Disusun Oleh :
Asyifa Nur Awaliyah (141320003)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
BAB III...................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Simpulan..................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa
memisahkan hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi
bahwa segala bentuk kebudayaan, tatanan hidup, dan sistem
kemasyarakatan terbentuk karena interaksi dan benturan kepentingan
antara satu manusia dengan manusia lainnya. Keutuhan manusia akan
tercapai apabila manusia sanggup menyelaraskan perannya sebagai
makhluk ekonomi dan sosial. Sebagai makhluk sosial (homo socialis),
manusia tidak hanya mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi
membutuhkan manusia lain dalam beberapa hal tertentu, dan haruslah
saling menghormati, mengasihi, serta peduli terhadap berbagai macam
keadaan disekitarnya.
3
Penghormatan orang lain, mengharuskan kita untuk
memperlakukan orang bahkan orang-orang yang kita benci sebagai
manusia yang memiliki nilai tinggi dan memiliki hak yang sama dengan
kita sebagai individu. Berdasarakan penghormatan yang kompleksnya
jaringan kehidupan ini maka tindakan kasar yang dilakukan terhadap
hewan pun menjadi sesuatu yang dilarang sehingga kita diharuskan untuk
berlaku baik dengan cara melindungi alam lingkungan ketika kita hidup
dari rapuhnya ekosistem dan segala kehidupan ini bergantung di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumusakan menjadi beberapa rumusan masalah antara lain sebagia
berikut:
1. Apa saja bentuk-bentuk penghormatan pada orang lain?
2. Bagaimana kepedulian terhadap sesama?
3. Apa pentingnya perilaku hormat, santun dan peduli kepada sesama?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penghormatan pada orang lain
2. Untuk mengetahui kepedulian terhadap sesama
3. Untuk mengetahui pentingnya perilaku hormat, santun dan peduli
kepada sesama
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
seperti kita dalam hal tertentu. Dengan menghormati orang lain, berarti
sikap untuk tidak mencampuri urusan mereka dan tidak memaksa
tergantung pada kita.
4. Privacy (privasi, urusan pribadi), menghormati orang lain berarti
memberi mereka kesempatan untuk melakukan kesibukkan dalam
kaitannya dengan urusan mereka sendiri. Privasi adalah urusannya
sendiri yang tak berkaitan dengan kita dan biarkanlah dia menjalaninya
dan jangan sampai menganggunya untuk melakukan privasinya.
5. Nonviolence (non-kekerasan), prinsif non kekerasan ini sangat penting
bagi karakter kita untuk menunjukkan rasa hormat pada orang lain.
Tindakan kekerasan sekaligus menandai bahwa manusia tidak
menghormati orang lain, mengingat dampak kekerasan itu sangatlah
nyata dan motivasi kekerasan pastilah ungkapan rasa tidak suka (tidak
menghormati). Kekerasan disini bisa berupa kekerasan fisik maupun
non-fisik ataupun psikologis yang berupa umpan kata-kata yang
menunjukkan rasa tidak suka, membenci, dan mengintimidasi, atau
melemahkan mental.
6. Courteus (sopan) ini adalah sejenis rasa hormat aktif yang dilakukan
dengan melakukan sesuatu, atau rasa hormat yang di tunjukkan dengan
sikap yang sengaja. Juga bisa diartikan sikap hormat dan beradap dalam
perilaku, santun dalam tutur kata, budi bahasa dan kelakuan yang baik
sesuai dengan adat istiadat dan budaya setempat yang harus kita
lakukan.
7. Concerned, sikap perhatian yang memberikan perhatian pada hal atau
orang yang dihormati. Misalnya, seseorang yang menghasilkan waktu
untuk masalah-masalah anak, ia dapat dikatakan concerned pada anak
karena ia menghormati anak-anak. Seorang yang concerned pada hal
terntentu tentu di sebabkan oleh rasa peduli dan hormatnya pada sesuatu
itu. Peduli merupakan nilai dasar dan sikap memperhatikan dan
bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan di sekitar.
Indikator hormat dapat dilakukan oleh seorang siswa, adapun hormat dan
santun dapat ditunjukkan dengan perilaku berikut :
6
1. Sering berupaya untuk bersikap hormat kepada orang tua, saudara,
teman dan guru, dan berupaya untuk menghindari diri dari sikap tidak
hormat.
2. Terbiasa menghargai orang lain di sekolah, masyarakat: menghindar
diri dari sikap meremehkan orang lain; selalu menghargai orang yang
lebih tua; dan selalu mentaati aturan berlaku.
3. Selalu bersikap hormat terhadap orang tua, guru, tokoh masyarakat
dan orang lain disekitar kita dengan penuh kesadaran
7
dengan anggota keluarga, teman, dan kelompok sosial lain yang lebih
besar. 1
1
Setiadi, Elly M. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. 2012. (Jakarta: Kencana). Hal 60
2
Alma Buchari, dkk. “Pembelajaran Studi Sosial” 2010. ( Bandung: Alfabeta).
Hal 205-208
8
peduli sosial karena akansangat mendukung pada tingkatan masyarakat
yang lebih luas termasuk dampaknya bagi negara.
b. Lingkungan masyarakat, Lingkungan masyarakat pedesaan yang masih
memiliki tradisi yang kuat masih tertanam sikap kepedulian sosial
yang sangat erat. Ketika ada suatu kegiatan yang dilakukan oleh satu
keluarga, maka keluarga lain dengan tanpa imbalan akan segera
membantu dengan berbagai cara. Misalnya saat mau mendirikan
rumah, anggota keluarga yang lain menyempatkan diri untuk berusaha
membantunya.Situasi yang berbeda dapat dirasakan pada lingkungan
masyarakat perkotaan. Jarang sekali kita lihat pemandangan yang
menggambarkan kepedulian sosial antar warga. Sikap individualisme
lebih ditonjolkan dibandingkan dengan sikap sosialnya.
Beberapa hal yang menggambarkan lunturnya kepedulian sosial
diantaranya:
1) Menjadi penonton saat terjadi bencana, bukannya membantu.
2) Sikap acuh tak acuh pada tetangga.
3) Tidak ikut serta dalam kegiatan di masyarakat.
Sebenarnya di dalam masyarakat tumbuh berbagai macam kelompok
sosial. Kelompok sosial merupakan unsur-unsur pelaku atau pelaksana
asas pendidikan yang secara sengaja dan sadar membawa masyarakat
kepada kedewasaan, baik secara jasmani maupun rohaniyang tercermin
pada perbuatan dan sikap kepribadian warga masyarakat. Contoh
kelompok sosial itu adalah karang taruna, remaja masjid, PKK dan
sebagainya.
c. Lingkungan sekolah, Sekolah tidak hanya sebagai tempat untuk belajar
meningkatkan kemampuan intelektual, akan tetapi juga membantu
anak untuk dapat mengembangkan emosi, berbudaya, bermoral,
bermasyarakat, dan kemampuan fisiknya. Sekolah memiliki fungsi
diantaranya :
Fungsi sekolah sebagai lembaga sosial adalah membentuk manusia
sosial yang dapat bergaul dengan sesama manusia secara serasi
walaupun terdapat unsur perbedaan tingkat sosial ekonominya,
9
perbedaan agama, ras, peradaban, bahasa dan lain sebagainya. Menurut
pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa, sekolah bukan hanya tempat
untuk belajar meningkatkan kemampuan intelektual, akan tetapi juga
mengembangkan dan memperluas pengalaman sosial anak agar dapat
bergaul dengan orang lain di dalam masyarakat.
Selain sebagi tempat mengembangkan dan memperluas pengalaman
sosial anak, sekolah dapat juga membantu memecahkan masalah-
masalah sosial. Seperti pendapat Ary H. Gunawan3 yang menyatakan
bahwa, dengan pendidikan diharapkan berbagai masalah sosial yang
dihadapi siswa dapat diatasi dengan pemikiran-pemikiran tingkat
intelektual yang tinggi melalui analisis akademis. Fuad Ihsan 4 juga
berpendapat bahwa, di sekolah tugas pendidik adalah memperbaiki
sikap siswa yang cenderung kurang dalam pergaulannya dan
mengarahkannya pada pergaulan sosial. Di sekolah, anak dapat
berinteraksi dengan guru beserta bahan-bahan pendidikan dan
pengajaran, teman-teman peserta didik lainnya, serta pegawai-pegawai
tata usaha. Selain itu, siswa memperoleh pendidikan formal di sekolah
berupa pembentukan nilai-nilai, pengetahuan, ketrampilan dan sikap
terhadap bidang studi/mata pelajaran. .Berinteraksi dan bergaul dengan
orang lain dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, salah satunya
adalah dengan menunjukkan sikap peduli terhadap sesama. Di dalam
lingkup persekolahan, sikap kepedulian siswa dapat ditunjukkan
melalui peduli terhadap siswa lain, guru, dan lingkungan yang berada
di sekitar sekolah.Rasa peduli sosial di lingkungan sekolah dapat
ditunjukkan dengan perilaku saling membantu, saling menyapa, dan
saling menghormati antar warga sekolah. Perilaku ini tidak sebatas
pada siswa dengan siswa, atau guru dengan guru, melainkan harus
ditunjukkan oleh semua warga sekolah yang termasuk di dalamnya.
3
Ary H Gunawan. Sosiologi Pendididkan. 2000 (Jakarta: Rineka Cipta). Hal 68
4
Ihsan Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. 2003 (Jakarta: Rineka Cipta). Hal 83
1
C. Pentingnya Perilaku Hormat Santun dan Peduli Kepada Sesama
Setiap keluarga pasti menanamkan nilai sopan santun kepada anak-
anak mereka. Berperilaku sopan berarti menunjukkan sikap yang
menghargai dan menempatkan orang lain sesuai dengan usia dan
kedudukannya. Bentuk sopan dan santun bisa berupa perkataan dan
tindakan. Oleh karena itu sopan santun merupakan prilaku yang perlu
didahulukan untuk ditanamkan dan diajarkan dalam bentuk keteladan
kepada anak-anak terutama sejak usia dini karena sopan santun merupakan
pondasi utama bagi mereka dalam berinteraksi dengan lingkungan, baik
lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial yang lebih luas agar
mereka mampu membedakan mana yang layak dan mana yang tidak layak
untuk diucapkan dan dilakukan. Dalam Hadist dijelaskan bahwa Nabi
Muhammad SAW diutus untuk menyempurkan akhlak mulia. Hadist
tersebut menekankan betapa pentingnya nilai sopan santun untuk terlebih
dahulu diajarkan pada anak-anak karena tanpa akhlaq manusia akan seperti
binatang. Mereka tidak bisa membedakan orang yang lebih tua dan lebih
muda.
Adapun beberapa contoh perilaku sopan dan santun yang bisa
diajarkan pada anak meliputi :
1. Menghormati orang yang lebih tua.
2. Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan.
3. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur.
4. Tidak meludah di sembarang tempat.
5. Tidak menyela pembicaraan.
6. Berpakaian dengan sopan dan santun
Sikap merupakan etika, sopan dan santun yang termasuk didalamnya
nilai dan norma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau sekelompok
orang bagi pengaturan tingkah lakunya. Dalam arti melakukan yang baik
dan tidak melanggar norma kesopanan yang ada. Semua orang harus
memiliki sikap yang baik untuk bisa mengontrol tingkah laku dirinya
terhadap orang-orang disekelilingnya. Beberapa orang tertentu harus
1
dihormati secara khusus seperti orang tua, guru (pendidik), dan orang yang
lebih tua.
Perilaku hormat, sopan santun serta tata karma dalam bertutur kata
merupakan perwujutan sikap yang diperoleh melalui pendidikan dan
latihan dari berbagai orang dalam kedudukannya masing-masing, seperti:
orang tua dan guru, para pemuka agama dan masyarakat umum. Dari
pendidikan dan latihan tersebut, diharapkan siswa mewujudkannya dalam
bentuk sikap dan perilaku yang sehat dan serasi dengan kodratnya sebagai
siswa, tempat, waktu dan lingkungan dimana siswa berada sehari-hari.
Perwujudan nilai sopan santun disesuaikan dengan kondisi dan situasi
secara pribadi (individu) maupun secara kelompok. Siswa sebagai pribadi
diluar dari hubungannya dengan pribadi lain atau kelompok harus dapat
mewujudkan tata karma dan saling menghormati dan menghargai dalam
kehidupan sehari-hari sesuai nilai norma sebagai pencerminan sikap dan
kepribadian. Siswa sebagai insan dalam kodratnya sebagai mahluk sosial
yang memiliki rasa hormat, berkepribadian harus dapat mewujudkan sikap
dan perilaku sehari-hari sesuai dengan nilai dan norma dilingkungannya.
Perilaku santun dan sikap sopan yang tercermin di dalam diri siswa
sangat diperlukan apalagi dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Baik
antara guru dengan siswa, siswa dengan kepala sekolah, dan siswa dengan
staff pegawai yang bekerja di sekolah tempatnya berada. Seperti yang
diungkapkan oleh Laurence Sterne “memiliki rasa hormat pada diri sendiri
akan membimbing moral kita; memiliki rasa hormat terhadap orang lain
akan menjaga sikap sopan santun kita” jadi, pengaruh sikap menghargai
siswa terhadap pengembangan kepribadian siswa sangatlah besar. Semakin
hormat serta memiliki sopan santun seorang siswa kepada pendidiknya
(guru), maka akan semakin mudah siswa mengikuti apa yang disampaikan
oleh pendidik tersebut.
Selain ditinjau dari besarnya pengaruh sikap menghargai pendidik
(guru) terhadap berbagai aspek dikehidupan siswa, sikap menghargai juga
menjadi batang dari hubungan antara siswa dengan pihak lain di sekolah,
dalam hal ini kepala sekolah, tenaga pendidik (guru), staff pegawai yang
1
terlibat, dan teman sebaya. Pendidikan saat ini memasuki empat tahap
krisis, yaitu krisis jati diri, ideologi, karakter dan krisis kepercayaan.
Banyak siswa tak mengenal jati diri, semua itu akibat pengaruh
globalisasi. Budaya kekerasan dan sikap menghargai yang menimpa anak-
anak usia sekolah belakangan ini semkin terasa. Banyak oknum anak didik
yang dinilai kurang memiliki sopan santun baik di rumah, di sekolah, dan
dimasyarakat.
Menurunnya sikap menghargai siswa berdampak buruk bagi
hubungan antar sesama siswa, dan hubungannya dengan pihak terkait di
sekolah. Termasuk hilangnya rasa dan sikap hormat serta kurangnya nilai
tata krama siswa itu sendiri. Sikap acuh yang akan dominan tampak pada
siswa dan kurang menghargai baik hubungannya secara horizontal maupun
vertikal. Selain itu, komposisi sikap menghargai yang berkurang juga
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar karena ilmu yang terserap tidak
akan maksimal apabila siswa menganggap acuh pendidik (guru) yang
berdiri didepan kelas memberikan pengetahuan bagi kemajuan akademik
siswa itu sendiri.
Empati adalah kemampuan untuk merasakan keadaan emosional
orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan
mengambil perspektif orang lain. Karakter empati merupakan kebutuhan
dasar manusia yang perlu dimiliki agar bisa merasakan kesedihan atau
masalah yang sedang dihadapi orang lain. Dengan demikian anak-anak
perlu didorong agar bisa mengembangkan dan memperkuat karakter
empatinya agar mereka memiliki sifat kasih sayang terhadap sesama
sehingga mudah umtuk mau membantu orang lain yang membutuhkan.
Peduli terhadap sesama artinya sikap di mana seseorang mampu
memahami kondisi orang lain sesuai dengan pandangan orang lain
tersebut, bukan dirinya sendiri. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kasih
sayang kepada orang lain :
Ada berbagai bentuk kepedulian terhadap sesama. Pada peserta dididk
dapat dijelaskan beberapa contoh sikap peduli terhadap teman, misalnya:
1. Memberi pertolongan ketika sesama membutuhkan
1
2. Berbagi pada sesama
3. Mendengarkan ketika sesama bercerita
4. Ikut merasa gembira saat sesama bahagia
5. Menjenguk sesama yang sedang sakit
6. Menghibur ketika sesama bersedih
7. Memberikan dukungan dan semangat pada sesama
8. Memberikan pujian pada sesama
1
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Yang menjadi ruang lingkup karakter terhadap sesame meliputi,
Menyadari akan hak dan tanggung jawab pada diri dan orang lain
yaitu sikap mengetahui dan memahami serta melaksanakan apa yang
dimiliki diri sendiri dan orang lain serta apa yang wajib bagi diri sendiri
serta orang lain, Mematuhi aturan-aturan sosial, Sikap patuh dan
menaati peraturan yang berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan
umum, Menghargai hasil karya dan prestasi orang lain yaitu sikap dan
tindakan yang mensupport dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang
lain, Sopan yaitu sifat yang santun dan baik dari sudut pandang tutur
kata maupun perilakunya pada semua orang, Nilai demokratis yaitu cara
berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai setara antara hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
B. Saran
Saya selaku penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu saya mohon kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang membangun agar
kemudian hari, saya bisa lebih baik.
1
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni Akhtim, 2021. Pendidikan Karakter Membentuk Pribadi Unggul di
Sekolah. Sidoarjo : Umsida Press
Rahmawati Dina, 2023. “Cara Menanamkan Sikap Peduli terhadap Teman pada
Anak.” https://www.sehatq.com/artikel/cara-menanamkan-sikap-peduli-terhadap-
teman-pada-anak-dan-contohnya. Diakses pada : 21-03-2023 pukul 10.14