Anda di halaman 1dari 9

NOMOPHOBIA PADA MAHASISWA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

Chairina Nida Ussa’adah1, Metty Vera Sari2, Nikmah Sofia Afiati3


Fakultas Psikologi12, Universitas Mercu Buana Yogyakarta
chairinanyda@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nomophobia pada mahasiswa
ditinjau dari jenis kelamin. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat
perbedaan nomophobia antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Subjek penelitian ini
berjumlah 120 orang. Pengumpulan data menggunakan alat ukur berupa Skala Nomophobia
(NMP-Q). Metode analisis yang digunakan adalah Independent Sample T-Test. Hasil
analisis diperoleh nilai t = -0.356 dengan p = 0.722 (p ≥ 0,050) (karena data homogen, yang
dilihat adalah pada Equal Variences Assumed). Mahasiswa laki-laki memiliki nilai mean
pada nomophobia sebesar 87.91, sedangkan mahasiswa perempuan memiliki nilai mean
pada nomophobia sebesar 89.52. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara nomophobia pada mahasiswa laki-laki dengan mahasiswa
perempuan, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak.
Kata Kunci : Nomophobia, Jenis Kelamin

NOMOPHOBIA FOR STUDENTS IN TERMS OF GENDER

Chairina Nida Ussa’adah1, Metty Vera Sari2, Nikmah Sofia Afiati3


Faculty of Psychology12, University Of Mercu Buana Yogyakarta
chairinanyda@gmail.com

Abstract
This study aims to determine the difference in nomophobia in students in terms of
gender. The hypothesis proposed in this study is that there are differences in nomophobia
between male and female students. The subject of this study amounted to 120 people. Data
collection uses a measuring device in the form of a Nomophobia Scale (NMP-Q). The
analytical method used is the Independent Sample T-Test. The results of the analysis
obtained a value of t = -0.356 with p = 0.722 (p ≥ 0.050) (due to homogeneous data, which
is seen in Equal Variance Assumed). Male students have a mean value on nomophobia of
87.91, while female students have a mean value on nomophobia of 89.52. This shows that
there is no significant difference between nomophobia in male students and female
students, so the hypothesis proposed in this study was rejected.
Keywords: Nomophobia, Gender.

1
Nomophobia Pada Mahasiswa Ditinjau
2 Dari Jenis Kelamin

PENDAHULUAN Uk Post Office pada tahun 2008 yang


meneliti kecemasan pada pengguna
Sebagai makhluk sosial pada ponsel (SecurEnvoy, 2012). Yildirim
dasarnya manusia harus selalu (2014) yang berpendapat bahwa
berhubungan dengan manusia lainnya nomophobia merupakan rasa takut
sehingga tidak bisa untuk hidup berada diluar kontak ponsel dan
sendiri.Dengan semakin pesatnya dianggap sebagai fobia modern sebagai
perkembangan teknologi mempermudah efek samping dari interaksi antara
manusia untuk berkomunikasi dengan manusia, teknologi informasi dan
orang lain bahkan dengan orang yang komunikasi khususnya smartphone
berada di tempat jauh. Salah satu (Yildirim, 2014).
bentuk perkembangan teknologi ini
adalah telepon genggam (Bivin, Yildirim (2014) Nomophobia
Mathew, Thulasi, & Philip, 2013). memilki empat aspek yaitu, perasaan
tidak bisa berkomunikasi, kehilangan
Telepon genggam telah membuat konektivitas, tidak mampu mengakses
perubahan dari alat komunikasi informasi, dan menyerah pada
sederhana menjadi perangkat kenyamanan dan faktor yang dapat
komunikasi yang canggih yang sering mempengaruhi seseorang mengalami
disebut sebagai smartphone. nomophobia menurut Yildirim (2014)
Smartphone telah menjadi alat yaitu, jenis kelamin, harga diri, usia,
komunikasi dan informasi dalam ekstraversi dan neurotisme.
kehidupan sehari-hari. Informasi dan
teknologi komunikasi telah menjadi Penelitian ini akan mengkaji faktor
bagian yang tak terpisahkan dari hidup jenis kelamin sebagai variabel bebas.
kita (Cheever, Rosen, Carrier, & Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Chavez, 2014). Turner dkk (dalam Al-Barashdi,
Banyaknya fungsi dan Bouazza, dan Jabur, 2015) menemukan
kecanggihan smarthpone saat ini, jenis kelamin memiliki perbedaan
menjadikan penggunanya tidak dapat hubungan dengan beberapa aspek
lepas dari smarthpone yang dimilikinya. perilaku penggunaan smartphone.
Ketergantungan pada perangkat SecurEnvoy telah menemukan bahwa
bergerak ini berdampak pada kehidupan sekitar 66 persen dari 1.000 pengguna
sosial penggunanya. Sebanyak 33% ponsel memiliki Nomophobia. Tetapi
pengguna yang bekerja, mengecek tingkat Nomophobia tersebut berbeda-
smarthpone untuk email dan pesan pada beda pada masing-masing orang. Hasil
malam hari. Penelitian lain penelitian ini juga menunjukkan bahwa
menyebutkan, kebanyakan siswa wanita sedikit lebih waspada dalam
memulai harinya dengan mengecek menyimpan ponselnya yaitu sebesar
laman jejaring sosialnya. Rata-rata 70% dibanding pria yang hanya 61%
jejaring sosial diakses selama 5 jam per (Woonjun dalam Yildirim, 2014).
hari dengan menggunakan smarthpone Selain itu, kajian pada tahun 2008
(Jeffrey 2012, dalam Pradana, di Inggris yang melibatkan lebih dari
Muqtadiroh & Nisafani, 2016). 2.100 responden, menunjukkan bahwa
53% dari pengguna ponsel menderita
Sekelompok peneliti psikiatri di nomophobia. Penelitian ini juga
Brazil telah menetapkan gangguan baru mengungkapkan bahwa pria lebih rentan
yang disebut nomophobia. Istilah terhadap nomophobia daripada wanita,
nomophobia muncul pertama kali dengan 58% dari laki-laki dan 48% dari
setelah penelitian yang dilakukan oleh perempuan menunjukkan perasaan

2
Nomophobia Pada Mahasiswa Ditinjau
3 Dari Jenis Kelamin

cemas ketika tidak dapat menggunakan METODE


telepon genggam mereka (Mail Online,
2008). Berbeda dengan penelitian di Penelitian ini menggunakan
tahun 2008, riset pada tahun 2012 metode penelitian kuantitatif. Subjek
menemukan bahwa wanita lebih rentan dalam penelitian ini berjumlah 120
terhadap nomophobia, dengan 70% dari orang, laki-laki (55) dan perempuan (65)
wanita dibandingkan dengan 61% dari dengan kriteria mahasiswa usia 18-24
pria yang telah mengungkapkan tahun.
perasaan cemas ketika kehilangan Data dalam penelitian ini
ponsel mereka atau ketika mereka tidak dikumpulkan melalui Skala
dapat menggunakan telepon mereka Nomophobia. Skala yang digunakan
(Yildirim, 2014). merupakan skala adaptasi dari Yildirim
Berbeda lagi dengan Morahan- (2014).Skala Nomophobia diciptakan
Martin (dalam Oktog, 2012) berdasarkan empat dimensi nomophobia
menemukan bahwa tingkat yang dikemukakan oleh Yildirim (2014)
menghabiskan waktu dengan yang terdiri dari 20 aitem. Skala ini diisi
smartphone pada laki-laki lebih banyak dengan menggunaka skala likert melalui
daripada perempuan, sama halnya yang 7 alternatif jawaban dari sangat tidak
dilakukan oleh Uneri and Tanidir setuju hingga sangat setuju. Tidak ada
(dalam Oktog, 2012) menjekaskan juga pembedaan aitem pada skala ini, yang
bahwa laki-laki memiliki tingkat lebih ditunjukkan dengan penyesuaian skala
tinggi menghabiskan waktu dengan 1-7 pada setiap aitem yang dipakai
smartphone daripada perempuan. Akan untuk mendukung hasil skor tinggi atau
tetapi penelitian yang dilakukan oleh rendah.
Choliz (2012) menunjukan hasil bahwa Teknik analisis data yang
wanita lebih memiliki ketergantungan digunakan adalah uji-t ( Independent T-
terhadap smartphone daripada laki-laki. test ). Analisis data dilakukan dengan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, menggunakan bantuan program analisis
jenis kelamin diasumsikan menjadi salah data SPSS for Windows 17.
satu faktor yang dapat mempengaruhi HASIL DAN PEMBAHASAN
nomophobia dan menurut beberapa hasil
penelitian yang dilakukan diatas Uji prasyarat yaitu uji
menunjukan adanya perbedaan yang normalitas dan uji homogenitas. Uji
tidak konsisten, oleh karena itu peneliti normalitas menggunakan One-Sample
tertarik untuk meneliti “Apakah terdapat Kolmogrov Smirnov Test. Dari hasil uji
perbedaan nomophobia pada mahasiswa One-Sample Kolmogrov Smirnov untuk
ditinjau dari jenis kelamin ? ”. variabel nomophobia diperoleh KS-Z
sebesar 0,077 dengan taraf signifikansi
Hipotesis yang diajukan dalam sebesar 0,074 (p > 0,050). Dengan
penelitian ini adalah terdapat demikian sebaran data untuk variabel
perbedaan nomophobia antara nomophobia mengikuti sebaran data
mahasiswa laki-laki dan perempuan. normal. Sedangkan untuk uji
Dengan asumsi bahwa mahasiswa laki- homogenitas variabel nomophobia pada
laki cenderung memiliki tingkat mahasiswa laki-laki dan perempuan
nomophobia lebih tinggi daripada berdasarkan Levene’s Test for Equality
mahasiswa perempuan. of Varinces diperoleh nilai F = 0,300
dengan p = 0,585 yang berarti bahwa
data penelitian berasal dari populasi

3
Nomophobia Pada Mahasiswa Ditinjau
4 Dari Jenis Kelamin

yang sama atau memenuhi prasyarat membuat banyak individu


homogenitas. memanfaatkannya. Mulai gratis sampai
dengan berbayar, laki-laki dan
Berdasarkan hasil kategorisasi perempuan dapat menggunakan fasilitas
nomophobia pada mahasiswa laki-laki tersebut. Saat ini internet juga tidak
menunjukkan bahwa subjek yang hanya dapat digunakan pada komputer
memiliki tingkat nomophobia tinggi tetapi dapat digunakan di handphone,
sebanyak 23 orang (42%), yang laptop, warnet atau alat komunikasi lain
memiliki tingkat nomophobia sedang sehingga kecanduan internet dapat
sebanyak 25 orang (45%), sedangkan dengan mudah menyerang siapa saja.
subjek yang memiliki tingkat Menurut King, dkk (2014) Nomophobia
nomophobia ringan sebanyak 7 orang diartikan tidak hanya seseorang yang
(13%). Pada mahasiswa perempuan, cemas karena tidak membawa ponsel,
kategorisasi nomophobia menunjukkan namun ketakutan dan kecemasan
bahwa subjek yang memiliki tingkat tersebut dapat terjadi karena berbagai
nomophobia tinggi sebanyak 25 orang kondisi, salah satunya tidak ada jaringan
(38%), subjek yang memiliki tingkat internet.
nomophobia sedang sebanyak 31 orang
(48%), dan subjek yang memiliki tingkat Namun, apabila melihat dari
nomophobia ringan sebanyak 9 orang penjabaran hasil skor per kelompok
(14%). subjek baik laki-laki maupun
perempuan, maka terdapat perbedaan
Hasil uji beda Independent Sample nomophobia antara keduanya. Nilai
T-test, diperoleh nilai t = -0,356 dengan mean mahasiswa perempuan (89,52)
p = 0,722 (karena data homogen, yang tetap lebih tinggi dari nilai mean
dilihat adalah pada Equal Variences mahasiswa laki-laki (87,91) walaupun
Assumed). Hal tersebut menunjukkan hanya selisih sedikit. Hal tersebut
bahwa tidak ada perbedaan yang sejalan dengan penelitian yang
signifikan antara nomophobia pada dilakukan oleh (SecurEnvoy, 2012)
mahasiswa laki-laki dengan mahasiswa menemukan bahwa perempuan lebih
perempuan. Mahasiswa laki-laki rentan terhadap nomophobia dengan
memiliki nilai mean pada nomophobia 70% dari perempuan dibandingkan
sebesar 87,91, sedangkan mahasiswa dengan 61% dari laki-laki yang telah
perempuan memiliki nilai mean pada mengungkap perasaan cemas ketika
nomophobia sebesar 89,52 . Hal ini kehilangan ponsel mereka atau ketika
berarti bahwa hipotesis yang diajukan mereka tidak dapat menggunakan ponsel
dalam penelitian ini ditolak, yaitu tidak mereka. Hasil penelitian dari (Choliz,
adanya perbedaan nomophobia antara 2012) juga menunjukkan bahwa wanita
mahasiswa laki-laki dan perempuan. lebih memiliki ketergantungan terhadap
Ditolaknya hipotesis dalam smartphone daripada laki-laki.
penelitian ini sejalan dengan penelitian Setelah pengambilan data pada
yang dilakukan oleh Andaryani (2013) penelitian ini, peneliti melakukan
tentang kecanduan internet pada laki- wawancara kepada 8 mahasiswa untuk
laki dan perempuan, penelitian tersebut mengetahui penyebab mengapa tidak
menemukan bahwa tidak terdapat ada perbedaan yang signifikan antara
perbedaan kecanduan internet pada laki- mahasiswa laki-laki dan perempuan
laki dan perempuan. Hal tersebut terhadap nomophobia. Dari hasil
dikarenakan kemudahan fasilitas internet wawancara didapatkan bahwa intensitas
yang bisa ditemukan di sekolah, tempat mereka yaitu mahasiswa laki-laki (4)
kerja, kampus bahkan di tempat umum dan perempuan (4) dalam menggunakan

4
Nomophobia Pada Mahasiswa Ditinjau
5 Dari Jenis Kelamin

smartphone sama. Akan tetapi aksesnya = 0,722 . Namun, apabila melihat dari
yang berbeda, perempuan lebih banyak penjabaran hasil skor per kelompok
mengakses sosial media sedangkan laki- subjek baik laki-laki maupun
laki lebih banyak menghabiskan waktu perempuan, maka terdapat perbedaan
untuk bermain game. Hal tersebut sesuai antara kedua kelompok subjek. Nilai
dengan penelitian Duggan dan Brenner mean mahasiswa perempuan (89,52)
(dalam Bolle, 2014) Laki-laki cenderung tetap lebih tinggi dari nilai mean
menggunakan smartphone untuk mahasiswa laki-laki (87,91), maka
orientasi kesenangan mereka, kedua kelompok subjek yaitu mahasiswa
perempuan lebih menggunakan laki-laki dan perempuan sama-sama
smartphone untuk kesenangan sosial. masuk dalam kategori nomophobia yang
Perempuan menggunakan smartphone sedang. Namun bukan berarti
lebih dari laki-laki untuk bergosip atau nomophobia dengan kategori sedang itu
menjaga hubungan sosial dan memiliki tidak berbahaya,karena pada hasil
hubungan yang kuat dengan smartphone kategorisasi hanya selisih sedikit dengan
mereka. Sosial media juga menarik bagi kategori tinggi, sehingga sudah cukup
sebagian besar perempuan. Laki-laki harus diwaspadai.
lebih menggunakan smartphone mereka
untuk aplikasi permainan dan secara Saran yang dapat diberikan oleh
umum juga untuk berjudi. peneliti berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan yang didapatkan antara lain :
Selain itu subjek juga mengatakan 1. Bagi Peneliti Selanjutnya
bahwa kemudahan yang dimiliki oleh
smartphone membuat mereka merasa Penelitian ini diharapkan
nyaman dan menjadi bergantung pada bisa dilaksanakan pada selain
smartphone. Menurut Thomas, Misty mahasiswa tanpa membatasi, karena
dan Gary (2007) Smartphone merupakan pada kenyataannya aitem yang
telepon yang dilengkapi dengan koneksi digunakan pada penelitian ini
internet dan menyediakan fungsi bersifat umum. Bagi peneliti
Personal Digital Assistant (PDA) seperti selanjutnya disarankan untuk
kalender, buku agenda, kalkulator, memperhatikan faktor-faktor lain
catatan, dan berbagai aplikasi canggih selain Jenis kelamin yang dapat
untuk membantu kegiatan sehari-hari. mempengaruhi nomophobia, seperti
Kecanggihan dan kemudahan yang Harga diri, Usia, Tipe kepribadian
disediakan smartphone saat ini dan neurotisme. Selain itu,
menyebabkan banyak orang sebaiknya pada penelitian
terperangkap untuk selalu beraktivitas selanjutnya, peneliti menggunakan
menggunakan smartphone (Mashable, sample yang lebih besar, sehingga
2013). mendapatkan hasil yang lebih valid.

KESIMPULAN 2. Bagi Pengguna Smartphone


Pengguna smartphone harus
Berdasarkan hasil penelitian dan dapat bersikap bijak dalam
pembahasan yang telah dilakukan, menghadapi kemajuan teknologi,
terdapat beberapa hal yang dapat terutama dalam penggunaan
disimpulkan yaitu bahwa tidak adanya smartphone, yaitu dengan cara
perbedaan nomophobia antara mengurangi intensitas penggunaan
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa smartphone, mengurangi mengakses
perempuan. Hal tersebut dapat dilihat hal-hal yang kurang bermanfaat dan
dari hasil uji beda Independent Sample juga mengurangi bergantung pada
T-test, diperoleh nilai t= -0,356 dengan p kecanggihan atau kenyamanan yang

5
Nomophobia Pada Mahasiswa Ditinjau
6 Dari Jenis Kelamin

dimiliki oleh smartphone. Sebagai About?. Reviews of Progress, 1


pengguna diharapkan dapat (1), 1-5.
mengontrol diri agar lebih bijak
dalam memanfaatkan kemudahan Bolle, C. (2014). “Who is a
yang dimiliki oleh smartphone. smartphone addict?” The impact
Gunakanlah smartphone pada of personal factors and type of
tempat yang tepat, waktu yang usage on smartphone addiction in a
tepat, dan intensitas yang tepat. dutch population. Thesis of the
degree Master in Communication
Sciences. University of Twente
DAFTAR PUSTAKA Enschede.1-41.
Abdullah, I. (2003). Sangkan Peran Bouazza, A., Al-Barashdi, H.S., Al
Gender. Yogyakarta. Pustaka Zubaidi, A.Q. (2015).
Pelajar. Development and validation of a
Smartphone Addiction
Ahmadi, A., & Sholeh, M. (1991). Questionnaire (SPAQ). Jurnal
Psikologi Perkembangan. Jakarta: Sultan Qaboos University, 2, 56-58
Rineka Cipta.
Chaplin, L.P. (1993). Kamus Lengkap
Andaryani, D. (2013). Perbedaan Psikologi. Jakarta: Arcan.
tingkat self control pada remaja
laki-laki dan remaja perempuan Cheever, N. A., Rosen, L. D., Carrier,
yang kecanduan internet. Jurnal L. M., Chavez, A. (2014). Out of
Psikologi Pendidikan dan sight is not out of mind: The
Perkembangan, 02 (03). Surabaya, impact of restricting wireless
Universitas Airlangga. mobile device use on anxiety levels
among low, moderate and high
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet users. Computers in Human Behavior,
Indonesia. (2016). Survei Internet 37, 290–297.
APJII 2016. Diambil dari :
https://www.apjii.or.id/ Chiu, C. M., Lin, H. Y., Sun, S. Y., &
Hsu, M. H. (2014). Understanding
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala costumers loyalty intentions
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka toward online shopping: An
Pelajar integration of technology
Baron, R., A. & Byrne, D. (2004). acceptance model and fairness
Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga theory. Behaviour & Information
Technology, 28 (4) 347-360
Bhatia, M. S. (2008). Cell phone
dependence – a new diagnostic Choliz. (2012). Mobile-phone
entity. Delhi Psychiatry Journal, addiction in adolescene: The Test
11(2), 123-124. of Mobile Phone Dependence
(TMD). Jurnal Prog Health Sci.
Bianchi, A., & Phillips, J.G. (2005). 2(1), 33-44.
Psychological predictors of
problem mobile phone use. Jurnal Cisco. (2012). Gen Y: new dawn for
Cyber Psychology & Behavior. 8 work, play, identity. Diambil dari :
(1), 39-51. s/solutions/enterprise/connected-w
orld-technology-report/2012-CW
Bivin, J.B., Mathew, P.,Thulasi, P.C & TR-Chapter1-Global-Results.pdf
Philip, J. (2013). Nomophobia :
Do We Really Need To Worry

6
Nomophobia Pada Mahasiswa Ditinjau
7 Dari Jenis Kelamin

Chittaranjan, G., Blom, J. & Gatica, P. Hong, F. Y., Chiu, S. I., Huang, D. H.
D. (2011). Who’s Who with Big- (2012). A model of the
Five: Analyzing and Classifying relationship between psychological
Personality Traits with Smartphones. characteristics, mobile phone
In: ISWC, IEEE, 29-36. Diambil dari : addiction and use of mobile phones by
http://infoscience.epfl.ch/ Taiwanese university female students.
record/192371/files/Chittaranjan_I Computers in Human Behavior,
SWC11_2011.pdf 28, 2152–2159.
Dasiroh, U., Miswatun, S., Ilahi, Y. F., Kandell, J. J., (1998). Internet Addiction
Nurjannah. (2016). Fenomena On Campus: The Vulnerability Of
Nomophobia Di Kalangan College Students, Cyberpsychology
Mahasiswa. Jurnal Ilmiah & Behavior, 1, (1), 11-17.
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Riau, 6 (1) Khairani, R., & Putri, D. E. (2009).
Perbedaan kematangan emosi pada
Dayakisni, T., & Hudaniah. (2009). pria dan wanita yang menikah muda.
Psikologi Sosial. Malang: UMM Proceeding PESAT, 3, 1858-2559.
Press.
King, A, L., Valenca, A. M., Silva, A.
Fakih, M. (2005). Analisis Gender & C., Baczynski, T., Carvalho, M.
Transformasi Sosial. Pustaka R., & Nardi, A. E. (2013).
Pelajar.Yogyakarta Nomophobia: Dependency on
virtual environments or 10 social
Gottfredson M.R., & Hirschi, T. phobia ?. Computers in Human
(1990). A general theory of crime. Behavior, 29, 140-144.
Stanford, CA: Stanford
University Press King, A, L., Valenca, A. M., Silva, A.
C., Sancassiani, F., Machado, S.,
Gunarsa, S. D, & Gunarsa, Y. S. D. & Nardi, A. E. (2014).
(2001). Psikologi Perkembangan Nomophobia: Impact of Cell
Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Phone Use Interfering with
Gunung Mulia. Symptoms and Emotions of
Handayani, Trisakti, & Sugiarti. Individuals with Panic Disorder
(2002). Konsep dan Penelitian Compared with a Control Group.
Gender. Malang: UMM press Clinical practice and epidemiology
in mental health, 10, 28-35.
Hasan, N. W. (2015). Penggunaan
smartphone di Indonesia lebih Limantara, E., (2016). Studi
banyak berusia kurang dari 30 Kuantitatif Tentang Melek Media
tahun. Diunduh dari Pada Remaja Akhir. Surabaya.
http://arrenalte.com/berita/industri Universitas Katolik Widya
/pengguna-smartphone-indonesia/ Mandala Surabaya.

Herdiansyah, H. (2016). Gender Lucia, A., Martins, A., et.al. (2014).


dalam Perspektif Psikologi. Nomophobia: Impact of cell
Jakarta: Salemba phone use interfering with
symptoms and emotions of
Humanik, H. (2007). Demografi individuals with panic disorder
Kesehatan Indonesia. Jakarta: compared with a control group.
Grasindo Clinical Practice & Epidemiology
in Mental Health, 10, 28-35.

7
Nomophobia Pada Mahasiswa Ditinjau
8 Dari Jenis Kelamin

Mab’utsah, N. (2018). Intip Perbedaan Park N. & Lee, H. (2014). Nature of


Gender Laki-Laki dan Perempuan. Youth Smarthpone Addiction in
Diambil dari : Korea. Konkurk University. Seoul
https://www.kompasiana.com/nur Korea : National University.
ulmab/5bad50b2aeebe102a35482
12/yuk-intip-perbedaan-gender-la Pininta. (2016). 4 Tanda Ponsel Mulai
ki-laki-dan-perempuan Mengganggu Kinerja Syaraf.
Kompas.com. Diambil dari :
Mahendra, A.R., Fajariah, I., https://lifestyle.kompas.com/read/20
Ikawidjaja, M., Sudrajad, M., & 16/06/20/183500023/4.Tanda.Ponse
Putri. N. E. (2013). Gangguan l.Mulai.Mengganggu.Kinerja.Syaraf
Kesehatan akibat Nomophobia ?page=all
pada Mahasiswa Universitas
Airlangga Surabaya. Surabaya: Poerwadarminta, W. J. S. (2005). Kamus
Airlangga University. Umum Bahasa Indonesia. Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Masykur & Fathani, A. H. (2007).
Mathematical Intelligence. Pradana., P.W., Muqtadirah, F. A.,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Nisfani, A. S. (2016). Perancangan
Aplikasi Liva Untuk Mengurangi
Mayangsari, A. P. (2015). Hubungan Nomophobia Dengan Pendekatan
Antara Self-Esteem dengan Gamifikasi. Jurnal Teknik ITS, 5
Ketergantungan Telepon Genggam (1).
(Nomophobia) pada Remaja. Surabaya:
Universitas Airlangga. Reza, J. I. (2015). Makin banyak remaja
di asia yang kecanduan
Nistanto, R.K. (2014). Indonesia pasar smartphone.liputan 6.com. Diambil
smartphone terbesar di asia tenggara. dari :
Jakarta. Indonesia. https://www.liputan6.com/tekno/rea
d/2329307/makin-banyak-remaja-
Nomophobia is the fear of being out of di-asia-yang-kecanduan-smartphone
mobile phone contact – and it’s
the plague of our 24/7 age. Mail Sanford, J. A., & George, L. (1988).
Online, 31 Maret 2008. Diunduh What Men Are Like. Macarthur
dari :http://www.dailymail.co.uk/n Blvd., Mahwah. New York : Paulist
ews/article-550610/Nomophobia-f Press.
ear-mobile-phonecontact--plague-
24-7-age.html Santrock, J. W. (2003). Adolescence.
Jakarta. Erlangga.
Noviadhista, U. F. 2015. Apakah
Kebebasan Internet di Indonesia Securenvoye. (2012). 66% of the
adalah yang Terburuk di dunia?. population suffer from nomophobia
Diambil dari : the fear of without their phone.
http://www.techno.id/tech-news/a Diunduh dari
pakahkebebasan-61-internet-di-in http://www.securenvoye.com/blog/2
donesia-adalah-yang-terburuk-di- 012/02/16/66-of-the-population-
dunia151116o.html suffer-from-nomophobia-the-fear-
of-being-without-their-phone/.
Oktug, Z. (2012). Gender differences
in internet addiction and Sipal, R.F., & Bayhan, P. (2010).
tendencyto express emotions. The Preferred computer activities
Online Journal of Counselling during school age:Indicators
and Education, 1(4), 39- 53.

8
Nomophobia Pada Mahasiswa Ditinjau
9 Dari Jenis Kelamin

ofinternet addiction. Social and questionnaire using mixed


Behavior Science, 9, 1085-1089 methodsresearch. Graduate Theses
and Dissertations.
Siswoyo, D., dkk. (2008). Ilmu
Pendidikan. Yogyakarta: UNY. Young, K. S. (1998). The Relationship
Between depression and Internet
Soetjiningsih. (2012). Perkembangan Addiction. Cyber psychology
Anak dan Permasalahannya Behavior. Toronto: Mary Ann
dalam Buku Ajar I Ilmu Liebert, Inc.
Perkembangan Anak Dan Remaja.
Jakarta : Sagungseto . Yusuf, S. (2012). Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.
Sudarji, S. (2017). Hubungan Antara Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nomophobia Dengan
Kepercayaan Diri. Jurnal Psikologi
Psibernetika, 10 (1).
Susanto, A. (2016). Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Prenada
Media Group.
Syarif, N. (2015). Pengaruh perilaku
pengguna smartphone terhadap
komunikasi interpersonal siswa
SMK TI Airlangga Samarinda.
Jurnal Ilmu Komunikasi. 3(2),
213-227.
Telecommunications Industry
Ombudsman. (2003). TIO annual
report 2003. Melbourne, Victoria:
Author.
Thomas J,C., Misty E, V., & Gary B.
S. (2007). Discovering Computers
Fundament als, 3thed
(Terjemahan). Jakarta: Salemba
Infotek
Wahyudi, A. (2015). Indonesia raksasa
teknologi digital asia. Tempo.com
Widiana, H. S., Retnowati, S., Hidayat,
R. (2004). Kontrol diri dan
kecendrungan kecanduan internet.
Indonesian Psychologycal Journal,
1 (1), 6-16.
Widyatama, R. (2006). Bias Gender
Dalam Iklan Televisi. Yogyakarta:
Media Pressindo.
Yildrim, C. (2014). Exploring the
Dimensions of Nomophobia:
eveloping and validating a

Anda mungkin juga menyukai