Anda di halaman 1dari 20

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH

1 SURABAYA
RUMAH SAKIT TINGKAT III BRAWIJAYA
Jl. Kesatrian No 17 Surabaya

PANDUAN
SKRINING PASIEN
RUMAH SAKIT TINGKAT III BRAWIJAYA

Surabaya, Januari 2019


2
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH SURABAYA
RUMAH SAKIT TINGKAT III BRAWIJAYA

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT TINGKAT III BRAWIJAYA

NOMOR : KEP/ 134 / I / 2019

tentang

SKRINING PASIEN

DI RUMAH SAKIT TINGKAT III BRAWIJAYA

KEPALA RUMAH SAKIT TINGKAT III BRAWIJAYA,

Menimbang: a. Bahwa dalam upaya pencapaian Visi dan Misi Rumah Sakit
Tingkat III Brawijaya Surabaya diperlukan Kebijakan Pelayanan yang
berkualitas;
b. Bahwa pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar
untuk layanan rawat jalan berdasarkan kebutuhan perawatan
kesehatan yang teridentifikasi dan disesuaikan dengan sumber daya
Rumah Sakit, skrining bisa dilakukan didalam maupun diluar rumah
sakit termasuk pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
menetapkan pasien diterima atau dirujuk;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan keputusan Kepala Rumah
Sakit Tingkat III Brawijaya.

Mengingat: 1 Undang - Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek


Kedokteran;
2 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Permenkes No 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan pasien;
5 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333 / Menkes / SK / XII
/ 1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
3
6 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 / Menkes / SK / II
/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 / Menkes / Per / III
/2008 tentang Rekam Medis;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 / Menkes / Per / III


/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 / Menkes / Per / VIII


/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;

10. Surat Perintah Kepala Kesehatan Kodam V / Brawijaya No.


Sprin / 130 / II /2014 tentang Penugasan sebagai Karumkit Tingkat III
Brawijaya.

MEMUTUSKAN

Menetapkan 1. Keputusan Kepala Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya tentang


Skrining Pasien di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya;
2. Lampiran Keputusan Kepala Rumah sakit tentang Kebijakan
Skrining di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini;
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan : di Surabaya
Pada tanggal :10 Januari
2019
Kepala Rumah Sakit TK III Brawijaya

dr. Raden Indra,Sp.An, M.Kes


Letnan Kolonel Ckm NRP 11990011830273
4
DAFTAR ISI

Keputusan Kepala Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Nomor Kep / 134 / I / tanggal Januari
2019 tantang Skrining Pasien Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya.

BAB I DEFINISI..................................................................................................5
1. Pengertian.......................................................................................5
2. Latar Belakang................................................................................7
3. Tujuan..............................................................................................7

BAB II RUANG LINGKUP..................................................................................8


4. Unit Kerja Yang Terkait.....................................................................8
5. Pelaksana..........................................................................................8

BAB III TATA LAKSANA..................................................................................10


6. Tata Laksana Skrining Penerimaan Rujukan Luar RS....................10
7. Tata Laksana Penerimaan Skrining Dari Luar (Per Telepon).........10
8. Tata Laksana Skrining Kendala/Hambatan Pasien Atas Layanan .10
9. Tata Laksana Skring Saat Pendaftraan Pasien..............................11
10. Skrining Penerimaan Rawat Inap dalam Pelayanan Preventif,
Paliatif, Kuratif dan Rehabilitatif......................................................11
11. Tata Laksana Triase........................................................................15
12. Tata Laksana Pelayanan False Emergency...................................16
13. Tata Laksana Skring Merujuk Pasien..............................................17
14. Tata Laksana Skrining Pasien Pelayanan Patologi Klinik...............18
15. Tata Laksana Skrining Pasien Pelayanan Radiologi......................18
16. Proses Menahan Pasien Untuk Keperluan Observasi....................19

BAB IV DOKUMENTASI...................................................................................20
Daftar Pustaka..................................................................................................21
5

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH SURABAYA


RUMAH SAKIT TINGKAT III BRAWIJAYA Lampiran : KeputusanKarumkit
Nomor :Kep / 134 / I / 2019
Tanggal : 10 Januari 2019

BAB I
DEFINISI

1. Pengertian
Di dalam panduan ini terdapat istilah-istilah yang berhubungan dengan kesehatan.
Untuk menyamakan persepsi dalam memberikan dan mengartikan istilah-istilah yang ada,
perlu sekali untuk dibahas istilah sebagai berikut adalah:
a. Skrining adalah kegiatan penapisan kebutuhan pasien yang dilakukan
sebelum, segera, dan saat pasien tiba di rumah sakit berdasarkan misi dan sumber
daya rumah sakit, sebagai dasar pengambilan keputusan penerimaan pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
b. Pasien adalah semua pengunjung Rumah Sakit yang membutuhkan
pelayanan medis, baik di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi/Unit Rawat Jalan,
Instalasi/Unit Rawat Inap, maupun Instalasi/Unit Penunjang lainnya.
c. TPP (Tempat Pendaftaran Pasien) adalah unit terdepan yang melakukan
penerimaan pasien dan melakukan pendaftaran terhadap pasien yang
membutuhkan layanan kesehatan gawat darurat, rawat jalan, dan rawat inap di
Rumah Sakit.
d. Rujukan Pasien adalah pengalihan tanggung jawab pelayanan kesehatan
pasien sedini mungkin untuk konsultasi, pemeriksaan diagnostik, perawatan dan
pengobatan lebih lanjut ke tenaga kesehatan atau sarana pelayanan kesehatan
yang lebih mampu secara timbal balik.
e. Triase adalah pengelompokan pasien/korban yang berdasarkan atas berat
ringannya trauma/penyakit serta kecepatan penanganan/ pemindahannya.
f. Pasien Gawat Darurat adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
(akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
g. Pasien Darurat Tidak Gawat adalah pasien akibat musibah yang datang tiba
tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal.
h. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat adalah pasien yang memerlukan
pelayanan kesehatan yang tidak mengancam jiwa dan dapat ditunda
pelayanannya, misalnya pasien dengan ulcus kronis, TBC kulit, dan sebagainya.
6
i. Kecelakaan (accident) adalah suatu kejadian dimana terjadi interaksi
berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga
menimbulkan cidera fisik, mental dan sosial.
j. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana
umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
k. Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dari salah satu sistem/organ di bawah ini, yaitu :
1) Susunan saraf pusat
2) Pernafasan
3) Kardiovaskuler
4) Hati
5) Ginjal
6) Pankreas
l. False Emergency adalah pasien yang tidak dalam keadaan gawat dan
darurat yang berkunjung ke IGD untuk mendapatkan pelayanan pengobatan.
Pasien ini tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan segera, dapat menunggu
sesuai antrian sambil tetap dilakukan observasi longgar oleh petugas
m. Pasien Rawat Jalan adalah pasien yang mendapatkan pelayanan medis
untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan
kesehatan lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap. Pelayanan
kesehatan dilakukan di poliklinik rawat jalan.
n. Pasien Rawat Inap adalah pasien yang dinyatakan oleh dokter yang
memeriksa, baik yang masuk melalui rawat jalan maupun gawat darurat, untuk
diobservasi dan atau mendapatkan asuhan medis dan perawatan lebih lanjut
sehingga perlu dirawat/opname di ruang rawat inap.
o. Pelayanan Intensif adalah pelayanan yang diberikan bagi pasien dalam
keadaan sakit berat/kritis yang mengalami gangguan fungsi satu atau lebih organ
tubuh yang mengancam nyawa dan potensial dapat disembuhkan. Pasien tersebut
memerlukan perawatan khusus, observasi ketat dan terus menerus, serta tindakan
segera.
p. Pelayanan Patologi Klinik adalah pelayanan jasa laboratorium klinik dengan
memeriksa spesimen yang berasal dari tubuh manusia dan
7
q. Pelayanan Radiologi adalah salah satu sarana penunjang medis yang
memberikan layanan pemeriksaan radiologi dengan hasil pemeriksaan berupa
foto/gambar/imaging yang dapat membantu tenaga medis dalam menegakkan
diagnosa dan merawat pasien.

2. Latar Belakang
Rumah sakit adalah Institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari kematian atau
kecacatan. Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula mengendalikan atau
meminimalkan risiko baik klinis maupun non klinis yang mungkin terjadi selama proses
pelayanan kesehatan berlangsung, sehingga terlaksana pelayanan yang aman bagi
pasien. Oleh karena itu keselamatan pasien di rumah sakit merupakan prioritas utama
dalam semua bentuk kegiatan di rumah sakit. Untuk mencapai kondisi pelayanan yang
efektif, efisien dan aman bagi pasien itu diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang
tinggi dari seluruh personil pemberi pelayanan di rumah sakit sesuai dengan kompetensi
dan
wewenangnya.
Skrining dilakukan pada kontak pertama di dalam atau di luar Rumah Sakit. Kontak
pertama adalah dimana pasien diterima untuk pertama kalinya di RumahSakit, biasanya
pasien pertama kali dating ke Unit Rawat Jalan ataupun Instalasi Gawat Darurat.
Skrining dalam pengobatan adalah strategi yang di gunakan dalam suatu populas
iuntuk mengidentifikasi suatu penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau penyakit itu.
Tidak seperti apa yang biasanya terjadi dalam kedokteran, tes skrining yang dilakukan
pada pasien tanpa tanda-tanda klinis penyakit.

3. Tujuan
Panduan Skrining ini dibuat untuk tujuan:
a. Memberikan acuan bagi pelaksana unit kerja terdepan dalam melakukan
penapisan kebutuhan pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh pasien dan
menyesuaikan dengan kemampuan pelayanan Rumah Sakit
b. Memberikan acuan bagi seluruh karyawan untuk proaktif melakukan penapisan
atas kendala fisik, bahasa dan budaya yang dimiliki pasien dalam mendapatkan
pelayanan di Rumah Sakit dan memberikan bantuan seperlunya
c. Memberikan acuan untuk melakukan penapisan atas kondisi klinis pasien dan
menentukan asuhan pelayanan kesehatan selanjutnya.
8
BAB II
RUANG LINGKUP

Skrining bisa dilakukan saat kontak pertama pasien dan atau berada di luar Rumah
Sakit tempat asal rujukan pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan pada saat pasien
tiba di Rumah Sakit (IGD atau Instalasi Rawat Jalan) dengan menyesuaikan dengan misi
dan sumber daya yang ada di rumah sakit.
Hal yang di maksud supaya rumah sakit tidak asal dalam menerima dan memberi
pelayanan kesehatan terhadap pasien.

4. Unit kerja yang terkait dengan skrining


a. Tempat Pendaftaran Pasien (TPP)
b. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
c. Intalasi/Unit Rawat Inap
d. Instalasi/Unit Pelayanan Intensif (ICU)
e. Instalasi/Unit Rawat Jalan
f. Instalasi/Unit Laboratorium
g. Instalasi/Unit Radiologi

5. Pelaksana
a. Petugas Pendaftaran
b. Dokter
c. Perawat
d. Bidan
e. Petugas Laboratorium
f. Petugas Radiologi
9
BAB III
TATA LAKSANA

6. Tata Laksana Skrining Penerimaan Rujukan Luar RS


a. Permintaan rujukan dapat disampaikan oleh kalangan nonmedis
(masyarakat, keluarga pasien, dll.) maupun kalangan medis (praktik dokter, praktik
perawat/bidan, puskesmas, klinik, Rumah Sakit lain).
b. Permintaan rujukan dapat diterima oleh petugas TPP, dokter jaga dan
petugas IGD.
c. Setiap permintaan rujukan dari kalangan non medis perlu dimintakan
informasi mengenai kondisi pasien, kesadaran, jumlah korban (dalam keadaan
bencana alam, kecelakaan) dan kemampuan mobilitas pasien.
d. Setiap permintaan rujukan dari kalangan medis perlu dimintakan informasi
mengenai diagnosis kerja, indikasi rujukan, tanda vital, kesadaran, pemeriksaan
diagnostik yang sudah dilakukan dan hasilnya, serta pengobatan yang sudah
diberikan.

7. Tata laksana penerimaan skrining dari luar (per Telepon)


a. Skrining dilakukan pad kontak pertama (PER TELEPON) dari luar rumah
sakit
b. Rumah sakit menentukan kesesuaian kebutuhan pasien sesuai dengan misi
dan sumber daya rumah sakit
c. Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan kebutuhan
pelayanan rawt inap dan rawat jalan yang tepat
d. Pasien tidak dirawat, dipindahkan ataupun dirujuk sebelum diperoleh hasil
test yang dibutuhkan sebaga dasar pengembalian keputusan

8. Tata Laksana Skrining Kendala/Hambatan Pasien Atas Pelayanan


a. Petugas mengamati dan menanyakan pasien yang akan mendapatkan
pelayanan di Rumah Sakit, mengenai kemampuannya dalam berkomunikasi
/berbahasa dan mobilisasi.
b. Apabila pasien tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, atau
kendala berkomunikasi karena tuna rungu atau tuna wicara, maka petugas
memfasilitasi untuk mencari penerjemah sesuai kebijakan Rumah Sakit dan
c. Apabila pasien membutuhkan alat bantu mobilisasi (kursi roda, brankar, dll.)
maka petugas rumah sakit (resepsionis, satpam, petugas transporter, atau
perawat
1
poli/IGD) mencarikan alat bantu yang dibutuhkan dan petugas yang mengantarkan
ke unit pelayanan yang dituju.

9. Tata Laksana Skrining Saat Pendaftaran Pasien


a. Penerimaan pasien rawat jalan
1) Petugas tetap menanyakan keluhan utama dan kebutuhan layanan
pasien, walaupun pasien telah mengetahui tujuan poliklinik, dan langsung
didaftarkan ke poliklinik tujuan.
2) Apabila pasien tidak mengetahui, petugas akan menawarkan tujuan
poliklinik, dan apabila dijumpai kasus yang meragukan, seyogyanya
petugas meminta bantuan perawat IGD atau perawat rawat jalan lainnya
untuk mengarahkan tujuan poliklinik.
3) Petugas mengamati kondisi pasien dan menanyakan kepada
keluarga pasien yang mendaftar, apakah kondisi pasien memungkinkan
untuk duduk menunggu antrian pelayanan; apabila kondisi pasien lemah,
maka petugas dapat menyarankan pasien untuk dilayani di IGD.
4) Apabila pasien membutuhkan pelayanan spesialistik yang tidak
dimiliki Rumah Sakit, maka petugas mengarahkan ke Rumah Sakit lain
yang memiliki pelayanan spesialistik tersebut.
b. Penerimaan pasien rawat inap
1) Petugas IGD atau poli menanyaka surat rujukan dari dokter perujuk.
2) Petugas mengamati dan menanyakan kondisi pasien, apakah
mampu untuk mobilisasi, dan apabila membutuhkan alat bantu, maka
petugas mencarikan alat bantu yang diperlukan dan petugas yang
mengantar pasien.
3) Apabila pasien menghendaki rawat inap maka pasien didaftar ke IGD
atau ke poli untuk mengurus surat persetujuan masuk rawat inap
4) Pasien rawat inap dari poliklinik diantar oleh petugas ke ruangan
perawatan sesuai Surat Perintah Rawat Inap dari dokter poliklinik.

10. Skrining Penerimaan Rawat Inap dalam Pelayanan Preventif, Paliatif, Kuratif
dan Rehabilitatif
Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitative dan paliatif dan isolasi diprioritaskan. Skrining pasien indikasi rawat inap
dapat dilakukan oleh dokter umum melalui IGD dan oleh dokter spesialis. Pasien akan
masuk pada criteria kuratif, preventif, rehabilitative, pasien indikasi rawat inap,
memerlukan kamar isolasi atau dapat berobat jalan.
1

a. Kuratif: Upaya merupakan serangkaian kegiatan pengobatan yang


ditunjukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit. Pasien kuratif indikasi rawat inap:

DIAGNOSA KRITERIA/INDIKASI
1. Perdarahan massif
Epistaksis 2. Hipertensi tak terkontrol
3. observasi perdarahan lanjut
Hipertrofi tonsil 1. Pre operatic treatment
Prolonged pregnancy 1. Hamil ≥ 41 minggu
1. Ukuran myoma uteri ≥ 8 cm
Myoma uteri 2. Telah terjadi perdarahan berulang
3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
1. Tekanan darah ≥ 160/110
2. Proteinuria ≥ + 2
3. Terdapat tanda awal kejang
Preeclampsia
4. IUGR
5. Peningkatan SGPT/SGOT
6. Penurunan AT
1. Perdarahan ≥ 150 cc
Abortus 2. Keluar jaringan
3. Syok hemoragis
1. Keton urin +
Hemiparesis gravidarum 2. Keadaan umum lemah
3. Intake makan tidak adekuat
Abnormal urterine bleeding 1. Hb ≤ 8 mg/dl
1. Trombosit < 100.000
2. Tekanan darah < 100/70 mmHg
DHF (presyok)
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
1. Muntah
Dyspepsia 2. Nyeri dada karena gastro esophageal
reflux desease
1

3. Dehidrasi
1. Dehidrasi sedang – berat
2. Muntah sampai tidak ada obat yang
Diare
bias masuk
3. Pre-syok TD <100/60
1. Keluhan tidak membaik dengan 2x
Asma nebulizer
2. Respirasi rate >40
1. Suhu tinggi
Periapical abscess without sinus (K04-7) 2. Susah menelan
3. Nadi cepat
1. Suhu tinggi
2. Susah menelan
Periapical abscess with sinus (K04-7)
3. Nadi cepat
4. Nafas terganggu

1) Pasien yang memerlukan tindakan kuratif tapi tidak masuk indikasi


rawat inap, dokter wajib memberikan pendidikan kesehatan dan
didokumentasikan dalam form instruksi pasien pulang
2) Selanjutkan form tersebut akan dibawa pulang dan menjadi Panduan
perawatan pasien dan keluarga dirumah

b. Preventif: Preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit / deteksi dini


faktor resiko:
1) Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (pemeriksaan kehamilan,
balita)
2) Deteksi dini kasus, factor resiko maternal dan balita
3) Imunisasi/vaksin pada bayi, anak, ini hamil dan dewasa
Dokter atau perawat wajib memberikan informasi penjadwalan
control/imunisasi lanjutan.

c. Paliatif: Perawatan kesehatan terpadu yang bersifat mengurangi


penderitaan pasien, memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup. Pasien
paliatif yang masuk indikasi rawat inap
1

DIAGNOSA KRITERIA/INDIKASI
1. Edema perifer
2. Dyspneu
3. Pembesaran hati
Congesif heart failure
4. Emboli paru
5. Kardiomiopati
6. Disritmia
1. Mual, muntah berlebihan
2. Perubahan status mental
Chronic kidney disease/CKD
3. Sesak nafas
4. Asidosis

1) Skrining pasien dilakukan oleh dokter umum atau spesialis


2) Jika ada indikasi rawat inap, perawat wajib melakuakn konfirmasi ke
dokter apakah pasien memerlukan ruang khusus HCU, Isolasi
3) Perawat menghubungi bagian pendaftar rawat inap melakukan
konfirmasi ketersediaan ruang yang dibutuhkan pasien.
4) Jika ruang perawatan positif tersedia, perawat mengarahkan keluarga
pasien untuk mendaftar rawat inap

d. Isolasi / indikasi masuk rumah sakit (ruang Isolasi): Ruangan khusus di


rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu, terpisah dari
pasien lain untuk men cegah penyebaran penyakit dan mengurangi resiko terhadap
pemberian pelayanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak
terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas
kesehatan. Pasien indikasi rawat inap dengan isolasi

DIAGNOSA KRITERIA/INDIKASI
1. Batuk berdarah
2. Keadaan umum buruk
3. Pneumothoraks
TBC 4. Empiema
5. Efusi pleural massif
6. Sesak nafas berat TB paru milier
7. Meningitis TB
1
1. Demam
2. Pneumonia/sesak nafas berat
Citomegalovirus
3. Takipnea dan dispnea
4. Kerusakan otak
1. Semua grade tetanus indikasi dirawat
Tetanus
inapkan

1) Perawat wajib melakukan konfirmasi bagian pendaftaran rawat inap


ketersediaan ruang isolasi
2) Jika ruang khusus isolasi tidak tersedia, maka pasien indikasi rawat
inap dengan isolasi harus ditempatkan di ruang yang setidaknya hanya 1
pasien dalam satu kamar.
3) Ruang isolasi yang setelah digunakan oleh pasien dengan resiko
penularan infeksi tinggi, tidak bias digunakan pada pasien
immucompromise sebelum ruang dinyatakan steril.

e. Rehabilitatif : Upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan


memulihkan kondisi / mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang
yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan
kecacatan (tertiary prevention). Contoh tindakan rehabilitative adalah fisioterapi.
Tindakan fisioterapi biasa dilakukan dengan rawat jalan (tidak memerlukan rawat
inap), kecuali pada terdapat kasus penyerta sebagai contoh pengerjaan fisioterapi
untuk pemulihan pasca operasi.
Pemilihan kriteria pasien yang harus difisoterapi dilakukan oleh dokter
spesialis, sedangkan untuk jenis fisioterapi yang dilakukan akan di skrining oleh
dokter rehabilitasi medis. Setelah dokter spesialis rehabilitasi medis memberikan
diagnosa engan advis jenis fioterapi, makan fisioterapis melakukan fisoterapi
sesuai dengan advis.

11. Tata Laksana Triase


a. Semua pasien yang berobat di IGD Rumah Sakit harus dilakukan triage
sebagai seleksi atau pemilahan berdasar tingkat kegawatdaruratannya. Triage
bukan untuk mendiagnosis penyakit pasien melainkan untuk mengenali dan
menanggulangi kegawatdaruratan pasien dikarenakan penyakitnya.
b. Petugas yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan triage adalah Dokter
jaga IGD (sebagai Triage officer) dibantu perawat IGD dengan perangkat yang
1
dibutuhkan minimal Stetoscope, Tensimeter, Berkas Rekam Medis IGD serta alat
tulis. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut :
1) Triage dilakukan oleh petugas yang disebut Triage officer, yang
bertindak sebagai triage officer adalah dokter jaga IGD dibantu oleh perawat
IGD.
2) Pasien datang diterima oleh petugas/perawat IGD.
3) Keluarga pasien diarahkan untuk mendaftar pada pendaftaran di TPP
4) Dokter jaga IGD melakukan anamnesis atau heteroanamnesis dan
pemeriksaan pada pasien secara lengkap untuk menentukan prioritas
penanganan. Dengan menggunakan Australian Triage Scale (ATS) sebagai
berikut :
a) ATS 1 adalah kondisi yang mengancam jiwa (atau resiko
besar mengalami kemunduran) dan perlu intervensi yang cepat dan
agresif.
b) ATS 2 adalah : pasien dengan kondisi yang cukup serius atau
mengalami kemerosotan secara cepat yang apabila tidak ditangani
dalam 10 menit dapat mengancam jiwa atau mengakibatkan
kegagalan organ. Pasien yang dengan pemberian obat yang
dimana hasil akhirnya sangat tergantung dari seberapa cepat obat
itu diterima oleh pasien ( misalnya : trombolisis, antiracun)
c) ATS 3 adalah pasien yang datang dengan kondisi yang
mungkin akan berkembang menjadi mengancam nyawa atau
menimbulkan kecacatan bila tidak ditangani dalam waktu 30 menit
d) ATS 4 adalah pasien dengan kondisi yang dapat mengalami
kemerosotan atau akan menghasilkan outcome yang berbeda bila
dalam 1 jam pasien belum ditangani. Gejala berkepanjangan.
e) ATS 5 adalah kondisi pasien yang sudah kronis dengan gejala
yang minor, dimana hasil ahkirnya tidak akan berbeda bila
penanganan ditunda sampe 2 jam setelah kedatangan.

12. Tata Laksana Pelayanan False Emergency


a. Dalam pelaksanaan pelayanan False Emergency Petugas Penanggung
Jawab di IGD adalah Perawat atau Dokter jaga IGD.
b. Perangkat yang diperlukan antara lain stetoscope, tensimeter, Berkas
Rekam Medis, serta Alat Tulis.
c. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1
1) Pasien/keluarga pasien mendaftar ke Tempat Pendaftaran Pasien,
jika tidak memungkinkan pasien bisa langsung ditangani terlebih dahulu.
2) Dilakukan triase untuk penempatan pasien di ruang non bedah
3) Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
4) Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga/penanggung
jawab
5) Apabila pasien selanjutnya MRS (Masuk Rumah Sakit), maka
petugas IGD memberikan Surat Persetujuan Masuk Rumah Sakit. Petugas
pendaftaran melengkapi dengan berkas rekam medis Pasien Rawat Inap.
6) Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung
pulang;dan
7) Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali ke poliklinik rawat jalan
sesuai dengan saran dokter

13. Tata Laksana Skrining Merujuk Pasien


a. Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk.
Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari :
1) Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2) Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis
ternyata tidak mampu diatasi.
3) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap,
tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4) Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.

b. Prosedur Standar Merujuk Pasien


1) Prosedur Klinis
a) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medis untuk menentukan diagnosis utama dan diagnosis
banding
b) Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan
prosedur tetap
c) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan
1
d) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas
medis/perawat yang berkompeten di bidangnya dan mengetahui
kondisi pasien
e) Apabila pasien diantar dengan kendaraan ambulance,
petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan
sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan
kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.
2) Prosedur Administratif
a) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan
b) Membuat catatan rekam medis pasien
c) Memberikan informed consent
d) Membuat surat rujukan pasien rangkap
e) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien
f) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin
menjalin komunikasi dengan tempat tujuan rujukan
g) Pengiriman pasien sebaiknya dilaksanakan setelah
disediakan administrasi pasien yang bersangkutan

14. Tata Laksana Skrining Pasien Pelayanan Patologi Klinik


Pasien yang bisa dilayani oleh Instalasi/Unit Patologi Klinik/Laboratorium adalah:
a. Pasien luar rumah sakit yang telah mendapat surat pengantar pemeriksaan
laboratorium dari dokter praktik swasta (dokter spesialis, dokter umum dan dokter
gigi) atau dokter Puskemas.
b. Pasien dalam rumah sakit (poli rawat jalan, IGD, ICU, kamar operasi dan
ruang rawat inap) dengan membawa surat permintaan pemeriksaan laboratorium
dari dokter yang merawat.

15. Tata Laksanan Skrining Pasien Pelayanan Radiologi


Pasien yang bisa dilayani oleh Instalasi/Unit Radiologi adalah:
a. Pasien luar rumah sakit yang telah mendapat surat pengantar dari dokter
praktik swasta (dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi) atau dokter
Puskemas.
b. Pasien dalam rumah sakit (poli rawat jalan, IGD, ICU, dan ruang rawat inap)
dengan membawa surat permintaan pemeriksaan dari dokter yang merawat.
1
c. Pelayanan radiologi yang bisa dilakukan meliputi Radiografi
Konvensional( BOF, thorax foto) , Radiografi Kontras Konvensional (IVP), USG
Grey Scale, USG Doppler.
d. Untuk pasien yang memerlukan pemeriksaan radiologi yang belum tersedia
atau belum dapat dilakukan akan dirujuk ke Rumah Sakit yang lebih tinggi atau
laboratorium luar yang menyediakan pemeriksaan radiologi dimaksud.

16. Proses Menahan Pasien Untuk Keperluan Observasi


a. Pasien baru dengan ATS 1 dan 2 dilakukan penahanan dan observasi
secara ketat di unit IGD sebelum dilakukan pemindahan
1) Triase : prioritas triase dan kategori trauma dan non trauma
2) Pengkajian perawat meliputi : data subyektif, riwayat alergi dan
riwayat penyakit dahulu dan obyektif ( keadaan umum )
3) Tanda - tanda vital ( nilai nyeri, tekanan darah , nadi suhu,
pernafasan BB, satu rasio oksigen, EKG monitor.
b. Pemeriksaan dokter, meliputi
1) Anamnese
2) Data obyektif, pemeriksaan fisik, GCS,
3) Diagnosa kerja
4) Diagnosa banding
5) Tindakan pengobatan
6) Tindak lanjut
7) Kondisi saat pemindahan, pulang paksa,rujuk, meninggal, dirawat
8) Pencatatan observasi, catatan assesmen di dokumentasikan pada
catatan rekam medis
c. Dokter dan perawat melakukan observasi maksimal 2 jam di ruang IGD
d. Setelah kondisi pasien stabil dan memungkinkan untuk dipulangkan,
dirawat, atau dirujuk
e. Jika pasien belum memungkinkan untuk dipindah misalnya, pasien dengan
kebutuhan ruang rawat Intensif maka pasien minimal menerima perawatan seperti
di ruang rawat intensif tersebut, ditempatkan di ruang resusitasi dengan monitor,
observasi setiap 15 menit beserta terapi sesuai advis DPJP
1
BAB IV
DOKUMENTAS
I

Indikator mutu dan keselamatan pasien yang digunakan di Rumah Sakit Tingkat III
Brawijaya dalam memberikan pelayanan adalah angka keterlambatan penanganan
kegawatdaruratan dengan dilakukan skrining awal masuk sangat menentukan ketepatan
dan keselamatan dalam pemberian pelayanan kesehatan penderita gawat darurat
maupun rawat jalan Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya.
Dalam pelaksanaan indicator mutu dan skrining awal masuk IGD ataupun rawat
jalan menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan
setiap bulan pada panitia mutu dan kepala Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya.

Kepala Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya

dr. Raden Indra,Sp.An,


M.Kes
Letnan Kolonel Ckm NRP 11990011830273
2
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Standar Akreditasi Rumah Sakit terbaru- Versi JCI ( Internet ) Bersumber dari
http : // jci – akreditasi rumah sakit . blogspot,com. Diakses 20 Mei 2014.
2. Identifikasi pasien ( Internet ) Bersumber dari https // Ansherbnasilfa.
3. Wordpress com di akses tanggal 20 Mei 2014
4. Republik Indonesia ( 2017 ). Peraturan Menteri Kesehatan No 11 tahun 2017
tentang Keselamatan pasien. Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai