Anda di halaman 1dari 64

ARAHAN PENGEMBANGAN INFRASTUKTUR PENUNJANG

PARAWISATA PULAU KARAMPUANG, MAMUJU, SULAWESI BARAT

SKRIPSI
Tugas Akhir – 465D5206
PERIODE I
Tahun 2020/2021

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana Teknik


Pada Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Hasanuddin

Oleh:
ANDREADMAJA
D101171514

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
PENGESAHAN
SKRIPSI

PROYEK :TUGASSARJANADEPARTEMENPERENCANAAN
WILAYAH DAN KOTA

JUDUL: ARAHAN PENGEMBANGAN INFRASTUKTUR PENUNJANG PARAWISATA P


PENYUSUN:ANDREADMAJA NO. STB:D101171514
PERIODE:I -TAHUN 2020/2021

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Nama Dosen NIP. Nama Dosen NIP.

Mengetahui, Ketua Departemen


Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Dr. Eng. Ir. Abdul Rachman Rasyid, ST.,M.Si


NIP. 19741006 2008 12 1 002

ii
ARAHAN PENGEMBANGAN INFRASTUKTUR PENUNJANG
PARAWISATA PULAU KARAMPUANG, MAMUJU, SULAWESI BARAT

Andreadmaja1), M. Yamin Jinca2), Yashinta K.D.S3) , M. Fathien Azmy4)


Universitas Hasanuddin, Indonesia
Email: hitmeup.admaja@gmail.com

ABSTRAK

Pulau Karampuang merupakan sebuah pulau yang terletak di Desa Karampuang,


Kecamatan Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Pulau Karampuang memiliki
beragam jenis atraksi wisata dan salah satunya Pulau Karampuang memiliki
surga bawah laut berupa keaneragaman hayati seperti terumbu karang dan biota
laut yang eksotik. Akan tetapi, kondisi tersebut belum dimanfaatkan secara
optimal khusunya ketersediaan infrastuktur parawisata yang belum memadai.
Olehnya itu perlu merumuskan arahan pengembangan infrastuktur untuk
menunjang parawisata Pulau Karampuang dapat menjadi lebih baik. Penelitian
ini bertujuan untuk (1). Mengedentifikasi Komponen Parawisata yang ada di
Pulau Karampuang berdasarkan Konsep 4A (Attraction, Amenity, Accesibility,
Ancillary Service) dan 4 Prinsip pengembangan Parawisata (What to see, What to
do, What to buy, What to feel), (2). Mengemukakan ide arahan pengembangan
infrastuktur penunjang parawisata Pulau Karampuang. Metode yang di gunakan
dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif, analisis
IPA (Important Performance Analysis) dan analisis SWOT untuk menghasilkan
output penelitian.

Kata-kunci : Pulau Karampuang, Komponen Parawisata, Infrastuktur Parawisata


1)
Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas, Universitas Hasanuddin
2)
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
3)
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
4)
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

iii
ARAHAN PENGEMBANGAN INFRASTUKTUR PENUNJANG
PARAWISATA PULAU KARAMPUANG, MAMUJU, SULAWESI BARAT

Andreadmaja1), M. Yamin Jinca2), Yashinta K.D.S3) , M. Fathien Azmy4)


Universitas Hasanuddin, Indonesia
Email: hitmeup.admaja@gmail.com

ABSTRACT

Karampuang Island is an island located in Karampuang Village, Mamuju


District, West Sulawesi Province. Karampuang Island has various types of
tourist attractions and one of them is Karampuang Island which has an
underwater paradise in the form of biodiversity such as coral reefs and exotic
marine life. However, this condition has not been used optimally, especially the
availability of inadequate tourism infrastructure. Therefore, it is necessary to
formulate directions for infrastructure development to support Karampuang
Island tourism to be better. This study aims to (1). Identifying the Tourism
Components in Karampuang Island based on the 4A Concept (Attraction,
Amenity, Accessibility, Ancillary Service) and 4 Tourism Development Principles
(What to see, What to do, What to buy, What to feel), (2). Put forward the idea of
direction for the development of supporting infrastructure for tourism in
Karampuang Island. The method used in this research is descriptive qualitative
and quantitative analysis, IPA (Important Performance Analysis) analysis and
SWOT analysis to produce research outputs.

Keywords: Karampuang Island, Tourism Component, Tourism Infrastructure


1)
Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas, Universitas Hasanuddin
2)
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
3)
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
4)
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

iv
KATA PENGANTAR

Ucapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
berkat rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita sehingga
skripsi yang berjudul “Arahan Pengembangan Infrastuktur Penunjang Parawisata
Pulau Karampuang, Mamuju, Sulawesi Barat” dapat tersusun guna memenuhi
salah satu tugas akhir di prodi Perencanaan Wilayah dan Kota. Selama penulisan
skripsi ini, kami banyak menemukan hambatan dan rintangan, namun berbekal
pengetahuan yang ada serta bimbingan dan juga arahan dari dosen pembimbing
kami, Bapak Prof. Dr-Ing. Muh. Yamin Jinca, M.STr., Ibu Dr-Tech. Yashinta
K.D.S, ST., MIP dan Bapak Ir. M. Fathien Azmy, M.Si. Terima kasih kami
haturkan atas kesediaan dosen yang telah memberikan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk membimbing, mengarahkan dan memotivasi kami dalam
menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini membahas tentang permasalahan ketersediaan infrastuktur


sebagai penunjang parawisata yang ada di Pulau Karampuang, Kabupaten
Mamuju, Sulawesi Barat. Dengan ketertarikan dan kepedulian terhadap
permasalahan tersebut, kami sangat berharap skripsi ini dapat menjadi
gagasan atau arahan pengembangan infrastuktur penunjang parawisata di Pulau
Karampuang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak yang bersifat konstruktif, agar kami dapat berkarya yang lebih baik
pada masa yang akan datang. Semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan
sumbangsih berupa ilmu yang beguna bagi dunia pendidikan.

Gowa, Januari 2021

Penulis

v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Andreadmaja
Nim : D101171514
Prodi/ Departemen : S1-Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)/PWK
Fakultas/ Universitas : Teknik/Universitas Hasanuddin

dengan ini menyatakan bahwa judul skripsi berikut ini:

“Arahan Pengembangan Infrastuktur Penunjang Parawisata Pulau


Karampuang, Mamuju, Sulawesi Barat”

bahwa: BENAR BEBAS DARI PLAGIARISME

Apabila pernyataan ini terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Demikian surat pernyataan ini saya buat
untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Gowa, Januari 2021


Yang membuat pernyataan,

Andreadmaja

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Tuhan, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Skripsi yang berjudul “ARAHAN PENGEMBANGAN
INFRASTUKTUR PENUNJANG PARAWISATA PULAU
KARAMPUANG,
MAMUJU, SULAWESI BARAT” merupakan salah satu syarat untuk mencapai
gelar sarjana teknik pada departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas
Hasanuddin. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberi berkat dan mengasihi


umat-Nya.
2. Orang tua saya tercinta, Bapak Saya Almarhum Minase Tannabasa dan
mama saya Herawati yang selalu mendoakan saya setiap waktu,
memberikan cinta dan kasih sayang yang tiada tara dan arahan serta
nasihat yang menjadi penuntun saya.
3. Saudara-saudara saya, Kakak saya Hermanto, Hendrik dan Irfan yang
selalu mendukung, medoakan dan memberikan bantuannya setiap saat.
4. Dr. Eng. Ir. Abdul Rachman Rasyid, ST.,M.Si., selaku ketua
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Hasanuddin
5. Ibu Dr-Tech. Yashinta K.D.S, ST., MIP., selaku Kepala Studio Akhir
dan sebagai penasehat akademik penulis yang tidak henti-hentinya
memberikan masukan, ilmu dan motivasi kepada penulis dan sebagai
pengganti orang tua di kampus.
6. Bapak Prof. Dr-Ing. M. Yamin Jinca, Ibu Dr-Tech. Yashinta, K.D.S,
ST., MIP., Bapak Ir. M. Fathien Azmy, M.Si sebagai Pembimbing Ujian
akhir, terima kasih atas nasehat, motivasi dan waktu yang telah diberikan.
7. Kepada seluruh Dosen/Pengajar di Departemen Perencanaan Wilayah
dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin atas segala ilmu,
nasihat dan arahannya.

vii
8. Kepada Staf Administrasi Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota.,
Pak Haerul yang telah membantu penulis dalam melengkapi kelengkapan
administrasi selama berkuliah.
9. Kepada pihak Beasiswa Unggulan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia yang telah mendukung dalam hal
pengembangan diri dan finansial selama menjalani studi. Serta seluruh
Awardee Beasiswa Unggulan 2018 atas keseruannya.
10. Kepada AIESEC in Universitas Hasanuddin yang memberikan
kesempatan dalam pengembangan diri dalam kepemimpinan.
11. Kepada AIESEC In Kasetsart University, Thailand yang sudah
memberikan saya kesempatan untuk merasakan Global Volunteer Winter
Exchange Program di Thailand pada saat liburan semester perkuliahan.
12. Kepada sahabat-sahabatku di Permata Mutiara Squad, Exotic Smansa,
Manakarra Choir, dan Boti Squad atas dukungan yang senantiasa
diberikan.
13. Teman-teman seperjuangan Labo Infrastruktur.
14. Kepada HMPWK FT-UH yang memberikan kesempatan dalam
pengembangan diri dalam kepemimpinan.
15. Teman-teman SPASIAL 2017 terima kasih atas semuanya. Telah mengisi
dan menemani hari-hari penulis selama lebih dari 4 tahun dan akan terus
berlanjut.
16. Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Penulis hanya bisa berdoa, semoga Tuhan Yang Maha
Kuasa membalas kebaikan-kebaikan mereka dengan setimpal. Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila ada kesalahan
dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran kami hargai demi
penyempurnaan penulisan serupa dimasa yang akan datang. Besar harapan
penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai positif bagi
semua pihak yang membutuhkan.

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
ABSTRACT..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
BEBAS PLAGIAT..................................................................................................vi
UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Pertanyaan Penelitian......................................................................................2
1.3 Batasan Penilitian............................................................................................2
1.3.1 Batasan Wilayah Penelitian.................................................................3
1.3.2 Batasan Lingkup Subtansi Penelitian..................................................3
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................3
1.5.1 Bagi Pengembangan Ilmu (Institusi)...................................................3
1.5.2 Bagi Praktisi (Pemerintah atau Stakeholder)......................................3
1.5.3 Bagi Masyarakat..................................................................................4
1.6 Output Penelitian.............................................................................................4
1.7 Outcome Penelitian.........................................................................................4
1.8 Outline Penelitian............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
2.1 Parawisata.......................................................................................................6

ix
2.1.1 Jenis-jenis Wisata................................................................................7
2.1.2 Komponen Pengembangan Parawisata...............................................8
2.2 Konsep 4A Parawisata..................................................................................12
2.2.1 Attraction (Atraksi)...........................................................................12
2.2.2 Amenity (Amenitas)...........................................................................13
2.2.3 Accessibility (Aksesibilitas)..............................................................14
2.2.4 Ancillary Service (Pelayanan Tambahan).........................................15
2.3 Importance Performance Analysis (IPA)......................................................16
2.3.1 Mencari Tingkat Kepuasan...............................................................16
2.3.2 Diagram Kartesius.............................................................................17
2.4 Analisis SWOT..............................................................................................19
2.5 Studi Banding Penelitian...............................................................................21
2.6 Penelitian Terdahulu.....................................................................................25
2.7 Kerangka Konsep..........................................................................................31
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................32
3.1 Jenis Penelitian..............................................................................................32
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian........................................................................32
3.3 Kebutuhan Data dan Teknik Pengumpulan Data..........................................34
3.3.1 Kebutuhan Data.................................................................................34
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data................................................................34
3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel....................................37
3.5 Teknik Analisis Data.....................................................................................38
3.5.1 Tujuan Penelitian Pertama................................................................38
3.5.2 Tujuan Penelitian Kedua...................................................................38
3.6 Defenisi Operasional.....................................................................................41
3.7 Kerangka Penelitian......................................................................................43

BAB IV GAMBARAN UMUM...........................................................................44

x
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Mamuju...........................................44
4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi....................................................44
4.1.2 Kondisi Kependudukan.....................................................................46
4.1.3 Kondisi Topografi.............................................................................48
4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................................50
4.2.1 Letak Geografis.................................................................................50
4.2.2 Kependudukan, Sosial Budaya dan Kelembagaan............................50
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Matriks Analisis SWOT........................................................................20


Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu..............................................................................16
Tabel 3.1 Variabel Penelitian................................................................................35
Tabel 3.2 Pembobotan Kualitas Komponen Parawisata........................................39
Tabel 3.3 Pembobotan Tingkat Kepentingan/Kesesuaian.....................................39
Tabel 3.4 Matriks Analisis SWOT........................................................................41
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Mamuju Berdasarkan Kecamatan Tahun
2019.......................................................................................................46
Tabel 4.2 Tinggi Wilayah dan Jarak ke Ibukota Kabupaten Menurut Kecamatan
di Kabupaten Mamuju, 2019..............................................................48

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Atraksi wisata budaya tari kecak di Uluwatu, Bali...........................12


Gambar 2.2 Bunaken Oasis Dive Resort and Spa, Pulau Bunaken......................14
Gambar 2.3 Moda Transportasi Kura-Kura Bus..................................................15
Gambar 2.4 Money Changer PT. Dirgahayu Valuta Prima di Legian, Bali.........16
Gambar 2.5 Diagram Kartesius............................................................................18
Gambar 2.6 Taman Nasional Bunaken, Manado..................................................21
Gambar 2.7 Ayer Island Resort and Cottage........................................................22
Gambar 2.8 Lily Beach Resort and Spa, Maldives...............................................24
Gambar 2.9 Kerangka Konsep..............................................................................31
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian.......................................................................33
Gambar 3.2 Kerangka Penelitian..........................................................................43
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Mamuju.............................................45
Gambar 4.2 Peta Distribusi Penduduk Kabupaten Mamuju.................................47
Gambar 4.3 Peta Topografi Kabupaten Mamuju..................................................49

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kawasan Timur Indonesia (KTI) masih banyak menyimpan potensi wisata pantai,
pulau dan alam bawah laut yang indah. Namun, fakta yang terjadi industri
pariwisata di Indonesia Timur sulit berkembang. Faktor utama penyebabnya
adalah infrastuktur penunjang parawisata yang masih terbatas. Kabupaten
Mamuju yang terletak di Provinsi Sulawesi Barat merupakan salah satu daerah
Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang memiliki potensi wisata, dengan daya tarik
wisata seperti keindahan alam, pantai, pulau-pulau kecil, budaya masyarakat dan
lain sebagainya. Hal tersebut menjadikan Kabupaten Mamuju potensial untuk
dijadikan sebagai daerah tujuan wisata, salah satunya Pulau Karampuang yang
terletak di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Pulau Karampuang merupakan sebuah pulau yang terletak di Desa Karampuang,
Kecamatan Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Adapun akses menuju Pulau
Karampuang menggunakan perahu motor yang berada di area Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) Kasiwa di Mamuju yang berjarak 3 (tiga) kilometer dari Kota Mamuju
dengan waktu tempuh sekitar 20 (dua puluh) menit menggunakan perahu atau
kapal. Pulau Karampuang memiliki surga bawah laut berupa keaneragaman hayati
seperti terumbu karang dan biota laut yang eksotik. Kegiatan snorkling dan diving
merupakan aktivitas yang sangat direkomendasikan di pulau ini. Selain itu di
Pulau Karampuang terdapat obyek wisata lainnya seperti Sumur Tiga Rasa atau
Sumur Jodoh dan Goa Lidah.
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat nomor 1 tahun 2014 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Sulawesi Barat tahun 2014 – 2034 pasal 32 huruf f
menjelaskan bahwa Kabupaten Mamuju termasuk kawasan pengembangan wisata
bahari yang juga dituangkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat
nomor 8 tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun
2017 – 2022 menjelaskan bahwa Pulau Karampuang termasuk kedalam kawasan
pengembangan wisata bahari dengan arahan pengembangan penataan objek dan
akses dari Kota Mamuju. Namun dalam pengelolaan kawasan wisata Pulau

1
Karampuang khususnya ketersediaan infrastuktur penunjang parawisata belum
maksimal.
Untuk itu pariwisata di kabupaten Mamuju khususnya Pulau Kampuang dengan
sejuta keindahan harus terus dikembangkan untuk dapat memberikan dampak
positif bagi industri pariwisata. Selain dampak positif dari industri pariwisata,
dampak negatif terhadap lingkungan juga akan nampak karena ulah manusia
dengan adanya kegiatan atau aktivitas wisata dilokasi wisata itu sendiri. Menurut
Spillane (1996) pariwisata menimbulkan masalah-masalah besar seperti polusi air
dan udara, kekurangan air, keramaian lalu lintas dan kerusakan dari pemandangan
alam tradisional.
Dari uraian tersebut maka perlu adanya arahan pengembangan infrastuktur
penunjang parawisata Pulau Karampuang. Dalam penelitian ini akan memuat
tentang konsep 4A (Attraction, Amenity, Accesibility, Anciliary) yang terdapat di
Pulau Karampuang. Selain itu, dalam penelitian ini juga akan memuat tentang
arahan infrastuktur yang perlu dikembangkan untuk mengoptimalkan potensi
wisata di Pulau Karampuang.

1.2 Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, terdapatnya kondisi eksisting terkait
sarana prasarana di wilayah perencanaan belum memadai yang akan membuat
potensi wisata di Pulau Karampuang tidak optimal. Oleh karena itu, melalui
penelitian ini dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apa saja 4A (Attraction, Amenity, Accesibility, Anciliary) yang terdapat di
Pulau Karampuang?
2. Infrastuktur apa yang perlu dikembangkan untuk mengoptimalkan potensi
wisata di Pulau Karampuang?

1.3 Batasan Penelitian


Ruang lingkup penelitian terdiri atas dua bagian yaitu ruang lingkup wilayah,
yang membahas mengenai batasan wilayah penelitian secara keruangan,
sedangkan lingkup substansi berkaitan dengan hal-hal yang akan dibahas dalam
penelitian.

2
1.3.1 Batasan Wilayah Penelitian
Lokasi penelitian berada di kawasan Pulau Karampuang, Kabupaten Mamuju,
Provinsi Sulawesi Barat.
1.3.2 Batasan Lingkup Substansi Penelitian
Penelitian ini memiliki batasan subtansi yang berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut:
1. Identifikasi konsep 4A (Attraction, Amenity, Accesibility, Anciliar) yang
terdapat di Pulau Karampuang yang didapatkan dari hasil survey lapangan
dengan analisis IPA menggunakan skala likert pendekatan deskriptif
kualitatif-kuantitatif.
2. Infrastuktur yang perlu dikembangkan untuk mengoptimalkan potensi wisata
di Pulau Karampuang didapatkan dari hasil Importance Perfomance Analysis
(IPA) dengan pendekatan deskriptif kualitatif-kuantitatif dan ditentukan oleh
anlisis SWOT.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan pertanyaan penelitian di atas antara
lain sebagai berikut:
1. Untuk mengedentifikasi konsep 4A (Attraction, Amenity, Accesibility,
Anciliar) yang ada terdapat di Pulau Karampuang
2. Untuk menentukan infrastuktur yang perlu dikembangkan untuk
mengoptimalkan potensi wisata di Pulau Karampuang

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Bagi Pengembangan Ilmu (Institusi)
Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi bahan, kajian ataupun tambahan
pengetahuan bagi pihak pengembangan ilmu (institusi) dalam memberikan
informasi tentang pengembangan infrastuktur parawisata di Pulau.
1.5.2 Bagi Praktisi (Pemerintah atau Stakeholder)
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan inovasi, ide dan beberapa alternative
konsep penelitian bagi para pihak yang berwenang untuk mengadakan perbaikan

3
dan pembangunan khusus pada bidang parawisata agar setiap wilayah dapat
terlayani akan sarana dan prasarana serta permasalahan wisata di Pulau dapat
terselesaikan dengan baik.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Hasil studi ini diharapakan memberikan nilai tambah kepada masyarakat baik
yang tinggal di Pulau Karampuang maupun setingkat kabupaten/kota, Sulawesi
Barat agar senantiasa mendukung parawisata yang ada di Kabupaten Mamuju
khusunya Pulau Karampuang.

1.6 Output Penelitian


Output penelitian yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Skripsi yang berisi 6 bab dengan judul “Arahan Pengembangan Infrastuktur
Penunjang Parawisata Pulau Karampuang”
2. Jurnal dari skripsi mengenai arahan pengembangan infrastuktur penunjang
parawisata Pulau Karampuang.
3. Poster mengenai arahan pengembangan infrastuktur penunjang parawisata
Pulau Karampuang.
4. Summary book.

1.7 Outcome Penelitian


Berkaitan dengan pelaksanaan penelitian ini outcome yang diharapkan antara lain:
1. Meningkatnya perhatian dan pengetahuan seluruh masyarakat dan pemerintah
terkait potensi wilayah pesisir dan pulau di Indonesia.
2. Ditemukan ide arahan pengembangan Pulau Karampuang khususnya dalam
pengembangan infrastuktur.
3. Meningkatnya daya tarik Pulau Karampuang dalam sektor parawisata
sehingga mampu mendorong kesejahteraan masyarakat.

1.8 Outline Penelitian


Adapun penyusunan laporan penelitian ini akan diuraikan menjadi beberapa bab
dengan sistematika sebagai berikut:

4
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan latar belakang permasalahan penelitian, pertanyaan
penelitian, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, output
penelitian, outcome penelitian dan outline penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pada bagian ini menguraikan defenisi operasional, kajian pustaka yang memuat
defenisi parawisata, konsep 4A parawisata, dan NSPK terkait penelitian. Selain itu
juga terdapat konsep penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN


Pada bab ini memuat jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis data dan sumbernya,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan kerangka penelitian.

BAB IV GAMBARAN UMUM


Pada bagian ini berisikan tentang gambaran umum Kabupaten Mamuju ditinjau
dari kondisi geografis dan demografis. Bagian ini juga menjelaskan terkait
gambaran umum lokasi penelitian Pulau Karampuang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini berisi hasil analisis dan pembahasan tentang konsep 4A (Attraction,
Amenity, Accesibility, Anciliar) yang terdapat di Pulau Karampuang dan arahan
pengembangan infrastuktur penunjang parawisata Pulau Karampuang.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran berdasarkan hasil dari
penelitian ini

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Parawisata
Parawisata sebagaimana diartikan menurut World Tourism Organization (WTO)
adalah kegiatan seseorang yang berpergian atau tinggal di suatu tempat di luar
lingkungannya yang biasanya dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus
menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya.

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 2009 parawisata diartikan sebagai


berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Defenisi parawisata telah banyak dikemukakan oleh para ahli di bidang


parawisata, namun dalam defenisi tersebut masih terdapat beberapa perbedaan
dalam pendefinisian. Pengertiaan parawisata secara luas dapat dilihat dari defenisi
sebagai berikut:
1. Sprillane dalam Buku Pengantar Parawisata (2020) mendefinisikan
parawisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat
sementara dilakukan secara perseorangan maupun kelompok, sebagai usaha
untuk mencari keseimbangan dan keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam dan ilmu.
2. Menurut Mathienson dan Wall dalam Pitana dan Gayatri (2005)
mendefinisikan parawisata adalah kegiatan perpindahan orang untuk
sementara waktu ke destinasi di luar tempat tinggal dan tempat bekerjanya
dan melaksanakan kegiatan selama di destinasi dan juga penyiapan-penyiapan
fasilitas untuk memenuhi kebutuhan mereka.
3. Menurut Suwantono (2002) parawisata didefenisikan sebagai bentuk suatu
proses berpergian sementara dari seseorang atau lebih menuju ketempat lain
di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai
kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan maupun
kepentingan lainnya.

6
Dari beberapa pengertian parawisata di atas terdapat satu kesamaan dalam
pengertian tentang parawisata yaitu bahwa kegiatan ini merupakan fenomena yang
ditimbulkan oleh salah satu bentuk kegiatan manusia yaitu kegiatan perjalanan.
Pada dasarnya parawisata timbul sebagai akibat dari aktivitas manusia yang
berkaitan dengan kebutuhan manusia yaitu perjalanan. Perjalanan yang dilakukan
adalah bersifat sementara dan tidak untuk melakukan pekerjaan.

2.1.1 Jenis –jenis Wisata


Untuk keperluan perencanaan dan pengembangan keparawisataan, perlu adanya
perbedaan antara wisata, sehingga dapat ditentukan kebijaksanaan apa yang perlu
mendukung agar jenis wisata yang dikembangkan akan dapat terwujud seperti apa
yang diharapkan dari keparawisataan. Adapun pengelompokkan tersebut dapat
dibagi kedalam dua kategori berikut ini:
1. Wisata Alam, yang terdiri dari:
 Wisata air, termasuk didalamnya wisata bahari yaitu wisata yang banyak
berkaitan dengan danau, pantai atau laut. Ditunjang oleh sarana dan
prasarana untuk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan air seperti
berenang, diving, snorkeling, memancing dan olahraga air lainnya.
 Wisata etnik, merupakan wisata yang melakukan perjalanan untuk
mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang
dianggap menarik.
 Wisata cagar alam, merupakan wisata yang banyak dikaitkan dengan
keindahan alam, kesegaran udara serta flora dan fauna langka yang sulit
ditemukan di tempat lain.
 Wisata buru, merupakan wisata yang dilakukan di tempat yang memiliki
daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan
digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.
 Wisata agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan perjalan ke
proyek pertanian, perkebunan, dan ladang pembibitan dimana wisatawan
dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun
menikmati segalanya tanaman di sekitarnya.

7
2. Wisata Sosial Budaya, yang terdiri dari:
 Peninggalan sejarah purbakala dan monument, wisata ini termasuk
golongan budaya, monument nasional, gedung bersejarah, kota, desa,
bangunan keagaman, serta tempat bersejarah lainnya.
 Meseum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang
berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di suatu kawasan atau
daerah tertentu. Museum dapat dikembangkan berdasrkan pada temanya,
antara lain museum arkeologi, sejarah, seni, dan kerajinan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, industry ataupun dengan tema khusus lainnya.

2.1.2 Komponen Pengembangan Parawisata


Di setiap wilayah yang ada di Indonesia pasti memiliki karakteristik sumberdaya
alam yang unik dan berbeda. Parawisata adalah salah satu sektor yang dapat
dikembangkan di suatu daerah. Pariwisata juga telah memberikan devisa yang
cukup besar bagi negara. Sejak tahun 1978, pemerintah terus berusaha untuk
mengembangkan kepariwisataan. Hal ini dituangkan dalam TAP MPR No.
IV/MPR/1978, yaitu bahwa pariwisata perlu ditingkatkan dan diperluas untuk
meningkatkan penerimaan devisa, memperluas lapangan kerja dan
memperkenalkan kebudayaan. Menurut Barreto dan Giantari
(2015:34) Pengembangan pariwisata adalah suatu usaha untuk mengembangkan
atau memajukan objek wisata agar objek wisata tersebut lebih baik dan lebih
menarik ditinjau dari segi tempat maupun benda-benda yang ada didalamnya
untuk dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya. Adapun beberapa
hal yang membuat sektor parawisata di suatu daerah harus dikembangkan antara
lain:

1. Saat ini parawisata akan menjadi salah satu sektor andalan sumber devisa
utama bagi Indonesia pada masa mendatang.
2. Indonesia yang dikenal dengan keberaneka ragam sumberdaya alam yang
dapat dikembangkan menjadi produk wisata. Jika dapat dikembangkan dengan
maksimal, parawisata akan memberikan keuntungan yang cukup besar
terhadap ekonomi lokal dan penduduk lokal.

8
3. Biaya investasi permulaan di sektor parawisata relatif rendah bila
dibandingkan dengan investasi dengan kegiatan industry lainnya.
4. Parawisata dapat menciptakan lapangan kerja, menarik investasi, memperbaiki
infrastuktur dan fasilitas serta beberapa peran positif lainnya.
5. Pada umumnya parawisata merupakan industry yang relatife bebas polusi dan
bila dikembangkan secara baik dan maksimal, parawisata dapat memperbaiki
kualitas lingkungan bagi suatu daerah.

Myra dalam Ruslan (2013) mengemukakan bahwa pengembangan parawisata


hendaknya didasarkan atas sistem keparawisataan itu sendiri. Sistem
keparawisataan yang mencakup komponen-komponen yang meliputi:
1. Wisatawan
Wisatawan merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses
perencanaan parawisata karena pada dasarnya wisatawan merupakan konsumen
dari parawisata yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Wisata merupakan pengunjung ke daerah wisata yang memutuskan untuk
menginap atau tidak menginap. Besarnya proposi antara pengunjung yang
menginap dengan yang tidak menginap dipengaruhi oleh aksesibilitas daerah
wisata terhadap daerah asal wisatawan, ketersediaan sarana dan prasarana
transportasi, jumlah keanekaragaman objek dan daya tarik wisata (ODTW),
ketersediaan fasilitas akomodasi dan lain-lain.
Wisatawan yang berkunjung di daerah tersebut terdiri dari wisatawan nusantara
dan wisatawan mancanegara. Jumlah masing-masing jenis wisatawan sangat
dipengaruhi oleh karakteristik produk wisata yang dikembangkan di daerah
tersebut. Presentase antara wisatawan mancanegara yang datang langsung ke
daerah tersebut dengan wisatawan yang kedatangannya melalui daerah lain
dipengaruhi oleh tingkat kemudahan pencapaian daerah tersebut dari negara lain
yang ditentukan berdasarkan daerah yang memiliki bandar udara ataupun
pelabuhan laut sebagai pintu gerbang untuk masuk ke daerah wisata tersebut.
2. Aksesibilitas
Menurut Oka.A.Yoeti (1997) aksesibilitas adalah kemudahan dalam mencapai
daerah tujuan wisata baik secara jarak geografis atau kecepatan teknis, serta
tersedianya sarana transportasi ke tempat tujuan tersebut. Bidang keparawisataan

9
sangat erat hubungannya dengan aksesibilitas. Aksesibilitas yang dimaksud
adalah frekuensi penggunaan kendaraan yang dimiliki dapat mempersingkat
waktu dan tenaga serta lebih meringankan biaya perjalanan.
Tamin (2000) mengatakan bahwa indikator aksesibilitas ada tiga yaitu jarak,
waktu, dan biaya. Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya dapat
dikatakan aksesibilitas antara kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya jika
berjauhan aksesibilitas antara keduanya rendah. Apabila antar kedua tempat
memiliki waktu tempuh yang pendek maka dapat dikatakan kedua tempat itu
memiliki aksesibilitas yang tinggi dan sebaliknya. Selain itu, biaya juga dapat
menunjukkan tingkat aksesibilitas, biaya disini dapat merupakan biaya gabungan
yang menggabungkan waktu dan biaya sebagai ukuran untuk hubungan
transportasi
3. Objek dan Daya Tarik Wisata
Objek dan daya tarik wisata adalah kekuatan untuk mendatangkan wisatawan.
Daya tarik merupakan padanan kata dari attraction yang dapat didasarkan pada
adanya objek-objek wisata. Suatu objek mempunyai potensi daya tarik, tetapi
daya tarik tersebut baru terbentuk bila objek ditunjang dengan unsur-unsur lain
seperti aksesibiltas dan fasilitas penunjang. Daya tarik tidak hanya tercipta oleh
suatu objek, sarana dan prasarana wisata pendukung lainnya. Untuk dapat menjadi
suatu daerah tujuan wisata yang dapat menarik minat wisatawan, sebuah objek
wisata yang baik harus memenuhi empat kriteria utama yaitu:
 Something to see, yaitu sesuatu yang menarik untuk dilihat atau dijadikan
tontonan oleh wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tersebut.
Seperti pemandangan laut, pemandangan sunset/sunrise, pemandangan
pantai, pemandangann bawah laut, pertunjukkan seni dan lainnya.
 Something to do, yaitu kegiatan atau atraksi wisata yang dapat dilakukan
oleh wisatawan ketika berkunjung ke suatu objek wisata. Hal ini seperti
berenang, memancing, snorkeling, diving, atau hanya sekedar mengambil
gambar.
 Something to buy, yaitu di tempat tersebut terdapat fasilitas untuk
berbelanja yang pada umumnya barang yang dibeli merupakan ciri khas
atau icon daerah objek wisata yang dikunjungi sehingga dapat dijadikan

1
sebagai oleh-oleh atau cinderamata seperti pempek dari Palembang, pie
susu dari Pulau Bali dan lainnya
 Something to feel, yaitu objek wisata harus mempu memberikan sebuah
perasaan khusus bagi wisatawan yang berkunjung. Perasaan yang berupa
perasaan senang, relax, dan bahagia ketika berada di sebuah objek wisata
yang memberikan sebuah perasaan yang berbeda dengan lingkungan
sehari-hari wisatawan.
4. Sarana dan Prasarana
Menurut Ghani (2015) sarana parawisata adalah segala sesuatu yang melengkapi
dan bertujuan untuk memudahkan proses kegiatan parawisata dapat berjalan
lancar. Sarana terdiri dari fasilitas di atas permukaan tanah yang dilayani oleh
prasarana seperti hotel, resort, rumah makan, pusat perbelanjaan, tempat hiburan,
museum, toko dan sebagainya. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penyediaan
sarana adalah desain dari bangunan. Wisatawan lebih sering tertarik oleh fasilitas
yang dengan arsitektur dengan konsep local wisdom daripada akomodasi modern
yang sering ditemui di daerah asalnya. Hal ini perlu diperhatikan mengingat
wisatawan biasanya mengunjungi suatu tempat yang lingkungannya berbeda
dengan lingkungan hidupnya sehari-hari.
Menurut Suwantoro (2004) Prasarana parawisata adalah sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam
pejalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi,
terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Prasarana juga dikenal dengan istilah
utilitas dan prasarana harus sudah tersedia sebelum sebelum sarananya dibangun.
Akomodasi harus tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan
wisatawan. Pelayanan dan kenyamanan di akomodasi juga harus diperhatikan
karena akan mempengaruhi kegiatan yang utama seperti rekreasi, bisnis dan lain-
lain. Sarana penunjang wisata sangat mendukung kawasan wisata yang
memberikan kemudahan pelayanan bagi wisatawan.

1
2.2 Konsep 4A Parawisata
Daya Tarik Wisata menurut Cooper dkk (1995:81) mengemukakan bahwa
terdapat empat komponen yang harus dimiliki oleh sebuah objek wisata, yaitu
attraction, accessibility, amenity dan ancilliary.
2.2.1 Attraction (Atraksi)
Attraction atau atraksi wisata merupakan komponen yang signifikan dalam
menarik wisatawan. Hal yang membuat suatu daerah dapat menjadi tujuan daerah
wisata adalah jika kondisinya mendukung untuk di kembangkan menjadi sebuah
atraksi wisata. Untuk menemukan potensi keparawisataan di suatu daerah
sebaiknya harus berpedoman terhadap apa yang diinginkan oleh wisatawan.
Modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan dibagi atas tiga jenis, yaitu
1) Natural Resources (alami), 2) Atraksi wisata budaya, dan 3) Atraksi buatan
manusia itu sendiri. modal keparawisataan itu dapat dikembangkan menjadi
atraksi wisata ditempat dimana modal tersebut ditemukan. Adapun modal
keparawisataan yang dapat dikembangkan sehingga dapat membuat wisatawan
stay berhari-hari dan dapat berkali-kali dinikmati, atau bahkan pada kesempatan
lain wisatawan akan memutuskan untuk berkunjung ketempat yang sama.
Keberadaan atraksi menjadi alasan serta motivasi wisatawan untuk mengunjungi
suatu daya tarik wisata. Contohnya Pulau Bali yang menyimpan banyak daya tarik
wisata seperti pemandangan pantai kuta, seni pertunjukkan tari kecak di Uluwatu
dan beberapa patung ikonik.

Gambar 2.1 Atraksi wisata budaya tari kecak di Uluwatu, Bali


Sumber: Shutterstock oleh Aries Hendrick Apriyanto, 2020

1
Gambar diatas menunjukkan atraksi wisata budaya tari kecak di Uluwatu yang
sangat ikonik, menarik dan membuat wisatawan berdatangan. Awalnya tari Kecak
adalah ritual kuno Bali yang disebut sebagai Sanghyang, yang bertujuan untuk
mengusir roh jahat. Namun, seiring berjalannya waktu, tari Kecak semakin
berkembang dan populer. Bukan hanya tari tradisional biasa, tari Kecak
merupakan tarian dan drama musikal khas Bali yang menceritakan pewayangan;
Ramayana. Iringan musik tari Kecak sangat menarik, yaitu dengan perpaduan
musik gamelan tradisional Bali, dan teriakan 50-70 orang penari yang
mengeluarkan suara “Cak! Cak! Cak!”. Tarian makin terasa syahdu, sebab atraksi
wisata di Bali ini biasanya digelar di alam terbuka, di atas tebing yang menghadap
laut, dan saat matahari terbenam. Salah satu tempat terbaik untuk menikmati tari
Kecak adalah di Pura Uluwatu.
2.2.2 Amenity (Amenitas)
Amenity atau amenitas adalah segala macam sarana dan prasarana yang diperlukan
oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang
dimaksud seperti: penginapan, rumah makan, transportasi dan agen perjalanan.
Dengan menggunakan prasarana yang baik dibangunlah sarana parawisata seperti
hotel, atraksi wisata, gedung pertunjukkan dan sebagainya. Adapun prasarana
yang banyak diperlukan untuk pembangunan sarana parawisata yaitu seperti
jaringan jalan, persediaan air bersih, jaringan listrik, jaringan sampah, bandara,
pelabuhan, jaringan telekomunikasi, dan lain sebagainya. Mengingat hubungan
antar sarana dan prasarana sudah jelas bahwa pembangunan prasarana pada
umumnya harus mendahului prasarana. Ada saatnya prasarana dibangun bersama-
sama dalam rangka pembangunan sarana wisata. Suatu tempat atau daerah dapat
berkembang sebagai daerah tujuan wisata apabila aksesibilitasnya baik. Ada
hubungan timbal balik anatar sarana dan prasarana yaitu prasarana merupakan
syarat untuk sarana, dan sebaliknya sarana dapat menyebabkan perbaikan
prasarana. Contoh ketersediaan amenitas yang baik yang bisa kita jumpai yaitu
salah satunya di Pulau Bunaken. Sarana parawisata seperti hotel atau resort sudah
sangat memenuhi kriteria wisatawan pada umumnya. Tidak hanya itu pulau
bunaken juga dilengkapi dengan prasarana yang lengkap.

1
Gambar 2.2 Bunaken Oasis Dive Resort and Spa, Pulau
Bunaken Sumber: Tripadvisor.co.id, diakses pada 25 mei 2021
Alamat web: https://www.tripadvisor.co.id/Hotel_Review-g1071666-d10307120-Reviews-
Bunaken_Oasis_Dive_Resort_and_Spa-Bunaken_Island_Manado_North_Sulawesi_Sulawesi.html

Bunaken Oasis Dive Resort and Spa di Pulau Bunaken adalah salah satu resort
terbaik di Pulau Bunaken. Resort ini dilengkapi dengan fasilitas internet dengan
kecepatan tinggi secara gratis (Wi-fi), kolam renang, transportasi dari dan ke
bandara secara gratis dan berbagai macam fasilitas lainnya.
2.2.3 Accessibility (Aksesibilitas)
Accessibility merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan parawisata.
Segala macam transportasi menjadi akses penting dalam parawisata. Di sisi
lainakses ini diidentikkan dengan transferabilitas, yaitu kemudahan untuk
bergerak dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Jika suatu daerah tidak
tersedia aksesibilitas yang baik seperti bandara, pelabuhan dan jalan raya, maka
tidak aka nada wisatawan yang mempengaruhi perkembangan aksesibilitas di
daerah tersebut. Jika suatu daerah memiliki potensi parawisata, maka harus
disediakan aksesibilitas yang memadai sehingga daerah tersebut dapat dikunjungi.
Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia memiliki banyak
potensi objek dan daya tari wsiata yang baik untuk dikembangkan. Namun,
banyak kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia yang masih belum bisa
dijangkau oleh investor untuk melakukan pembangunan produk wisata. Dilansir
oleh Kompas.com (Agmasari, 2018) mengeluarkan artikel yang berjudul Cara
Mudah dan Murah ke Ubud dari Bandara Ngurah Rai menjelaskan bahwa untuk
menuju ke Ubud tidak sulit. Cara termudah adalah menumpang jasa shuttle bus,
seperti Kura Kura Bus. Transportasi yang terkenal dengan mobil minus bus

1
berwarna hijau-kuning ini memiliki banyak rute di Bali. Kura-Kura Bus umumnya
behenti di titik-titik obyek wisata, mal, restoran, atau toko terkenal di Bali. Ubud
dapat ditempuh selama 90 menit sampai 180 menit perjalanan dari Bandara
Internasional Ngurah Rai. Jika tidak menyewa kendaraan, terdapat alternative
kendaraan umum dan jasa shuttle bus yang dapat mengantarkan wisatawan ke
Ubud. Alternatif ini cocok bagi pelnacong tunggal. Harga tiket sekali perjalanan
ke Ubud Rp 80.000, tetapi jika membeli paket tiket pulang-pergi dihargai Rp
120.000 atau satuan Rp 60.000. Dapat dipakai hanya sampai rentang satu minggu.
Dihitung sejak tanggal perjalanan pergi ke Ubud.

Gambar 2.3 Moda Transportasi Kura-Kura Bus


Sumber: Kura Kura Bus, 2018

2.2.4 Ancillary Service (Pelayanan Tambahan)


Sunaryo (2013) menjelaskan ancillary service lebih kepada ketersediaan sarana
dan fasilitas umum yang digunakan oleh wisatawan yang juga mendukung
terselenggaranya kegiatan wisata seperti bank, ATM, telekomunikasi, rumah sakit
dan sebagainya. Sedangkan Sugiama (2011) menjelaskan bahwa ancillary service
mencakup keberadaan berbagai organisasi untuk memfasilitasi dan mendorong
pengembangan serta pemasaran kepariwisataan destinasi bersangkutan. Ancilliary
juga merupakan hal–hal yang mendukung sebuah kepariwisataan, seperti lembaga
pengelolaan, Tourist Information, Travel Agent dan stakeholder yang berperan
dalam kepariwisataan. Contohnya yang membuat wisatawan di Bali memutuskan
untuk tinggal dalam kurun waktu yang lama karena tersedianya fasilitas mesin

1
kartu atm dan money changer yang tersedia di Pulau Bali. Berikut adalah salah
satu contoh money changer yang ada di Legian, Bali.

Gambar 2.4 Money Changer PT. Dirgahayu Valuta Prima di Legian, Bali
Sumber: Bing.com, 2021

2.3 Importance Performance Analysis (IPA)


Importance Performance Analysis (IPA) adalah sebuah teknik analisis deskriptif
yang diperkenalkan oleh John A. Martilla dan John C. James pada tahun 1977.
Importance Performance Analysis adalah suatu teknik analisis yang digunakan
untuk mengindentifikasi faktor-faktor kinerja penting apa saja yang harus
ditunjukkan oleh suatu organisasi dalam memenuhi kepuasan para pengguna jasa
(konsumen). Dalam konteks penelitian ini, kepuasaan para pengguna jasa yang
dimaksudkan adalah wisatawan.
2.3.1 Mencari Tingkat Kepuasan
Tingkat kesesuaian merupakan hasil perbandingan antara skor kualitas/kinerja
kondisi objek wisata dengan skor harapan berdasarkan tingkat kepentingan
berkunjung, sehingga tingkat kesesuaian yang akan menentukan skala prioritas
yang akan dipakai dalam penanganan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
wisatawan. Rumus untuk mengetahui tingkat kesesuaian adalah sebagai berikut:

1
𝑇𝑘𝑖 = ∑Xi 𝑥 100%
∑Yi

Keterangan :
Tki = Tingkat kepentingan/kesesuaian wisatawan
∑Xi = Skor penilaian kualitas kondisi objek wisata
∑Yi = Skor penilaian kepentingan/kesesuaian

Sesuai dengan pendapat Indriwinangsih dan Sudaryanto dalam Lodhita (2014),


wisatawan dianggap telah memenuhi kepuasan 4A (Attraction, Accessibility,
Amenity dan Ancilliary) di Pulau Karampuang jika mendapat persentase 80%
sampai 100% yang artinya kesesuaian tersebut dapat memenuhi harapan dari
konsumen tapi masih perlu perbaikan lagi. Jika persentase >100% dapat dikatakan
telah melebih harapan konsumen atau sangat memuaskan.
2.3.2 Diagram Kartesius
Diagram kartesius merupakan suatu bangun dibagi atas empat bagian yang
dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik (X,Y) dimana
X merupakan rata-rata tingkat kepuasan wisatawan seluruh faktor atau atribut dan
Y adalah rata-rata dari skor rata-rata tingkat kepentingan/kesesuaian seluruh
faktor yang mempengaruhi kepuasan wisatawan. Diagram kartesius terbagi
menjadi empat kuadran. Untuk menghitung rata-rata penilaian
kepentingan/kesesuaian dan kualitas objek wisata untuk setiap atribut/pernyataan
dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
∑𝑁 𝑋𝑖
𝑋𝑖 = 𝑖=1
𝑘
∑𝑁 𝑌𝑖
𝑌𝑖 = 𝑖=1
𝑘

Keterangan:

𝑋𝑖 = Nilai rata-rata kualitas kondisi objek wisata


𝑌𝑖 = Nilai rata-rata kepentingan/kesesuaian
n = Jumlah atribut/pernyataan

1
Gambar 2.5 Diagram Kartesius
Sumber: Wahyuni, 2014

Berikut adalah penjelasan tentang tiap-tiap kuadran yang ada pada diagram
kartesius:
1. Kuadran I (Concentrate These/Prioritas Utama)
Kuadran ini memuat aspek-aspek yang dianggap penting oleh wisatawan tetapi
pada kenyataannya faktor tersebut belum sesuai dengan harapan wisatawan.
Tingkat kinerja dari aspek tersebut lebih rendah daripada tingkat harapan
wisatawan terhadap aspek tersebut. Aspek yang terdapat dalam kuadran ini harus
lebih ditingkatkan lagi kinerjanya agar dapat memuaskan wisatawan.
2. Kuadran II (Keep Up the Good Work/Pertahankan Prestasi)
Kuadran ini memuat aspek yang memiliki tingkat harapan dan kinerja/kualitas
kondisi objek wisata yang tinggi. Hal ini menunjukan bahwa aspek tersebut
penting dan memiliki kinerja yang tinggi. Dan wajib dipertahankan untuk waktu
selanjutnya karena dianggap sangat penting/diharapkan dan hasilnya sangat
memuaskan.
3. Kuadran III (Low Priority/Prioritas Rendah)
Aspek yang terdapat dalam kuadran ini dianggap kurang penting oleh wisatawan
dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa/biasa saja. Maksudnya
aspek yang terdapat dalam kuadran ini memiliki tingkat kepentingan/harapan yang
rendah dan kinerjanya juga dinilai kurang baik oleh wisatawan. Perbaikan

1
terhadap aspek yang masuk dalam kuadran ini perlu dipertimbangkan kembali
dengan melihat aspek yang mempunyai pengaruh terhadap manfaat yang
dirasakan oleh wisatawan itu besar atau kecil dan juga untuk mencegah aspek
tersebut bergeser ke kuadran I.
4. Kuadran IV (Possible Overkill/Berlebihan)
Kuadran ini aspek memiliki tingkat harapan rendah menurut wisatawan akan
tetapi memiliki kinerja yang baik, sehingga dianggap berlebihan oleh wisatawan.
Hal ini menunjukan bahwa aspek yang mempengaruhi kepuasan wisatawan dinilai
berlebihan dalam pelaksanaannya, hal ini dikarenakan wisatawan menganggap
tidak terlalu penting/kurang diharapkan terhadap adanya aspek tersebut, akan
tetapi pelaksanaanya dilakukan dengan baik sekali.
2.4 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu metode perencanaan strategis untuk mengevaluasi
faktor-faktor yang berpengaruh dalam usaha mencapai tujuan, yaitu kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats), baik itu tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Analisis SWOT
juga merupakan suatu alat untuk mengidentifikasi aspek-aspek di suatu organisasi,
perusahaan ataupun kondisi agar dapat mengarahkan berbagai potensi dan
tantangan yang akan dihadapi. Istilah analisis SWOT seringkali kita temukan
dalam ruang lingkup ekonomi dan bisnis.
Analisis SWOT berperan penting dalam bisnis karena tujuannya untuk membuat
kerangka situasi dan kondisi dalam suatu perusahaan dari sudut pandang SWOT
(Strengths, Weaknesses , Opportunities, Threats). Analisis SWOT melibatkan
identifikasi dari aspek internal dan aspek external untuk menunjukkan
kualitas/kinerja kondisi objek wisata dan merumuskan arahan pengembangan
infrastuktur parawisata di Pulau Karampuang. Aspek internal yang dimaksud
ialah Strengths (S) dan Weaknesses (W), sedangkan aspek external ialah
Opportunities (O) dan Threats (T). Bergantung pada hubungan yang dibentuk
antara kondisi internal dan external, sebuah pilihan dibuat untuk
mengimplementasikan perubahan yang diinginkan atau dibutuhkan dalam perilaku
sistem (Kornoushenko, 2018).

1
Menurut Rais dalam Prawiro (2018) pengertian analisis SWOT adalah metode
analisis yang paling mendasar yang berguna untuk mengetahui topik dan
permasalahan dari empat sisi yang berbeda. Hasil akhir dari analisis ini adalah
arahan atau rekomendasi untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan
peluang yang ada serta mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman.
Sedangkan menurut Rangkuti (2013) analisis SWOT diartikan sebagai analisa
yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Analisis SWOT merupakan salah
satu instrumen analisis lingkungan internal dan eksternal suatu
organisasi/perusahaan yang dikenal luas.
Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Apabila diterapkan secara akurat, asumsi
sederhana ini mempunyai dampak yang besar atas rancangan suatu strategi yang
berhasil (Robinson, 1997).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT merupakan
alat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang berasal dari
internal dan eksternal dari suatu organisasi/perusahaan yang digunakan untuk
mengarahkan berbagai potensi dan tantangan yang akan dihadapi kedepannya.
Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau perusahaan
yang menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman yang dihadapi
organisasi/perusahaan sehingga dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan organisasi/perusahaan. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan
alternatif strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T dan strategi W-T.

Tabel 2.1 Matriks Analisis SWOT


IFAS Kelemahan /Weakness
Kekuatan/Strengths (S)
EFAS (W)
(S-O) Strategi yang (W-O) Strategi yang
Kelemahan/Opportunities menggunakan kekuatan meminimalkan
(O) untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang

2
IFAS Kelemahan/Weakness
Kekuatan/Strengths (S)
EFAS (W)
(S-T) Strategi yang (W-T) Strategi yang
menggunakan kekuatan meminimalkan
Ancaman/Threats (T)
untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman mengghindari ancaman
Sumber: Rangkuti, 2013

2.5 Studi Banding Penelitian


1. Taman Nasional Bunaken, Manado

Gambar 2.6 Taman Nasional Bunaken, Manado


Sumber: Gotravelly.com, 2021

Taman laut nasional Bunaken atau biasa disebut Bunaken merupakan kawasan
yang berada di Manado, Sulawesi Utara. Kawasan ini memiliki keindahan bawah
laut terbesar di indonesia bahkan Asia. Dengan banyaknya spesies biota laut,
membuat Bunaken menjadi tujuan penelitian dari berbagai negara. Bunaken
terkenal dengan taman lautnya yang ditumbuhi oleh berbagai jenis terumbu
karang. Bahkan jenis terumbu karang disini merupakan yang terbanyak dan
terlengkap diseluruh dunia.
a. Accessibility atau Aksesibilitas
Terletak sekitar 1,8 Km dari pusat Kota Manado dengan jarak tempuh 30-40
menit dari Kota manado. Kawasan laut Bunaken menyediakan 3 alternatif jalan
yang bsia ditembuh untuk ke lokasi wisata. Bisa dari pelabuhan Manado, Marina
Nusantara Diving Center, atau dengan Marine Blue Banter. Umumnya orang akan

2
menuju pelabuhan Manado untuk dapat mencarter perahu menuju lokasi selain
harganya yang lebih murah, jaraknya juga tidak telalu jauh dari taman laut
Bunaken.
b. Attraction atau Atraksi Wisata
Hal yang menarik dari Taman Nasional Bunaken adalah pemandangan air laut
biru dengan air jernih dan bersih serta pulau dengan pasir putih, taman bawah laut
yang memanjakan mata menjadi salah satu daya tarik utama dari pulau bunaken
ini. Wisatawan dapat melakukan olahraga air seperti berenang, berperahu
(katamaran), snorkeling dan diving didukung dengan fasilitas lengkap seperti
sarana akomodasi, toko souvenir dan lain lain.
c. Amenity atau Amenitas
Taman Nasional Bunaken dilengkapi dengan fasilitas resort, rumah makan, toko
souvenir, shelter, pondok-pondok, penyewaan perahu atau katamaran, penyewaan
alat selam dan tersedianya dive centre. Jaringan infrastuktur seperti air bersih dan
listrik juga sudah sangat memenuhi kebutuhan wisatawan yang berkunjung ke
Taman Nasional Bunaken, Manado.
d. Ancillary Service atau Pelayanan Tambahan
Tersedianya Balai Taman Nasional Bunaken yang berfungsi sebagai pusat
infromasi tentang pengelolaan dan evaluasi Taman Nasional Bunaken, Manado.
Bagi wisatawan yang ingin melakukan kegiatan penyelaman atau diving di Taman
Nasional Bunaken dapat mengunjungi dive centre yang ada di Taman Nasional
Bunaken, Manado.
2. Ayer Island Resort & Cottage

Gambar 2.7 Ayer Island Resort and Cottage


Sumber: Dinotraveling.com, 2021

2
Ayer Island Resort & Cottage ini merupakan salah satu daerah tujuan wisata pulau
yang terletak di Pulau Seribu tepatnya di kawasan Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Indonesia.
a. Accessibility atau Aksesibilitas
Resort ini dapat dicapai dengan menggunakan kapal yang berangkat dari dermaga
Marina Ancol Jakarta. Adapun pihak pengelola Pulau Ayer Resort telah
menyiapkan armada kapal yang berada di Marina Ancol, Jakarta.
b. Attraction
Kondisi air laut sekitar pulau sendiri masih sama seperti kondisi air laut di Ancol,
sehingga perairan sekitar pulau tidak dapat digunakan untuk snorkeling atau scuba
diving. Namun Terdapat tiga ekosistem utama pembentuk sistem ekologis
kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, yaitu: hutan pantai, hutan
mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Di Pulau Ayer Resort juga
menawarkan cottage dengan langsung pemandangan bebas ke area laut. Jenis
atraksi wisata yang bisa kita lakukan adalah Jetski, Banana Boat, Canoe, dan Surf
Bike.
c. Amenity atau Amenitas
Fasilitas Akomodasi yang ditawarkan oleh Pulau Ayer Resort adalah cottage
dengan pilihan kategori dan lokasi yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas
pendukung. Terdapat 57 unit tipe cottage dan hotel dengan jumlah total 66 kamar.
Fasilitas penunjang antara lain seperti restaurant, meeting room, ruang karaoke,
souvenir shop, drugstore, panggung acara atau ojar stage, taman, jogging track,
children playground, dermaga pancing, swimming pool, dermaga, lapangan
basket, volley pantai. Serta tersedianya fasilitas rekreasi seperti Jetski, Banana
Boat, Canoe, dan Surf Bike. Sumber listrik sebagian besar berasa dari PLN dan
sebagian cottage memanfaatkan solar panel.
d. Ancillary Service atau Pelayanan Tambahan
Pulau Ayer Resort ini dilengkapi dengan pihak pengelolah pulau dan tersedia
beberapa fasilitas umum yang mendukung kegiatan wisata di Pulau Ayer seperti
jogging track, children playground, panggung acara atau ojar stage dan lain
sebagainya.

2
3. Lily Beach Resort and Spa, Maldives

Gambar 2.8 Lily Beach Resort and Spa, Maldives


Sumber: Agoda.com, 2021

Lily Beach Resort and Spa, Maldives terletak di Kepulauan Maladewa yang
dicirikan oleh pulau pohon kelapa dengan pantai putih berkilau, laguna puris, air
jernih, variasi terumbu karang, dan flora-fauna yang berlimpah serta hangatnya
suasan tropis disepanjang tahun. Terletak di jalur pelayaran Samudra Hindia di
Seaway di sekitar anak Benua India. Maladewa menjadi titik pertemuan bagi
Afrika, Arab, Melayu dan Indonesia.
a. Accessibility atau Aksesibilitas
Jarak Lily Beach Resort and Spa dari Bandara Internasional Villa (VAM) sangat
strategis yaitu 23,9 Km dan jarak dari Bandara Internasional Male (MLE) sejauh
87,0 km. Bandara Internasional Villa Maamigili, juga dikenal sebagai Bandara
Maamigili, adalah sebuah bandara di Maladewa. Terletak di pulau Maamigili di
Alif Dhaal Atoll.
b. Attraction atau Atraksi Wisata
Maldives merupakan gugusan pulau kecil yang dimanfaatkan sebagai villa resort
disetiap pulaunya. Beberapa pulaunya tidak berpenghuni dengan kondisi topografi
yang cenderung datar dan dikelilingi oleh pasir putih yang indah sehingga sangat
berpotensi sebagai villa resort dengan konsep Floating Cottage (Villa Panggung).
Beberapa fasilitas rekreasi yang dimiliki Lily Beach Resort yaitu, fitness centre,
tennis court with floodlit, table volleyball, dart, windsurfing, atamaran sailing,
kayanking, sunset fishing, wakerboarding, banana boa.

2
c. Amenity atau Amenitas
Ketersediaan Floating Cottage (Villa Panggung) yang ada disekitar Maldives
membuat wisatawan tertarik untuk menghabiskan waktunya dengan kurun wkatu
yang lama. Tidak hanya itu, beberapa fasilitas penunjang juga yang dimiliki Lily
Beach Resort, Maldives seperti semi-open main restaurant Lily Maa, Pavilions of
the spa, Bar, swimming pool, butik, dan taman bermain anak yang sangat
mendukung kegiatan wisatawan di tempat ini. Lily Beach Resort memberikan
akses jaringan internet secara gratis bagi wisatawan. Adapun sumber listrik
menggunakan solar panel dan fasilitas sistem penyaringan air bersih dengan
memanfaatkan air laut.
d. Ancillary Service atau Pelayanan Tambahan
Di tempat ini terdapat Wedding centre yang dapat digunakan wisatawan yang
memiliki tujuan untuk mengabadikan momen special menikah di tempat ini.
Tidak hanya itu, meeting room juga disediakan tempat ini bagi wisatawan yang
sekedar ingin melakukan pertemuan bisnis atau yang lainnya.

2.6 Penelitian Terdahulu


1. Elinda Anandar Ningtiyas, Stella Alvianna, Syarif Hidayatullah, Dewi
Hermin Sutanto, Abdul Waris (2021) “Analisis Pengaruh Attraction,
Accessibility, Amenity, Ancillary Terhadap Minat Berkunjung Wisatawan
Melalui Loyalitas Wisatawan Sebagai Variabel Mediasi”
Penelitian ini menggambarkan tentang pengaruh komponen parawisata yang
terdiri dari Attraction, Accessibility, Amenity, Ancillary terdahap minat
berkunjung wisatawan San Terra De Laponte Kabupaten Malang melalui loyalitas
wisatawan sebagai variabel mediasi. Persamaan dalam penelitian ini terdapat pada
literature review yang digunakan adalah Konsep 4A. Sedangkan perbedaan dalam
penelitian ini yaitu teknik analisis yang digunakan merupakan deskriptif
kuantitatif yang menggunakan open kuisioner sebagai alat pengumpulan data
namun Konsep 4A digunakan sebagai indikator yang berpengaruh terhadap minat
berkunjung wisatawan dan hal ini berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan
karena Konsep 4A akan digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat
kepuasan wisatawan dan menjadi pertimbangan dalam menentukan arahan
pengembangan infrastuktur parawisata di Pulau Karampuang.

2
2. Sotya Sasongko, Janianton Damanik, Henry Brahmantya (2020) “Prinsip
Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang
untuk Mencapai Parawisata Berkelanjutan”
Penelitian ini bertujuan mengedentifikasi sejauh manakah prinsip ekowisata
bahari diterapkan dalam usaha maupun program pengembangan produk wisata
Karampuang yang meliputi aksesibilitas, atraksi wisata, dan fasilitas wisata.
Selanjutnya, diharapkan aspek-aspek pengembangan yang belum menerapkan
prinsip ekowisata bahari dapat menjadi fokus perhatian untuk program
pengembangannya. Dari judulnya sudah jelas bahwa persamaan dalam penilitian
ini yaitu tentang letak lokasi penelitian dan tujuan yang saman yaitu tentang
arahan pengembangan parawisata Pulau Karampuang. Perbedaan penelitian ini
terletak diteknik analisis yaitu deskriptif kualitatif yang berusaha untuk
memaparkan keadaan pariwisata di Karampuang secara apa adanya dengan
menggunakan Prinsip Ekowisata Bahari sebagai variabel. Sedangkan penelitian
yang akan dilakukan akan teknik analisis IPA (Important Performance Analysis)
dengan menggunakan konsep 4A sebagai variabel penelitian dengan
menggunakan skala likert untuk mengukur kepuasan wisatawan di Pulau
Karampuang.
3. Bram Benjamin, Priyendiswara Agustina Bela (2020) “Penataan
Kawasan Wisata Pulau Pari Dengan Konsep Ecotourism”
Penelitian ini bertujuan untuk mengedentifikasi kondisi eksiting dari lokasi
penelitian dengan menggunakan analisis lokasi, analisis tapak dan penelitian ini
juga bertujuan untuk menemukan konsep penataan kawasan wisata Pulau Pari
dengan Konsep Ecotourism dengan menggunakan analsisis kebijakan, analisis
presepsi dan preferensi. Persaman terletak pada bagian analisis yaitu
mengedentifikasi kepuasan wisatawan terhadap objek dan daya tarik wisata dan
eksisting lokasi penelitian yang merupakan pulau-pulau kecil. Perbedaan dalam
penelitian ini yaitu tidak terdapatnya analisis SWOT di dalam penelitian untuk
menjadi acuan penataan kawasan penelitian. Sedangkan dalam penelitian yang
akan dilakukan menggunakan analisis SWOT dalam menentukan arahan
pengembangan infrastuktur parawisata wilayah penelitian.

2
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Penulis Variable/Faktor Tujuan Penelitian Metode Penlitian Hasil Penelitian Hal yang Diadopsi
Analisis Pengaruh 1. Attraction Untuk mengetahui - Metode yang Atraction, Amenity, - Variabel
penelitian yaitu
Attraction, 2. Accessibility pengaruh Konsep digunakan dalam Acsesibility, dan
Attraction,
Accessibility, 3. Amenity 4A (Attraction, penelitian ini Ancillary tidak Accessibility,
Amenity,
Amenity, Ancillary 4. Ancillary Amenity, adalah metode sepenuhnya
Ancillary atau
Terhadap Minat 5. Minat Accessibility, kuantitatif memberikan Konsep 4A
Parawisata.
Berkunjung Berkunjung Ancillary) terhadap - Teknik Analisis pengaruh terhadap
Wisatawan Melalui 6. Loyalitas minat berkunjung data minat berkunjung
Loyalitas Wisatawan wisatawan melalui menggunakan wisatawan ke
Wisatawan Sebagai loyalitas wisatawan analisis statistic destinasi wisata San
Variabel Mediasi – sebagai variabel deskriptif. Terra de Laponte,
Elinda Anandar mediasi. begitu juga ketika
Ningtiyas, Stella loyalitas wisatawan
Alvianna, Syarif yang tidak bisa
Hidayatullah, Dewi menjadi mediator
Hermin Sutanto, antara Atraction,
Abdul Waris (2021) Amenity,
– Jurnal Media Acsesibility, dan

2
Penulis Variable/Faktor Tujuan Penelitian Metode Penlitian Hasil Penelitian Hal yang Diadopsi
Wisata Vol.19; Ancillary dengan
Nomor 1; ISSN: minat berkunjung
16935969; EISSN: wisatawa penelitian
26858436 ini bertolak
belakang dengan
penelitian yang
dilakukan oleh
Hermawan et al.,
(2019)
Prinsip Ekowisata 1. Prinsip Untuk - Metode Dihasilkan hasil - Hasil pendataan
Bahari dalam Ekowisata mengedentifikasi deskriptif pendataan produk produk wisata
Penegmbangan Bahari sejauh manakah kualitatif wisata karampuang Pulau
Produk Wisata 2. Pengembangan prinsip ekowisata seperti snorkeling Karampuang
Karampuang untuk Produk Wisata bahari diterapkan dan diving, pesisir yang
Mencapai Karampuang dalam usaha pantai, sunset view, menguatkan
Parawisata 3. Parawisata maupun program gua lidah, hutan latar belakang
Berkelanjutan – Berkelanjutan pengembangan kelelawar, sumur penelitian.
Sotya Sasongko, produk wisata tiga rasa. Selain itu
Janianton Damanik, Karampuang yang dalam penelitian ini

2
Penulis Variable/Faktor Tujuan Penelitian Metode Penlitian Hasil Penelitian Hal yang Diadopsi
Henry Brahmantya meliputi dijabarkan
(2020) – Jurnal aksesibilitas, atraksi menegenai
Nasional Parawisata wisata, dan fasilitas pengembangan
Volume 12; Nomor wisata Produk Wisata
2; ISSN Cetak: Pulau Karampuang
1411-9862 dengan Prinsip
Ekowisata Bahari
dan keterkaitan
konsep ekowisata
bahari dalam
mencapai
sustainable tourism
Penataan Kawasan 1. Kawasan Bertujuan untuk - Metode yang Dihasilkan konsep - Metode
Wisata Pulau Pari Wisata Pulau mengedentifikasi digunakan dan rencana yang deskriptif
Dengan Konsep Pari kondisi eksiting adalah metode akan di bentuk di kualitaif
Ecotourism – Bram 2. Konsep Kawasan Wisata deskriptif Kawasan Wisata - Konsep
Benjamin, Ecotourism Pulau Pari dan kualitatif Pulau Pari yang penataan
Priyendiswara untuk menemukan - Analisis disesuaikan dengan kawasan wisata
Agustina Bela konsep penataan kebijakan prinsip tempat Pulau

2
Penulis Variable/Faktor Tujuan Penelitian Metode Penlitian Hasil Penelitian Hal yang Diadopsi
(2020) – Jurnal kawasan wisata - Analisis lokasi wisata ekowisata - Analisis IPA
Stupa Volume 2; Pulau Pari dengan - Analisis tapak seperti prinsip
Nomor 1; ISSN : Konsep Ecotourism. - Analisis konsep konservasi,
2685-5631 ; ESSN: ekowisata partispasi
2685-6263 - Analisis best masyarakat,
practice ekonomi, edukasi,
- Analisis kearifan lokal. Hal
kegiatan wisata ini di dasari dari
penerapan hasil analisis
- Analisis pasar kebijakan, analisis
kebutuhan dan lokasi analysis
keinginan tapak,dan analisis
pengunjung, IPA yang
analisis menyimpulkan
kebutuhan bahwa Kawasan
ruang Wisata Pulau Pari
perlu dilakukannya
penambahan
fasilitas.

3
2.7 Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut ini:

Karampuang memiliki surga bawah laut


1. berupa
Konsepkeaneragaman hayati
4A (Attraction, seperti terumbu karang dan biota laut1.yang
Amenity, eksotik.
Taman Akan Bunaken
Nasional tetapi, kondisi
Manadotersebut belum dimanfaatkan seca
Accesibility, Anciliar) 2. Ayer Island Resort & Cottage,
2. 4 Prinsip pengembangan Pulau Seribu
Parawisata (What to see, What 3. Lily Beach Resort and Spa,
to do, What to buy, What to feel) Maldives

Identifikasi Komponen Parawisata Studi Banding Wisata Pulau dengan


di Pulau Karampuang Saat Ini menggunakan Konsep 4A

Arahan Pengembangan Infrastuktur Penunjang Parawisata Pulau Karampuang

Gambar 2.9 Kerangka Konsep


Sumber: Penulis, 2021

3
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang
bertujuan untuk mengemukakan ide arahan pengembangan infrastuktur penunjang
parawisata Pulau Karampuang dengan menggunakan pendekatan konsep 4A
(Attraction, Accessibility, Amenity, Ancillary Service). Penelitian ini juga
membahas tentang identifikasi komponen parawisata dari konsep 4A (Attraction,
Accessibility, Amenity, Ancillary Service) dan empat prinsip pengembangan
parawisata (what to do, what to see, what to buy, what to feel) yang ada di Pulau
Karampuang. Pembahasan tersebut didapatkan dari hasil survey lokasi penelitian
secara langsung dan hasil pengukuran tingkat kesuaian kualitas kondisi objek
wisata dengan harapan wisatawan berdasarkan konsep 4A. Teknik analisis yang
digunakan adalah analisis Importance Performance Analysis dan analisis SWOT.
Hasil analisis akan disajikan dalam bentuk teks, tabel, dan gambar.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian


Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juli 2021 hingga Agustus 2021,
berlokasi di Pulau Karampuang, Kabupaten Mamuju. Adapun dasar pemilihan
lokasi penelitian karena merupakan kawasan wisata pulau yang kurang optimal
dalam pengembangannya dan olehnya akan diususlkan arahan pengembangan
infrastuktur penunjang parawisata penunjang Pulau Karampuan. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian.

3
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
Sumber: Penulis, 2021

3
3.3 Kebutuhan Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Kebutuhan Data
Pengumpulan data adalah proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Jenis
data yang dibutuhkan terdiri dari data primer yang diperoleh melalui penyebaran
kuesioner secara daring/online berbasis aplikasi Google Form. Selain itu, data
sekunder juga diperlukan dalam penelitian ini dari sumber yang ada dan sifatnya
mendukung keperluan data primer (Sugiyono, 2013). Data sekunder pada
penelitian ini diperoleh dari buku, jurnal, artikel, skripsi, serta putaka lainnya.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan pengumpulan data dalam penelitian ini maka dilakukanlah
pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:
1. Studi Literatur, yaitu teknik pengumpulan data yang berasal dari buku, jurnal,
artikel, skripsi dan tulisan yang relevan dengan tujuan dan objek-objek
penelitian. Data-data yang diperoleh dari hasil studi literature yakni teori
terkait parawisata, konsep 4A (Attraction, Accessibility, Amenity, Ancillary
Service), konsep pengembangan objek wisata (What to see, What to do, What
to buy, What to feel) dan juga studi banding beberapa lokasi wisata pulau yang
ada di Indonesia dan mancanegara.
2. Observasi Lapangan (Survey), yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan
melihat kondisi langsung di Pulau Karampuang, terkait tentang konsep 4A
(Attraction, Accessibility, Amenity, Ancillary Service), konsep pengembangan
objek wisata (What to see, What to do, What to buy, What to feel).
3. Dokumentasi, yaitu mengambil gambar dokumentasi berupa foto-foto
mengenai kodisi fisik Pulau Karmpuang yang akan memperkuat pernyataan
data primer maupun data sekunder yang telah diperoleh.
4. Kuesioner (Angket), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
menggunakann dafta pertanyaan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
variabel yang diteliti. Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner tertutup yang sudah disediakan jawaban yang dapat memberi
kemudahan kepada responden dalam memberikan jawaban.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

3
Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Teknik
Jenis Teknik
No Tujuan Variabel Indikator Pengumpulan Output
Data Analisis
Data

Attraction

Amenity
Konsep 4A
Parawisata Accessibility - Survey/
Ancillary Observasi
Analisis
Mengedintifikasi Service Data Lapangan
Deskriptif Identifikasi Komponen
Komponen What to see Primer dan - Dokumentasi
1. Kualitatif Parawisata Pulau
Parawisata Pulau Data - Pengambilan
What to do dan Karampuang Saat Ini
Karampuang Saat Ini Sekunder data dari
4 Prinsip Kuantitatif
What to buy instansi yang
Pengembangan
terkait.
Parawisata
What to feel

3
Teknik
Jenis Teknik
No Tujuan Variabel Indikator Pengumpulan Output
Data Analisis
Data

Komponen Konsep 4A
Parawisata Parawisata
Pulau 4 Prinsip
Karampuang Pengembangan Analisis
Mengemukakan Ide Saat ini Parawisata - Survey/ Skala Likert
Arahan Attraction Observasi Analisis IPA
Arahan Pengembangan
Pengembangan Amenity Data Lapangan (Important
Konsep 4A Infrastuktur Penunjang
2. Infrastuktur Accessibility Primer dan - Dokumentasi Performanc
Parawisata Parawisata Pulau
Penunjang Ancillary Data - Studi e Analysis)
Karampuang
Parawisata Pulau Service sekunder Literatur dan Analisis
Karampuang What to see - Kuesioner SWOT
4 Prinsip What to do
Pengembangan What to buy
Parawisata
What to feel

Sumber: Penulis, 2021

3
3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Nursalam (2003) populasi adalah keseluruhan dari variabel dari variabel
yang menyangkut masalah yang diteliti. Dalam hal ini populasi yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu wisatawan yang berasal dari Indonesia (Wisatawan
Lokal) dan yang berasal dari luar Indonesia (Wisatawan Internasional). Namun,
dalam pendataannya jumlah populasi yang sudah berkunjung di Wisata Pulau
Karampuang tidak diketahui secara pasti.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipercaya dapat mewakili karakteristik
populasi secara keseluruhan (Sekaran, 2006). Menurut Arikunto (2006) sampel
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Adapun jumlah sampel
yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow, hal ini
dikarenakan jumlah populasi tidak diketahui secara pasti. Berikut rumus
Lameshow:

𝖺
(𝑧 )𝑃(1−𝑃)
2)
n= 𝐸2
Keterangan:
n = Besarnya sampel yang diperlukan
𝖺 𝖺
𝑧 = Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 90% (𝑧 = 1,64)
2 2)

P = Jika nilai p tidak diketahui, maka dapat menggunakan nilai estimasi tertinggi
yaitu p = 0,5
E = Tingkat kepercayaan 90% artinya margin error 10% atau 0,1
Berdasarkan rumus di atas, dapat diketahui jumlah sampel adalah sebagai berikut:
𝖺
(𝑧 )𝑃(1−𝑃)
2)
n= 𝐸2

1,642 . 0,5 (1−0,5)


n= 0,12

2.6896 . 0,25
n= 0,01

n = 67,24 = 70 orang

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability


sampling, dimana teknik pengambilan sampel ini memberikan peluang yang sama

3
39 bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,
2014). Teknik sampel ini meliputi beberapa jenis, sehingga yang digunakan pada
penelitian ini adalah simple random sampling. Menurut Sugiyono (2014) simple
random sampling adalah teknik pengambilan sampel sederhana karena
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi.

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini diuraikan berdasarkan
tujuan penelitian yaitu sebagai berikut:
3.5.1 Tujuan Penelitian Pertama
Tujuan penelitian pertama adalah untuk mengidentifikasi komponen parawisata
yang ada di Pulau Karampuang berdasarkan konsep 4A (Attraction, Accessibility,
Amenity. Ancillary Service) dan 4 Prinsip Pengembangan Parawisata (What to see,
What to do, What to buy, What to feel. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan
observasi lapangan/survey dan mengunjungi instansi yang terkait. Selama
pengumpulan data juga dilakukan dokumentasi dan hasil analisis disajikan dalam
bentuk deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

3.5.2 Tujuan Penelitian Kedua


Tujuan penelitian kedua adalah untuk mengemukakan ide arahan pengembangan
infrastuktur penunjang parawisata Pulau Karampuang melalui pendekatan konsep
4A (Attraction, Accessibility, Amenity, Ancillary Service). Selain itu didalamnya
terdapat 4 prinsip pengembangan parawisata sebagai pedoman dalam penyusunan
arahan pengembangan infrastuktur penunjang parawisata Pulau Karampuang.
Setelah hasil tujuan penelitian pertama didapatkan terkait komponen 4A di Pulau
Karampuang, maka akan dilakukan penyebaran kuisioner dengan menggunakan
skala likert sebagai berikut:

3
Tabel 3.2 Pembobotan Kualitas Komponen Parawisata
Kualitas Kondisi Objek Wisata
Bobot Keterangan
1 Sangat Buruk
2 Buruk
3 Baik
4 Sangat Baik
Sumber: Sugiyono (2012), diolah penulis, 2021

Tabel 3.3 Pembobotan Tingkat Kepentingan/Kesesuaian


Harapan/Tingkat Kepentingan
Bobot Keterangan
1 Sangat Buruk
2 Buruk
3 Baik
4 Sangat Baik
Sumber: Sugiyono (2012), diolah penulis, 2021

Setelah proses interpretasi jawaban responden pada kuesioner ini selanjutnya


digunakan analisis deskriptif untuk menarasikan hasil interpretasi kuesioner yang
akan disajikan dalam bentuk teks dan tabel. Selanjutnya akan dilakukan, teknik
analisis IPA (Importance Performance Analysis) yang bertujuan untuk mengukur
tingkat kesesuaian antara kualitas kondisi objek wisata saat ini dengan harapan
wisatawan berdasarkan tingkat kepentingan objek wisata untuk dikunjungi. Dalam
IPA terdapat 2 perhitungan untuk mencari gap analysis yaitu tingkat kesesuaian
dan diagram kartesius. Dalam metode pengukuran tingkat kesesuaian untuk
mengetahui seberapa besar wisatawan merasa merasa puas terhadap
kualitas/kinerja kondisi objek wisata sesuai dengan harapan wisatawan. Rumus
yang digunakan untuk menghitung tingkat kesesuaian adalah sebagai berikut:

3
𝑇𝑘𝑖 = ∑Xi 𝑥 100%
∑Yi

Keterangan :
Tki = Tingkat kepentingan/kesesuaian wisatawan
∑Xi = Skor penilaian kualitas kondisi objek wisata
∑Yi = Skor penilaian harapan berdasarkan tingkat kepentingan/kesesuaian

Selanjutnya, menghitung skor rata-rata kualitas/kinerja kondisi objek wisata saat


ini dan skor rata-rata harapan berdasarkan tingkat kepentingan berkunjung
wisatawan ke objek-objek wisata yang ada berdasarkan konsep 4A. Nilai-nilai
tersebut diperingkatkan kemudian dikelompokkan menjadi empat bagian kuadran
dalam diagram kartesius. Diagram kartesius merupakan suatu bangun dibagi atas
empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus
pada titik (X,Y) dimana X merupakan skor rata-rata tingkat kepuasan wisatawan
terhadap kualitas/kinerja kondisi objek wisata dan Y adalah skor rata-rata harapan
berdasarkan tingkat kepentingan objek wisata dikunjungi. Untuk menghitung skor
rata-rata kualitas/kinerja objek wisata saat ini dan harapan berdasarkan tingkat
kepentingan objek wisata dikunjungi dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
∑𝑁 𝑋𝑖
𝑋𝑖 = 𝑖=1
𝑘
∑𝑁 𝑌𝑖
𝑌𝑖 = 𝑖=1
𝑘

Keterangan:

𝑋𝑖 = Nilai rata-rata kualitas kondisi objek wisata


𝑌𝑖 = Nilai rata-rata harapan berdasarkan tingkat kepentingan/kesesuaian
n = Jumlah atribut/pernyataan

Selanjutnya nilai 𝑋̿ memotong tegak lurus pada sumbu horizontal, yakni sumbu
yang mencerminkan kualitas/kinerja kondisi objek wisata (X) sedangkan nilai 𝑌̿
memotong tegak lurus pada sumbu vertikal, yakni sumbu yang mencerminkan
harapan berdasarkan tingkat kepentingan/kesesuaian objek wisata berdasarkan
konsep 4A, Kemudian, untuk menyusun strategi pengembangan pariwisata

4
dilakukan analisis SWOT. Analisis SWOT diawali dengan menyusun faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan,
sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Selanjutnya
membuat matriks SWOT, dimana matriks SWOT akan menggambarkan secara
jelas peluang dan ancaman yang akan dihadapi kedepannya sehingga dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang ada. Matriks ini akan
menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O
(Kekuatan-Peluang), strategi W-O (Kelemahan-Peluang), strategi S-T (Kekuatan-
Ancaman), dan strategi W-T (Kelemahan-Ancaman). Berikut tabel 3.4 Matriks
Analisis SWOT.

Tabel 3.4 Matriks Analisis SWOT


IFAS Kelemahan /Weakness
Kekuatan/Strengths (S)
EFAS (W)
(S-O) Strategi yang (W-O) Strategi yang
Kelemahan/Opportunities menggunakan kekuatan meminimalkan
(O) untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang
IFAS Kelemahan/Weakness
Kekuatan/Strengths (S)
EFAS (W)
(S-T) Strategi yang (W-T) Strategi yang
menggunakan kekuatan meminimalkan
Ancaman/Threats (T)
untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman mengghindari ancaman
Sumber: Rangkuti, 2013

3.6 Defenisi Operasional


Penelitian ini memuat beberapa istilah penting yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
1) Objek-Objek Wisata, adalah kumpulan tempat-tempat wisata perkotaan,
kawasan pesisir, dan pulau-pulau kecil yang ada di Kota Makassar dan
merupakan objek penelitian dalam penelitian ini.

4
2) Konsep 4A Parawisata, merupakan komponen yang harus dimiliki oleh
sebuah objek wisata, yaitu attraction, accessibility, amenity dan ancilliary.
3) 4 Prinsip Pengambangan Pariwisata adalah prinsip yang digunakan untuk
mengukur branding pariwisata, terdiri atas something to see/sesuatu yang
dapat dilihat, something to do/sesuatu yang dapat dilakukan, dan something to
buy/sesuatu yang dapat dibeli, something to feel/sesuatu yang dapat dirasakan.
4) Skala Likert, merupakan teknik analisis data yang menggunakan sistem
pembobotan skalaris.
5) Bobot, adalah angka yang diberikan untuk setiap tingkatan kualitas/kinerja
dan harapan berdasarkan tingkat kepentingan berkunjung ke objek wisata.
Bobot yang digunakan untuk mengetahui kualitas/kinerja kondisi objek wisata
mulai dari 1 (sangat buruk), 2 (buruk), 3 (baik), dan 4 (sangat baik).
Sedangkan, bobot untuk mengetahui harapan wisatawan berdasarkan tingkat
kepentingan dimulai dari 1 (tidak penting), 2 (cukup penting), 3 (penting), dan
4 (sangat penting).
6) Rating, adalah skor rata-rata dari bobot yang dipilih responden. Sebagai
contoh, sebanyak 10 responden memilih 4 (sangat baik) untuk kualitas kondisi
objek wisata bahari dan sebanyak 10 responden 3 (penting) untuk
mengunjungi objek wisata bahari. Sehingga diperoleh rating sebesar 3.5.
7) Skor Bobot, adalah perkalian antara bobot dengan rating.
8) Analisis Importance Performance Analysis (IPA) merupakan teknik analisis
yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang membutuhkan
penanganan prioritas utama, faktor yang perlu dipertahankan
kualitas/kinerjanya, faktor yang membutuhkan penanganan prioritas rendah,
dan faktor yang dianggap berlebihan dalam pelaksanaannya.
9) Matriks SWOT, adalah hasil analisis SWOT yang menunjukkan empat
alternatif strategi, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T, dan strategi
W-T

4
3.7 Kerangka Penelitian
Bagian kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini:

Pulau Karampuang merupakan sebuah pulau yang terletak di Desa Karampuang, Kecamatan - Potensi Parawisata akan hilang
Latar
Belaka

Apa saja 4A (Attraction, Amenity, Accesibility, Anciliary) yang


Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Pulau Karampuang memiliki beragam jenis atraksi wisata - Komponen Parawisata masih
Infrastuktur apa yang perlu dikembangkan untuk
dan salahdisatunya
terdapat Pulau Karampuang memiliki surga bawah laut berupa keaneragaman hayati
Pulau Karampuang? belum maksimal
mengoptimalkan
seperti terumbu karang dan biota laut yang eksotik. Akan tetapi, kondisi potensi wisata di
tersebut belum Pulau Karampuang?
- Minta berkunjung wisatawan
dimanfaatkan secara optimal khusunya ketersediaan infrastuktur parawisata yang belum akan menurun

Identifikasi Komponen Parawisata di Pulau Karampuang Ide arahan pengembangan Infrastuktur Penunjang
Pertanya

Saat Ini Parawisata Pulau Karampuang


an

Konsep 4A (Attraction, Amenity, Accesibility, Anciliar) Konsep 4A (Attraction, Amenity, Accesibility, Anciliar)
4 Prinsip pengembangan Parawisata (What to see, What to do, What to buy, What topengembangan
4 Prinsip feel) Parawisata (What to see, What to do, What to buy, Wh
Studi Banding Studi Banding
Tinjau
an

Analisis Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif Analisis Skala Likert, Analisis IPA , Analisis SWOT serta
Analisis deskriptif Kuantitatif-Kualitatif
Metode
Penelitia

Arahan Pengembangan Infrastuktur Penunjang Parawisata Pulau Karampuang 43


n

Gambar 3.2 Kerangka


Penelitian Sumber: Penulis,
2021
Output
Penelitia
n
BAB IV
GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Mamuju


4.2.1 Letak Geografis dan Administrasi
Kabupaten Mamuju terletak di Provinsi Sulawesi Barat pada posisi 10 38’ 110’’ -
2 0 54’ 552’’ Lintang Selatan dan 110 54’ 47’’ – 130 5’ 35’’ Bujur Timur atau
berada di bagian selatan dari garis ekuator atau garis khatulistiwa. Wilayah
Kabupaten Mamuju terletak di Pulau Sulawesi.

 Utara : Kabupaten Mamuju Tengah


 Timur : Provinsi Sulawesi Selatan
 Selatan : Kabupaten Majene, Kabupaten Mamasa dan Provinsi
Sulawesi Selatan
 Barat : Selat Makassar
Kabupaten Mamuju memiliki luas wilayah 4,954,57 Km2 . Hampir seluruh
kecamatan di Kabupaten Mamuju dilintasi oleh sungai dan dengan topografi
pegunungan. Kecamatan Kalumpang merupakan kecamatan terluas dengan luas
wilayah 1.792,55 Km2 atau 36,18 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten
Mamuju, sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Kepulauan Balabalakang
dengan luas wilayah 1,47 km2 atau 0,03 persen dari seluruh luas wilayah.

44
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Mamuju
Sumber: Dokumen RTRW Kabupaten Mamuju

45
4.2.2 Kondisi Kependudukan
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan
Jumlah penduduk Kabupaten Mamuju pada tahun 2019 adalah 293.326 jiwa yang
terdiri atas 148.981 laki-laki dan 144.345 perempuan. Berikut penjelasannya.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Mamuju Berdasarkan Kecamatan Tahun 2019
Laju Pertumbuhan
Kecamatan Penduduk (Jiwa) Penduduk Pertahun 2018-
2019 (%)
Tapalang 21.527 1,75
Tapalang Barat 10.710 1,58
Mamuju 74.866 3,15
Simboro 30.926 2,97
Kepulauan Balabalakang 2.802 1,71
Kalukku 63.427 2,60
Papalang 25.198 1,63
Sampaga 16.324 1,39
Tommo 25.281 2,81
Kalumpang 12.319 1,18
Bonehau 9.946 1,10
Kabupaten Mamuju 293.326 2,42
Sumber: Mamuju Dalam Angka 2020 (BPS)

Jumlah Penduduk Kabupaten Mamuju Pada Tahun 2019 adalah sebanyak 293.326
jiwa . Kecamatan Mamuju merupakan Jumlah Penduduk tertinggi dengan jumlah
74.866 dengan Laju Pertumbuhan 3,15% dan Kecamatan Kepulauan
Balabalakang merupakan Jumlah Penduduk terendah dengan jumlah 2.802 jiwa
dengan Laju Pertumbuhan 1,71 %.

46
Gambar 4.2 Peta DIstribusi Penduduk Kabupaten Mamuju
Sumber: Dokumen RTRW Kabupaten Mamuju

47
4.2.3 Kondisi Topografi
Topografi wilayah Kota Mamuju berupa pesisir hingga pegunungan. Ketinggian
wilayah Kota Mamuju antara 0 sampai >1500 meter di atas permukaan air laut
(Mdpl) dengan titik tertinggi berada di Gunung Adang Batambalo.

Tabel 4.2 Tinggi Wilayah dan Jarak ke Ibukota Kabupaten Menurut Kecamatan di Kabupaten
Mamuju, 2019
Kecamatan Tinggi Wilayah2 (Mdpl) Jarak Ke Ibu Kota (Km2)
Tapalang 0 - 1000 26,00
Tapalang Barat 0 - 500 25,75
Mamuju 0 - 500 2,10
Simboro 0 - 500 6,90
Kepulauan
0 - 500 188,62
Balabalakang
Kalukku 0 - 500 30,51
Papalang 0 - 100 51,90
Sampaga 0 - 500 66,00
Tommo 0 - 97 78,90
Kalumpang 125 - 1500 99,94
Bonehau 200 - 500 81,40
Sumber: Badan perencanaan & Pengembangan (Bappepan) Kab. Mamuju dan Badan Pertanahan
Nasional Kab. Mamuju 2020

Kepulauan Balabalakang merupakan kecamatan yang paling jaraknya paling jauh


ke Ibu Kota yaitu 188,62 Km2 dan Kecamatan Tommo merupakan kecamatan
yang memiliki ketinggian wilayah paling rendah yaitu 0-97 Mdpl.

48
Gambar 4.3 Peta Topografi Kabupaten Mamuju
Sumber: Dokumen RTRW Kabupaten Mamuju

49
4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.2.1 Letak Geografis
Pulau Karampaung dalam bahasa Indonesia berarti bulan. Oleh masyarakat pulau
ini juga disebut pulau buaya karena jika dilihat dari atas berbentuk menyerupai
buaya. Pulau yang didominasi dengan batu karang yang semua isinya dikelilingi
teluk Mamuju ini secara administrasi masuk dalam wilayah Desa Karampuang,
Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Pulau ini
berada di Teluk Mamuju dengan memiliki luas wilayah 6,37 Km2.

Pulau Karampuang secara mayoritas wilayah open access buat masyarakat. Hal
ini karena dari semua wilayah yang ada tidak ditunjuk sebagai kawasan
apapunbaik konservasi, taman nasional, dan lain-lain yang menutup akses
masyarakat kecuali untuk hutan lindung (6 ha).

Topografi Pulau Karampuang berbukit-bukit dangan berbatu dengan asal-susul


genesis yaitu pulau vulkanik. Pemanfaatan lahan yang ada hanya untuk menanam
tanaman tegalan dan perkebunan, seperti singkong dan kakao. Namun umumnya
tutupan lahan yang dominan adalah semak belukar dan pohon-pohon keras (lahan
kering).

Secara terperinci, berdasarkan data Kecamatan Mamuju Dalam Angka (2011)


tutupan lahan pulau dari tegalan 149 ha, pekarangan 33 ha, perkebunan 62 ha dan
hutan 6 ha. Jadi luas total lahan kering yang ada adalah 250 ha. Hal ini terkait
dengan topografi pulau yang memiliki kemiringan lereng lahan yang ada cukup
miring sekitar 8-15%. Sedangkan morfologi pantai yang ada adalah pantai karang
berpasir dan beberapa area bervegetasi mangrove.

4.2.2 Kependudukan, Sosial Budaya dan Kelembagaan

Pulau Karampuang merupakan pulau yang masih masuk dalam kategori rural
dengan sedikit permukiman dan pemanfaatan lahan yang berskala rumah tangga.
Jumlah penduduk di pulau ini mencapai 2.937 jiwa dengan 560 KK sehingga
kepadatan penduduk yaitu 461,07 jiwa/km2.

Adapun komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah 1.506 jiwa laki-
laki dan 1.431 jiwa perempuan. Dari jumlah tersebut didapatkan rasio jenis
kelamin sebesar 105,24 (Kecamatan Mamuju Dalam Angka 2011). Agama yang
dipeluk oleh masyarakat di Pulau Karampuang seluruhnya adalah agama Islam
(100%).

Mayoritas penduduk Pulau Karampuang bermata pencaharian rangkap yaitu


nelayan dan petani. Hal ini adalah bentuk adaptasi dalam mengahadapi perubahan
musim yaitu jika musim angin laut atau sulit menangkap ikan maka masyarakat
akan bercocok tanam, begitu sebaliknya. Selain itu terdapat juga yang berprofesi
sebagai jasa angkutan kapal, pertukangan dan PNS.

5
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Yosef, 2017. Pengembangan Sarana Prasarana Destinasi Pariwisata


Berbasis Budaya di Jawa Barat. Jurnal Parawisata.
Anandar, Elinda et al, 2021. Analisis Pengaruh Attraction, Accessibility,
Amenity, Ancillary Terhadap Minat Berkunjung Wisatawan Melalui
Loyalitas Wisatawan Sebagai Variabel Mediasi. Jurnal Media Wisata.
Malang
Apriyanti, Rehulina, 2014. Pengembangan Kawasan Wisata Air Di Pulau Tidung,
Kepulauan Seribu. Universitas Gunadarma. Depok
Bagus, Ida, 2015. Identifikasi Potensi Wisata Beserta 4a (Attraction, Amenity,
Accessibility, Ancilliary) Di Dusun Sumber Wangi, Desa Pemuteran,
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Universitas Udaya
Benjamin, Bram et al. 2020. Penataan Kawasan Wisata Pulau Pari Dengan
Konsep Ecotourism. Jurnal Stupa
Rangkuti, Freddy, 2013. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT Cara
Perhitungan Bobot, Rating, dan OCAL. Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Ruslan, Rusneni, 2013. Strategi Pengembangan Wisata Bahari Kabupaten
Takalar. Universitas Hasanuddin. Makassar
Karyono, H. 1997. Kepariwisataan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta
Martilla, John Am James, John C. 1977. Importance-Performance Analysis.
Journal of Marketing. diakses pada website:
https://qmc.binus.ac.id/2014/09/28/g-a-p-a-n-a-l-y-s-i-s pada tanggal 10 Juni
2020
Sotya, Sasongko et al. 2020. Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan
Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai Pariwisata Berkelanjutan.
Jurnal Nasional Parawisata
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung,
Alfabeta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung,
Alfabeta
Yustinanigrum, Diah. Pengembangan Wisata Bahari Di Taman Wisata Perairan
Pulau Pieh Dan Laut Sekitarnya. Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai