Anda di halaman 1dari 14

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis Kayu


2.1.1 Akasia (Acacia mangium)
Kayu Akasia memiliki nama latin Acacia mangium dengan nama daerah
seperti kasia dan kihia (Jawa Barat). Kayu teras Akasia memiliki warna cokelat
pucat sampai cokelat tua, kadang-kadang cokelat zaitun sampai cokelat kelabu,
batasnya tegas dengan gubal yang berwarna kuning pucat sampai kuning jerami.
Coraknya polos atau berjalur-jalur dengan jalur berwarna gelap dan terang
bergantian pada bidang radial. Teksturnya halus sampai agak kasar dan merata. A.
mangium memiliki berat jenis rata-rata 0,61 (0,43-0,66) sehingga termasuk kelas
awet III dan kelas kuat II-III. Kayu Akasia biasa digunakan sebagai bahan
konstruksi ringan sampai berat, rangka pintu dan jendela, perabot rumah tangga,
lantai, papan dinding, tiang-tiang pancang, gerobak dan rodanya, pemeras minyak,
gagang alat, alat pertanian, kotak dan batang korek api, papan partikel, papan
serat, vinir dan kayu lapis, pulp dan kertas; selain itu baik juga untuk kayu bakar
dan arang (Pandit & Kurniawan 2008).
2.1.2 Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Nangka memiliki nama botani Artocarpus heterophyllus Lamk. Menurut
Verheij dan Coronel (l992), Nangka memiliki nama lain seperti Jackfruit
(Inggris), Jacquier (Prancis), Nongko (Javanese), Langka (Filipina), Khanun
(Thailand). Nama daerah untuk Nangka pun bermacam-macam seperti nangko
atau nangka (Jawa), anaane (Ambon), panaih (Aceh), lumasa atau malasa
(Lampung), dan nama lainnya.
Pohon Nangka umumnya berukuran sedang, memiliki tinggi 20-30 m,
diameter batang mencapai 100 cm, seluruh bagian mengeluarkan getah putih bila
dilukai. Kayu nangka telah banyak digunakan di Srilanka, India, dan Eropa
(Verheij & Coronel 1992, diacu dalam Luza 2009). Berat jenisnya adalah 0,61
sehingga masuk ke dalam kelas kuat II-III dan kelas awet II-III. Kayu Nangka
biasa digunakan sebagai bahan baku mebel, kayu konstruksi dan alat musik.
4

2.1.3 Jati (Tectona grandis)


Kayu Jati yang memiliki nama latin Tectona grandis, dikenal dengan
nama lain Teak ( Inggris, Amerika, Jerman), Mai Sak (Thailand), Segwan (India),
Teck (Perancis), dan Teca (Brazil). Nama daerah untuk Jati adalah Deleg,
Dodolan, Jate, Jateh, Jatos, dan Kulidawa untuk daerah Jawa. Kayu Jati termasuk
ke dalam famili Verbenaceae, dan memiliki terkstur yang agak kasar hingga kasar
serta warna kayu teras kuning emas kecokelatan hingga cokelat kemerahan. Kayu
teras dengan mudah dibedakan dari kayu gubalnya yang berwarna putih agak
keabu-abuan. Berat jenis kayu Jati rata-rata 0,67 (0,62-0,75) sehingga termasuk ke
dalam kelas kuat II dan kelas awet I-II (Martawijaya et al. 1981). Kayu Jati
banyak dipakai sebagai bahan bangunan, kusen pintu dan jendela, pintu panel,
bantalan kereta api, perabot rumah tangga, karoseri badan truk, dek kapal, parket,
lumber sering dan vinir indah (Pandit & Kurniawan 2008).
2.1.4 Mindi (Melia azedarach)
Pohon mindi atau geringging (Melia azedarach L.) dari famili Meliaceae
merupakan jenis pohon cepat tumbuh dan selalu hijau di daerah tropis dan
menggugurkan daun selama musim dingin, suka cahaya, agak tahan kekeringan,
agak toleran terhadap salinitas tanah dan subur di bawah titik beku. Pada umur 10
tahun dapat mencapai tinggi bebas cabang 8 meter dan diameter ± 40 cm. Nama
daerah dari mindi adalah geringging, mementin, mindi (Jawa); jempinis (NTB);
belile, bere, embora, kemel, lamoa, lemua, menga, mera (NTT), sedangkan di
negara lain, mindi dikenal dengan nama Paternostertree, Persian lilac, Chinaberry,
China tree (UK, USA); arbre de paternoster (Fr); árbol de paternoster, paraiso
(Sp); albero di paternoster (It); paternostertäd (Sw); paternoster boom (Nl);
Paternosterbaum (Gm); may rien (Vietnam); ku lian zi (China).
Pohon mindi memiliki persebaran alami di India dan Burma, banyak
ditanam di daerah tropis dan subtropis, di Indonesia banyak ditanam di daerah
Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Papua. Tinggi pohon mencapai 45 m,
tinggi bebas cabang 8-20 m, diameter sampai 60-185 cm, tidak berbanir. Tajuk
menyerupai payung, percabangan melebar, kadang menggugurkan daun. Kulit
luar berwarna merah-coklat sampai kelabu hitam, beralur dangkal sampai dalam,
mengelupas kecil-kecil sampai kepingan besar. Batang silindris, tegak, tidak
5

berbanir; kulit batang (papagan) abu-abu coklat, beralur membentuk garis-garis


dan bersisik. Kayu teras berwarna merah-coklat muda semu-semu ungu, kayu
gubal berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai batas yang jelas dengan
kayu teras. Tekstur kayu sangat kasar, arah serat lurus atau agak berpadu,
permukaan kayu agak licin, permukaan kayu mengkilap indah.
Berat jenisnya adalah 0,53 (0,42-0,65), masuk ke dalam kelas kuat III-II.
Kayu mindi masuk ke dalam kelas awet IV-V dan berdasarkan hasil uji kubur,
jenis kayu ini termasuk kelas awet V. Daya tahannya terhadap jamur pelapuk
kayu termasuk kelas II-III. Kayu mindi dapat digunakan untuk peti teh, papan dan
bangunan di bawah atap, panil, vinir hias dan sortimen yang berat mungkin baik
untuk mebel (Martawijaya et al. 1989).
2.1.5 Mahoni (Swietenia macrophylla)
Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla) memiliki nama lain mahagoni.
Terasnya berwarna merah, merah muda kekuningan waktu masih segar kemudian
lama-kelamaan berubah menjadi merah tua kecoklatan. Mudah dibedakan dengan
gubal berwarna putih kekuningan. Teksturnya halus, sedang sampai agak kasar.
Permukaan kayu agak licin dan mengkilap, arah serat tidak teratur menimbulkan
corak bervariasi dan indah. Kekerasannya sedang dan agak berat. Rata-rata berat
jenis kayu Mahoni adalah 0,62 (0,53-0,72) sehingga masuk ke kelas kuat II-III
dan kelas awet III. Kayu Mahoni banyak digunakan sebagai perabot rumah
tangga, vinir indah dan kayu lapis, barang kerajinan dan perpatungan, barang
bubutan, pintu panel, dan komponen alat musik (Pandit & Kurniawan 2008).

2.2 Pengetahuan Dasar Finishing


Finishing merupakan lapisan paling akhir pada permukaan kayu. Proses
ini bertujuan untuk memberikan nilai estetika yang lebih baik pada perabot kayu
dan juga berfungsi untuk menutupi beberapa kelemahan kayu dalam hal warna,
tekstur, atau kualitas ketahanan permukaan pada material tertentu. Tujuan lainnya
adalah untuk melindungi kayu dari kondisi luar (cuaca, suhu udara, dll) ataupun
benturan dengan barang lain. Dengan kata lain untuk menambah daya tahan dan
keawetan produk kayu (STK 2008).
6

(Feirer 1979, diacu dalam Sein 1998), berdasarkan tujuan pemakaian,


bahan finishing biasanya dibedakan dengan istilah interior dan eksterior. Interior
berarti penggunaan bahan finishing pada material yang berada di luar ruangan.
Selanjutnya Feirer mengatakan bahwa bahan finishing ekterior dapat
dikelompokkan ke dalam tipe berpenetrasi (penetration type) dan tipe permukaan
(surface type). Bahan finishing yang termasuk tipe berpenetrasi adalah bahan
pewarna dan bahan pengawet, sedangkan bahan finishing tipe permukaan adalah
cat dan pernis. Kedua tipe tersebut sesuai untuk sebagian besar pelaksanaan
finishing kayu eksterior.
Dilihat dari jenis bahan, pada dasarnya ada dua macam jenis finishing
untuk kayu, yaitu :
1. Finishing bahan padat, material ini 100% menutupi permukaan kayu dan
menyembunyikan tampak aslinya. Fisik bahan ini berupa lembaran atau rol.
Populer untuk pemakaian furniture indoor dengan bahan dasar plywood,
MDF, hardboard, softboard, dan jenis lembaran lainnya.
2. Finishing bahan cair, sangat banyak jenis dan variasi aplikasinya. Paling
populer digunakan pada seluruh jenis furniture kayu. Bersifat lebih fleksibel
daripada finishing dari jenis bahan yang padat. Sangat baik untuk finishing
permukaan bidang lebar ataupun melengkung. Pada teknologi terbaru
sekarang ini, jenis finishing akhir cairan bisa memiliki kualitas yang sama
kuatnya pada permukaan yang lebar pada plywood dan MDF. Jenis bahan
finishing cair yang telah digunakan saat ini antara lain :
a. Oil
Jenis finishing paling sederhana dan mudah aplikasinya. Bahan ini tidak
membentuk lapisan film pada permukaan kayu. Oil meresap ke dalam
pori-pori kayu dan tinggal di dalamnya untuk mencegah air keluar atau
masuk dari pori-pori kayu. Cara aplikasinya dengan menyiram, merendam,
atau melumuri benda kerja dengan oil kemudian dibersihkan dengan kain
kering. Bahan ini tidak memberikan keawetan pada aspek benturan,
goresan ataupun benturan fisik lainnya.
7

b. Politur
Bahan dasar finishing ini adalah shellac yang berwujud serpihan atau
batangan kemudian dicairkan dengan alkohol. Dalam hal ini, alkohol
bekerja sebagai pencair (solvent). Setelah diaplikasikan ke benda kerja,
alkohol akan menguap. Aplikasi dengan cara membasahi kain (sebaiknya
yang berbahan katun) dan memoleskannya secara berkala pada permukaan
kayu hingga mendapatkan lapisan tipis finishing (film) pada permukaan
kayu. Semakin banyak polesan akan membuat lapisan semakin tebal.
c. Nitro Cellulose (NC)
Jenis yang saat ini populer dan mudah diaplikasikan adalah NC (Nitro
Cellulose) lacquer. Bahan finishing ini terbuat dari resin
Nitrocellulose/alkyd yang dicampur dengan bahan solvent yang cepat
kering, biasa disebut thinner. Bahan ini tahan air (tidak rusak apabila
terkena air) tapi masih belum kuat menahan goresan. Kekerasan lapisan
film NC tidak cukup keras untuk menahan benturan fisik. Meskipun sudah
kering, NC bisa dikupas menggunakan bahan pencairnya (solvent/thinner).
Cara aplikasinya menggunakan sistem spray (semprot) dengan tekanan
udara.
d. Melamine
Sifatnya hampir sama dengan bahan lacquer. Memiliki tingkat kekerasan
lapisan film lebih tinggi dari lacquer akan tetapi bahan kimia yang
digunakan akhir-akhir ini menjadi sorotan para konsumen karena
berbahaya bagi lingkungan. Melamine mengandung bahan Formaldehyde
paling tinggi di antara bahan finishing yang lain. Formaldehyde ini
digunakan untuk menambah daya ikat molekul bahan finishing. Pewarnaan
juga lebih bervariasi pada bahan ini.
e. Poly Urethane (PU)
Lebih awet dibandingkan dengan jenis finishing sebelumnya dan lebih
tebal lapisan filmnya. Bahan finishing membentuk lapisan yang benar-
benar menutup permukaan kayu sehingga terbentuk lapisan seperti plastik.
Memiliki daya tahan terhadap air dan panas sangat tinggi. Sangat baik
8

untuk finishing produk outdoor, kusen dan pintu luar atau pagar. Proses
pengeringannya juga menggunakan bahan kimia cair yang cepat menguap.
f. Ultra Violet (UV) Lacquer
Satu-satunya aplikasi yang paling efektif saat ini dengan curtain method.
Suatu metode aplikasi seperti air curahan yang membentuk tirai tersebut
dengan kecepatan tertentu sehingga membentuk lapisan yang cukup tipis
pada permukaan kayu. Disebut UV Lacquer karena bahan finishing ini
hanya bisa dikeringkan oleh sinar Ultra Violet (UV), paling tepat untuk
benda kerja dengan permukaan lebar papan atau plywood.
g. Waterbased Lacquer
Jenis finishing yang paling populer akhir-akhir ini bagi para konsumen di
Eropa. Menggunakan bahan pencair air murni (yang paling baik) dan resin
akan tertinggal di permukaan kayu. Proses pengeringannya otomatis lebih
lama dari jenis bahan finishing yang lain karena penguapan air jauh lebih
lambat daripada penguapan alkohol ataupun thinner. Namun kualitas
lapisan film yang diciptakan tidak kalah baik dengan NC atau melamine.
Tahan air dan bahkan sekarang sudah ada jenis waterbased lacquer yang
tahan goresan. Keuntungan utama yang diperoleh dari bahan jenis ini
adalah lingkungan dan sosial. Di samping para karyawan ruang finishing
lebih sehat, reaksi penguapan bahan kimia juga lebih kecil di rumah
konsumen.
(Wagner 1967, diacu dalam Syah 1991) menyatakan bahwa cat adalah
campuran dari minyak, pengemulsi, pengering, dan pigmen. Cat adalah campuran
zat padat dan zat cair. Zat padat disebut pigmen yang dapat memberikan
corak/warna, pemburam, dan sangat baik untuk perlindungan. Pigmen biasanya
dibuat dari metal atau mineral. Pigmen putih terbuat dari titanium seng dan timah
sedangkan pigmen hitam terbuat dari karbon. Zat cair terdiri dari getah (gum) dan
minyak yang menyebabkan zat padat dapat tersuspensi, cat lebih tahan lama,
mudah diaplikasikan, tahan terhadap asam dan basa, serta dapat mengikat
partikel-partikel pigmen. Cat dengan sistem pelarut berpenetrasi, baik pada kayu,
khususnya memperlambat perkembangan jamur atau menghalangi blue stain
(Kennedy et al. 1987, diacu dalam Sein 1998). Dalam Wood Handbook (1974)
9

diterangkan bahwa dari semua bahan finishing, cat memberikan perlindungan


terbaik pada kayu terhadap gesekan permukaan.

2.3 Metode Aplikasi Finishing-Spraying


Metode aplikasi finishing dengan alat semprot atau spraying merupakan
metode aplikasi yang banyak digunakan di industri furniture saat ini. Hal ini
didukung pula dengan banyaknya bahan finishing yang dibuat dan disesuaikan
untuk aplikasi spraying. Alat kerja yang dipakai dalam spraying adalah
kompresor, selang angin dan spray gun sebagai alat kerja pokok untuk aplikasi
finishing metode spraying. Setelah itu, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
dan lebih sempurna, diperlukan tambahan peralatan misalnya:
1. Spraybooth: Sebuah bidang penghisap yang terletak di depan aplikator,
berfungsi untuk menyerap overspray dan debu agar tidak menempel pada
benda kerja. Fungsi utamanya adalah agar percikan-percikan partikel finishing
dan debu bergerak menjauhi benda kerja yang sedang disemprot. Partikel-
partikel tersebut bisa mengakibatkan cacat gelembung dan kasar pada
permukaan finishing. Model spraybooth bisa berupa aliran air dan penghisap
udara sehingga partikel overspray bisa langsung menempel pada air. Ada juga
yang hanya aliran udara (tanpa air).
2. Hanging Conveyor: Alat bantu berupa rel panjang (hingga 1000 m) dengan
gantungan pada setiap 30-50 cm dan digantung di plafon pabrik. Alat ini
berfungsi untuk menggantungkan benda kerja yang relatif kecil sehingga
operator finishing tidak perlu memegang benda kerja. Keuntungan alat bantu
ini adalah agar seluruh permukaan benda kerja bisa terlapisi bahan finishing
sekaligus tanpa harus menunggu bagian yang lain mengering. Dengan jumlah
gantungan yang cukup banyak, alat ini juga bisa berfungsi sebagai storage
pengeringan.
3. Table Conveyor: Beberapa meja kerja yang bisa berputar 360 derajat dan
tersusun seperti kereta di atas rel di area finishing. Alat bantu ini memerlukan
area finishing yang luas. Kelebihan alat ini adalah memberikan posisi yang
baik bagi operator untuk melakukan finishing pada bidang lebar karena posisi
benda kerja akan fleksibel diputar dan tidak mudah terjatuh.
10

Untuk mendapatkan hasil semprot yang lebih baik akan sangat


menguntungkan apabila sudut dan pengaturan spray gun diperhatikan. Pada
bidang yang lebar, sebaiknya diatur agar sudut semprot lebih lebar sehingga bahan
finishing bisa rata. Posisi spray gun juga sebaiknya tegak lurus dengan bidang
kerja agar tidak terjadi penumpukkan bahan finishing pada satu area tertentu.
Posisi semprot yang tidak tegak lurus akan mudah terlihat pada saat kita
melakukan proses pewarnaan. Pada sisi tertentu akan terlihat lebih gelap daripada
sisi lainnya. Untuk bidang yang sempit misalnya sisi tebal papan samping, kaki
meja atau permukaan kecil lainnya, spray gun bisa diatur agar sudut semprot lebih
kecil sehingga tidak banyak bahan finishing yang terbuang. Posisi dan sudut spray
gun yang baik dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Posisi dan sudut spray gun.


11

Hal yang perlu diperhatikan terutama pada proses aplikasi permukaan


lebar adalah overlap. Overlap artinya proses pengulangan atau penumpukkan
semprot. Dengan sudut semprot yang sudah diatur, untuk bidang di sebelahnya
lebih baik sudut semprot juga dikenakan sekitar 10-15% area semprot sebelumnya
sehingga pada area tersebut mendapatkan kualitas permukaan yang sama dengan
bagian tengahnya (STK 2009).
Secara lebih rinci, masalah-masalah yang sering terjadi pada metode
aplikasi spraying adalah :
1. Orange peel: atomisasi yang tidak memadai, tidak cukup pelarut atau tipis,
spray gun terlalu dekat dengan permukaan atau bergerak terlalu lambat
sehingga menyebabkan riak. Efek orange peel dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Orange peel.

2. Gun sputters : ventilasi udara tersumbat di cup lid, material finishing terlalu
tebal, bahan tidak cukup dalam cup atau tipping pada acute angle, terjadi
kebocoran pada fluid nozzle atau needle-valve packing nut.
3. Finish leaks from fluid nozzle of spray gun : needle-valve packing nut terlalu
ketat, needle-valve packing membutuhkan minyak, rusaknya batang fluid-
nozzle atau needle-valve, ukuran batang needle-valve salah, pegas dari batang
needle-valve rusak atau rata.
12

4. Dry spray: atomisasi berlebihan, ada permukaan yang mengalami


penyemproten berulang, spray gun terlalu jauh dari permukaan atau bergerak
terlalu cepat. Efek dry spray dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Dry spray.

5. Runs or sags: cat yang digunakan terlalu padat, spray gun terlalu dekat
dengan permukaan atau bergerak terlalu lambat, material finishing terlalu
tipis, pemicu tidak terlepas di akhir setiap semprotan ketika
semprotan tidak melampaui objek, spray gun tidak tegak lurus ke permukaan.
Efek ini dapat dilihat di Gambar 4.

Gambar 4. Runs or sags.

6. Finish leaks from cup : gasket sudah lama tidak digunakan (Flexner 1994).
13

2.4 Spray Gun


Spray gun adalah alat finishing yang paling efisien dibandingkan dengan
alat-alat finishing lainnya. Kita dapat menghasilkan permukaan yang hampir
mulus dan dapat menyelesaikan permukaan kayu yang lebar dalam waktu singkat.
Spray gun memecah cairan menjadi tetesan kecil/semburan halus oleh
dua jet udara yang keluar dari horns di air nozzle. Tetesan tersebut melumuri
permukaan kayu dan mengalir bersama-sama untuk membuat lapisan halus.
Terpecahnya cairan tersebut menjadi tetesan kecil/semburan
halus disebut atomisasi. Ini sangat penting bahwa atomisasi harus baik, atau
tetesan kecil tersebut tidak akan mengalir bersama-sama dengan sempurna
(Flexner 1994).
Hal senada juga diutarakan oleh Michalski (2001), atomisasi didefinisikan
sebagai suatu proses mereduksi cairan menjadi partikel penyemprot halus,
sehingga lapisan dapat diterapkan pada kayu dengan cara yang relatif terkendali.
Dengan tujuan melindungi dan memperindah kayu. Meskipun atomisasi yang
kurang baik akan mempengaruhi kualitas finishing dan menyebabkan orange peel,
namun kualitas finishing tidak semata-mata tergantung pada atomisasi. Hal ini
mungkin saja terjadi selama menyemprotkan suatu cairan pelapis, sehingga
overspray dan dry spray. Kelebihan atomisasi menyebabkan beberapa pelarut
menguap terlalu cepat. Hal ini menyebabkan partikel kering dan ketidakmampuan
lapisan untuk mengalir keluar. Penggunaan tekanan yang berlebihan dapat
memisahkan cairan dari padatan dalam lapisan. Hal ini disebut sebagai over
shearing atau dry spray.

Gambar 5. Bagian-bagian spray gun.


14

Spray gun biasa digunakan untuk pengecatan bagian komponen yang


mempunyai luasan permukaan yang luas, karena biasanya cat akan menyebar
merata saat disemprotkan dari sprayer. Spray gun dapat menyemprotkan cat
dengan bantuan angin dari kompresor, yang disalurkan melalui selang yang
berada pada bagian bawah handle. Secara lebih rinci, bagian-bagian spray gun
dapat dilihat pada Gambar 5. Pada dasarnya terdapat tiga kontrol utama pada
setiap spray gun (pistol angin), yaitu:
1. Pengatur Volume Bahan Finishing
Kontrol ini berfungsi untuk mengatur besar-kecilnya jumlah bahan yang
keluar dalam sekali tekan/semprot. Sebenarnya knob ini mengatur jarak
lubang nozzle dengan jarum nozzle ketika pelatuk spray gun ditekan. Jarak
tersebut yang membuat udara bertekanan menarik bahan finishing keluar.
Memutar knob tersebut ke kiri (berlawanan arah jarum jam) akan
memperbesar jarak jarum nozzle sehingga bahan finishing lebih banyak keluar.
Tekan pelatuk hingga menyentuh batasnya (penting sekali dalam setiap
penyemprotan) lalu putar knob pada saat yang sama searah jarum jam untuk
mengatur jumlah bahan finishing.
2. Pengatur Jumlah Udara Keluar
Biasanya terletak di samping spray gun dan berfungsi untuk mengatur jumlah
udara yang keluar dalam sekali tekanan pelatuk. Udara bertekanan tersebut
akan keluar melalui lubang di ujung spray gun dan segera bercampur dengan
bahan finishing menjadi partikel yang kecil (atomized). Arah dan ukuran
bahan yang bercampur udara tadi diatur oleh lubang angin di ujung spray gun
(Air Horn). Knob ini pula yang mengatur lebar dan arah semprotan. Dasar
pengaturannya sama dengan Pengatur Bahan Finishing.
3. Pengatur Tekanan udara
Ini adalah kontrol terakhir yang bisa digunakan untuk mengatur semprotan
finishing. Kontrol ini mengatur besar kecilnya tekanan udara yang masuk
melalui spray gun. Semakin kecil tekanan yang akan digunakan, semakin
besar pattern bahan yang tercapai.
15

Berbagai produsen spray gun memiliki desain berbeda walaupun prinsip


alat kontrolnya masih sama. Jenis-jenis tersebut memiliki fungsi dan kelebihan
masing-masing. Berbagai bentuk spray gun, antara lain :
1. Tabung di bawah pistol: Sering disebut HVLP (High Volume Low Pressure),
paling banyak digunakan untuk aplikasi base coat yang menuntut jumlah
bahan lebih banyak sebagai penutup pori-pori kayu.
2. Gravity Spray Gun: Tabung terletak di atas spray gun dan biasanya digunakan
untuk finishing akhir (top coat) dengan viscositas yang lebih tinggi.
3. Airless Spray Gun terhubung langsung dengan tabung besar (20 liter) bahan
finishing dan langsung memiliki dua saluran pada pangkalnya. Jenis ini
biasanya digunakan untuk pewarnaan dalam jumlah besar agar pencampuran
bahan warna finishing tidak terdapat deviasi yang terlalu besar (STK 2008).

Gambar 6. Berbagai bentuk spray gun.

Adapun prinsip kerja spray gun adalah angin yang berasal dari kompresor
masuk melalui selang input, dan angin akan mengalir melalui pipa kecil ke
sprayer saat picu (trigger) ditekan untuk mengalirkan angin dari kompresor. Saat
angin mengalir menuju sprayer, angin akan menyedot udara atau cat dalam
tabung karena perbedaan tekanan, sehingga cat dapat tersedot dan mengalir
bersama angin menuju sprayer dengan kecepatan tinggi dan disemprotkan untuk
pelapisan benda kerja.
Pengoperasian spray gun biasanya dilakukan dengan cara mencampurkan
cat dengan pelarut untuk mengencerkannya agar cat lebih mudah disedot. Setelah
campuran sesuai, cat dimasukkan ke dalam tabung cat, dan pasang tabung cat ke
spray gun dengan kencang agar terjadi kevakuman dalam tabung cat. Setelah itu,
atur campuran angin dengan menggunakan baut yang ada pada bawah handle
16

sampai cat bisa tersemprot dengan lancar. Langkah selanjutnya atur penyemprot
(sprayer) agar cat bisa tersebar dengan merata.
Pemeliharaan spray gun tergolong mudah, agar spray gun dapat digunakan
pada setiap saat dengan lancar, maka setelah pemakaian, spray gun harus
dibersihkan dengan menggunakan thinner atau pelarut cat, agar sisa-sisa cat yang
ada pada ujung sprayer maupun pada pipa penyedot cat tidak kering dan
menyumbat saluran (Nugroho 2010).

Anda mungkin juga menyukai