SKRINING
1
PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PURUK CAHU
JL. A. Yani No. 497 Puruk Cahu 73911 Telp. (0528) 31300
e-Mail : rsudpurukcahu@gmail.com
MEMUTUSKAN
2
bersama surat keputusan ini;
Kedua : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat hal-hal yang perlu penyempurnaan
akan diadakan perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya.
3
DAFTAR ISI
SURAT KEPUTUSAN ....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iv
BAB I Definisi.....................................................................................................................1
1. Triage..................................................................................................................3
2. Skrining pasien pendaftaran................................................................................6
3. Pemeriksaan penunjang.......................................................................................8
4. Penerimaan pasien rawat inap.............................................................................8
BAB IV Dokumentasi.........................................................................................................10
4
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah bagi Allah Subhanahuwata’ala, Tuhan semesta alam yang telah
memberikan Ridlo dan Petunjuk – Nya, sehingga Panduan Skrining Pasien ini dapat
diselesaikan dan dapat diterbitkan.
Panduan ini dibuat untuk menjadi panduan kerja bagi semua staf dalam melakukan
skrining di RSUD Puruk Cahu. Untuk peningkatan mutu pelayanan diperlukan
pengembangan kebijakan, pedoman, panduan dan prosedur.
Untuk tujuan tersebut panduan ini akan kami evaluasi setidaknya setiap 2 tahun sekali.
Masukan, kritik dan saran yang konstruktif untuk pengembangan panduan ini sangat kami
harapkan dari para pembaca.
Penyusun
5
LAMPIRAN
Keputusan Direktur Nomor : 188.4/04/RSUD /2019
Tentang Panduan Skrining Pasien
BAB I
DEFINISI
1. Instalasi gawat darurat adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan
pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
2. Skrining adalah pemilahan pasien berdasarkan kebutuhan layanan yan dimiliki oleh
rumah sakit.
3. Triage adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma/penyakit serta kecepatan penanganan/ pemindahannya.
4. Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
5. Survey primer adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
6. Survey Sekunder adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan –
perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera
diatasi.
7. Pasien gawat darurat adalah pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
8. Pasien gawat tidak darurat adalah pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut.
9. Pasien darurat tidak gawat adalah pasien akibat musibah yang datang tibatiba tetapi
tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
1
BAB II
RUANG LINGKUP
Skrining dilakukan pada area :
1. Di luar rumah sakit.
2. Pendaftaran
3. Poliklinik
4. IGD
Skrining dilakukan melalui:
1. Kriteria triage
2. Evaluasi visual atau pengamatan
3. Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik
4. Pemeriksaan Laboratorium atau diagnostik imaging sebelumnya
A. Prinsip
1. Skrining dilaksanakan pada kontak pertama di dalam atau di luar rumah sakit
2. Keputusan pasien dilakukan rawat inap di RSUD Puruk Cahu bila rumah sakit mampu
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pasien.
2
BAB III
TATA LAKSANA
1. Triage
Semua pasien yang datang ke IGD harus dinilai oleh petugas triase dan mendapatkan
penanganan gawat darurat yang sesuai dengan tingkat kegawatdaruratan pasien, sesuai
dengan kriteria Emergency Severity Index:
1. ESI Level 1 Resusitasi
Memerlukan intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa atau pasien tidak
responsif – prioritas tertinggi. Kondisi yang termasuk dalam kriteria ESI Level 1,
misalnya:
a. Henti jantung;
b. Henti napas;
c. Distress pernapasan yang berat dengan tipe pernapasan agonal atau gasping;
d. SpO2 < 90;
e. Trauma berat dengan penurunan kesadaran;
f. Overdosis dengan jumlah pernapasan < 6 kali per menit;
g. Bradikardi atau takikardi berat dengan tanda-tanda hipoperfusi;
h. Hipotensi dengan tanda-tanda hipoperfusi;
i. Pasien trauma yang membtuhkan resusitasi cairan kristaloid dan kolloid
segera;
j. Nyeri dada, pucat, berkeringat dingin, tekanan darah <70/palpasi;
k. Shok anafilaktik;
l. Anak / bayi kejang;
m. Pasien penurunan kesadaran karena intoksikasi alkohol;
n. Hipoglikemi dengan perubahan status mental;
o. Perdarahan di kepala dengan pupil anisokor;
p. Trauma jatuh dari ketinggian yang tidak berespon terhadap rangsangan;
2. ESI Level 2 Gawat Darurat
Saat dokter atau perawat menentukan bahwa pasien bukan termasuk dalam
kriteria ESI Level 1, maka dokter / perawat mengarahkan ke ESI Level 2.
Beberapa hal bisa membantu untuk menentukan apakah pasien termasuk dalam
kriteria ESI Level 2, yaitu:
a. Apakah pasien dalam kondisi resiko tinggi?
3
b. Apakah ada gangguan kesadaran akut berupa kebingungan/ letargi/
disorientasi?
c. Apakah pasien mengeluh nyeri hebat skala ≥ 7 atau distress? Kondisi yang
termasuk dalam kategori resiko tinggi, misalnya:
1) Nyeri dada, curiga sindrom koroner akut tetapi tidak memerlukan
penanganan life saving segera dengan kondisi stabil.
2) Luka tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3) Tanda-tanda stroke namun tidak termasuk dalam kriteria ESI Level 1.
4) Tanda-tanda kehamilan ektopik dengan hemodinamik stabil.
5) Pasien kemoterapi disertai dengan immunocompromiseddan demam.
6) Pasien percobaan bunuh diri yang tidak termasuk dalam kriteria ESI Level 1.
Beberapa contoh kondisi pasien yang bingung, letargi atau disorientasi adalah:
a) Kejadian baru kebingungan pada pasien lanjut usia (> 65 tahun)
b) Anak / bayi yang ibunya melaporkan anaknya tidur sepanjang waktu.
c) Pasien remaja yang tiba-tiba kebingungan dan disorientasi.
Penilaian skala nyeri juga harus dilakukan oleh petugas triase untuk menentukan
level ESI. Ketika pasien melaporkan nyeri peringkat 6/10 atau lebih besar,
perawat triase dapat menentukan pasien sebagai ESI level 2. Nyeri hebat adalah
salah satu alasan paling umum untuk mengunjungiIGD. Misalnya seorang pasien
dengan pergelangan kaki terkilir datang ke IGDdengan level nyeri 8/10. Rasa
nyeri pada pasien ini dapat diatasi dengan intervensi perawatan sederhana: kursi
roda, elevasi dan aplikasi es. Pasien ini aman untuk menunggu dan tidak perlu
ditempatkanpada ESI level 2 berdasarkan pada rasa sakit.
Pada beberapa pasien, nyeri dapat dinilai dengan klinis pengamatan:
a. Ekspresi wajah tertekan, meringis, menangis
b. Berkeringat
c. Postur tubuh
d. Perubahan tanda-tanda vital : hipertensi, takikardi dan peningkatan laju
pernapasan
Sebagai contoh, pasien dengan nyeri perut yang mengeluarkan keringat, takikardi,
dan memiliki tekanan darah tinggi atau pasien dengan nyeri pinggang yang parah,
muntah, pucat kulit, dan riwayat kolik ginjal merupakan contoh pasien yang
memenuhi kriteria ESI Level 2.
4
3. ESI Level 3 Darurat
Memerlukan lebih dari 2 sumberdaya IGD sesuai dengan Emergency Severity
Index.
4. ESI Level 4 Kurang Darurat
Memerlukan 1 sumberdaya IGD sesuai dengan Emergency Severity Index.
5. ESI Level 5 Tidak Gawat Darurat
Tidak memerlukan sumber daya IGD sesuai dengan Emergency Severity Index –
prioritas terendah untuk diperiksa. Penilaian awal di area triase yaitu proses
penilaian pasien bersifat individual berdasarkan kebutuhan dan usia pasien,
meliputi:
a. Tanda vital termasuk suhu dan pengkajian nyeri;
b. Status mental/neurologis bila terindikasi dari keluhan utama pasien;
c. Berat badan dalam kilogram dan panjang / tinggi badan atau lingkar lengan
atas dalam sentimeter untuk semua pasien;
d. Tanyakan tentang riwayat alergi, medications, past illnes/ medical history,
last meal, event (riwayat kejadian);
e. Status imunisasi;
f. Obat-obatan saat ini – kapan terakhir minum obat bila berkaitan dengan
keluhan utama;
g. Riwayat penyakit sebelumnya;
h. Penilaian penggunaan obat terlarang dan/atau alkohol bila dicurigai;
i. Visus (untuk semua keluhan utama gangguan penglihatan atau cidera mata);
j. Penilaian perilaku;
k. Kemampuan komunikasi;
l. Penilaian adanya tanda-tanda kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Tindakan yang dilakukan pada pasien, sesuai dengan kriteria Emergency Severity Index:
a. Level 1: pasien dengan kondisi yang mengancam nyawa langsung diarahkan ke
ruang resusitasi, ditempatkan pada bed pasien dan ditangani segera.
b. Level 2: Pasien dengan kondisi beresiko mengancam organ, penurunan kesadaran
dan nyeri berat (skala nyeri ≥ 7) harus segera ditangani. Penempatan pasien dapat
dilakukan di ruang resusitasi atau ruang observasi / tindakan berdasarkan kondisi
pasien.pasien ditempatkan di ruang resusitasi/ observasi/ tindakan didampingi
5
perawat IGD, dilakukan tindakan sesuai kebutuhan dan harus dinilai ulang
keadaannya minimal setiap 2 jam.
c. Level 3: Pasien ditempatkan di ruang Urgenci, dilakukan tindakan sesuai
kebutuhannya dan harus dinilai ulang keadaannya minimal setiap 4 jam sebelum
bed tersedia.
d. Level 4 Kurang Darurat: Pasien ditempatkan di ruang observasi, dan harus dinilai
ulang keadaannya minimal setiap 8 jam sebelum bed tersedia.
e. Level 5 Tidak Gawat Darurat: Pasien ditempatkan di ruang tunggu, dan harus
dinilai ulang keadaannya minimal setiap 8 jam sebelum bed tersedia. Apabila
pasien datang dalam jam poliklinik, pasien dapat diarahkan ke poliklinik yang
sesuai.
6
b. Risiko sedang
c. Risiko tinggi
4) Nyeri dada :
a. Tidak ada.
b. Ada (tingkat sedang)
c. Nyeri dada kiri tembus punggung
5) Skala nyeri
Skala nyeri yang digunakan adalah Wong Baker Faces Pain Scale
0 2 4 6 8 10
7
3. Pemeriksaan Penunjang diagnostik.
Pemeriksaan diagnostik dilakukan baik pasien rawat jalan, rawat inap maupun pasien
yang akan dirujuk sesuai kebutuhan. Jenis pemeriksaan dapat di lihat pada tabel berikut.
8
memerlukan kelengkapan lembar kerja admission dari dokter spesialis atau dokter umum
dengan instruksi dari dokter spesialis, yaitu :
a. Lembar admission (Surat Pengantar Rawat inap)
b. Diagnosis saat datang
9
BAB IV
DOKUMENTASI
Semua hasil skrining dicatat dalam Rekam Medis IGD dan poliklinik.
10