Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN

SKRINING

1
PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PURUK CAHU
JL. A. Yani No. 497 Puruk Cahu 73911 Telp. (0528) 31300
e-Mail : rsudpurukcahu@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PURUK CAHU


TENTANG

PANDUAN SKRINING PASIEN


RSUD PURUK CAHU
NOMOR : 188.4/04/RSUD /2019

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PURUK CAHU

Menimbang : a. Bahwa Rumah Sakit mempunyai kewajiban memberi pelayanan


kesehatan yang aman ,bermutu, anti diskrimasi dan efektif mengkan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit ;
b. Bahwa Rumah Sakit membuat, melaksanakan, dan menjaga mutu
panduan skrining RSUD Puruk Cahu;
c. Bahwa Rumah Sakit wajib menyusun Panduan Skrining RSUD
Puruk Cahu.

Mengingat : 1. UU RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. UU RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. UU RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
4. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Puruk Cahu (Lembaran
Daerah Kabupaten Murung Raya Tahun 2008 Nomor 63);
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor1438/MenKes/Per/IX/2010
tentang standar pelayanan kedokteran;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/MenKes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1165.A/MenKes/SK/X/2004 Tentang Komisi Akreditasi Rumah
Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PANDUAN SKRINING


RSUD PURUK CAHU

Pertama : Panduan Skrining RSUD PURUK CAHU sebagaimana terlampir

2
bersama surat keputusan ini;
Kedua : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat hal-hal yang perlu penyempurnaan
akan diadakan perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Puruk Cahu


Padatanggal : 23 Mei 2019
Direktur RSUD Puruk Cahu

drg. MARTHIN MAHA, Sp.Ort


Pembina (IV/b)
NIP. 19760306 200312 1 009

3
DAFTAR ISI
SURAT KEPUTUSAN ....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iv
BAB I Definisi.....................................................................................................................1

BAB II Ruang Lingkup.......................................................................................................2

BAB III Tata Laksana..........................................................................................................3

1. Triage..................................................................................................................3
2. Skrining pasien pendaftaran................................................................................6
3. Pemeriksaan penunjang.......................................................................................8
4. Penerimaan pasien rawat inap.............................................................................8

BAB IV Dokumentasi.........................................................................................................10

4
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah bagi Allah Subhanahuwata’ala, Tuhan semesta alam yang telah
memberikan Ridlo dan Petunjuk – Nya, sehingga Panduan Skrining Pasien ini dapat
diselesaikan dan dapat diterbitkan.
Panduan ini dibuat untuk menjadi panduan kerja bagi semua staf dalam melakukan
skrining di RSUD Puruk Cahu. Untuk peningkatan mutu pelayanan diperlukan
pengembangan kebijakan, pedoman, panduan dan prosedur.
Untuk tujuan tersebut panduan ini akan kami evaluasi setidaknya setiap 2 tahun sekali.
Masukan, kritik dan saran yang konstruktif untuk pengembangan panduan ini sangat kami
harapkan dari para pembaca.

Puruk Cahu, 23 mei 2019

Penyusun

5
LAMPIRAN
Keputusan Direktur Nomor : 188.4/04/RSUD /2019
Tentang Panduan Skrining Pasien

BAB I

DEFINISI

1. Instalasi gawat darurat adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan
pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
2. Skrining adalah pemilahan pasien berdasarkan kebutuhan layanan yan dimiliki oleh
rumah sakit.
3. Triage adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma/penyakit serta kecepatan penanganan/ pemindahannya.
4. Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
5. Survey primer adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
6. Survey Sekunder adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan –
perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera
diatasi.
7. Pasien gawat darurat adalah pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
8. Pasien gawat tidak darurat adalah pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut.
9. Pasien darurat tidak gawat adalah pasien akibat musibah yang datang tibatiba tetapi
tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.

1
BAB II
RUANG LINGKUP
Skrining dilakukan pada area :
1. Di luar rumah sakit.
2. Pendaftaran
3. Poliklinik
4. IGD
Skrining dilakukan melalui:
1. Kriteria triage
2. Evaluasi visual atau pengamatan
3. Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik
4. Pemeriksaan Laboratorium atau diagnostik imaging sebelumnya

A. Prinsip
1. Skrining dilaksanakan pada kontak pertama di dalam atau di luar rumah sakit
2. Keputusan pasien dilakukan rawat inap di RSUD Puruk Cahu bila rumah sakit mampu
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pasien.

2
BAB III
TATA LAKSANA

1. Triage
Semua pasien yang datang ke IGD harus dinilai oleh petugas triase dan mendapatkan
penanganan gawat darurat yang sesuai dengan tingkat kegawatdaruratan pasien, sesuai
dengan kriteria Emergency Severity Index:
1. ESI Level 1 Resusitasi
Memerlukan intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa atau pasien tidak
responsif – prioritas tertinggi. Kondisi yang termasuk dalam kriteria ESI Level 1,
misalnya:
a. Henti jantung;
b. Henti napas;
c. Distress pernapasan yang berat dengan tipe pernapasan agonal atau gasping;
d. SpO2 < 90;
e. Trauma berat dengan penurunan kesadaran;
f. Overdosis dengan jumlah pernapasan < 6 kali per menit;
g. Bradikardi atau takikardi berat dengan tanda-tanda hipoperfusi;
h. Hipotensi dengan tanda-tanda hipoperfusi;
i. Pasien trauma yang membtuhkan resusitasi cairan kristaloid dan kolloid
segera;
j. Nyeri dada, pucat, berkeringat dingin, tekanan darah <70/palpasi;
k. Shok anafilaktik;
l. Anak / bayi kejang;
m. Pasien penurunan kesadaran karena intoksikasi alkohol;
n. Hipoglikemi dengan perubahan status mental;
o. Perdarahan di kepala dengan pupil anisokor;
p. Trauma jatuh dari ketinggian yang tidak berespon terhadap rangsangan;
2. ESI Level 2 Gawat Darurat
Saat dokter atau perawat menentukan bahwa pasien bukan termasuk dalam
kriteria ESI Level 1, maka dokter / perawat mengarahkan ke ESI Level 2.
Beberapa hal bisa membantu untuk menentukan apakah pasien termasuk dalam
kriteria ESI Level 2, yaitu:
a. Apakah pasien dalam kondisi resiko tinggi?

3
b. Apakah ada gangguan kesadaran akut berupa kebingungan/ letargi/
disorientasi?
c. Apakah pasien mengeluh nyeri hebat skala ≥ 7 atau distress? Kondisi yang
termasuk dalam kategori resiko tinggi, misalnya:
1) Nyeri dada, curiga sindrom koroner akut tetapi tidak memerlukan
penanganan life saving segera dengan kondisi stabil.
2) Luka tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3) Tanda-tanda stroke namun tidak termasuk dalam kriteria ESI Level 1.
4) Tanda-tanda kehamilan ektopik dengan hemodinamik stabil.
5) Pasien kemoterapi disertai dengan immunocompromiseddan demam.
6) Pasien percobaan bunuh diri yang tidak termasuk dalam kriteria ESI Level 1.
Beberapa contoh kondisi pasien yang bingung, letargi atau disorientasi adalah:
a) Kejadian baru kebingungan pada pasien lanjut usia (> 65 tahun)
b) Anak / bayi yang ibunya melaporkan anaknya tidur sepanjang waktu.
c) Pasien remaja yang tiba-tiba kebingungan dan disorientasi.
Penilaian skala nyeri juga harus dilakukan oleh petugas triase untuk menentukan
level ESI. Ketika pasien melaporkan nyeri peringkat 6/10 atau lebih besar,
perawat triase dapat menentukan pasien sebagai ESI level 2. Nyeri hebat adalah
salah satu alasan paling umum untuk mengunjungiIGD. Misalnya seorang pasien
dengan pergelangan kaki terkilir datang ke IGDdengan level nyeri 8/10. Rasa
nyeri pada pasien ini dapat diatasi dengan intervensi perawatan sederhana: kursi
roda, elevasi dan aplikasi es. Pasien ini aman untuk menunggu dan tidak perlu
ditempatkanpada ESI level 2 berdasarkan pada rasa sakit.
Pada beberapa pasien, nyeri dapat dinilai dengan klinis pengamatan:
a. Ekspresi wajah tertekan, meringis, menangis
b. Berkeringat
c. Postur tubuh
d. Perubahan tanda-tanda vital : hipertensi, takikardi dan peningkatan laju
pernapasan
Sebagai contoh, pasien dengan nyeri perut yang mengeluarkan keringat, takikardi,
dan memiliki tekanan darah tinggi atau pasien dengan nyeri pinggang yang parah,
muntah, pucat kulit, dan riwayat kolik ginjal merupakan contoh pasien yang
memenuhi kriteria ESI Level 2.

4
3. ESI Level 3 Darurat
Memerlukan lebih dari 2 sumberdaya IGD sesuai dengan Emergency Severity
Index.
4. ESI Level 4 Kurang Darurat
Memerlukan 1 sumberdaya IGD sesuai dengan Emergency Severity Index.
5. ESI Level 5 Tidak Gawat Darurat
Tidak memerlukan sumber daya IGD sesuai dengan Emergency Severity Index –
prioritas terendah untuk diperiksa. Penilaian awal di area triase yaitu proses
penilaian pasien bersifat individual berdasarkan kebutuhan dan usia pasien,
meliputi:
a. Tanda vital termasuk suhu dan pengkajian nyeri;
b. Status mental/neurologis bila terindikasi dari keluhan utama pasien;
c. Berat badan dalam kilogram dan panjang / tinggi badan atau lingkar lengan
atas dalam sentimeter untuk semua pasien;
d. Tanyakan tentang riwayat alergi, medications, past illnes/ medical history,
last meal, event (riwayat kejadian);
e. Status imunisasi;
f. Obat-obatan saat ini – kapan terakhir minum obat bila berkaitan dengan
keluhan utama;
g. Riwayat penyakit sebelumnya;
h. Penilaian penggunaan obat terlarang dan/atau alkohol bila dicurigai;
i. Visus (untuk semua keluhan utama gangguan penglihatan atau cidera mata);
j. Penilaian perilaku;
k. Kemampuan komunikasi;
l. Penilaian adanya tanda-tanda kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Tindakan yang dilakukan pada pasien, sesuai dengan kriteria Emergency Severity Index:
a. Level 1: pasien dengan kondisi yang mengancam nyawa langsung diarahkan ke
ruang resusitasi, ditempatkan pada bed pasien dan ditangani segera.
b. Level 2: Pasien dengan kondisi beresiko mengancam organ, penurunan kesadaran
dan nyeri berat (skala nyeri ≥ 7) harus segera ditangani. Penempatan pasien dapat
dilakukan di ruang resusitasi atau ruang observasi / tindakan berdasarkan kondisi
pasien.pasien ditempatkan di ruang resusitasi/ observasi/ tindakan didampingi

5
perawat IGD, dilakukan tindakan sesuai kebutuhan dan harus dinilai ulang
keadaannya minimal setiap 2 jam.
c. Level 3: Pasien ditempatkan di ruang Urgenci, dilakukan tindakan sesuai
kebutuhannya dan harus dinilai ulang keadaannya minimal setiap 4 jam sebelum
bed tersedia.
d. Level 4 Kurang Darurat: Pasien ditempatkan di ruang observasi, dan harus dinilai
ulang keadaannya minimal setiap 8 jam sebelum bed tersedia.
e. Level 5 Tidak Gawat Darurat: Pasien ditempatkan di ruang tunggu, dan harus
dinilai ulang keadaannya minimal setiap 8 jam sebelum bed tersedia. Apabila
pasien datang dalam jam poliklinik, pasien dapat diarahkan ke poliklinik yang
sesuai.

2. Skrining pasien di pendaftaran.


a. Skrining kebutuhan pelayanan.
Skrining kebutuhan pelayanan bertujuan untuk mengarahkan pasien mendapatkan
pelayanan sesuai kebutuhan, meliputi pelayanan preventif, kuratif, rehabilitative dan
paliatif.
b. Skrining prioritas pelayanan.
Proses skrining untuk pasien yang datang ke Instalasi Rawat Jalan (poliklinik)
dilaksanakan melalui evaluasi visual atau pengamatan oleh petugas admisi. Evaluasi
visual atau pengamatan merupakan salah satu kegiatan pemilahan pasien melalui visual
atau pengamatan untuk menentukan apakah pasien ini membutuhkan penanganan
segera atau tidak (prioritas penanganan pasien). Setelah dilakukan evaluasi visual atau
pengamatan, dapat ditentukan sebagai berikut :
1) Kesadaran :
a. Sadar penuh
b. Tampak mengantuk gelisah bicara tidak jelas
c. Tidak sadar
2) Pemafasan :
a. Nafas normal
b. Tampak sesak
c. Tidak bemafas
3) Risiko jatuh
a. Risiko rendah

6
b. Risiko sedang
c. Risiko tinggi
4) Nyeri dada :
a. Tidak ada.
b. Ada (tingkat sedang)
c. Nyeri dada kiri tembus punggung
5) Skala nyeri
Skala nyeri yang digunakan adalah Wong Baker Faces Pain Scale

0 2 4 6 8 10

0-1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali


2-3 =sedikit nyeri
4-5 = cukup nyeri
5-7 = lumayan nyeri
8-9 = sangat nyeri
10 = amat sangat nyeri (talc tertahankan)
6) Batuk :
a. Tidak ada
b. Batuk > 2 minggu
Berdasarkan hasil skrining tersebut maka dapat diambil keputusan sebagai
berikut:
a. Poliklinik sesuai antrian
b. Poliklinik disegerakan
c. IGD

7
3. Pemeriksaan Penunjang diagnostik.
Pemeriksaan diagnostik dilakukan baik pasien rawat jalan, rawat inap maupun pasien
yang akan dirujuk sesuai kebutuhan. Jenis pemeriksaan dapat di lihat pada tabel berikut.

TABEL PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK


No Jenis Pasien Jenis Pemeriksaan Penunjang
1 Pasien dewasa a. Darah rutin
b. Gula darah sewaktu
c. Foto thorax (jika usia > 45 th atau jika
ada indikasi)
d. EKG (jika usia > 45 th atau jika ada
indikasi)

2 Pasien Anak a. Darah rutin


b. Foto thorax bila ada indikasi
3 Pasien Kebidanan a. Darah Rutin,
b. GDS
c. Golongan Darah,
d. HbsAg, PPT, APTT
e. Urin lengkap bila ada indikasi
4 Pasien Kritis a. ECG.
b. X foto thorak
c. Pemeriksaan lab
d. Darah lengkap
e. Kimia Darah
f. AGD
Pada kasus kasus yang sudah pasti rumah sakit tidak bisa memberikan pelayanan maka
pemeriksaan penunjang diagnostik dapat tidak dilakukan.

4. Penerimaaan Pasien Rawat Inap :


Pasien dapat didaftarkan masuk ke rumah sakit oleh dokter spesialis yang memiliki
Surat Ijin Praktek di RSUD Pururk Cahu. Semua admisi tidak termasuk perinatologi,

8
memerlukan kelengkapan lembar kerja admission dari dokter spesialis atau dokter umum
dengan instruksi dari dokter spesialis, yaitu :
a. Lembar admission (Surat Pengantar Rawat inap)
b. Diagnosis saat datang

9
BAB IV
DOKUMENTASI

Semua hasil skrining dicatat dalam Rekam Medis IGD dan poliklinik.

Ditetapkan di : Puruk Cahu


Pada tanggal : 01 September 2017
Direktur RSUD Puruk Cahu

drg. MARTHIN MAHA, Sp.Ort


Pembina (IV/a)
NIP. 19760306 200312 1 009

10

Anda mungkin juga menyukai