Anda di halaman 1dari 103

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) tahun 2014 berpendapat bahwa remaja

adalah penduduk yang berusia 10-19 tahun. Karakteristik pada masa

remaja yaitu mengalami pertumbuhan fisik, perkembangan fungsi organ

seksual, cara berpikir remaja yang kausalitas (sebab-akibat), emosi yang

meluap-luap, mulai tertarik terhadap lawan jenisnya, menarik perhatian

lingkungan, serta tertarik dengan kelompok (Herawati 2014). Ciri-ciri masa

remaja yaitu sebagai periode peralihan, periode mencari identitas diri, usia

yang bermasalah, usia menakutkan, masa tidak realistik, merupakan

ambang batas dengan masa dewasa, periode meningginya emosi,

perubahan sikap dan perilaku, serta periode ambivalen (Zan 2010).

Pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat,

dari tahun 2014 yaitu sekitar 34,9% dari jumlah populasi sedangkan pada

tahun 2016 yaitu menjadi 51,7% dari jumlah populasi sebesar 256,2 juta

jiwa. Persentasi pengguna internet di Pulau Kalimantan sebanyak 5,8%

dan untuk kelompok usia remaja yang menggunakan internet yaitu

sebanyak 12,5 juta orang untuk remaja yang berusia 15-19 tahun dan 768

ribu orang untuk remaja yang berusia 10-15 tahun. Internet mempunyai

berbagai jenis konten, salah satu yang paling sering digunakan pengguana

internet yaitu media sosial sebanyak 129,2 juta pengguna (97,7%) (APJII

2016). Pew Internet & American life Project melakukan survei nasional

kepada 17 juta remaja di Amerika yang berusia 12-17 tahun menyebutkan

bahwa 94% remaja di Amerika menggunakan media sosial untuk mencari

1
2

bahan ataupun sumber yang digunakan untuk menyelesaikan tugas

sekolah (Astutik 2009). Kementerian Komunikasi dan Informatika pada

tahun 2014 yang bekerjasama dengan United Nations International

Children's Emergency Fundation (UNICEF) dengan judul “Digital

Citizenship Safety among Children and Adolescents in Indonesia”

menyebutkan bahwa remaja yang mengetahui tentang internet sebanyak

98%, sedangkan remaja menggunakan internet sebanyak 79,5%. Alasan

remaja dalam mencari informasi itu dikarenakan untuk menyelesaikan

tugas-tugas sekolah, adapun alasan untuk menggunakan media sosial

dikarenakan untuk kebutuhan pribadi (Khristianty 2015).

Media sosial adalah media online yang memberikan kesempatan kepada

penggunanya untuk berbagi, berpartisipasi, serta menciptakan isi.

McNaught et al. (2011) menyebutkan bahwa kategori sebagai media sosial

yaitu jejaring sosial, blog, wiki, youtube, dan jenis forum lainnya (Herlanti

2014). Menurut Hanjani (2013) menyebutkan terdapat sebuah studi yang

dilakukan di Amerika kepada 1.000 remaja yang berusia antara 13-17

tahun oleh Advokasi Common Sense Media Amerika menjelaskan bahwa

dua-pertiga responden dari survei yang dilakukan tersebut menyatakan

setiap hari berkiriman pesan dimana setengahnya menyebutkan setiap hari

mereka mengunjungi situs jejaring sosial. Seperempat dari remaja

sekurang-kurangnya menggunakan dua jenis media sosial dalam sehari

(Khristianty 2015). Hinduja (2007) menyebutkan bahwa 75% remaja

memiliki telepon genggam dan 25% dari mereka menggunakan telepon

genggam untuk media sosial, 54% menggunakan telepon genggam untuk

mengirim SMS, dan 24% menggunakan telepon genggam untuk pesan

singkat media sosial (Gwenn et al.2011).


3

Media sosial merupakan fasilitas yang bermanfaat bagi responden.

Manfaat bagi remaja yaitu meningkatnya kreativitas pembentukan identitas

diri, keterampilan sosial, dan lain-lain (Gwenn et al.2011). Penelitian yang

dilakukan Dita dkk (2016) menyebutkan bahwa dari 51 mahasiswa

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung

Mangkurat terdapat 4 orang mahasiswa yang menggunakan instagram

dengan kategori rendah, 41 orang mahasiswa yang menggunakan

instagram dengan kategori sedang, dan 6 orang mahasiswa yang

menggunakan instagram dengan kategori tinggi. Penelitian lain

menyebutkan bahwa semakin lama waktu penggunaan media sosial maka

akan semakin meningkat pula kejadian insomnia pada remaja yang berada

di SMA Negeri 9 Manado (Khristianty 2015).

Penelitian yang berjudul “Sleep Quality And Elevated Blood Pressure In

Adolescents” yang dilakukan oleh Javaheri dan Cleveland (2008) dari Case

western Reserve scholl Of Medicine menyebutkan bahwa 238 orang

remaja mengalami penurunan kualitas tidur karena penggunaan internet

(Potter & Perry 2014). Tidur merupakan suatu keadaan dimana terjadi

perubahan status kesadaran individu terhadap lingkungan menjadi

menurun (Hidayat, dikutip dalam Ariani dkk 2013). Stuart & Sundeen (2006)

menyebutkan bahwa pelajar akan kehilangan waktu untuk urusan

akademik karena menghabiskan waktu untuk mencari teman dan chatting

dengan teman mereka. Berdasakan penelitian dari Indriani dkk (2016) yang

menyebutkan bahwa dari 80 orang remaja di desa Tombasian Atas

Kawangkoan Barat sekitar 42 orang (52,5%) mengalami kualitas tidur yang

buruk karena berbagai alasan yaitu memiliki masalah pribadi, media

elektronik seperti TV, HP, laptop/komputer, dan munculnya berbagai


4

media-media sosial yang membuat remaja cenderung untuk tidur di larut

malam. Gangguan pola tidur inilah yang membuat remaja sering

memperlihatkan perasaan lesu, gelisah, lelah, meguap/mengantuk, dan

bahkan sering kehilangan konsentrasi saat belajar di sekolah. Lestiani

(2005) juga menyebutkan bahwa gangguan tidur pada malam hari dapat

menyebabkan lelah dan mengantuk pada siang hari sehingga dapat

menurunkan konsentarsi belajar yang akan berdampak pada nilai anak

didik menurun.

Berdasarkan dari studi pendahuluan pada tanggal 9 dan 10 November

2017, jumlah siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar yaitu 667 orang

yang terdiri 265 orang laki-laki dan 402 perempuan. Jumlah siswa-siswi

kelas X yaitu 221 orang (73 orang laki-laki dan 148 orang perempuan),

kelas XI yaitu 236 orang (112 orang laki-laki dan 124 orang perempuan),

dan kelas XII yaitu 210 orang (80 orang laki-laki dan 130 orang

perempuan). Berdasarkan hasil wawancara terhadap 15 orang siswa dari

kelas X (5 orang), kelas XI (5 orang), dan kelas XII (5 orang), mereka

semua mengungkapkan bahwa mereka aktif menggunakan media sosial.

Adapun media sosial yang sering mereka gunakan yaitu instagram, line,

whatsApp, youtube, dan blackberry messenger (BBM) dengan rata-rata

waktu penggunaan media sosial tersebut selama 1 jam 45 menit dalam

sehari. Sedangkan rata-rata jumlah waktu tidur malam hari mereka yaitu

5,8 jam yang artinya kebutuhan tidur mereka kurang. Dari 15 orang

tersebut juga mengatakan bahwa 9 orang sering mengantuk saat di kelas

dan dan 6 orang sisanya menyebutkan bahwa mereka bisa mengantuk di

kelas namun jarang (mengantuk di kelas). Selain itu, 9 orang mengatakan

bahwa mereka sering menguap saat disekolah, 5 orang mengatakan


5

kadang-kadang menguap disekolah, dan 1 orang mengatakan tidak pernah

menguap dikelas. Adapun untuk tanda-tanda keletihan (mual, pusing, dan

penglihatan kabur), 8 orang mengatakan sering merasakannya, 5 orang

kadang-kadang merasakannya, dan 1 orang tidak pernah merasakannya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan antara penggunaan media sosial dengan

kualitas tidur remaja di MAN 4 Banjar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah pada

penelitian ini yaitu “Apakah terdapat hubungan antara penggunaan media

sosial dengan kualitas tidur remaja di MAN 4 Banjar?

1.3 Tujuan Peneliitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

penggunaan media sosial dengan dengan kualitas tidur remaja di

Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar.

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Untuk menganalisis penggunaan media sosial remaja di Madrasah

Aliyah Negeri 4 Banjar.

b) Untuk menganalisis kualitas tidur remaja di Madrasah Aliyah Negeri

4 Banjar.

c) Menganalisis hubungan penggunaan media sosial dengan dengan

kualitas tidur remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar.


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Bagi responden, penelitian ini dapat memberikan gambaran kualitas tidur

responden yang menggunakan media sosial sehingga responden dapat

menjaga atau memperbaiki kualitas tidur mereka.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat bukan hanya remaja, penelitian ini dapat memberikan

informasi bagaimana dampak penggunaan media sosial terhadap kualitas

tidur seseorang.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan dan Peneliti

Manfaat dari penelitian ini bagi institusi pendidikan adalah sebagai

perkembangan ilmu pengetahuan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini

dapat dijadikan sebagai sumber bacaan untuk mahasiswa, peneliti dan staf

pendidikan lainnya. Manfaat lainnya yang didapatkan oleh peneliti yaitu

selama masa penelitian sebagai sarana pembelajaran, pengalaman, serta

pembangan ilmu.

1.4.4 Bagi Peneliti Lainnya

Penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi bagi penelitian

selanjutnya dengan tema yang serupa.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Mutia Ariani tahun 2012 yang berjudul

“Hubungan Intensitas Jejaring Sosial terhadap Kualitas Tidur Remaja di

SMAN 3 Siak” memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti yaitu pada variabel terikat, rancangan penelitian, serta teknik

pengambilan sampel. Adapun untuk perbedaan dari penelitian yang


7

dilakukan peneliti yaitu terdapat pada variabel bebas, tahun penelitian, dan

tempat penelitian.

Penelitian yang dilakukan Wydia Khristianty Putriny Syamsoedin pada

tahun 2015 yang berjudul “Hubungan Durasi Penggunaan Media Sosial

dengan kejadian Insomnia pada Remaja di SMA Negeri 9 Manado”

memiliki persamaan diantanya adalah terletak pada variabel bebasnya

yaitu penggunaan media sosial, serta rancangan penelitiannya yaitu cross

sectional. Adapun perbedaannya terletak pada variabel terikat yaitu

kejadian insomnia, sedangkan peneliti menggunakan variabel terikat yaitu

kualitas tidur. Selain itu, teknik pengambilan sampelnya yaitu berupa

purposive sampling, sedangkan peneliti menggunakan teknik pengambilan

sampel yaitu teknik stratified random sampling. Perbedaan lainnya terletak

pada tempat dan tahun penelitiannya yaitu tahun 2015 dan di SMA Negeri

9 Manado, sedangkan peneliti melakukan penelitian pada tahun 2017 dan

tempatnya di MAN 4 Banjar.

Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Muhith dan Ana Musfirotun tahun

2014 yang berjudul “Hubungan Intensitas Penggunaan Internet Dengan

Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Semester VI Di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Majapahit Mojoketro” memiliki persamaan pada variabel terikat

yaitu kualitas tidur dan rancangan penelitiannya yang menggunkan cross

sectional. Perbedaannya terletak pada variabel bebasnya yaitu intensitas

penggunaan internet, sedangkan peneliti menggunakan variabel bebas

yaitu penggunaan media sosial. Selain itu, teknik pengambilan sampelnya

juga berbeda yaitu berupa purposive sampling, sedangkan peneliti

menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu teknik stratified random


8

sampling. Perbedaan lainnya terletak pada tahun dan tempat penelitian

yaitu pada tahun 2014 dan tempatnya di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Majapahit Mojoketro, sedangkan peneliti melakukan penelitian pada tahun

2017 dan tempatnya di MAN 4 Banjar.

Penelitian yang dilakukan oleh Totok Wahyu Abadi, dan kawan-kawan

tahun 2013 yang berjudul “Media Sosial dan Pengembangan Hubungan

Interpersonal Remaja di Sidoarjo” memiliki persamaan pada variabel

bebasnya yaitu media sosial dan sampel yang digunakan yaitu pelajar

SLTA. Sedangkan perbedaannya terletak pada teknik penelitian yaitu

teknik deskriptif, sedangkan peneliti menggunakan teknik kualitatif.

Perbedaan lainnya terletak pada variabel terikat, teknik pengumpulan data

(menggunakan teknik random sampling, sedangkan peneliti menggunakan

yaitu teknik stratified random sampling, tahun dan tempat penelitian.


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

WHO (World Health Organization) berpendapat bahwa remaja adalah

penduduk yang berusia antara 10 sampai 19 tahun. Berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2014 remaja

merupakan masyarkat yang berusia antara 10 sampai 18 tahun. Adapun

menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana menyebutkan

remaja merupakan masyarakat yang berusia antara 10 sampai 24 tahun

dan belum pernah menikah (Depkes 2015). Larson dkk (2002)

menyebutkan bahwa remaja merupakan periode peralihan perkembangan

dari masa anak-anak menjadi masa dewasa yang membawa banyak

perubahan yaitu dari segi kognitif, sosio-emosional, dan biologis (Santrock

2007).

2.1.2 Tahap Perkembangan Remaja

Perkembangan hidup seseorang secara umum dibagi menjadi beberapa

tahap, yaitu sebagai berikut (Santrock 2007):

a. Masa anak-anak

Masa anak-anak meliputi tahap dari prenatal, masa bayi, masa anak-

anak awal, serta masa anak-anak pertengahan serta masa anak-anak

akhir.

1) Periode prenatal

Periode prenatal merupakan masa dari terjadinya pembuahan

sampai lahir (kurang lebih 9 bulan). Dari tahapan ini terjadi

pertumbuhan dari sebuah sel tunggal sampai menjadi seorang

9
10

makhluk hidup sempurna yang memiliki otak serta telah mempunyai

perilaku.

2) Masa bayi (infancy)

Masa bayi (infancy) merupakan suatu tahap perkembangan yang

berawal dari bayi lahir sampai bayi berusia 18 atau 24 bulan. Masa

bayi yaitu suatu keadaan dimana seseorang sangat tergantung

pada orang dewasa. Pada masa ini, banyak aktivitas psikologis

yang baru dimulai, yaitu berbahasa, koordinasi sensorimotor,

belajar sosial, pikiran simbolis, dan relasi orang tua-anak.

3) Masa anak-anak awal (early childhood)

Masa anak-anak awal (early childhood) atau biasa disebut sebagai

masa prasekolah merupakan tahap perkembangan yang berawal

dari akhirnya masa bayi sampai anak berusia kurang lebih 5 atau 6

bulan. Anak-anak yang menduduki kelas satu biasanya merupakan

akhir dari masa kanak-kanak awal. Pada masa ini, anak mulai

belajar lebih mandiri dan merawat dirinya sendiri. Selain itu, mereka

mulai mengembangkan sejumlah keterampilan kesiapan untuk

sekolah (seperti mulai mengikuti instruksi serta mulai bisa

mengenali huruf) dan meluangkan banyak waktu untuk bermain

dengan teman seusianya.

4) Masa anak-anak pertengahan dan masa anak-anak akhir (middle

and late childhood)

Masa anak-anak pertengahan dan akhir (middle and late childhood)

bisa dikatakan juga masa usia sekolah yang merupakan tahap

perkembangan yang berlangsung dari usia 6 sampai 11 tahun.

Pada tahapan ini anak-anak mulai dapat membaca, menulis, dan

berhitung. Selain itu anak-anak pada periode ini mulai dihadapkan


11

kepada dunia yang lebih besar beserta kebudayaannya. Yang

menjadi sentral dari perkembangan anak pada periode ini yaitu

prestasi dan meningkatnya kontrol diri.

b. Masa remaja (adolescence)

Larson dkk (2002) menyebutkan bahwa remaja yaitu tahap peralihan

perkembangan dari masa anak-anak menjadi masa dewasa yang

membawa banyak perubahan yaitu dari segi kognitif, sosio-emosional,

dan biologis. Perubahan tersebut dimulai dari perkembangan fungsi

seksual, proses berpikir dari abstrak, hingga kemandirian. Masa remaja

dibagi menjadi dua tahapan yaitu tahap masa remaja awal (early

adolescence) dan tahap masa remaja akhir (late adolescence).

1) Masa remaja awal (early adolescence)

Masa remaja awal biasanya berlangsung di masa sekolah

menengah pertama dan sekolah menengah akhir. Perubahan yang

terbesar pada masa remaja awal yaitu perubahan pubertal.

2) Masa remaja akhir (late adolescence)

Pada masa ini yang lebih menonjol yaitu minat pacaran, karir, dan

eksplorasi identitas.

c. Masa dewasa (adulthood)

1) Masa dewasa awal (early adulthood)

Masa ini berawal dari akhir umur belasan tahun atau dua puluhan

tahun hingga berakhir pada umur tiga puluhan. Pada masa ini,

seseorang sudah mencapai kemandirian pribadi, ekonomi, dan

perkembangan karir.

2) Masa dewasa menengah (middle adulthood)

Masa dewasa menengah berawal dari usia 35-45 tahun hingga

berakhir hingga usia 55-65 tahun. Masa dewasa menengah yaitu


12

masa dimana bertambahnya keinginan untuk berbagi nilai-nilai

pada keturunannya, bertambahnya pemikiran tentang nilai hidup,

dan bertambahnya perhatian terhadap tubuhnya sendiri.

3) Masa dewasa akhir (late adulthood)

Masa dewasa akhir yaitu tahap perkembangan dimulai dari usia

sekitar kurang dari 60 tahun sampai menjelang kematian. Pada

tahap ini seseorang menyesuaikan dirinya dengan kesehatan dan

terjadi penurunan kekuatan, hingga menurunnya penghasilan dan

pensiun. Selain itu, masa dewasa akhir merupakan masa dimana

berkurangnya tanggung jawab dan meningkatnya kebebasan.

2.1.3 Perubahan pada Masa Remaja

a. Perubahan fisiologis

Perubahan yang berlangsung pada masa remaja yaitu perubahan

fisiologis dan psikologis. Perubahan fisik tersebut meliputi peningkatan

pertumbuhan skelet, otot, dan visera; perubahan spesifik-seks, seperti

perubahan bahu dan lebar pinggul; perubahan distribusi otot dan

lemak; serta perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks

sekunder.

Tabel 2.1 Perubahan Fisiologis pada Remaja

Karakteristik Anak Anak laki-


perempuan laki
Permulaan laju pertumbuhan skelet 8-14½ 10½-16
(puncak: (puncak: 14)
12)
Permulaan perkembangan payudara 8-13 -
Pembesaran testis dan kantong - 10-13½
skrotum
Tumbuhnya rambut berpigmen dan 8-14 10-15
lurus pada kemaluan, yang lama
kelamaan akan berubah menjadi
keriting.
Perubahan suara awal (serak) - 11-14½
13

Pembesaran penis dan kelenjar - 11-14½


prostat
Menarke 10-18 (rata- -
rata: 12½
Spermatogenesis (ejakulasi sperma) - 11-17 (rata-
rata: 13½)
Ovulasi serta perkembangan 14-18½ -
payudara yang lengkap
Mulai tumbuh rambut halus di wajah - 12-17
Tumbuhnya rambut pada ketiak dan 10-16 12-17
terjadi peningkatan kelenjar yang
menghasilkan keringat dan minyak
sehingga bisa menyebabkan
terbentuknya jerawat.
Terjadi perubahan bentuk pada 10-18 -
panggul anak wanita berupa
pelebaran dan pendalaman dengan
deposisi lemak subkutan sehingga
terlihat bulat pada tubuh.
Peningkatan pelebaran bahu - 11-21
Pendalaman suara pada laki-laki - 16-21
dengan munculnya rambut kasar dan
berpigmen pada wajah dan
munculnya rambut dada
Sumber: (Potter & Perry 2014)

b. Perubahan psikologis

Perubahan psikologis pada remaja meliputi individualisasi,

kematangan identitas seksual, merencanakan pendidikan untuk

pekerjaan, kekuatan keintiman, disertai dengan perubahan kognitif

yang tidak sesuai dengan kematangan fisik (Alpers 2006). Pada masa

remaja awal berlangsung, secara bertahap muncul tingkah laku yang

imfulsif tanpa diikuti oleh kemampuan kognitif untuk mengetahui

pemicu dari tingkah laku tersebut. Pada masa remaja pertengahan, di

tandai dengan cepatnya pertumbuhna kognitif serta pemikiran

operasional yang formal sehingga mereka mengerti konsep yang

kompleks yang akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan pada

tingkah laku dan pemikiran orang dewasa. Oleh karena itu, pada masa

tersebut mulai terjadi perubahan dari dunia ergosentrik menjadi dunia


14

yang lebih sosiosentrik pada masa remaja pertengahan dan masa

remaja akhir. Pada masa remaja akhir, identitas personal mulai

terbentuk, memulai dan mempertahankan hubungan intim, serta

perkembangan aturan fungsional di dalam masyarakat pun mulai

muncul. Pada remaja akhir akan sering terjadi masalah baik dengan

keluarga ataupun dengan masyarakat tentang etik dan moral

dikarenakan remaja tersebut sudah memiliki pandangan sosiosentrik

yang disertai sifat altruisme yang kuat (Alpers 2006).

Perubahan psikologis pada pada masa remaja menurut Zan (2010)

yaitu, sebagai berikut:

1) Perubahan kemampuan intelektual

Pada masa remaja, mereka terdorong untuk memahami dunia

luar, serta mengembangkan dan mengorganisasikan ide yang

mereka miliki. Perkembangan intelektual remaja sudah memasuki

tahap formal operasional, yaitu tahap berpikir abstrak,

independen, fleksibel, ligis dan mampu memprediksikan berbagai

masalah yang akan muncul.

2) Perubahan emosi

Perubahan emosi pada remaja merupakan akibat dari perubahan

hormon yang terjadi seiring bertambahnya usia. Remaja dapat

dikatakan bahwa emosi mereka telah matang apabila mereka

dapat mengontrol emosi, dapat berpikir kritis sebelum bertindak,

emosi lebih stabil, dan sebagainya. Apabila remaja tidak dapat

menguasai dan mengontrol emosi maka mereka akan mengalami

strom dan stress.


15

3) Perubahan perilaku sosial

Perubahan perilaku sosial pada remaja yaitu mulai menyukai

lawan jenisnya. Selain itu remaja juga menyukai kegiatan sosial

yang dapat memberikan dampak terhadap remaja tersebut yaitu

meningkatkan wawasan sosial, kompetensi sosial, dan

berkurangnya prasangka serta diskriminasi.

4) Perubahan minat

Selama masa remaja, mereka mempunyai banyak minat. Namun

tidak semua remaja memiliki minat yang sama, hal ini tergantung

dari kebutuhan dan karakteristik remaja tersebut. Adapun minat

remaja secara umum, yaitu minat sosial, pendidikan, rekreasi,

simbol status, seks, kemandirian, dan lain-lain sebagainya.

2.1.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Selama Remaja

Pertumbuhan dan perkembangan yang dialami seorang individu pada

masa remaja yaitu (Wong 2003):

Tabel. 2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Selama Remaja

Aspek Remaja awal Remaja tengah Remaja akhir


(11-14 tahun) (14-17 tahun) (17-20 tahun)
Pertumbuhan 1. Pertumbuhan 1. Pada anak 1. Fisik yang
meningkat perempuan matang
dengan cepat pertumbuhannya 2. Hampir
dan mecapai melambat kompletnya
puncak 2. 95% bentuk sistem serta
2. Tampak tubuh seperti pertumbuhan
karakteristik orang dewasa reproduktif
seks sekunder 3. Karakteristik seks
sekunder yang
baik
Kognitif 1. Mulai 1. Mulai 1. Pikiran
menggali berkembangnya menjadi
kemampuan untuk berpikir abstrak
baru untuk abstrak 2. Mampu
berpikir 2. Idealistis berbuat dan
abstrak 3. Prihatin dengan menerima
(kurang) filosofis, politis pelaksanaan
16

2. Mulai serta masalah jangka


menggali nilai sosial lainnya. panjang
dan energi 3. Dapat
yang baru menilai suatu
3. Perbandingan maslah
pada secara
“normalitas” menyeluruh
dengan teman 4. Identitas
seusianya intelektual
dengan dan
gender sama fungsional
terbentuk
Identitas 1. Memikirkan 1. Mengubah citra 1. Menetapnya
pertumbuhan diri citra tubuh
tubuh yang 2. Meningkatnya dan peran
cepat secra narsisme gender
terus menerus (kecintaan pada 2. Matangnya
2. Berusaha diri sendiri) dan identitas
untuk berbagi sangat berfokus seksual
peran terhadap diri 3. Identitas
3. Mulai tertarik sediri pada fase
dan menolak 3. Kecenderungan konsolidasi
teman kearah 4. Harga diri
seusianya pengalaman di yang
4. Menegaskan dalam dan seimbang
norma-norma penemuan diri 5. Merasa
kelompok 4. Idealistis nyaman
5. Memiliki banyak dengan
impian dalam pertumbuhan
kehidupan fisik yang
6. Mampu sedang
menerima dialami
keterkaitan 6. Terdefinisi
perilaku dan dan
keputusan baru di teraktualisasi
masa depan serta nya peran
peneraan sosial
bervariasi
Hubungan 1. Dalam 1. Kemandirian dan 1. Selesainya
dengan batasan kontrol perpisahan
orang tua mandiri- merupakan fisik dan
tergantung konflik utama emosional
2. Mau tetap 2. Hubungan orang dari orangtua
tergantung tua-anak dalam 2. Terdapat
dengan orang titik yang rendah sedikit konflik
tua dan 3. Kemauan yang saat bebas
mencoba kuat untuk dari orangtua
untuk pelepasan diri 3. Hampir
memisahkan dan emansipasi terjaminnya
diri 4. Pelepasan emansipasi
3. Tidak terdapat emosional akhir
konflik dan menetap
17

terhadap
kontrol
parental
Hubungan 1. Berkerjasama 1. Pemantapan citra 1. Pergaulan
dengan dengan teman diri yang didapat yang bersifat
teman seusianya dari identitas individu dan
sebaya untuk yang kuat pergaulan
melawan 2. Perilaku yang kelompok
perubahan terbentuk dari yang
yang cepat pergaulan terman berkurang
2. Meningkatnya seusianya 2. Mungkin
pertemanan 3. Ingin diterima terbentuknya
yang ideal oleh teman hubungan
dengan seusianya dan yang
anggota yang merasa takut permanen
berjenis apabila di tolak antara lwan
kelamin sama oleh teman jenis
3. Berjuang seusianya 3. Ciri
untuk bisa 4. Mulai hubungan
mengambil mengekplorasi yaitu saling
tempat di kemampuan berbagi dan
dalam sebuah dirinya untuk saling
kelompok menarik memberi
perhatian dari
lawan jenisnya
Seksualitas 1. Eksplorasi diri 1. Hubungan jamak 1. Membentuk
dan evaluasi multiple hubungan
2. Intimasi yang 2. Ketentuan ke yang stabul
terbatas arah dan saling
3. Kencan heteroseksual, tertarik satu
terbatas namun apabila sama lain
kelompok homoseksual 2. Kapasitas
yang lebih dapat diketahui mutualitas
banyak pada saat ini dan
3. Eksplorasi resiprositas
terhadap diri meningkat
sendiri 3. Berkencan
4. Pembentukan sebagai
hubungan yang pasangan
sementara pria-wanita
5. Merasakan 4. Komitmen
perasaan dicintai dalam
sebuah
hubungan
Kesehatan 1. Terjadi 1. Lebih introspektif 1. Emosi lebih
psikologis perubahan dan lebih konstan
yang luas cenderung ke 2. Apabila
pada alam arah pengalaman marah
perasaan dalam diri cenderung
2. Sering mimpi 2. Ketika marah dan tidak
di siang hari sakit hati diperlihatkan
cenderung
18

3. Marah yang menarik diri dari


diekspresikan orang lain
dengan 3. Emosi yang labil
murung, emosi 4. Kesulitan minta
yang meluap, bantuan dalam
berkata-kata suatu masalah
kasar dan karena perasaan
memanggil yang tidak
nama orang adekuat.
yang membuat
dia marah

2.1.5 Karakteristik Remaja

Setiap remaja memiliki karakteristik yang berbeda-beda, adapun

karakteristik remaja secara umum yaitu (Herawati 2014):

a. Pertumbuhan fisik

Remaja memerlukan makanan dan tidur yang lebih banyak

diakrenakan pertumbuhan fisik yang di alaminya lebih cepat

dibandingkan dengan anak-anak ataupun dewasa.

b. Perkembangan fungsi organ seksual

Pada masa remaja, antara laki-laki ataupun perempuan mengalami

perkembangan fungsi organ seksual yang berbeda. Pada laki-laki yang

mengalami perkembangan pada fungsi organ seksual ditandai dengan

mulai berproduksinya alat produksi sperma sehingga mereka

mengeluarkan sperma tanpa sadar dengan mimpi basah. Sementara

remaja perempuan, perkembangan fungsi organ seksual ditandai

dengan menstruasi yang pertama, yang artinya rahim perempuan

tersebut sudah bisa untuk dibuahi.

c. Cara berpikir kausalitas

Cara berpikir kausalitas pada remaja disini maksudnya yaitu remaja

yang berpikir menyangkut tentang sebab akibat (kritis). Remaja yang


19

sudah bisa berpikir kritis apabila ada orang tua, guru, ataupun

lingkungannya yang menganggap dirinya sebagai anak kecil maka ia

akan melawan. Apabila orang tua ataupun guru tersebut tidak bisa

mengerti cara berpikir remaja, maka akan muncul perilaku menyimpang

seperti kenakalan pada remaja yang mengakibatkan perkelahian antar

sesama pelajar.

d. Emosi yang meluap-luap

Keadaan emosi pada remaja bisa dikatakan masih labil, hal ini

berhubungan dengan keadaan hormon pada remaja tersebut. Pada

masa remaja bukan pikiran yang realistislah yang lebih mendominasi,

tetapi emosilah yang lebih mendominasi dan menguasai dirinya.

Sehingga remaja mudah terjerumus pada tindakan yang kurang

bermoral seperti hamil di luar nikah, bunuh diri akibat masalah

percintaan, membunuh karena rasa marah, dan lain-lain. Hal tersebut

terjadi dikarenanakan remaja tidak mampu untuk menahan emosi

mereka yang meluap-luap.

e. Mulai tertarik terhadap lawan jenis

Pada kehidupan sosial, remaja mulai tertarik kepada lawan jenis dan

mulai untuk berpacaran. Apabila orang tua kurang mengerti dengan hal

itu (melarang), maka akan ada menimbulkan masalah antara oarang

tua dan anaknya dan remaja tersebut akan memiliki sikap tertutup

kepada orang tua mereka.

f. Menarik perhatian lingkungan

Pada masa remaja, mereka mulai mencari perhatian terhadap

lingkungan sekitarnya dengan berusaha mendapatkan peran dan

status dalam lingkungan tersebut, misalnya ikut serta dalam mengurus

kegiatan yang diadakan di daerah rumah mereka.


20

g. Terikat dengan kelompok

Pada masa remaja, mereka akan memprioritaskan grup kawan

sebayanya dibandingkan keluarga mereka karena mereka merasa

kelompoknya itulah yang dapat memberikan pengertian, perhatian,

pengalaman baru, kebutuhan untuk dianggap, dan sebagainya.

Namun, orang tua juga harus mengarahkan anaknya untuk memilih

kelompok agar tidak terjerumus terhadap hal-hal yang bersifat negatif.

Adapun menurut Herawati (2014) menyebutkan karakteristik remaja

berdasarkan kelompok usia, yaitu sebagai berikut:

a. Remaja awal (10 sampai 12 tahun)

Karakteristik remaja awal, yaitu:

1) Lebih dekat dengan teman seusianya

2) Ingin bebas

3) Lebih memikirkan penampilan tubuhnya

4) Berpikir abstrak

b. Masa remaja pertengahan (13 sampai 16 tahun)

Karakteristik masa remaja pertengahan yaitu:

1) Mulai mencari identitas diri

2) Timbul perasaan dan kemauan untuk berpacaran dengan lawan

jenis

3) Memiliki rasa cinta yang dalam

4) Mampu mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

5) Mulai berangan-angan tentang perilaku seks

c. Masa remaja akhir (17 sampai 21 tahun)

Karakteristik masa remaja akhir yaitu:

1) Pengungkapan kebebasan diri


21

2) Lebih ketat dalam memilih teman seusianya

3) Memilki citra tubuh akan diri sendiri

4) Mampu memperlihatkan rasa cinta yang dimilkinya

2.1.6 Ciri-Ciri Masa Remaja

Ciri-ciri pada masa remaja yaitu sebagai berikut (Zan 2010):

1. Sebagai periode peralihan

2. Periode mencari identitas diri

3. Usia bermasalah

4. Usia menakutkan

5. Masa tidak realistis

6. Masa peralihan menuju masa dewasa

7. Meningkatnya emosi

8. Perubahan sikap dan perilaku

9. Periode ambivalen

2.1.7 Masalah Kesehatan dan Gangguan pada Masa Remaja

Masalah dan gangguan yang biasa terjadi pada masa remaja, yaitu

(Santrock 2007):

a. Penggunaan obat terlarang

Ksir, Hart dan Ray (2006) menyebutkan bahwa obat yang mampu

menghasilkan perasaan nikmat, ketenangan, kegembiraan, relaksasi,

persepsi yang berubah-ubah, dan meningkatkan sensasi dalam waktu

yang panjang. Selain itu, obat juga dapat membantu remaja untuk

berinteraksi dengan dunia mereka. Remaja tertarik mengkonsumsi

obat-obatan terlarang karena obat-obatan dapat membantu mereka

untuk bisa terbiasa dengan perubahan lingkungan, dapat mengurangi

frustasi dan ketegangan, mengurangi keletihan dan kebosanan, serta


22

pada beberapa kasus dapat menolong remaja untuk lari kenyataan

hidup yang kejam.

Hales dan Kinney (2006) menyampaikan bahwa penggunaan obat

dapat memberikan kepuasan tersendiri dan kemampuan untuk

beradaptasi yang bersifat sementara, selain itu penggunaan obat juga

dapat meminbulkan dampak yang merugikan yaitu ketergantungan

obat, disorganisasi sosial dan pribadi, serta kecenderungan untuk

mengalami penyakit yang serius dan fatal.

b. Kenakalan remaja

Kenakalan remaja disini maksudnya merujuk kepada bermacam-

macam tingkah laku, misalnya tingkah laku yang bertentangan dengan

lingkungan sosial (melakukan keributan di sekolah), melakukan

pelanggaran (kabur dari rumah), serta perbuatan pidana (mencuri).

Selain itu, jumlah kekerasan pada remaja juga meningkat. Masalah

kenakalan remaja yang memperoleh perhatian khusus adalah geng

dan kekerasan disekolah.

Decker dan Curry (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar anggota

kelompok (geng) berusia antara 12-26 tahun dengan usia rata-rata

yaitu 17-18 tahun. Anggota kelompok biasanya berjenis kelamin laki-

laki, sedangkan jumlah anggota kelompok untuk perempuan hanya

berkisar antara 10-40%. Lauber, Maershall dan Meyers (2005)

menyebutkan bahwa kelompok (geng) seringkali melakukan aktivitas

kekerasan dan kriminal untuk memperlihatkan identitas dan loyalitas

geng mereka. Faktor risiko yang dapat meningkatkan remaja

cenderung menjadi anggota kelompok adalah lingkungan perumahan


23

yang tidak teratur yang ditandai dengan masalah ekonomi, memiliki

anggota keluarga yang terlibat sebagai anggota kelompok, serta

tekanan teman untuk bergabung pada kelompok tersebut.

Kekerasan di sekolah juga merupakan salah satu dari kenakalan

remaja. Brener dkk (2005) menyebutkan bahwa berdasarkan hasil

survei di Amerika Serikat pada tahun 2003 mendapatkan bahwa 13%

siswa sekolah menengah telah melakukan serangan fisik terhadap

properti sekolah dan 6% diantaranya mengaku bahwa mereka

membawa senjata tajam. Walker (1998) menyatakan bahwa faktor

risiko yang mendorong remaja untuk melakukan tindakan kekerasan

yaitu pernah menggunakan obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi

alkohol di usia dini, memiliki akses untuk membawa senjata tajam,

bergabung dengan kelompok kawan yang menyimpang dan antisosial,

serta sering melihat tayangan kekerasan di media.

c. Depresi dan bunuh diri

Compas dan Grant (1993) menyebutkan bahwa depresi banyak

ditemukan di usia remaja dibandingkan pada usia sekolah dasar. Pada

remaja yang berusia 15 tahun, dua kali lipat jumlah penderita depresi

pada remaja lebih banyak dialami perempuan dibangkan laki-laki. Hal

ini di karenakan perempuan terlalu memikirkan dan memperbesar

masalah yang alami, perempuan mempunyai citra diri yang meliputi

citra tubuh, perempuan lebih banyak mengalami diskriminasi, serta

perubahan hormon yang dialami perempuan dapat mempengaruhi

kerentanan perasaan depresi pada perempuan. Adapun faktor risiko

yang mengakibatkan seorang remaja depresi yaitu faktor situasi

(peristiwa negatif yang dialami selama berinterkasi dengan teman


24

sebaya), memiliki orang tua yang depresif, perceraian orangtua, dan

lain-lain.

Depresi berkaitan dengan meningkatnya ide untuk melakukan bunuh

diri. Selain itu, Cox, Enns dan Clara (2004) menyebutkan bahwa faktor

psikologis seperti kritik diri yang berlebihan dan dan kehilangan

harapan juga merupakan faktor yang memicu seseorang memiliki ide

untuk melakukan bunuh diri. Rueter dan Kwon (2005) menyampaikan

bahwa perempuan lebih cenderung melakukan usaha bunuh diri

dibandingkan laki-laki. Perempuan melakukan usaha bunuh diri dengan

memotong pergelangan tangannya atau dengan meminum obat tidur

secara berlebihan, sedangkan laki-laki melakukan usaha bunuh diri

dengan menggunakan senjata api.

d. Nutrisi dan gangguan makan

Nutrisi merupakan aspek yang penting dari perilaku yang dapat

membahayakan kesehatan dan meningkatkan kesehatan remaja.

Kebiasaan makan pada sebagian besar remaja digolongkan kedalam

perilaku yang dapat membahayakan kesehatan remaja dan apabila di

biarkan remaja dapat mengalami gangguan makan. Selain waktu dan

tempat makan remaja, pilihan makanan lebih penting untuk

diperhatikan. Sayur dan buah segar maupun produk makanan yang

terbuat dari gandum yang memgandung protein dan energi yang tinggi

yang gunakan oleh para remaja. Ebbeling dkk (2004) menyebutkan

bahwa remaja sering mengkonsumsi makanan yang banyak

mnegandung lemak dari makanan siap saji. Nielssen, Seiga-Riz dan

Popkin (2002) juga menyebutkan bahwa penduduk di Amerika Serikat

baik anak-anak, remaja, dan orang dewasa sering makan diluar rumah
25

dan sering mengkonsumsi makanan ringan yang mengandung garam,

minuman ringan, dan pizza.

Gangguan makan juga merupakan masalah yang banyak dirasakan

oleh para remaja. Gangguan makan cenderung terjadi pada

perempuan dibandingkan pada laki-laki. Cauffman (1994)

menyebutkan bahwa remaja perempuan yang memiliki pacar dan

berada dalam masa proses pubertal memiliki kemungkinan untuk diet

dan mempunyai masalah pada pola makan. Field dan kawan-kawan

juga menyampaikan perempuan akan berusaha keras untuk sama

dengan tokoh media yang dia sukai tanpa mempedulikan berat

badannya.

e. Kurang tidur

Pola tidur menjadi salah satu alasan yang dapat membahayakan

kesehatan para remaja. Yang dkk (2005) menyebutkan bahwa salah

satu yang dapat menyebabkan mempengaruhi pola tidur pada remaja

yaitu minat. Minat disini berfokus pada keyakinan banyak remaja yang

kurang tidur serta keinginan mereka untuk tetap terjaga hingga larut

malam dan tidur lebih lama pada pagi hari.

f. Stres

Stres merupakan suatu respon individu terhadap stressor, yaitu suatu

peristiwa atau situasi yang mengancam mereka dan menuntung

kemampuan koping mereka. Sumber stres yang dialami remaja yang

beranjak dewasa yaitu kejadian di dalam hidup, kegiatan sehari-hari,

serta faktor sosial budaya.


26

2.2 Media Sosial

2.2.1 Media

a. Pengertian Media

Media yaitu suatu sarana yang dimanfaatkan seseorang untuk

mengirim pesan pada orang lain (Cangara 2006).

b. Macam-Macam media

Media digolongkan atas beberapa macam, yaitu (Cangara 2006):

1. Media antarpribadi

Media yang tepat digunakan untuk media antarpribadi yaitu surat,

kurir, serta telepon. Pada zaman dahulu, orang-orang di desa

menggunakan kurir untuk mengirimkan pesan. Adapun surat

merupakan sarana berhubungan antar individu yang banyak

digunakan oleh masyarakat, karena penduduk sudah banyak yang

bisa menulis dan membaca serta makin meningkatnya sarana pos.

Sedangkan untuk telepon merupakan media yang sering

digunakan penduduk Indonesia, baik untuk keperluan pribadi,

bisnis, ataupun pemerintah.

2. Media kelompok

Aktivitas komunikasi yang menggunakan media kelompok yaitu

komunikasi yang melibatkan 15 orang khalayak, seperti

konperensi, seminar, dan rapat. Rapat yaitu perkumpulan

beberapa orang untuk mendiskusikan atau membahas masalah

pokok yang akan di jumpai dalam sebuah kelompok atau lembaga.

Adapun seminar yaitu sarana komunikasi kelompok yang biasanya

diikuti lebih dari 150 orang khalayak, yang bertujuan untuk

membicarakan suatu masalah atau topik tertentu yang hangat

dipermasalahkan masyarakat. Masalah tersebut disampaikan oleh


27

pembicara dan akan didiskusikan dengan peserta yang ahli pada

bidang tersebut. Sedangkan konperensi merupakan sarana

komunikasi kelompok yang biasanya diikuti oleh pengurus serta

anggota dari lembaga tertentu. Materi yang dibahas biasanya

masalah internal dan eksternal dalam organisasi.

3. Media publik

Aktivitas komunikasi yang melibatkan lebih dari 200 orang

khalayak, seperti pertemuan besar dan yang lain semacamnya.

Dalam pertemuan besar, peserta yang datang beragam tetapi

tetap homogenitas, misalnya kesamaan pada agama, partai, atau

yang lain sejenisnya. Dalam pertemuan besar, peserta dapat

memperhatikan secara langusng topik yang dibahas, dan setelah

selesai berbicara pembicara biasanya bersalaman dengan

pendengarnya sehingga dapat terjalin kedekatan diantara mereka.

4. Media massa

a) Definisi media massa

Jika khalayaknya tersebar dimana-mana bahkan tidak

mengetahui keberadaan mereka, maka aktivitas komunikasi

yang diperlukan yaitu media massa. Media massa merupakan

sarana yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari

pengirim ke penerima dengan media komunikasi seperti radio,

surat kbar, film, dan televisi.

b) Karakteristik media massa

Karakteritik media massa yaitu sebagai berikut (Cangara

2002):

1) Bersifat satu arah, yang artinya media massa sebagai

pengirim pesan kepada khalayak (audience), namun


28

khalayak tersebut tidak dapat mengirim umpan balik

(feedback) kepada si pengirim pesan secara langsung

sehingga tidak terjadi komunikasi dua arah.

2) Bersifat serempak dan luas, sehingga berita yang

diberikan dapat dijangkau dalam waktu yang bersamaan

oleh banyak orang.

3) Terikat dengan suatu lembaga. Dalam proses

menyampaikan pesan, media massa dijalankan dan

dikelola oleh orang yang banyak.

4) Informasi yang diberikan bersifat terbuka, artinya informasi

dapat diterima oleh siapapun asal orang tersebut

terhubung dengan media massa tersebut.

5) Memanfaatkan sarana yang prosesnya bersifat mekanis.

c) Fungsi media massa

Adapun fungsi dari media massa, yaitu sebagai berikut (Dennis

1994):

1) Informasi. Media massa berfungsi dalam

menginformasikan dan menyediakan informasi peritiwa,

realita, dan kejadian yang terjadi di masyarakat.

2) Korelasi. Media massa berfungsi sebagai media yang

menjelaskan dan menafsirkan kaitan atau hubungan

antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.

3) Kesinambungan. Media massa berfungsi sebagai

mengakui, mendukung, dan mengekspresikan adanya

budaya domina dan budaya khusus. Selain itu, media

massa berperan dalam pembentukan budaya baru serta

melestarikan budaya yang telah ada.


29

4) Mobilisasi. Media massa berfungsi dalam menyampaikan

informasi dalam berbagai hal misalnya di bidang ekonomi,

negara, politik, agama, dan lain-lain.

5) Hiburan. Media massa berfungsi sebagai media relaksasi

dan pengalihan ketegangan sosial yang terjadi di

masyarakat.

d) Jenis-jenis media massa

Jenis-jenis media massa berdasarkan waktunya adalah

sebagai berikut:

1) Media massa tradisional

Media massa tradisional yaitu sarana untuk menyampaikan

berita dari masyarakat yang telah diseleksi, diterjemahkan,

dan kemudian baru di sebarluaskan kepada khalayak.

Media massa tradisional merupakan perantara untuk

menyampaikan informasi melalui saluran tertentu. Interaksi

media massa dengan penerima pesan (khalayak)

cenderung sedikit, namun penerima pesan tidak berarti

pasif yang artinya penerima pesan masih memiliki kekuatan

dalam menyaring dan percaya pada informasi yang

diberikan media. Contoh media massa tradisional yaitu,

radio, surat kabar,film, dan televisi.

2) Media massa modern

Media massa modern merupakan media yang terbentuk

dari perkembangan dan kemajuan teknologi sehingga

memunculkan media baru di masyarakat. Media massa

bukan hanya dipengang oleh lembaga tertentu saja,

melainkan semua individu juga dapat memberikan dan


30

menyampaikan informasi kepada khalayak. Media massa

modern merupakan media dengan komunikasi dua arah

yang memungkin penerima pesan untuk memberikan

feedback langsung. Contoh dari media massa modern yaitu

telepon seluler atau telepon genggam (handphone) dan

internet.

Sedangkan jenis-jenis media massa berdasarkan bentuknya

terbagi menjadi tiga, yaitu:

a) Media cetak

Merupakan media massa yang ditulis dan kemudian

dicetak sehingga membentuk sebuah informasi yang dapat

diberikan kepada khalayak. Contoh dari media cetak yaitu

koran atau surat kabar, buku, majalah, dan lain-lain.

b) Media elektronik

Media eletronik merupakan media yang dapar didengar

suaranya dan dapat dilihat gambarnya oleh khalayak.

Contoh dari media elektronik yaitu televisi.

c) Media cyber

Media cyber merupakan media yang dapat diakses

dimanapun dan dalam waktu apapun. Media ini dikenal

juga sebagai media internet atau online media.

2.2.2 Media Sosial

a. Pengertian Media Sosial

Media sosial secara garis besar berarti sebagai sebuah media online

yang digunakan penggunanya untuk menciptakan, berpartisipasi, serta

berbagi berbagai konten yang didukung teknologi multimedia yang


31

semakin maju seperti forum, blog, jejaring sosial, wiki, serta ruang

dunia maya lainnya. Media sosial yang paling sering digunakan

penggunanya adalah berupa wiki, blog, dan jejaring sosial (Eka 2014).

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi RI tahun 2012 menyebutkan pengertian media sosial

merupakan media yang berbasis internet yang bersifat dua arah dan

terbuka bagia siapa saja, sehingga penggunanya mudah untuk

berinterlasi, berdiskusi, berpartisipasi, berkolaborasi, berbagi, dan

menciptakan berbagai informasi.

Internet atau Interconnection Networking suatu jaringan yang

menghubungkan antar berbagai jenis jaringan dan komputer di dunia

yang menggunakan standar protokol Transmission Control/Internet

Protocol (TCP/IP) (Suprianto 2008). Sedangkan menurut Turba, Rainer

dan Potter (2005) menyebutkan internet merupakan sebuah jaringan

besar yang dapat menghubungkan berbagai jaringan komputer secara

langsung dan cepat baik dari organisasi bisnis, organisasi

pemerintahan, dan sekolah-sekolah yang ada di dunia (Astrid 2016).

Adapun fasilitas yang ada di dalam internet yaitu sebagai berikut (Budi

2007).

a. E-Mail, yang berfungsi untuk mengirim surat melalui jaringan atau

internet.

b. Internet Relay Chat (Chatting), yaitu sebuah aplikasi yang

memungkinkan setiap orang untuk membaca topik dan ikut serta

dalam group chatting tersebut.


32

c. UNESET, yaitu Buletin Board Service (BBS) berbasis pesan yang

membolehkan setiap pengguna internet untuk menggunakannya.

d. Newsgroup, berfungsi sebagai wadah komunikasi yang

memungkinkan setiap orang untuk memberikan informasi yang

dimiliki dan mencari informasi yang diperlukan. Pengguna

newsgroup juga bebas menyampaikan komentar pada masalah

yang ada dan komentar tersebut dapat terbaca oleh pengguna

lainnya.

e. File Tansfer Protokol (FTP), yaitu sebuah protokol untuk

berkomunikasi dengan komputer lainnya yang terhubung dengan

internet dan menyajikan fasilitas untuk memindahkan file dari satu

komputer ke komputer lainnya melalui internet.

f. Telnet, berfungsi untuk memudahkan pemakai komputer terhubung

dengan komputer lain yang terhubung dengan internet.

g. Buletin Board Service (BBS), yaitu sebuah pusat layanan informasi

baik berupa bisnis, pendidikan dan teknologi, promosi niaga, dan

sosial. Selain itu, pengguna juga dapat berdiskusi mengenai

masalah yang terjadi dan memberi fasilitas bagi pengguna untuk

mengupload atau mendownload file yang tersedia.

h. Layanan Multimedia (WWW), yaitu sebuah aplikasi yang memuat

dokumen yang di seluruh dunia di dalam internet. Dokumen

tersebut dibuat dengan Hypertext Markup Language (HTML) yang

dapat berupa teks, video, audio, gambar, dan animasi.

i. Internet Telephony, yang berfungsi agar pengguna dapat berbica

melalui internet ke komputer lain yang dilengkapi dengan peralatan

penerima yang dikenakan biaya internet.


33

j. Internet Fax, yang dapat digunakan untuk mengirim fax melalui

internet.

b. Ciri Khas Media Sosial

Beberapa ciri khas media sosial, yaitu (Kanwar 2012):

1) Aksesibilitas (Accessibility)

Media sosial dengan mudah dapat digunakan oleh siapapun yang

mempunyai perangkat yang terhubung dengan internet, meskipun

orang tersebut tidak memiliki keahlian yang khusus. Oleh karena itu

siapa saja dapat berkomunikasi dengan orang lain diseluruh dunia

dengan mudah.

2) Longevity/volatility

Informasi yang dikirimkan dapat diakses kembali dan disimpan

dalam waktu yang lama seseuai keinginan masing-masing. Selain

itu, pesan juga dapat disunting sesuai dengan kebutuhan kapanpun

sesuai keinginan masing-masing.

3) Kecepatan (Speed)

Informasi yang dipublikasikan di media sosial dapat diakses oleh

siapapun yang berada dalam kelompok, komunitas, forum, ataupun

jaringan. Kecil kemungkinan untuk terdapatnya kendala dalam

mengirimkan pesan atau informasi kepada khalayak dan khalayak

juga dapat memberikan respon atau tanggapan dengan segera

sehingga dapat terjadi dialog yang secara real time.

4) Interaktivitas (Interactivity)

Media sosial dapat melakukan komunikasi yang bersifat dua arah

atau bahkan lebih. Oleh karena itu, antar pengguna media sosial

dapat berinteraksi, misalnya memberikan pertanyaan atau bahkan

mendiskusikan mengenai suatu topik tertentu.


34

5) Keterjangkauan (Reach)

Internet memberikan akses tidak terbatas bagi penggunanya

sehingga setiap orang dapat menggunakan internet kapan saja dan

di mana saja seseuai dengan keinginan mereka.

c. Bentuk Media Sosial

Macam-macam bentuk media sosial adalah sebagai berikut (Michael

2010):

1) Blog

Blog merupakan sebuah jurnal yang menampilkan informasi

mengenai sebuah topik yang dilengkapi dengan kronologisnya.

2) Collaborative projects

Collaborative projects yaitu salah satu bentuk dari Use Generated

content yang dapat menggabungkan serta mengkreasikan isi

sehingga dapat digunakan oleh setiap penggunanya. Contoh dari

collaborative projects adalah wikipedia.

3) Content communities

Content communities merupakan sebuah media yang memiliki

tujuan untuk berbagi isi informasi kepada sesama penggunanya.

Contoh dari content communities adalah youtube.

4) Social networking sites

Social networking sites yaitu aplikasi yang dapat menghubungkan

penggunanya dengan pengguna lainnya sehingga dapat bertukar

informasi, mengundang teman untuk mengakses profil dirinya, dan

berkiriman pesan. Contoh dari social networking sites adalah

facebook, google+, dan lain-lain.


35

5) Virtual game worlds

Virtual game worlds yaitu flatforms yang menirukan lingkungan

seperti bentuk tiga demensi, avatar, serta dapat berhubungan

dengan pengguna lainnya seperti layaknya didunia nyata. Contoh

dari virtual game worlds adalah world of warcraft.

6) Virtual social worlds

Virtual social worlds yaitu media sosial yang memungkinkan

penggunaya untuk memilih perilaku yang mereka inginkan dalam

dunia maya. Contoh dari virtual social worlds adalah second life.

Adapun jenis-jenis media sosial yang disampaikan tersebut yaitu (Eka

2014):

1) Proyek kolaborasi website. Jenis ini merupakan jenis yang dimana

pengguna website tersebut dapat membuang, menambah, serta

mengubah konten yang ada di dalam website tersebut. Contoh dari

jenis ini yaitu Wikipedia.

2) Blog dan Mocroblog. Pengguna media sosial jenis ini dapat bebas

dalam mengungkapkan segalanya pada blog tersebut, misalnya

perasaan senang ataupun sedih, pernyataan, pengalaman serta

kritikan terhadap sesuatu. Contoh dari jenis ini yaitu Twitter.

3) Konten atau isi. Pengguna jenis media sosial ini bisa saling

membagikan konten multimedia, misalnya foto, e-book, gambar,

video, yang lain sejenisnya. Contoh dari jenis ini yaitu youtube.

4) Situs jejaring sosial. Pengguna jenis media sosial ini dapat

mengizinkan untuk terhubung dengan cara membuat informasi

yang bersifat sosial, pribadi ataupun kelompok sehingga dapat

diakses orang lain. Contoh dari jenis ini yaitu facebook.


36

5) Virtual game world. Pengguna pada jenis media sosial ini dapat

muncul dalam berbagai jenis avatar dengan menggunakan aplikasi

3D sesuai keinginannya sendiri dan dapat berkomunikasi dengan

pengguna lainnya . contoh dari jenis ini yaiitu game online.

6) Virtual social world. Jenis ini yaitu aplikasi yang berbentuk (dunia

maya yang dapat memberikan kesempatan kepada penggunanya

untuk melakukan interaksi dengan orang lain yang berada di dunia

maya tersebut.

d. Fungsi media sosal

Media mempunyai berbagai macam fungsi, yaitu sebagai berikut

(Kanwar 2012):

1) Identitas. Identitas dalam hal media sosial yaitu bagaimana

pengguna menampilkan dirinya kepada khalayak.

2) Percakapan. Fungsi percakapan dalam media sosial yaitu

bagaimana pengguna melakukan komunikasi dengan pengguna

lainnya.

3) Berbagi. Antar pengguna sosial dapat berbagi dengan melakukan

pertukaran informasi, mendistribusikan informasi, dan menerima

informasi tersebut.

4) Kehadiran. Kehadiran disini maksudnya yaitu bagaimana pengguna

dapat mengetahui kehadiran pengguna lainnya.

5) Hubungan. Fungsi ini yaitu bagaimana cara antar pengguna media

sosial dalam melakukan hubungan satu sama lain.

6) Reputasi. Fungsi ini yaitu bagaimana pengguna medai sosial dapat

mengetahu posisi dan isi sosial pengguna lainnya.

7) Kelompok. Fungsi ini yaitu untuk mengetahui keberadaan seorang

pengguna dalam suatu kelompok.


37

e. Manfaat Penggunaan Media Sosial

Manfaat penggunaan media sosial pada anak dan remaja, yaitu

sebagai berikut (Gwenn 2011):

1) Sosialisasi dan komunikasi

a) Terhubung dengan teman dan keluarga, mecari teman baru,

berbagi foto, dan bertukar gagasan

b) Memberikan kesempatan untuk komunitas mendapatkan uang

untuk acara amal dan sebagai relawan dalam suatu acara

tertentu

c) Meningkatkan kreativitas remaja

d) Membina identitas dan keterampilan individu

2) Peningkatan kesempatan belajar

Bagi siswa sekolah menengah, penggunaan media sosial dapat

mempermudah mereka dalam mengerjakan pekerjaan rumah,

berinteraksi dengan kelompok sebayanya, dan bertukar gagasan

mengenai tugas sekolah mereka.

3) Mengakses informasi kesehatan

Remaja dapat mengakses informasi tentang masalah kesehatan

mereka melalui media sosial. Mereka dapat mengakses mengenai

topik yang menarik dan populer dikalangan mereka sehingga

meningkatkan kesempatan untuk belajar masalah kesehatan

mereka sendiri.

f. Risiko Remaja Menggunakan Media Sosial

Risiko yang diakibatkan dari penggunaan media sosial pada remaja

yaitu (Gwenn et al.2011):


38

1) Penindasan (cyberbullying)

Cyberbullying yaitu suatu perilaku yang disengaja seperti berkata

kasar dan mempermalukan kepada orang lain di media sosial.

2) Sexting

Sexting merupakan mengirim, menerima, dan meruskan pesan

atau foto yang bersifat seksual melalui ponsel dan komputer.

3) Depresi

Intensitas penggunaan media online menjadi sebuah faktor pemicu

terjadinya depresi pada remaja. Remaja yang depresi akan

menutup diri dari sosial. Selain itu penggunaan media sosial dapat

meningkatkan risiko seseorang berperilaku agresif terhadap diri

sendiri.

2.2.3 Penggunaan Media Sosial

Penggunaan internet menurut The graphic, Visualization & Usability

Center, The Georgia Institute of Technology dibedakan menjadi tiga jenis,

yaitu (Mutia 2012):

a. Pengguna ringan yaitu dengan penggunaan internet ˂ 10 jam perbulan

b. Pengguna sedang yaitu dengan penggunaan internet antara 10-40 jam

perbulan

c. Pengguna berat yaitu dengan penggunaan internet ˃ 40 jam perbulan

Untuk mengetahui penggunaan internet seseorang maka yang perlu

diamati secara mendasar yaitu berupa frekuensi menggunakan internet

dan lama waktu tiap kali mengakses internet (Horrigan 2002).


39

a. Frekuensi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), frekuensi merupakan

kekerapan atau perulangan. Sedangkan menurut (Horrigan 2002)

frekuensi merupakan seberapa sering seseorang menggunakan

internet.

b. Durasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia durasi dapat diartikan

sebagai rentang waktu atau lamanya sesuatu berlangsung. Sedangkan

menurut (Horrigan 2002) durasi merupakan lamanya waktu yang

digunakan pengguna untuk mengakses internet.

Tabel 2. 3 Kategori Pengguna Jejaring Sosial Berdasarkan Durasinya


(Perlima Hari)

Kategori Durasi per jam


Lama 5 sampai 6 jam
Sedang 3 sampai 4 jam
Singkat 1 sampai 2 jam
(Khristianty 2015).

2.2.4 Alat Ukur Penggunaan Media Sosial

a. Kueisoner Social Media Use Scale

Social Media Use Scale merupakan kuesioner penggunaan media

sosial yang dibuat oleh Heather Cleland Woods dan Holly Scott.

Kuesioner ini menggunakan dua langkat untuk menilai tingkat

penggunaan media sosial. Yang pertama, penggunaan media sosial

diukur secara keseluruhan yang terdiri dari 6 pertanyaan. 6 pertanyaan

tersebut berisi tentang frekuensi penggunaan media sosial, durasi

penggunaan media sosial, penyebaran penggunaan media sosial

sepanjang hari, jumlah situs media sosial yang digunakan serta

perangkat media yang digunakan untuk mengakses media sosial (PC,


40

telepon, dll). Yang kedua, penggunaan media sosial secara khusus

pada malam hari yang terdiri dari 7 pertanyaan. 7 pertanyaan tersebut

beisi tentang frekuesi penggunaan media sosial sesaat sebelum tidur,

frekuensi penggunaan mdia sosial di tempat tidur, frekuensi

penggunaan media sosial saat ingin tidur, durasi penggunaan media

sosial, penundaan tidur karena media sosial, serta frekuensi dan

durasi penggunaan gangguan tidur akibat dari peringatan media

sosial. Setiap skala diatas memberikan skor keseluruhan yaitu 0-31,

dimana skor 0 menunjukkan tingkat penggunaan media sosial yang

rendah dan skor 31 menunjukkan tingkat penggunaan media sosial

yang tinggi sehingga nilai skor akhir dari dua langkah tersebut yaitu 0-

62. Nilai Alpha Cronbach penggunaan media sosial secara

keseluruhan yaitu 0,65 dan penggunaan media sosial secara khusus

pada malam hari yaitu 0,78 (Heather 2016).

b. Social Media Use Integration Scale (SMUIS)

Social Media Use Integration Scale merupakan kuesioner yang

digunakan untuk mengukur frekuensi penggunaan media sosial yang

diintegrasikan dengan perilaku sosial dan rutinitas sehari-hari

pengguna situs serta emosional pengguna situs. Kueioner ini terdiri 10

item pertanyaan dan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai

6, dimana skor 1 berarti sangat tidak setuju dan skor 6 berarti sangat

setuju. Nilai alfa cronbach dari social media use integration scale yaitu

0,914 (Michael 2013).


41

2.3 Tidur

2.3.1 Pengertian Tidur

Tidur yaitu suatu kondisi yang terjadi secara berulang dimana seseorang

mengalami peralihan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu

(Potter & Perry 2014). Sedangkan berdasarkan Tarwonto (2010), tidur

merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak sadar dan tanpa

kegiatan dengan penuh ketenangan, dimana ketenangan tersebut

mempunyai berberpa siklus yang berurutan dan terjadi secara berulang

yang menyatakan fase kegiatan otak dan badan yang terjadi secara

berbeda-beda.

2.3.2 Fisiologi Tidur

Tidur merupakan suatu reaksi fisiologis yang mempunyai siklus yang

berubah-ubah dengan tahap yang lama dari kondisi terjaga. Siklus tidur-

terjaga tersebut akan mengubah fungsi fisiologis serta respon perilaku

individu. Didalam siklus tersebut terdapat irama yang bernama irama

sikardian (siklus 24 jam, siang-malam). Irama sikardian merupakan irama

yang dapat mempengaruhi dari fungsi biologis utama dan fungsi perilaku.

Pemeliharaan siklus sikardian 24 jam tergantung pada suhu tubuh, denyut

jantung, sekresi hormon, tekanan darah, kemampuan sensorik, serta

suasana hati yang dialami individu. Selain itu irama sikardian juga dapat

dipengaruhi oleh cahaya, suhu ruangan, aktivitas sosial, serta rutinitas

pekerjaan (Potter & Perry 2014).

2.3.3 Fungsi Tidur

Fungsi atau manfaat yang dapat dirasakan individu dari tidur yaitu (Potter

& Perry 2014):


42

1. Fungsi biologis menurun

Normalnya laju denyut jantung orang dewasa yaitu sekitar 70-80 kali

permenit, akan tetapi pada saat seseorang tersebut dalam keadaan

tidur laju denyut jantungnya mengalmi penurunan yaitu sekitar 60 kali

permenit. Hal ini menandakan bahwa dalam keadaan tidur denyut

jantung seseorang mengalami penurunan sekitar 10-20 kali permenit,

sehingga dapat bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung.

2. Memperbaiki proses biologis

Saat tidur tubuh akan mengeluarkan hormon pertumbuhan untuk

memperbaharui serta memperbaiki sel epitel yaitu sel otak.

Terbatasnya promotor sintesis protein juga dapat terjadi karena

pengeluarannya tidak berhubungan dengan asam amino dan kadar

gula darah dalam tubuh. Selain itu, selama tidur akan terjadi pembagian

sel sintesis protein yang berguna untuk perbaikan jaringan seperti

sumsum tulang, kulit, mukosa lambung, serta otak.

3. Pemulihan kognitif

Saat seseorang tidur dalam tahap REM akan terjadi perubahan dalam

aliran serebral, meningkatnya aktivitas kortikol, pelepasan epinefrin,

serta peningkatan komsumsi oksigen yang dapat membantu dalam

penyimpanan pembelajaran dan memori.

2.3.4 Tahapan Tidur

Terdapat dua fase tidur yang normal, yaitu fase pergerakan mata yang

lamban (tidur nonrapid eye movement, NREM) serta fase pergerakan mata

yang cepat (tidur rapid eye movement, REM) (Potter & Perry 2014):

a. Fase tidur nonrapid eye movement (NREM)

Pada fase ini tidur seseorang akan mengalami kemajuan dengan

empat tahapan tidur yang berlangsung kurang lebih 90 menit. Dari


43

tahapan 1-4, kualitas tidur seseorang akan bertambah dalam. Dimana

untuk karakteritik tahap 1 dan 2 seorang individu akan mudah untuk

terbangun, sedangkan pada tahap 3 dan 4 seseorang akan sulit untuk

terbangun.

Fase tidur nonrapid eye movement (NREM) terbagi menjadi 4 tahap,

yaitu:

1) Nonrapid eye movement (NREM) tahap satu

a) Merupakan tahapan tidur yang paling dangkal

b) Berakhir dalam beberapa menit saja

c) Terjadi penurunan aktivitas fisiologis yang berawal dari

penurunan metabolisme dan tanda-tanda vital yang terjadi

secara bertahap

d) Individu akan sangat mudah terbangun dengan stimulus suara

e) Apabila individu tersebut terbangun, maka tubuh akan terasa

lelah dan suka melamun

2) Nonrapid eye movement (NREM) tahap dua

a) Tahap tidur bersuara

b) Terjadi peningkatan relaksasi

c) Masih relatif mudah untuk dibangunkan

d) Tahap ini berakhir dalam waktu 10-20 menit

e) Fungsi tubuh menjadi lebih lamban

3) Nonrapid eye movement (NREM) tahap tiga

a) Tahap awal untuk tidur yang dalam

b) Biasaya badan jarak bergerak dan sulit untuk dibangunkan

c) Otot-otot dalam kondisi yang santai

d) Terjadi penurunan tanda-tanda vital tetapi tetap teratur

e) Tahap ini berakhir dalam waktu 15-30 menit


44

4) Nonrapid eye movement (NREM) tahap empat

a) Tahap tidur yang dalam dan lelap

b) Sangat sukar untuk dibangunkan

c) Apabila tidur seseorang kurang maka seseorang tersebut akan

menghabiskan porsi malam seimbang pada tahap ini

d) Tahap ini berakhir dalam waktu sekitar 15 sampai 30 menit

e) Pada tahap ini bisa terjadi enuresis dan tidur sambil berjalan

b. Fase rapid eye movement (REM)

Tidur REM merupakan fase akhir dari siklus tidur yang berlangsung

selama 90 menit.

1) Seseorang bisa bermimpi, dimana mimpi tersebut bisa penuh

warna dan tampak hidup ataupun sebaliknya

2) Fase ini dimulai 90 menit setelah tidur

3) Ciri-ciri dari fase ini yaitu fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi,

respon otonom dan pergerakan mata yang cepat, serta peningkatan

atau fluktuasi tekanan darah

4) Terjadi penurunan tonus otot skelet

5) Terjadi peningkatan sekresi lambung

6) Sangat sulit untuk dibangunkan

7) Terjadi peningkatan lamanya waktu tidur REM dengan rata-rata 20

mneit pada tiap siklus tidur


45

Tahap pretidur

NREM NREM NREM NREM


tahap satu tahap dua tahap tiga tahap empat

Tidur REM

NREM NREM
tahap dua tahap tiga

Gambar 2. 1 Tahap-Tahap Siklus Tidur (Potter & Perry 2014).

2.3.5 Pola Tidur Normal

Durasi dan kualitas tidur seseorang berbeda tergantung dari usia. Berikut

pola tidur normal pada manusia, yaitu (Potter & Perry 2005):

Tabel 2. 4 Pola Tidur Normal Manusia

No. Kelompok Usia Pola Tidur Normal

1. Neonatus (dari lahir Dalam minggu pertama, 50% dari


sampai 3 bulan) waktu tidur neonatus adalah tidur
fase REM yang terjadi secara teratur.
2. Bayi Rata-rata waktu tidur bayi usia 1
bulan sampai 1 tahun yaitu 14 jam
dalam sehari yang dimana 30% dari
waktu tidurnya merupakan tidur fase
REM.
3. Toddler Pada anak usia 2 tahun rata-rata
waktu tidur yaitu 12 jam dalam sehari
dan tiudr fase REM nya pun akan
menurun.
4. Prasekolah Rata-rata waktu tidurnya yaitu 12
jam dan sekitar 20% merupakan fase
REM. Pada anak usia 5 tahun,
mereka jarang untuk tidur siang hari.

5. Anak usia sekolah Waktu tidur malam anak yang


berusia 6 tahun yaitu kira-kira 11
sampai 12 jam sedangkan anak yang
berusia 11 tahun waktu tidur
46

malamnya yaitu sekitar 9 sampai 10


jam.
6. Remaja Sekitar 7½ jam pada malam hari.
Dimana pada masa remaja, orang
tua mulai tidak terlibat dalam
pengaturan waktu tidurnya.
7. Dewasa muda Rata-rata waktu tidur malam yaitu 6
sampai 8½ jam dan 20% dari waktu
tidur tersebut merupakan tidur fase
REM..
8. Dewasa tengah Terjadi penurunan durasi tidur pada
malam hari dan jumlah waktu tidur
pada tahap 4 pun juga terjadi
penurunan.
9. Lansia Terjadi penurunan kualitas tidur pada
lansia. Lamanya tidur fase REM
menjadi memendek dan terjadi
penurunan secara progresif pada
fase NREM tahap 3 dan 4.

2.3.6 Gangguan Tidur

Naylor dan Aldrich (1994) menyebutkan bahwa apabila gangguan tidur

tidak ditangani atau diobati maka akan menimbulkan dampak seperti

gerakan atau sensasi abnormal sewaktu tidur atau terbangun di malam

hari, insomnia, serta berlebihnya rasa mengantu pada siang hari (Potter &

Perry 2014).

Thorpy (1994) menyampaikan bahwa gangguan tidur dapat diklasifikasikan

menjadi 5 kategori utama yaitu (Potter & Perry 2014):

a. Dismonia

Dismonia yaitu masalah tidur utama yang berasal dari sistem tubuh

yang berbeda. Dismonia terbagi menjadi tiga yaitu:

1) Gangguan tidur instrinsik

Masalah tidur instrinsik meliputi masalah untuk mengawali tidur dan

menjaga agar tetap tertidur. Misalnya narkolepsi (berlebihnya rasa

ngantuk), sindrom apnea tidur obstruktif, dan insomnia.


47

2) Gangguan tidur eksternsik

Masalah tidur eksternsik terjadi akibat beberapa faktor eksternal

yaitu gangguan tidur akibat alkohol, sindrom tidur dan kebersihan

tidur yang tidak adekuat, serta masalah tidur akibat hipnotik

3) Gangguan irama sikardian

Gangguan irama sikardian pada waktu tidur bisa terjadi akibat tidak

sejajarnya antara waktu tidur dengan apa yang diingikan oleh

indivisu ataupun sosial. Misalnya gangguan tidur karena jam kerja,

sindrom perubahan waktu tidur (jet lag), serta sindrom fase tidur

yang tertunda.

b. Parasomnia

Parasomnia merupakan perilaku yang tidak diinginkan selama waktu

tidur. Misalnya masalah terjaga (berjalan saat tidur dan kepanikan saat

tidur), masalah transisi tidur-bangun (berbicara saat tidur dan kejang

otot tungkai nokturnal), jenis parasomnia yang biasanya berhubungan

dengan tidur REM (gangguan perilkau tidur REM dan terjadi mimpi

buruk), serta parasomnia yang lainnya (sindrom mendadaknya

kematian bayi, ngompol/enuresis tidur, dan menggeretakkan

gigi/bruksisme tidur).

c. Gangguan tidur yang berhubungan dengan masalah medis atau

psikiatrik

Gangguan tidur yang berkaitan dengan masalah medis/psikiatrik yaitu

masalah tidur yang berkaitan dengan masalah tidur-bangun seseorang,

mislanya masalah yang terjadi pada alam perasaan, gangguan

kecemasan, demensia dan parkinsonisme (yang berhubungan denga

neurologis), iskemia jantung noktural, penyakit paru obstruktif

menahun, dan lain-lain.


48

d. Gangguan tidur yang masih usulan

Gangguan tidur yang masih usulan yaitu masalah yang terjadi saat tidur

yang baru ditemukan dan masih belum diketahui penyebab dari

masalah tersebut. Misalnya gangguan tidur yang berhubungan dengan

menstruasi dan sindrom tersedak sewaktu tidur.

2.4 Kualitas Tidur

2.4.1 Pengertian Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan suatu kondisi dimana individu yang dapat

merasakan kebugaran serta kesegaran badan ketika terbangun dari

tidurnya (Hidayat 2012). Sedangkan menurut Potter dan Perry tahun 2014

mengatakan bahwa tidur seseorang dapat disebut berkualitas jika siklus

NREM dan REM terjadi bergantian selama 4-6 kali.

2.4.2 Ciri-Ciri Tidur Berkualitas

Kualitas tidur seseorang dapat disebut baik jika individu tersebut tidak

memperlihatkan tanda-tanda tidur yang kurang dan merasakan gangguan

dalam tidurnya. Tanda-tanda tidur yang kurang, yaitu (Hidayat 2009):

a. Tanda fisik

Tanda- tanda fisik individu yang menandakan bahwa kurang tidur

meliputi kelopak mata yang membengkak, terlihat gelap disekitar mata,

mata terlihat cekung, konjungtiva tampak kemerahan, sulit untuk

berkonsentrasi, berlebihnya rasa mengantuk di siang hari (sering

menguap), serta menunjukkan tanda-tanda keletihan seperti mual,

pusing, dan kaburnya penglihatan).

b. Tanda psikologis

Tanda-tanda psikologis yang menandakan seseorang kekurangan tidur

yaitu menarik diri, merasa kurang enak badan, apatis, malas untuk
49

berbicara, bingung, berkhayal, berkurangnya daya ingat, muncul ilusi

pendengaran dan penglihatan, serta menurunnya dalam hal

memberikan keputusan.

2.4.3 Komponen Kualitas Tidur

Komponen-komponen dalam kualitas tidur, yaitu sebagai berikut (Daniel

1988):

a. Kualitas tidur subjektif

Kualitas tidur subjektif yaitu penilaian pada tidur seseorang apakah

tidurnya sangat buruk atau sangat baik

b. Latensi tidur

Latensi tidur merupakan waktu tidur yang berawal dari berangkatnya

tidur sampai seseorang ttertidur. Tidur individu dikatakan berkualitas

baik apabila menggunakan waktu ˂ 15 menit agar bisa masuk dalam

tahap tidur yang selanjutnya secara penuh.

c. Durasi tidur

Durasi tidur dihitung berawal dari seseorang tertidur hingga seseorang

terbangun saat pagi hari tanpa mengatakan terbangun saat tengah

malam. Seorang dewasa bisa dikatakan bahwa tidurnya berkualitas

apabila durasi tidurnya sekitar 7 jam setiap malam.

d. Efisiensi kebiasaan tidur

Efisiensi kebiasaan tidur yaitu suatu persentase dari total jumlah waktu

tidur dalam hitungan jam yang dibagi dengan jumlah jam yang

digunakan di tempat tidur.


50

e. Gangguan tidur

Gangguan tidur merupakan suatu kondisi kebiasaan untuk tidur dan

bangun yang berbeda dari biasanya. Masalah tersebut dapat

mengakibatkan kualitas dan kuantitas individu menjadi menurun.

f. Penggunaan obat-obatan

Pemakaian obat-obatan yang mengandung sedatif dapat

mempengaruhi kualitas tidur seseorang karena efek obat tersebut

dapat mengganggu tidur pada tahap REM.

g. Disfungsi aktivitas sehari-hari

Apabila seseorang menandakan kondisi mengantuk saat beraktivitas

pada siang hari , tidur sepanjang siang, kurang antusias atau perhatian,

depresi, kelelahan, mudah mengalami distres, serta kemampuan

beraktivitas yang menurun maka kualitas tidur seseorang tersebut

dapat dikatakan buruk.

2.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur pada

seseorang, yaitu (Potter & Perry 2014):

a. Penyakit fisik

Seseorang yang sedang dalam keadaan sakit dapat menyebabkan fisik

yang jurang nyaman (sulit untuk bernapas), nyeri, atau masalah

suasana hati (depresi atau cemas) dapat menimbulkan masalah pada

tidurnya, baik kesulitan untuk memulai tidur ataupun menjaga agar

tetap tidur.penyakit tersebut antara lain seperti penyakit jantung

koroner, penyakit pernapasan, hipertensi, nokturia (berkemih pada

malam hari), dan lain-lain. Selain itu, seseorang dalam sakit dapat

memaksa dirinya untuk berada pada posisi tertentu (yang tidak biasa)
51

sehingga dapat membuat dirinya tidak nyaman dengan keadaan atau

posisi tersebut. Misalnya pada pasien dengan imobilisasi pada bagian

tangan.

b. Obat-obatan atau subtansi

Dari daftar obat di PDR 1990, terdapat 584 obat resep atau obat bebas

menuliskan bahwa efek samping dari obat tersebut adalah mengantuk,

insomnia, dan kelelahan. Sedangkan efek samping medikasi yang

umum adalah mengantuk dan deprivasi tidur. Adapun contoh dari obat

tersebut, yaitu:

1) Hipnotik, dengan efek samping yaitu mengganggu tercapainya

tahapan tidur yang lebih dalam, hanya menghasilkan peningkatan

kualitas tidur yang sementara yaitu selama 1 minggu individu

merasakan energi yang menurun, berlebihnya rasa mengantuk,

dan kebingungan, pada lansia keadaan apnea menjadi memburuk.

2) Diuretik, dengan efek samping yaitu dapat menyebabkan nokturia.

3) Antidepresan dan stimulan, dengan efek samping yaitu dapat

menurunkan total waktu tidur derta menekan tidur REM.

4) Alkohol, dengan efek samping yaitu mempercepat untuk memulai

tidur, dapat mengganggu tidur fase REM, serta dapat membuat

seseorang terbaangun pada malam hari dan sulit untuk memulai

tidur kembali.

5) Kafein, dengan efek samping yaitu menunda tidur individu dan

dapat membuat individu dapat terbangun pada malam hari.

6) Penyekat-beta, dengan efek samping yaitu menyebabkan

seseorang dapat bermimpi buruk, insomnia, dan mudah terbangun

dari tidur.
52

7) Benzodiazepin, dengan efek samping yaitu mengakibatkan waktu

tidur yang meningkat serta perasaan ngantuk yang berlebih pada

siang hari.

8) Narkotika (morfin/demerol), dengan efek samping yaitu dapat

menekan tidur fase REM dan dapat menyebabkan mengantuk pada

siang hari

c. Gaya hidup

Pola tidur seorang individu dapat dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari.

Misalnya seseorang yang bekerja dengan shift yang bergantian

seringkali mempunyai kesulitan dalam menyesuaikan jam tidurnya.

Seseorang tersebut harus bekerja lembur sampai pagi dan memulai

tidurnya pada pagi hari sehingga mengakibatkan terjadi perubahan jam

tidur dari yang biasanya. Dalam hal ini tubuh mengartikan bahwa ini

merupakan waktunya bangun dan aktif beraktivitas.

d. Pola tidur yang baisa dan merasa ngantuk yang berlebihan pada siang

hari (EDS)

Pada masa yang lalu, National Commision on Sleep Disorder Reseach

Pada tahun 1993 menyebutkan jumlah tidur masyarakat Amerika

Serikat pada malam hari menurun lebih dari 20% dan pada siang hari

sering merasakan ngantu yang berlebih. EDS dapat menyebabkan

penampilan kerja atau sekolah yang buruk, kerusakan pada fungsi

terjaga, masalah emosional, dan kecelakaan saat mengemudi atau

menggunakan peralatan.

e. Stres emosional

Kecemasan yang terjadi akibat situasi ata masalah pribadi dapat

menyebabkan tidur individu menjadi terganggu. Stres emosional dapat

mneyebabkan individu tegang, bahkan bisa menjdi stres karena tidak


53

dapat tertidur. Selain itu, stres juga bisa mengakibatkan individu

berusaha dengan keras untuk dapat tertidur, terlalu lama tidur, selama

siklus tidur terjadi sering terbangun, dan bahkan dapat mengakibatkan

buruknya kebiasaan tidur seseorang.

Cemas ataupun depresi dapat mengganggu seseorang karena apabila

seseorang tersebut sedang cemas maka kadar norepinerin pada darah

akan meningkat melalui rangsangan dari sistem saraf simpatis.

Sehingga siklus tidur NREM dan REM akan berkurang serta serringnya

terbangun saat tidur (Wahit 2007).

f. Lingkungan

Lingkusan fisik dari tempat seseorang untuk tidur juga dapat

mempengaruhi kemampuan untuk memulai tidur dan mempertahankan

tidurnya. Misalnya suasana tidur, ventilasi yang baik, tempat tidur,

tingkat cahaya di dalam ruangan, posisi tidur, dan lain-lain. Tarwonto

pada tahun 2010 juga menyebutkan apabila seseorang sudah terbiasa

tidur dengan lingkungan yang tenang dan nyaman, dan apabila

seseorang tersebut tidur dengan keadaan lingkungan ribut/gaduh maka

akan mengganggu tidurnya.

g. Latihan fisik dan kelelahan

Individu yang dalam keadaan lelah (moderate), apalagi kelelahan

tersebut didapatkan dari pekerjaan atau latihan yang menyenangkan

biasanya dapat memberikan tidur yang lebih nyaman. Latihan yang

dilakukan lebih dari 2 jam sebelum waktu tidur dapat menjadikan tubuh

menjadi dingin dan dapat terjadi peningkatan relaksasi. Tetapi, apabila

berlebihnya rasa kelelahan yang di dapat dari stres dan suatu

pekerjaan yang melelahkan maka individu tersebut akan mengalami


54

masalah untuk memulai tidurnya. Aktivitas yang berlebihan dapat

mengakibatkan seseorang menjadi kelelahan, dan kelelahan tersebut

dapat membuat periode pertama dari tahap REM menjadi semakin

pendek (Tarwonto 2010).

h. Asupan makanan dan kalori

Makan berat, besar, serta menggunakan bumbu-bumbu pada malam

hari dapat menyebabkan makan tersebut sulit untuk dicerna tubuh,

sehingga dapat mempengaruhi tidur seseorang. Konsumsi kafein dan

alkohol pada malam hari juga dapat menyebabkan seseorang

insomnia. Selain itu, alergi makanan juga dapat menyebabkan

insomnia. Makanan yang dapat mengakibatkan alergi sehingga terjadi

insomnia pada orang dewasa ataupun anak-anak yaitu susu, gandum,

jagung, kacang-kacangan, zat pewarna makanan (merah atau kuning),

cokelat, ragi, telor, dan ikan laut.

i. Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur seseorang, karena apabila

seseorang ingin tetap terjaga dan waspada menahan kantuk maka tidur

pun tidak akan terlaksana meskipun seseorang itu sudah merasakan

ngantuk (ingin tidur) (Tarwonto 2010).

2.4.5 Dampak Kualitas Tidur

Dampak yang akan terjadi pada individu apabila tidur mereka tidak

berkualitas yaitu (Potter & Perry 2014):

a. Faktor fisiologis

Seseorang dengan kualitas tidur yang kurang baik akan berdampak

faktor fisiologisnya yaitu aktivias harian menjadi menurun, lelah,

ketidakstabilan tanda-tanda vital, merasa lemah, dan menurunnya daya

tahan tubuh.
55

b. Faktor psikologis

Adapun untuk dampak psikologisnya yaitu depresi, cemas, dan sulit

untuk konsentrasi.

2.4.6 Alat Ukur Kualitas Tidur

Cara untuk mengukur kualitas tidur seseorang yaitu dengan Pittsburgh

Sleep Quality Index (PSQI). PSQI merupakan sebuah kuesioner self-rated

yang menilai kualitas dan gangguan tidur dalam interval waktu satu bulan.

Didalam koesioner tersebut terdapat 19 pertanyaan yang dijawab sendiri

oleh responden dan 5 pertanyaan yang dijawab oleh teman sekamar

responden (jika responden mempunyai teman sekamar) (Daniel 1988).

PSQI memiliki tujuh komponen yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur,

durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat-obatan, dan

disfungsi aktivitas sehari-hari. Setiap nilai dari tujuh komponen tersebut

diberi nilai yang sama dengan skala 0-3, dimana skala 0 menunjukkan tidak

ada kesulitan dan skala 3 menunjukkan kesulitan yang parah. Jumlah skor

dari tujuh komponen tersebut yaitu mulai dari 0-21. Apabila skor total dari

PSQI >5 berarti kualitas tidur responden buruk (Daniel 1988).

Kuesioner PSQI ini telah divalidasi oleh University of Pittburgh dengan hasil

sensitivitas 89,6% dan spesifisitas 86,5%. Kuesioner ini juga telah diuji

reliabilitas dengan nilai cronbach’s alpa sebesar 0,83 (Daniel 1988).

2.5 Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur

Pengguna internet di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, dari

tahun 2014 yaitu sekitar 34,9% dari jumlah populasi sedangkan pada tahun

2016 yaitu menjadi 51,7% dari jumlah populasi sebesar 256,2 juta jiwa.
56

Internet mempunyai berbagai jenis konten, salah satu yang paling sering

digunakan pengguna internet yaitu media sosial sebanyak 129,2 juta

pengguna (97,7%) (APJII 2016). Dari survei yang dilakukan di wilayah

Sulawesi Utara menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna internet

adalah kelompok usia antara 12-29 tahun. Dari survei tersebut menjelaskan

bahwa media sosial memegang peran penting dalam kehidupan, tak

terkecuali kehidupan masa remaja (APJII 2016). Penelitian lain dari Roberts

& Foehr tahun 2003 menyebutkan bahwa anak yang berusia 8-19 tahun di

Amerika Serikat rata-rata meluangkan waktu lebih dari 7 jam perhari bahkan

lebih untuk menggunakan media. Salah satu media yang sering digunakan

remaja tersebut adalah internet (Santrock 2007).

Penelitian yang dilakukan kepada 62 orang siswa di SMA Negeri 9 Manado

menyebutkan bahwa penggunaan media sosial dengan waktu yang lama

dapat mempengaruhi tidur seseorang. Semakin lama waktu penggunaan

media sosial maka akan semaikin meningkat kejadian insomnia. Penyebab

insomnia yang diterjadi pada siswa tersebut yaitu untuk chatting dengan

teman di media sosial pada malam hari, browsing dan downloading yang

berkaitan dengan hobi atau kesenangan mereka, bermain game online pada

malam hari, dan mengerjakan tugas tumah pada malam hari (Khristianty

2015).

Insomnia merupakan salah satu dari gangguan atau masalah tidur (Potter &

Perry 2014). Apabila seseorang mengalami masalah dalam tidurnya dan

menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur, maka bisa dikatakan kualitas

tidur seseorang tersebut tidak baik (Hidayat 2009). Adapun untuk komponen

dalam kualitas tidur yaitu kualitas tidur secara subjektif, latensi tidur, durasi
57

tidur, gangguan tidur, pewarna makanan (merah dan kuning), penggunaan

obat tidur, serta disfungsi pada siang hari (Daniel 1988).


BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

WHO (World Health Organization) tahun 2014 berpendapat bahwa remaja

merupakan penduduk yang berumur antara 10 sampai 19 tahun. Pada

masa remaja terjadi masa perkembangan pertumbuhan, antara lain yaitu

pertumbuhan, kognitif, identitas, hubungan dengan teman seusianya,

hubungan dengan orang tua, seksualitas, serta kesehatan psikologis.

Seorang remaja dapat mencari identitas dirinya dan melakukan hubungan

dengan teman sebaya mereka dengan menggunakan media sosial. Media

sosial adalah alat yang berbasis internet yang bersifat dua arah dan

terbuka bagia siapa saja, sehingga penggunanya mudah untuk berinterlasi,

berdiskusi, berpartisipasi, berkolaborasi, berbagi, dan menciptakan

berbagai informasi. Adapun fungsi dari media sosial yaitu percakapan,

berbagi, identitas, kehadiran, kelompok, hubungan, dan reputasi. Remaja

dapat mencari identitas dirinya dengan memanfaatkan penggunaan media

sosial yaitu sebagai sarana sosialisasi dan komunikasi, sedangkan remaja

yang ingin melakukan hubungan dengan teman sebaya dapat

menggunakan media sosial, karena salah satu fungsi media sosial adalah

reputasi. Reputasi disini maksudnya remaja dapat mengetahui isi dan

posisi sosial pengguna media sosial lainnya.

Penggunaan media sosial dapat diukur dengan mengetahui frekuensi dan

durasi penggunaan. Apabila penggunaan media sosial digunakan dengan

waktu yang lama, maka dapat mempengaruhi tidur seseorang baik kualitas
58
59

maupun kualitas tidur. Kualitas tidur merupakan suatu kondisi dimana

individu yang dapat merasakan kebugaran serta kesegaran badan ketika

terbangun dari tidurnya. Adapun untuk faktor yang dapat mempengaruhi

kualitas tidur adalah obat-obatan substansi, penyakit fisik, gaya hidup,

kebiasaan pola tidur dan mengantuk yang berlebih pada siang hari (EDS),

stres emosional, asupan makanan dan kalori, lingkungan fisik dan

kelelahan, serta motivasi. Kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan

kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) yang memiliki tujuh

kompenen, yakni kualitas tidur secara subjektif, durasi tidur, latensi tidur,

efisiensi kebiasaan tidur, penggunaan obat-obatan, gangguan tidur, serta

disfungsi aktivitas sehari-hari.


60

60
61

3.2 Hipotesis

1. H0 (Hipotesis Nol)

Tidak ada hubungan antara penggunaan media sosial dengan kualitas

tidur remaja di MAN 4 Banjar.

2. H1 (Hipotesis Alternatif)

Ada hubungan antara penggunaan media sosial dengan kualitas tidur

remaja di MAN 4 Banjar.


BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini berjenis kuantitatif non-ekperimental dan bersifat

korelasi yaitu penelitian yang mengkaji hubungan antar variabel penelitian

(Nursalam 2008). Pendekatan dalam penelitian ini berupa cross sectional

yaitu suatu penelitian yang teknik pengukuran data dari variabel dependen

dan independennya dilakukan pada suatu waktu tertentu dengan

pengamatan kepada sampel hanya satu kali selama melakukan penelitian

(Notoatmodjo 2014).

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi penelitian yaitu sekelompok individu dengan karakteristik tertentu

yang digunakan dalam sebuah penelitian (Sastroasmoro 2008). Populasi

pada penelitian ini yaitu siswa-siswi MAN 4 Banjar yang berjumlah 457

orang yaitu 221 orang dari kelas X dan 236 orang dari kelas XI.

4.2.2 Sampel

Sampel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu sampel yang telah memenuhi

kriteria ekskulsi dan inklusi. Kriteria inklusi merupakan suatu karakter

umum yang dimiliki responden dari sebuah populasi yang dapat dijangkau

serta yang akan diteliti, sedangkan kriteria eksklusi yaitu menghilangkan

atau mengeluarkan responden penelitian yang tidak memenuhi kriteria

karena berbagai hal, misalnya karena keadaan yang sakit yang dapat

mengganggu interpretasi hasil, responden menolak untuk diteliti, dan lain-

lain (Nursalam 2008). Sesuai tujuan yang telah ditetapkan, responden yang

dijadikan sebagai sampel yaitu sebagai berikut:

62
63

a. Kriteria inkulusi pada penelitian ini yaitu:

1. Mau menjadi responden penelitian

2. Responden yang secara aktif atau kadang-kadang menggunakan

media sosial

3. Remaja berusia 10-19 tahun

b. Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu:

1. Responden tidak mengikuti serangkaian penelitian dari awal

sampai selesai karena sakit

2. Responden menolak untuk diteliti

3. Mempunyai riwayat penyakit fisik, seperti penyakit jantung koroner,

hipertensi, penyakit saluran pernapasan, nokturia, hipertirodisme,

tukak peptik dalam satu bulan terakhir

4. Mengkonsumsi obat tidur seperti hiptonik, antidepresan dan

stimulan, siuretik, alkohol, penyakit beta, kafein, narkotika, dan

benzodiazepin

5. Siswa yang sedang menjalani cuti, skorsing, ataupun sedang izin

sekolah

Pada penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu probability

sampling yaitu stratified random sampling. Stratified random sampling

adalah suatu teknik sampling yang apabila suatu populasi dari unit

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Teknik ini dilakukan dengan

cara mengidentifikasi karakteristik umum populasi tersebut, dan setelah itu

menentukan strata atau tingkatan dari jenis karakteristik unit. Penentuan

strata unit tersebut dapat dilihat dari berbagai macam, misalnya tingkat

sosial ekonomi, umur, tingkat keparahan penyakit, dan lain-lain

(Notoatmodjo 2014). Prinsip utama probability sampling yaitu setiap


64

responden dalam populasi berkesempatan untuk dipilih maupun tidak

dipilih untuk menjadi sampel (Nursalam 2008).

Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini akan diperhitungkan

dengan menggunakan rumus stratified random sampling (Hidayat 2008):

𝐿
𝑍 2 1 − 𝑎/2 Σℎ−1 [𝑁ℎ2 𝑃ℎ (1 − 𝑃ℎ )]/𝑊ℎ
𝑛= 𝑎 𝐿
𝑁2 𝑑2 + 𝑍 2 1 − 2 Σℎ−1 𝑁ℎ 𝑃ℎ (1 − 𝑃ℎ )
1
𝑤ℎ =
𝐿
𝑁ℎ
𝑃ℎ =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

Keterangan:
N : Besar Sampel minimum

Z 1-a/2 : Derajat Kepercayaan

N : Besar Populasi

Ph : Total unit sampling pada suatu kategori tertentu dalam strata ke-i

Wh : Besar strata pada populasi

D : Kesalahan (absolut) yang bisa ditolerir

L : Jumlah strata.

Kelas Strata 𝑵𝒉 𝑷𝒉 𝑾𝒉 𝑵𝟐𝒉 𝑵𝒉 𝑷𝒉 𝟏 − 𝑷𝒉 [𝑵𝒉 𝑷𝒉 [𝑵𝟐𝒉 𝑷𝒉 (𝟏


(𝟏 − 𝑷𝒉 )] − 𝑷𝒉 )]
/𝑾𝒉
X 1 221 0,5 0, 48.841 110,5 0,5 55,25 24420,5
5
XI 2 236 0,5 0, 55.696 118 0,5 59 277848
5
Total 114,25 52268,5
65

Jadi,
𝐿
𝑍 2 1 − 𝑎/2 Σℎ−1 [𝑁ℎ2 𝑃ℎ (1 − 𝑃ℎ )]/𝑊ℎ
𝑛= 𝑎 𝐿
𝑁2 𝑑2 + 𝑍 2 1 − 2 Σℎ−1 𝑁ℎ 𝑃ℎ (1 − 𝑃ℎ )

(1,96)2 × 52268,5
=
(208849 × (0,05)²) + (1,96)2 × 114,25

3,8416 × 52268,5
=
522,1225 + 438,9028

200794,67
=
961,0253

= 208,938 = 209

Berdasarkan jumlah perhitungan tersebut diatas, maka total sampel yang

digunakan pada penelitian ini yaitu berjumlah 209 responden yang sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan. Lalu, peneliti melakukan perhitungan

untuk pengambilan sampel disetiap ruangan kelas X dan kelas XI yaitu

(Imron 2011):

Ni x n
𝑛𝑖 =
N

Keterangan:

n : Jumlah seluruh sampel

ni : Jumlah sampel menurut strata

N : Jumlah seluruh populasi

Ni : Jumlah populasi menurut strata

Tabel 4.1 Perhitungan Sampel pada Setiap Kelas di MAN 4 Banjar

Kelas Populasi per Perhitungan Sampel per


kelas kelas
X MAPK 18 18x209 8
Putra 457
X MAPK 26 26x209 12
Putri 457
X IPA 1 30 30x209 14
66

457
X IPA 2 26 26x209 12
457
X IPA 3 27 27x209 12
457
X IPS 1 31 31x209 14
457
X IPS 2 32 32x209 15
457
X Bahasa 31 31x209 14
457
XI MAPK 30 30x209 14
457
XI IPA 1 33 33x209 15
457
XI IPA 2 34 34x209 16
457
XI IPA 3 31 31x209 14
457
XI IPS 1 29 29x209 13
457
XI IPS 2 30 30x209 14
457
XI IPS 3 31 37x209 14
457
XI Bahasa 18 18x209 8
457
Total 457 209

4.3 Instrumen Penelitian

4.3.1 Instrumen Penggunaan Media Sosial

Instrumen untuk variabel bebas dalam penelitian ini adalah kuesioner

Social Media use Scale. Kuesioner ini merupakan alat untuk menilai tingkat

penggunaan media sosial seseorang dengan dua langkah, yaitu mengukur

penggunaan media sosial secara keseluruhan sebagai langkah pertama

dan mengukur penggunaan media sosial secara khusus pada malam hari

sebagai langkah yang kedua. Peneliti telah mendapatkan izin untuk

mneggunakan kuesioner dan kuesioner tersebut sudah peneliti

terjemahkan ke bahasa English-Indonesia dan Indonesia-English melalui

penerjemah tersumpah.
67

Kuesioner langkah pertama yaitu untuk mengukur penggunaan media

sosial secara keseluruhan terdiri dari 6 pertanyaan, dimana 6 pertanyaan

tersebut berisi tentang frekuensi penggunaan media sosial, durasi

penggunaan media sosial, penyebaran penggunaan media sosial

sepanjang hari, jumlah situs media sosial yang digunakan responden, serta

perangkat media yang digunakan untuk mengakses media sosial (PC,

telepon, tablet, dll). Adapun cara pengisian kuesioner penggunaan media

sosial secara keseluruhan yaitu untuk pertanyaan 1-4 cukup memilih satu

jawaban saja, seangkan untuk pertanyaan 5-7 bisa memilih beberapa

jawaban (satu/lebih dari satu jawaban) yang sesuai. Total skor dari langkah

pertama ini yaitu 3-31 yang artinya skor 3 menunjukkan tingkat

penggunaan media sosial yang rendah dan skor 31 menunjukkan tingkat

penggunaan media sosial yang tinggi (Heather 2016).

Tabel 4. 2 Item Kuesioner Social Media Use Scale untuk Mengukur


Penggunaan Media Sosial Secara Keseluruhan

Komponen No. Penilaian Skor


Pertanyaan
Pengguna media sosial 2 Tidak 0
Ya 1
Frekuensi penggunaan 3 Kurang dari satu kali 0
media sosial sebulan
Sekali sebulan 1
2 sampai 3 kali sebulan 2
Sekali seminggu 3
2 sampai 3 kali 4
seminggu
Setiap hari 5
Durasi penggunaan 4 Kurang dari satu jam 0
media sosial 1 sampai 2 jam 1
2 sampai 3 jam 2
3 sampai 4 jam 3
4 sampai 6 jam 4
6+ jam 5
5 6 pagi- 10 pagi 1
10 pagi- 2 siang 1
68

Penyebaran 2 siang- 6 sore 1


penggunaan media 6 sore- 10 malam 2
sosial sepanjang hari 10 malam- 2 pagi 2
2 pagi- 6 pagi 2
Perangkat media yang 6 PC 1
digunakan untuk Tablet 1
mengakses media
Smartphone 1
sosial
Lain-lain, sebutkan... 1

Jumlah situs media 7 Facebook 1


sosial yang digunakan Twitter 1
Tumblr 1
Pinterest 1
Instagram 1
Youtube 1
Lain-lain, sebutkan... 1

Kuesioner langkah kedua yaitu untuk mengukur penggunaan media sosial

secara khusus pada malam hari terdiri dari 7 pertanyaan yang berisi

tentang frekuensi penggunaan media sosial saat ingin tidur, penggunaan

media sosial sesaat sebelum tidur, frekuensi frekuensi penggunaan media

sosial di tempat tidur, penundaan tidur karena media sosial, durasi

penggunaan media sosial, serta frekuensi dan durasi gangguan tidur akibat

peringatan/pemberitahuan media sosial. Cara pengisian kuesioner

penggunaan media sosial khusus pada malam hari yaitu cukup memilih

satu jawaban yang sesuai saja. Total skor dari langkah kedua ini yaitu 0-

31 yang artinya skor 0 menunjukkan tingkat penggunaan media sosial yang

rendah dan skor 31 menunjukkan tingkat penggunaan media sosial yang

tinggi (Heather, 2016).


69

Tabel 4. 3 Item Kuesioner Social Media Use Scale untuk Mengukur


Penggunaan Media Sosial Khusus pada Malam Hari

Komponen Nomor Penilaian Skor


Pertanyaan
Frekuensi 1 Tidak pernah 0
penggunaan media Sekali sebulan 1
sosial sesaat sebelum
2 sampai 3 kali sebulan 2
tidur
Sekali seminggu 3
2 sampai 3 kali seminggu 4
Setiap hari 5
Frekuensi 2 Tidak pernah 0
penggunaan media Sekali sebulan 1
sosial di tempat tidur 2 sampai 3 kali sebulan 2
Sekali seminggu 3
2 sampai 3 kali seminggu 4
Setiap hari 5
Frekuensi 3 Tidak pernah 0
penggunaan media Sekali sebulan 1
sosial saat ingin tidur 2 sampai 3 kali sebulan 2
Sekali seminggu 3
2 sampai 3 kali seminggu 4
Setiap hari 5
Durasi penggunaan 4 0 menit 0
media sosial 1 sampai 5 menit 1
5 sampai 10 menit 2
10 sampai 20 menit 3
20 sampai 30 menit 4
30+ menit 5
Penundaan tidur 5 Ya 1
karena media sosial Mungkin 1
Tidak 0
Tidak tahu 0
Frekuensi dan durasi 6 Tidak pernah 0
gangguan tidur akibat
Sekali sebulan 1
peringatan/pemberita
2 sampai 3 kali sebulan 2
huan media sosial
Sekali seminggu 3
2 sampai 3 kali seminggu 4
Sekali semalam 5
Lebih dari sekali semalam 6
Frekuensi dan durasi 7 Saya tidak pernah 0
gangguan tidur akibat tebangun oleh bunyi dari
peringatan/pemberita media sosial
huan media sosial 0-10 meit 1
10-30 menit 2
30-60 menit 3
60+menit 4
70

4.3.2 Instrumen Kualitas Tidur

Instrumen yang digunakan peneliti untuk mengetahui kualitas tidur sampel

atau subjek penelitian yaitu menggunakan koesioner PSQI (Pittsburgh

Sleep Quality Index). PSQI adalah sebuah kuesioner self-rated yang

menilai kaulitas dan gangguan tidur pada interval waktu yaitu satu bulan

(Daniel 1988).

Peneliti telah mendapatkan izin untuk menggunakan kuesioner PSQI ini.

Kuesioner tersebut juga sudah diterjemahkan melalui penerjemah

tersumpah dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia dan dari

Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris.

Koesioner PSQI memiliki 7 kompnen, yaitu latensi tidur, kualitas tidur

subjektif, efisiensi kebiasaan tidur, durasi tidur, penggunaan obat tidur,

gangguan tidur, serta disfungsi siang hari. Didalam koesioner tersebut

terdapat 19 pertanyaan yang akan dijawab sendiri oleh responden dan 5

pertanyaan yang dijawab oleh teman sekamar responden (jika responden

mempunyai teman sekamar). Dari 19 pertanyaan tersebut, pilihan jawaban

menggunakan skala Likert yang memiliki skor mulai dari skor 0 sampai

dengan skor 3. Adapun untuk skor 0 menunjukkan tidak kesulitan, skor 1

menunjukkan kesulitan ringan, skor 2 menunjukkan kesulitan sedang, dan

skor 3 menunjukkan kesulitan yang sangat buruk. Total rentang skor yaitu

0-21 yang artinya jika skor total “0” mengindikasikan tidak ada kesulitan

tidur dan skor total “21” artinya mengindikasikan bahwa ada kesulitan tidur

yang sangat buruk (Daniel 1988).


71

University of Pittburgh telah memvalidasi dengan hasil spesifisitas 86,5%

serta sensitivitas 89,6%. Sedangkan untuk nilai uji reliabilitas kuesioner

cronbach’s alpa sebesar 0,83 (Daniel 1988).

Tabel 4. 4 Item Komponen PSQI

Komponen Nomor Penilaian Skor


PSQI pertanyaan
Kualitas tidur 6 Sangat bagus 0
subjektif Cukup bagus 1
Cukup buruk 2
Sangat buruk 3
Latensi tidur 2 ≤15 menit 0
16 sampai 30 menit 1
31 sampai 60 menit 2
>60 menit 3
5a Tidak terjadi dalam bulan 0
terakhir ini
˂1 kali dalam 1 minggu 1
1 kali atau 2 kali dalam 1 2
minggu
3 kali atau ˃3 kali dalam 1 3
minggu
2+5a 0 0
1-2 1
3-4 2
5-6 3
Durasi tidur 4 >7 jam 0
6 sampai 7 jam 1
5 sampai 6 jam 2
<5 jam 3
Efisiensi 4 >85 % 0
kebiasaan tidur ( ) x 100 75-84 % 1
3−1
65-74 % 2
<65 % 3
Gangguan 5b, 5c, 5d, 5e, Tidak terjadi dalam bulan 0
tidur 5f, 5g, 5h, 5i, terakhir ini
5j ˂1 kali dalam 1 minggu 1
1 kali atau 2 kali dalam 1 2
minggu
3 kali atau ˃3 kali dalam 1 3
minggu
5b, 5c, 5d, 5e, 0 0
5f, 5g, 5h, 5i, 1-9 1
5j 10-18 2
72

19-27 3
Penggunaan 7 Tidak terjadi dalam bulan 0
obat tidur terakhir ini
˂1 kali dalam 1 minggu 1
1 kali atau 2 kali dalam 1 2
minggu
Tiga kali atau lebih dari tiga 3
kali dalam seminggu
Disfungsi 8 Tidak terjadi dalam bulan 0
aktivitas terakhir ini
sehari-hari Kurang dari sekali dalam 1
seminggu
Satu kali atau dua kali dalam 2
seminggu
Tiga kali atau lebih dari tiga 3
kali dalam seminggu
9 Tidak menyusahkan sama 0
sekali
Hanya masalah yang sepele 1
Masalah yang lumayan besar 2
Masalah yang sangat besar 3
8+9 0 0
1-2 1
3-4 2
5-6 3

4.3.3 Uji Reliabilitas dan Validitas Kuesioner

Uji reliabilitas dan validitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan peneliti

di Madrasah Aliyah Negeri 2 Banjar dengan 30 orang siswa dari kelas X

serta kelas XI yang dipilih secara acak berdasarkan kriteria eksklusi dan

inklusi yang telah ditetapkan.

Uji vaiditas yaitu suatu indeks yang digunakan untuk menunjukkan alat ukur

yang digunakan apakah dapat mengukur apa yang ingin kita ukur

(Notoatmodjo 2014). Uji validitas biasanya dilakukan dengan cara

membandingkan antara nilai r hitung dengan nilai r tabel pada setiap

pertanyaan yang ada pada alat ukur penelitian (kuesioner). Cara

memperoleh nilai r hitung yaitu dari nilai correlation, sedangkan cara


73

memperoleh nilai r tabel yaitu dengan rɑ: df (N-2)= r5%. Pada uji validitas

sampel yang digunakan adalah 30 orang, jadi nilai r tabel yang digunakan

yaitu df (30-2)= 0,361. Jika r hitung kurang dari r tabel maka pertanyaan

pada alau ukur (kuesioner) dinyatakan tidak valid dan jika r hitung lebih dari

t tabel maka pertanyaan pada alat ukur (kuesioner) dinyatakan valid

(Sunyoto 2012).

Nilai uji validitas eksternal untuk kuesioner Social Media Use Scale dengan

r hitung yaitu antara 0,371-0,660 yang berarti semua pertanyaan

dinyatakan valid. Sedangkan nilai uji validitas ekternal dari kuesioner PSQI

dengan r hitung yaitu antara 0,377-0,589 yang berarti semua pertanyaan

dinyatakan valid.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui koesioner bisa digunakan atau

tidak (Hidayat 2008). Kuesioner yang diuji reliabilitas dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan interpretasi apabila nilainya

>0,60 dikatakan reliabel dan apabila <0,60 dikatakan tidak reliabel

(Sugiyono 2014). Nilai Alpha Cronbach dari kuesioner Social Media Use

Scale yaitu 0,779 yang artinya kuesioner tersebut dinyatakan reliabel.

Sedangkan untuk nilai Alpha Cronbach kuesioner PSQI yaitu 0,742 yang

artinya kuesioner tersebut dinyatakan reliabel.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Bebas

Varibel bebas (variabel independen) merupakan suatu variabel yang dapat

memberi pengaruh terhadap variabel yang lain (Nursalam 2008). Pada


74

penelitian ini variabel bebas yang digunakan yaitu penggunaan media

sosial pada remaja di MAN 4 Banjar.

4.4.2 Variabel Terikat

Varibel terikat (dependen) yaitu suatu varibel yang menjadi dampak atau

akibat dari variabel yang lain (Nursalam 2008). Pada penelitian ini variabel

terikat yang digunakan yaitu kualitas tidur sosial pada remaja di MAN 4

Banjar.

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4. 5 Definisi Operasional untuk Variabel Independen dan Dependen

No. Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur
1. Penggunaan Berdasarkan Kuesioner Interval Total rentang
media sosial perspektif Social skor
siswa-siswi Media use penggunaan
MAN 4 Banjar Scale media sosial
yaitu remaja secara
yang secara keseluruhan
aktif memakai yaitu 3-31
sebuah yang yaitu
media online jika skor 3
seperti berarti bahwa
jejaring penggunaan
sosial, blog, media sosial
proyek secara
kolaborasi keseluruhan
website, rendah dan
game online, jika 31 berarti
dan dapat penggunaan
saling media sosial
membagikan secara
konten- keseluruhan
konten tinggi.
multimedia Adapun total
dalam skor
kehidupan penggunaan
sehari-hari di media sosial
MAN 4 Banjar khusus pada
yang dapat malam hari
dinilai dari yaitu 0-31
aspek yang yaitu
penggunaan jika skor 0
media sosial berarti
75

secara penggunaan
keseluruhan media sosial
dan khusus pada
penggunaan malam hari
media sosial rendah, dan
khusus pada jika 31 berarti
malam hari. penggunaan
media sosial
khusus pada
malam hari
tinggi.
Sehingga
total skor dari
penggunaan
media sosial
secara
keseluruhan
dan khusus
pada malam
hari yaitu 3-
62 yang
berarti skor 3
yaitu
penggunaan
media sosial
rendah dan
skor 62 yaitu
penggunaan
media sosial
tinggi.
2. Kualitas tidur Berdasarkan Kuesioner Interval Total rentang
perspektif PSQI skor yaitu 0-
siswa-siswi 21 yaitu jika
MAN 4 Banjar skor total “0”
yaitu suatu mengindikasi
perasaan kan tidak ada
puas kesulitan
terhadap tidur dan skor
tidurnya dan total “21”
dengan artinya
durasi mengindikasi
memulai tidur kan bahwa
kurang dari ada kesulitan
15 menit, tidur yang
durasi tidur sangat buruk.
sekitar 8 jam,
tidak
merasakan
adanya
gangguan
tidur, dapat
tertidur tanpa
76

meminum
obat tidur,
tidak merasa
ngantuk saat
beraktivitas di
siang hari
dan
merasakan
nyaman
setelah
bangun tidur
selama 1
bulan
terakhir.

4.6 Prosedur Penelitian

4.6.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan pada penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sebagai

berikut:

a. Peneliti memilih tema serta judul penelitian yang kemudian

dikonsultasikan pada dosen pembimbing utama dan dosen

pendamping untuk mendapat persetujuan.

b. Peneliti mendapat persetujuan dari kedua dosen pembimbing, setelah

itu peneliti mengurus surat izin untuk melakukan studi pendahuluan dari

program studi Ilmu Keperawatan Fakultas kedokteran Universitas

Lambung Mangkurat untuk diajukan atau diserahkan kepada Kepala

Sekolah MAN 4 Banjar.

c. Peneliti mendapat surat untuk melakukan studi pendahuluan dari

program studi Ilmu Keperawatan Fakultas kedokteran Universitas

Lambung Mangkurat, peneliti menyerahkan surat tersebut kepada

Kepala Sekolah MAN 4 Banjar sekaligus meminta tanda tangan Kepala

Sekolah MAN 4 Banjar sebagai tanda persetujuan.


77

d. Peneliti melakukan studi pendahuluan pada tanggal 9 dan 10

November 2017 dengan membawa surat izin yang sudah ditanda

tangani.

e. Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan wawancara kepada

siswa-siswi MAN 4 Banjar kelas X, dan XI dengan masing-masing

perwakilan kelas 5 orang baik laki-laki ataupun perempuan.

f. Peneliti mulai menyusun proposal penelitian dan dikonsultasikan pada

kedua dosen pembimbing.

g. Peneliti mengurus surat uji coba instrumen penelitian yang berupa

kuesioner (uji validitas dan reliabilitas) ke bagian administrasi program

studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung

Mangkurat. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner penggunaan media

sosial dan PSQI dilakukan di MAN 2 Banjar karena mempunyai

karakteristik yang sama dengan remaja yang akan menjadi sampel

penelitian. Sampel yang digunakan pada uji coba instrumen penelitian

ini yaitu sebanyak 30 orang siswa yang memenuhi kriteria yang sudah

ditetapkan oleh peneliti.

h. Setelah mendapatkan surat, peneliti meminta persetujuan kepada

sekolah MAN 2 Banjar dengan membawa surat izin tersebut. Setelah

mendapatkan izin melakukan uji coba instrumen dari MAN 2 Banjar,

peneliti melakukan uji coba instrumen tersebut. Hasil yang didapatkan

dalam uji coba instrumen, peneliti masukkan ke dalam proposal

penelitian.

i. Setelah proposal telah selesai dengan baik dan terstruktur serta telah

mendapat persetujuan oleh kedua dosen pembimbing, maka proposal

tersebut langsung dipresentasikan.


78

j. Setelah proposal penelitian dinyatakan lulus, peneliti melakukan revisi

proposal penelitian kepada kedua dosen penguji dan kedua dosen

pembimbing.

k. Setelah mendapatkan persetujuan proposal penelitian dari dosen

pembimbing dan dosen penguji, peneliti melakukan uji layak etik untuk

mendapatkan surat kelayakan etik dari Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat.

l. Peneliti telah mempersiapkan reward kepada tempat penelitian (MAN

4 Banjar) berupa palakat sebagai ucapan terimakasih, dan memberikan

reward berupa gantungan kunci dan bros untuk responden penelitian.

4.6.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pada penelitian yang dilakukan peneliti yaitu adalah:

a. Peneliti mengurus surat permohonan izin penelitian dari Fakultas

Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat yang diajukan pada

Kepala Sekolah MAN 4 Banjar.

b. Peneliti menerima surat izin peneltian dari Kepala Sekolah MAN 4

Banjar, peneliti mendatangi sekolah MAN 4 Banjar dengan membawa

surat izin penelitian untuk memberitahu bahwa peneliti ingin melakukan

penelitian di tempat tersebut dan peneliti juga memberitahukan tujuan

serta teknis pelaksanaan penelitiannya.

c. Kemudian, peneliti mencari sampel untuk penelitian yang sesuai

dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan.

d. Setelah peneliti mendapatkan jumlah responden yang sudah sesuai,

peneliti akan memilih responden secara acak pada kelas X dan XI

dengan menggunakan nomor absen siswa.


79

e. Setelah itu, peneliti akan terlebih dahulu membagi sampel penelitian

menjadi beberapa kelompok yang bertujuan untuk memudahkan

mengambil data. Kelompok pertama 72 orang, kelompok kedua 74

orang, dan kelompok ketiga 63 orang. Setelah kelompok diatur, peneliti

memanggil kelompok pertama untuk memasuki ruangan (aula) yang

telah disiapkan. Apabila kelompok pertama telah selesai mengisi

kuesioner, peneliti akan memanggil kelompok selanjutnya untuk

memasuki ruangan, dan begitupun seterusnya sampai kelompok

terakhir.

f. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 20 Juli 2018. Pengambilan

data diambil dalam 3 sesi yang berlangsung selama kurang lebih 1 jam

pada masing-masing sesi. Selama pengambilan data, responden dari

ketiga sesi tersebut tidak ada kesempatan untuk bertemu atau

berdiskusi karena pengambilan data dilakukan saat jam pelajaran

berlangsung.

g. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan prosedur,

manfaat, serta tujuan penelitian dan kemudian mnyerahkan lembar

persetujuan (informed consent) kepada responden. Apabila responden

bersedia untuk menjadi responden penelitian yang ditandai dengan

tanda tangan di lembar persetujuan maka pengambilan data pun

dilanjutkan. Namun apabila sampel tidak setuju maka peneliti akan

tetap menghormati hak responden untuk tidak mengikuti penelitian.

h. Setelah itu, peneliti membagikan koesioner yang sudah dipersiapkan

oleh peneliti kepada responden. Kemudain peneliti menjelaskan

tentang cara pengisian kuesioner kepada para responden seelum

mengisi kuesioner.
80

i. Selama proses pengisian koesioner peneliti akan mendampingi

responden, responden dibolehkan bertanya kepada peneliti apabila

responden tidak mengerti atau tidak paham dengan pertayaan yang

ada dikoesioner.

j. Setelah selesai mengisi kuesioner, peneliti membagikan reward

kepada responden penelitian.

k. Koesioner yang telah selesai diisi dan dikumpulkan oleh responden,

kemudian peneliti memeriksa kembali untuk kelengkapan datanya.

l. Setelah semua data lengkap, kemudian peneliti melakukan

dokumentasi pada hasil penelitian.

m. Peneliti mengolah data dan analisis data yang sudah didapatkan

dengan menggunakan program statistik.

n. Setelah semuanya dilakukan, hasil dari penelitian dimuat kedalam

karya tulis ilmiah peneliti yang kemudian akan dikonsultasikan kepada

dosen pembimbing utama dan dosen pendamping.

o. Setelah mendapat persetujuan untuk karya tulis ilmiah tersebut, peneliti

mempersentasikan hasil dari penelitian yang dilakukan.

4.7 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

4.7.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpilan data merupakan suatu proses pendekatan dan pengumpulan

karakteristik data yang dilakukan kepada subjek penelitian untuk

memperoleh informasi atau data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Adapun untuk jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini, adalah:
81

a. Data primer

Data primer merupakan data yang didapatkan dari hasil pernyataan

lembar koesioner yang diberikan pada siswa-siswi MAN 4 Banjar

dengan didampingi oleh peneliti untuk mengisi lembar koesioner.

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari MAN 4 Banjar berupa

data siswa-siswi, yaitu jumlah seluruh siswa-siswi dan jumlah siswa-

siswi kelas X dan XI.

4.7.2 Pengolahan Data

Tahap-tahap pengolahan data pada penelitian ini, yaitu (Notoatmodjo

2014):

a. Editing

Editing merupakan suatu kegiatan pengecekan dan perbaikan dari

peneliti terhadap semua data responden yang terkumpul dari

koesioner. Pada tahap ini, peneliti akan memeriksa apakah ada

jawaban dari responden yang masih meragukan.

b. Coding

Coding adalah merupakan suatu cara untuk mengubah data yang

didapatkan dari bentuk kalimat menjadi angka. Tujuannya agar

mempermudah untuk memasukkan data ke dalam komputer. Kode

yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: jenis kelamin diberi kode (1=

laki-laki, 2= perempuan) dan kelas diberi kode (1= X MAPK, 2= X IPA

1, 3= X IPA 2, 4= X IPA 3, 5= X IPS 1, 6= X IPS 2, 7= X BAHASA, 8=

XI MAPK, 9= XI IPA 1, 10=XI IPA 2, 11= XI IPA 3, 12= XI IPS 1, 13= XI

IPS 2, 14= XI IPS 3, 15= XI BAHASA.


82

c. Data Entry (memasukkan data)

Data Entry merupakan suatu kegaiatan untuk memasukkan data yang

diperoleh dari responden ke dalam program yang ada di komputer.

d. Cleaning (Cleaning)

Cleaning merupakan suatu kegiatan untuk mencek kembali serta

melihat kemungkinan terjadinya kesalahan ataupun ketidaklengkapan

data yang dimasukkan ke dalam komputer.

4.8 Analisa Data

Analisa data yang dikerjakan dalam penelitian ini yaitu analisis univariat

serta analisis bivariat.

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menerangkan masing-masing variabel

penelitian yaitu penggunaan media sosial dan kualitas tidur yang

ditampilkan dalam bentuk data mean, standar deviasi (SD), minimal, dan

maksimal.

4.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menjelaskan atau memperkuat hubungan

antara kedua varibel penelitian yaitu variabel penggunaan media sosial dan

variabel kualitas tidur remaja di MAN 4 Banjar yang analisis datanya

menggunakan uji statistik korelasi (Notoatmodjo 2014). Analisa data yang

digunakan pada penelitian ini adalah berupa uji Korelasi Spearman karena

berdasarkan hasil dari uji normalitas data dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai p value ˂ 0,05 yang menandakan

bahwa data tidak berdistribusi normal. Pada uji ini biasanya data berbentuk

nominal atau ordinal.


83

Tipe korelasi ada dua yaitu korelasi positif dan korelasi negatif. Korelasi

positif yaitu suatu jenis hubungan searah (jika X naik maka Y naik),

sedangkan untuk korelasi negatif yaitu jenis hubungan yang terbalik (jika X

maka Y turun) (Hidayat 2014).

Tabel 4. 6 Nilai Korelasi (Sugiyono 2007)

Nilai Korelasi Interpretasi


0,00-0,199 Sangat lemah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat

4.9 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang di gunakan oleh peneliti yaitu MAN 4 Banjar. MAN 4

Banjar merupakan sekolah yang sederajat dengan dengan SMA yang

dinaungi oleh Kementerian Agama Indonesia yang beralamat di Jln.

Pendidikan No. 31, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan

Selatan. MAN 4 Banjar merupakan sekolah yang terakriditas A dengan

jurusan yang tersedia yaitu IPA, IPS, Bahasa, Keagamaan. Sistem kurikulum

yang diterapkan di MAN 4 Banjar yaitu kurikulum 2013. Jumlah siswa tahun

pelajaran 2017/2018 di MAN 4 Banjar yaitu 667 siswa dari kelas X (221

siswa), kelas XI (236 siswa), dan kelas XII (210 siswa).

Penyusunan karya tulis ilmiah ini berlangsung dari bulan Oktober 2017

sampai Februari 2019. Adapun untuk waktu penelitian dilakukan pada bulan

Juli 2018.
84

4.10 Etika Penelitian

1) Lembar persetujuan (informed consent) untuk menjadi responden

Lembar persetujuan merupakan suatu dasar pegangan bagi peneliti

kepada hak responden dimana lembar persetujuan tersebut

diserahkan pada responden sebelum dilakukannya penelitian dengan

tujuan agar mengetahui apakah responden bersedia atau tidak untuk

menjadi subjek penelitian.

2) Tanpa nama (anonimity)

Pada lembar persetujuan ataupun lembar koesioner, peneliti tidak

akan meletakkan identitas responden yang bertujuan agar menjaga

keamanan serta kerahasiaan indentitas diri responden.

3) Kerahasiaan

Data dilaporkan dalam hasil penelitian hanya data tertentu saja,

peneliti tetap menjaga kerahasiaan identitas yang sudah diberikan

responden.

4) Memberi manfaat

Penelitian yang dilakukan harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan ataupunkun merugikan bagi responden, melainkan dapat

memberi manfaat kepada responden.

5) Ethical Clearence (Komisi etik kedokteran)

Komisi etik kedokteran ini dilakukan setelah sidang proposal penelitian

yang diajukan ke bagian IRB (Instutional Review Board) Fakultas

Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat dan dinyatakan layak etik

dengan No.727/KEPK-FK UNLAM/EC/VI/2018.


BAB 5 HASIL

Pada bab ini menjelaskan mengenai hasil dari penelitian yang terdiri dari

penggunaan media sosial remaja di MAN 4 Banjar, kualitas tidur remaja di MAN 4

Banjar, dan analisis hubungan penggunaan media sosial dengan kualitas tidur di

MAN 4 Banjar.

5.1 Analisis Univariat Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan

Kualitas Tidur

5.1.1 Gambaran Penggunaan Media Sosial pada Remaja di MAN 4 Banjar

Hasil nilai rata-rata yang didapatkan dari penelitian penggguanaan media

sosial pada remaja di MAN 4 Banjar yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.1 Gambaran Penggunaan Media Sosial pada Remaja di Madrasah


Aliyah Negeri 4 Banjar

Variabel N Mean Median SD Min-Max CI 95%


Penggunaan 209 35,62 36 7,41 10-56 34,61-36,32
media sosial

Analisis yang dilakukan berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa

gambaran penggunaan media sosial pada remaja di MAN 4 Banjar yang

didapatkan dari 209 responden mempunyai nilai rata-rata total skor yaitu

35,62 (57,45%). Adapun untuk nilai total skor tertinggi dari responden yaitu

dengan skor 56 dan total skor terendah yaitu dengan skor 10.

Berdasarkan kuesioner penggunaan media sosial yang digunakan pada

penelitian ini terdiri dari 6 item (penggunaan media sosial secara

85
86

keseluruhan) dan 7 item (penggunaan media sosial khusus pada malam hari.

Hasil rata-rata per item tersebut yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.2 Gambaran Item Penggunaan Media Sosial Secara Keseluruhan


pada Remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar

Komponen Frekuensi Persentase Interpretasi


Pengguna media 209 100% Menggunakan
sosial responden media sosial
Frekuensi 194 92,8% Setiap hari
penggunaan media responden menggunakan
sosial media sosial
Durasi pengggunaan 64 30% Rata-rata waktu
media sosial responden penggunaan media
sosial yaitu 6+ jam
Penyebaran 81 38,7% Rata-rata
penggunaan media responden penggunaan media
sosial sepanjang hari sosial dari jam 6
sore-10 malam
Perangkat media 172 82% Perangkat yang
yang digunakan responden digunakan untuk
untuk mengakses mengakses media
media sosial sosial yaitu
smartphone
Jumlah situs media 62 29,6% 3 situs yang sering
sosial yang responden digunakan yaitu
digunakan instagram, youtube,
dan whatsApp

Tabel 5.3 Gambaran Item Penggunaan Media Sosial Khusus Malam Hari
pada Remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar

Komponen Frekuensi Persentase Interpretasi


Frekuensi 173 82,8% Setiap hari
penggunaan media responden menggunakan
sosial sesaat media sosial 2 jam
sebelum tidur sebelum tidur
Frekuensi 187 89,5% Setiap hari
penggunaan media responden menggunakan
sosial di tempat tidur media sosial di
tempat tidur
Frekuensi 142 68% Setiap hari
penggunaan media responden menggunakan
sosial saat ingin tidur media sosial waktu
akan tidur
Durasi penggunaan 52 24,9% Durasi penggunaan
media sosial responden media sosial waktu
akan tidur yaitu 30+
menit
87

Penundaan tidur 179 85,6% Menunda tidur


karena media sosial responden karena
menggunakan
media sosial
Frekuensi gangguan 120 57,4% Tidak pernah
tidur akibat responden terganggu akibat
peringatan/ pemberitahuan
pemberitahuan media sosial
media sosial
Durasi gangguan 117 56 % Tidak pernah
tidur akibat responden terbangun oleh
peringatan/pemberita bunyi media sosial
huan media sosial

5.1.2 Gambaran Kualitas Tidur pada Remaja di MAN 4 Banjar

Hasil nilai rata-rata yang didapatkan dari penelitian kualitas tidur remaja di

MAN 4 Banjar yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.4 Gambaran Kualitas Tidur pada Remaja di Madrasah Aliyah Negeri
4 Banjar

Variabel N Mean Median SD Min-Max Cl 95%


Kualitas 209 7,11 7 2,86 2-15 6,72-7,5
tidur

Analisis yang dilakukan berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa

gambaran kualitas tidur pada remaja di MAN 4 Banjar yang didatkan dari 209

responden mempunyai nilai rata-rata total skor yaitu 7,11 (33,85%). Adapun

untuk nilai total skor tertinggi dari responden yaitu dengan skor 15 dan total

skor terendah yaitu 2.

Berdasarkan kuesioner PSQI yang digunakan dalam penelitian ini terdiri 7

kompnen, yaitu latensi tidur, kualitas tidur subjektif, efisiensi kebiasaan tidur,

durasi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi siang hari.

Hasil rata-rata per item tersebut yaitu sebagai berikut:


88

Tabel. 5.5 Gambaran Kompenen PSQI pada Remaja di Madrasah Aliyah


Negeri 4 Banjar

Komponen Mean SD Min Maks


Kualitas tidur subjektif 1,25 0,61 0 3
Latensi tidur 1,42 0,81 0 3
Durasi tidur 1,25 0,87 0 3
Efesiensi kebiasaan tidur 0,48 0,72 0 3
Gangguan tidur 1,40 0,53 0 3
Penggunaan obat-obatan 0 0 0 0
tidur
Disfungsi aktivitas sehari-hari 1,28 0,74 0 3

Analisis pada tabel 5.5 memperlihatkan bahwa gambaran kualitas tidur

remaja di MAN 4 Banjar, didapatkan hasil nilai rata-rata yang tertinggi pada

komponen latensi tidur dengan nilai rata-rata yaitu 1,42 (47,33%) dan nilai

rata-rata terendah pada komponen penggunaan obat-obatan untuk tidur

dengan nilai rata-rata yaitu 0 (0%).

5.2 Analisis Bivariat Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas

Tidur

Analisis hubungan penggunaan media sosial dengan kualitas tidur remaja di

MAN 4 Banjar menggunakan uji korelasi Spearman”s Rho karena

berdasarkan hasil dari uji normalitas data dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai p value ˂ 0,05 yang berarti bahwa data

tidak berdistribusi normal.

Tabel 5. 6 Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur


Remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar

Variabel terikat Variabel bebas p-value Koefisiensi


korelasi (r)
Kualitas tidur Penggunaan 0,000 0,355
media sosial

Analisis yang dilakukan berdasarkan tabel 5.6 mengenai hubungan

penggunaan media sosial dengan kualitas tidur remaja di MAN 4 Banjar


89

didapatkan hasil dengan nilai signifikansi yaitu (p=0,000). Pada penelitian

yang dilakukan peneliti menggunakan nilai signifikansi 0,05 (5%). Adapun

untuk hasil analisis yang diperoleh yaitu nilai p value > α (0,000 < 0,05) serta

koefisiensi korelasi (r) sebesar 0,355. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa H1 diterima yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara penggunaan media sosial dengan kualitas tidur remaja di MAN 4

Banjar. Keeratan hubungan antara kedua variabel yaitu berkorelasi rendah.


BAB 6 PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan mengenai hasil penelitian yang terdiri dari

identifikasi penggunaan media sosial pada remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4

Banjar, identifikasi kualitas tidur pada remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar,

dan analisis hubungan penggunaan media sosial dengan kualitas tidur remaja di

Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar.

6.1 Penggunaan Media Sosial pada Remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4

Banjar

Kuesioner Social Media Use Scale memiliki 13 item pertanyaan yang dinilai

yaitu nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7 (mengukur penggunaan media sosial secara

keseluruhan) dan nomor 8, 9, 10, 11, 12, 13 (mengukur penggunaan media

sosial khusus pada malam hari) (Heather 2016). Berdasarkan hasil

penelitian pada tabel 5.1, penggunaan media sosial pada remaja di

Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar dengan nilai rata-rata yaitu 35,62 (57,45%)

dari 209 responden. Adapun untuk nilai total skor terendah dari responden

yaitu 10 dan nilai total skor tertinggi dari responden yaitu 56.

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, semua siswa Madrasah Aliyah

Negeri 4 Banjar menggunakan media sosial. Hal tesebut dapat dilihat dari

kuesioner Social Media Use Scale secara keseluruhan pada pertanyaan

nomor 2 yang berbunyi “Apakah Anda mengggunakan media sosial?”, dari

209 orang responden), 100% dari mereka menjawab “Ya” (skor 1)

menggunakan media sosial. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia (APJII) pada tahun 2016 menjelaskan penggunaan internet pada

90
91

kalangan remaja semakin banyak yaitu sekitar 12,5 juta pengguna dari

kalangan remaja semakin banyak yaitu sekitar 12,5 juta pengguna dari

kelompok usia 15-19 tahun dan sekitar 768 ribu pengguna pada kelompok

usia 10-15 tahun. APJII (2016) juga menyebutkan bahwa jenis konten

internet yang paling sering digunakan yaitu media sosial.

Frekuensi merupakan seberapa sering seseorang menggunakan internet

(Horrigan 2002). Frekuensi penggunaan media sosial yang didapat dari hasil

penelitian pada kuesioner penggunaan media sosial secara keseluruhan

pada pertanyaan nomor tiga, bahwa 194 responden (92,8%) menyebutkan

bahwa mereka menggunakan media sosial setiap hari. Sedangkan pada

kuesioner penggunaan media sosial khusus pada malam hari, dari 209

responden didapatkan hasil bahwa mereka menggunakan media sosial

setiap hari 2 jam sebelum tidur sebanyak 173 responden (82,8%), ditempat

tidur sebanyak 187 responden (89,5%), sesaat waktu akan tidur sebanyak

142 responden (68%). Penelitian yang dilakukan Pew Internet & American

life Project di Amerika kepada 17 juta orang remaja menyebutkan bahwa

94% remaja menggunakan media sosial dengan alasan untuk mencari

informasi ataupun bahan untuk menyelesaikan tugas sekolah (Qomariah,

2009). Sedangkan penelitian yang dilakukan Novanana (2003) menyebutkan

bahwa 50,5% remaja SMA di Jakarta Selatan menggunakan internet untuk

melakukan chatting dengan teman-temannya.

Durasi merupakan lamanya waktu yang digunakan untuk mengakses

internet (Horrigan 2002). Durasi penggunaan media sosial yang di dapat dari

hasil kuesioner penggunaan media sosial secara keseluruhan pada

pertanyaan nomor empat, yang menjawab dengan skor 5 berjumlah 64


92

responden (30,6%) yang berarti mereka menggunakan media sosial setiap

hari selama lebih dari 6 jam. Pada kuesioner penggunaan media sosial

secara khusus pada malam hari, didapatkan hasil pada item pertanyaan

nomor empat yaitu 52 responden (24,9%) menjawab bahwa mereka

menggunakan media sosial waktu akan tidur selama lebih dari 30 menit.

Horrigan (2002) berpendapat bahwa seseorang yang menggunakan jejaring

sosial dengan durasi 5-6 jam perlima hari maka dapat dikatakan bahwa

durasi penggunaannya lama. Menurut The graphic, Visualization & Usability

Center, The Georgia Institute of Technology penggunaan internet dengan

waktu pemakaian lebih dari 40 jam maka dapat dikatakan sebagai heavy

users atau pengguna internet yang addicted (Mutia 2012).

Data yang didapatkan dari hasil kuesioner penggunaan media sosial secara

keseluruhan bahwa komponen penyebaran penggunaan media sosial

sepanjang hari pada remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar terbanyak

adalah pada jam 6 sore-10 malam (38,7%). Hal ini dikarenakan jam pulang

sekolah siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar yaitu jam 4 sore dan

selama di lingkungan sekolah siswa-siswi dilarang membawa/menggunakan

handphone. Penelitian Lakshmi (2018) menyebutkan bahwa penggunaan

smartphone dapat memperburuk kualitas tidur. Huber dkk (2002) juga

menyebutkan bahwa penggunaan ponsel pada malam hari dapat

mempengaruhi faktor fisiologis berupa ritme melatonin yang akan mengubah

aktivtas otak sehingga dapat mempengaruhi kualitas tidur (Huber dkk,

dikutip dalam Lakshmi 2018).

Adapun perangkat yang sering digunakan untuk mengakses media sosial

yang didapatkan dari kuesioner penggunaan media sosial secara


93

keseluruhan pada remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar yaitu

menggunakan smartphone sebanyak 172 responden (82,3%). Hal ini juga

sesuai dengan pernyataan yang disebutkan APJII tahun 2016 bahwa

penggunaan smartphone di Indonesia sebanyak 63,1 juta pengguna (APJII

2016). Menurut Triastuti, Prabowo dan Nurul pada tahun 2017 menyebutkan

bahwa penduduk Indonesia mengakses media sosial dengan menggunakan

smartphone sebanyak 62%, komputer sebanyak 16%, dan tablet sebanyak

6% (Supratman 2018).

Dari hasil penelitian, remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar menyatakan

bahwa mereka mempunyai situs media sosial yang beragam. Dari 209

responden, 62 responden (29,6%) menyebuttkan bahwa mereka

mempunyai 3 situs media yang sering digunakan, 59 responden (28,2%)

menyebutkan bahwa mereka mempunyai 2 situs media yang sering

digunakan, 39 responden (18,7%) menyebutkan bahwa mereka mempunyai

4 situs media yang sering digunakan, 30 responden (14,4%) menyebutkan

bahwa mereka mempunyai 1 situs media yang sering digunakan, dan 19

responden (9,1%) lainnya menyebutkan bahwa mereka mempunyai 5 situs

media yang sering digunakan. Adapun 3 situs media yang sering digunakan

pada remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar yaitu instagram. Hal

tersebut juga sama halnya dengan penelitian yang dilakukan di Program

Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

kepada 51 mahasiswa yang menyatakan bahwa 41 mahasiswa

menggunakan instagram dalam kategori sedang, 6 mahasiswa

menggunakan instagram dalam kategori waktu yang tinggi, dan 4

mahasiswa lainnya menggunakan instagram dalam kategori waktu yang

rendah (Maulida 2016).


94

Dari hasil penelitian juga menyebutkan bahwa remaja di Madrasah Aliyah

Negeri 4 Banjar menunda tidur karena menggunakan media sosial sebanyak

179 responden (85,6%) dari 209 responden. Indriani (2016) juga

menyebutkan bahwa sebagian remaja cenderung untuk tidur larut malam

karena menggunakan media elektronik, misalnya handphone, televisi, laptop

ataupun komputer.

Sedangkan untuk frekuensi gangguan tidur yang diakibatkan oleh

peringatan/pemberitahuan media sosial pada remaja di Madrasah Aliyah

Negeri 4 Banjar yang menjawab responden yang tidak pernah yaitu

sebanyak 120 responden (57,4%) dari 209 responden. Sedangkan untuk

durasi gangguan tidur yang diakibatkan oleh peringatan/pemberitahuan

media sosial pada remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar yang

menjawab tidak pernah terbangun oleh bunyi dari media sosial sebanyak

117 responden (56%) dari 209 responden.

6.2 Kualitas Tidur pada Remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar

Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) memiliki 7 komponen yaitu

kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan

tidur, penggunaan obat-obatan, dan disfungsi aktivitas sehari-hari. Jumlah

skor dari tujuh komponen tersebut yaitu mulai dari 0-21(Buysee 1988). Data

yang didapatkan dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada 209 responden

yang ada di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar dengan nilai rata-rata yaitu

7,11 (33,85%). Adapun untuk nilai total skor tertinggi adalah 15 dan nilai total

skor terendah adalah 2.


95

Dari nilai rata-rata yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa remaja di

Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar memiliki kualitas tidur yang buruk. Remaja

di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar yang memiliki kualitas tidur yang buruk

yaitu sebanyak 139 responden (66,5%) dan yang memiliki kualitas tidur yang

baik yaitu sebanyak 70 responden (33,5%).

Berdasarkan hasil penelitilian yang terdapat pada tabel 5.5 menunjukkan

bahwa gambaran komponen dari kualitas tidur remaja di Madrasah Aliyah

Negeri 4 Banjar didapatkan hasil nilai rata-rata skor tertinggi yaitu pada

komponen latensi tidur dengan nilai rata-rata skor 1,42 dari 209 responden.

Latensi tidur merupakan lamanya waktu mulai dari berangkatnya tidur

sampai seseorang tertidur. Tidur dapat dikatakan berkualitas baik apabila

seseorang menghabiskan waktu kurang dari 15 menit untuk dapat memasuki

tahap tidur yang selanjutnya secara lengkap. Pada kuesioner PSQI,

komponen latensi tidur dapat dinilai dari pertanyaan nomor 2 dan 5a. Dari

hasil penelitian, remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar sebagian besar

responden menjawab dengan skor 1 sebanyak 83 responden (39,7%) dari

209 responden, dan responden yang menjawab dengan skor 2 sebanyak 83

responden (39,7%) dari 209 responden.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indrawati (2012) menyebutkan

bahwa remaja memiliki kebiasaan yang dilakukan sebelum tidur. Kebiasaan

tersebut dilakukan bisa berupa satu kegiatan, dua kegiatan, atau lebih

tergantung kebiasaan masing-masing individu. Kebiasaan yang dilakukan

remaja tersebut antara lain mendengarkan musik, mengakses internet,

menonton TV, membaca buku, bermain laptop, bermain games, mengobrol

dengan teman melalui handphone, mengerjakan tugas, belajar dan lain-lain.


96

Dari 232 responden penelitian, 122 responden menyebutkan bahwa mereka

mengakses internet sebelum tidur (Indrawati 2012). Hal tersebut juga sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriani dkk (2016) yang

menyebutkan bahwa dari 80 orang remaja di desa Tombasian Atas

Kawangkoan Barat sekitar 42 orang (52,5%) mengalami kualitas tidur yang

buruk karena berbagai alasan yaitu memiliki masalah pribadi, media

elektronik seperti TV, HP, laptop/komputer, dan munculnya berbagai media-

media sosial yang membuat remaja cenderung untuk tidur di larut malam.

6.3 Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur Remaja di

Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar

Berdasarkan hasil analisis data penggunaan media sosial dengan kualitas

tidur remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar melalui uji statistik dengan

uji korelasi Spearman’s Rho’ menunjukkan hasil bahwa nilai signifikansi yaitu

0,000 yang artinya p-value lebih dari α = 0,05. Keputusan dari nilai tersebut

yaitu H1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara variabel

independen (penggunaan media sosial) dan variabel dependen (kualitas

tidur) dan H0 ditolak. Nilai koefisien korelasi yang ditunjukkan dari hasil uji

statistik yaitu (r= 0,355) yang artinya hubungan dua variabel memiliki

keeratan yang rendah. Adapun arah hubungan dari kedua variabel

menunjukkan bahwa arah korelasi positif yaitu semakin tinggi penggunaan

media sosial maka akan semakin buruk pula kualitas tidur remaja tersebut.

WHO (World Health Organization) tahun 2014 berpendapat bahwa remaja

yaitu penduduk yang berumur 10 sampai19 tahun. Karakteristik pada masa

remaja yaitu mengalami pertumbuhan fisik, perkembangan fungsi organ

seksual, cara berpikir remaja yang kausalitas (sebab-akibat), emosi yang


97

meluap-luap, mulai tertarik terhadap lawan jenisnya, menarik perhatian

lingkungan, serta tertarik dengan kelompok (Herawati 2014). Ciri-ciri masa

remaja yaitu sebagai periode peralihan, periode mencari identitas diri, usia

yang bermasalah, usia menakutkan, masa tidak realistik, merupakan

ambang batas dengan masa dewasa, periode meningginya emosi,

perubahan sikap dan perilaku, serta periode ambivalen (Zan 2010).

Media sosial adalah media online yang memberikan kesempatan kepada

penggunanya untuk berbagi, berpartisipasi, serta menciptakan isi. McNaught

et al. (2011) menyebutkan bahwa kategori sebagai media sosial yaitu jejaring

sosial, blog, wiki, youtube, dan jenis forum lainnya (Herlanti 2014). Konten

media sosial yang sering digunakan oleh penggunanya yaitu facebook (71,6

juta) pengguna, instagram (19,9 juta) pengguna, dan youtube (14, 5 juta)

pengguna (APJII 2016). Adapun konten media sosial yang sering digunakan

remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar ada 3 konten, yaitu instagram,

youtube, dan whatsApp (29,6%).

Tidur yaitu suatu kondisi yang terjadi secara berulang dimana seseorang

mengalami peralihan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu

(Potter & Perry 2014). Adapun pengertian kualitas tidur adalah suatu kondisi

dimana individu yang dapat merasakan kebugaran serta kesegaran badan

ketika terbangun dari tidurnya (Hidayat 2012). Kualitas tidur seseorang bisa

dibilang baik jika tidak memperlihatkan tanda kurangnya tidur serta

mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda tersebut dibagi menjadi

dua yaitu tanda fisik yang menandakan kekurangan tidur (mata terlihat

cekung, sulit berkonsentrasi, merasakan ngantuk yang berlebihan/sering

menguap dan lain-lain) dan tanda psikologis yang menandakan kekurangan


98

tidur (merasa tidak enak badan, bingung, berkurangnya daya ingat, dan lain-

lain) (Hidayat 2009).

Berdasarkan data yang didapatkan peneliti, komponen kualitas tidur yang

terganggu pada remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar yaitu latensi

tidur. Latensi tidur merupakan lamanya waktu mulai dari berangkatnya tidur

sampai seseorang tertidur. Tidur dapat dikatakan berkualitas baik apabila

seseorang menghabiskan waktu kurang dari 15 menit untuk dapat memasuki

tahap tidur yang selanjutnya secara lengkap. Dari hasil kuesioner PSQI 83

responden (39,7%) menjawab skor 2 yang artinya kesulitan untuk memulai

tidur yang sedang. Dari hasil kuesioner penggunaan media sosial juga

menyebutkan bahwa 52 responden (24,9%) menggunakan media sosial

waktu akan tidur dengan durasi lebih dari 30 menit. Selain itu, 179 responden

(85,6%) menyebutkan bahwa media sosial dapat menunda mereka untuk

tertidur. Penelitian yang dilakukan Laksmi (2018) juga menyebutkan bahwa

onset latensi tidur yang lebih 30 menit memiliki hubungan yang signifikan

dengan penggunaan media sosial. Cain (2010) juga menyebutkan bahwa

tertundanya waktu tidur dan berkurangnya waktu tidur diakibatkan oleh

penggunaan media sosial (Cain, dikutip dalam Lakshmi 2018).

Penelitian yang berjudul “Sleep Quality And Elevated Blood Pressure In

Adolescents” yang dilakukan oleh Javaheri dan Cleveland (2008) dari Case

western Reserve scholl Of Medicine menyebutkan bahwa 238 orang remaja

mengalami penurunan kualitas tidur karena penggunaan internet (Potter &

Perry 2014). Konten internet yang paling sering digunakan yaitu media sosial

(129,2 juta pengguna) (APJII 2016). Penelitian yang dilakukan kepada 62

orang siswa di SMA Negeri 9 Manado menyebutkan bahwa penggunaan


99

media sosial dengan waktu yang lama dapat mempengaruhi tidur

seseorang. Semakin lama waktu penggunaan media sosial maka akan

semaikin meningkat kejadian insomnia. Penyebab insomnia yang diterjadi

pada siswa tersebut yaitu untuk chatting dengan teman pada malam di

media sosial, downloading dan browsing dengan alasan hobi atau karena

ingin bersenang-senang, bermain game online pada malam hari, dan

mengerjakan tugas tumah pada malam hari (Khristianty 2015). Penelitian

yang dilakukan Heather Cleland Woods pada tahun 2016 yang berjudul

“Sleepyteens: Social media use in adolescence is associated with poor sleep

quality, anxiety, depression and low self-esteem” menyebutkan bahwa

penggunaan media sosial khusus pada malam hari lebih mempengaruhi

kualitas tidur remaja daripada penggunaan media sosial yang digunakan

secara keseluruhan (24 jam) (Heather 2016). Insomnia merupakan salah

satu dari gangguan atau masalah tidur (Potter & Perry 2014). Apabila

seseorang mengalami gangguan dalam tidurnya dan menunjukkan tanda

tidur yang kurang, maka bisa dikatakan kualitas tidur seseorang tersebut

tidak baik (Hidayat 2009).

Penelitian sebelumnya yang berjudul “Hubungan Intensitas Penggunaan

Internet dengan Kualitas Tidur pada Mahasiswa Semester VI di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto” menunjukkan hasil bahwa ada

hubungan intensitas penggunaan internet dengan kualitas tidur dengan p-

value 0,031<0,05. Penggunaan internet pada mahasiswa semester VI

dengan intensitas yang sedang yaitu sebanyak 22 responden (57,9%),

sedangkan untuk intensitas yang tinggi sebanyak 16 responden (42,1%).

Menurut Latifa (2004), remaja menggunakan internet untuk mencari

informasi dan hiburan, searching dan berowsing mencari sumber/bahan


100

untuk menyelesaikan tugas sekolah, serta chatting dengan teman mereka

(Musfirotun 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indriani dkk (2016) yang

menyebutkan bahwa dari 80 orang remaja di desa Tombasian Atas

Kawangkoan Barat sekitar 42 orang (52,5%) mengalami kualitas tidur yang

buruk karena berbagai alasan yaitu memiliki masalah pribadi, media

elektronik seperti TV, HP, laptop/komputer, dan munculnya berbagai media-

media sosial yang membuat remaja cenderung untuk tidur di larut malam.

Gangguan pola tidur inilah yang membuat remaja sering memperlihatkan

perasaan lesu, gelisah, lelah, meguap/mengantuk, dan bahkan sering

kehilangan konsentrasi saat belajar di sekolah. Lestiani (2005) juga

menyebutkan bahwa gangguan tidur pada malam hari dapat menyebabkan

mengantuk dan lelah pada siang hari sehingga bisa menurunkan konsentarsi

belajar yang akan berdampak pada nilai anak didik menurun.

6.4 Keterbatasan Penelitian

Selama proses penelitian, peneliti menyadari bahwa adanya keterbatasan

yang bisa mempengaruhi hasil penelitian. berikut keterbatasan dari

penelitian ini yaitu: area penelitian tidak luas, hanya pada satu sekolah saja

yaitu Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar.


BAB 7 PENUTUP

7.1 Simpulan

Simpulan dari penelitian tentang hubungan penggnaan media sosial dnegan

kualitas tidur remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar yaitu:

7.1.1 Penggunaan media sosial pada ramaja di Madrasah Aliyah Negeri 4

Banjar didapatkan bahwa nilai rata-rata total skor yaitu 35,62

(57,45%) dengan total skor tertinggi yaitu 56 dan total skor terendah

yaitu 10.

7.1.2 Kualitas tidur remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar didapatkan

bahwa nilai rata-rata total skor yaitu 7,11 (33,85%) yang artinya

kualitas tidur remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar buruk

dengan total skor tertinggi yaitu 15 dan total skor terendah yaitu 2.

7.1.3 Ada hubungan penggunaan media sosial dengan kualitas tidur

remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar dengan nilai p value

0,000.

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada responden

ataupun remaja lainnya bahwa penggunaan media sosial yang tinggi

dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang, kebutuhan tidur yang

normal bagi remaja yaitu kurang lebih 7½ jam pada malam hari

sehingga diharapkan para remaja dapat membatasi atau mengurangi

penggunaan media sosial dalam aktivitas sehari-hari ataupun pada

malam hari.

101
102

7.2.2 Bagi Orang Tua

Diharapkan agar orang tua dapat membatasi penggunaan

handphone yang berlebihan (lebih dari jam 10 malam) sehingga

penggunaan handphone (media sosial) tidak mengganggu pola tidur

remaja.

7.2.3 Bagi Sekolah

Diharapkan sekolah yang bersangkutan bisa menjadi wadah atau

mediator untuk menyampaikan ke orang tua siswa-siswi MAN 4

Banjar bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat

mempengaruhi kualitas tidur anak-anak mereka.

7.2.4 Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini bisa memberikan pendidikan kesehatan kepada

para remaja mengenai penggunaan media sosial yang berlebihan

dapat mempengaruhi kuaitas tidur yang akan berdampak terhadap

proses belajar mereka disekolah.

7.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti yang selanjutnya agar bisa memperluas

area penelitian kebeberapa sekolah lainnya sehingga data yang di

dapatkan lebih beragam.


103

Anda mungkin juga menyukai