
K/L dengan TKDD. Sebab, penggunaan dana transfer ke daerah itu (baik DAK Fisik
maupun DAK Non Fisik) sudah diberikan panduan dan rambu-rambu. Kegiatan apa saja
yang boleh menggunakan dana itu. Hal yang sama juga berlaku atas kegiatan dari
sumber Dana Dekonsentrasi dan Dana Desa. Namun demikian, Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan belum pernah melakukan proses sinkronisasi belanja dengan
satker Perwakilan BKKbN dan satker Perwakilan BPOM di Sumatera Selatan.
24
BAB V
Kesimpulan dan Rekomendasi
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilaksanakan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Secara umum pengeluaran pemerintah di Sumatera Selatan sudah harmonis
dibuktikan dengan tidak ada duplikasi anggaran antara APBN dan APBD, namun
terdapat burden sharing antara APBN/Dekon – DAK Fisik BOK - APBD .
2. Belanja fungsi kesehatan di Sumatera Selatan (APBN/APBD) mempengaruhi
secara positif Umur Harapan Hidup masyarakat di Sumatera Selatan. Hal ini secara
langsung mempengaruhi produktifitas penduduk dan pendapatan perkapita yang
dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan.
3. Untuk menaikkan Umur Harapan Hidup di Sumatera Selatan sebesar 0,584 tahun,
pemerintah perlu mengalokasikan belanja pemerintah fungsi kesehatan
(APBN/APBD) sebesar Rp1 triliun. Sementara rata-rata belanja pemerintah fungsi
kesehatan di Sumatera Selatan adalah Rp318 miliar.
5.2. Rekomendasi
Berikut rekomendasi yang dapat kami usulkan:
1. Meskipun belanja fungsi kesehatan yang sudah terealisasi di Sumatera Selatan
tidak terdapat duplikasi pendanaan antara APBN dan APBD, diharapkan
kedepannya Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan melakukan proses
sinkronisasi belanja dengan Satker Perwakilan BKKBN dan Satker Perwakilan
BPOM di Sumatera Selatan.
2. Proses sinkronisasi tersebut perlu dikawal oleh Pemerintah Provinsi c.q. Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagai perpanjangan tangan
pemerintah pusat di daerah.
3. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diharapkan terus meningkatkan realisasi
belanja di bidang kesehatan setiap tahun. Dengan semakin bertambahnya nilai
alokasi belanja maka Umur Harapan Hidup (UHH) masyarakat Sumatera Selatan
diharapkan akan semakin meningkat. Yang pada gilirannya juga akan
meningkatkan produktifitas, pendapatan perkapita, dan pertumbuhan ekonomi di
Sumatera Selatan.
25
LAMPIRAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KANTOR WILAYAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
GEDUNG KEUANGAN NEGARA LT 2 , JALAN KAPTEN A RIVAI NO 2-4 , PALEMBANG KODE POS 30129
TELEPON (0711) 351476, 356534; FAKSIMILE (0711) 310 891; SITUS www.djpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/sumsel
Laporan Kegiatan
Focus Group Discussion (FGD)
Analisis Harmonisasi Belanja APBN dan APBD Pada Fungsi Kesehatan
A. Dasar
Undangan Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Selatan Nomor
UND- 53/WPB.07/2022 Hal Undangan Focus Group Discussion (FGD) Analisis
Harmonisasi BelanjaAPBN dan APBD Pada Fungsi Kesehatan
C. Agenda
Focus Group Discussion (FGD) Analisis Harmonisasi Belanja APBN dan APBD
Pada FungsiKesehatan
D. Peserta
Kegiatan dihadiri 9 Satuan Kerja dari 6 Satker Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan, Balai Besar POM Palembang, Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera
Selatan, dan Loka POM Kota Lubuk Linggau
E. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pembukaan oleh Ibu Siti Rosidah Sundari (Kabid PPA II)
Sambutan disampaikan oleh Kepala BIdang PPA II, Ibu Siti Rosidah Sundari
dengan mengucapkan terima kasih kepada para narasumber yang telah
menyediakan waktu serta para peserta yang telah hadir secara virtual. Adapun
hal-hal penting lainnya yang disampaikan sebagai berikut:
a. Perlunya dilakukan analisis untuk mendukung sinergi dan harmonisasi
keuangan pemerintah terutama kebijakan fiskal baik belanja pusat yang
bertujuanvmeningkatkan kualitas pelaksanaan anggaran
b. Kajian dilakukan untuk melihat efektivitas dana transfer ke daerah serta
keselarasannya dengan program pemerintah pusat yang tercermin melalui
belanja K/L dalam APBN terutama di bidang Kesehatan
2. Penjelasan Balai Besar POM Palembang dan LOKA POM Lubuk Linggau
DAK Non Fisik bidang Kesehatan (Pangan dan Obat) yang berasal dari BPOM
Pusat ke Kabupaten/Kota dan tidak memiliki dana Kesehatan pada DIPA BPOM.
Namun BPOM Provinsi melakukan monitoring terhadap pelaksanaan kegiatan
yang dibiayai dari DAK Non Fisik oleh Kabupaten/Kota tersebut (Peyuluhan
Keamanan Pangan begitu pula KIE). Sementara Loka POM Lubuk Linggau
sudah merupakan Satker sendiri yang memiliki dana sendiri dengan mekanisme
yang sama dengan BPOM Palembang dengan daerah monitoring yang berbeda.
Dinkes hanya sebagai pendamping. Tidak ada sinkronisasi antara Dinas Kesehatan
dan BPOM dan Loka POM.
F. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dari Satuan kerja, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tidak Terjadi duplikasi pendanaan/anggaran pada Fungsi Kesehatan antara Balai
Besar POM Kota Palembang, Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan, dan
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Namun pada saat perencanaan anggaran
belum ada proses sinkronisasi untuk pelaksanaan kegiatan
2. Penyaluran Anggaran fungsi kesehatan dilaksanakan langsung dari pusat ke
Kabupaten/Kota. Sementara satker instansi vertikal memiliki fungsi monitoring
pelaksanaan kegiatan yang didanai dengan dana tersebut.
3. Terjadi burden sharing anggaran pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
dimana alokasi dana kesehatan berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan namun pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
G. Dokumentasi
"ANGGARAN HARUS DIKELOLA
SECARA TRANSPARAN,
DIKELOLA SEBAIK-BAIKNYA,
SERTA SEBESAR-BESARNYA
UNTUK KEPENTINGAN RAKYAT. "
- JOKO WIDODO