PENATALAKSANAAN
PASIEN KRITIS
DI INSTALANSI GAWAT
DARURAT
PRIMER OVER-TRIASE
T • look, listen and feel secara cepat.
• anamnesa singkat
R
I RE-TRIASE
A SEKUNDER
• proses triase ulang (re-triage)
S • Mengantisipasi kegawatan yang tidak
terdeteksi
E • Penilaian lebih detail, termasuk anamnesa,
tanda vital, pemeriksaan fisik dan penunjang. UNDER -TRIASE
Level Triase berdasar ESI
Pertimbangkan untuk
Beberapa jenis sumber daya IGD yang dibutuhkan?
Menaikan level triase
Tidak ada Satu Banyak (?2)
Tanda bahaya
5 4 Umur HR RR SpO2
(x/mnt) (x/mnt)
Level Triase Kondisi pasien
< 3 bln > 180 >50
ESI 1 Gawat Darurat, Kritis 3 bln- 3 th >160 >40
< 92%
3- 8 th >140 >30
ESI 2 Gawat Darurat, Tidak Kritis
> 8 th >100 >20
ESI 3 Darurat, Tidak Gawat
ESI 4 Darurat Ringan, Tidak Gawat
ESI 5 Tidak Gawat Darurat
Pengaturan Tugas Triase Primer dan Sekunder
Resusitasi stabilisasi & triase sekunder
Pelaksana : Tim resusitasi
ESI LEVEL 1 Leader
Lanjut ke triase sekunder awal ( 0 menit)
Kontinyu/ 0 menit Dokter Anestesi (dewasa non kardial)
Ruang Resusitasi UGD Dokter Kardiologi (dewasa kardial)
Dokter Anak (anak/bayi/neonatus)
ESI LEVEL 2
Lanjut ketriase sekunder Penanganan
Segera, maksimal 5 menit medis
· Ruang resusitasi UGD (bila spesialistik
perlu monitoring) TRIASE SEKUNDER
· Ruang Non resusitasi UGD Trauma Pelaksana : Dokter bedah
ESI LEVEL 4
Lanjut ke triase sekunder
Maksimal 30 menit
Ruang non resusitasi UGD
Anak (<18 TRIASE SEKUNDER
th) Pelaksana : Dokter
Keputusan akhir
Anak
ESI LEVEL 5 (Rawat Inap/rawat
Lanjut ke triase sekunder jalan)
Maksimal 60 menit TRIASE SEKUNDER
Dewasa
Poliklinik Pelaksana : Dokter Umum
Collaboration
Sistem penatalaksanaan pasien
kritis di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
memerlukan kerjasama yang terpadu
antara dokter umum, dokter spesialis,
perawat, penunjang seperti farmasi,
laboratorium, dan radiologi.
Begitu juga dengan sarana time saving is life saving
A. Fase
persiapan, Area triase B Tim triase
B. Fase triase,
Dokter
C. fase aktivasi
Pintu masuk
Spesialis
Pintu keluar
sistem,
D. Fase
F
resusitasi, C
E. fase Kamar
operasi
stabilisasi Alarm system
ICU
dan Ruang resusitasi
(LOC 3)
A
evaluasi,
HCU
F. Fase Rawat (LOC 2)
Jalan
transport D
Bangsal
G. Fase (LOC 0/1)
Ruang periksa/tindakan
debriefing. E non resusitasi
PENANGANAN PASIEN KRITIS DI IGD
TRIAGE
Vertical organization
X ?
DX:
• KONSUL
OBSERVASI
ANESTESI
• BASIC
1. PENURUNAN
MANAJEMEN
ABC
KESADARA N EC
AIRWAY
2. ASSESSMENT
Ruang • DIAGNOSA
3. STROKE NON
PASIEN
Resusitasi HEMORAGIK
MENINGGAL
?
• RUJUK SARAF
1. Fase Persiapan
Mempengaruhi kesiapan tim secara keseluruhan, kegagalan pada fase persiapan ini
dapat menyebabkan response time menjadi lambat dan resusitasi pasien menjadi
tidak adekuat.
Tim resusitasi harus selalu siap (on site) di ruang resusitasi.
Telepon dari rumah sakit lain mengenai rencana rujukan, diteruskan kepada team
leader bisa segera mengkoordinir tim.
Peralatan dan obat-obatan emergency disiapkan, termasuk alat perlindungan diri.
2. Fase Triase
Dilakukan triase (primer), yaitu pemeriksaan secara cepat dengan anamnesa singkat.
Dokumentasi dilakukan secara cepat berupa pengisian status triase primer.
Apabila pasien datang secara bersamaan maka prioritas dari penilaian tim triase adalah
pasien dengan kegawatan yang lebih berat.
Jika tidak terdentifikasi adanya kegawatan pada saat triase primer maka tim triase akan
melakukan triage sekunder (re-triase) dengan penilaian yang lebih detail, termasuk
anamnesa, tanda vital, pemeriksaan fisik dan penunjang.
3. Fase Aktivasi Sistem Resusitasi
Fase aktivasi sistem resusitasi merupakan proses mengaktifkan seluruh komponen tim
resusitasi.
Penggunaan sistem alarm dan mikrofon diharapkan dapat memutuskan rangkaian
konsultasi yang panjang.
4. Fase Resusitasi
Fase resusitasi merupakan tindakan medik segera untuk menyelamatkan jiwa pasien.
Resusitasi yang optimal diharapkan dapat berjalan dengan simultan, terpadu dengan
seorang leader team. Diperlukan koordinasi dan kerjasama tim yang baik antar berbagai
disiplin ilmu pada penatalaksanaan pasien kritis.
Tim resusitasi (respon 0 menit), bekerja simultan antara dokter umum dan perawat
melakukan survei primer (assessment kegawatan pada pasien dengan melakukan penilaian
pada (A: Airway, B: Breathing, C: Circulation, D: Disability, E: Exposure) dan dilakukan
resusitasi sesuai prioritas kegawatannya.
Indikasi Pasien di Ruang Resusitasi
Leader perawat
Perawat 1
Persiapan
peralatan dan
obat-obatan
Dokumentasi
Dokter Jaga kegiatan
Leader team
resusitasi
Kontrol jalan
napas
Oksigenasi &
ventilasi
Suport sirkulasi
IV line
Obat-obatan
Sampel darah
Pemasangan
Perawat 2 kateter urin/NGT
DESKRIPSI TUGAS
Salbutamol
Adrenaline Ipratropium Bromide nebules
Dopamin Metilprednisolon
Aminophiline
Dobutamin
Difenhidramin K. Sedatif/Hipnotik
B. Kronotropik
Propofol
G. Diuretik
Midazolam
Sulfas Atropin Etomidate
Ketamin
C. Vasopressor Furosemide
L. Analgetika
Norepinefrine
H. Antikejang Pethidin
Efedrin Morfin
Fentanyl
D. Antiaritmia
Magnesium Sulphate M. Relaksan otot
Amiodaron
Rokuronium
Adenosine I. Antidotum opiat
Lidokain N. Buffer
1. LOC (0) yaitu pasien dengan kondisi stabil, memenuhi criteria untuk dilakukan
perawatan di bangsal biasa.
2. LOC (1) yaitu pasien dengan potensial penurunan kondisi tetapi masih cukup
stabil, dilakukan perawatan di bangsal biasa dengan pengawasan khusus dari
tim spesialis
3. LOC (2) pasien yang memerlukan observasi ketat dan intervensi termasuk
support untuk single organ failure, belum memerlukan alat bantu pernapasan
invasive, dilakukan perawatan di Ruang High Care.
4. LOC (3) yaitu pasien dengan support pernapasan lanjut atau support
pernapasan dasar dengan sekurang-kurangnya support 2 organ sistem lainnya,
dilakukan perawatan di bangsal perawatan intensif (PICU/NICU/ICCU/ICU).
5. Pasien yang memerlukan terapi definitif di kamar operasi akan dilakukan
tindakan operasi di kamar operasi.
6. Pasien dengan problem stadium terminal/DNR (do not resuscitate) dilakukan
perawatan lanjutan di ruang paliatif.
7. Pasien meninggal selanjutnya dikirim ke kamar jenazah.
Stabilitas kondisi pasien memerlukan syarat-syarat di bawah ini:
1. Patensi jalan napas dipastikan aman, dengan intubasi trakeal
apabila diindikasikan, stabilitas tulang servikal dapat terjaga
dengan baik.
2. Pernapasan: pernapasan spontan yang adekuat atau ventilasi
dengan bantuan mekanis. Pertukaran gas yang adekuat
dikonfirmasi dengan hasil pemerikasaan gas darah arteri.
3. Sirkulasi: Hemodinamik yang stabil, akses vena yang aman,
penggantian carian yang adekuat dan kontrol adekuat pada
pendarahan yang sedang berlangsung,.
4. Disabilitas: Pereda nyeri yang tepat, kontrol kejang, penanganan
kenaikan tekanan intrakranial yang tepat. Stabilisasi /
pembidaian pada kondisi patah tulang (tulang panjang dan
pelvis).
RUANG TRIASE
VISUAL TRIASE (Primer)
Level ESI
True
5 4 3 Emergency Level ESI
2 1
Perburukan Kondisi
TIDAK DARURAT Atau undertriage
DARURAT Prioritas 2 Prioritas 1
RE-TRIAGE
False OBYEKTIF TRIASE (Sekunder) Perlu
Emergency
Monitoring
Level ESI Aktivasi
Tidak Ya sistem
Resusitasi
POLIKLINIK 4 3
PALIATIVE CARE
MENINGGAL
1
1
PELAYANAN HIGH CARE / HCU
1. Pasien Ruang High Care adalah pasien dewasa dan anak yang
berasal dari :
a. Ruang resusitasi IGD
b.Kamar operasi IGD
2. Tim medis yang melakukan tatalaksana pasien di ruang
resusitasi/kamar operasi berkoordinasi untuk menentukan
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), baik DPJP utama
maupun pendampingnya) terkait perawatan pasien lebih lanjut.
3. Penentuan level perawatan (Level Of Care/LOC) dan indikasi
masuk ke Ruang High Care ditentukan secara tim oleh tim
resusitasi di ruang resusitasi dan tim di kamar operasi dan
dilakukan komunikasi dan koordinasi dengan tim Ruang High
Care sebelum proses pemindahan pasien.
Alur pelayanan pasien
di Ruang High Care
Indikasi masuk Ruang High Care
a. Perawatan bagi pasien dengan kriteria LOC 2
b. Perawatan sementara bagi pasien dengan kriteria LOC 3 yang
belum mendapatkan tempat di ruang perawatan intensif
?
M
Pasien LOC 3 A
X
3x
Resusitasi 24
JA
M
area biru Ruang High Care