BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Politur
Bahan dasar finishing ini adalah shellac yang berwujud serpihan atau
batangan kemudian dicairkan dengan alkohol. Dalam hal ini, alkohol
bekerja sebagai pencair (solvent). Setelah diaplikasikan ke benda kerja,
alkohol akan menguap. Aplikasi dengan cara membasahi kain (sebaiknya
yang berbahan katun) dan memoleskannya secara berkala pada permukaan
kayu hingga mendapatkan lapisan tipis finishing (film) pada permukaan
kayu. Semakin banyak polesan akan membuat lapisan semakin tebal.
c. Nitro Cellulose (NC)
Jenis yang saat ini populer dan mudah diaplikasikan adalah NC (Nitro
Cellulose) lacquer. Bahan finishing ini terbuat dari resin
Nitrocellulose/alkyd yang dicampur dengan bahan solvent yang cepat
kering, biasa disebut thinner. Bahan ini tahan air (tidak rusak apabila
terkena air) tapi masih belum kuat menahan goresan. Kekerasan lapisan
film NC tidak cukup keras untuk menahan benturan fisik. Meskipun sudah
kering, NC bisa dikupas menggunakan bahan pencairnya (solvent/thinner).
Cara aplikasinya menggunakan sistem spray (semprot) dengan tekanan
udara.
d. Melamine
Sifatnya hampir sama dengan bahan lacquer. Memiliki tingkat kekerasan
lapisan film lebih tinggi dari lacquer akan tetapi bahan kimia yang
digunakan akhir-akhir ini menjadi sorotan para konsumen karena
berbahaya bagi lingkungan. Melamine mengandung bahan Formaldehyde
paling tinggi di antara bahan finishing yang lain. Formaldehyde ini
digunakan untuk menambah daya ikat molekul bahan finishing. Pewarnaan
juga lebih bervariasi pada bahan ini.
e. Poly Urethane (PU)
Lebih awet dibandingkan dengan jenis finishing sebelumnya dan lebih
tebal lapisan filmnya. Bahan finishing membentuk lapisan yang benar-
benar menutup permukaan kayu sehingga terbentuk lapisan seperti plastik.
Memiliki daya tahan terhadap air dan panas sangat tinggi. Sangat baik
8
untuk finishing produk outdoor, kusen dan pintu luar atau pagar. Proses
pengeringannya juga menggunakan bahan kimia cair yang cepat menguap.
f. Ultra Violet (UV) Lacquer
Satu-satunya aplikasi yang paling efektif saat ini dengan curtain method.
Suatu metode aplikasi seperti air curahan yang membentuk tirai tersebut
dengan kecepatan tertentu sehingga membentuk lapisan yang cukup tipis
pada permukaan kayu. Disebut UV Lacquer karena bahan finishing ini
hanya bisa dikeringkan oleh sinar Ultra Violet (UV), paling tepat untuk
benda kerja dengan permukaan lebar papan atau plywood.
g. Waterbased Lacquer
Jenis finishing yang paling populer akhir-akhir ini bagi para konsumen di
Eropa. Menggunakan bahan pencair air murni (yang paling baik) dan resin
akan tertinggal di permukaan kayu. Proses pengeringannya otomatis lebih
lama dari jenis bahan finishing yang lain karena penguapan air jauh lebih
lambat daripada penguapan alkohol ataupun thinner. Namun kualitas
lapisan film yang diciptakan tidak kalah baik dengan NC atau melamine.
Tahan air dan bahkan sekarang sudah ada jenis waterbased lacquer yang
tahan goresan. Keuntungan utama yang diperoleh dari bahan jenis ini
adalah lingkungan dan sosial. Di samping para karyawan ruang finishing
lebih sehat, reaksi penguapan bahan kimia juga lebih kecil di rumah
konsumen.
(Wagner 1967, diacu dalam Syah 1991) menyatakan bahwa cat adalah
campuran dari minyak, pengemulsi, pengering, dan pigmen. Cat adalah campuran
zat padat dan zat cair. Zat padat disebut pigmen yang dapat memberikan
corak/warna, pemburam, dan sangat baik untuk perlindungan. Pigmen biasanya
dibuat dari metal atau mineral. Pigmen putih terbuat dari titanium seng dan timah
sedangkan pigmen hitam terbuat dari karbon. Zat cair terdiri dari getah (gum) dan
minyak yang menyebabkan zat padat dapat tersuspensi, cat lebih tahan lama,
mudah diaplikasikan, tahan terhadap asam dan basa, serta dapat mengikat
partikel-partikel pigmen. Cat dengan sistem pelarut berpenetrasi, baik pada kayu,
khususnya memperlambat perkembangan jamur atau menghalangi blue stain
(Kennedy et al. 1987, diacu dalam Sein 1998). Dalam Wood Handbook (1974)
9
2. Gun sputters : ventilasi udara tersumbat di cup lid, material finishing terlalu
tebal, bahan tidak cukup dalam cup atau tipping pada acute angle, terjadi
kebocoran pada fluid nozzle atau needle-valve packing nut.
3. Finish leaks from fluid nozzle of spray gun : needle-valve packing nut terlalu
ketat, needle-valve packing membutuhkan minyak, rusaknya batang fluid-
nozzle atau needle-valve, ukuran batang needle-valve salah, pegas dari batang
needle-valve rusak atau rata.
12
5. Runs or sags: cat yang digunakan terlalu padat, spray gun terlalu dekat
dengan permukaan atau bergerak terlalu lambat, material finishing terlalu
tipis, pemicu tidak terlepas di akhir setiap semprotan ketika
semprotan tidak melampaui objek, spray gun tidak tegak lurus ke permukaan.
Efek ini dapat dilihat di Gambar 4.
6. Finish leaks from cup : gasket sudah lama tidak digunakan (Flexner 1994).
13
Adapun prinsip kerja spray gun adalah angin yang berasal dari kompresor
masuk melalui selang input, dan angin akan mengalir melalui pipa kecil ke
sprayer saat picu (trigger) ditekan untuk mengalirkan angin dari kompresor. Saat
angin mengalir menuju sprayer, angin akan menyedot udara atau cat dalam
tabung karena perbedaan tekanan, sehingga cat dapat tersedot dan mengalir
bersama angin menuju sprayer dengan kecepatan tinggi dan disemprotkan untuk
pelapisan benda kerja.
Pengoperasian spray gun biasanya dilakukan dengan cara mencampurkan
cat dengan pelarut untuk mengencerkannya agar cat lebih mudah disedot. Setelah
campuran sesuai, cat dimasukkan ke dalam tabung cat, dan pasang tabung cat ke
spray gun dengan kencang agar terjadi kevakuman dalam tabung cat. Setelah itu,
atur campuran angin dengan menggunakan baut yang ada pada bawah handle
16
sampai cat bisa tersemprot dengan lancar. Langkah selanjutnya atur penyemprot
(sprayer) agar cat bisa tersebar dengan merata.
Pemeliharaan spray gun tergolong mudah, agar spray gun dapat digunakan
pada setiap saat dengan lancar, maka setelah pemakaian, spray gun harus
dibersihkan dengan menggunakan thinner atau pelarut cat, agar sisa-sisa cat yang
ada pada ujung sprayer maupun pada pipa penyedot cat tidak kering dan
menyumbat saluran (Nugroho 2010).