Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH VARIASI CAMPURAN BENTONIT TERHADAP KARAKTERISTIK

PASIR CETAK UNTUK PROSES SAND CASTING


Apang Djafar Shieddieqque1*, Ismail Putra Nugraha1 , Moch Iqbal Zaelana Muttahar 2, Ghany Heryana1
1
Fakultas Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana,
Jl. Cikopak No. 53, Purwakarta, 41151, Indonesia
2
Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Logam dan Mesin, Kementerian Perindustrian,
Jl. Sangkuriang No. 12 Dago, Bandung, 40135, Indonesia
*E-mail: apang@stt-wastukancana.ac.id (corresponding author)

Abstrak

Peningkatan permintaan sektor otomotif, berpengaruh terhadap perkembangan investasi di sektor pengecoran logam,
proses pengecoran banyak digunakan karena memiliki keunggulan diantaranya pembuatan produk dengan ukuran
yang kecil hingga ukuran yang paling besar, penggunaan bahan lebih hemat, produk hasil coran dapat digunakan
tanpa harus dikerjakan lebih lanjut atau dilakukan sedikit proses pemesinan penyebab utama terjadinya cacat pada
proses pengecoran yaitu sifat dari cetakan seperti, permeabilitas rendah, kekuatan tekan cetakan rendah, sintering
poin rendah, distribusi butiran pasir tidak sesuai, persentase zat pengikat dan persentase kadar air, sehingga perlu
adanya penelitian untuk mendapatkan jenis pasir cetak yang cocok sebagai cetakan pasir pada pengecoran logam.
Bentonit dapat menyerap air dan mengembang antara 8-15 kali dan tetap terdispersi dalam air untuk jangka waktu
tertentu. Sifat khusus dari bentonit adalah kemampuan untuk membentuk gel thixotrophic dengan air. Penelitian ini
bertujuan mengkaji mengenai pengaruh campuran variasi bentonit Lokal dari Riau dan bentonit Australia dari
Wyoming, terhadap karakteristik pasir cetak untuk proses sand casting. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini
antara lain pengujian distribusi ukuran, karakterisasi x-ray diffraction, pengujian kadar air, kekuatan tekan, dan
pengukuran permeabilitas. Bentonit yang memiliki 5 variasi antara lain 100% Australia dan 0% Lokal, 80% Australia
dan 20% Lokal, 60% Australia dan 40% Lokal, 40% Australia dan 60% Lokal, dan 20% Australia dan 80% Lokal
akan diuji XRD ( X-Ray Diffraction),kadar air, kekuatan tekan, permeabilitas dan pasir silika yang akan diuji
distribusi ukuran besar butirnya. Hasil pengujian rata-rata distribusi ukuran besar butir pasir silika adalah 37,6 GFN.
Hasil pengujian XRD (X-Ray Diffraction) bentonit Lokal memiliki kandungan senyawa Kalsium yang lebih besar
dan bentonit Australia mengandung senyawa Natrium yang lebih besar. Di dapatkan nilai rata-rata pada pengujian
kadar air yaitu sebesar 5,07%. Di dapatkan nilai rata-rata pada pengujian kekuatan tekan yaitu sebesar 1,88 N/cm2.
Di dapatkan nilai rata-rata pada pengujian permeabilitas yaitu sebesar 12,08 cm3/s.

Kata kunci: Bentonit Australia; Bentonit Lokal; Kuat Tekan; Kadar Air; XRD
Abstract

The increasing demand for the automotive sector has affected the development of investment in the metal foundry
sector, the casting process is widely used because it has advantages including the manufacture of products with the
smallest size to the largest size, the use of materials is more efficient, the product from the castings can be used
without having to do further work. A few machining processes are carried out the main causes of defects in the
casting process, namely the nature of the mold such as, low permeability, low molding compressive strength, low
sintering point, inappropriate distribution of sand grains, percentage of binder and percentage of water content, so
research is needed to get the type molding sand which is suitable as mold sand in metal foundries. Bentonite can
absorb water and expands between 8-15 times and remains dispersed in water for a certain period of time. A special
property of bentonite is the ability to form thixotrophic gels with water. This study aims to examine the effect of
mixed variations of local bentonite from Riau and Australian bentonite from Wyoming, on the characteristics of
molding sand for the sand casting process. Tests carried out in this study included size distribution testing, x-ray
diffraction characterization, moisture content testing, compressive strength, and permeability measurements.
Bentonite which has 5 variations including 100% Australian and 0% Local, 80% Australian and 20% Local, 60%
Australian and 40% Local, 40% Australian and 60% Local, and 20% Australian and 80% Local will be XRD tested (
X-Ray Diffraction), moisture content, compressive strength, permeability and silica sand which will be tested for
grain size distribution. The test results of the average size distribution of silica sand grains is 37.6 GFN. XRD (X-
Ray Diffraction) test results show that local bentonite has a higher calcium content and Australian bentonite
contains a higher sodium compound. The average value for the water content test is 5.07%. The average value in the
compressive strength test is 1.88 N/cm2. The average value in the permeability test is 12.08 cm3/s.

Keywords: Australian Bentonite; Compressive Strength; Local Bentonite; Moisture Content; XRD

1. Pendahuluan
Peningkatan pasar kendaraan dan permintaan pada sektor otomotif pada umumnya berpengaruh terhadap
perkembangan investasi di sektor pengecoran logam [1]. Proses pengecoran banyak digunakan karena memiliki
keunggulan diantaranya pembuatan produk dengan ukuran yang kecil hingga ukuran yang paling besar, penggunaan
bahan lebih hemat, produk hasil coran dapat digunakan tanpa harus dikerjakan lebih lanjut atau dilakukan sedikit proses
pemesinan.
Teknik pengecoran dapat dibedakan menjadi dua yaitu, teknik pengecoran konvensional dan teknik pengecoran
non-konvensional. Teknik pengecoran konvensional merupakan teknik yang menggunakan cetakan tidak tetap, seperti:
sand casting (cetakan pasir), low pressure sand casting, shell mold casting, dan full mold casting. Sedangkan teknik
pengecoran non-konvensional merupakan teknik yang biasa digunakan untuk produksi massal, dimana teknik
pengecoran ini menggunakan cetakan tetap atau permanen, sehingga dapat digunakan secara berulang-ulang, contoh
pengecoran non-konvensional seperti: high-pressuse die casting, low-pressure die casting, permanent-mold casting,
centrifugal casting, plaster-mold, dan invesment casting [2]. Salah satu dari pengecoran konvensional yang masih
digunakan di industri manufaktur adalah pengecoran dengan menggunakan pasir cetak [3].
Pasir cetak memiliki, tiga jenis cetakan pasir yaitu green sand, cold-box dan no-bake mold [4]. Cetakan yang
banyak digunakan dan paling murah adalah jenis green sand mold (cetakan pasir basah) [5]. Untuk menghindari dan
mengurangi terjadinya pada kelemahan yang disebutkan dari penelitian Bhirawa, banyak hal yang berpengaruh seperti :
Cacat-cacat pengecoran yang umum terjadi adalah kekasaran permukaan, cacat porositas didalam coran dan cacat-cacat
yang disebabkan oleh runtuhnya cetakan [2]. Penyebab utama terjadinya cacat pada proses pengecoran yaitu sifat-sifat
dari cetakan seperti, permeabilitas yang rendah, kekuatan tekan cetakan yang rendah, sintering poin yang rendah,
distribusi butiran pasir tidak sesuai, persentase zat pengikat dan persentase kadar air, sehingga perlu adanya penelitian
untuk mendapatkan jenis pasir cetak yang cocok sebagai cetakan pasir pada pengecoran logam [1].
Pada proses pengecoran menggunakan cetakan pasir basah, sering ditemukan cacat yang tidak diinginkan pada
produk hasil pengecoran seperti kekasaran permukaan coran, intrusi logam cair ke dalam cetakan, gelembung udara,
rongga, kegagalan cetakan, dan inklusi terak [6]. Pencampuran komposisi pada cetakan pasir basah adalah langkah yang
paling penting dalam pengecoran, kemudian tanah lempung, air dan bahan tambahan sebagai pengikat (bentonit) [7].
Selama proses pengecoran, panas yang dipindahkan ke pasir di sekitar cetakan menyebabkan degradasi struktur
bentonit, sehingga membentuk jenis endapan baru di permukaan butiran pasir [6].
Mineral bentonit memliki diameter kurang dari 2 μm yang terdiri dari berbagai macam mineral phyllosilicate yang
mengandung silica, aluminium oksida dan hidrosida yang dapat mengikat air. Bentonit adalah sejenis batuan yang
didalamnya banyak mengandung mineral montmorillonite sifatnya yang khas yaitu dapat mengembang dalam air,
interkalasi dan bersifat penukar ion menjadikan bahan ini menarik digunakan menjadi katalis organo clay, nano clay.
[8], [9]. dan katalis katalis [10].
Ada dua jenis bentonit di alam, yaitu natrium bentonit dan kalsium bentonit. Natrium bentonit mengandung lebih
banyak ion Na+ daripada ion Ca2+ dan Mg2+. Ketika direndam dalam air, bentonit ini dapat menyerap air dan
mengembang antara 8-15 kali dan tetap terdispersi dalam air untuk jangka waktu tertentu. Sifat khusus dari bentonit
adalah kemampuan untuk membentuk gel thixotrophic dengan air. Kemampuan untuk menyerap air dalam jumlah besar
dan kapasitas tukar kation yang tinggi. Keunikan sifat bentonit yaitu dapat mengembang dan membentuk koloid jika
dimasukkan kedalam air [11]. Daerah penghasil utama natrium bentonit di dunia adalah Wyoming, Montana dan South
Dakota [12].
Kualitas bentonit yang digunakan merupakan salah satu penunjang baiknya cetakan pasir yang dibuat yang mana
kualitas tersebut memainkan peran penting dalam mencapai kualitas coran yang baik. Dalam penelitian Nandagopal,
sifat permeabilitas dan kekerasan cetakan difokuskan untuk meningkatkan kualitas cetakan. Sifat-sifat ini ditingkatkan
dengan mengoptimalkan parameter persentase berat bentonit barat. Hasil menarik yang ditemukan pada penelitian
Nandagopal yang menunjukkan bahwa paduan parameter variasi persen bentonit, kekerasan nominal cetakan dan
pengurangan ketebalan dinding meningkatkan kualitas cetakan dengan meningkatkan nilai permeabilitas dari 80
menjadi 120 [13].
Penelitian ini difokuskan pada kajian mengenai pengaruh campuran variasi bentonit Lokal Riau dan bentonit
Australia Wyoming terhadap karakteristik pasir cetak untuk proses sand casting, diharapkan pada penelitian ini
mendapatkan hasil yang cukup baik dan optimum, kemudian dapat diperolehnya data-data yang bisa digunakan pada
industri manufaktur sehingga mengurangi cost pada produksi, dan juga penelitian selanjutnya.

2. Material dan Metodologi


2.1. Material
Material bentonit yang digunakan pada penelitian ini adalah bentonit Lokal dari Riau dan bentonit Australia dari
Wyoming. Yang terdapat pada Laboratorium QC Pasir Pengecoran dan Perlakuan Panas di Balai Besar Logam dan
Mesin. Bentonit lokal ini terdapat dari daerah Riau negara Indonesia, kemudian Bentonit Australia ini terdapat dari
daerah Wyoming negara Australia.

2.2. Pengujian Distribusi Ukuran


Pengujian distribusi ukuran yaitu penentuan prosentase berat butiran pada ukuran diameter tertentu atau suatu cara
untuk menyatakan ukuran besarnya butir pasir ditunjukkan dengan GFN (Grain Fineness Number) (Surdia, Chijiwa ,
2006). Pengujian ini dilakukan dengan mengayak 25 gram pasir silika dengan ukuran ayakan sebesar No. 1,4; 1; 0,71;
0,5; 0,355; 0,25; 0,18; 0,125; 0,09; 0,063 mm. Pengujian ini mengikuti standar ASTM D 422-72 dengan perhitungan
GFN dihitung menggunakan rumus [1].

∑ (1)

2.3. Karakterisasi X-Ray Diffraction


Karakterisasi XRD adalah Salah satu teknik yang digunakan untuk menentukan struktur suatu padatan kristalin
adalah metode difraksi sinar-X serbuk (X- ray powder diffraction) [13]. Pengujian X-Ray Diffraction dilakukan di
BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) berbentuk serbuk sebanyak 1 gram dengan ukuran 230 mesh.

2.4. Pengujian Kadar Air


Pengujian kadar air yaitu suatu pengujian yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan atau sampel yang
bertujuan untuk mengetahui berapa kadar air yang tersedia pada suatu bahan atau sampel. Pengujian kadar air dilakukan
seberat 20 gram pada komposisi campuran pasir cetak basah menggunakan infrared moistur analyzer dan pan.
Pengujian kadar air dihitung menggunakan rumus [2].

x 100% (2)

2.5. Pengujian Kekuatan Tekan


Pengujian kekuatan tekan adalah kemampuan untuk dapat menahan aliran logam cair yang mempunyai tekanan
pada waktu masih panas yang bisa menyebabkan cetakan pasir itu mengalami perubahan bentuk atau kerontokan pada
cetakan [14]. Pengujian kekuatan tekan dilakukan seberat ±160 gram dengan ukuran diameter dan tinggi sebesar 2in x 2
in. Komposisi campuran pasir cetak basah pada cetakan. Pengujian dilakukan dengan alat universal sand strength
machine. Pengujian ini mengikuti standar SNI 15-0312-1989.

2.5. Pengujian Permeabilitas


Pengujian Permeabilitas ini bertujuan untuk menguji seberapa besar gas yang mengalir atau lolos yang
terperangkap di dalam rongga-rongga yang ada pada cetakan ke luar cetakan. Pengujian ini memiliki komposisi
campuran pasir cetak basah seberat 250 gram. Pengujian ini mengikuti standar AFS dilakukan menggunakan alat
permeability meter dan standar pembuatan specimen cetakan mengikuti standart SNI 15-0312-1989. Pengujian ini
memiliki 2 tahap yaitu compactibility dan permeability. Pengujian compactibilty suatu tahap wajib yang digunakan
sebelum uji permeability, dimana campuran pasir cetak basah akan ditekan dan dirapatkan pada silinder pemadat
menggunakan alat sand rammer, kemudian pengujian permeability suatu tahap pengujian yang berfungsi untuk
mendapatkan nilai permeabilitas dari pasir cetak menggunakan alat permeability meter. Pengujian permeabilitas
dihitung menggunakan rumus [3].

(P) xk (3)

Dimana :
P= AFS Permeability number (cm3/s)
k= Konstanta (pa)
h= Tinggi Spesimen, (cm)
p= Pressure head, (g/cm2)
a= Area Spesimen, (cm2 )
V= Volume Udara (cm3)
t= Waktu, (detik)

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Pengujian Distribusi Ukuran Besar Butir (Pasir Silika).
Pengujian distribusi ukuran besar butir (pasir silika) dilakukan dengan alat yang bernama Sieve Analysis Type PSA
(GF)/Laboratory Siever. Pengujian ini dilakukan dua kali dalam pengujiannya, nilai hasil GFN ( Grain Finnest Number
) yang pertama yaitu memiliki GFN 37,776876 ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengujian distribusi ukuran besar butir (pasir silika) pertama.
Diameter
lubang Ukuran ayakan Berat Fraksi Fraksi Berat Faktor Pengali
NO Sn x Fn
ayakan (mm) (Sn) (gr) (%) (Fn)
(Mesh)
1 14 14 0 0 6 0
2 18 1 0 0 9 0
3 25 0.71 0.01 0.040568 15 0.15
4 35 0.5 2.92 11.845842 25 73
5 45 0.355 16.16 65.557809 35 565.6
6 60 0.25 4.14 16.795132 45 186.3
7 80 0.18 0.88 3.5699797 60 52.8
8 120 0.125 0.42 1.703854 81 34.02
9 170 0.09 0.08 0.3245436 118 9.44
10 230 0.063 0.01 0.040568 164 1.64
11 PAN 0.03 0.1217039 275 8.25
12 TOTAL 0 100 931.2
GFN 37.776876

Kesimpulannya adalah nilai rata rata GFN dari distribusi ukuran besar butir (pasir silika) yaitu 37,77 GFN.
Semakin tinggi nya angka GFN nya, maka pasir semakin halus dan daya salur udaranya (permeabilitas) relatif rendah
[15]. Dalam ukuran butir yang kecil akan menghasilkan permukaan coran yang baik, sedangkan ukuran butir yang
besar akan menghasilkan permeabilitas yang baik, sehingga dapat membebaskan gas-gas dalam rongga cetak selama
proses penuangan. [16]. Kemudian dalam kualitas cetakan pasir dipengaruhi oleh beberapa hal, beberapa diantaranya
yaitu ukuran butir dan kadar pengikat pasir cetak menurut [17]. Dalam kondisi pasir terbaik untuk mendapatkan
kekuatan cetakan yang optimum dan densitas baik adalah butir pasir yang memiliki distribusi normal di atas empat atau
lebih ukuran mesh yang berdekatan [18].
Peningkatan komposisi butir pasir 200 mesh akan meningkatkan kompaktibilitas yang mana kepadatan pasir cetak
semakin besar. Hal ini akan semakin menurunkan daya permeabilitas pasir pada cetakan dan berakibat pada semakin
sulitnya gas keluar dan menyebabkan permukaan kasar pada hasil cor dikarenakan gas tertahan pada cetakan.
Sebaliknya, permeablitias yang tinggi mengakibatkan gas yang terbentuk dapat dengan mudah keluar sehingga
permukaan benda cor relatif lebih halus. Sisi baiknya pemakaian distribusi ukuran pasir yang lebih kecil menyebabkan
permukaan cavity (rongga), yaitu bagian dalam dari cetakan yang bersentuhan dengan cairan logam menjadi lebih halus
dan akan menghasilkan benda cor yang halus serta bagian yang komplek dari cetakan dapat terisi seluruhnya oleh cairan
[19].
Distribusi besar butir jika pada bentonit akan sangat mempengaruhi kualitas dari suatu produk, khususnya produk
hasil proses pengecoran [20]. Tetapi kalau butir pasir dan pengikatnya terlalu halus, gas yang ditimbulkan akan sulit
keluar schingga membuat cacat pada hasil pengecoran yaitu berupa gelembung udara [12].

3.2. Pengujian X-Ray Diffraction (XRD)


Pada pengujian X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan dengan alat yang bernama mesin XRD D8 DISCOVER Plus di
Badan Tenaga Nuklir Nasional Bandung (BATAN),yang dilakukan analisis secara kualitatif dengan mengidentifikasi
komposisi fasa kristal bentonit dengan memberikan sudut 20° dan panjang gelombang 10-100 dan di dapatkan hasil
pengujian pada sampel bentonit Lokal yang ditunjukkan pada Gambar 1 dan bentonit Australia yang ditunjukkan pada
Gambar 2 menggunakan software Match.

Gambar 1. Grafik pengujian XRD ( X-Ray Diffraction) bentonit Lokal.


Pada Gambar 1 bentonit Lokal setelah diuji memiliki beberapa senyawa kimia yang terkandung seperti O2SI
Quartz (43,3%),H2O Dihydrogen oxide (27,6%), AI2O3 (8,4%), Fe2O3 (6,8%), CaO Lime (5,9%), MgO Periclase
(4,6%), K Potassium (2,0%) dan Na Sodium (1,5%). Bentonit termasuk mineral yang memiliki gugus aluminosilikat.
Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bentonit ditunjukkan pada Tabel 2 dan hasil menunjukkan bahwa bentonit
Lokal memiliki kandungan senyawa kimia CaO (Calsium) (5,9%) yang lebih tinggi dibandingkan dengan Na2O
(Natrium) (1,5%), dinyatakan bahwa bentonit lokal ini memiliki basis Calsium yang lebih besar.
Tabel 2. Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bentonit.

Natrium Bentonit Kalsium


Senyawa
(%) Bentonit (%)

SiO2 61,3-61,4 62,12


Al2O2 19.,8 17,33
Fe2O3 3,9 5,30
CaO 0,6 3,68
MgO 1,3 3,3
Na2O 2,2 0,3
K2O 0,4 0,33
H2O 7,2 7,22
Sumber: [21]

Gambar 2. Grafik pengujian XRD ( X-Ray Diffraction) bentonit Australia.


Pada Gambar 2 bentonit Australia setelah diuji memiliki beberapa senyawa kimia yang terkandung seperti O2SI
Quartz (35,2%), AI2O3 aluminium oxide corundum (17,9%), H2O Dihydrogen oxide (16,6%), MgO Periclase (10,2%),
Fe2O3 (6,3%), K2O dipotassium oxide (5,6%), Na Sodium (4,7%) dan CaO Lime (5,9%). Bentonit termasuk mineral
yang memiliki gugus aluminosilikat. Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bentonit ditunjukkan pada Tabel 3.3
dan pada hasil menunjukkan bahwa bentonit Australia memiliki kandungan Na Sodium ( Natrium) (4,7%) lebih tinggi
dibandingkan dengan CaO Lime (Calsium) (5,9%), dinyatakan bahwa bentonit Australia ini memiliki basis Natrium
yang lebih besar.
Kesimpulannya adalah perbandingan pada hasil data grafik bentonit Lokal memiliki kandungan senyawa kimia
CaO (Calsium) (5,9%) yang lebih tinggi dibandingkan dengan Na2O (Natrium) (1,5%), dinyatakan bahwa bentonit
lokal ini memiliki basis Calsium yang lebih besar sedangkan bentonit Australia memiliki kandungan Na Sodium (
Natrium) (4,7%) lebih tinggi dibandingkan dengan CaO Lime (Calsium) (5,9%), dinyatakan bahwa bentonit Australia
ini memiliki basis Natrium yang lebih besar.

3.3. Pengujian Kadar Air


Penelitian yang dilakukan pada pengujian kadar air untuk komposisi cetakan pasir basah memiliki beberapa hasil
dan kandungan yang berbeda ditunjukkan pada Gambar 3.

Hasil pengujian kadar air pada tiap-tiap komposisi cetakan pasir


basah basis kadar air 5%
100% Australia 0% Lokal
80% Australia 20% Lokal
60% Australia 40% Lokal
40% Australia 60% Lokal
20% Australia 80% Lokal

5.425% 5.825%
5.150%
4.625% 4.325%
Bentonit
Sampel

100% Australia 80% Australia 60% Australia 40% Australia 20% Australia
0% Lokal 20% Lokal 40% Lokal 60% Lokal 80% Lokal

Gambar 3. Hasil grafik pengujian kadar air pada tiap-tiap komposisi cetakan pasir basah.
Disimpulkan bahwa peneliti menetapkan komposisi campuran cetakan pasir basah sebesar 5% kadar air , diketahui
bahwa pada komposisi cetakan pasir basah yang paling mendekati 5 % yaitu variasi 80% Australia dan 20% lokal yaitu
5,150% pada variasi ini menunjukkan bahwa saat pengeringan untuk mendapatkan kadar air, terdapat pengeringan
beberapa kali setelah 15 menit dan 5 menit pengeringan hingga berat campuran cetakan pasir basah menunjukkan
konstan, dan yang paling tinggi variasi 60% Australia dan 40% Lokal yaitu 5,825% pada variasi ini terdapat
pengeringan beberapa kali setelah 15 menit dan 5 menit pengeringan hingga berat campuran cetakan pasir basah
menunjukkan konstan, dan yang paling kecil variasi 20% Autralia dan 80% Lokal yaitu 4,325% pada variasi ini
menunjukkan terdapat pengeringan beberapa kali setelah 15 menit dan 5 menitt walaupun tidak sebanyak variasi hasil
5,150% dan 5,825% dan untuk variasi campuran yang lain tidak menunjukkan pengeringan tambahan setelah 15 menit
dan 5 menit. Nilai rata-rata yang terdapat pada pengujian kadar air yaitu sebesar 5,07%.

3.4. Pengujian Kekuatan Tekan


Pada pengujian kekuatan tekan ini, di lapangan spesimen dibuat 2 spesimen supaya bisa terlihat jelas hasil bagus
atau tidaknya dengan parameter yang sama yaitu waktu curing (pengeringan) tetap 1 jam dan juga mengantisipasi gagal
pada spesimen yang pertama untuk hasil ditunjukkan pada Gambar 4.
Dalam masing-masing penambahan bentonit pada pasir cetak basah di peroleh nilai pada kekuatan tekan yang
berbeda, pada sampel bentonit 100% Australia dan 0% Lokal menempati kekuatan tekan yang paling besar yaitu 2,7
N/cm2 pada variasi campuran cetakan pasir basah ini memiliki hasil yang lebih padat, serta memiliki permukaan yang
halus karena hanya memiliki bentonit Natrium yang terkandung dalam cetakan dan pada sampel bentonit 20% Australia
dan 80% Lokal menempati kekuatan tekan yang paling rendah yaitu 1,2 N/cm 2 dimana pada variasi ini menunjukkan
variasi campuran cetakan pasir basah ini memiliki hasil yang kurang kuat dan permukaan terkesan kasar karena bentonit
Lokal yang berbasis Calsium banyak terkandung dalam cetakan ketimbang bentonit Australia. Pada hasil diatas
kekuatan tekan yang terkecil yaitu 1,2 N/cm2 sampai yang terbesar yaitu 2,7 N/cm2 . Nilai rata-rata yang terdapat pada
pengujian kekuatan tekan yaitu sebesar 1,88 N/cm2.

Kekuatan Tekan Sampel Cetakan (N/cm2)


100% Australia 0% Lokal
80% Australia 20% Lokal
2.7 60% Australia 40% Lokal
2.5
40% Australia 60% Lokal
20% Australia 80% Lokal
1.7
1.3 1.2
Bentonit
Sampel

100% 80% 60% 40% 20%


Australia Australia Australia Australia Australia
0% 20% 40% 60% 80%
Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal

Gambar 4. Hasil grafik pengujian kekuatan tekan pada tiap-tiap komposisi cetakan pasir basah.

3.5. Pengujian Permeabilitas


Pengujian kemampuan alir gas (permeabilitas) menurut standar AFS dilakukan dengan menggunakan alat
permeability meter ditunjukkan pada Gambar 5, untuk mencari perbedaan tekanan dan waktu yang diperlukan untuk
melewatkan 2000 cc udara dengan cara membuatkan spesimen dengan standart SNI 15-0312-1989, spesimen
berbentuk silinder dengan ukuran ∅ 50 mm x 50 mm di Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM).

13.00
Nilai Permeabilitas 12.64
12.50 12.28 (cm3/s) 12.23
12.00 11.68
11.57
11.50

11.00

100% Australia 0% Lokal


80% Australia 20% Lokal
60% Australia 40% Lokal
40% Australia 60% Lokal

Gambar 5. Hasil grafik pengujian permeabilitas pada tiap-tiap komposisi cetakan pasir basah.
Diketahui bahwa pada nilai grafik diatas menunjukkan hasil nilai pengujian permeabilitas tertinggi di peroleh oleh
variasi 20% Australia dan 80% Lokal dengan nilai 12,64 cm 3/s, sedangkan yang terendah di peroleh pada variasi 80%
Australia dan 20% Lokal dengan nilai 11,57 cm3/s. Nilai rata-rata yang terdapat pada pengujian permeabilitas yaitu
sebesar 12,08 cm3/s. Dalam Keberhasilan menghasilkan produk coran yang baik sangat ditentukan oleh nilai kekuatan
tekan dan nilai permeabilitas yang cocok. [14].

4. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah Hasil pengujian rata-rata distribusi ukuran besar butir pasir silika
adalah 37,6 GFN, Hasil pengujian XRD (X-Ray Diffraction) pada bentonit Lokal memiliki kandungan senyawa
Kalsium yang lebih besar sementara untuk bentonit Australia mengandung senyawa Natrium yang lebih besar. Hasil
pengujian kadar air didapatkan nilai kadar air yang paling rendah pada yaitu komposisi 20% Australia dan 80% Lokal
sebesar 4.325% dan nilai kadar air yang paling tinggi yaitu pada komposisi 60% Australia dan 40% Lokal sebesar
5.825%. Di dapatkan nilai rata-rata keseluruhan yang terdapat pada pengujian kadar air yaitu sebesar 5,07%. Hasil
pengujian kekuatan tekan didapatkan nilai kekuatan tekan yang paling rendah yaitu pada komposisi 20% Australia dan
80% Lokal sebesar 1,2 N/cm2 dan nilai kekuatan tekan yang paling tinggi yaitu pada komposisi 100% Australia dan 0%
Lokal sebesar 2,7 N/cm2. Di dapatkan nilai rata-rata keseluruhan yang terdapat pada pengujian kekuatan tekan yaitu
sebesar 1,88 N/cm2. Hasil pada pengujian permeabilitas didapatkan nilai permeabilitas yang paling rendah yaitu pada
komposisi 80% Australia dan 20% Lokal sebesar 11,57 cm3/s dan nilai permeabilitas yang paling tinggi yaitu pada
komposisi 100% Australia dan 0% Lokal sebesar 2,7 cm3/s. Di dapatkan nilai rata-rata yang terdapat pada pengujian
permeabilitas yaitu sebesar 12,08 cm3/s.

Ucapan terima kasih


Penulis Berterima kasih kepada STT Wastukancana Purwakarta yang telah mengadakan kerja sama dengan Balai Besar
Logam dan Mesin, serta membantu dalam penelitian ini.

Daftar Pustaka
[1] Kenji, C., 1975, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit Pradya, Jakarta.
[2] Surdia, Tata dan Saito, Shinroku, 2005 Pengetahuan Bahan Teknik, PT.Pradnya
Paramita, Jakarta.
[3] Surdia, Tata. Chijiwa, Kenji. 2006. Teknik pengecoran logam. Jakarta. PT Pradnya Paramita Jalan Bunga 8-8A
Jakarta 13140.
[4] Schey A. Jhon, 2009. Proses Manufaktur. Yogyakarta: Erlangga
[5] ASM Handbook Commitee, 1998, ASM Metal Handbook, Casting, Vol.15, 9th edition, ASM International.
[6] Aji, Purnomo. 2018. Pengaruh Kadar Air Pada Pasir Cetak Terhadap Jenis Cacat Coran, Struktur Mikro, Dan
Kekerasan Pengecoran Aluminium Bekas. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
[7] Bhirawa, Waspada Tedja. 2015. PROSES PENGECORAN LOGAM DENGAN MENGGUNAKAN SAND
CASTING .Shi, 2012, The effection of Copper Chloride on the Surface of Bentonite in Adsoption of
Propylmercaptan, Energy Sources, Part A, 34:1231–1237, 2012.
[11] Cao, C.Y., Meng,L.K., Zhao,Y.H., 2013, Adsorption of Phenol From Wastewate by Organo bentonite,
Desalination and Water Treatment 52 (2014) 3504–3509
[12] Sirsam, R., and Usmani, G., 2015, Use of Surface Modified BentoniteClay Catalyst For
Esterification of Meleic Acid with Ethanol, International Journal of Research in Engineering and Technology,
Volume 04 Issue 04, pages 144–150.
[13] Gaoy, X., Zhong,H., Yao., Guo, W., Jin, F., 2016, Hydrothermal conversion og glucose into organic acids with
bentonite as solid base catalyst, Catalyst today,pages 1-6
[14] Ridwan. 2019. “Pengolahan Dan Karaterisasi Bentonit Alam Aceh Sebagai Pengisi
Bionanokomposit Poli Kaprolakton /Poli Asam Laktat/Kitosan (Pcl/Pla/Kitosan).” Disertasi Ilmu Kimia
Fakultas Mtematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
[15] Nandagopal, M. 2020. “Multi-Objective Optimization of Western Bentonite (Al2H2Na2O13Si4)-Blended Green
Sand Casting Process Parameters to Improve Mould Quality,” no. 92. https://doi.org/https://doi.org/10.1139/tcsme-
2020-0011.
[16] Sulardjaka, Suprihanto A., Umardani Y. &Wahyudi P. (2010).Analisis CacatCor Pada Proses PengecoranBurner
Kompor(Studi Kasus Di Pt.Suyuti Sido Maju, Ceper). JurnalTeknik Mesin, 12 (4) 27– 33
[17] Jamaluddin.K. 2010. X-RD (X-Ray Diffraction). Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Haluleo : Kediri.
[18] Kusuma, Gemilang. 2012. Studi Penambahan Benonit Pada Pasir Cetak Basah Terhadap Permeabilitas Dan
Kekuatan Tekan. Universitas Sebelas Maret. Perpustakaan.uns.ac.id. Surakarta.
[19] Devianty, Sella. 2014. Analisis Kekuatan dan Tekan Cetakan Pasir Akibat Variasi Ukuran Butir dan Kadar
Pengikat PasirCetak. Jember. Universitas Jember.
[20] Karimi, L., and A. Salem. 2011. “The Role of Bentonite Particle Size Distribution on Kinetic of Cation Exchange
Capacity.” Journal of Industrial and Engineering Chemistry 17 (1): 90–95. https://doi.o
rg/10.1016/j.jiec.2010.12.002.
[21] Moch Iqbal Zaelana Muttahar, Dagus Resmana Djuanda, Eva Afrilinda, Supriyadi. Desember 2021.
KARAKTERISASI SIFAT FISIK DAN KIMIA BENTONIT LOKALCHARACTERIZATION OF BENTONIT
PHYSICAL AND CHEMICAL PROPERTOES ORIGINATING FROM LOKAL. METAL LOKAL, Vol. 43 No.
2, Desember 2021 (91-96)
[22] Slamet, Sugeng. 2014. KOMPOSISI DISTRIBUSI BUTIR PASIR CETAK TERHADAP TINGKAT
PRODUKTIFITAS AKIBAT CACAT PRODUK COR (Studi Kasus di IKM Budi Jaya Logam Kecamatan Juwana
– Pati). Prosiding SNST ke-5 Tahun 2014.Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang.
[23] I Made Astika, DNK Putra Negara, Made Agus Susanti. 2010. Pengaruh Jenis Pasir Cetak dengan Zat Pengikat
Bentonit Terhadap Sifat Permeabilitas dan Kekuatan Tekan Basah Cetakan Pasir (Sand Casting). Jurnal Ilmiah
Teknik Mesin Cakra M. Vol. 4 No.2. Oktober 2010 (132-138).
[24] Bahrudin, Faqih, Budi Harjanto, and Herman Saputro. 2020. “Pengaruh Variasi Penambahan Fly Ash & Bentonit
Terhadap Sifat Pasir Cetak Dan Cacat Gasholes Pada Hasil Pengecoran Logam Aluminium” 8 (2): 53–61.
[25] Le, ZT and L.Shi, 2012, The effection of Copper Chloride on the Surface of Bentonite in Adsoption of
Propylmercaptan, Energy Sources, Part A, 34:1231–1237, 2012.
[26] Hariyanti, Dini. 2014. Industri Pengecoran logam: 2015, Pertumbuhan
Stagnan,https://ekonomi.bisnis.com/read/20141210/257/381505/industri pengecoran-logam-2015-pertumbuhan-
stagnan, diakses pada 27 Januari 2022 pukul 23:00.
[27] Puslitbang Tekmira.2005. Bentonit. [Online]
tersedia:http://tekmira.esdm.go.id/data/bentonit/ulasan.asp?xdr=Bentonit% commId=88&com=B entonit. Diakses
pada 25 januari 2022.

Anda mungkin juga menyukai