atau gasping.
SpO2 < 90
Trauma berat dengan penurunan kesadaran
Overdosis dengan jumlah pernapasan < 8 kali per menit
Bradikardi atau takikardi berat dengan tanda-tanda hipoperfusi
Hipotensi dengan tanda-tanda hipoperfusi
Pasien trauma yang membtuhkan resusitasi cairan kristaloid
dan kolloid segera
Nyeri dada, pucat, berkeringat dingin, tekanan darah
<70/palpasi
Shock anapilaktik
Anak / bayi kejang
Pasien penurunan kesadaran karena intoksikasi alkohol
Hipoglikemi dengan perubahan status mental
Perdarahan di kepala dengan pupil anisokor
Trauma jatuh dari ketinggian yang tidak berespon terhadap
rangsangan
b) ESI Level 2 Gawat Darurat:
Saat dokter atau perawat menentukan bahwa pasien bukan
termasuk dalam kriteria ESI Level 1, maka dokter / perawat
mengarahkan ke ESI Level 2. Beberapa hal bisa membantu untuk
menentukan apakah pasien termasuk dalam kriteria ESI Level 2,
yaitu:
Apakah pasien dalam kondisi resiko tinggi?
Apakah ada gangguan kesadaran akut berupa kebingungan/
letargi/ disorientasi?
Apakah pasien mengeluh nyeri hebat skala ≥ 7 atau distress?
Kondisi yang termasuk dalam kategori resiko tinggi, misalnya:
- Nyeri dada, curiga sindrom koroner akut tetapi tidak
memerlukan penanganan life saving segera dengan kondisi
stabil.
- Luka tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
- Tanda-tanda stroke namun tidak termasuk dalam kriteria ESI
Level 1.
- Tanda-tanda kehamilan ektopik dengan hemodinamik stabil.
- Pasien kemoterapi disertai dengan immunocompromiseddan
demam.
- Pasien percobaan bunuh diri yang tidak termasuk dalam
kriteria ESI Level 1.
Beberapa contoh kondisi pasien yang bingung, letargi atau
disorientasi adalah:
TRIASE DI RSUD PURUK CAHU
d)