TUGAS AKHIR
Oleh:
0
KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM
MENINGKATKAN POTENSI SEKTOR PARIWISATA
PESISIR DI KAWASAN WISATA TERINTEGRASI TELUK
LAMPUNG
STUDI KASUS : KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA
DAERAH TELUK PANDAN, KABUPATEN PESAWARAN.
Oleh:
Dinyatakan Lulus
Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota
Lampung Selatan,..................2020
Tim Penguji:
Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T – Pembimbing 1 : ___________
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
Kordinator Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota
i
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi.
Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diakui dalam naskah
ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dalam Skripsi saya ternyata
ditemui duplikasi, jiplakan (plagiat) dari penelitan orang lain/institusi lain maka
saya bersedia menerima sanksi untuk dibatalkan kelulusan saya dan saya bersedia
melepaskan gelar Sarjana Teknik dengan penuh rasa tanggung jawab:
ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Institut Teknologi Sumatera, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : Muhammad Haikal Trinanda
NIM : 22116018
Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurusan : Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan
Jenis Karya : Tugas Akhir
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak Bebas Royalti Non-
ekslusif ini, Institut Teknologi Sumatera berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya maka penyusunan
Skripsi dapat diselesaikan oleh penulis, dengan judul “Tingkat Kesiapan Penerapan
Smart Tourism Dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan
Wisata Terintegrasi Teluk Lampung : Studi Kasus Kawasan Strategis Pariwisata
Daerah Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran”. Skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik berkat bantuan dari beberapa pihak-pihak yang terkait. Oleh karena
itu, penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua dan keluarga penulis yang telah mendukung dan memberikan bantuan
moral dan spiritual dalam pembuatan laporan ini.
2. Ibu Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T. dan Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan
waktu luangnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Bapak Zulqadri Ansar S.T.,M.T dan Yudha Rahman S.T.,M.T selaku dosen
penguji laporan skripsi yang telah memberikan arahan serta masukan mengenai
penyusunan skripsi dan banyak membantu baik di dalam kampus dan di luar
kampus.
4. Ibu Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T.,M.T selaku Ketua Jurusan Teknologi
Infrastruktur dan Kewilayahan Institut Teknologi Sumatera.
5. Bapak dan Ibu Dosen, Karyawan dan Karyawati Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sumatera.
6. Semua pihak Dinas Instansi di Provinsi Lampung dan Kabupaten Pesawaran,
Pengelola Objek Wisata Pantai di Teluk Pandan, dan masyarakat lokal Teluk
Pandan yang telah membantu memberikan data-data dalam pembuatan laporan
ini.
7. Ibu Msy. Liesandriani, S.H., M.H dan ibu Lisdiana yang telah banyak membantu
dalam hal akademik dan mengembangkan softskill di bidang Master of
Ceremony.
8. Semua teman-teman “Ya Kali Gak Kuy” dan “Best Bro” yang telah membuat
hari-hari saya lebih menyenangkan, terima kasih karena kalian selalu
mendukung dan care kepada saya dalam hal apapun.
iv
9. Semua teman-teman “Estetot Real” yang sudah mengotori hari-hari saya dengan
perilaku toxic kalian, walaupun kalian bukan teman murni saya tapi kalian cukup
menghibur disaat yang tepat.
10. Seluruh teman-teman angkatan 2016 Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Kota, Institut Teknologi Sumatera.
Penyusun menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dikarenakan oleh keterbatasan penulis
sebagai manusia biasa. Oleh sebab i tu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna menyempurnakan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun para pembaca laporan.
v
Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir
di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Studi Kasus : Kawasan Strategis Pariwisata
Daerah Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran
Muhammad Haikal Trinanda (22116018)
Pembimbing (Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T. dan Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP)
ABSTRAK
Keunggulan Sektor pariwisata saat ini telah mengalami ekspansi dan diversifikasi
berkelanjutan dibandingkan sektor manufaktur. Dalam pengembangan pariwisata saat ini
berbagai daerah menawarkan pelayanan yang maju dan inovatif melalui penerapan
Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi wisatawan yang sering disebut dengan
Pariwisata cerdas (Smart Tourism). Saat ini penerapan platform Smart Tourism lebih
banyak diterapkan di kawasan wisata kota yang telah memiliki kelengkapan infrastruktur
dasar, sistem transportasi yang baik, ketersediaan infrastruktur Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang memadai, dan sistem pelayanan yang menyeluruh. Hal tersebut tentunya
membuat Konsep Smart Tourism masih sangat jarang diterapkan di kawasan wisata bahari
yang berada di pesisir dan pulau-pulau kecil.
Pada sektor pariwisata Provinsi Lampung memiliki potensi dan daya tarik yang besar
pada kawasan pesisirnya. Dalam pengembangan pariwisata pemerintah Provinsi Lampung
melalui Bappeda memiliki rencana pengembangan Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk
Lampung dan Dinas Pariwisata Provinsi Lampung memiliki tujuan untuk meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Pada penelitian ini
akan mengkaji objek wisata pesisir di wilayah KSPD Teluk Pandan di Kabupaten
Pesawaran. Dalam perkembangannya Wilayah Teluk Pandan telah berkembang sebagai
kawasan perkotaan dengan ketersediaan sarana/prasarana penunjang pariwisata di
Kawasan Teluk Pandan telah terpenuhi. Namun, berdasarkan dari penjelasan pada
dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031, KSDP Teluk Pandan dalam hal
tingkat perkembangan pariwisatanya masih belum setara dengan tingkat perkembangan
wilayahnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kesiapan objek wisata
pesisir Teluk Pandan di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menerapkan
Smart Tourism yang ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar
dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian Deduktif Kualitatif dengan teknik sampling yang
digunakan adalah purposive sampling. Pada penelitian ini data kualitatif yang didapat akan
diproses dengan analisis deduktif, yaitu analisis skoring.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek
wisata pesisir di KSPD Teluk Pandan dinyatakan AGAK SIAP. Kesiapan penerapan Smart
Tourism ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK,
Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Berdasarkan hasil tinjauan
pada seluruh komponen penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk
Pandan yang dikaji dar infrastruktur, fasilitas dan sistem pelayanan menunjukkan hanya
komponen infrastruktur dasar dan TIK yang menunjukan adanya kesiapan, untuk atraksi
dan fasilitas penunjang wisata menunjukkan agak siap, dan untuk komponen trasnportasi
menunjukkan tidak siap dalam penerapan Smart Tourism. Hal tersebut dikarenakan
kuantitas yang belum memadai dan juga TIK yang belum diterapkan dalam pengelolaan
wisata.
vi
The Level of Readliness for the Aplication of Smart Tourism in Increasing the Potential of the
Coastal Tourism sector in Integrated Tourist Area of Lampung Bay. Case Study : Kawasan Strategis
Pariwisata Daerah Teluk Pandan, Pesawaran District.
Muhammad Haikal Trinanda (22116018)
Guiding Lecturer (Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T. and Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP)
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian....................................................... 5
1.3 Tujuan dan Sasaran ............................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan ........................................................................................................ 6
1.3.2 Sasaran ....................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 7
1.4.1 Manfaat Teoritis ......................................................................................... 7
1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup...................................................................................................... 8
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah ............................................................................ 8
1.5.2 Ruang Lingkup Subtansi ............................................................................ 9
1.6 Keaslian Penelitian.............................................................................................. 11
1.7 Kerangka Pikir .................................................................................................... 14
1.8 Metodelogi Penelitian ........................................................................................ 15
1.8.1 Pendekatan Penelitian .............................................................................. 15
1.8.2 Metode Penelitian .................................................................................... 16
1.9 Definisi Operasional ........................................................................................... 17
viii
1.10 Metode Koleksi Data ........................................................................................ 18
1.10.1 Jenis Data ............................................................................................... 18
1.10.2 Kebutuhan Data...................................................................................... 22
1.10.3 Tahap Koleksi Data................................................................................ 25
1.11 Metode Analisis ................................................................................................ 26
1.11.1 Analisis Kualitatif/Induksi .................................................................... 27
1.11.2 Analisis Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek Wisata ........ 29
1.12 Teknik Sampling ............................................................................................... 38
1.13 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 40
BAB II .............................................................................................................................. 43
TINJAUAN PUSTAKA KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM ................. 43
2.1 Tinjauan Umum Pariwisata ................................................................................. 43
2.1.1 Pengertian Pariwisata ............................................................................... 43
2.1.2 Pariwisata sebagai Suatu Sistem .............................................................. 45
2.1.3 Pariwisata dalam Konteks Penataan Ruang ............................................. 53
2.2 Wilayah Pesisir ................................................................................................... 55
2.2.1 Pengertian Wilayah Pesisir ...................................................................... 55
2.2.2 Pariwisata di Kawasan Pesisir.................................................................. 56
2.3 Smart Tourism ..................................................................................................... 60
2.3.1 Smart Tourism Destination ...................................................................... 65
2.3.2 Smart Tourism Tools ............................................................................... 66
2. 4 Preseden Penerapan Smart Tourism ................................................................... 69
2.4.1 Smart Tourism Destination Bali ............................................................. 69
2.4.2 Smart Tourism Semarang ......................................................................... 71
2.4.3 Smart Tourism Danau Toba ..................................................................... 73
2.4.4 Smart Tourism Surakarta ......................................................................... 75
2.5 Sintesa Pustaka.................................................................................................... 77
BAB III............................................................................................................................. 81
GAMBARAN UMUM KAWASAN PESISIR TELUK LAMPUNG ........................ 81
3.1 Gambaran Umum Kawasan Wisata Teluk Lampung.......................................... 81
3.2 Kondisi dan Potensi Wilayah Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung ... 82
ix
3.3 Kondisi dan Potensi Wilayah Teluk Pandan ....................................................... 84
3.2.1 Pantai Queen Arta ................................................................................... 85
3.2.2 Pantai Mutun Asri ................................................................................... 87
3.2.3 Pantai Putra Mutun.................................................................................. 88
3.2.4 Pantai MS Town ..................................................................................... 89
3.2.5 Pantai Mutun Haruna Jaya ...................................................................... 91
3.2.6 Pantai Sari Ringgung .............................................................................. 93
3.2.7 Wisata Hutan Mangrove Petengoran ...................................................... 95
3.2.8 Taman Wisata Dewi Mandapa ................................................................ 96
3.2.9 Pantai Ketapang ...................................................................................... 97
3.2.10 Pantai Kelapa Rapat (Klara) ................................................................. 99
3.4 Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat dan Wisatawan Wisata Pesisir Pantai di
Kecamatan Teluk Pandan........................................................................................ 101
3.4.1 Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Kecamatan
Teluk Pandan .................................................................................................. 101
3.4.2 Kesadaran Terhadap Lingkungan di Objek Wisata Pantai Teluk Pandan
........................................................................................................................ 103
3.5 Rangkuman Karakteristik Wilayah dan Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi
Masyarakat Lokal di KSPD Teluk Pandan ............................................................. 104
3.5.1 Karakteristik Wilayah Objek wisata pesisir di Teluk Pandan ................ 104
3.5.2 Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Teluk Pandan
........................................................................................................................ 106
x
4.3 Atraksi di Objek wisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung
................................................................................................................................ 156
4.4 Tingkat Kesiapan Sub Variabel Penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan
................................................................................................................................ 160
4.4.1 Kesiapan Infrastruktur Dasar dan TIK ................................................... 161
4.4.2 Kesiapan Transportasi ............................................................................ 171
4.4.3 Kesiapan Atraksi Wisata ........................................................................ 173
4.4.4 Kesiapan Fasilitas Penunjang Pariwisata ............................................... 176
4.5 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek wisata pesisir di Teluk
Pandan. .................................................................................................................... 180
4.6 Kluster Tingkat Kesiapan Objek Wisata dalam Penerapan Smart Tourism di KSPD
Teluk Pandan .......................................................................................................... 183
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
Gambar 4. 23 Air Bersih di Objek Wisata Pantai Putra Mutun ...................................... 130
Gambar 4. 24 Air Bersih di Objek Wisata Pantai MS Town .......................................... 131
Gambar 4. 25 Air Bersih di Pantai Mutun Haruna Jaya ................................................. 132
Gambar 4. 26 Air Bersih di Pantai Sari Ringgung .......................................................... 133
Gambar 4. 27 Air Bersih di Objek Wisata Hutan Mangrove Petengora ......................... 133
Gambar 4. 28 Air Bersih di Objek Wisata Dewi Mandapa............................................. 134
Gambar 4. 29 Air Bersih di Pantai Ketapang.................................................................. 135
Gambar 4. 30 Air Bersih di Pantai Kelapa Rapat ........................................................... 135
Gambar 4. 31 Ketersedian Jaringan Listrik .................................................................... 137
Gambar 4. 32 Pengelolaan Sampah ................................................................................ 140
Gambar 4. 33 Saluran Drainase ...................................................................................... 141
Gambar 4. 34 Sanitasi ..................................................................................................... 142
Gambar 4. 35 Infrastruktur Telekomunikasi ................................................................... 145
Gambar 4. 36 Peta Persebaran BTS di Kecamatan Teluk Pandan .................................. 146
Gambar 4. 37 Aplikasi Pariwisata Lampung dan Jenis Informasi yang Disediakan ...... 147
Gambar 4. 38 Angkuan Umum Darat di Kawasan Objek Wisata Teluk Pandan............ 154
Gambar 4. 39 Transportasi Laut di Kawasan Objek Wisata ........................................... 155
Gambar 4. 40 Peta Atraksi Wisata Alam di Teluk Pandan ............................................. 157
Gambar 4. 41 Bagan Analisis Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism.................. 160
Gambar 5.1 Bagan Penelitian Lanjutan Terkait Sustainable Smart Coastal Tourism
..........................................................................................................................................199
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dalam pengembangan kawasan objek wisata ini karena dirasakan masih kurang
dapat bersaing dengan kawasan wisata lain di sekitarnya dan juga beberapa objek
wisata masih belum dikembangkan serta tidak tersedia fasilitas yang memadai.
Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan agar dapat
mengetahui tingkat kesiapan destinasi wisata pesisir di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung dalam menerapkan Smart Tourism yang ditinjau dari
ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi,
Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Melalui penerapan konsep Smart
Tourism ini nantinya diharapkan mampu meningkatkan nilai jual pariwisata,
memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk mengakses informasi,
meningkatkan kualitas pelayanan wisata, dan memperluas pasar pariwisata hingga
berskala internasional.
1.3.2 Sasaran
Sasaran yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Merumuskan elemen, indikator dan variabel Smart Tourism yang akan
diterapkan pada destinasi wisata pesisir yang memiliki karakteristik, potensi
dan masalah yang berbeda berdasarkan teori dan preseden.
2. Mengidentifikasi karakteristik wilayah objek wisata dan karakteristik sosial
budaya serta ekonomi masyarakat pesisir di Teluk Pandan dalam menunjang
penerapan Smart Tourism.
3. Mengidentifikasi ketersediaan infrastruktur, fasilitas pariwisata dan sistem
pelayanan dalam penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di
Teluk Pandan ditinjau dari jumlah, kualitas pelayanan dan penerapan
teknologi.
4. Mengukur tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata
pesisir di Teluk Pandan.
Saat ini sektor pariwisata mendapatkan berbagai kemudahan pada Era baru TIK
dalam proses pengembangannya salah satunya, yaitu melalui penerapan Smart
Tourism. Pada Smart Tourism terdapat dua elemen utama dalam penerapannya,
yaitu Smart Tourism Destination dan Smart Tourism Tools. Smart Tourism
Destination merupakan inisiasi untuk meningkatkan pengalaman pariwisata,
meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya dan memaksimalkan daya saing,
khusunya untuk meningkatkan kepuasan konsumen saat mengimplementasikan
aspek keberlanjutan daerah tujuan wisata (Buhalis & Amaranggana, 2013).
Sedangkan, Smart Tourism Tools menjadi instrumen dalam industri pariwisata
untuk pengembangan destinasi wisata dengan meningkatkan kualitas pelayanan dan
kemudahan informasi dalam melakukan kegaiatan wisata. Menurut Piu Liu dan
Yuan Liu (dalam Farania, et al 2017), Smart Tourism erat kaitannya dengan Smart
City, karena dalam pengembangan konsep Smart Tourism didasari dari adanya
konsep Smart City terlebih dahulu yang bergantung pada infrastruktur dan
penguatan keterkaitan setiap sub-sistem pada kota cerdas. Oleh karena itu, dalam
penerapan platform Smart Tourism, penting adanya ketersediaan infrastruktur
(dasar dan TIK) dan fasilitas penunjang wisata, potensi atraksi wisata yang dapat
dikembangkan, kesiapan stakeholder pariwisata, ketersediaan moda transportasi
umum dan pemahaman penggunaan TIK bagi masyarakat sebagai
pengguna/pengelola.
Pada penelitian ini fokus penelitian akan di batasi, untuk bagian Smart Tourism
Destination lingkup subtansi yang akan dibahas terkait dengan kesiapan yang
ditinjau dari ketersediaan dan kualitas dari infrastruktur dasar, Moda Transportasi,
dan Fasilitas Penunjang Wisata. Sedangkan, untuk bagian Smart Tourism Tools
penelitian ini akan fokus pada ketersediaan infrastruktur TIK, aplikasi pariwisata,
dan juga penggunaan Big Data. Selanjutnya, untuk komponen pariwisata di
kawasan pesisir pada penelitian ini akan dibahas terkait dengan atraksi wisata alam
dan atraksi wisata buatan.
Untuk mengetahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata
pesisir di Teluk Pandan akan dikaji berdasarkan komponen Smart Tourism dari
11
aspek infrastruktur, fasilitas dan sistem pelayanan. Untuk itu dalam penelitian yang
akan dikaji meliputi :
1. Ketersediaan dan kualitas infrasruktur dasar (Transportasi, penyediaan air
bersih, jaringan listrik, dan sistem pengolahan limbah) dan infrastruktur TIK
(BTS dan aplikasi pariwisata).
2. Transporatsi (Ketersediaan moda transportasi umum).
3. Atraksi wisata (wisata alam da wisata buatan).
4. Fasilitas penunjang wisata (Keamanan, akomodasi, rumah makan,
perdagangan, kesehatan, kamar mandi, parkir, periadatan, ATM dan
informasi)
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya, yaitu peneliti
akan mengkaji terkait Smart Tourism di Objek wisata pesisir. Dalam penerapannya
yang berkaitan dengan kelengkapan infrastruktur dasar, sistem transportasi yang
baik, ketersediaan infrastruktur dan pelayanan TIK yang memadai, serta sistem
13
pelayanan yang menyeluruh membuat penerapan Smart Tourism hingga saat ini
lebih dominan diterapkan pada pengembangan pariwisata di kawasan perkotaan.
Sedangkan, bagaimana dengan penerapan Smart Tourism di destinasi wisata
pesisir?. Hal inilah yang akan menjadi fokus pada penelitian ini, yaitu mengenai
kawasan objek wisata pesisir yang memiliki potensi pariwisata yang besar tetapi
memiliki masalah pada pelayanan moda transportasi, pengemasan produk wisata,
minimnya jaringan internet dan kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi.
Hasil akhir yang nantinya diharapkan adanya kesesuaian elemen Smart Tourism
yang dapat diterapkan di objek wisata pesisir yang dalam proses berkembang,
sehingga penerapan Smart Tourism dapat meningkatkan nilai jual pariwisata,
memudahkan pengunjung dalam melakukan pergerakan (mobilitas), mengakses
informasi, dan memudahkan mendapatkan kebutuhan lain dalam aktivitas wisata
serta dapat memperluas pasar pariwisata hingga berskala internasional.
14
Jarangnya Penerapan Konsep Smart Tourism di Ketersediaan Infrastruktur Dasar dan TIK Pariwisata
Destinasi Wisata Pesisir Pantai
Perlu Adanya Pengkajian untuk mengetahui tigkat kesiapan penerapan Konsep Smart Tourism dalam
Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir Pantai Teluk Pandan agar mampu memperluasan pasar
pariwisata, meningkatkan nilai jual, peningkatan kualitas pelayanan berskala internasional.
Rumusan Smart Tourism lebih cenderung diterapkan di wisata perkotaan dan untuk di wisata pesisir pantai masih jarang.
Masalah Infrastruktur yang kurang memadai dan penerapan TIK yang masih minim membuat perlunya pengkajian dan
penyesuaian dalam penerapan Smart Tourism untuk meningkatkan potensi dan nilai jual pariwisata pesisir pantai
Teluk Lampung
Bagaimana tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism yang dapat meningkatkan potensi pariwisata
Pertanyaan
Penelitian pesisir di Teluk Pandan ?”.
\
Observasi, In-depth Interview, dan Observasi dan Kajian dokumen Kajian Literatur
kajian dokumen
Karakteristik Wilayah,Sosial Budaya Ketersediaan Infrastruktur Dasar dan Elemen, Variabel, Indikator
dan Ekonomi di Kawasan Wisata TIK,Transportasi, Atraksi Wisata, dan
Terintegrasi Teluk Lampung Fasilitas Penunjang Wisata
Penerapan Smart Tourism pada
wisata pesisir pantai
Analisis Induksi :
1. Kategori
2. Abstarksi
3. Reduksi Eidetic
Analisis Analisis Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dengan Metode Skoring
Output Tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada destinasi wisata pesisir pantai di Teluk Pandan
Sumber : Analisis Peneliti, 2019 Kesimpulan dan Rekomendasi GAMBAR 1. 3 KERANGKA PIKIR
15
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, penelitian kualitatif
merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Dalam hal ini peneliti
berperan sebagai instrument kunci dengan teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), dengan menjadikan teori sebagai alat yang akan diuji
ke lapangan. Dalam penelitian deduktif kualitatif ini menggunakan data yang pasti.
Kita ketahui bahwa data yang pasti dalam penelitian ini ialah data real atau data
yang sesuai dengan kondisi sebenarnya, bukan hanya data yang terucap dan terlihat
tetapi juga data yang memiliki makna dibalik data yang terucap dan terlihat
tersebut. Data didapatkan dari hasil observasi langsung, wawancara mendalam, dan
juga kajian literatur serta dokumen terkait. Data kualitatif yang didapat akan
diproses dengan analisis deduktif.
secara kualitatif melalui 3 tahapan, yaitu kategorisasi, abstraksi dan reduksi eidetik.
Kemudian masuk pada tahapan pengolahan data hasil analisi kualitatif menjadi data
deduktif dengan proses analisis menggunakan teknik skoring untuk mengetahui
tingkat kesiapan pada tiap sub variabel Smart Tourism berdasarkan kondisi
eksisting yang dibandingkan dengan teori, standar dan preseden pada penelitian ini.
c. Kajian Dokumen
Kajian Dokumen dilakukan dengan mengkaji berbagai data yang telah
diperoleh dari kajian literatur yang bersumber dari buku, jurnal maupun internet
dan media masa yang memiliki keterkaitan dengan kebutuhan data penelitian.
Kajian dokumen dapat mempermudah untuk menyusun pertanyaan dalam
penelitian ini. Keseluruhan kajian literatur yang dikumpulkan memiliki
hubungan dengan tema utama yaitu Smart Tourism, Smart Destination dan
Smart Tools.
Dimensi Teknik
No Smart Variabel Sub Variabel Operaional Jenis Data Pengumpulan
Tourism Data
Dimensi Teknik
No Smart Variabel Sub Variabel Operaional Jenis Data Pengumpulan
Tourism Data
Terintegrasi 3. Kondisi sosial ekonomi
Teluk masyarakat dan peluang
Lampung ekonomi yang
dimanfaatkan masyarakat
4. Pengunaan teknologi
dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat
Smart Infrastruktur 1. Kondisi dan Kualitas
Destination Dasar Transportasi (Jalan,
Dermaga, Moda
Transportasi)
2. Sumber dan Kualitas Pengkajian
Primer dan
Penyediaan Air Bersih Dokumen dan
Sekunder
Observasi
3. Kualitas Pelayanan
Jaringan Listrik
4. Sistem Pengolahan
Limbah
Atraksi 1. Ketersediaan TIK untuk Pengkajian
mendukung attraksi Primer dan Dokumen,
2. Kualitas Pelayanan Sekunder Observasi dan
Atraksi Wisata Wawancara
Dimensi Teknik
No Smart Variabel Sub Variabel Operaional Jenis Data Pengumpulan
Tourism Data
Fasilitas Kamar
Mandi/Toilet
7. Ketersediaan dan
Penerapan Teknologi pada
Fasilitas Parkir
8. Ketersediaan Fasilitas
Ibadah
9. Ketersediaan dan
Penerapan Teknologi pada
Fasilitas Perbankan/ATM
10. Ketersediaan dan
Penerapan Teknologi pada
Fasilitas Informasi dan
Pelayanan Pariwisata
Smart Tools Sistem Big 1. Sistem Pengelolaan data Primer dan Pengkajian
Data pariwisata saat ini Sekunder Dokume dan
Wawancara
1. Grand Tour
Grand tour atau observasi awal merupakan langkah yang dilakukan untuk
menemukan berbagai informasi awal yang unik dan menarik sehingga dapat
dijadikan sebagai indikasi temuan. Pada observasi awal peneliti dapat
memperoleh berbagai informasi terkait gambaran umum secara menyeluruh
tentang karakteristik wilayah dan sosial budaya masyarakat.
2. Debriefing
Debriefing merupakan tahapan dimana peneliti mengelompokan unit-unit
informasi yang telah didapatkan pada tahap grand tour. Unit-unit informasi yang
ada kemudian dikelompokan menjadi tema-tema empiris yang berkaitan dengan
penelitian.
3. Mini Tour
Mini tour merupakan tahapan koleksi data yang merupakan kegiatan observasi
yang dilakukan peneliti dengan mempersempit fokus pada aspek tertentu. Pada
tahap ini peneliti akan melakukan analisis karakteristik wilayah, karakteristik
masyarakat dan mengacu pada variabel penelitian terkait Smart Tourism.
Teori, Standar, dan Preseden
Smart Tourissm 26
Variabel-Variabel Penelitian
- Kategorisasi
- Abstraksi
- Reduksi Eidetic
Karakteristik Wilayah Objek Karakteristik Sosial Budaya Ketersedian dan Kualitas Moda Transportasi dalam
dan Ekonomi Masyarakat Atraksi di Objek Wisata Fasilitas Pendukung Wisata
Wisata Infrastruktur Dasar dan TIK kemudahan akses
Lokal
Jika hasil skoring variabel : Jika hasil skoring variabel ; Jika hasil skoring variabel ;
Penilaian Variabel :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)
Jaringan Listrik Sumber Listrik : Kawasan objek wisata Penilaian Sub Variabel :
Jaringan terlayani listrik SIAP (3 Point) : Jika terlayani
Listrik PLN/Diesel/pembangkit listrik. listrik
AGAK SIAP (2 Point) :
Menggunakan Diesel
TIDAK SIAP (1 Point): Jika
tidak terlayani listrik
32
Penilaian Variabel :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)
Sistem Pengolahan Prasana, a. Sampah : Penilaian Sub Variabel :
Limbah sarana dan 1. Tempat sampah terpadu SIAP (3 Point): Jika 3 standar
pengelolaan dipisahkan menjadi 4 (empat) terpenuhi ,
persampahan bagian, yaitu organik, non AGAK SIAP (2 Point) : Jika 2
organik, botol kaca, botol dan Standar Terpenuhi,
gelas plastik serta bahan plastik TIDAK SIAP (1 Point): Jika 1
lainnya; standar hingga tidak ada yang
2. Menerapkan konsep 4R, yaitu terpenuhi
reduce (mengurangi), reuse
(memakai kembali), recycle Penilaian Variabel :
(mendaur ulang) dan replace SIAP : 3 (20,33-30)
(mengganti). AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)
3. Tempat sampah di setiap Gerai
dengan pengolahan limbah
buangan dan penampungan
limbah minyak goreng.
Ketersediaan b. Drainase : Drainase atau Penilaian Sub Variabel :
drainase dan saluran pembuangan air lengkap SIAP (3 Point) : Jika tersedia
sistem dengan proses pemeliharaan terdapat proses pemeliharaan
pengelolaan sebelum dibuang ke saluran kota. sebelumnya dan
33
Penilaian Variabel :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66
Ssitem c. Sanitasi : Fasilitas septic tank Penilaian Sub Variabel :
Pengelolaan pada masing-masing Kepala SIAP (3 Point): Tersedia Septic
Sanitasi Keluarga (KK) dan pada kawasan tank Komunal,
pesisir pengembangan jamban AGAK SIAP (2 Point):
komunal. Septictank Induvidu,
Tidak Siap (1 Point):
Tidak memiliki septictank
Penilaian Variabel :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66
Telekomunikasi BTS dan Indikator ketersediaan dan Penilaian Sub Variabel :
aplikasi pelayanan telekomunikasi : SIAP (3 Point): Jika 3-4 standar
terkait 1. Memiliki BTS dan radius tersebut terpenuhi,
kemudahan pelayanan hingga ke kawasan AGAK SIAP (2 Point): Jika 2
mengakses objek wisata; standar terpenuhi,
34
Pada analisis ini merupakan analisis lanjutan yang menggunakan teknik skoring
dengan cara mengakumulasikan skor kemudian dinilai hasil kesiapan tiap variabel
sesuai langkah-langkah berikut:
Analisis kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk
Pandan dilakukan melalui hasil dari analisis skoring kesiapan variabel Smart
Tourism dengan bobot tiap variabelnya dan hasil perhitungan tersebut kemudian
diakumulasi. Ketentuan kategori tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism
digunakan rumus interval sebagai berikut:
waktu. Dalam penelitian ini akan diambil sampel dari populasi yang benar-benar
dapat merepresentasikan berbagai hal yang diperlukan dari populasi dengan fokus
penelitian lebih ditekankan pada informasi dari informan yang lebih bermanfaat
sesuai tujuan penelitian.
Dalam penelitian kualitatif ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Purposive sampling merupakan teknik sampling yang bersifat non
random sampling dengan memilih informan dengan ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan penelitian dari dianggap menguasai masalah yang diteliti, sehingga
dapat menjawab permasalahan dalam penelitian. Menurut Creswell (2014) terdapat
16 strategi sampling yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif dan untuk
penelitian kali ini teknik yang dipilih, yaitu Variasi Maksimum. Creswell
menyatakan bahwa sampling variasi maksimum merupakan pendekatan yang
populer dalam studi kualitatif cocok menggunakan teknik sampling maximum
variation dengan tujuan utamanya untuk mendokumentasikan variasi dari beragam
individu atau suatu tempat dengan berdasarkan ciri-ciri khusus yang digunakan
untuk mengidentifikasi pola umum yang bersumber dari berbagai informan yang
paham dan dapat menjawab berbagai masalah terkait penelitian. Sampel maximum
variation memilih beberapa orang tertentu sebagai informan kunci untuk
mendapatkan gambaran kasus atau fenomena secara mendalam. Terkait dengan
informasi mendalam yang dibutuhkan maka, akan dicari dari informan kunci (key
informan) pada penelitian mengenai Penerapan Smart Tourism dalam
Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisr Pantai Di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung. Berikut ini adalah kriteria sebagai informan untuk
wawancara yang terdapat pada berikut ini:
Kategori
No Informasi
Informan
1. Informasi kepariwisataan terkait Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk
Lampung
Instansi 2. Rencana, Program dan Strategi pengembangan Pariwisata di Teluk
1.
Pemerintah Lampung
3. Penerapan teknologi dalam pengelolaan pariwisata
40
Kategori
No Informasi
Informan
4. Bentuk dukungan dan kemitraan pemerintah dalam mewujudkan
pengembangan sektor pariwisata
5. Penyediaan Infrastruktur dan faslitas pendukung pariwisata
1. Karakteristik Masyarakat lokal destinasi wisata di Kawasan Wisata
Terintegrasi
2. Peran Masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata
3. Penggunaan teknologi dan internet dalam pariwisata
Masyarakat 4. Tradisi dan budaya unik masyarakat pesisir yang dapat menjadi daya
2. tarik
lokal
5. Dampak pengembangan pariwisata terhadap kebudayaan dan ekonomi
lokal
6. Inovasi dan kreativitas masyarakat lokal
7. kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi
1. Strategi pelaku usaha melihat peluang
2. Dampak ekonomi yang diterima dari pengembangan pariwisata
Pelaku
3. 3. Penerapan teknologi dalam pemasaran produk
Usaha
4. Alasan menerapkan dan tidak menerapkan teknologi
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas Tema dalam Penelilitian Skripsi yaitu
Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan
Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi
Teluk Lampung yang meliputi latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan sasaran, manfaat teoritis dan manfaat praktikan, ruang
lingkup penelitian yang mencakup ruang lingkup wilayah studi dan
ruang lingkup materi, keaslian penelitian, dan kerangka pikir serta
Metode Penelitian yang menjelaskan mengenai pendekatan
penelitian, objek penelitian, definisi operasional, metode
pengumpulan data, teknik analisis data dan kerangka analisis.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
41
43
44
datang. Menurut Cooper dkk (1995) dalam Ripparda Provinsi Lampung 2010-2025,
mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh
sebuah objek wisata, yaitu :
1. Attraction (Daya Tarik). Merujuk kepada daya tarik yang dimiliki sebuah
tempat wisata yang menjadi faktor penarik wisatawan untuk berwisata objek
wisata tersebut. Daerah tujuan wisata pada dasarnya memiliki daya tarik wisata
yang baik daya tarik berupa alam, buatan manusia, dan atraksi hibrid atau
campuran antara alam dan buatan manusia. Atraksi alam biasanya berupa
pantai, gunung, sungai, air terjun, dan lain-lain. Atraksi buatan manusia
diantaranya berupa museum, taman, event, pameran, festival, dan lain-lain.
Sedangkan untuk atraksi campuran antara alam dan buatan manusia berupa di
lokasi pantai di bangun water boom, taman, spot foto, dan lain-lain.
2. Accesibility (aksesibilitas). Accesability dimaksudkan terkait dengan cara
wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan mudah berpindah dalam
mencapai tujuan ke tempat wisata. Dalam aktivitas paiwisata akses di Indonesia
sudah lumayan baik di beberapa tempat namun masih ada yang kurang baik dan
belum menunjang akses pariwisata terutama di daerah pedesaan dan kawasan
pesisir. Akses yang baik dapat menunjang akomodasi, karena akomodasi yang
mudah didapatkan oleh wisatawan dapat memenuhi apa yang diinginkan
wisatawan, serta aksesibilitas yang baik akan mempermudah wisatawan dalam
melakukan aktivitas wisata dan melakukan perpindahan ke tempat wisata
lainnya.
3. Amenities (fasilitas). Amenities menjadi salah satu unsur penting yang harus
dimiliki daerah tujuan wisata agar wisatawan dapat nyaman dan tinggal lebih
lama di salah satu objek wisata. Akomodasi dasar yang harus dimiliki tempat
wisata adalah hotel dan restoran yang mudah dijangkau dan dalam kondisi baik,
serta bisa memenuhi apa yang wisatawan inginkan selama berada di objek
wisata yang dikunjunginya.
4. Ancillary (kelembagaan). Adanya lembaga pariwisata mampu menunjang
terlaksananya dan berjalannya suatu aktivitas pariwisata, wisatawan akan
semakin sering mengunjungi dan mencari daerah tujuan wisata apabila di
45
1. a set of element
2. The set of relationship between the element
3. The set relationship those element and environment
Dengan adanya komponen penting pariwisata inilah yang akan menghasilkan
suatu sistem yang saling satu sama lain. Sistem pariwisata menurut Leiper (2004
dalam Rahman 2015) menyatakan tentang sifat sistem terbuka dalam pariwisata.
Leiper menjelaskan didalam Sistem Pariwisata lingkungan juga memiliki peranan
untuk berinteraksi dan memiliki pengaruh terhadap elemen-elemen di dalam sistem
tersebut. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa aspek-aspek fisik, budaya,
sosial, ekonomi, politik, hukum, dan teknologi yang menjadi unsur pembentuk
pariwisata, namun pada kondisi tertentu juga dipengaruhi oleh pariwisata. Secara
sederhana berikut gambar Sistem Pariwisata yang dikemukan oleh Lepier (2004
dalam Rahman 2015) :
dan prasaran di suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai faktor yang sangat
menunjang berbagai aktivitas wisata yang akan dilakukan di obyek wisata tersebut.
Menurut Oka A. Yoeti (2007) pelayanan dalam pariwisata sangat diperlukan untuk
mendukung dari pengembangan obyek wisata. Pelayanan berupa Prasarana
kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana
kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan
pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam seperti
sarana akomodasi, sebagai tempat untuk beristirahat atau menginap di daerah tujuan
wisata. Macam-macam tempat menginap tersebut diantaranya hotel, penginapan,
cottage dan pondok wisata. Akomodasi merupakan sarana yang menyediakan jasa
pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum
serta jasa lainnya.
Dalam sistem pariwisata, peran dari stakeholder sangatlah penting dalam
menjalakan sebuah sistem pariwisata yang besar dan kompleks. Secara umum,
stakeholder dalam sistem pariwisata dikelompokkan menjai 3 pilar utama, yaitu
1) Masyarakat yang dalam hal ini ialah masyarakat umum yang berada di
kawasan destinasi wisata, sebagai pemilik dari salah satu sumber daya
seperti kebudayaan yang mampu memberikan daya tarik tersendiri bagi
wisatawan.
2) Swasta merupakan asosiasi usaha dalam industri pariwisata dan para
pengusaha yang ikut berperan dalam penyediaan berbagai fasilitas
pendukung pariwisata dan berbagai hal lainnya.
3) Pemerintah terkait pada berbagai wilayah administrasi dari desstinasi
wisata, terdiri dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan
seterusnya.
Penyelenggaraan sistem pariwisata dapat terwujud dan berjalan dengan baik
apabila setiap stakeholder mampu bersinergis dan saling mendukung satu sama
lainnya dalam menjalankan dan mengembangkan pariwisata yang unggul. Terdapat
kriteria dan destinasi pariwisata unggulan berdasarkan peraturan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata No. 37/UM.001/MKP/07 tentang kriteria dan
penetapan destinasi pariwisata unggulan menguraikan sebagai berikut :
1. Ketersediaan sumber daya dan daya tarik wisata;
53
pada sektor pariwisata meliputi bidang prasarana umum yang mencakupi jalan, air
bersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan; penyediaan dan
pengembangan sarana dan prasarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api.
Pada umumnya kawasan pesisir memiliki lingkungan yang kaya akan sumber
daya, dan yang membuatnya semakin menarik tidak hanya pariwisata dan rekreasi
tetapi juga juga perikanan, manufaktur, perdagangan maritim, pertambangan,
ekstraksi minyak dan gas serta berbagai sumber daya lainnya.
Dalam sejarahnya wisata pantai pertama kali dikembangkan oleh orang Romawi
tetapi menghilang bersama runtuhnya Kekaisaran Romawi. Untuk waktu yang
lama, laut terutama samudera terlihat sebagai ancaman bagi manusia dan bukan
sebagai tempat mengundang yang indah, dimana orang bisa duduk atau berbaring
dan berjemur. Begitu juga tampilan kecokelatan, yang dikaitkan dengan buruh tani
atau pelaut dan karenanya bukan sesuatu yang bisa dibanggakan (Egmond 2001).
Tapi sejak awal, di masa modern pariwisata atau liburan selalu didominasi dengan
kegiatan wisata pantai. Awalnya kawasan pariwisata pesisir hanya untuk elit yang
mengunjungi dan berlibur di pantai. Tetapi pada awalnya manfaat kesehatan mandi
di laut adalah daya tarik utama di pantai Eropa dan sangat cepat menjadi tempat
liburan dan relaksasi. Konsentrasi wisata merupakan hasil dari pariwisata replikasi
skala besar dari paket liburan standar industri yang menggabungkan akomodasi dan
transportasi, dipasarkan terutama oleh operator tour besar.
Wilayah Pesisir memiliki potensi pariwisata dan sumber daya alam yang besar.
Potensi pariwisata bahari yang dimiliki di wilayah pesisir menjadi daya tarik
59
tersendiri bagi banyak wisatawan. Wilayah pesisir dengan karakteristik yang unik
dan keindahan alamnya dapat menjadi daya tarik wisata yang mamapu mendorong
terjadinya aktivitas pariwisata dan tentunya akan memberikan dampak terhadap
peningkatan dan percepatan pertumbuhan perekonomian di suatu kawasan. Secara
umum, pengembangan pariwisata pesisir difokuskan pada pada karakteristik
wilayah, karakteristik masyarakat, dan kekayaan adat budaya yang menjadi daya
tarik dan kekuatan yang dimiliki setiap daerah. Misalnya, kawasan terumbu karang
di seluruh perairan Indonesia luasnya mencapai 7.500 km2 dan umumnya terdapat
di wilayah taman laut. Selain itu juga didukung oleh 263 jenis ikan hias di sekitar
terumbu karang tersebut. Potensi pariwisata bahari tersebut tersebar di sekitar 241
daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi Lampung menjadi salah satu provinsi yang
memiliki potensi pariwisata bahari dengan total luas sebesar 178.323,70 Ha.
informasi terkait destinasi wisata yang akan mereka kunjungi melalui penerapan
Smart Tourism Tools. Kegiatan-kegiatan ini meninggalkan sejumlah besar data
digital yang dikenal sebagai Big Data (SOCAP International, 2013 sebagaimana
dikutip dalam Buhalis & Amaranggana, 2013). Melalui mengelola Big Data,
pariwisata organisasi berada dalam posisi mengekstrak wawasan berharga dari
informasi yang dapat memberikan wisatawan dengan dimensi baru pengalaman
pelanggan dan meningkatkan cara tujuan berinteraksi dengan pelanggan, “those
who master this form of technology gain an abundant competitive advantage
compare to competitors”(Buhalis & Amaranggana, 2013, hlm. 555). Bagi setiap
daerah destinasi yang menguasai berbagai hal terkait dengan teknologi ini akan
mendapatkan keunggulan kompetitif yang mampu meningkatkan daya saing
dibanding yang lainnya. Perkembangan perangkat lunak dan perangkat keras
komputasi mobile telah mendukung sejumlah besar aplikasi, terutama penandaan
visual objek fisik dan Near Field Communication (NFC), yang telah berkontribusi
dan melengkapi pengembangan IoT (Borrego-Jaraba, Luque Ruiz, & Gómez-Nieto,
2011).
Berdasarkan penjabaran diatas dapat kita simpulkan, Smart Tourism Tools
merupakan suatu konsep yang menggabungkan berbagai elemen diantaranya smart,
tourism, dan tools (ICT) yang dapat digunakan dalam bentuk aplikasi di berbagai
perangkat pintar yang mengelola berbagai big data dari destinasi wisata yang
bertujuan untuk memeberikan informasi secara real-time dan juga mempermudah
wisatawan dalam melaksanakan kegiatan wisata.
pariwisata di Kawasan Kota Lama Semarang. Kota Semarang mulai dikenal sebagai
salah satu kota yang menerapkan konsep Smart City dengan diraihnya penghargaan
dari Indonesia Smart Nation Award (ISNA) pada tahun 2015. Oleh karena itu, jika
dikaitkan dengan konsep Smart City, pengembangan sektor wisata pada Kawasan
Kota Lama Semarang dapat disesuaikan melalui konsep Smart Tourism yang
memanfaatkan teknologi untuk memudahkan pengunjung dalam melakukan
pergerakan (mobilitas), mengakses informasi, dan memudahkan mendapatkan
kebutuhan lain dalam aktivitas wisata. Dalam penerapan Smart Tourism akan
menggunakan 13 elemen-elemen penting Smart Tourism. Elemen-elemen
tersebut dijelaskan oleh Wang, Robert, Zhen, & Zhang (2016) antara lain
tourist attraction homepage, smart vehicle-scheduling, personal-itinerary design,
free wifi, smart cards, intelligent-guide system, crowd handling, mobile payment,
tourist-flow monitoring, online information access, travel safety protection, e-
tourism recommendation system, dan real time traffic broadcast. Elemen elemen
ini memiliki keterkaitan dengan keenam faktor pariwisata yang telah dijelaskan.
Apabila suatu lokasi pariwisata telah menerapkan ke-13 elemen ini maka
pengembangan Smart Tourism dapat dikatakan berhasil. Namun, hal ini kembali
lagi dengan tingkat kepuasan pengunjung terhadap pelayanan yang diberikan.
Beberapa pengunjung akan merasa lebih mudah dengan menggunakan sistem
manual dibandingkan yang berbasis teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana potensi dan tantangan pengembangan Kawasan Kota Lama
Semarang untuk menerapkan konsep Smart Tourism. yang merupakan turunan dari
konsep Smart City, sehingga dapat berjalan selaras dengan pengembangan kawasan
Kota Lama Semarang.
Hasil temuan dari preseden :
Secara keseluruhan Kawasan Kota Lama Semarang masih jauh untuk menjadi
Smart Tourism. Hal tersebut terbukti dari 13 elemen penting, Kawasan Kota Lama
Semarang hanya memiliki 5 elemen, yaitu e-tourism recommendation, online
information access, smart-vehicle scheduling, real time traffic broadcast, dan smart
card. Lima elemen terebut pun masih belum terlalu optimal. Sehingga, untuk
kedepannya butuh beberapa penambahan ataupun peningkatan.
Alasan Pemilihan Preseden :
73
Pemilihan Kota Semarang sebagai preseden dalam penelitian ini karena saat ini
pemerintah Kota Semarang telah menetapkan penerapan konsep Smart Tourism
dalam pengembangan pariwisata Kota Lama. Setelah dilakukan kajian literatur
dalam penerapanya Smart Tourism didasari pada 13 elemen utama. Sehingga dalam
penelitian terkait penerapan Smart Tourism di pulau-pulau kecil akan menggunakan
13 elemen-elemen penting Smart Tourism sebagai variabel penelitian.
menjadi 5 kategori: 1). Penyediaan informasi dan jasa turis, 2). Manajemen tiket,
3). Pemonitoran alam/lingkungan, 4). Pemonitoran tumbuhan/satwa, 5). Fasilitas
penunjang.
1. Smart Governance
2. Smart Economy
Mahadewi, Ni Made Eka dkk. 3. Smart Mobility
2016 4. Smart Enviroment
5. Smart People
6. Smart Living
Farania, Azrina. Dkk. 2017. Menentukan kesiapan Kota Surakarta dalam
mewujudkan Smart Tourism dalam hal
fasilitas dan sistem pelayanan berdasarkan
empat komponen
1. pelaku pariwisata,
2. atraksi,
Smart 3. transportasi dan
Tourism 4. fasilitas pendukung pariwisata.
Destination 1. Touris attraction homepage
2. Smart Vehicle-scheduling
3. Personality-itinerary design
4. Free Wifi
5. Smart Card
6. Intelligent-guide system
Pinasthika, N., & Pradoto, W.
7. Crowd handling
(2018)
8. Mobile payment
9. Tourist-flow monitoring
10. Online information Acces
11. Travel safety protection
12. e-tourism recommendation
13. real time traffic broadcast
1. Penyediaan informasi dan jasa turis
Smart 2. Manajemen tiket
Widjaja, A.E, Hery, Tarigan,
Tourism 3. Pemonitoran alam/lingkunga
R.E. 2016.
Tools 4. Pemonitoran tumbuhan/satwa
5. Fasilitas Pengunjung
Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019
wisata pesisir Teluk Pandan di Kawasan wisata terintegrasi Teluk Lampung. Oleh
karena itu, indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini harus berkaitan
dengan Smart Tourism. Dari konsep tersebut telah diperoleh beberapa dimensi
pembahasan yaitu komponen yang membahas tentang karakteristik wilayah dan
masyarakat, ketersediaan dan kesiapan komponen Smart Tourism terkait
infrastruktur dasar dan TIK, transportasi, atraksi wisata, dan fasilitas penunjang
wiata. Berikut merupakan ilustrasi dari sintesa tinjauan pustaka.
Smart Smart
Destination Tools
Pariwisata di
Kawasan
Pesisir
Smart Tourism
Setelah ditemukan beberapa indikator dari tinjauan pustaka pada setiap sub bab,
langkah selanjutnya adalah menentukan variabel penelitian. Dari beberapa indiktor
tersebut kemudian diseleksi untuk mendapatkan indiktor yang sesuai dengan tujuan
penelitian ini. Selanjutnya indikator yang sudah pilih akan menghasilkan variabel
penelitian yang dibutuhkan dalam menjawab sasaran penelitian. Variabel
merupakan hasil turunan dari indikator yang bersifat khusus dan spesifik. Variabel-
variabel tersebut aan diteliti lebih lanjut pda bab metode peneitian. Berikut
merupakan tael variabel penelitian :
79
Fokus
No Variabel Sub Variabel Operaional
Penelitian
Karakteristik Wilayah 1. Karakteristik dan Potensi Kawasan
Kawasan Wisata Wisata Pantai
Terintegrasi Teluk 2. Kebersihan dan kelestarian
Lampung lingkungan
1. Karakteristi Masyarakat
Karakteristik (pendidikan, tradisi/kebudayaan, dan
Wilayah dan Karakteristik Sosial modal sosial)
1
Masyarakat Ekonomi dan Budaya 2. Peran masyarakat lokal dalam
Lokal Masyarakat Setiap pengembangan pariwisata
Pulau di Kawasan 3. Kondisi sosial ekonomi masyarakat
Wisata Terintegrasi dan peluang ekonomi yang
Teluk Lampung dimanfaatkan masyarakat
4. Pengunaan teknologi dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat
1. Transportasi (Jalan, Dermaga, Moda
Transportasi)
Infrastruktur Dasar 2. Penyediaan Air Bersih
3. Jaringan Listrik
4. Sistem Pengolahan Limbah
1. Ketersediaan TIK untuk mendukung
Atraksi attraksi
2. Kualitas Pelayanan Atraksi Wisata
1. Ketersediaan dan Penerapan
Teknologi pada Fasilitas Keamanan
2. Ketersediaan dan Penerapan
Teknologi pada Fasilitas Akomodasi
Smart 3. Ketersediaan dan Penerapan
Destination Teknologi pada Fasilitas Rumah
Makan
Fasiltas penunjang
4. Ketersediaan dan Penerapan
pariwisata
Teknologi padaFasilitas Belanja
Keterediaan, Kualitas,
5. Ketersediaan dan Penerapan
Kemudahan
Teknologi pada Fasilitas Kesehatan
dijangkau,dan
penerapan teknologi 6. Ketersediaan dan Penerapan
Teknologi pada Fasilitas Kamar
Mandi/Toilet
7. Ketersediaan dan Penerapan
Teknologi pada Fasilitas Parkir
8. Ketersediaan dan Penerapan
Teknologi pada Fasilitas Informasi dan
Pelayanan Pariwisata
1. Sistem Pengelolaan data pariwisata
Sistem Big Data
saat ini
Smart Tools 1. Ketersediaan Infrastruktut TIK
TIK
2. Ketersediaan layanan Internet
80
Fokus
No Variabel Sub Variabel Operaional
Penelitian
3. Aplikasi penunjang pariwisata
1. Strategi pemasaran destinasi wisata
Informasi dan Promosi 2. Cara penyebaran informasi yang
telah diterapkan
1. Ketersediaan Peta virtual
Penyediaan informasi 2. Ketersediaan Informasi travel agent,
dan jasa turis saran terkait tempat tujuan wisata, dan
berbaga pelayanan yang dapat diakses
melalui aplikasi
Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019
BAB III
GAMBARAN UMUM KAWASAN PESISIR TELUK
LAMPUNG
81
82
Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2012. Pada Bab 2 Pasal 2 dinyatakan bahwa
penyusunan RIPPDA ini bertujuan sebagai arah pengembangan pembangunan
kepariwisataan di Provinsi Lampung dengan mengedepankan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat yang berlandaskan pada pelestarian lingkungan alam dan
budaya, peningkatan rasa cinta tanah air, pengembangan ekonomi kerakyatan,
peningkatan kinerja pembangunan pariwisata dan peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Provinsi Lampung memiliki potensi wisata bahari di kawasan pesisir Teluk
Lampung yang terletak dipesisir selatan. Teluk ini sangat berpotensi untuk
dijadikan sebagai daerah tujuan wisata unggulan di Lampung, hal ini didukung oleh
kondisi geografisnya berupa tanjung dan teluk dengan kondisi ombak yang tidak
besar dan cenderung ramah atau tenang sehingga sangat aman untuk melakukan
aktivitas wisata bahari, ditambah lagi dengan pasirnya yang berwarna putih, laut
yang biru dan pemandangannya yang indah. Sementara itu, potensi atraksi
wisatanya juga didukung dengan kondisi pantainya yang landai, atraksi ikan lumba-
lumba, terumbu karang, dan atraksi lainnya baik yang alam maupun buatan. Sampai
sekarang wilayah ini masih menjadi tujuan utama bagi wisatawan lokal dan
nusantara yang ingin menikmati wisata bahari. Lokasi Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung ini merupakan wilayah yang menjadi jalur perlintasan
dan tempat beristirahat bagi orang yang ingin menuju berbagai wilayah di Sumatera
melalui jalur darat tepatnya dari Pelabuhan Kapal Bakauheni. Posisi Provinsi
Lampung yang strategis dekat dengan pulau Jawa terutama Jakarta dan kota-kota
di sekitarnya menyebabkan daya tarik wisata yang ada di Provinsi Lampung
termasuk dalam target tujuan wisata. Hal tersebut dapat dilihat dari data dari Dinas
Pariwisata Provinsi Lampung terkait jumlah wisatawan ke Lampung yang terus
meningkat, pada tahun 2016 jumlah kunjungan mencapai enam juta kunjungan dari
target lima juta kunjungan wisata dan ditahun 2017 jumlah kunjungan delapan juta
kunjungan wisatawan dari target tujuh juta kunjungan wisatawan. Bahkan pada
tahun 2017 kunjungan wisatawan Nusantara di Lampung mencapai 8,8 juta
mengalahkan Bali yang hanya mencapai 8,5 juta kunjugan. Dalam rapat tertutup
Asisten II bidang ekonomi dengan Kadis Pariwisata dinyatakan bahwa Provinsi
Lampung perlu meningkatkan aksesibilitas pencapaian lokasi wisata untuk
84
Teluk Pandan dan Marina Teluk Ratai; 2. KSPD Pulau Pahawang dan Pulau-Pulau
Sekitarnya; 3. KSPD Padang Cermin, Way Ratai dan sekitarnya; 4. KSPD Marga
Punduh, Punduh Pidada dan sekitarnya; 5. KSPD Gedong Tataan, Negeri Katon
dan sekitarnya; 6. KSPD Way Lima, Kedondong dan sekitranya.
Dalam penelitian ini akan mengkaji tingkat kesiapan Kawasan Strategis
Pariwisata Daerah Teluk Pandan yang memiliki potensi objek wisata bahari dalam
menerapkan Smart Tourism. Ada beberapa objek yang akan diidentifikasi yang
terdiri dari wisata alam, budaya dan buatan. Objek wisata yang ada di kawasan
Teluk Pandan merupakan objek wisata masal yang didominasi oleh wisatawan
domestik. Kawasan Teluk Pandan terkenal dengan objek wisata pantai dan juga
pulau-pulau kecil yang ada disekitarnya dengan sebagian besar objek wisata masih
belum dikembangkan dan tidak tersedia fasilitas yang memadai. Sepuluh objek
wisata pesisir pantai di KSPD Teluk Pandan dipilih menjadi wilayah kajian karena
lokasinya yang berdekatan dengan Kota Bandar Lampung yang menjadi ibukota
provinsi dan objek wisata yang sudah terkenal serta telah berkembang sebagai
destinasi wisata masal yang ada di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.
Berikut gambaran umum 10 objek wisata pesisir di KSPD Teluk Pandan.
(a) (b)
Penataan area wisata pantai ini masih memiliki ruang untuk pengembangannya
dan ketersediaan lahan parkir yang luas, dengan status kepemilikian
perorangan/swasta dalam pengembangannya terdapat berbagai aturan yang harus
dipenuhi. Masyarakat yang tinggal dan berdagang disini menyewa lahan dengan
Perusahaan Sorento sebesar Rp. 300.000/ bulan dan harus memenuhi peraturan
luasan lahan yang dapat digunakan. Untuk menuju Pantai Queen Arta, akses yang
akan dilalui berupa jalan aspal kabupaten yang dalam kondisi baik dan jalan di
dalam lokasi yang sudah tertata dengan kualitas jalan tanah dan bebatuan
(onderlaag) yang masih terdapat genangan air/lubang. Pengunjung yang ingin
berwisata di pantai ini dapat menggunakan kendaraan pribadi, bus, dan transportasi
umum yang banyak tersedia mengingat lokasinya yang berada di pinggir jalan Raya
Hanura.
Wisatawan yang ingin berlibur disini dikenakan tiket masuk, untuk motor
Rp.15.000, mobil Rp. 20.000 dan per orangnya dikenakan biaya Rp.5.000, untuk
bus biaya yang dikenakan sebesar Rp.300.000. Pantai ini dapat di capai selama 15-
20 menit dari pusat kota Bandar Lampung. Pantai Queen Arta berdekatan pula
dengan Pulau Permata, sehingga pengunjung dapat menyebrang dari dermaga di
tempat pelelangan ikan dengan biaya Rp. 15.000/orang. Fasilitas penunjang
kegiatan wisata yang dimiliki pada objek wisata pantai Queen Arta ini berupa
87
pondokan, warung, kamar bilas dan toilet, serta mushola. Jumlah pengunjung masih
fluktuatif, antara 100-200 orang per minggunya dan biasanya cukup ramai
pengunjung yang ingin berwisata religi/ziarah yang ramai pada malam jumat dan
memasuki bulan puasa. Untuk Ketersediaan fasilitas penunjuk arah hanya ada
didepan pintu masuk objek wisata pantai Queen Arta.
(a) (b)
Untuk mencapai tempat ini dari Bandar Lampung dapat di tempuh selama
kurang lebih 40-50 menit. Akses untuk mencapai lokasi objek wisata ini melalui
jalan negara (kualitas baik/aspal hotmix), jalan kabupaten (kualitas baik/aspal biasa)
serta jalan lokal dengan kualitas kurang baik beraspal tetapi kondisi rusak. Untuk
jalan yang berada dalam objek merupakan jalan kampung dengan tanah padat.
Pengunjung yang ingin berwisata ke pantai ini lebih baik menggunakan kendaraan
88
pribadi karena ketersediaan transportasi umum yang kurang memadai untuk sampai
ke lokasi.
Pantai Mutun Asri merupakan objek wisata yang dimiliki oleh perorangan dan
untuk fasilitas yang ada tempat ini masih sangat terbatas mengingat lokasi ini masih
dijadikan wisata keluarga. Pantai Mutun Asri belum dioptimalkannya potensi
wisatanya, kawasan ini selalu menjadi perlintasan untuk mencapai objek wisata lain
di daerah mutun. Pasang surut pantai yang terlalu jauh menjadi salah satu
permasalahan yang dihadapi, sehingga sulit untuk dimanfaatkan sebagai tempat
berenang. Ekosistem terumbu karang di Pantai Mutun Asri termasuk dalam kategori
sedang dengan tutupan karang hidup 33 %. Selain itu, persampahan masih menjadi
permasalahan di objek wisata ini. Pada objek wisata ini fasilitas yang tersedia
terdapat akomodasi, pondokan, kamar bilas, musholah dan lahan parkir.
(a) (b)
Lokasi ini sebagai alternatif bagi wisatawan dengan biaya masuk yang lebih
murah atau hanya dengan membayar parkir yang sudah dikenal pengunjung di
daerah Mutun. Wisatawan yang ingin berlibur disini dikenakan tiket masuk, untuk
motor Rp.5.000, mobil Rp.20.000 dan per orangnya tidak dikenakan biaya, untuk
bus besar biaya yang dikenakan sebesar Rp.100.000, untuk bus kecil Rp.50.000.
Penataan lokasi ini sudah cukup baik, sedangkan untuk pengembangan lokasi ini
sangat terbatas areanya/kecil. Fasilitas pendukung yang tersedia di objek wisata ini,
yaitu akomodasi, pondokan, toko souvenir dan makanan, mushola, MCK dan kamar
mandi serta CCTV yang mengawasi kegiatan wisatawan. Objek wisata ini dapat
dicapai selama 40 menit dari Bandar Lampung, akses jalan aspal kabupaten dan
jalan di lokasi objek berupa jalan tanah padat. Permasalahan yang dihadapi hampir
di seluruh objek wisata di Pantai Mutun ialah terkait dengan pengelolaan sampah
laut dan lokasi yang dekat dengan pemukiman dan jalan akses pantai sehingga
kurang memberikan kenyamanan bagi wisatawan.
Area lokasi secara keseluruhan pada wisata ini belum dikelola dengan baik,
sehingga kurang menarik minat wisatawan dan menjadikan kawasan ini sebagai
perlintasan untuk mencapai lokasi-lokasi wisata lain di daerah mutun seperti Pulau
Ketapang dan Pulau Tegal Mas. Selain itu, permasalahan yang dihadapi ialah
pasang surut air laut yang terlalu jauh, sehingga tidak terlalu cocok sebagai tempat
berenang keluarga dan masih terbatasnya kemampuan pengelola dan masyarakat
lokal dalam mengembangkan potensi lokasi wisata.
(a) (b)
Dalam menunjang kegiatan wisata pantai MS Town, fasilitas yang tersedian sudah
cukup memadai, mulai dari pondokan, water sport, perahu penyeberangan, tempat
pertemuan, cafe & restoran, musholah, pos pantau, dan menara pandang Mutun
dengan kondisi berbagai fasilitas masih sangat baik. Wisatawan yang ingin berlibur
disini dikenakan tiket masuk, untuk motor Rp.40.000, mobil Rp. 10.000 dan per
orangnya dikenakan biaya Rp.30.000, untuk bus kecil biaya yang dikenakan sebesar
Rp.400.000 dan bus besar Rp.500.000, sedangkan untuk angkot dikenakan biaya
Rp.150.000.
Kesempatan investasi di objek wisata ini cukup besar. Kerjasama yang
dilakukan dalam bentuk investasi dengan sistem bagi hasil antara pengelola wisata
dengan investor. Hal tersebut terlhat dari upaya pengembangan lokasi wisata ini
telah dilakukan berupa bangunan permanen (tempat pertemuan/restoran) dan arena
permaian Bumper Boad dan Segway yang merupakan hasil kerjasama antara MS
Town dengan pihak lain. Rencana pengembangan Pantai MS Town akan diarahkan
kepada pembangunan fasilitas camping ground untuk pengunjung yang ingin
berkemah. Namun, dalam pengeleloaan pantai ini masalah yang terjadi terkait
pengelolaan sampah pantai yang pada saat tertentu dapat menganggau kenyamanan
pengunjung.
(a) (b)
Fasilitas pendukung yang tersedia di objek wisata ini, yaitu pondokan, toko
souvenir dan makanan, kolam ikan hiu, mushola, parkir, MCK dan kamar mandi.
Butuh waktu kurang lebih selama 40 menit dari Bandar Lampung untuk mencapai
lokasi objek wisata ini. Perjalanan dapat ditempuh dengan kendaraan darat dengan
sarana jalan aspal kabupaten. Untuk jalan dalam lokasi merupakan jalan tanah padat
berbatu yang menghubungkan dengan lokasi wisata lainnya. Dalam mencapai
lokasi ini wisatawan harus menggunakan transportasi pribadi karena terbatasnya
transportasi umum dari jalan utama menuju lokasi objek wisata. Fasilitas penunjuk
arah lokasi objek ini masih sangat kurang hanya terdapat pada jalan menuju lokasi
dari jalan utama.
Berdasarkan data dari dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031
jumlah kunjungan rata-rata per minggu dapat mencapai 2100 orang namun saat ini
berdasarkan observasi terjadi penurunan jumla pengunjung. Hal tersebut
diakibatkan karena permasalahan penataan jalan menuju objek wisata, mengingat
jalan yang ada sekarang masih merupakan jalan bersama dengan pantai yang ada di
sekitarnya. Sehingga, apabila wisatawan ingin berkunjung ke pantai ini harus
masuk dan membayar di Pantai MS Town kemudian saat masuk ke Pantai Haruna
Jaya wisatawan harus membayar lagi tiket masuk. Oleh karena itu, terjadi
pengurangan jumlah pengunjung karena pengunjung enggan membayar tiket masuk
dua kali. Pengunjung datang dari daerah-daerah di Provinsi Lampung, Jakarta,
93
(a) (b)
Penataan kawasan Pantai Sari Ringgung sudah cukup baik dengan penambahan
sarana bermain dan keamanan pantai melalui penyediaan CCTV. Akses menuju
pantai ini, untuk jalan utama menuju lokasi ini berupa jalan aspal Kabupaten dan
jalan masuk menuju lokasi wisata melalui jalan sepanjang 2 km berupa jalan aspal,
serta jalan di lokasi pantai yang sudah cukup baik berupa jalan tanah padat.
Pengunjung yang datang ke lokasi ini sebagian besar dari Bandar Lampung,
Pesawaran dan Lampung Selatan serta dari Sumatera Selatan, Jakarta dan Bandung.
Di Pantai Sari Ringgung juga tersedia aula pertemuan yang berada di atas bukit juga
tersedia ruang pertemuan dengan kapasitas 50 – 100 orang, sedangkan dipinggir
laut dengan kapasitas acara 100-200 orang. Biasanya tempat ini digunakan untuk
mengadakan berbagai acara dan rapat. Salah satu acara yang pernah diadakan di
Pantai Sari Ringgung yaitu pemberangkatan Tour ke Gunung Anak Krakatau Tahun
2016.
Fasilitas pendukung kegiatan wisata yang ada di lokasi berupa pondokan, cafe
& resto, kamar mandi, MCK, Masjid, balai pertemuan, mushola, dermaga, taman,
play ground, waterboom, dan krakatau view yang berada di atas bukit. Fasilitas dan
daya tarik khusus dan unik yang berbeda dari obyek wisata lain terutama yang ada
di sepanjang Teluk Lampung, yaitu adanya Masjid AL-AMINAH yang biasa
dikenal dengan masjid terapung di tengah laut. Selain itu, Pantai ini juga dikenal
dengan objek wisata Pasir Timbul yang dilengkapi dengan cafetaria dan pondokan
95
istirahat. Untuk menuju Masjid Terapung dan Pasir Timbul dengan Cafe Terapung,
pengelola menyediakan jasa perahu-perahu masyarakat yang telah menjalin
kerjasama dengan managemen Sari Ringgung. Selain itu juga, pengunjung juga
dapat mengunjungi objek wisata lain seperti Pulau Tegal Mas dan Pulau Pahawang.
(a) (b)
Hamparan hutan mangrove yang hijau dan pemandangan yang indah menjadi
daya tarik utama objek wisata ini. Pada pengembangannya konsep awalnya ialah
perlindungan alam yang disusun tentang bagaimana mengurangi dampak dari
adanya petambak udang, namun tidak merusak alam dengan salah satunya
melestarikan konservasi hutan mangrove di Petengoran. Pada awal mulanya, objek
96
masyarakat dan anak muda atau para mahasiswa untuk melakukan aktivitas
organisasi.
(a) (b)
Untuk menuju lokasi ini melalui akses jalan aspal kabupaten sedangkan untuk
menuju lokasi pantai jalannya masih berupa tanah dan bebatuan dengan kualitas
rusak berat dan terdapat banyak genangan saat musim hujan. Untuk berwisata
lokasi ini tidak tersedia transportasi umum dan waktu tempuh untuk menjangkau
objek ini selama kurang lebih 1 jam dari Bandar Lampung. Pengunjung lokasi ini
berasal dari Bandar Lampung, Pesawaran dan berbagai daerah di Provinsi
Lampung. Pengembangan sementara di lakukan oleh pemilik secara swadaya
dengan manajemen yang belum baik. Hal tersebut karena Taman wisata Dewi
Mandapa ini belum melakukan kerjasama dalam bentuk investasi yang bermitra
dengan pihak lain.
melihat pemandangan dari bukit laban, dan akses ke Pulau Maitem ± 2 km yang
dapat dicapai dengan berjalan kaki pada saat air sedang surut. Daratan Pulau
Maitem di dominasi oleh kebun kelapa, dan jumlah tempat tinggal di pulau ini
sangat minim. Tidak tersedianya fasilitas wisata, seperti MCK umum yang
memadai di pulau ini menjadi faktor pembatas bagi wisatawan untuk tinggal lebih
lama.
(a) (b)
Di Pantai Ketapang ini juga terdapat kawasan konservasi hutan mangrove yang
cukup lestari dan sering diadakan kegiatan dari berbagai instansi untuk menanam
mangrove disini. Fasilitas yang ada di objek wisata ini sudah cukup lengkap, mulai
dari pondokan, warung makan, kamar mandi, MCK, Masjid, ATM, dan Homestay.
Permasalahan yang dapat timbul dalam jangka panjang, yaitu tidak terkendalinya
kegiatan budidaya tambak dan keramba jaring apung di perairan Pulau Maitem
yang dapat berpotensi merusak ekosistem terumbu karang yang ada. Pantai ini
berada wilayah sekitar Dermaga Ketapang, sehingga memudahkan bagi wisatawan
untu mengunjungi berbagai objek wisata lainnya, seperti Pulau Kelagian Besar,
Kelagian Kecil, Pulau Pahawang, Pulau Tegal, Pulau Lok, dan Tanjung Putus.
99
Untuk menuju lokasi ini pengunjung melalui jalan kabupaten dengan kondisi
sangat baik berupa jalan aspal sedangkan untuk didalam lokasi objek wisata yang
sudah tertata dengan jalan tanah padat. Untuk menuju sampai ke lokasi ini tersedia
angkutan umum dari Pasar Cimeng dengan biaya Rp.10.000. Waktu yang harus
ditempuh dari Bandar Lampung ke Pantai Ketapang mencapai 60-70 menit.
(a) (b)
3.4 Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat dan Wisatawan Wisata Pesisir
Pantai di Kecamatan Teluk Pandan
Pada bagian ini akan memberikan gambaran terkait dengan karakteristik sosial
budaya masyarakat yag tinggal di kawasan pesisir pantai terkait dengan
tradisi/adat/kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan kehidupan di kawasan
pesisir. Selain itu, pada bagian ini juga akan memberikan gambaran terkait dengan
profesi masyarakat, peran masyarakat dalam pengembangan pariwisata, dan
bagaimana masyarakat dalam melihat peluang ekonomi dari adanya pengembangan
sektor pariwisata.
Lokasi yang berdekatan dengan pusat kota dan teknologi yang sudah mengalami
perkembangan membuat banyak masyarakat telah memahami pentingnya
mengikuti perkembangan TIK. Dalam penerapan teknologi, masyarakat pesisir
yang ada di Kecamatan Teluk Pandan masyoritas telah menggunakan smart phone
sebagia salah satu media untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Namun,
untuk penerapan teknologi dalam mengembangkan industri pariwisata di rasa masih
cukup rendah.
Dalam melihat peluang ekonomi dari adanya aktifitas pariwisata yang ada di
sekitar masyarakat, masyarakat telah merespon dengan membuka toko kelontong,
menjual oleh-oleh, dan membuka rumah makan. Namun, pengembangan dan
penerapan teknologi dalam kegiatan ekonomi masyarakat masih sangat minim.
Pada beberapa objek wisata seperti Pantai Mutun Asri dan juga Pantai Sari
Ringgung telah tersedia fasilitas penginapan, namun sampai saat ini belum
bekerjasama dengan Virtual Hotel Operator (OYO, Reddoorz, Airy dll) untuk
menerapkan sistem pemesanan online untuk kamar penginapan tersebut. Padahal
saat ini telah terjadi perubahan pada pola berwisata masyarakat di era digital,
dimana para pengunjung dapat memesan penginapan bahkan sebelum mereka tiba
di lokasi tujuan wisata.
“Menurut saya masih ada di era 2.0 jadi masih harus di push penggunaan media
sosial untuk infrormasi wisata dan website desa. Sementara untuk mpemanfaatan
teknologi 4.0 itu belum, itu tadi perlu adanya upgrade mindset dan skill... “
(A0.DI-01.01.10)
“Masalahnya saat ini informatif tetapi tidak bisa menakar biaya, dan kapastitas
penginapan.....Dengan adanya inovasi 4.0 informasi tersebut sangat
memungkinkan, contoh saat ini seperti traveloka, oyo, reddoors. Itu menjadi
tantangannya memasukan akomodasi kedalam informasi yang valid....sehingga
orang tidak menanyakan langsung tetapi melalui sistem dan juga dapat
melakukan pemesanan dari jauh......dan saya yakin pemerintah tidak dapat
mewujudkan itu dalam waktu singkat karena tidak profit motif, jadi harus
menciptakan iklim yang menarik untuk traveloka, tiket.com, dan lain-lain.....”
(A0-DI-01.01.13)
faktor seperti lingkungan dan musim pada kawasan pesisir diuraikan sebagai
berikut.
wisata bahari, ditambah lagi dengan pasirnya yang berwarna putih dan
pemandangannya yang indah. Luas total wilayah daratan adalah 127.902 ha, dan
luas perairan adalah 161.178 ha (Helfinalis, 2000). Nilai strategis lain dari wilayah
pesisir Teluk Lampung adalah lokasi geografisnya sebagai pintu gerbang antar
Pulau Sumatra dan Laut Pulau Jawa, serta dari sisi pertahanan sebagai calon pusat
armada barat TNI-AL.
Sementara itu, potensi atraksi wisatanya juga didukung dengan kondisi
pantainya yang landai, atraksi ikan lumba-lumba, terumbu karang, hutan mangrove
dan atraksi lainnya baik atraksi wisata alam maupun buatan. Sampai sekarang
wilayah ini masih menjadi tujuan utama bagi wisatawan domestik dan nusantara
yang ingin menikmati wisata bahari di Provinsi Lampung. Pada objek wisata yang
terdapat di KSPD Teluk Pandan tergolong dalam wisata massal, dimana banyak
pengunjung yang berbondong-bondong datang ke objek wisata pantai yang sudah
terkenal sejak lama, dengan pengunjung yang berasal dari dalam Provinsi Lampung
maupun dari Luar Provinsi, seperti Palembang, Bengkulu, Jakarta, Bandung, dan
lain-lain.
Secara keseluruhan terkait dengan daya tarik wisata, aksesibilitas, ketersediaan
sarana dan prasarsan di Kawasan Teluk Pandan sudah cukup baik. Namun, dalam
pengembangan pariwisatanya dirasa pada masih belum dikembangkan dengan
optimal dengan pengemasan wisata yang masih kurang dapat bersaing dan untuk
ketersediaan fasilitas penunjang wisatanya, seperti fasilitas pembayaran/perbankan,
akomodasi, fasilitas keamanan, dan juga fasilitas kesehatan hampir tidak tersedia di
semua objek wisata pesisir Teluk Pandan. Dalam pengelolaan objek wisata yang
ada di Teluk Pandan belum menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Selain itu, terkait dengan kebersihan dan kelestarian alam masih menjadi masalah
yang belum terselesaikan dan menjadi permasalahan diseluruh objek wisata.
Sampah-sampah tersebut bersumber dari permukiman masyarakat, kegiatan wisata,
terbawa dari hulu sungai, terbawa ombak dan juga angin. Kelestarian hutan
mangrove yang ada di Pantai Queen Artha dan juga Pantai Sari Ringgung cukup
terancam, karena kebiasaan masyarakat sekitar yang membuang air limbah dan
sampah di kawasan hutan mangrove yang ada.
106
107
108
6. Mesuji : Jalur jalan raya Lintas Timur Sumatera dari Provinsi Sumatera
Selatan
7. Sumatera Selatan : Jalan Tol Lintas Sumatera
Setelah pengunjung atau wisatawan masuk ke Provinsi Lampung untuk menuju
KSPD Teluk Pandan di Kabupaten Pesawaran, wisatawan dapat melalui :
1. Dari Bandara Radin Inten II menuju Kota Bandar Lampung dengan waktu
tempuh sekitar 30 menit dan memakan waktu sekitar 20-70 menit untuk
berada di objek wisata di Teluk Pandan.
2. Dari Bandara M. Taufik Kiemas Krui (Pesisir Barat) dapat melalui jalan
lintas barat dengan kondisi jalan yang baik dan waktu tempuh selama kurang
lebih 5 jam perjalanan.
3. Dari Pelabuhan Bakauheni untuk menuju pusat kota di tempuh selama
kurang lebih 2 sampai 3 jam apabila melalui jalan lintas timur.dan jika
melalui tol selama kurang lebih 1 jam 30 menit.
4. Dari Krui, Liwa membutuhkan waktu selama 4 sampai 5 jam melalui jalan
lintas barat dengan kondisi jalan bagus dan rute yang menanjang dan
berbelok-belok.
5. Dari Kota bumi, Blambangan Umpu dapat menggunakan moda kereta api
dan dari stasiun Tanjung Karang dibutuhkan waktu selama 2 jam dan
dengan menggunakan kendaraan dapat melalui jalan lintas tengah dan timur.
Untuk sampai ke pusat kota dengan kondisi jalan yang baik, namun intesitas
kendaraan cukup tinggi.
6. Dari Mesuji melalui jalan raya Lintas Timur membutuhkan waktu tempuh
selama kurang lebih 6 jam dan apabila melewati jalan tol memakan waktu
hingga kurang lebih 2 jam perjalanan.
7. Dari Palembang melewati jalan tol Jakabaring – Kotabaru membutuhkan
waktu tempuh selama kurang lebih 4 jam dan untuk sampai ke pusat kota
membutuhkan waktu 25 menit
Jalan Tol Trans Sumatera, jalur Bakauheni - Terbanggi Besar, sepanjang 139 km
yang telah diresmikan oleh Presiden R.I. pada tanggal 22 Desember 2018. Akses
pintu masuk/keluar :
1. Gerbang Kalianda
111
2. Gerbang Sidomulyo
3. Gerbang Lematang
4. Gerbang Kotabaru
5. Gerbang Branti
6. Gerbang Kota Metro
7. Gerbang Gunung Sugih
8. Gerbang Terbanggi Besar
Untuk menuju kawasan wisata pesisir pantai di Teluk Pandan, pengunjung dapat
keluar pada gerbang tol Kotabaru yang aksesnya lebih dekat ke pusat Kota Bandar
Lampung dan juga ke kawasan wisata Teluk Pandan.
4.1.1.2 Jalan
Kawasan wisata yang cukup padat terkonsentrasi di jalur lintas Teluk Pandan
hingga Teluk Ratai. Ketersediaan dan kondisi jalan yang baik akan memberikan
kemudahan dalam mengakses lokasi objek wisata. Analisa ini bertujuan untuk
menjabarkan ketersediaan dan kondisi kualitas jalan yang ada di 10 objek wisata
pesisir di Teluk Pandan:
dengan kondisi baik dan jalan di lokasi objek berupa jalan aspal. Pada beberpa
titik jalan akses pantai terdapat lubang dan genangan air sehingga kurang
memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Untuk mencapai objek wisata ini
wisatawan disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi baik motor atau
mobil, atau bisa juga menggunakan bus pariwisata. Hal ini disebabkan karena
transportasi umum yang ada tidak memiliki rute untuk masuk ke lokasi objek
wisata yang memiliki jarak cukup jauh dari jalan kabupaten.
yang saat ini sedang dalam pembangunan. Untuk jalan di lokasi pantai sudah
cukup baik berupa jalan tanah padat. Sama halnya seperti pantai yang ada di
KSPD Teluk Pandan lainnya, pengunjung disarankan untuk membawa
kendaraan pribadi atau menggunakan bus pariwisata karena ketersediaan
kendaraan umum yang masih terbatas dan hanya melalui pintu masuk ke lokasi
objek wisata tidak sampai masuk kedalam lokasi objek wisata. Untuk
mengunjungi pantai ini pengunjung membutuhkan waktu selama kurang lebih
50-60 menit perjalanan dari Kota Bandar lampung.
I. Pantai Ketapang
Untuk menuju Pantai Ketapang pengunjung akan melalui jalan kabupaten
dengan kondisi sangat baik berupa jalan aspal sedangkan untuk didalam lokasi
objek wisata yang sudah tertata dengan jalan aspal di area permukiman dan di
117
dalam lokasi objek wisata tanah padat. Untuk sampai ke lokasi ini tersedia
angkutan umum dari Pasar Cimeng dengan biaya Rp.10.000. Waktu yang harus
ditempuh wisatawan dari Bandar Lampung ke Pantai Ketapang sekitar 60-70
menit.
Pantai Queen Artha Pantai Mutun Pantai MS Town Pantai Putra Mutun
Asri
Pantai Sari
Pantai Ketapang Ringgung
Hutan Mangrove
Pantai Kelapa Petengoran
Rapat
Rusak
Baik & Sedang & Rusak & Berat &
No Desa/Kelurahan Aspal Onderlaag Tanah Hotmix Jumlah
1 Batu Menyan 4 1 0 0 5
2 Gebang 20 0 20,5 0 40,5
3 Sidodadi 5 2 4 0 11
4 Hanura 15 10,5 3 0 28,5
5 Cilimus 7 3 6 0 16
6 Hurun 7 1 8 0 16
Sukajaya
7 Lempasing 12 `6,2 12 0 24
8 Munca 4 0 12 0 16
9 Tanjung Agung 15 12 15,5 0 42,5
10 Talang Mulyo 12 0 0 0 12
Total Panjang Jalan 101 29,5 81 0 211,5
Sumber : BPS, Kecamatan Teluk Pandan dalam Angka 2019
Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui Kecamatan Teluk Pandan yang
memiliki 10 objek wisata pantai yang menjadi wilayah penelitian memiliki total
panjang jalan 211,5 Km dengan jalan yang memiliki kondisi baik dengan klasifikasi
jalan aspal sepanjang 101 Km, jalan dengan kondisi sedang dengan klasifikasi jalan
onderlaag sepanjang 29,5 Km, kondisi jalan rusak dan klasifikasi jalan tanah
120
sepanjang 81, dan jalan yang dalam kondisi rusak berat dan klasifikasi hotmix tidak
ada. Dalam rentang waktu dari tahun 2015-2019 Kabupaten Pesawaran sedang
giat-giatnya melakukan pembangunan dan perbaikan jalan. Dari data yang ada dan
kondisi eksisting dapat dikatakan bahwa untuk kondisi jalan yang baik dan telah
memenuhi standar hanya jalan kabupaten dengan klasifikasi jalan aspal/hotmix
sedangkan, untuk jalan menuju lokasi objek wisata masih mengalami masalah dan
perlu pembangunan serta perbaikan kualitas jalan. Saat ini pembangunan dan
perbaikan sudah mulai dilakukan di jalan masuk pada beberapa kawasan objek
wisata Pantai Mutun dan Pantai Ketapang dengan kualitas jalan baik aspal. Namun,
masih berlubang dan dibeberapa titik sehingga menjadi area genangan air pada saat
terjadi hujan. Selain itu, Pantai Sari Ringgung juga saat ini sedang melakukan
pembangunan dan perbaikan jalan untuk menuju objek wisata dengan
menggunakan aspal dan di dalam lokasi wisatanya jalan tanah padat.
4.1.1.3 Dermaga
Dermaga yang terdapat di kawasan pariwisata berfungsi untuk mendukung
pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke kawasan pariwisata yang ada
maupun pergerakan di dalam kawasan pariwisata serta kegiatan ekonomi lainya.
Analisa ini bertujuan untuk menjabarkan ketersediaan dan kondisi kualitas
Dermaga yang ada di 10 objek wisata pesisir di Teluk Pandan:
4. Pantai MS Town
Ketersediaan sarana penunjang kepariwisataan berupa dermaga tersedia di
Pantai MS Town. Kondisi dermaga yang ada di pantai ini dalam kondisi baik
dan menjadi salah satu daya tarik sebagai tempat berfoto. Desain dermaga yang
kekinian yang terbuat dari kayu dengan ornamen hiasan lampu dan spot foto
menambah keindahannya. Dermaga yang ada di Pantai MS Town ini sebagai
tempat bersandarnya perahu-perahu nelayan yang menerima jasa
penyebrangan ke pulau-pulau kecil terdekat dengan tujuan Pulau Ketapang,
Pulau Pahawang, Pulau Maitem dan Pulau Tegal Mas.
Pantai Haruna Jaya ini wisatawan dapat mengunjungi objek wisata pulau-pulau
kecil seperti Pulau Tangkil, Pulau Pahawang dan Pulau Tegal Mas. Penyediaan
jasa perahu penyebrangan di objek wisata ini menggunakan perahu-perahu
masyarakat lokal Pantai Mutun.
9. Pantai Ketapang
Pantai yang terkenal dengan kebun kelapa dan pemandangannya yang indah
ini berada di dekat dermaga penyebrangan terbesar dii Kabupaten Pesawaran,
yaitu Dermaga Ketapang. Dalam ketersediaan fasilitas sarana dermaganya,
disini memiliki 4 dermaga yang terbuat dari beton dan dalam kondisi yang baik.
Dermaga Ketapang menjadi salah satu dermaga tersibuk yang ada di Provinsi
Lampung. Hal tersebut karena dermaga ini menjadi tempat penyedia jasa
perahu penyebrangan ke berbagai objek wisata yang ada di Teluk Lampung
dan menjadi tempat bersandarnya bagi ratusan perahu/kapal nelayan. Dari
dermaga ini objek wisata lain yang dapat dikunjungi, yaitu Pulu Pahawang,
Pulau Kelagian, Tanjung Putus, Pulau Maitem, Pulau Tegal Mas, dan berbagai
objek wisata lainnya.
(a) (b)
125
(c) (d)
Sedang
Rusak
Rusak
Berat
Baik
No Objek Wisata Keterangan
Dari data di atas dapat diketahui untuk objek wisata yang memiliki dermaga
terbanyak ialah Pantai Ketapang dan Pantai Mutun Asri dengan total terdapat 4
128
dermaga yang beroperasi setiap harinya untuk perpindahan wisatawan dan nelayan
lokal. Kemudian diikuti Pantai Sari Ringgung, Pantai Putra Mutun dan Pantai
Kelapa Rapat yang meiliki 2 dermaga, untuk Pantai MS Town 1 dermaga.
Sedangkan untuk Pantai Queen Arta, Pantai Haruna Jaya, Taman Wisata Dewi
Mandapa, dan Hutan Konservasi Mangrove Petengoran tidak tersedia dermaga di
objek wisatanya. Dalam Pemenuhan nilai estetikanya, sebuah dermaga kiranya juga
dapat menarik secara visual. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan
dermaga yang memiliki nilai estetika berada di objek wisata Pantai MS Town dan
Pantai Kelapa Rapat, disana dermaga terbuat dari kayu dan diberi cat semenarik
mungkin. Selain untuk tempat bersandarnya kapal dan akses penyebrangan
wisatawan, dermaga yang ada di lokasi objek wisata tersebut menyediakan spot
untuk berfoto. Untuk dermaga yang terdapat di Pantai Kelapa Rapat memiliki
keunggulan adanya nilai estetika yang tidak terlepas dari budaya Lampung, hal
tersebut terlihat dari ornamen dan spot foto yang disediakan seperti Siger dan
pengantin yang menggunakan pakaian adat Lampung.
pihak pengelola dann masyarakat membuat sumur bor di lokasi yang cukup
jauh dari objek wisata, yaitu di dekat jalan kabupaten. Pemilihan lokasi sumur
bor yang jauh dikarenakan air tanah yang berada di lokasi objek wisata
memiliki rasa yang payau. Dalam pendistribusiannya pengelola dan
masyarakat menggunakan mesin pompa dan juga sistem perpipaan dengan
jarak kurang lebih 100-300 m dari lokasi objek wisata. Kualitas air dari sumur
bor ini baik dalam artian tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Dalam
pemanfaatannya untuk kegiatan wisata air ini digunakan untuk kamar
mandi/bilas, toilet, air wudhu, dan konsumsi sehari hari.
4. Pantai MS Town
Penyediaan jaringan air bersih dalam mendukung berbagai kegiatan wisata
di Pantai MS Town ini di supply dari air sumur bor untuk memenuhi kebutuhan
131
air bersih dalam kegiatan pariwisata di hari biasa. Ketika memasuki musin
liburan pengelola menambah supply air bersih dengan membeli air PAM yang
dibeli dari agen dengan menggunakan truk tangki air. Air yang dibeli tersebut
kemudian ditampung didalam tanki air/tedmon kemudian didistribusikan
dengan menggunakan pipa ke kamar mandi, toilet, mushola, dan cafe yang ada
di objek wisata ini. Kualitas air yang digunakan di objek wisata ini tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
(a) (b)
(a) (b)
wisata yang tidak terlayani dengan PDAM. Sumur Bor yang dibuat oleh
pemilik memiliki kualitas air yang kurang baik, karena air berbau, memiliki
warna kecoklatan dan rasa yang payau. Dalam pendistribusian airnya
disalurkan dengan menggunakan pompa dan sistem perpipaan menuju tempat
yang membutuhkan air, seperti kamar mandi, toilet, dan mushola.
9. Pantai Ketapang
Pantai yang berada dekat dengan kawasan permukiman ini, memberikan
fasilitas untuk menunjang sarana kepariwisataan berupa penyediaan jaringan
air bersih. Di lokasi objek wisata ini, sumber air bersih berasal dari sumur bor
dengan kualitas air yang baik. Air bersih yang ada di objek wisata ini tidak
berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Pengelola Pantai Ketapang
menyediakan air bersih untuk menunjang kegiatan wisatawan, seperti kamar
bilas, toilet, mushola, dan juga untuk kebutuhan pedagang. Air sumur tersebut
disedot dengan pompa air dan kemudian dialiri menuju berbagi tempat dengan
menggunakan sistem perpipaan.
135
(a) (b)
(a) (b)
Pantai Haruna Jaya membeli air bersih PAM dengan menggunakan truk tangki air.
Sumberdaya air tersebut saat ini dipakai sebagai air bersih untuk mandi/bilas, cuci,
minum dan kegiatan lainnya. Dengan pola pemenuhan kebutuhan air bersih bagi
kegiatan wisata dan juga masyarakat lokal saat ini yang memanfaatkan air tanah
yang diambil dengan cara membuat sumur bor dan sumur galian pada setiap rumah
di permukiman pesisir pantai yang mengindikasikan tingginya eksplorasi air bawah
tanah pada kawasan permukiman pesisir. Hal tersebut tentunya akan berdampak
pada terjadinya intrusi air laut yang terjadi karena air tanah yang diambil dengan
kedalaman sumur tertentu dapat terisi air laut.
(a) (b)
seperti Taman Wisata Dewi Mandapa dan Hutan Konservasi Mangrove Petengoran
yang sedang berupaya untuk menyambung listrik dari permukiman terdekat.
(a) (b)
2. Drainase
Prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari suatu kawasan ke
badan air penerima yaitu drainase menjadi salah satu infrastruktur yang harus
dimiliki di lokasi objek wisata. Destinasi wisata yang terdapat di Teluk Pandan
ini memiliki dominasi karakteristik wilayah dengan fungsi permukiman penduduk
dan objek wisata. Ketersediaan infrastruktur drainase yanga ada pada kawasan
permukinan dan objek wisata menjadi satu dan kemudian drainase tersebut
langsung dialiri menuju pantai. Kondisi seperti ini terjadi hampir pada setiap objek
141
wisata lainnya yang ada di wilayah kajian penelitian ini sistem drainasenya
langsung mengalir ke laut tanpa adanya proses pengolahan. Tidak jauh berbeda,
untuk sistem drainase yang ada di Pantai Queen Arta air bekas pembuangan kamar
mandi/bilas dan kegiatan sehari-hari dialiri kerawa-rawa hutan mangrove yang
berada di belakangnya.
(a) (b)
3. Sanitasi
Kawasan pesisir di Teluk Pandan memiliki fungsi sebagai area pemukiman
dengan sumber daya yang melimpah bagi penduduk yang berprofesi sebagai
nelayan dan juga pelaku wisata. Dalam menjalankan fungsinya sebagai kawasan
pemukiman dan juga lokasi objek wisata pesisir, maka kawasan pesisir Teluk
Pandan harus memenuhi beberapa syarat dari sebuah kawasan pemukiman, yaitu
memenuhi ketersedian sarana dan fasilitas kesehatan lingkungan yang menjadi
salah satu syarat utama suatu kawasan dengan fungsi permukiman dan fungsi
pariwisata. Terkait dengan hal tersebut, syarat kesehatan lingkungan yang harus
dipenuhi untuk sebuah kawasan pemukiman dan lokasi wisata yang baik adalah
tersedianya akses bagi warga dan juga wisatawan dalam sarana sanitasi.
142
(a) (b)
GAMBAR 4. 34 SANITASI
(A) SEPTIC TANK DI PANTAI MUTUN HARUNA JAYA
(B) PROSES PEMBUATAN SEPTIC TANK DI PANTAI PUTRA MUTUN
yaitu organik; non organik; botol kaca; botol dan gelas plastik serta bahan plastik
lainnya melainkan semuanya digabung kedalam satu tempat sampah. Pihak
pengelola objek wisata hanya menyediakan kotak sampah dari drum bekas dan
tidak ada pemilahan sampah. Selain itu, untuk proses pengelolaan sampahnya
masih belum ramah lingkungan, dalam artian sampah yang telah dikumpulkan
kemudian dibakar dan tidak ada proses daur ulang. Untuk pengolahan sampah di
setiap Gerai limbah buangan dan limbah minyak goreng tidak ada penampungan
khusus. Pola perilaku wisatawan, pedagang, masyarakat disekitar lokasi objek
wisata, dan pengelola yang masih sangat sering membuang sampah sembarangan
menyebabkan terganggunya kenyaman dan kebersihan pantai sehingga,
mempengaruhi minat wisatawan untuk berlibur di lokasi objek wisata tersebut.
Oleh karena itu, dengan permaslahan persampahan yang masih kompleks di setiap
objek wisata pesisir di Teluk Pandan dirasa perlu adanya peningkatan kesadaran
dan peran dari masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan sistem
pengelolaan persampahan yang baik di lokasi objek wisata. Selain itu, perlu adanya
upaya penerapan pengelolaan sampah dengan menggunakan pendekatan konsep
4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), recycle (mendaur ulang)
dan replace (mengganti) serta yang terpenting penyediaan prasarana Tempat
Pengumpulan Sementara (TPS) dan sarana pengankut sampah diseluruh kecamatan
yang hingga saat ini belum tersedia.
Untuk sistem drainase atau saluran pembuangan air lengkap dengan proses
pemeliharaan sebelum dibuang ke saluran kota drainase/saluran air hujan dan
resapannya harus diperhatikan dengan baik untuk menghindari genangan air di
halaman bangunan. Drainase yang ada di lokasi objek wisata tergolong drainase
tersier dengan lebar 0,5 m dan tinggi 0,5-1 meter yang merupakan drainase terbuka.
Terdapat permasalahan dalam sistem drainase yang ada di lokasi objek wisata
terutama untuk sistem drainase yang berada di objek wisata yang berdekatan
dengan permukiman. Berdasarkan kajian RTRW Kabupaten Pesawaran terkait
pengembangan sistem pemusatan pada lokal primer dan sekunder yang terdapat
pada desa pusat permukiman hingga saat ini belum terlaksana. Air limbah rumah
tangga yang dihasilkan dialiri langsung menuju pantai tanpa ada proses pengolahan
dan penampungan air limbah. Hal tersebut tentunya merusak ekosistem laut dan
144
4.1.5 Telekomunikasi
Mengingat pentingnya fungsi dari ketersediaan infrastruktur Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang dapat memberikan kemudahan dalam mengakses
dan meningkatkan kualitas pelayanan informasi. Selain itu, ketersediaan
infrastruktur TIK juga diharapkan dapat merangsang mekanisme kegiatan
pariwisata yang mampu meningkatkan kegiatan ekonomi dan peningkatan
efektivitas. Untuk itu perlu adanya efisiensi koordinasi dari setiap instansi
pemerintah, swasta, masyarakat, dan wisatawan dalam lingkup yang lebih luas.
Menara telekomunikasi/ BTS (Base Transceiver Station) menjadi salah satu
145
infrastruktur yang harus tersedia dalam upaya penerapan Smart Tourism. BTS
berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju
jaringan lain. Analisa ini bertujuan untuk menjabarkan ketersedian, kualitas dan
yang ada di 10 objek wisata pesisir Kabupaten Pesawaran di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung.
A. Kondisi Eksisting Infrastruktur TIK di Objek Wisata Teluk Pandan
1. Ketersediaan Menara BTS (Base Transceiver Station)
Mengingat pentingnya fungsi jaringan telekomunikasi, untuk memudahkan dalam
berkomunikasi dan mengakses informasi. Menara telekomunikasi yang ada di objek
wisata pesisir Kabupaten Pesawaran tepatnya Kecamatan Teluk Pandan yang
bmemiliki 10 Destinasi wisata saat ini telah tersedia dan dibeberapa lokasi
merupakan menara miliki 1 operator dan ada juga yang menerapkan sharing tower.
(a) (b)
Dalam pembangunannya dilakukan oleh provider itu sendiri dengan lokasi yang
cukup jauh atau tidak berdekatan. Sebaran menara BTS eksisting dapat dilihat pada
Gambar berikut.
146
nomor–nomor penting dan juga daftar travel biro yang dapat digunakan oleh
wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. Tidak hanya memberikan informasi
tentang apa saja destinasi dan kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Provinsi
Lampung, pada aplikai ini juga penggunanya dapat mengakses informasi terkini
terkait capaian dan kegiatan dari Dinas Pariwisata Lampung.
Penilain pelayanan objek wisata dapat dilihat dari ketersediaan dan kualitas
pelayanan di setiap objek wisata. Pada aplikasi “Pariwisata Lampung” masih
terdapat layanan informasi yang belum memiliki data terkait, seperti pada bagian
informasi hotel, wisata kuliner, dan kerajinan pada aplikasi sama sekali belum
terdapat informasi apapun. Hal ini menunjukkan masih kurang lengkapnya
informasi yang ada pada aplikasi tersebut sehingga, dapat dikatakan bahwa aplikasi
tersebut tidak optimal pemanfaatannya dalam memberikan informasi kepada calon
wisatawan untuk saat ini.
Dalam penyediaan aplikasi sebagai bagaian dari Smart Tools, aplikasi yang
dibuat harus memuat berbagai informasi tentang berbagai hal terkait pariwisata.
Menurut Buhalls 2000 dalam Buhalls et al.,2013. Informasi yang ada pada smart
tools yang dalam hal ini ialah aplikasi pariwisata haru mencakup komponen 6A
pariwisata :
150
sanggup kesana, berat sekali. Dalam jangak waktu dekat belum bisa.... Jadi,
posisi pemerintah dalam konteks ini hanya sebagai pencipta ekosistem saja untuk
terciptanya kondisi yang bagus untuk memanfaatkan TIK oleh masyarakat,
komunitas, dan berbaagai bidang dan itu tugasnya kominfo juga sama masih
untuk menciptakan ekosistem digital.” (B1-DI-01.01.07)
4.2 Moda Transportasi Menuju Provinsi Lampung dan Objek Wisata Pantai
Teluk Pandan
Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan memiliki potensi yang besar
dalam pengembangan pariwisatanya. Lokasi kawasan wisata Teluk Pandan yang
strategis dan sangat dekat dengan Ibu Kota Provinsi Lampung, yaitu Kota Bandar
Lampung dengan aksesibilitas yang baik dan ketersediaan sarana prasarana
perkotaan yang relatif lengkap. Hal tersebut, menjadikan Kawasan Startegis
Pariwisata Daerah Teluk Pandan ini sangat potensial dikunjungi oleh wisatawan
nusantara maupun wisatawan mancanegara. Banyaknya daya tarik wisata pantai
dan pulau-pulau kecil yang menjadi daya tarik unggulan di Teluk Pandan dapat
menjadi pertimbangan bagi calon wisatawan untuk berkunjung ke satu objek wisata
atau bahkan beberapa objek wisata sekaligus. Pada bagian ini akan membahas
mengenai Moda Transportasi yang dapat digunakan untuk masuk ke Provinsi
Lampung dan KSPD Teluk Pandan.
A. Kondisi Eksisting Moda Transportasi
Pada dasarnya moda transportasi terdiri dari dua kata yaitu moda dan
transportasi. Moda memiliki arti bentuk atau jenis dan untuk kata transpotasi berarti
suatu kegiatan memindahkan sesuatu baik orang maupun barang dari satu tempat
ke tempat lain dengan atau tanpa sarana. Jadi, secara umum pengertian dari Moda
152
b. Bus Akap
Dari Pelabuhan Merak menuju Terminal Rajabasa Bandar Lampung tersedia
Bus atau Travel (Avanza, APV, L300) antar langsung tujuan dalam kota
Bandar Lampung. Biasanya bus akap berangkat dari terminal Bus Kalideres
atau Terminal Bus Kampung Rambutan menuju Terminal Bus Pelabuhan
Merak (Bus Ekonomi AC) dengan lama perjalanan sekitar 2 jam.
c. Bus DAMRI
Untuk pengunjung yang ingin bepergian dengan menggunakan bus DAMRI
yang saat ini telah melayani perjalanan menuju Lampung dengan tarif
153
d. Transportasi Udara
Beberapa maskapai penerbangan seperti Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya
Air, Batik Air, Wings Air, Express Air, dan NAM Air siap melayani
penerbangan Bandara Radin Inten II, Lampung - Bandara Soekarno Hatta
Jakarta. Lama penerbangan yang dibutuhkan sekitar 45 menit. Bandar Radin
Inten II saat ini telah melayani penerbangan langsung ke beberapa kota besar
di Indonesia seperti : Batam, Palembang, Jakarta (HLP), Bandung, Yogyakarta,
Surabaya dan Denpasar. Dengan jadwal penerbangan setiap hari dengan sekitar
58 kali penerbangan.
Atraksi wisata yang mejadi daya tarik wisatawan dibagi menjadi atraksi wisata
alam dan atraksi wisata buatan. Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (1996)
adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu
daerah tujuan wisata, seperti:
a. Alam (Nature), yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam yang
dimanfaatkan dan diusahakan di tempat objek wisata yang dapat dinikmati
dan memberikan kepuasan kepada wisatawan. Contohnya, pemandangan
alam, pegunungan, flora dan fauna.
b. Buatan Manusia (Man made), yaitu segala sesuatu yang berasal dari karya
manusia, dan dapat dijadikan sebagai objek wisata seperti bangunan, benda-
benda sejarah, kebudayaan, religi serta tata cara manusia.
Atraksi Wisata
Objek Wisata
Alam Buatan
Masjid Al-Kharomah dan Makam TB
Pantai Queen Arta Pantai
Sangkrah
Pantai dan Menara Dermaga Kayu, Cafe and Resto, Play
Pantai MS Town
Pandang Mutun ground, dan Water Sport
Pantai Mutun
Pantai Water Boom dan Kolam Ikan Hiu
Haruna Jaya
Pantai Putra Mutun Pantai Water Sport
Pantai Mutun Asri Pantai Water Sport
Masjid Apung, Puncak Indah, Cafe and
Pantai Sari
Pantai dan Puncak Indah Resto, Water sport, dan Lapanga Volly
Ringgung
Pantai
Pantai Kelapa Dermaga Pelangi (Spot Foto) dan Water
Pantai
Rapat Sport
Taman Dewi Pantai dan Hutan
Broadwalk dan Spot foto
Mandapa Mangrove
Pantai Ketapang Pantai dan Bukit Laban Spot Foto pada Bebatuan cadas
Wisata Hutan
Hutan Mangrove dan
Bakau Petengoran Broadwalk dan Spot Foto
Pantai
Gebang
Sumber : Hasil Observasi, 2020
Dari hasil observasi yang telah dilakukan atraski wisata alam yang disajikan bagi
wisatawan di kawasan Teluk Pandan ialah atraksi alam pantai di setiap destinasinya
159
dan juga terdapat beberapa objek wisata yang memiliki daya tarik view
pemandangan dari atas bukit, seperti yang ada di Pantai MS Town, Pantai Sari
Ringgung dan Pantai Ketapang. Pada kawasan wisata Teluk Pandan tidak hanya
pantai dan bukit saja yang menjadi daya tarik tetapi kelestarian hutan mangrove
ikut menambah daya tarik untuk berwisata, seperti di Taman Dewi Mandapa dan
Wisata Hutan Bakau Petengoran Gebang. Kelestarian dan hijaunya hutan mangrove
menjadi daya tarik utama bagi wisatawan untuk berkunjung. Selain itu, pada setiap
objek wisata pantai di Teluk Pandan juga terdapat wisata buatan yang menambah
aktivitas/kegiatan wisata yang dapat dilakukan dan tentunya dapat membuat
wisatawan yang berkunjung merasa betah di objek wisata tersebut. Wisata buatan
yang disajikan untuk memanjakan wisatawan di KSPD Teluk Pandan diantaranya
ada bangunan Masjid apung, Masjid Al-Kharomah dan Makam TB Sangkrah,
Dermaga yang memiliki niali estetis, Broadwalk di antara rerimbunana hutan
Mangrove, play groung, water boom, kolam penangkaran ikan hiu, water sport,
lapangan volly pantai, dan berbagai spot foto.
Berdasarkan dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031 apabila
ditinjau dari dari segi perkembangan wilayahnya, KSPD Teluk Pandan dapat
dikatakan sudah sangat berkembang sebagai kawasan perkotaan dengan
ketersediaan sarana dan prasarana yang terpenuhi dan menjadi daya tarik bagi
banyak wisatawa domestik dan mancanegara untuk berwisata. Namun, terdapat hal
yang belum setara pada sektor pariwisata dengan tingkat perkembangan wilayah
Teluk Pandan, yaitu pada pengemasan produk wisata yang ada di KSDP Teluk
Pandan ini dirasakan masih kurang dapat bersaing dengan kawasan wisata lain di
sekitarnya. Dalam pengembangan wisatanya dirasa perlu adanya upaya untuk
mengangkat keunikan dan daya tarik yang dimiliki sesuai dengan karakter wilayah
pantai dan pedesaan yang dikemas semodern mungkin sehingga, mampu
meningkatkan minat wisatawan nusantara dan mancanegara untuk berkunjung ke
berbagai objek Wisata Teluk Pandan.
160
4.4 Tingkat Kesiapan Sub Variabel Penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk
Pandan
Pada tahap ini akan dilakukan analsis tingkat kesiapan penerpan Smart Tourism
pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan dengan metode skoring. Proses analisis
tingkat kesiapan pada variabel Smart Tourism ditinjau dari ketersediaan dan
kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan
fasilitas penunjang wisata yang kemudian menghasilkan nilai kesiapan objek wisata
pesisir di Teluk Pandan dalam menerapkan Smart Tourism dengan mengacu pada
kebijakan, aturan, dan berbagai standar terkait.
Keterangan :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP: 1 (1-10,66)
Hasil analisis skoring dari kualitas pelayanan yang baik dalam infrastruktur
transportasi Jalan mengindikasikan SIAP, meskipun untuk jalan pada lokasi wisata
di Taman Dewi Mandapa dan Hutan Mangrove Petengoran terindikasi secara
eksisting tidak siap yang dikarenakan kondisi jalan yang kecil, berlubang dan
digenangi air pada jalan menuju objek wisata dan di dalam lokasi objek wisata yang
dirasa perlu adanya perbaikan untuk menunjang kemudahan mengakses lokasi
objek wisata. Sedangkan, untuk hasil analisis kualitas dari dermaga dalam
menunjang kegiatan pariwisata mengindikasikan AGAK SIAP. Hal ini dikarenakan
terdapat beberapa objek wisata yang tidak memiliki dermaga dan juga terdapat
dermaga yang memiliki kualitas yang kurang layak seperti dermaga yang ada di
Pantai Mutun Asri. Secara keseluruhan dermaga yang ada di berapa objek wisata
sudah memenuhi aspek fungsional untuk kelancaran aktivitas penyeberangan dan
secara estetikanya hanya beberapa dermaga yang memenuhi nilai estetika, yaitu
dermaga di Pantai MS Town dan Pantai Kelapa Rapat. Untuk pemenuhan prinsip
163
Keterangan :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)
Untuk hasil analisis penilaian kualitas dari penyediaan air bersih dalam
menunjang kegiatan pariwisata mengindikasikan SIAP. Meskipun dalam
penyediaan air bersih di kawasan objek wisata pantai di Teluk Pandan tidak
terlayanin oleh PDAM. Namun, kualitas air yang bersumber dari sumur bor atau
sumur galian hampir pada seluruh objek wisata memiliki kualitas yang baik. Dalam
penyediaan air bersih ditinjau dari RTRW Kabupaten Pesawaran terkait rencana
pelayanan air bersih di Kabupaten Pesawaran hingga tahun 2031 dengan memakai
standard Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/M/2001 dengan standard 60 – 220
lt/org/hari. Cakupan pelayanannya pada rentang 55–75 % penduduk yang terlayani,
hal ini memandang pada kawasan pedesaan dapat memakai sumber mata air
setempat seperti pegunungan, danau, sungai, dan air tanah sebagai sumber
pemenuhan kebutuhan akan air. Penyediaan air bersih di seluruh objek wisata
165
Keterangan :
SIAP: 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)
Keterangan :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)
Hasil analisis sistem pengolahan limbah pada kawasan objek wisata pantai di
Teluk Pandan dibagi menjadi 3 sub variabel. Untuk hasil analisis skoring
persampahan dalam menunjang kenyaman dan kebersihan di objek wisata
mengindikasikan TIDAK SIAP. Hal tersebut dikarenakan dalam penyediaan saran
kotak sampah yang ada di kawasan objek wisata tidak memenuhi ketentuan seperti
tempat sampah terpadu tidak dipisahkan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu organik,
non organik, botol kaca, botol dan gelas plastik serta bahan plastik lainnya di lokasi
objek wisata hanya disediakan kotak sampah tanpa pemilihan, selain itu tempat
sampah yang ada di lokasi objek wisata bukan kotak sampah tertutup dan tidak
menerapkan konsep 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali),
recycle (mendaur ulang) dan replace (mengganti), dan setiap Gerai tidak ada
pengolahan limbah buangan dan penampungan limbah minyak goreng. Sistem
pengolahan sampah yang telah dikumpulkan diproses dengan dibakar. Hasil
analisis untuk jaringan dranaise yang ada di lokasi objek wisata mengindikasikan
TIDAK SIAP. Sistem jaringan drainase yang ada di lokasi objek wisata drainase
atau saluran pembuangan air tidak dilengkap dengan proses pemeliharaan sebelum
dibuang ke saluran kota. Bahkan dalam proses pembuangannya drainase langsung
dialiri menuju laut. Hal tersebut dikarenakan kawasan objek wisata pantai yang
berdekatan dengan permukiman masyarakat dan juga kurangnya ketersediaan
infrastruktur pengolahan limbah. Kondisi tersebut tentunya membuat ekosistem
pantai menjadi tercemar, air laut menjadi keruh dan kotor serta dapat mengurangi
kenyamanan wisatawan. Selanjutnya, untuk hasil analisis skoring terkait
pengelolaan limbah pada sanitasi di kawasan wisata di pantai Teluk Pandan
mengindikasikan AGAK SIAP. Dalam penyediaan sanitasi di kawasan pesisir
Teluk Pandan dan kebijakan RTRW Kabupaten Pesawaran memang untuk fasilitas
septic tank pada disediakan masing-masing Kepala Keluarga (KK). Tetapi
seharunya untuk sistem pembuangan jamban di daerah pesisir sangat penting untuk
169
4.4.1.5 Telekomunikasi
Penilaian ketersediaan infrastruktur TIK dan kualitas pelayanan yang baik dalam
telekomunikasi dilakukan dengan menggunakan indikator telekomunikasi, yaitu: 1.
Memiliki BTS dan radius pelayanan hingga ke kawasan objek wisata; 2. Kecepatan
mengakses internet 4G; 3. Pengembangan menara telekomunikasi bersama
(sharing tower) dalam rangka efisiensi ruang; 4. Pemenuhan kebutuhan wisatawan
dalam mengakses informasi daerah tujuan wisata di Teluk Pandan.
Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel telekomunikasi, yaitu : Jika
Tersedia mendapatkan skor 1 dan jika tidak tersedia mendapatkan skor 0. Hasil
dari skro tersebut kemudian diakumulasikan dan dibandingkan dengan ketentuan
untuk melihat tingkat kesiapannya.
Infrastruktur
Media Informasi
Telekomunikasi Jaringan
Skor
Skor
N
Objek Wisata Tersedia/ Internet Tersedia/
o Total
Tidak 2/3/4G Tidak Bentuk
BTS
Tersesdia Tersedia
Pantai Queen Tidak
1 Tersedia 4G 1 - 0
Arta Tersedia
18 Ig :
Pantai MS
2 Tersedia 4G 1 Tersedia @mstown_pantai 1
Town
mutun, Fb :
170
Infrastruktur
Media Informasi
Telekomunikasi Jaringan
Skor
Skor
N
Objek Wisata Tersedia/ Internet Tersedia/
o Total
Tidak 2/3/4G Tidak Bentuk
BTS
Tersesdia Tersedia
mstown.pantaimut
un, web :
www.pantaimutun
beach.bloogspot.co
.id
Pantai Mutun Ig :
3 Tersedia 4G 1 Tersedia 1
Haruna Jaya @pantai_mutun
Pantai Putra
4 Tersedia 4G 1 Tersedia Ig : @putramutun 1
Mutun
Pantai Mutun Tidak
5 Tersedia 4G 1 - 0
Asri Tersedia
Ig :
@pantai.sariringgu
Pantai Sari
6 Tersedia 4G 1 Tersedia ng, web : 1
Ringgung
www.pantaisaririn
ggung.com
Pantai Kelapa Ig :
7 Tersedia 4G 1 Tersedia 1
Rapat @pantaiklaratour
Taman Dewi Ig :
8 Tersedia 4G 1 Tersedia 1
Mandapa @dewimandapa
Pantai Tidak
9 Tersedia 4G 1 - 0
Ketapang Tersedia
Hutan Ig :
1
Mangrove Tersedia 4G 1 Tersedia mangrovepetengor 1
0
Petengoran an
Total 10 Total 7
Sumber : Hasil Analisis, 2020
Keterangan :
SIAP : 13,7-20
AGAK SIAP : 7,4-13,6
TIDAK SIAP : 1-7,3
Hasil analisis ketersediaan infrastruktur TIK dan kualitas pelayanan yang baik
dalam telekomunikasi mengindikasikan SIAP. Ketersediaan 18 menara Base
Transceiver Station (BTS) yang ada di Kawasan Teluk Pandan mengindikasikan
kesiapan dalam memberikan pelayanan dan kemudahan akses internet di berbagai
objek wisata pesisir. Hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan radius
pelayanan BTS sampai ke kawasan objek wisata pantai dengan kecepatan
mengakses internet 4G dan dalam penyediaan menara BTS kedepanya diharapkan
171
adanya kerjasama antar penyedia BTS denga provider lain untuk secara bersama-
bersama menggunakan tower (sharing tower) dalam rangka mewujudkan efisiensi
ruang. Selain itu, untuk memberikan kemudahan mengakses informasi beberapa
objek wisata pesisir di Teluk Pandan telah memiliki media sosial dan juga web yang
dapat diakes oleh pengunjung untuk mendapatkan beberapa informasi terkait
dengan objek wisata yang akan dikunjungi.
Keterangan :
SIAP : 20,3-30
AGAK SIAP : 10,7-20,2
TIDAK SIAP : 1-10,6
Hasil analisis kualitas pelayanan moda transportasi yang baik dalam kemudahan
akses mengindikasikan TIDAK SIAP. Permasalahan yang terjadi ialah kurangnya
kuantitas angkutan umum dan juga integrasi moda transportasi antara kota Bandar
Lampung dengan kawasan wisata di Teluk Pandan yang tidak tersedia. Angkutan
umum yang beroperasi adalah angkutan umum yang memiliki trayek dari Pasar
Cimeng-Way Ratai yang menunjukan bahwa tidak ada angkutan umum yang dapat
digunakan oleh wisatawan dari pusat kota Bandar Lampung untuk menuju lokasi
objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Selain itu, angkutan umum yang ada tidak
memiliki trayek atau rute hingga ke lokasi objek wisata hanya batas jalan kabupaten
yang dilintasi saja. Meskipun dalam pelayanannya terdapat objek wisata yang
terjangkau angkutan umum, yaitu Pantai Queen Artha, Panatai Ketapang, dan
Pantai Kelapa Rapat yang lokasi objek wisatanya dapat dijangku angkutan umum
karena berada di dekat jalan kabupaten. Hal tersebut tentunya membuat masih
kurangnya kualitas pelayanan transportasi bagi wisatawan yang berkunjung,
sehingga untuk dapat berwisata ke beberapa objek wisata yang ada harus
menggunakan transportasi pribadi atau menyewa angkutan umum. Permasalahan
tidak terjangkaunya beberapa objek wisata dengan trayek transportasi umum dapat
mempengaruhi dalam aksesibilitas objek wisata tersebut, terutama bagi wisatawan
yang berasal dari kalangan yang tidak memiliki kendaraan pribadi.
173
Atraksi Wisata
Objek Wisata Alam Buatan
Masjid Al-Kharomah dan Makam TB
Pantai Queen Arta Pantai Sangkrah
Pantai Mutun Asri Pantai Water Sport
Pantai Putra Mutun Pantai Water Sport
Pantai dan Menara Dermaga Kayu, Cafe and Resto, Play
Pantai MS Town Pandang Mutun ground, dan Water Sport
Pantai Mutun
Haruna Jaya Pantai Water Boom dan Kolam Ikan Hiu
Masjid Apung, Cafe and Resto, Water
Pantai Sari Pantai dan Puncak sport, Play ground, dan Lapanga Volly
Ringgung Indah Pantai
Hutan Mangrove
Petengoran Hutan Mangrove Broadwalk dan Spot Foto
Taman Dewi
Mandapa Pantai Broadwalk dan Spot foto
Pantai dan Bukit
Pantai Ketapang Laban Spot Foto pada Bebatuan cadas
Pantai Kelapa Dermaga Pelangi (Spot Foto) dan
Rapat Pantai Water Sport
Total 13 25
Sumber : Hasil Observasis, 2020
Tabel diatas menunjukkan jumlah atarksi wisata alam dan atraksi wisata buatan
yang terdapat pada kawasan objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Selanjutnya,
dalam penelitian ini akan dilakukan analisis keberagaman dengan mnggunakan
indeks perhitungan Shannon. Hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat
pada Tabel berikut.
174
Hasil analisis skoring pada sub komponen kualitas pelayanan yang baik dalam
atraksi, yaitu termasuk dalam kategori SIAP. Keberagaman potensi wisata di Teluk
Pandan dengan daya tarik utama obyek wisata alam Pantai dan Pulau-Pulau Kecil
serta atraksi wisata buatan yang ada, mengindikasikan mampunya atraksi wisata
alam dan buatan di KSPD Teluk Pandan menjadi pilihan objek wisata yang dapat
dinikmati oleh pengunjung. Dengan keberadaan atraksi wisata alam dan buatan
yang berada pada satu lokasi dapat memberikan daya tarik lebih karena wisatawan
dapat menikmati keindahan alam dan juga menikmati wisata buatan tanpa perlu
melakukan perpindahan lokasi objek wisata.
SIAP : 13,67-20
AGAK SIAP : 7,34-13,66
TIDAK SIAP : 1-7,33
kemudahan bagi wisatawan dalam melakukan perpindahan serta akses untuk masuk
ke berbagai objek wisata dengan menggunakan smart card dan berdasarkan kajian
yang telah dilakukan pada objek wiata pesisir pantai di Teluk Pandan tidak ada
objek wisata yang menyediakan atau menggunakkan smart card atau pembaca
RFID atau tiket kertas dengan barcode/QR code scanner. Meskipun objek wisata
yang dominan di KSPD Teluk Pandan ini adalah wisata alam yang kawasan
pesisirnya dengan karakteristik dan permasalahan yang unik namun, dalam
perkembangan pelayanan sektor pariwisatanya sangat penting untuk menerapkan
TIK sehingga, mampu menyesuaikan dengan perkembangan pariwisata yang
semakin modern sebagai upaya untuk peningkatan potensi sektor pariwisata dan
kesejahteraan masyarakat kawasan pesisir.
Pelayanan Pariwisata
Fasilitas Akomodasi
Fasilitas Keamanan
Fasilitas Kesehatan
Perbankan/ATM
Fasilitas Kamar
Fasilitas Ibadah
(Toko/Warung)
Fasilitas Parkir
Mandi/Toilet
Fasilitas
Nilai
Persentase
Objek Wisata Per Jenis
Pantai Queen
0 0 0 3 0 2 1 1 0 1 50 %
Artha
Pantai Mutun
0 2 4 9 1 1 2 2 0 0 70 %
Asri
Pantai Putra CCTV
2 1 1 0 1 2 2 0 0 70 %
Mutun 8
Pantai MS Pos
Town Pantau
1, 0 3 40 0 2 5 1 0 1 70 %
CCTV
24
Pantai Mutun
0 0 4 17 0 4 2 1 0 1 60 %
Haruna Jaya
Pantai Sari CCTV
2 3 80 0 4 4 2 0 1 80 %
Ringgung 30
Hutan Bakau
Petengoran 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 30 %
Gebang
Taman Dewi
0 0 0 4 0 2 1 1 0 1 50 %
Mandapa
Pantai Ketapang 0 20 0 10 2 3 1 1 1 1 80 %
Pantai Kelapa
1 0 0 56 0 6 4 2 0 2 70 %
Rapat
Rata-Rata Persentase 63 %
Sumber : Hasil Analisis, 2020
Keterangan :
SIAP : 67,68 % -100%
AGAK SIAP :33,34%-67,67%
TIDAK SIAP : 1-33,33%
Hasil analisis kualitas pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata
ditinjau dari ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas penunjang wisata terhadap
178
objek wisata termasuk dalam kategori AGAK SIAP. Pada aspek ketersediaan dan
kualitas pelayanan yang baik, dapat dikatakan bahwa hampir semua objek wisata
pesisir tidak memiliki seluruh fasilitas penunjang wisata. Selain itu, untuk fasilitas
kesehatan seperti puskesmas tidak tersedia di seluruh objek wisata dan juga
jaraknya lebih dari 400 meter sehingga, sulit dijangkau pengunjung. Untuk fasilitas
kesehatan yang ada disekitar objek wisata dan mudah dijangkau hanyalah bidan
yang berada di permukiman masyarakat lokal seperti di Kawasan Pantai Mutun dan
juga Pantai Ketapang. Untuk fasilitas yang sudah ada dalam mengaksesnya
terjangkau namun, untuk ketersediaan fasilitas seperti fasilitas perbankan,
akomodasi, fasilitas keamanan, dan juga fasilitas kesehatan kebanyakan tidak
tersedia di objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Hal tersebut mengindikasikan
tigkat pelayanan terhadap kebutuhan wisatawan untuk kegiatan pariwisata tidak
terpenuhi.
Bentuk Tersedia/Tidak
Fasilitas Umum Bentuk Skor
Pemanfaatan TIK Tersedia
Ms.Office, Software
personnel data
Fasilitas CCTV dan
Tersedia infomation, dan 1
Keamanan komputer
Software inventaris
perkantoran
Soft Ware
Tidak Tersedia - 0
Fasilitas Komputer
Akomodasi Pemasaran
Tidak Tersedia - 0
melalui online
Fasilitas Rumah Software
Tidak Tersedia - 0
Makan Komputer
179
Bentuk Tersedia/Tidak
Fasilitas Umum Bentuk Skor
Pemanfaatan TIK Tersedia
Software
Tidak Tersedia - 0
Fasilitas Komputer
Perdagangan Barcode/QR Code
Tidak Tersedia - 0
Scanner
Fasilitas Software
Tidak Tersedia - 0
Kesehatan Komputer
Fasilitas Kamar
Smart Keran Tidak Tersedia - 0
Mandi/Toilet
Software Ms. Office dan
Tersedia 1
Fasilitas Parkir Komputer Parking System
Smart Card Tidak Tersedia - 0
Fasilitas Software
Tidak Tersedia - 0
Perbankan/ATM Komputer
Fasilitas Soft Ware
Tidak Tersedia - 0
Informasi dan Komputer
Pelayanan Aplikasi
Tersedia Pariwisata Lampung 1
Pariwisata Pariwisata
Total Skor 3
Sumber : Hasil Analisis, 2020
Keterangan :
SIAP : 9,1-13
AGAK SIAP : 5,1-9
TIDAK SIAP : 1-5
4.5 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek wisata pesisir di
Teluk Pandan.
Tahap analisis ini merupakan bagian terakhir yang akan mengakumulasikan
seluruh skor kesiapan pada variabel Smart Tourism yang ditinjau dari ketersediaan
dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata,
dan fasilitas penunjang wisata yang kemudian menghasilkan nilai kesiapan objek
wisata pesisir di Teluk Pandan dalam menerapkan Smart Tourism.
Skor kesiapan sub Variabel dalam penerapan Smart Tourism pada objek wisata
pesisr pantai di KSPD Teluk Pandan seperti ditunjukkan pada tabel diatas. Untuk
mengetahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism, kemudian skor yang telah
didapat diakumulasi menjadi skor Variabel. Berikut merupakan hasil nilai kesiapan
tiap Variabelnya
181
Analisis kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk
Pandan dengan total keseluruhan skor pada variabel Smart Tourism, yaitu 8.
Selanjutnya, total skor tersebut dianalisis dengan kriteria kesiapan penerpan Smart
Tourism dan dapat disimpulkan objek wisata pesisir di Teluk Pandan dinyatakan
AGAK SIAP yang ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur
dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata.
Dari hasil analisis pada kesiapan penerepan Smart Tourism di objek wisata
pesisir Teluk Pandan menunjukkan bahwa variabel penelitian Smart Tourism
memiliki hasil yang bervariasi. Untuk variabel penelitian infrastruktur dasar dan
infrastruktur TIK dinyatakan siap untuk mendukung dalam penerapan Smart
Tourism. Infrastruktur dasar dan TIK menjadi salah satu komponen paling penting
dalam menunjang berbagai kegiatan termasuk pariwisata yang mampu berdampak
terhadap kemudahan akses dan pergerakan, pemenuhan kebutuhan dalam kegiatan
182
wisata, efisiensi dalam berbagai kegiatan wisata bagi para wisatawan dan juga
berbagai pihak terkait.
Untuk atraksi wisata yang menjadi salah satu komponen penting karena berperan
sebagai daya tarik utama dalam kegiatan pariwisata yang mengindikasikan agak
siap. Sebenarnya pada keberagaman atraksi wisata alam dan buatan yang ada di
objek wisata Teluk Pandan telah beragam. Namun, kekurangannya ialah terletak
pada penerapan TIK dalam menunjang atraksi wisata yang masih sangat kurang
pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Hal tersebut tentunya dapat memberikan
dampak pada atraksi wisata sebegai komponen utama yang belum mampu menarik
minat banyak pengunjung dengan target pemerintah bahkan menarik minat
wisatawan mancanegara untuk berlibur di Kawasan Teluk Lampung.
Untuk fasilitas penunjang wisata yang ada pada objek wisata pesisir pantai di
Teluk Pandan secara keseluruhan dinyatakan agak siap. Untuk fasilitas umumnya
telah tersedia dan memiliki kemudahan dalam menjangkaunya. Namun,
permaslahan yang terjadi ialah masih terdapat beberapa fasilitas penunjang wisata
yang belum tersedia di berbgai objek wisata, seperti fasilitas perbankan/atm,
fasilitas kesehatan, faslitas keamanan, dan fasilitas rumah makan. Selain itu,
kurangnya pemanfaatan dan penerapan TIK pada fasilitas penunjang wisata
membuat kurangnya efektifitas dan efisiensi dalam pengoperasian setiap fasilitas
yang ada.
Untuk komponen transportasi mengindikasikan Tidak Siap. Hal ini disebabkan
karena permasalahan ketersediaan angkutan umum yang belum memadai dan juga
trayek yang tidak menjangkau setiap lokasi objek wisata. Kondisi ini membuat
setiap calon pengunjung objek wisata pesisir di Teluk Pandan harus menggunakan
kendaraan pribadi atau menyewa moda transportasi lainnya. Komponen
trasnportasi pada wilayan kajian penelitian ini dapat disimpulkan tidak dapat
memberikan pelayanan yang baik dalam hal efektfitas, efisiensi, dan kemudahan
dalam memenuhi kebutuhan pengunjung wisata untuk mendapatkan kemudahan
dalam mengakses lokasi objek wisata.
4.6 Kluster Tingkat Kesiapan Objek Wisata dalam Penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan
Setelah melihat tingkat kesiapan secara keseluruhan kawasan Teluk Pandan, maka pada bagian ini akan menjelaskan analisis skoring terkait
tingkat kesiapan 10 objek wisata pesisir di KSPD Teluk Pandan dalam menerapkan Smart Tourism pada. Berikut tabel tingkat kesiapannya.
Tabel 4. 18 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism Objek Wisata di KSPD Teluk Pandan
Infrastruktur Fasilitas Penunjang
Sistem Pengolahan Limbah Atraksi Wisata
Objek Jalan Air Infrastruktur Wisata Total Tingkat
No Listrik Transportasi
Wisata Besih TIK Kualitas Penerapan Ketersediaan Penerapan Skoring Kesiapan
Jalan Dermaga Persampahan Drainase Sanitasi
Pelayanan TIK dan Kualitas TIK
Pantai MS
1 3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 31 Siap
Town
Pantai Sari
2 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 30 Siap
Ringgung
Pantai
3 Kelapa 3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 28 Siap
Rapat
Pantai Putra
4 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 27 Siap
Mutun
Pantai
5 3 3 3 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 27 siap
Ketapang
Pantai Agak
6 3 2 2 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 25
Mutun Asri Siap
Pantai
Agak
7 Mutun 2 1 2 3 1 1 2 3 1 3 1 2 1 23
Siap
Haruna Jaya
Pantai Agak
8 1 1 3 3 1 1 2 2 1 3 1 2 1 22
Queen Arta Siap
Taman
Agak
9 Dewi 1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 2 1 19
Siap
Mandapa
Hutan
Agak
10 Mangrove 1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 1 1 18
Siap
Petengoran
Sumber : Hasil Analisis Peneliti, 2020
183
Dari tabel diatas dapat diketahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism
berdasarkan kajian yang dilakukan di setiap objek wisata pantai yang ada di
Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung menunjukkan 4 kluster tingkatan
kesiapan, yaitu :
A. Kluster 1 : Siap infrastruktur dasar dan TIK, Atraksi wisata, Fasilitas penunjang
wisata dan tidak siap transportasi
1. Pantai MS Town
2. Pantai Sari Ringgung
B. Kluster 2 : Siap infrastruktur dasar dan TIK, Agak siap atraksi wisata dan
fasilitas penunjang wisata, dan tidak siap transportasi
1. Pantai Kelapa Rapat
2. Pantai Putra Mutun
3. Pantai Ketapang
C. Kluster 3 : Agak siap infrastruktur dasar dan TIK, Atraksi wisata, fasilitas
wisata dan tidak siap transportasi
1. Mutun Asri
2. Pantai Haruna Jaya
3. Pantai Queen Artha
4. Taman Dewi Mandapa
D. Kluster 4 : Agak siap infrastruktur dasar dan TIK, Atraksi wisata dan tidak siap
fasilitas penunjanh wisata dan transportasi
1. Hutan Mangrove Petengoran
184
BAB V
TINGKAT KESIAPAN KAWASAN OBJEK WISATA PESISIR
TELUK PANDAN UNTUK MENERAPKAN SMART TOURISM
Komponen
Smart Temuan Studi
Tourism
Infrastruktur Jalan
1. Siap : Pantai MS Town, Putra Mutun, Mutun Asri, Sari Ringgung,
Kelapa Rapat, dan Ketapang
2. Agak Siap : Haruna Jaya
3. Tidak Siap : Hutan Mangrove Petengoran, Taman Dewi Mandapa dan
Queen Artha
Infrastruktur Dermaga :
1. Siap : Pantai MS Town, Kelapa Rapat, dan Ketapang
Infrastruktur
Dasar dan 2. Agak Siap : Putra Mutun, Mutun Asri, Sari Ringgung,
TIK 3. Tidak Siap : Queen Artha Mutun Haruna Jaya, Hutan Mangrove
Petengoran, dan Taman Dewi Mandapa
Penyediaan Air Bersih :
1. Siap : Pantai Queen Artha, Putra Mutun, MS Town, Sari Ringgug,
Kelapa Rapat, dan Ketapang
2. Agak Siap : Mutun Asri, Haruna Jaya
3. Tidak Siap : Hutan Mangrove Petengoran, dan Taman Dewi Mandapa
Jaringan listrik yang tidak siap hanya Hutan Mangrove Petengoran, dan Taman
Dewi Mandapa
185
186
Komponen
Smart Temuan Studi
Tourism
Persampahan : Seluruh objek wisata tidak siap, tidak memenuhi standar
Drainase : Seluruh objek wisata tidak siap, tidak memenuhi standar
Sanitasi : Seluruh objek wisata agak siap, memiliki septictank per KK
Telekomunikasi : Siap, terdapat 18 menara telekomunikasi/BTS yang
dibangun oleh beberapa operator dan pelayanan internet telah tersedia 4G dan
beberapa objek wisata telah memiliki media sosial dan web.
Angkutan Umum : TIDAK SIAP. Permasalahan yang terjadi ialah kurangnya
moda transportasi umum dan juga integrasi moda transportasi. Selain itu,
Transportasi
angkutan umum yang ada tidak menghantarkan pengunjung hingga ke lokasi
objek wisata hanya batas jalan kabupaten yang dilintasi saja.
Keberagaman Atraksi Wisata : SIAP. Tersedia berbagai macam pilihan atraksi
wisata alam dan buatan. Tidak memiliki atraksi wisata budaya dan belanja.
Atraksi
Penerapan Teknologi pada Atraksi Wisata : TIDAK SIAP. Karena belum
Wisata
semua objek wisata menggunakan komputer dan software. Hanya Pantai MS
Town dan Sari Ringgung yang telah menerapkan.
Kualitas pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata : AGAK SIAP.
Belum tersedia semua fasilitas seperti fasilitas kesehatan yang mudah
Fasilitas dijangkau, fasilitas pembayaran/ATM, Fasilitas Keamanan dengan
Penunjang menyediakan CCTV dan juga Pos Pantau serta fasilitas akomodasi.
Wisata Ketersediaan TIK dalam pengoperasian fasilitas penunjang wisata : TIDAK
SIAP. karena pada sebagian besar objek wisata tidak tersedia software
komputer dan juga tidak ada penggunaan smart card.
Sumber : Peneliti, 2020
Dari hasil analisis yang telah dilakukan terkait tingkat kesiapan penerapan Smart
Tourism yang dikaji berdasarkan Infrastruktur Dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi
Wisata, dan Fasilitas Penunjang Wisata pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan.
Didapatkan Tingkat Kesiapan Berdasarkan objek wisata tingkat kesiapan
penerapan Smart Tourism sebagai berikut :
1. SIAP : Pantai MS Town, Pantai Putra Mutun, Pantai Sari Ringgung, Pantai Kelapa
Rapat, dan Pantai Ketapang
2. AGAK SIAP : Pantai Queen Artha, Pantai Haruna Jaya, Pantai Mutun Asri, Taman
Dewi Mandapa, dan Hutan Mangrove Petenggoran
3. TIDAK SIAP : -
Berdasarkan variabel yang dikaji tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di KSPD
Teluk Pandan sebagai berikut :
1. Infrastruktur Dasar dan TIK mengindikasikan Siap. Hal tersebut dinilai berdasarkan
standar dari Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2018 Tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik
Bidang Pariwisata. Di KSPD Teluk Pandan telah tersedia Jalan, Dermaga, Air
187
Bersih, Listrik, dan Menara BTS dalam kondisi baik untuk menunjang
pengembangan kawasan Pariwisatanya. Namun, untuk sistem pengolahan
limbah dalam hal Persampahan dan Drainase masih menjadi kendala utama
karena belum tersedia.
2. Atraksi wisata di KSPD Teluk Pandan mengindikasikan siap untuk kualitas
pelayanan dan keberagaman atraksi wisata alam dan buatan. Namun, apabila
dibandingkan dengan preseden pilihan atraksi wisata di kawasan Teluk Pandan
tidak selengkap Bali yang memiliki 4 atraksi wisata, yaitu wisata alam, wisata
buatan, wisata belanja, dan wisata budaya. Dalam penerapan Smart Tourism
pada komponen atraksi wisata di Teluk Pandan perlu menerapkan penggunaan
TIK, seperti smart card, QR Barcode, perangkat komputer dan software serta
penyediaan free wifi di seluruh lokasi objek wisata sehingga, dapat
meningkatkan kualitas pelayanan serta memberikan kemudahan bagi
wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata dan mengakses informasi wisata
yang dibutuhkan.
3. Moda Transportasi pada KSPD Teluk Pandan mengindikasikan Tidak Siap.
Hal tersebut karena angkutan umum yang tersedia tidak terintegrasi dari pusat
kota, tingkat kemudahan akses transportasi umum yang cukup sulit dan trayek
yang tidak menjangkau seluruh lokasi objek wisata. Selain itu, terdapat
masalah pada kualitas dan kenyamanan angkutan umum di KSPD Teluk
Pandan yang menggunakan mobil pick up yang dimodisikasi dengan diberi
penutup dan kursi penumpang pada bagian belakang. Hal tersebut menunjukan
kualitas pelayanan transportasi umum di KSPD Teluk Pandan yang masih
rendah, apabila dibandingkan dengan preseden Kota Surakarta dan Semarang
yang telah menyediakan Bus untuk memberikan kemudahan aksesibiltas dan
kenyamanan bagi wisatawan. Dalam penerapan Smart Tourism pada
komponen transportasi KSPD Teluk Pandan belum menerapkan TIK dalam
pelayananya. Kondisi tersebut sangat berbeda dari Kota Semarang dalam hal
kualitas pelayanan moda transportasi umum karena disana sudah memiliki
aplikasi “BRT Semarang” dengan fitur BRT Terdekat yang dapat memberikan
informasi posisi bus BRT berdasarkan jarak, kecepatan, dan waktu tempuh.
188
5.2 Kesimpulan
Kesiapan penerapan konsep Smart Tourism bergantung pada ketersedian
infrastruktur dengan koneksi antar setiap sub-sistem pada kawasan wisata.
Ketersediaan infrastruktur Dasar dan TIK di Teluk Pandan sudah tersedia. Namun,
dalam peningkatan sistem pelayanan melalui penerapan Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang belum diterapkan pada objek wisata pesisir Teluk Pandan. Hal
ini mengakibatkan tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di Kawasan Strategis
Pariwisata Daerah Teluk Pandan yang dikaji berdasarkan Infrastruktur Dasar dan
TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan Fasilitas Penunjang Wisata dinyatakan
AGAK SIAP dengan total skoring 8.
Pada tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di objek wisata pesisir di Teluk
Pandan komponen Smart Tourism yang Siap hanya komponen ketersedian dan
kualitas Infrastruktur Dasar dan TIK. Untuk komponen Atraksi wisata
mengindikasikan Agak Siap, hal tersebut dikarenakan dalam pengelolaan dan
penembangannya belum menerapkan TIK, seperti peningkatan kualitas pelayanan
melalui penerapan smart card dan pelayanan berbasis online. Pada komponen
Fasilitas Penunjang Wisata yang ditinjau berdasarkan ketersedian dan penerapan
189
5.3 Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan terkait tingkat kesiapan penerapan Smart
Tourism dalam meningkatkan potensi sektor pariwisata pesisir Teluk Pandan di
Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Rekomendasi bagi Pemerintah Daerah
a) Peningkatan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Jalan
Penyediaan infrastruktur dasar seperti jalan dan dermaga sangat penting
dalam pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Pesawaran, Provinsi
Lampung. Dalam hal ini pemerintah perlu meningkatkan aksesibilitas
menuju berbagai objek wisata yang ada terutama pembangunan dan
perbaikan jalan menuju objek wisata pada Kluster 3 dan 4, yaitu Hutan
Mangrove Petengoran Gebang dan juga Taman Wisata Dewi Mandapa. Hal
tersebut perlu dilakukan karena jalan yang rusak dan sempit dapat
mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata ini.
b) Pemenuhan Air Bersih melalui Penyediaan Jaringan PDAM atau Sumur
Komunal
Dengan pola pemenuhan kebutuhan air bersih bagi kegiatan wisata dan juga
masyarakat lokal saat ini yang memanfaatkan air tanah yang diambil dengan
cara membuat sumur bor dan sumur galian pada setiap rumah di
permukiman pesisir pantai yang mengindikasikan tingginya eksplorasi air
bawah tanah pada kawasan permukiman pesisir. Hal tersebut tentunya akan
berdampak pada terjadinya intrusi air laut yang terjadi karena air tanah yang
191
diambil dengan kedalaman sumur tertentu, yang saat ini sudah dirasakan
oleh masyarakat yang mengkonsumsi air dengan rasa yang payau dan juga
warna yang keruh terutama pada kluster 3 dan 4, yaitu Pantai Mutun Asri,
Pantai Haruna Jaya, Hutan Mangrove Petengoran dan Taman Dewi
Mandapa. Untuk itu perlu adanya upaya dari pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan air bersih pada kawasan permukiman pesisir Teluk Pandan dan
kawasan wisata dengan penyediaan jaringan air bersih PDAM atau
menyediakan sumur komunal.
c) Penggunaan Energi Ramah Lingkungan dalam Penyediaan Listrik
Dalam memenuhi kebutuhan listrik untuk menunjang kegiatan pariwisata
dan juga permukiman masyarakat yang belum terlayani listrik. Pemeritah
dapat memberikan bantuan dan sosalisasi terkait dengan penggunaan
sumber energi alternatif dari alam yang ramah lingkungan dan potensial
untuk diterapkan pada Kawasan Pesisir terutama pada objek wisata Hutan
Mangrove Petengoran dan Taman Dewi Mandapa yang termasuk Kluster 3
dan 4. Salah satu yang dapat diterapkan pada kondisi geografis Kawasan
Pesisir yang mendapat sinar matahari yang berlimpah, yaitu Penerapan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
d) Penyediaan Sarana dan Prasarana pada Sistem Pengolahan Limbah pada
Objek Wisata Pantai di KSPD Teluk Pandan
Pengelolaan limbah terutama sampah menjadi permasalahan yang hingga
saat ini masih dihadapi di Kawasan Objek Wisata Teluk Pandan. Oleh
karena itu, langkah yang dapat diambil pemerintah dalam hal ini ialah
menyediakan TPS di sekitar lokasi dan juga sarana mobil pengangkut
sampah yang rutin beroperasi di kawasan objek wisata pesisir dan
permukiman disekitarnya. Dari fenomena yang terjadi dirasa masih
kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat dan juga pengelola
wisata terkait pengolahan sampah, untuk itu perlu adanya upaya pemerintah
utntuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat melalui pelatihan
terkait pengolahan limbah. Selanjutnya, untuk drainase perlu adanya
penyediaan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) sehingga, air limbah
hasil kegiatan rumah tangga dan wisata dapat diproses terlebih dahulu
192
lokal yang tidak banyak terlibat dalam pengelolaan wisata karena kurangnya
pemahaman dan juga kapasitas mereka terkait pengelolaan wisata. Oleh
karena itu, perlu adanya pelatihan dan sosialisasi kepada masyarakat lokal
tentang bagaimana mereka menjalankan peran sebagai pengelola wisata
yang baik sehingga, dampak dari adanya pariwisata dapat dirasakan
langsung oleh masyarakat lokal. Selanjutnya, masyarakat lokal juga harus
pandai dalam melihat peluang usaha pada sektor pariwisata ini seperti
menjadi tour guide, membuka rumah makan, atau bahkan menjadikan
tempat tinggal mereka sebagai home stay karena kondisi yang ada pada
hampir seluruh objek wisata tidak tersedia fasilitas akomodasi atau
penginapan.
b) Membiasakan Pengunaan Teknologi pada Masyarakat dalam Pengelolaan
Pariwisata.
Dalam peningkatan kapasitas masyarakat di sekitar kawasan objek wisata
pesisir pantai dalam penggunaan teknologi sangatlah penting. Pada
dasarnya saat ini kebanyakan masyarakat telah menggunakan smart phone
untuk memenuhi kebutuhan berkomunikasi sehari-hari. Namun, tidak
banyak pula dari mereka yang buta akan teknologi karena kondisi ekonomi
dan finasial yang tidak mendukung pemenuhan terebut. Oleh karena itu,
masyarakat lokal melalui Kelompok Sadar Wisata dapat melakukan
pelatihan dengan bekerjasama dengan dinas pemerintah terkait bagaimana
masyarakat lokal memanfaatkan teknologi dalam pengelolaan dan
pengembangan pariwisata dan masyarakat lokal dalam hal ini dapat
meminta bantuan kepada pemerintah terkait dengan fasilitas TIK yang
dibutuhkan dalam pengelolaan pariwisata oleh masyarakat lokal, seperti
perangkat komputer.
c) Peningkatan Kesadaran dan Pemahaman Masyarakat Terhadap Kebersihan
dan Kelestarian Lingkungan di Seluruh Objek Wisata Pantai Teluk Pandan.
Pemahaman masyarakat lokal yang masih minim terkait dengan betapa
besarnya potensi pariwisata yang ada di kawasan mereka dan kurangnya
pemahaman terkait dengan pengolahan sampah dan ketidak pedulian
mereka terhadap lingkungan dapat memperngaruhi kelestarian alam objekw
197
Continuity Change
2. Berdasarkan pada penelitian ini yang fokus membahas kesiapan dari sisi
ketersediaan dan penerapan TIK dalam aspek Infrastruktur, Atraksi,
Transportasi, dan Fasilitas Penunjang wisata sehingga menghasilkan saran
penelitian lanjutan yang dapat membahas tingkat kesiapan dari element
200
lainnya seperti smart governance, smart people dan smart living yang
dikaitkan dengan penerapan Smart Tourism di Kawasan Pesisir.
3. Untuk penelitian selanjutnya dapat mengkaji terkait dengan bagaimana
proses/langkah yang dilakukan untuk mewujudkan Smart Tourism di KSPD
Teluk Pandan.
201
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A : PETA
1
GAMBAR 1 PETA AKSES MASUK PROVINSI LAMPUNG DAN KABUPATEN PESAWAR
2
GAMBAR 2 PETA ATRAKSI WISATA DI TELUK PANDAN
3
GAMBAR 3 PETA PERSEBARAN BTS DI KECAMATAN TELUK PANDAN
4
LAMPIRAN B : WAWANCARA
5
TABEL 1 KEBUTUHAN INFORMASI DAN INFORMAN SEBAGAI
ACUAN WAWANCARA
Kategori
No Informasi
Informan
• Informasi kepariwisataan terkait Kawasan Wisata Terintegrasi
Teluk Lampung
• Rencana, Program dan Strategi pengembangan Pariwisata di
Instansi Teluk Lampung
1.
Pemerintah • Penerapan teknologi dalam pengelolaan pariwisata
• Bentuk dukungan dan kemitraan pemerintah dalam
mewujudkan pengembangan sektor pariwisata
• Penyediaan Infrastruktur dan faslitas pendukung pariwisata
• Karakteristik Masyarakat lokal destinasi wisata di Kawasan
Wisata Terintegrasi
• Peran Masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan
pariwisata
• Penggunaan teknologi dan internet dalam pariwisata
Masyarakat
2. • Tradisi dan budaya unik masyarakat pesisir yang dapat
lokal
menjadi daya tarik
• Dampak pengembangan pariwisata terhadap kebudayaan dan
ekonomi lokal
• Inovasi dan kreativitas masyarakat lokal
• kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi
• Strategi pelaku usaha melihat peluang
• Dampak ekonomi yang diterima dari pengembangan
Pelaku pariwisata
3.
Usaha • Penerapan teknologi dalam pemasaran produk
• Alasan menerapkan dan tidak menerapkan teknologi
6
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : No Telp :
Jabatan/Bidang :
Tanggal :
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang
bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika
memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut
dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara
berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.
7
8. Dengan adanya tujuan menciptakan ekosistem digital, program dari kominfo
unntuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan TIK dan
peningkatan kapasitas masyarakat dalma hal tersebut?
9. Untuk menuju 4.0 apa yang perlu lampung bangun dan sediakan untuk sampai
kesana pak?
10. Untuk kabupaten pesawaran untuk pengembangan TIK bagaimana?
11. Lampung sebagai salah satu provinsi yang kaya akan kawasan pesisirnya,
seberapa penting penerapan?
12. Aplikasi pariwisata ideal itu seperti apa menurut bapak?
13. Menurut anda apa yang penting ada di dalam aplikasi pariwisata?
8
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : No Telp :
Jabatan/Bidang :
Tanggal :
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang
bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika
memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut
dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara
berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.
MASYARAKAT LOKAL
(KODE : ML-01)
1. Dalam pengembangan wisata di kawasan ini apa saja peran masyarakat dalam
pengelolaan wisata pantai?
2. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri khas
kawasan pesisir pantai disni?
3. Kontribusi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata?
4. Untuk data jumlah pengunjung di pantai mutun asri ini apakah tersedia pak?
5. Untuk masyarakat sendiri bekerja sebagai apa di pantai ini?
6. Adakah penerapan teknologi dalam mengelola pariwista?
7. Adakah makanan tradisional atau olahan khas daerah sini?
8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakaat sebelum dan setelah adanya
pariwisat?
9. Koneksi internet dan jaringan komunikasi di kawasan ini bagaimana?
10. Bagaimana pengelolaan sampah yang ada di kawasan permukiman dan objek
wisata ini pak?
9
11. Adahkah program dari desa dan masyarakat terkiat dengan menjaga kelestarian
terumbu karang?
12. Adakah strategi atau cara memebrikan informasi kepada calon wisatawan?
10
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : No Telp :
Jabatan/Bidang :
Tanggal :
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang
bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika
memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut
dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara
berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.
1. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri khas
kawasan pesisir pantai disni?
2. Peran Masyarakat dalam pengelolaan wisata pantai?
3. Apasaja kontribusi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata Hutan
Mangrove Petengoran?
4. Bagaimana bentuk dukungan kebijakan desa dalam pengembangan objek wisata
ini?
5. Untuk jumlah pengunjung di objek wisata Hutan Mangrove Petengoran ini
bagaimana pak?
6. Untuk masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, apakah ada waktu tertentu
dimana mereka bida melaut dan tidak bisa melaut?
7. Adakah makanan tradisional atau olahan khas daerah sini?
8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakat sebelum dan setelah adanya
pariwisat?
11
9. Bagaimaan koneksi internet dan jaringan komunikasi di kawasan ini?
10. Adakah penerapan teknologi dalam mengelola pariwista Hutan Mangrove
Petengoran?
11. Bagaimana pengelolaan sampah yang ada di lokasi objek wisata?
12. Adakah strategi atau cara memberikan informasi kepada calon wisatawan?
13. Menurut bapak seberapa penting penerapan teknologi dalam pegelolaan dan
pengembangan wisata saat ini?
14. Alasan tidak menerapkan teknologi saat ini pada pengelolaan wisata Hutan
Mangrove Petengoran?
12
A. PENGKODEAN DATA WAWANCARA
Kode hasil wawancara dibedakan dan dikelompokkan berdasarkan sasaran-saran
yang hendak dicapai. Setiap sasaran akan dibagi menjadi kategori yang lebih
spesifik untuk menjawab pertanyaan penelitian lebih mendalam. Adapun sasaran
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sasaran A
Mengidentifikasi karakteristik wilayah objek wisata dan karakteristik sosial budaya
serta ekononomi masyarakat pesisir pantai di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk
Lampung dalam menunjang penerapan Smart Tourism.
• Kategori A1 : Karakteristik Sosial Budaya masyarakat pesisir pantai di
Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menunjang penerapan
Smart Tourism.
• Kategori A2 : Karakteristik ekononomi masyarakat pesisir pantai di
Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menunjang penerapan
Smart Tourism
KODE Informasi untuk Jawaban Informan yang Masuk Pada Bab 3 Gambaran
Umum Adalah A0
2. Sasaran B
Mengukur kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir pantai di
Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung untuk menerapkan Smart Tourism.
• Kategori B1 : Kesiapan Provinsi Lampung dalam penerapan Smart Tourism.
pantai di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.
• Kategori B2 : Smart Tools dalam menunjang penerapan Smart Tourism
1. Jenis kategori informasi ( Misalnya Sasaran A1, A2, B1, B2, dan seterusnya)
2. Kode informan ( Misalnya DI-01 Untuk informan Dinas Instansi pertama,
DI-02 untuk Dinas Instansi kedua, KSW-01 untuk Pokdarwis pertama dan
selanjutnya)
13
3. Nomor urutan informan (Misalnya DI-01. 01 Dinas Instansi pertama dengan
informan nomor urut pertama, DI-01.02 untuk Dinas Instansi pertama
dengan informan nomor urut.
4. Nomor urutan informasi ( Seperti No Urut Jawaban Wawancara, misalnya A1.
DI-01. 01. 01, artinya Sasaran A1, Dinas Instansi Pertama Informan
pertama jawaban pertanyaan no 01)
14
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Budhi Marta Utama, S.E No Telp : 08127205222
Jabatan/Bidang : Kabid Informatika, Dinas SKOMINFOTIK
Tanggal : 28 Januari 2020
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang
bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika
memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut
dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara
berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.
15
OPD itu saja, pelayanan dinas pusat saat ini pelayanan rumah sakit dan
perizinan...kebijakan kedepan lebih pada dukungan operasionalisasi yang sudah
eksis agar lebih baik lagi...mengenai bagaimana kreasi ini itu lebih ke leading
sektornya yang harus lebih kreatif...misal dinas pariwisata mendesain aplikasi
untuk informasi calon wisatawan ke lampung. Kalo informasinya yang aplikasi
ya bagus tapi kalau tidak jauh beda dengan website untuk apa. (B1-DI-01.01.02)
3. Bagaimana pendapat bapak terkait dengan aplikasi yang saat ini telah
dibuat oleh dinas pariwisata ?
Menurut saya aplikasi yang ada saat ini, seperti website yang dibuat aplikasi
karena sebetulnya informasi yang ada sama saja seperti website. Aplikasi yang
dibutuhkan wisatawan itu seperti wisatawann mengklik tujuan wisata dan keluar
informasi terkait dengan harga atau biaya yang harus dikeluarkan selama
berlibur...terdapat pilihan paket dan juga harga yang harus dikeluarkan sehingga
memudahkan orang memilih, ada komputasi, sensor, dan big data didalamnya.
Jika aplikasinya sama dengan website, menurut saya mengabisin uang saja untuk
daftar...dukungan infrastruktur internal dan sebagai layanan publik yang telah
memiliki pola aturannya, jika diluar itu kita tidak mampu karena membutuhkan
dana yang cukup besar. (B2-DI-01.01.03)
4. Terkait dengan penyedian TIK untuk saat ini bagaimana pak ? (nirkabel
dll)
Untuk internal ya seyogyanya iya, tapi kondisi idealnya belum tercapai karena
kita juga kominfo kurang saklek untuk buat peraturan data center harus satu di
kominfo, jaringan itu penyelenggaranya kominfo, sekarang masing masing dan
ternayata sistemnya tidak terintegrasi. (B1-DI-01.01.04)
5. Dengan adanya palapa ring saat ini pak, adakah integrasi atau penggunaan
di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung ?
Tidak, karena kita tidak termasuk kedalam kriteria palapa ring, yaitu terluar,
tertinggal dan terpencil...kita sudah dianggap wilayah kita tidak termasuk
16
kedalam kriteria tersebut, hanya 2 tempat yang kena yaitu di sukau dan pesisir
barat...lebih dialokasikan ke indonesia tengah ke timur...(B1-DI-01.01.05)
17
dengan universitas dalam mewujudkan ekosistem digital pemerintah dan
mahasiswa...inovasi 4.0 itu muncul karena infrastruktur 4.0 mendukung, dan itu
bukan pemerintah bukan yang menyediakan tetapi pemerintah sebagai pemilik
ekosistem dan mentriger, jika ekosistem buruk, perizinan sulit dan gagal
mentriger maka penyedia dan pengguna pun sulit. (B1-DI-01.01.08)
9. Untuk menuju 4.0 apa yang perlu lampung bangun dan sediakan untuk
sampai kesana pak?
Jika dari pemerintah lebih kepada penyiapan mindset digital bagi setiap
stakeholder dan juga masyarakat. Jadi minset kita itu banyak mindset
konvensional tapi berada di era digital. Jadi, supaya lebih maksimal
pemanfaatnya digital 4.0 ya harus diubah mindsetnya....Dapat diubah dengan
sosialisasi, worksohp, infromasi dan kemampuan teknis. Jadi, pemerintah
mentriger dan menciptakan ekosistem, kalau untuk infrastruktur itu sangat berat
dan susah bagi pemerintah....semua sarana komunikasi itu sarana bisnis
semua...mindset penggunaan teknologi yang harus segera disosialisasikan. (B1-
DI-01.01.09)
11. Lampung sebagai salah satu provinsi yang kaya akan kawasan pesisirnya,
seberapa penting penerapan ?
Pariwisata mindsetnya bukan di pemerintah tapi kebutuhan wisatawan, yang
diubah pertama itu mindset pemerintah sebagai lembaga yang turut bertanggung
jawab mensejahterakan masyarakat lewat sektor pariwisata...Bagaimana
wisatawan bisa tertariik, salah satunya dengan memberikan informasi kepada
wisatawan....Semakin tinggi TIK yang dipakai akan memepercepat,
18
mempermudah, dan murah. Jadi, ketika wisatawan mendapatkan informasi
tentang itu maka akan tertarik untuk berwisata. Oleh karena itu, mindest untuk
pemberian informasi pariwisata yang harus di perbaiki. (B1-DI-01.01.11)
13. Menurut anda apa yang penting ada di dalam aplikasi pariwisata ?
Wisata itu trasnportasi, akomodasi dan oleh-oleh. 3 hal dasar sebetulnya, 3 hal
ini dulu karena dari sini orang dapat menghitung berapa biaya yang akan
dikeluarkan, kemudian menakar sejauh mana dapat fasilitas, dan dapa
memperoleh informasi dengan muah dan cepat. Masalahnya saat ini informatif
tetapi tidak bisa menakar biaya, dan kapastitas penginapan....Dengan adanya
inovasi 4.0 informasi tersebut sangat memungkinkan, contoh saat ini seperti
traveloka, oyo, reddoors. Itu menjadi tantangannya memasukan akomodasi
kedalam informasi yang valid....sehingga orang tidak menanyakan langsung
tetapi melalui sistem dan juga dapat melakukan pemesanan dari jauh......dan saya
yakin pemerintah tidak dapat mmewujudkan itu dalam waktu singkat karena
tidak profit motif, jadi harus menciptakan iklim yang menarik untuk traveloka,
tiket.com, dan lain-lain....nah itu maksudnya pemerintah memberikan
kemudahan tersebut, justru jika pemerintah yang bekecimpung menurut saya itu
langkah yang salah karena tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat bersaing
dengan pihak starup yang sudah ada. (B2-A0-DI-01.01.13)
19
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Selamet Ryadi No Telp : 085379945086
Jabatan/Bidang : Kepala Dusun 07 Mutun
Tanggal : 21-01-2020
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang
bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika
memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut
dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara
berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.
MASYARAKAT LOKAL
(KODE : ML-01)
2. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri
khas kawasan pesisir pantai disni ?
Tidak ada budaya atau kegiatana tradisi yang rutin masyarakat sini lakukan. Jika
terkait keagamaan, kami sering melakukan ketika maulida nabi dengan
mengadakan kegiatan keliling desa membawa minatur kapal dan lampu hias.
(A1.ML-01.01.02)
20
Dari dinas pariwisata sudah ada, memberikan alat membuat baju untuk
masyarakat. Sedangkan untuk pokdarwis sendiri menurut saya disini macet atau
tidak berjalan di kecamatan teluk pandan. Dari dinas pariwisata itu tepatnya
2011, memberikan bantuan alat sablon, komputer dan gerai...tetapi sekarang
alat-alat itu sudah hancur/rusak....untuk sablon juga tidak berjalan karena misal
kita punya 10 bahan kaos dan kita cetak dan jual, untuk beli lagi hanya bisa
membeli 50 lembar dan lakuk 20 baju sisa 30 tergantung di gerai itu sudah tidak
bisa produksi lagi karena modalnya tidak kembali....setelah itu ada toko yang
menjual baju lebih murah, jadi masyarakat lebih memilih mengambil di toko
tersebut menjadi reseller. (B1.ML-01.01.03) (A2.ML-01.01.03)
4. Untuk data jumlah pengunjung di pantai mutun asri ini apakah tersedia
pak ?
Kalo di pantai ini tidak ada datanya, wisatawan setelah masuk bayar pakir,
berenang dan pulang. Jadi untuk data jumlah pengunjung kita tidak tahu.
(B1.ML-01.01.04)
21
8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakaat sebelum dan setelah
adanya pariwisat ?
Ada perubahan pada pekerjaan, bisa menambah penghasilan, masyarakat yang
punya perahu selain buat cari ikan juga bisa buat jasa penyeberangan. (A2.ML-
01.01.08)
11. Adahkah program dari desa dan masyarakat terkiat dengan menjaga
kelestarian terumbu karang ?
Kalau program ada...Cuma jika disini masyarakat perlu penjagaan ekstra karena
bukan semua nelayan yang mencari ikan bukan dari daerah sini jadi tidak
mengetahui tentang derah yang tidak boleh untuk mengambil ikan....salah satu
cara masyarakat sini untuk menjaga kelestarian terumbu karanag yaitu
penggunaan rumpon atau rumah ikan yang di buat dari pelepa daun kelapa, jadi
nelayan tidak perlu menjaraing lagi....kalau untuk snorkling disini ada di pulau
tangkil dan ditengah tengah antara pantai mutun dan pulau tangkil disana ada
terumbu karang tidak kalah dengan pahawang, disana ada ikan nemo juga...tetapi
22
kendalanya disini jika sore hari banyak kapal yang lewat sehingga dapat
mengganggu kegiatan tersebut. (A1.ML-01.01.11) (B1.ML-01.01.10)
12. Adakah strategi atau cara memebrikan informasi kepada calon wisatawan?
Salah satunya melalui media sosial dan juga disini ada web desa yang dikelola
langsung oleh desa dan sepertinya objek wisata juga punya media sosial mereka
masing-masing untuk promosi. (B1.ML-01.01.12)
23
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Pak Toni No Telp : 081368665757
Jabatan/Bidang : Pengelola Objek Wisata Hutan Mangrove Petengoran
Tanggal : 22-01-2020
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang
bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika
memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut
dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara
berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.
1. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri
khas kawasan pesisir pantai disni ?
Disini tidak ada budaya atau tradisi khusus yang dapat kita jadikan daya tarik
bagi wisatawan. (B1.PUR-01.01.01)
Tahun 2008 sampai detik sifatnya bantuan hanya seremoni saja, sekedar hanya
menanam untuk citra di publik. Java membantu dalam bentuk bantuan traking
mangrove dan peneraban ikan 50,000 dan kepiting. Dan yang masih dominan
24
terkait dengan komunitas yang masih aktif.....Rencana kedepannya konsep
pengembangan, pengunjung dapat meniikmati ikan segar dari budidaya ikan
ikan di rambak apung. Terkait dengan masyarakat sekitar akan disediakan
tempat khusus untuk berdagang dan juga produknya diambil dari bumdes dengan
beragam produk.....Disini juga kita memiliki program jumat berkah, jadi
wisatawan tidak ditentukan harga tiket hanya memasukan uang seikhlasnya
kedalam kotak. (B1.PUR-01.01.03)
Perdes udah dibuat untuk perlindungan hutan mangrove tahun 2013, namun
hingga saat ini dari Pemkap belum mengesahkan. Saat ini mengacu pada
peraturan terkait menjaga dan melestarikan hutan mangrove. Dan himbauan
tambak 2,5% dikawasan tambak harus ada hutan mangrove, syarat untuk
melakukan ekspor.....Pernah melakukan penegoran secara hukum terkait dengan
pengusaha yang ingin menebang hutan mangrove sudah measuk ke tahap
pemeriksaan saat itu.......Hutan mangrove tingkat kematian tinggi karena tidak
bisa hidup di air payau......Ada di dua sisi dari perlindungan dan pariwisata. Itu
artinya sangat sulit bagi kami terkait dengan bagaimana ketertarikan wisatawan.
Tidakn sanggup dengan pengembangan wisata karena tidak struktur alam......
beberapa tahun yang lalu pun kami sempat Sudah mendapatkan penghargaan
nasional terkait perlindungan alam dari Dinas Lingkungan Hidup. (B1.PUR-
01.01.04)
Iya karena memang kita tingal di Pesisir. Jadi, salah satu mata pencaharian
masyarakat sebagai petani dan nelayan. Tanda mereka tidak bisa mencari ikan
25
jika gelap bintang dan angin barat......Untuk itu biasanya jika tidak melaut para
nelayan tersebut menJadi buru harian di Kota. (A2.PUR-01.01.06)
Desa gebang. Ada silsilah adat terkait dengan kepemilikan secara adat dan saksi
dari tokoh adat. 2011 pernah ada olahn dari hutan mangrove dodol dan sirup,
namun masalahanya waktu konsumsi dodol 3 hari dan sirup seminggu karena
tidak menggunakan pengawet. Pemanfaatkan mangrove selain untuk menahan
abrasi dan juga meningkatkan ekonomi masyarakat. (A1.PUR-01.01.07)
Untuk saat ini mungkin dampaknya belum terlalu bedasr karena memnag
masyarakat lokal disini belum terlalu terlibat banyak. Namun, kami harap
nantinya denagn adanya pengembangan pariwisata ini dampak yang kamiterima
akan sangat besar mungkin dari segi prekonomian.....Saat ini pun sesuai rencana
yang telah kami buat, yaitu ingin memberikan ruang bagi masyarakat sekitar
untuk berdagang di lokasi objek wisata ini. (A2.PUR-01.01.08)
Untuk koneksi disini yang paling bagus ya Telkomsel. Selain itu, indosat juga
cukup bagus jaringannya disini. (B1.PUR-01.01.09)
Untuk saat ini hanya digunakan untuk operator menggunakan media sosiall,
seperti hutan manrove petengoran. Sementara ini untuk data dikelola secara
manual. Kecuali ada kegiatan kegiatan yang terkait dengan kegiatan dari desa
sebagai penyelenggarannya. (B2.PUR-01.01.10)
Salah satu permasalahan di zona wisata adalah sampah. Salah satu lagakh yang
dilakukan itu setiap minggu dan kondisi air ketika surut. Sampah yang ada di
26
objek wisata itu sampah bawaan dari ombak dan destinasi lainnya. Sistem
pengolahan sampah dengan dibakar dan belum ada TPA di Pesawaran karena
lokasi dengan dengan jalan. Untuk Kotak sampah sudah disediakan tapi sempat
hilang karena diambil oleh nelayan, akhirnya pengelola membuat kotak sampah
dari bambu. (B1.PUR-01.01.11)
Sangat penting, saat ini siapa yan tidak menggunakan tekologi dalam kehidupan
sehari hari...... Namun, yang menjadi permasalahan pada penerpan teknologi
dalam pengembangan objek wisata disini, yaitu karena keterbatasan dana yang
kami miliki. Kami disini mengembangkan objek wisata dengan memanfaatkkan
BumDes dan sampai saat ini pun permaslahan untuk fasilitas pendukung
pariwista masih belum memadai. (B2.PUR-01.01.13)
14. Alasan tidak menerapkan teknologi saat ini pada pengelolaan wisata
Hutan Mangrove Petengoran ?
27
LAMPIRAN C : TABEL
28
TABEL 1 PERHITUNGAN INDEKS SHANNON PADA ATRAKSI
WISATA ALAM DI TELUK PANDAN
Atraksi Wisata Perhitungan Indeks Shannon
Objek Wisata
Alam Jumlah Pi ln pi pi ln pi
Pantai Queen Arta Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973
Pantai Mutun
Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973
Haruna Jaya
Pantai Putra Mutun Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973
Pantai dan
Pantai MS Town Bukit Menara 2 0,153846 -1,8718 -0,28797
Pandang Mutun
Pantai Mutun Asri Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973
Pantai Sari Pantai dan
2 0,153846 -1,8718 -0,28797
Ringgung Puncak Indah
Hutan Mangrove
Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973
Petengoran
Taman Dewi
Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973
Mandapa
Pantai dan
Pantai Ketapang 2 0,153846 -1,8718 -0,28797
Bukit Laban
Pantai Kelapa
Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973
Rapat
Total 13 1 -23,5701 -2,24504
H' = 2,245035
29
TABEL 2 PERHITUNGAN INDEKS SHANNON PADA ATRAKSI
WISATA BUATAN DI TELUK PANDAN
Objek Atraksi Wisata Perhitungan Indeks Shannon
Wisata Buatan Jumlah Pi in pi pi ln pi
Masjid Al-
Pantai Kharomah - -
2 0,090909091
Queen Arta dan Makam 2,397895273 0,217990479
TB Sangkrah
Pantai -
Water Sport 1 0,045454545 -0,14050193
Mutun Asri 3,091042453
Pantai
-
Putra Water Sport 1 0,045454545 -0,14050193
3,091042453
Mutun
Dermaga
Kayu, Cafe
Pantai MS and Resto, - -
4 0,181818182
Town Play ground, 1,704748092 0,309954199
dan Water
Sport
Pantai
Water Boom
Mutun - -
dan Kolam 2 0,090909091
Haruna 2,397895273 0,217990479
Ikan Hiu
Jaya
Masjid
Apung, Cafe
and Resto,
Pantai Sari - -
Water sport, 5 0,227272727
Ringgung 1,481604541 0,336728305
Play ground,
dan Lapanga
Volly Pantai
Hutan Broadwalk
- -
Mangrove dan Spot 2 0,090909091
2,397895273 0,217990479
Petengoran Foto
30
Objek Atraksi Wisata Perhitungan Indeks Shannon
Wisata Buatan Jumlah Pi in pi pi ln pi
Taman
Broadwalk - -
Dewi 2 0,090909091
dan Spot foto 2,397895273 0,217990479
Mandapa
Spot Foto
Pantai pada -
1 0,045454545 -0,14050193
Ketapang Bebatuan 3,091042453
cadas
Dermaga
Pantai
Pelangi (Spot - -
Kelapa 2 0,090909091
Foto) dan 2,397895273 0,217990479
Rapat
Water Sport
- -
Total 22 1
24,44895636 2,158140689
31
TABEL 3 TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM PADA SETIAP OBJEK WISATA DI KSPD TELUK PANDAN
Infrastruktur
Sistem Pengolahan Limbah Atraksi Wisata Fasilitas Penunjang Wisata
N Jalan Air Infrastruktu Total Tingkat
Objek Wisata Listrik Transportasi
o Derma Besih Persam r TIK Kualitas Penerapan Ketersediaan Penerapan Skoring Kesiapan
Jalan Drainase Sanitasi
ga pahan Pelayanan TIK dan Kualitas TIK
Pantai Agak
1 1 1 3 3 1 1 2 2 1 3 1 2 1 22
Queen Arta Siap
Pantai MS
2 3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 31 Siap
Town
Pantai
Agak
3 Mutun 2 1 2 3 1 1 2 3 1 3 1 2 1 23
Siap
Haruna Jaya
Pantai Putra
4 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 27 Siap
Mutun
Pantai Agak
5 3 2 2 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 25
Mutun Asri Siap
Pantai Sari
6 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 30 Siap
Ringgung
Pantai
7 Kelapa 3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 28 Siap
Rapat
Taman
Agak
8 Dewi 1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 2 1 19
Siap
Mandapa
Pantai
9 3 3 3 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 17 siap
Ketapang
Hutan
Agak
10 Mangrove 1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 1 1 18
Siap
Petengoran
32
LAMPIRAN D : OBSERVASI
33