Anda di halaman 1dari 18

DETASEMEN KESEHATAN

1 WILAYAH S
RUMAH SAKIT TINGKAT III BRAWIJAYA
Jl. Kesatrian No 17 Surabaya

PANDUAN
RUJUKAN PASIEN
RUMAH SAKIT TINGKAT III BRAWIJAYA

Surabaya, Januari 2019


2

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 06.04.02


RUMAH SAKIT TINGKAT III DR.R.SOEHARSONO

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT TINGKAT III


DR.R.SOEHHARSONO NOMOR : KEP/ 25 / IX / 2019
tentang
RUJUKAN PASIEN

DI RUMAH SAKIT TIGKAT III DR.R.SOEHARSONO

KEPALA RUMAH SAKIT TINGKAT III DR.R.SOEHRSONO

Menimbang : a. Bahwa keterbatasan kemampuan pelayanan Rumah Sakit


Tingkat III Dr.R.Soeharsono, maka untuk memenuhi kebutuhan
pasien diperlukan rujukan;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur tentang
Panduan Rujukan Pasien;

Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;


2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 0011
Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan;
3

MEMUTUSKAN:

Menetapkan
1. Keputusan Kepala Rumah Sakit Tingkat III
:
Dr.R.Soeharsono tentang Skrining Pasien di Rumah Sakit.
2. Lampiran Keputusan Kepala Rumah sakit tentang
Kebijakan rujukan di Rumah Sakit Tingkat III Dr.R.Soeharsono
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ini ditetapkan.

Ditetapkan : di Banjarmasin
Pada tanggal : 25 September 2019

Kepala Rumkit Tk.III Dr.R.Soeharsono

dr. Awaluddin TJ., M.M.R.S


Letnan Kolonel Ckm 11990010231172
i

DAFTAR ISI
Keputusan Kepala Rumah Sakit Tingkat III Dr.R.Soeharsono Nomor Kep / 128 / I / tanggal
25 September 2019 tantang Rujukan Pasien Rumah Sakit

BAB I DEFINISI....................................................................................................1
1. Latar Belakang.....................................................................................1
2. Pengertian............................................................................................1

BAB II RUANG LINGKUP....................................................................................2


3. Ruang Lingkup.....................................................................................2

BAB III TATA LAKSANA......................................................................................6


4. Tata Laksana Pengambilan Keputusan Pasien Tranfer......................6
5. Tata Laksana Persiapan Pasien..........................................................7
6. Tata Laksana Pencatatan Rekam Medis Pasien.................................8
7. Tata Laksana Monitoring Pasien Selama Proses Transfer.................8
8. Tata Laksana Rujukan Ke RS Lain......................................................10

BAB IV DOKUMENTASI......................................................................................12
Daftar Pustaka.....................................................................................................13
51

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH SURABAYA Lampiran Keputusan


RUMAH SAKIT TINGKAT III Dr.R.SOEHARSONO Karumkit Nomor : Kep / 25/
IX / 2019 Tanggal :25
BAB I September 2019
DEFINISI

1. Latar Belakang
Rujukan pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di rujukan.
Prinsip dalam melakukan rujukan pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan
pasien saat menjalani rujukan. Pelaksanaan rujukan pasien dapat dilakukan intra rumah
sakit atau antar rumah sakit.
Rujukan pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra
transportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan
peralatan yang disertakan saat rujukan dan monitoring pasien selama rujukan. Rujukan
pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta
petugas profesional lainnya yang sudah terlatih.

2. Pengertian
a. Sistem Rujukan
Sistem Rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertical (dari unit yang lebih mampu
menangani) atau secara horisintal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).
b. Rujukan Pasien
Pengalihan tanggung jawab pelayanan kesehatan pasien sedini mungkin
untuk konsultasi, pemeriksaan diagnostik, perawatan dan pengobatan lebih lanjut
ke tenaga kesehatan atau sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu secara
timbal balik.
c. Rujukan Spesimen
Pengalihan tanggung jawab pemeriksaan bahan spesimen jaringan tubuh
pasien ke laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik lain yang lebih mampu
untuk menghasilkan pemeriksaan diagnostik yang lebih akurat dalam asuhan
pelayanan pasien.
2
6

BAB II
RUANG LINGKUP

3. Ruang lingkup
Ruang lingkup dalam Panduan Rujukan pasien meliputi pengaturan tentang:
a. Rujukan pasien dari Rumah Sakit Tk.III Dr.R.Soeharsono ke rumah sakit lain
atau sebaliknya
b. Rujukan pasien dari Rumah Sakit Tk.III Dr.R.Soeharsono ke fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan primer atau
perorangan.
c. Stabillisasi sebelum merujuk
d. Pendampingan pasien selama merujuk
e. Kompetensi pendamping pasien dan peralatan yang harus dibawa selama
rujukan
f. Peralatan Medis Dan Obat-Obatan
Peralatan Transfer Minimal Untuk Antar Rumah Sakit
a. Manajemen jalan napas/oksigenasi (dewasa dan anak)
1) Sistem bag-valve dewasa dan anak dengan reservoir oksigen
2) Sungkup dewasa dan anak
3) Penghubung sistem bag-valve dengan endotracheal (ETT)/
tracheostomy tube
4) Monitor end-tidal carbon dioxide (dewasa dan anak)
5) Laringoskop Miller
6) Stilet/mandrin ETT (dewasa dan anak)
7) Forceps Magil (dewasa dan anak)
8) Selang ETT (5.0, 5.5, 6.0, 6.5, 7.0, 7.5, 8.0)
9) Pegangan laringoskop (dewasa dan anak)
10) Baterai cadangan dan bola lampu laringoskop
11) Nasopharyngeal airways (NPA)/Oropharyngeal airways (OPA)
12) Pisau bedah (scalpel)
13) Alat krikotiroidotomi
14) Pelumas/gel
15) Nasal kanul (dewasa dan anak)
16) Lem perekat
17) Nebulizer
53

18) Kapas alkohol


19) Brankar (dewasa dan anak)
20) Jarum untuk bone marrow (sum-sum tulang belakang) untuk infus
pada anak
21) Pengukur tekanan darah
22) Winged needle
23) Telepon genggam
24) Gel/bantalan elektroda defibrillator
25) Stik gula darah sewaktu (GDS)
26) Monitor EKG/defibrillator
27) Elektroda EKG
28) Senter dengan baterai cadangan
29) Pompa infus (infusion pumps)
30) Selang infus
31) Three-way
32) Kateter intravena
33) Cairan infus (normal saline-NS, ringer laktat-RL, dekstrosa 5%)
34) Spuit
35) Klem Kelley
36) Oksimetri denyut
37) Nasogastric tube (NGT)
38) Tali penahan untuk ekstremitas
39) Stetoskop
40) Suction
41) Kassa
42) Tourniquet
43) Gunting
Tambahan:
a) Alat imobilisasi spinal
b) Ventilator portable

b. Standar Obat-obatan Minimal untuk Transfer Pasien antar


Rumah Sakit

1) Adenosine, 6mg/2ml 2) Glucagon, 1mg (vial)


4
6

3) Albuterol, 2,5mg/2ml 4) Heparin, 1.000 U/1ml


5) Amiodaron, 150mg/3ml 6) Isoproterenol, 1mg/5ml
7) Atropine, 1mg/10ml 8) Labetalol, 40mg/8ml
9) Kalsium klorida, 1g/10ml 10) Lidokain, 100mg/10ml
11) Catacaine/hurricaine spray 12) Lidokain, 2g/10ml
13) Dekstrosa 25%, 10ml 14) Manitol, 50g/50ml
15) dekstrosa 50%, 50ml 16) MgSO4, 1g/2ml
17) Digoksin, 0,5mg/2ml 18) Metilprednisolon, 125mg/2ml
19) Diltiazem, 25mg/5ml 20) Metoprolol, 5mg/5ml
21) Difenhidramin, 50mg/1ml 22) Nalokson, 2mg/2ml
23) Dopamine, 200mg/5ml 24) Nitrogliserin IV, 50mg/10ml
25) Epinefrin,1mg/10ml 26) Nitrogliserin tablet, 0,4mg
(1:10.000)
27) Epinefrin, 1mg/1ml (1:1.000) 28) Nitroprusid, 50mg/2ml
29) Fosfenitoin, 750mg/10ml 30) Normal Saline – NS, 30 ml
31) Furosemide, 100mg/10ml 32) Fenobarbital 65mg/ml ;
130mg/ml
33) Glucagon, 1mg (vial) 34) KCl, 20 mEq/10ml
35) Heparin, 1.000 U/1ml 36) Prokainamid, 1.000mg/10ml
37) Isoproterenol, 1mg/5ml 38) Natrium bikarbonat,
5mEq/10ml

c. Pendampingan Pasien Selama Rujukan

1) Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2


orang tenaga medis.
2) Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi
pasien bergantung pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus (tingkat /
derajat beratnya penyakit / kondisi pasien).
3) Dokter senior (dr ICU/ dr Anesthesi), bertugas untuk membuat
keputusan dalam menentukan siapa saja yang harus mendampingi pasien
selama rujukan berlangsung.
4) Sebelum melakukan rujukan, petugas yang mendampingi harus
paham dan mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang
berkaitan dengan proses rujukan.
55

5) Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan


dr ICU/ dr Anestesi selama proses rujukan antar-rumah sakit berlangsung.
a) Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya
dengan baik dan tidak membutuhkan bantuan ventilator / oksigenasi
b) Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR)
c) Pasien yang dirujukan untuk tindakan manajemen definitif akut
di mana intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.
6) Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan rujukan
berdasarkan tingkat / derajat kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan
harus dibuat oleh dokter DPJP)
a) Derajat 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat
biasa di unit/ rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu
didampingi oleh dokter, perawat, atau paramedis (selama
rujukan).
b) Derajat 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang
sebelumnya menjalani perawatan di High Care Unit (HCU); di
mana membutuhkan perawatan di ruang rawat biasa dengan
saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis; dapat
didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau dokter
(selama rujukan).
c) Derajat 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat,
termasuk penanganan kegagalan satu sistem organ atau
perawatan pasca-operasi, dan pasien yang sebelumnya dirawat
di HCU; harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih,
dan berpengalaman (biasanya dokter dan perawat / paramedis
lainnya).
d) Derajat 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut
(advanced respiratory support) atau bantuan pernapasan dasar
(basic respiratory support) dengan dukungan / bantuan pada
minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang
membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ; harus
6
10

didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan


berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan perawat ruang
intensif / IGD atau paramedis lainnya).

d. Transportasi Rujukan
1) Gunakan mobil ambulan. Mobil dilengkapi soket listrik 12 V,
suplai oksigen, monitor, dan peralatan lainnya
2) Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-
kebutuhan untuk mentransfer pasien terpenuhi (seperti suplai oksigen,
baterai cadangan, dll).
3) Standar Peralatan di Ambulan
a) Suplai oksigen
b) Baterai cadangan
c) Syringe/infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi
posisi pasien
d) Alat kejut jantung (defibrillator)
4) Tim transfer/ SDM pendamping dapat memberi saran mengenai
kecepatan ambulan yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi
klinis pasien.
5) Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir
ambulans. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan
segera dengan akselerasi dan deselerasi yang minimal.
6) Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk
pengaman.
7) Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan
intervensi segera, berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan
tindakan yang diperlukan.
711

BAB III
TATA LAKSANA

Rumah Sakit Tk. III Dr.R.Soeharsono tidak memiliki tim khusus rujukan, oleh
karena itu pasien yang dinyatakan oleh DPJP harus dirujuk ke RS lain maka perawat
pendamping adalah masing-masing ruangan tempat pasien dirawat.

Layanan Antar-Jemput Pasien: merupakan layanan / jasa umum khusus untuk


pasien Rumah Sakit Tk. III Dr.R.Soeharsono,petugas ambulance dan petugas IGD, di
mana petugas ambulance mengambil / menjemput pasien dari rumah untuk dibawa ke
Rumah Sakit Tk. III Dr.R.Soeharsono

4. Tata Laksana Pengambilan Keputusan Transfer Pasien


a. Sesuai kondisi dan indikasi pasien, DPJP mengambil keputusan untuk
melakukan transfer pasien dan mencatat pada berkas rekam medis pasien, setelah
menginformasikan dan melibatkan pasien dan keluarga atas keputusan tersebut.
b. Pada kondisi khusus DPJP meminta persetujuan tertulis pasien dan atau
keluarga atas keputusan transfer pasien tersebut.
c. Instruksi transfer pasien meliputi informasi mengenai unit tujuan transfer,
waktu pelaksanaan transfer, monitoring dan asuhan klinis yang perlu dilaksanakan
selama proses transfer, instruksi khusus yang perlu dilaksanakan oleh unit
penerima transfer
d. DPJP/Perawat pelaksana pada unit kerja tersebut terlebih dahulu
mengkomunikasikan kepada perawat unit penerima transfer dan memastikan
bahwa unit tersebut dapat menerima dan melanjutkan asuhan pasien.
8
10

5. Tata Laksana Persiapan Pasien


a. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer
yang aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat/kritis (extremely
ill).
b. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasien
kalau kondisi sudah stabil)
c. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya
akselerasi dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia
harus sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.
d. Unit/rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada
prosedur/pengaturan transfer pasien yang memadai.
e. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan
dibuat hingga pasien ditransfer ke unit/rumah sakit lain.
f. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:
1) Amankan patensi jalan napas. Beberapa pasien mungkin
membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan pemantauan end-tidal
carbondioxide yang adekuat.
2) Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan
ventilator portabel selama minimal 15 menit.
3) Terdapat jalur/akses vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer
atau sentral)
4) Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu/terus-menerus
merupakan teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama
proses transfer berlangsung.
5) Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-Sealed
Drainage-WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem.
6) Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan 7)
Pemberian terapi /tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu
pelaksanaan transfer
g. Unit/rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai
penanganan segera/resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada
situasisituasi khusus, namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.
h. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara
independen menilai kondisi pasien.
i. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.
911

7. Tata Laksana Pencatatan Rekam Medis Pasien


a. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, hindari penulisan
singkatan dan istilah yang tidak baku yang dapat menyebabkan salah interpretasi.
b. Isilah Form Serah Terima Pasien dengan tinta hitam
b. Apabila salah menulis, jangan dihapus. Coretlah tulisan yang salah, tuliskan
yang benar di atas atau di samping tulisan yang salah, kemudian berikan paraf.
c. Form Serah Terima Pasien setelah ditandatangani, dijadikan satu dalam
berkas Rekam Medis pasien

6. Tata Laksana Monitoring Pasien Selama Proses Transfer


a. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan
selama proses transfer.
b. Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya
harus sebaik pelayanan di Rumah Sakit/Rumah Sakit tujuan.
c. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum
transfer dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain:
1) Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transfer
2) EKG kontinu
3) Pemantauan tekanan darah (non-invasif)
4) Saturasi oksigen (oksimetri denyut)
5) Terpasangnya jalur intravena
6) Terkadang memerlukan akses ke vena sentral
7) Peralatan untuk memantau cardiac output
8) Pemantauan end-tidal carbon dioxide pada pasien dengan ventilator
9) Mempertahankan dan mengamankan jalan napas
10) Pemantauan temperatur pasien secara terus-menerus (untuk
mencegah terjadinya hipotermia atau hipertermia)
d. Pengukuran tekanan darah non-invasif intermiten, sensitif terhadap gerakan
dan tidak dapat diandalkan pada mobil yang bergerak. Selain itu juga cukup
menghabiskan baterai monitor.
e. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu (melalui kanula arteri)
disarankan.
f. Idealnya, semua pasien derajat 3 harus dipantau pengukuran tekanan darah
secara invasif selama transfer (wajib pada pasien dengan cedera otak akut; pasien
10
14

dengan tekanan darah tidak stabil atau berpotensi menjadi tidak stabil; atau pada
pasien dengan inotropik).
g. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau filling
status (status volume pembuluh darah) pasien sebelum transfer. Akses vena
sentral diperlukan dalam pemberian obat inotropic dan vasopressor.
h. Pemantauan tekanan intrakranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien
tertentu.
i. Pada pasien dengan pemasangan ventilator, lakukan pemantauan suplai
oksigen, tekanan pernapasan (airway pressure), dan pengaturan ventilator.2
j. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang
diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan di dalam jarum
suntik)
1) Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia3
2) Obat sedasi
3) Analgesik
4) Relaksans otot
5) Obat inotropik
k. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar
akses terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan baik.
l. Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps.
m. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan
baik.
n. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di
ambulans.
o. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama
transfer.
p. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
q. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat
tidak disambungkan dengan stop kontak/listrik).
r. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik)
s. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan
dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri,
pengukuran tekanan darah (non-invasif), kapnografi, dan temperatur.
15
11

t. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan


cepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat pergerakan
ekternal/vibrasi (getaran).
u. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
v. Ventilator mekanik yang portabel harus mempunyai (minimal):
1) alarm yang berbunyi jika terjadi tekanan tinggi atau terlepasnya alat
dari tubuh pasien
2) mampu menyediakan tekanan akhir ekspirasi positif (positive end
expiratory pressure) dan berbagai macam konsentrasi oksigen inspirasi
3) pengukuran rasio inspirasi : ekspirasi, frekuensi pernapasan per-
menit, dan volume tidal.
4) Mampu menyediakan ventilasi tekanan terkendali (pressure-
controlled ventilation) dan pemberian tekanan positif berkelanjutan
(continuous positive airway pressure)
w. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses
transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian
terapi/obatobatan.1
x. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana
yang diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini harus
dilengkapi selama transfer.
y. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di
lembar pemantauan.
z. Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas
dan harus dalam posisi aman di bawah level pasien.

7. Tata Laksana Rujukan Ke RS Lain


a. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien
sebelum dilakukan transfer.
b. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan/ dokter penanggung jawab
di kedua rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis pasien.
c. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat
senior). Bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai dilakukan.
1) Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk,
berikan penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan
penyerahan tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.
12
14

2) Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan, jika


ingin menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk
diskusi selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulans.
3) Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan
pasien kepada rumah sakit tujuan.
d. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan
mengenai penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update
perkembangannya
13
17

BAB IV
DOKUMENTAS
I

Semua tindakan medis hars didokumentasikan kedalam form rujukan dan


disimpan kedalam rekam medis

Kepala Rumkit Tk.III Dr.R.Soeharsono

dr. Awaluddin TJ., M.M.R.S


Letnan Kolonel Ckm 11990010231172
13
18

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Standar Akreditasi Rumah Sakit terbaru- Versi JCI ( Internet )
Bersumber dari http : // jci – akreditasi rumah sakit . blogspot,com. Diakses 20 Mei
2014.
2. Identifikasi pasien ( Internet ) Bersumber dari https // Ansherbnasilfa.
3. Wordpress com di akses tanggal 20 Mei 2014
4. Republik Indonesia ( 2017 ). Peraturan Menteri Kesehatan No 11 tahun 2017
tentang Keselamatan pasien. Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai