DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VIII
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Cara Bergaul Yang Baik”.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan terima kasih penulis
sampaikan kepada Bapak Sahat Patar Lumban Gaol, S.Sos., M.A., M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Pendidikan Agama Kristen yang telah membimbing dan
memberikan kuliah demi kelancaran penyelesaian tugas makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca, sehingga menambah wawasan para pembaca
dan juga dapat memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Kristen.
Penulis
Ketua Kelompok
Alexander Jonathan
NIM. 10011281924200
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1. Latar Belakang...............................................................................................1
2. Rumusan Masalah..........................................................................................1
3. Tujuan............................................................................................................1
4. Manfaat..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
1. Kesimpulan..................................................................................................16
2. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
LAMPIRAN..........................................................................................................18
A. Pertanyaan-pertanyaan.................................................................................18
B. Makalah sebelumnya...................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial. Jadi manusia tidak dapat hidup tanpa
orang lain. Dalam menjalankan kehidupannya, seorang manusia selalu
membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya agar dapat mencapai taraf tingkah
laku sebagai manusia.
Tak jarang pada saat ini banyak manusia yang mengabaikan cara bergaulnya
dengan sesamanya, sehingga banyak manusia yang mengalami permasalahan dalam
berinteraksi sosial. Awalnya manusia dilahirkan dengan keadaan suci, tetapi
akibat pergaulan yang salah, semakin dia dewasa maka ia semakin mengenal dosa.
Disebutkan didalam Alkitab dalam Injil 1 Korintus 15 ayat ke 33 yaitu bahwa “….
Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”
2. Rumusan Masalah
Bagaimana cara bergaul dengan baik diera modern sekarang ini agar dapat
terhindar dari masalah pergaulan yang buruk?
3. Tujuan
1
4. Mengetahui apa saja suka dan duka dari bergaul.
5. Mengetahui bagaimana tahapan-tahapan dalam pergaulan.
4. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa hubungan dengan orang lain. Oleh
sebab itu, adanya individu-individu lain merupakan suatu keharusan. Manusia
diciptakan sebagai makhluk sosial yang selalu akan hidup dalam suatu hubungan
keterikatan dengan individu lainnya. Seorang manusia selalu membutuhkan
pergaulan dengan manusia lainnya agar dapat mencapai taraf tingkah laku
manusia.Dalam perkembangan usia, pola hubungan seseorang juga berkembang.
Pola itu jelas pada usia remaja dan terus bertahan sampai usia lanjut. Pola itu
terdiri atas lima dimensi (Ismail 2007, 109).
1. Dimensi persamaan.
Kita memilih teman yang mempunyai persamaan dalam kepribadian, nilai-
nilai hidup, perilaku, minat dan latar belakang.
2. Dimensi timbal balik.
Kita mencari teman yang bisa saling mengerti, saling percaya, saling
tolong, saling mengakui keunggulan dan saling memaklumi kelemahan
masing- masing.
3. Dimensi kecocokan.
Kita berteman karena merasa cocok dan senang berada bersama dia.
4. Dimensi struktur.
Kita mencari teman yang berjarak dekat, mudah dihubungi dan bisa
bertahan.
5. Dimensi model.
Kita berteman karena kita respek dan mengagumi kualitas kepribadiannya.
Dengan teman segolongan usia, kita bisa saling ikut merasakan dan saling
menopang dalam suka maupun duka. Sedangkan dengan teman yang lebih muda,
kita bisa menjadi sumber hikmat dan bijak dalam menghadapi persoalan sehari-
hari, karena kita telah mengalami semua Itu. Ada pergaulan yang menggambarkan
3
hubungan reaktif saja, seolah-olah antara dua individu atau lebih hanya terjalin
hubungan bagaikan tanya jawab saja. Ada pula pergaulan yang individu-
individunya aktif dan kreatif menciptakan hubungan, masing-masing individu
saling memajukan taraf kehidupannya, dan saling menyempurnakan martabatnya.
Seni bergaul adalah cara bagaimana membuat diri kita disukai oleh sesama
(Selan 1991, 103). Keinginan untuk disukai merupakan kodrat manusia. Oleh
sebab itu, manusia mencurahkan segenap akal budinya untuk menemukan cara-
cara yang jitu agar dirinya disukai oleh banyak orang. Faktor utama dalam
memupuk seni bergaul adalah pengertian dari kita sendiri tentang pribadi orang
lain. Sering terjadi kita tidak menyenangi seseorang, karena kita salah mengerti
motif, kemampuan, sikap dan kepribadian orang tersebut. Hubungan antar pribadi
yang baik akan meningkatkan nilai dan arti dari seseorang. Hubungan tersebut
akan menghasilkan kepuasan bagi mereka yang tahu seni bergaul.
1. Dalam pergaulan pada setiap individu perlu adanya keterbukaan diri melalui
pertimbangan menerima apa yang diberikan oleh orang lain dalam bentuk
pendapat dan pandangan. Keterbukaan mengharuskan kita berhubungan
dengan orang lain tanpa bersembunyi di balik topeng. Keterbukaan
merupakan kunci menuju persahabatan (Kesler 1994, 975).
2. Melihat seseorang sebagaimana Tuhan memandangnya.
3. Mengenal individu lain sebagai seorang individu yang lain yang tidak sama
dengan diri kita sendiri. Mengenal individu lain berarti berusaha mengetahui
sifat-sifat, sikap, pandangan dan latar belakangnya yang telah membentuk
individu lain itu dan yang mendasari kepribadiannya maupun tingkah
lakunya.
4. Mengerti bahwa individu lain memiliki ciri khas, sifat khusus dan latar
belakang masing-masing. Adanya perbedaan ini tidak berarti bahwa
perbedaan tersebut perlu diubah dengan maksud agar orang lain dipaksa
menyamakan dirinya dengan diri kita.
5. Memerhatikan orang lain dalam berbagai keadaan.
4
6. Ambillah waktu untuk bersahabat dengan dia dan membiarkan dia berbicara
tentang hobinya serta problemnya, teman temannya dan pokok-pokok yang
menarik baginya.
7. Memahami faktor psikologis yang mendorong kelakuannya. Dengan mengerti
keadaan psikologisnya, kita lebih dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya.
8. Berusaha untuk menghindari sifat atau sikap yang kurang menyenangkan
seseorang.
9. Perbuatlah apa yang menurut pendapat Anda harus diperbuat orang lain
kepada Anda.
10. Setiap orang mendambakan pujian. Usaha manusia yang terbesar adalah
untuk mendapatkan pujian. Alasannya, tentu saja, adalah bahwa pujian yang
tulus membuat kita merasa diterima, menambah keyakinan diri kita dan
membantu menghilangkan keragu-raguan kita. Pujian adalah ungkapan
penghargaan yang diberikan secara tulus, tanpa pamrih untuk kepentingan
pribadi. Memberikan pujian selalu lebih efektif daripada kritik. Pujian
menghasilkan banyak perbuatan baik daripada keluhan.
11. Hindarilah perbantahan. Anda terlalu bijaksana untuk terseret dalam
perbantahan yang sia-sia, yang tidak seorang pun akan menang.
12. Jangan merusak kesenangan orang lain. Salam yang hangat, pujian atau
penghargaan dapat memberikan kesenangan dan membuat seseorang merasa
enak sepanjang hari.
13. Bersahabatlah dengan pemuda atau pemudi yang akan membawa Anda ke
hidup yang baik, jangan yang jahat.
14. Pupuklah rasa humor. Rasa humor dapat membuat suasana gembira dan
santai. Banyak konflik dan ketegangan dalam pergaulan dapat diatasi dengan
sikap yang suka humor. Humor haruslah yang sopan, dan tidak berkesan
menghina, menyindir, atau mengejek orang lain.
Berikut ini ada beberapa hal praktis yang dapat menolong Anda mendapatkan
sahabat dengan mudah:
5
1. Memusatkan perhatian Anda pada orang lain. Pikirkanlah tentang
bagaimanakah Anda dapat menolong mereka. Jika berbicara dengan orang
lain, janganlah berbicara tentang diri Anda. Tunjukkanlah bahwa Anda
menikmati kehadiran mereka.
2. Menghargai orang lain. Belajarlah untuk membuat orang lain berharga.
Perlakukanlah mereka sebagai gambar dan rupa Allah yang sama dengan
Anda. Penampilan, kedudukan sosial dan keadaan ekonomi bukanlah dasar
penghargaan kita. Hargailah mereka sebagai ciptaan Allah.
3. Mengubah cara berpikir tentang orang lain. Kecurigaan adalah senjata yang
ampuh untuk melumpuhkan atau memutuskan tali persahabatan. Berpikiran
negatif tentang orang lain akan mendorong tindakan yang negatif pula.
4. Mencari orang yang terlantar dan sedih. Dunia penuh dengan orang yang
tidak mempunyai teman, orang yang menderita kesakitan dan yang menjadi
korban kekejian orang lain sehingga mereka penuh dengan dendam.
Untuk membangun persahabatan ada tujuh prinsip berikut ini yang perlu
diperhatikan.
6
1. Perhatikan setiap orang baru di sekitar Anda.
2. Kembangkan ekspresi yang membuat suasana ceria.
3. Berlatih menyapa orang dengan nama.
4. Ajukan pertanyaan yang tepat.
5. Menjadi pendengar yang baik.
6. Jangan congkak dan merasa lebih baik dari orang lain.
7. Sopan santun dalam tingkah laku.
Ada dua bahaya yang menyangkut hubungan kita dengan teman-teman kita.
Bahaya pertama adalah keeksklusifan, yaitu kecenderungan untuk menolak orang-
orang dari kalangan tertentu. Mungkin orang itu ditolak karena suku bangsanya,
kemiskinannya, dianggap bodoh atau terlalu pintar, atau karena alasan yang lain.
8
Sikap itu mengembangkan kesombongan dalam hati orang-orang yang menolak.
Kesombongan itu merusak kepribadian seseorang. Karena kesombongannya,
orang yang lemah lembut dapat menjadi keras hati dan kejam. Allah bekerja untuk
mempersatukan orang-orang. Ia mengasihi semua orang. Kasih kita perlu
mencerminkan kasih Allah yang sangat inklusif itu.
9
Motif dalam pergaulan Kristen adalah “kasih yang sudah kita terima dari
Kristus, bukan ‘kasih yang sekuler’.” misalnya kasih yang dikuasai oleh hawa
nafsu, kasih yang materialistis atau kasih yang egoistis. Beberapa prinsip
pergaulan yang berdasarkan kasih Kristus dan yang sesuai dengan kebenaran
Alkitab adalah sebagai berikut.
10
5. Saling menghargai
Sikap saling menghargai menghasilkan sifat suka menghormati orang lain,
lebih banyak mendengar daripada berbicara, toleransi, berani menerima
pendapat orang lain dan tidak suka memperalat orang lain. Sebaliknya, orang
yang “suka menghina” akan terlihat dari sifatnya yang kurang menghargai
pribadi orang lain, suka mencela, emosinya tidak stabil, ceroboh, kasar,
pemarah, dan terlalu agresif.
6. Saling mengasihi
Kasih yang benar adalah kasih yang berasal dari Kristus. Kasih yang
seperti itu terlihat dari sifat tenggang rasa, tidak suka perhitungan dengan
teman, tahan diri untuk tidak selalu membicarakan diri sendiri, rela berkorban
dan suka mengalah untuk menang. Kasih yang seperti itu mendasari
pergaulan yang menjadi sahabat lebih baik daripada saudara, karena orang
yang seperti itu rela menerima sahabatnya sebagaimana dia adanya. Dalam
keadaan bagaimanapun, pada saat kapanpun dan di mana pun tempatnya, dia
tetap menjadi “sahabat yang baik.”
Oleh para ahli sosiologi, pergaulan disebut interaksi. Interaksi bisa bersifat
luas (bergaul dengan banyak orang) atau bersifat frekuen (sering bergaul dengan
orang). Dua orang yang bersahabat secara kental tidak bergaul secara luas tetapi
frekuen, sedangkan seorang ekstrovert bergaul secara luas tetapi hanya sebentar
saja. Sejak dilahirkan manusia memang sudah mempunyai naluri untuk hidup
berkumpul dengan orang-orang lain. Bahkan pada suatu saat orang tadi
dipisahkan dari orang- orang lain, kemungkinan besar keseimbangan jiwanya
akan mengalami gangguan.
Orang yang ekstrovert mempunyai bakat bergaul. Selain itu, orang yang
mempunyai bakat bergaul biasanya adalah orang yang menyukai keramaian dan
11
suka bertemu dengan banyak orang. Sebaliknya, orang yang tidak bisa bergaul
dengan orang lain adalah orang yang bertipe introvert. Orang yang tidak bisa
bergaul dengan orang lain biasanya kalau bertemu orang lain merasa tegang dan
membenci keramaian. Di samping itu, perlu diperhatikan juga adanya beberapa
sifat yang menghalangi pergaulan, seperti sikap sombong, egois, cerewet,
kecenderungan suka memaksa orang lain dan sebagainya. Suka dan duka dalam
pergaulan tentu saja ada, bahkan boleh dikatakan banyak.
Anda butuh teman juga untuk menumpahkan seluruh isi hati anda yang
memang belum tentu teman anda dapat membantu, tetapi minimal anda merasa
seolah-olah bebas bila anda telah mencurahkan isi hati anda.
Dalam pergaulan anda tidak boleh terlalu acuh atau akrab sebab dalam
pergaulan ada duka. Misalnya, anda telah akrab dengan seseorang. Apabila terjadi
perselisihan dengan orang tersebut, rahasia anda bisa dibongkar semua. Sikap
12
tersebut tidaklah benar bagi persahabatan. Adapun duka pergaulan yang lain yang
bisa anda alami ialah jika seseorang dari teman-teman anda menjauhi anda dengan
alasan yang tidak jelas, mungkin iri atau yang lain yang anda sendiri tidak tahu
pasti. Duka lain, misalnya, ada teman yang mulai mengucapkan fitnah supaya
nama anda menjadi jelek dan dijauhi oleh teman lain. Duka pergaulan yang lain
lagi adalah terjadi salah paham dalam pergaulan antara anda dengan teman dan
mengakibatkan hubungan menjadi agak terganggu. Ada pula yang mau
menghargai teman yang bermobil saja, kaya raya dan sebagainya, tetapi tidak mau
menghargai teman yang kurang mampu sehingga dalam pergaulan, anda dapat
melihat adanya kelompok-kelompok dalam pergaulan. Yang kaya dengan yang
kaya, sedangkan yang miskin dengan yang miskin. Di dalam bergaul, kita juga
sering mendapat kesukaran karena tidak semua orang mempunyai sifat yang sama,
ada yang sombong, ada yang genit, ada yang egois dan sebagainya.
Tulus Tu’u (1988, 33-36) membagi pergaulan muda-mudi ke dalam lima tahap.
13
dua orang yang bertemu. Pada tahap persahabatan yang lebih istimewa ini
tidak ada kemesraan yang intim. Pada tahap ini pertemuan diadakan dalam
kelompok, bukan sebagai pasangan yang terlepas dari kelompok. Misalnya,
malam ini di pertemuan pemuda gereja, Budi dapat bercakap-cakap dengan
Tini dan Dewi. Besok di sekolah ia bercakap-cakap dengan Yuli. Pada hari
Sabtu, ia akan berenang dengan rombongan pemuda. Ia mengetahui bahwa
Tini juga akan mengikuti rombongan itu, dan ia mempunyai harapan untuk
berbicara dengan Tini, walaupun ia juga akan bergaul dengan kawan-
kawannya yang lain. Dengan pertemuan-pertemuan seperti ini, ia dapat lebih
mengenal beberapa orang tanpa membentuk hubungan erat yang mengikat.
Hubungan-hubungan pada tahap ini masih dicurigai oleh banyak orang.
Tahap ini sangat perlu dikembangkan oleh pemuda-pemudi yang memerlukan
kesempatan untuk mengenal baik lebih banyak orang dari lawan jenis.
8. Pacaran
Pergaulan tahap ini sepasang pemuda pemudi melakukan suatu
persetujuan bahwa mereka akan mengadakan hubungan khusus dan akan
menghentikan semua hubungan khusus dan akrab yang lain dengan orang-
orang dari lawan jenisnya. Mereka masih ingin saling mengenal dengan lebih
baik, tetapi sekarang ada unsur yang baru. Mereka masih bebas untuk
memutuskan hubungan mereka, tetapi sekarang tindakan putus itu perlu
disertai pembicaraan bersama dan keterangan bersama yang lebih dalam
daripada yang diperlukan pada tahap-tahap sebelumnya. Karena tujuan pokok
tahap ini adalah lebih mengenal pacar, mereka perlu banyak berbicara
bersama dan banyak menjalankan aktivitas-aktivitas bersama. Tahap ini perlu
makan waktu yang cukup lama sehingga mereka dapat mengetahui apakah
mereka benar-benar tepat untuk meneruskan hubungan mereka ke tahap yang
lebih dalam. Tahap pacaran ini tidak selamanya diakhiri dengan perkawinan.
Mungkin juga terjadi perpisahan apabila ternyata ada ketidak cocokan yang
hakiki. Oleh sebab itu, prinsip yang berlaku dalam pacaran adalah tidak
melangkah jauh kepada kemesraan yang membuat tidak dapat mengendalikan
diri, harus menjaga kesucian diri masing-masing dan dapat menahan diri tidak
terbuai oleh cinta berahi. Karena hubungan pacaran jelas masih dapat putus.
14
9. Bertunangan
Berbeda dengan semua tahap sebelumnya, pertunangan biasanya berdasar
atas perjanjian resmi yang diumumkan kepada orang-orang lain. Perjanjian
ini berbunyi bahwa sepasang pemuda-pemudi akan menuju pernikahan.
Tahap ini merupakan masa ujian. Mereka memperdalam hubungan mereka
dengan menguji apakah mereka tepat menikah atau cocok membangun suatu
rumah tangga. Ada persetujuan bahwa mereka akan menikah kecuali kalau
ternyata suatu alasan kuat untuk tidak menikah. Pertunangan dapat
dibatalkan, tetapi pembatalan harus disertai dengan alasan-alasan yang
penting yang penuh tanggung jawab. Biasanya pertunangan akan berakhir
dalam pernikahan. Bila ternyata bahwa mereka sebaiknya tidak menikah,
mereka sebaiknya berpisah sebelum pernikahan mereka terjadi.
10. Pernikahan
Pada tahap ini, ada dua unsur baru. Pertama, hubungan antara dua orang itu
sekarang tidak boleh diceraikan. Menurut ajaran Kristen mereka yang telah
menikah tidak boleh dipisahkan kecuali oleh kematian. Kedua, mereka mulai
hidup bersama dan bersenggama. Unsur kedua berhubungan erat dengan
unsur pertama, karena senggama hanya tepat kalau dilindungi oleh hubungan
yang tidak dapat dihentikan. Sebaiknya, pernikahan di catatan sipil diadakan
pada waktu yang sama atau hampir sama dengan pemberkatan pernikahan
oleh gereja. Bila pemberkatan dua orang ditunda sesudah pernikahan di
catatan sipil, timbul kebingungan tentang status hubungan mereka dalam mata
orang banyak dan mungkin juga dalam pikiran mereka sendiri.
15
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Manusia diciptakan sebagai mahluk sosial dimana manusia itu tidak dapat
hidup sendirian. Oleh sebab itu, manusia membutuhkan pergaulan. Pergaulan itu
sendiri merupakan hubungan antara dua orang atau lebih yang biasanya terbentuk
oleh beberapa faktor, seperti faktor kesamaan. Dalam membangun pergaulan
hendaklah kita tidak memandang orang dari luarnya saja, sama seperti Tuhan
yang mengasihi semua manusia tanpa pandang bulu.
Tak hanya itu saja, pergaulan umat kristen bukanlah pergaulan yang
eksklusif dengan orang kristen saja. Kita boleh bergaul dengan semua orang
asalkan pergaulan itu merupakan pergaulan yang benar dan bertanggungjawab.
Pergaulan itulah yang akan menjadi hubungan persahabatan yang sejati.
Persahabatan sejati adalah persahabatan yang teguh sama seperti hubungan Tuhan
dan manusia. Hubungan Tuhan dan manusia adalah perwujudan dari persahabatan
sejati. Dan kita sebagai mahluk sosial hendaklah dapat membangun pergaulan
yang baik yang nantinya dapat menjadi hubungan persahabatan yang sejati.
2. Saran
Sebagai Mahasiswa dan Pengikut Kristus, kita boleh bergaul dengan semua
orang, tetapi dengan pergaulan yang benar sesuai Firman Tuhan serta pergaulan
yang bertanggung jawab.
16
DAFTAR PUSTAKA
Kesler, Jay. 1994. “Keterbukaan: Kunci Menuju Persahabatan” dalam Kesler, Jay
(ed.) 1994. Pola Hidup Kristen. Malang: Gandum Mas (hal.975977).
17
LAMPIRAN
A. Pertanyaan-pertanyaan
Dalam pertemanan ada sesuatu yang harus dijaga yaitu rahasia dan privasi.
Sebagai seseorang yang membutuhkan sahabat untuk berbagi cerita, ada
kalanya kita mencurahkan isi hati kita bahkan sekalipun rahasia dan
privasi kita. Seperti yang Alkitab katakan, kita tidak boleh bergaul dengan
orang yang bocor mulut, bocor mulut berarti orang yang tidak bisa
menjaga rahasia atau privasi. Karena setiap orang memiliki rahasia yang
harus dijaga dan bukan menjadikan rahasia atau privasi teman atau sahabat
sebagai alat untuk menjatuhkan mereka. Alkitab mengajarkan kita untuk
bijaksana dalam bergaul.
2. Dalam menginjili teman, bagaimana cara untuk membuat dia agar tidak
tersinggung? (Russel Nadapdap)
Menginjili adalah tugas kita sebagai umat Tuhan. Namun, menginjili itu
bukan dengan cara paksaan agar teman yang diinjili agar mengikuti segala
sesuatu yang disampaikan. Dalam penginjilan Tuhan bekerja atasnya.
Kewajiban kita hanyalah menyampaikan injil, untuk selanjutnya Tuhanlah
yang bekerja. Agar penginjilan kita tidak membuat teman tersinggung, kita
harus berdoa terlebih dahulu agar Allah mengubah hati dan membuka mata
18
mereka terlebih dahulu (2 korintus 4:4). Setelah itu kita juga harus
memilih dan menggunakan kata-kata yang dapat mereka mengerti tanpa
membuat mereka tersinggung.
3. Ketika kita telah dewasa, dalam pergaulan khusus dengan lawan jenis,
bagaimana kita dapat mengetahui bahwa seseorang itu adalah yang
dikehendaki oleh Tuhan? (Novia Hutabarat)
B. Makalah sebelumnya
19