Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENULISAN KARYA ILMIAH

NARSISTIK

Dosen Pengampu: Mario Pratama, S.Psi, M.A

Oleh:

Rizka Yani

18011188

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maaha Esa atas
kebesarannya yang telah memberikan kesehatan serta kesempatan kepada penulis
untuk membuat makalah tentang “Narsistik” hingga selesai. Taklupa jua penulis
mengucapkan terimakasih kepada bapak yang telah memberikan tugas dan arahan
tentang penulisan makalah ini sehingga penulis bisa belajar lebih baik lagi untuk
membuat makalah sehingga penulis bisa berkontribusi dengan sumbangan dalam
bentuk moril dan pemikiran. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan
pengalaman bagi pembaca. Dan berharap kedepannya dapat memperbaiki format
penulisan dan menambah isi makalah agar lebih baik lagi. Karna pengetahuan dan
pengalaman penulis terbatas.

Padang, 29 September 2020

penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pengertian Narsistik......................................................................................3

B. Aspek-Aspek Narsistik.................................................................................4

C. Faktor-faktor yang Memngaruhi Narsistik...................................................5

BAB III PENUTUP.................................................................................................6

A. Kesimpulan...................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Narsistik merupakan istilah yang tidak jarang kita dengar dalam dunia
psikologi. Orang-orang sering mengkaitkan narsistik pada rasa kecintaan atau
kekaguman yang berlebihan terhadap dirinya sendiri. Istilah narsistik dari
mitologi yunani kuno, seorang pemuda tampan bernama Narcissus dikutuk
sehingga dia sangat menyukai bayanganya di kolam renang. Kecintaannya pada
dirinya sendiri sangat mempengaruhinya, dan tanpa sengaja ia mengulurkan
tangannya hingga tenggelam, dan akhirnya tumbuh sekuntum bunga, hingga saat
ini disebut sebagai narsis.

Narsistik merupakan sebuah perilaku yang dimiliki oleh setiap manusia sejak
lahir. Hanya saja tingkat narsistik setiap orang memiliki tingkat narsistik yang
berbeda-beda itulah yang menyebabkan perbedaan prilaku narsistik. Perilaku
narsistik pada seseorang dapat ditandai dengan ciri-ciri seperti memiliki
keinginan agar dikagumi oleh orang lain, ingin memiliki kekuasaan atas orang
lain, merasa dirinya adalah seseorang yang special, mempunyai perasaan iri
terhadap orang lain, memiliki fantasi terhadap dirinya, merasa dirinya adalah
orang yang penting, serta perilaku arogan dan angkuh.

A. Rumusan Masalah

1. Apa arti narsisme ?

2. Apa aspek-aspek narsisme ?

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi narsisme ?

B. Tujuan Penulisan

1. Memahami arti narsisme

1
2. Mengetahui aspek narsisme

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi narsisme

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Narsistik

Narsistik merupakan suatu pola kemegahan, yang menimbulkan prilaku


dari seseorang untuk ingin dikagumi, bergerak menuju pandangan dan sifat
positif, termasuk kecerdasan, daya tarik fisik, dan kekuatan. Orang narsis selalu
berusaha membuat dirinya menarik, tetapi hanya untuk menarik perhatian publik
(Mehdizadeh, 2010).

Epistemologi narsisme berasal dari istilah narsisme. Narsisme digunakan


untuk menggambarkan citra seseorang yang mencintai dirinya sendiri. Sampai
batas tertentu, cinta diri dapat dianggap normal, tetapi jika cinta diri terlalu
berlebihan dengan mengganggu orang lain atau diri anda sendiri, itu dianggap
sebagai gangguan atau gangguan kepribadian. Lebih lanjut Menurut Chaplin
(Kristanto, 2012) arti kata narsistik merupakan kata yang ditujukan untuk
seseorang yang suka kagum dengan dirinya sendiri secara berlebihan dan tidak
perduli dengan orang lain, narssis bisa dialami oleh seseorang sampai dewasa
sebagai suatu bentik fiksasi. Sedangkan Froom menjelaskan narsisitik
merupakan bentuk dari seseorang terfokus kepada dirinya sendirin soalah
bahagia dengan dunia yang dimilikinya sendiri. Mereka memiliki tuntutan
neurotik dan mereka selalu merasa unggul dari orang lain (Feist & Feist, 2017).

Berdasarkan DSM V (APA, 2013) seseorang dikatakan kecendrungan


narsis jika pada dirinya terdapat lima dari sembilan hal dari ciri-ciri berikut ini :

1. Melebihkan bakat yang dimiliki serta meras paling hebat.

2. Selalu ingin mendapat pujian dari orang lain.

3. Menghayal tentang keberhasilan, kekuasaan, kecantikan dan


kepopuleran yang berlebihan.

3
4. Selalu merasa unik dan lebih istimewa dari orang lain serta hanya
ingin berhubungan dengan orang yang berkelas.

5. Selalu menuntut orang agar sesui dengan apa yang diinginkannya

6. Memperdaya orang lain supaya memperoleh apa yang ingin


dimilikinya

7. Tidak memiliki rasa berempati

8. selalu merasa irai dengan kelebihan yang dimiliki orang lain

9. cendrung berprilaku angkuh dan kasaar.

B. Aspek-Aspek Narsistik
Menurut Kristanto (2012) terdapat delapan aspek narsistik yaitu :

1. Aspek obsesi penampilan fisik

Mampu menerima self-relief dengan baik dengan penampilan


yang tidak berlebihan, anda bisa memposisikan diri secara alami.

2. Aspek ingin selalu menjadi pusat perhatian

Individu mampu menerima keaadaan dirinya didepan orang


banyakaa dan ingin menjadi idola dari orang lain

3. Aspek suka difoto atau digambar dan selalu menyampatkan memotret


diri dengan kamera HP Ccendrung menyeleksi dari sekian banyak foto
yang diambil untuk di tunjukan kepada orang lain.

4. Aspek pandangan yang dibesar-besarkan tentang dirinya sendiri.


Selalu merasa lebih istimewa daripada orang lain.

4
5. Semua aspek fokus pada kesuksesan, kebijaksanaan dan keindahan
diri. Secara pribadi pribadi berpikir bahwa orang lain harus melihat
kesuksesan mereka sendiri.

6. Aspek keinginan ekstrim untuk dipuji

individu mengganngap pujian sebagai suatu haal yang paling


penting untuk dirinya ketika ia memperoleh keberhasilan

7. Aspek iri pada orang lain

Individu selali merasa apa yang dimilikinya masih tidak cukup


dan mengharapkan suatu yang lebih

8. Aspek memanfaatkan orang lain

Individu akan memperdaya orang lain demi mendapatkan apa


yang ingin dimilikinya

Dari berbagai aspek diatas kita dapat melihat dengan jelas


dilingkungan sekitar kita dengan seiringnya perkembangan jaman dan
perkembangan media massa potensi narsistik semakin meningkat
karena media massa merupakan salah satu sarana yang paling umum
dipakai individu untuk memamerkan diri mulai dari memposting foto
sampai dengan memamerkan kekayaan demi menunjukkan kepada
semua orang bahwa sosoknya adalah yang terbaik dan orng lain bukan
apa-apa. Maraknya perkembangan teknologi ini sangan
mempengaruhi terhadap narsistik karena di media individu bisa
dengan bebas pamer aksi host perempuan Bigo Live yang sedang dandan
dan ganti baju dalam kamar hotel yang videonya juga viral, ia menyiarkan
secara sadar aksinya itu melalui Bigo Live. Aplikasi siaran langsung dalam
format video, siaran video itu kemudian direkam salah satu follower
(penonton) dan diunggah ke berbagai platform media sosial, mulai YouTube
sampai Facebook. (http://surabaya.tribunnews.com/2017/01/10/-, di
akses15-04-2017), kini alat-alat seperti HP,computer dan yang lainnya

5
sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat semua sudah menjadi
kebutuhan pokok dalam kesehariannya seolah tidak lengkap hidupnya
jika tidak memegang HP,padahal tujuannya hanyalah untuk
mengabadikan momen dan memamerkan seluruh aktivitasnya padahal
media sosial sejatinya dibuat untuk mempermudah berbagi informasi,
sayangnya justru banyak sekali penyalah gunaan atas penggunaan media
sosial sebagai tempat untuk memaki, marah, dan berbagi hal-hal yang tak
senonoh. Masih banyak juga pengguna media sosial yang kurang
memperhatikan etika ketika berbagi di media sosial ( Nafilah, 2015) .

Jika dibandingkan dengan kasus-kasus di masa lalu maka


dapat ditarik kesimpulan bahwa di jaman ini peningkatan narsistik
sangatlah melambung tinggi dimana seorang bayi mungil saja sudah
dibiasakan dengan HP dan dipertontonkan kepada mereka sebuah seni
yang salah untuk membentuk kepribadian yang narsistik,para orang
tua berpose dihadapan anak-anaknya dan memamerkannya sehingga
anak punyak kecenderungan untuk memodel lingkungannya, ini
sangat ironis karena sifat narsistik akan membuat kecenderungan kita
tidak menghargai orang lain, merasa paling baik dan paling sempurna
sedangkan orang lain bukan apa-apa banginya. Semua ini perlu
menjadi perhatian bersama mulai dari lingkungan keluarga sampai
pada lingkungan masyarakat.

C. Faktor-faktor yang Memngaruhi Narsisme


Lubis (Husni, 2019) menegaskan bahwa jenis narsisme sangat luas, tidak
hanya bisa mengenali gejalanya, tetapi juga penyebabnya. Penyebab narsisme
dari faktor biologis, psikologis dan sosiologis adalah sebagai baerikut :

1. Faktor psikologis, yaitu narsisme terjadi karena tingkat aspirasi yang


tidak realistis atau berkurangnya penerimaan diri.

2. Faktor biologis, yaitu gangguan narsistik secara biologis lebih banyak


dialami oleh individu yang orang tuanya neurotik.

6
3. Faktor sosiologis, yaitu narsisme yang dialami oleh semua orang dari
berbagai lapisan dan kelompok, hingga perbedaan nyata antara
kelompok budaya tertentu dan reaksi narsistik yang dialaminya.

Dari berbagai factor diatas yang paling berpengaruh ialah factor sosial,
dimana sekolompok masyarakat menjadi actor utama yang dimodel oleh individu
dalam pembentukan kepribadiannyaI ndividu narsisme memanfaatkan hubungan
sosial untuk mencapai popularitas, selalu asik dan hanya tertarik dengan hal-hal
yang menyangkut kesenangan diri sendiri (Mehdizadeh, 2010). Menurut Rathus
dan Nevid (2000),. Sebagaimana kita saksikan dalam realitas kehidupan kita saat
ini bahwa tradisi ikut-ikutan terhadap orang lain sudah menjadi kewajaran
meskipun apa yang ditirunya buruk, kita merasa merasa hits jika kita menjadi
bagian dari apa yang mereka lakukan di jaman ini, yang terbaru dunia global saat
ini didominasi oleh media tiktok dalam melangsungkan narsisnya.
Melihat hal yang terjadi saat ini, urusan mental sangatlah penting
untuk diperhatikan, mental harus mendapat perhatian khusus dari para psikolog
dalam proses penanganannya karena tentu ini tidak baik untuk sebuah kenormalan
hidup,kita harus bisa mengendalikan semuanya dengan control diri untuk
memulihkan kembali kestabilan mental kita .Kontrol diri digunakan oleh individu
untuk mengelola faktor-faktor perilaku yang sesuai dengan lingkungan sekitar,
digunakan dalam mengontrol perilalu serta mengubah perilaku yang sesuai
dengan kondisi dan sesuai dilingkungan sekitarnya. Avrill (1973) mengemukakan
kontrol diri yaitu kemampuan individu dalam mengontrol tindakan langsung
terhadap lingkungan, pemahaman makna terhadap peristiwa dan control terhadap
alternative suatu pilihan.,jika kita tidak bisa mengendalikan narsistik maka kita
tak lagi bisa menghargai orang lain karena kita terlalu sibuk menganggap diri kita
yang paling baik, kita tidak lagi punya rasa hormat pada orang lain karena kita
sibuk mencemarkan kehormatan, kita tidak lagi bertindak sebagai manusia normal
karena kita sudah kehilangan rasa malu dan nurani kemanusiaan semua ini perlu
edukasi,perlu terapy dan perlu pemulihan karena kita terlahir untuk menjadi sosok
yang berkarakter seperti manusia yang abnormal.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Narsistik adalah sebuah perilaku yang ada pada setiap manusia sejak lahir.
Hanya saja tingkat narsistik pada seseotrang sangat bervariasi. narsisitik
merupakan sifat yang dimiliki oleh seorang individu yang terlalu berlebihan
mengagumi dirinya sendiri, merasa selalu labih unggul dari orang lain bahkan
tidak pernah perduli dengan pendapat orang lain serta terlalu asik dengan dirinya
sendiri dan cendruung mencari perhatian dari orang-orang dengan percaya diri
salahsatunya gemar membagikan potret diri ke situs publik.

Aspek-aspek narsistik yaitu, obsesi penampilan fisik, ingin selalu menjadi


pusat perhatian, suka difoto atau digambar, pandangan suka membesar-besarkan
diri sendiri, terfokus kepada kelebihan diri, iri terhadap orang lain dan
memanfaatkan orang lain. Faktor-faktor yang memengaruhi narsistik yaitu
disebabkan oleh psikologis, biologis dan sosiologis.

8
DAFTAR PUSTAKA

Feist, J., & Feist, G. J. (2017). Teori Kepribadian. In Jilid 2 (8th ed.). Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika.

Husni, M. (2019). Selfie Gangguan Kepribadian Narsistik. Jurnal Tinta, 1(1),


105–116. Retrieved from
http://ejournal.alqolam.ac.id/index.php/jurnaltinta/article/view/146

Kristanto, S. (2012). Tingkat Kecenderungan Narsistik Pengguna Facebook.


Journal of Social and Industrial Psychology, 1(1). Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip/article

Chaplin, J. P. (2009). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Dhianty, M. A. (2016). Kecenderungan Narsistik Pengguna Media Sosial Path Pada
Siswa Kelas 12 SMU AL-Kautsar Bandar Lampung, skripsi. Universitas Lampung
Bandar Lampung. Handayani, N. (2014). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan
Narsisme Pada Remaja Pengguna Facebook. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Mehdizadeh, S. (2010). Self-presentation 2.0: Narcissism and self-esteem on


facebook. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 13(4), 357–
364. https://doi.org/10.1089/cyber.2009.0257

Ulya, R. (2012). Perbedaan Kecenderungan Narsistik Antara Laki-Laki Dan Perempuan


Pengguna Jejaring Sosial Instagram, Jurnal Penelitiaan Program Studi Psikologi,
FakultasIlmu Sosial danIlmu Politik,Universitas Brawijaya.

Wahdha, N. I. (2016). Hubungan Kontrol Diri dan Pengungkapan Diri Dengan Intensitas

9
Penggunaan Facebook Pada Siswa SMP Sunan Giri Malang, skripsi. Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Wirawan, S. (1989) Psikologi Remaja, Published February 2010, Edisi Revisi PT Raja
Grafndo Persada

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan.


Edisi kelima. Jakarta:

Erlangga Lubis, S. (2005) Teknologi Komunikasi dan Pembangunan. Penerbit Universitas


Sumatera Utara, Medan. Pangastuti, H. (2015).

Hubungan Antara Narsisme Dengan Presentasi Diri Pada pengguna Jejaring Sosial
Facebook. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Perdana, D. (2011). Pengaruh Sosial Media terhadap Generasi Muda Bangsa Indonesia.
Yogyakarta: Jurusan Teknik Informatika STMIKAMIKOM Yogyakarta.

Prasetyo, M. N. M (2016). Hubungan Antara Konsep Diri dengan Narsistik Pada


Mahasiswa yang menggunakan Media Sosial Facebook. Skripsi. Universitas 17
Agustus 1945 Surabaya.

Rachdianti, Y. (2011). Hubungan Antara Self-Control

Aroma, I. S. (2012). Hubungan antara Tingkat Kontrol diri dengan Kecenderungan


Prilaku Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Vol
01 No 02. 02-04 Universitas Airlangga Surabaya

Astrawianita, A. (2013). Hubungan Antara Kebutuhan Untuk Diakui Dengan


Kecenderungan Negative Social Climber Pada Remaja Pengguna Facebook.
skripsi. Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Apsari, F. 2012. Hubungan Antara Kecenderungan Narsisme dengan Minat Membeli


Kosmetik Merek Asing Pada Pria Metroseksual. Jurnal Talenta Psikologi Vol. 1
No.2. 20-25. Fakultas Psikologi: Universitas Sahid Surakarta

10
Rachdianti, Y. (2011). Hubungan Antara Self-Control Dengan Intensitas Pengguna
Internet Remaja Akhir, skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Rahma, K, (2016). Budaya Narsisme Dan Selfie. Jurnal Psikologi. Universitas Islam
Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Resti, F. M. & Tri, P. A. (2014). Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Kecenderungan
Kecanduan Media Sosial Pada Remaja Akhir. Jurnal Fakultas Psikologi Vol. 3 No.
4. 27-32 Universitas Diponegoro.

Briggs, Myers. (2007). Myers Briggs Personality Type. http://www.team


technology .com .uk,

DeVito, J. A. (2004). The Interpersonal Communication Book, 10th ed. Boston:


PearsonAllyn & Bacon.

Gibson, James L. et al. (2009). Organizations: Behavior, Structure, Process. New York:
McGraw-Hill/Irwin.

Saputra, K. (2012) Tingkat Kecenderungan Narsistik Pengguna Facebook. Skripsi.


Penelitian Fakultas Psikologi Universitas Negeri Semarang.

Sari, A. (2014). Hubungan Antara Penggunaan Jejaring Sosial Twitter Dengan


Pengendalian Diri Pada Mahasiswa. Fakultas Psikologi Angkatan 2013-2014
Universitas Muhammadiyah Surakarta. UMS: Naskah Publikasi.

Rachdianti, Y. (2011). Hubungan Antara Self-Control Dengan Intensitas Pengguna


Internet Remaja Akhir, skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Rahma, K, (2016). Budaya Narsisme Dan Selfie. Jurnal Psikologi. Universitas Islam Negri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Resti, F. M. & Tri, P. A. (2014). Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Kecenderungan
Kecanduan Media Sosial Pada Remaja Akhir. Jurnal Fakultas Psikologi Vol. 3 No.
4. 27-32 Universitas Diponegoro.

11
Saputra, K. (2012) Tingkat Kecenderungan Narsistik Pengguna Facebook. Skripsi.
Penelitian Fakultas Psikologi Universitas Negeri Semarang.

ersey, Paul and Kenneth H. Blanchard. (2000). Management Of Organizational


Behavior: Utilizing Human Resources. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall

Sari, A. (2014). Hubungan Antara Penggunaan Jejaring Sosial Twitter Dengan


Pengendalian Diri Pada Mahasiswa. Fakultas Psikologi Angkatan 2013-2014
Universitas Muhammadiyah Surakarta. UMS: Naskah Publikasi.

Matthews, G., I. J. Deary, and M. C. Whiteman. (2003). Personality Traits. England:


Cambridge University Press.

McCormick, Ernst J. and Joseph Tiffin.. (2004). Industrial Psychology. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.

Mullins, Laurie J. (2005). Management and Organizational Behavior. Edinburgh Gate,


Harlow: Prentice Hall.

Robbins, Stephen P. and Timothy A. Judge. (2007). Organizational Behavior. New


Jersey: Pearson Education, Inc. Schneider, Benjamin and D. Brent Smith, (2004).
Personality and Organization.

Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

West, Richard and Lynn H. Turner. (2007). Introducing Communication Theory:


Analysis and Application. New York: McGraw-Hill/Irwin

Bateman, Thomas S. and Scott A. Snell. (2009). Management: Leading & Collaborating
in a Competitive Word. New York: McGraw-Hill/Irwin. Beebe, S.A., S.J.

Beebe, and M.A. Redmond. (2005). Interpersonal Communication: Relating to Others.


Boston: Pearson-Allyn & Bacon.

Briggs, Myers. (2007). Myers Briggs Personality Type. http://www.team


technology .com .uk,

12
DeVito, J. A. (2004). The Interpersonal Communication Book, 10th ed. Boston:
PearsonAllyn & Bacon.

Gibson, James L. et al. (2009). Organizations: Behavior, Structure, Process. New York:
McGraw-Hill/Irwin

13

Anda mungkin juga menyukai