Anda di halaman 1dari 165

PERENCANAAN KOMUNIKASI PENGEMBANGAN

WISATA HALAL DI KOTA SERANG PROVINSI


BANTEN
TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu


Komunikasi pada Program Studi Magister Ilmu Komunikasi

Oleh:
Primas Zulfikar
7781200016

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KOMUNIKASI


PASCASARJANA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
TAHUN 2022
PERENCANAAN KOMUNIKASI PENGEMBANGAN
WISATA HALAL DI KOTA SERANG PROVINSI
BANTEN
TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu


Komunikasi pada Program Studi Magister Ilmu Komunikasi

Oleh:
Primas Zulfikar
7781200016

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KOMUNIKASI


PASCASARJANA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah

Subhanahu Wata'ala, atas rahmat dan hidayah-Nya. Peneliti dapat menyelesaikan

disertasi berjudul “Perencanaan Komunikasi Pengembangan Wisata Halal Di

Kota Serang Provinsi Banten”. Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Ilmu Komunikasi dari Program Pascasarjana

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Dalam tesis ini, peneliti mendapatkan bantuan, dukungan, dan arahan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Fatah Sulaiman, ST., MT. selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menempuh pendidikan master di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Aan Asphianto, S.Si., S.H., M.H. selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, telah mengizinkan penulis

untuk ikut serta dalam penyelenggaraan ujian tesis ini.

3. Ibu Dr. Rd. Nia Kania Kurniawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister

Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan dosen pembimbing I

yang telah memberikan banyak pencerahan selama penulis menempuh

pendidikan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Dr. Ail Muldi, M.I.Kom., Sekretaris Program Studi Magister Ilmu

Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah membantu peneliti

selama perkuliahan di Program Pascasarjana.

5. Ibu Dr. Nurprapti Wahyu Widyatuti, M.Si. selaku dosen pembimbing II, telah

bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan peneliti

selama penyusunan tesis ini.


ii
6. Seluruh pengajar Program Magister Ilmu Komunikasi Program Pascasarjana

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan sabar memberikan ilmu selama

perkuliahan Program Magister Ilmu Komunikasinya.

7. Seluruh staf administrasi Program Pascasarjana Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa dengan sabar memberikan pelayanan administrasi di Program Magister

Ilmu Komunikasi.

8. Kepada ibunda dan ayah tercinta Ida Farida dan Mamat Rahmat yang telah

membesarkan dan memberikan bimbingan hidup kepada penulis serta mendorong

penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

9. Yang tercinta, adik-adik Naida Anette Puspamaya dan Farraz Satria Wibawa,

yang selalu memberikan inspirasi, harapan, semangat, dan doa sepanjang hidup.

10. Yang tercinta, Fittry Rahmadiyani, yang selalu memberikan inspirasi, harapan,

semangat, doa dan menemani sepanjang hidup.

11. Terima kasih kepada Bapak Tb. Ence fahrurozi, S.IP., selaku Sekretaris Dinas

Pariwisata Provinsi Banten yang telah memberikan kemudahan bagi penulis

untuk melakukan penelitian.

12. Terima kasih untuk Niko Tri Satria, SE, M.Si, selaku Kepala Seksi Promosi

Pariwisata selalu mendukung dan memberikan kemudahan bagi penulis untuk

melakukan penelitian.

13. Terima kasih untuk Ro’uf Nahrudin, S.pd, MM, selaku Kepala Bidang Pariwisata

selalu mendukung dan memberikan kemudahan bagi penulis untuk melakukan

penelitian.

14. Terima kasih untuk Avivah, selaku Staff Hotel d’Gria Syariah Serang selalu

mendukung dan memberikan kemudahan bagi penulis untuk melakukan

penelitian.

iii
ABSTRACT

Indonesia as a Halal Tourism object was first recognized in 2015


through the tourism ministry which started to develop the halal tourism segment,
and made this halal tourism program a flagship program at the ministry. This
study aims to determine the communication planning strategy for the development
of halal tourism in Serang City, Banten Province. This research is a qualitative
research that takes informants from several community groups. The informants
for this research are the Department of Tourism, Youth and Sports of Serang City,
Tourism Destination Business Actors, Hotel Business Actors, MSMEs, Tourism
Observers (POKDARWIS), and the Community. The results of the study state
that communication planning that can be carried out on halal tourism to improve
the economy in Serang City, among others, starts from the Organization of the
Tourism, Youth and Sports Office of Serang City which carries out an analysis of
the potential of Serang City as halal tourism. The analysis shows that the potential
for halal tourism is very large, starting from the many tourist destinations, the
large number of Muslims, and government support. Policy formulation is carried
out through Group Discussion Forums (FGD) between the government, legislators,
scholars, scholars, and tourism business actors. The planning program
implemented is controlling public perception of halal tourism as Muslim-friendly
tourism. Development of Marketing Communications using promotions through
social media, websites and electronic media. Development of Halal Tourism
Destinations through the ease of granting permits, routine monitoring, and
awarding halal tourism awards. Halal Tourism Regulations become Serang City
Regional Regulations as the focus of development. The planning program is
realized with appropriate communication activities. In public content, it is hoped
that there will be specific feedback and evaluation of planning objectives. Among
the expected targets are an increase in the number of tourists in Serang City, an
increase in Indonesia's ranking as the Best Word Halal Travel with Serang City
and Banten Province as leading areas, and the creation of new businesses that
support halal tourism such as sharia hotels, halal culinary, and destinations. mercy
of muslims.

Keywords: Development Communication Planning, Halal Tourism,

v
ABSTRAK

Indonesia sebagai objek Wisata Halal pertama kali mulai dikenal pada
tahun 2015 melalui kementrian parawisata bahwa mulai mengembangkan segmen
wisata halal, serta menjadikan program wisata halal ini menjadi program ungulan
pada kementrian tersebut. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
strategi perencanaan komunikasi pengembangan wisata halal di Kota Serang
Provinsi Banten. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang mengambil
Informan dari beberapa kelompok masyarakat. Adapun Informan penelitian ini
adalah Pihak Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Serang, Pelaku Usaha
Destinasi Wisata, Pelaku Usaha Perhotelan, UMKM, Pemerhati Wisata
(POKDARWIS), dan Masyarakat. Hasil penelitian menyatakan bahwa
Perencanaan komunikasi yang dapat dilaksanakan pada wisata halal untuk
meningkatkan ekonomi di Kota Serang diantaranya dimulai dari Organisasi Dinas
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Serang yang melaksanakan analisis potensi
Kota Serang sebagai wisata halal. Analisis menunjukan bahwa potensi wisata
halal sangat besar, mulai dari banyaknya destinasi wisata, besarnya jumlah
muslim, dan dukungan pemerintah. Perumusan kebijakan dilaksanakan dengan
Forum Grup Discussion (FGD) antara pemerintah, legislator, ulama, cendekiawan,
dan pelaku usaha wisata. Perencaan program yang dilaksanakan dengan adalah
Pengendalian Persepsi Masyarakat terhadap Wisata Halal sebagai wisata yang
ramah muslim. Pengembangan Komunikasi Pemasarandengan menggunakan
promosi melalui media sosial, website, dan media elektronik. Pengembangan
Destinasi Wisata Halal melalui kemudahan pemberian izin, monitoring rutin, dan
pemberian penghargaan wisata halal., Regulasi Wisata Halal menjadi Peraturan
Daerah Kota Serang sebagai fokus pengembangan. Pererncanaan program tersebut
direalisasikan dengan kegiatan komunikasi yang sesuai. Pada konten publik,
diharapkan adanya umpan balik yang spesifik dan evaluasi terhadap target
perencaan. Diantara target yang diharapkan adalah peningkatan jumlah wisatawan
di Kota Serang, peningkatan peringkat Indonesia sebagai Best Word Halal Travel
dengan Kota Serang dan Provinsi Banten sebagai kawasan unggulan, dan
terciptanya usaha-usaha baru yang mendukung wisata halal seperti adanya hotel
syariah, kuliner halal, dan destinasi ramah muslim.

Kata Kunci: Perencanaan Komunikasi Pengembangan, Wisata Halal,

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN TESIS................................................................... i


KATA PENGANTAR............................................................................................ii
ABSTRACT............................................................................................................v
ABSTRAK............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi
PERNYATAAN KEASLIAN..............................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian.......................................................1
1.2 Fokus dan Subfokus Penelitian........................................................... 11
1.2.1 Fokus Penelitian...................................................................... 11
1.2.2 Sub Fokus Penelitian .............................................................. 11
1.3 Pertanyaan Penelitian.......................................................................... 12
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 12
1.4.1 Manfaat Akademis...................................................................12
1.4.2 Manfaat Praktis........................................................................12
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA TEORI..............13
2.1 Teori Model Perencanaan Komunikasi...............................................13
2.2 Public Relation.................................................................................... 17
2.3 Konsep Persepsi.................................................................................. 19
2.4 Wisata Halal........................................................................................ 22
2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan.................................................... 28
2.6 Kerangka Teori....................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 34
3.1 Tujuan Penelitian................................................................................ 34
3.2 Lokasi atau Tempat dan Waktu Penelitian..........................................34
3.3 Metode dan Teknik Penelitian............................................................ 34
3.3.1 Metode Penelitian....................................................................34
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data Penelitian..................................... 36
3.3.3 Teknik Analisis Data Penelitian.............................................. 38
vii
3.4 Data dan Sumber Data Penelitian....................................................... 39
3.5 Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian............................................ 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................44
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian............................................................... 44
4.2 Analisis Data Penelitian...................................................................... 57
4.2.1. Destinasi Potensial Wisata Halal di Kota Serang...................57
4.2.2. Persepsi Masyarakat Terhadap Wisata Halal......................... 66
4.2.3. Kebijakan Pemerintah Terhadap Wisata Halal.......................78
4.2.4. Perencaan Komunikasi pada Wisata Halal Pada Peningkatan
Ekonomi.............................................................................................. 90
4.3 Pembahasan Hasil dan Temuan Penelitian....................................... 102
4.4 Keterbatasan Penelitian.....................................................................108
BAB V PENUTUP..............................................................................................110
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 110
5.2 Saran..................................................................................................112
5.3 Rekomendasi..................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................113
DOKUMENTASI............................................................................................... 117

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Serang Berdasarkan Agama.............................29


Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.............................................................................. 44
Tabel 3.1 Informan Penelitian................................................................................48

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lokasi Wisata di Provinsi Banten........................................................ 6


Gambar 2.1 Teori Perencanaan Komunikasi Philip Lesly.....................................16
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran...........................................................................33
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data.........................................................38
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota
Serang.....................................................................................................................49
Gambar 4.2 Taman MBS....................................................................................... 61
Gambar 4.3 Kesultanan Banten............................................................................. 63
Gambar 4.4 Benteng Speelwijk............................................................................. 64
Gambar 4.5 Masjid Agung BAnten....................................................................... 65
Gambar 4.6 Danau Tasikardi................................................................................. 66
Gambar 4.7 Forum Group Discussion Banten Tahun 2021...................................90

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 – Transkip Wawancara................................................................. 118


Lampiran 2 – Dokumentasi Wawancara.......................................................... 111

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Sektor Pariwisata merupakan salah satu komponen pemain dalam

pembangunan. Pariwisata berkelanjutan meningkatkan kapasitas ekonomi

masyarakat, kondisi kehidupan, kesejahteraan sosial, psikologis dan fisik.

Industri/usaha pariwisata yang berkembang, terutama yang dikelola dan

dijalankan oleh masyarakat setempat, berpotensi dapat mengentaskan

kemiskinan masyarakat setempat dan memberikan kesempatan untuk

mendapatkan akses pendidikan, layanan kesehatan, dan fasilitas hidup yang

lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata berkelanjutan

mempengaruhi sektor pembangunan lainnya (Suryani et al., 2021).

Secara global, sektor pariwisata sedang booming, menghasilkan

jaringan global yang kompleks dengan perluasan kekuatan ekonomi yang

mengkonsumsi sumber daya yang semakin besar (Higham & Miller, 2018).

Globalisasi pariwisata meningkatkan saling ketergantungan antara sistem

pengirim (daerah pasokan, asal, keberangkatan) dan sistem penerima (daerah

permintaan, tujuan, kedatangan) di seluruh dunia, berkontribusi pada ikatan

sosial ekonomi dan lingkungan di seluruh wilayah. Proporsi ekonomi dunia

yang ditempati oleh pariwisata meningkat pesat, terhitung sekitar 10% dari

PDB global dan lapangan kerja pada tahun 2017 (Chung et al., 2020).

Sebagai negara kepulauan memiliki iklim tropis, potensi Indonesia untuk

1
2

mengembangkan industri pariwisata sangat besar. Potensi wisata adalah

sumber daya yang terdapat di daerah yang bisa dikembangkan menjadi atraksi

wisata yang dimiliki dan dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata yang

dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan memperhatikan aspek

lainnya (Kanom, 2015). Indonesia merupakan salah satu tujuan travelling di

dunia. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia memiliki

keindahan alam sangat luar biasa. Sekitar 5776 pulau besar maupun kecil

yang berderet di daerah khatulistiwa menyimpan keindahan alam. Indonesia

terletak di kawasan iklim tropis berada di belahan timur bumi yang selalu

disinari matahari dan terjadi dua kali pergantian musim dalam setahun:

kemarau dan hujan. Negara yang memiliki iklim tropis dilimpahi kekayaan

alam (Situmeang, 2020).

Pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia sejak tahun 2015 sampai

dengan. 2018 mencapai 67%, yang ditandai dengan pertumbuhan jumlah

wisatawan asing yang datang sejak 2014 yang berjumlah 9,7 juta hingga pada

tahun 2018 menjadi 16,5 juta. Pergerakan sektor pariwisata ini pun dapat

terlihat dari ranking posisi daya saing destinasi pariwisata Indonesia di Travel

and Tourism Competitiveness Index oleh World Economic Forum yang terus

meningkat dari ranking ke-78 di tahun 2014 menjadi ranking ke-40 di tahun

2018 (Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), 2020).

Pada tahun 2019 sektor pariwisata telah berkontribusi pada

penerimaan devisa negara sebesar 280 triliun rupiah, naik cukup signifikan

dibanding pada tahun 2017 yang sebesar 229,96 triliun rupiah. Sementara
3

penerimaan devisa negara dari sektor migas sebesar 168,6 triliun rupiah pada

tahun 2019 dan turun cukup tajam dibandingkan dengan penerimaan tahun

2018 sebesar 240,39 triliun rupiah (Syahrizal, 2021).

Pertumbuhan sektor pariwisata tentunya dapat lebih ditingkatkan

dengan mengoptimalkan sumberdaya pariwisata Indonesia yang salah satunya

melalui pengembangan pariwisata ramah Muslim mengingat Indonesia adalah

negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia. Semenjak Indonesia

meraih penghargaan sebagai destinasi halal dunia dalam acara World Halal

Travel Award pada tahun 2015, dimana Lombok meraih World Best Halal

Destination dan World Best Halal Honeymoon Destination, serta Hotel

Sofyan dinobatkan sebagai World Best Halal Hotel, daya saing pariwisata

ramah Muslim Indonesia meningkat. Tidak hanya itu, pencapaian Indonesia

meraih dua belas (12) nomor winner sebagai destinasi halal dunia pada tahun

2016 juga meningkatkan daya saing pariwisata ramah Muslim Indonesia di

global. Terakhir, pada tahun 2019, Indonesia memperoleh rangking satu (1)

bersama Malaysia pada GMTI (Global Muslim Travel Index) report sebagai

destinasi pariwisata ramah Muslim di dunia. Peringkat Indonesia terus

meningkat sejak tahun 2014 dimana saat itu Indonesia masih meraih

peringkat ke-6 (Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS),

2020).

Indonesia sebagai objek Wisata Halal pertama kali mulai dikenal pada

tahun 2015 melalui kementrian parawisata bahwa mulai mengembangkan

segmen wisata halal, serta menjadikan program wisata halal ini menjadi
4

program ungulan pada kementrian tersebut. Salah satu bukti keseriusan dari

program ini pemerintah membentuk tim percepatan pengembangan pariwisata

halal. Konsep wisata halal ini adalah sebuah proses pengintegrasian nilai-nilai

keislaman kedalam seluruh aspek kegiatan wisata. Nilai syariat islam sebagai

keyakinan umat muslim menjadi acuan dasar untuk membangun kegiatan

pariwisata halal. Wisata syariah mempertimbangkan nilai-nilai dasar umat

muslim didalam penyajiannya baik dari aspek akomodasi, restaurant hingga

aktifitas wisata yang selalu mengacu kepada norma-norma keislaman (Elsa et

al., 2021).

Terkhusus wisata halal ini, Provinsi Banten juga dinobatkan sebagai

salah satu kawasan wisata halal di Indonesia. Pemilihan Benten sebagai

kawasan wisata halal setelah pada tahun 2019 mencapai prestasi GMTI

(Global Muslim Travel Index) report sebagai destinasi pariwisata ramah

Muslim di dunia (Elsa et al., 2021). Banten merupakan salah satu provinsi

yang memiliki nilai budaya islam yang masih kental. Sejarah penyebaran

agama islam serta peninggalan-peninggalan kerajaan islam di banten

merupakan obyek yang dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi banten.

Pembentukan Provinsi Banten yang ditetapkan pada tanggal 4

Oktober tahun 2000 dengan Undang-undang Nomor 23 tahun 2000 tentang

pembentukan Propinsi Banten, memberikan peluang baru pada peningkatan

fungsi dan peran Kota Serang sebagai Kota Otonom yang berfungsi sebagai

Ibukota Propinsi Banten. Terbentuknya Kota Serang sebagai ibukota Propinsi

Banten mengakibatkan terus meningkatnya kebutuhan akan kegiatan


5

pembangunan dan aktivitas masyarakat. Kota perlu dikembangkan untuk

memenuhi tuntutannya yang terus meningkat. Di dalam menentukan arah

kebijakan pengembangannya perlu dibuatkan pola perencanaan

pengembangan berdasarkan data yang ada dan kebutuhan yang harus

dipenuhi kota (Biro Umum Provinsi Banten, 2019).

Pemilihan Provinsi Banten sebagai kawasan wisata halal disebabkan

kentalnya islam dan sejarahnya di wilayah ini. Masa lalu Banten dikenal

karena merupakan pusat penyebaran dan kekuasaan Islam di Jawa bagian

barat. Sejak saat itu pula Banten mengalami perkembangan di bidang politik,

ekonomi-perdagangan, pelayaran, dan sosial budaya yang kemudian

mencapai puncaknya pada masa Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abdul

Fatah (1651-1672). Selama keberadaannya, kesultanan Banten diperintah oleh

20 sultan dan mencapai puncak kejayaan sekitar abad ke-16 sampai abad ke-

17. Ketika itu Banten merupakan salah satu pusat penyebaran Islam pesisir

utara Pulau Jawa. Di Provinsi Banten juga memiliki situs budaya yang

membuktikan bahwa daerah ini memiliki potensi wisata halal yang menarik

yakni berupa bekas kompleks Keraton Surosowan yang dibangun pada masa

pemerintahan Maulana Hasanuddin, Mesjid Agung Banten, Kompleks

Makam Raja-raja Banten dan keluarganya, Mesjid Pecinan Tinggi, Kompleks

Keraton Kaibon, Mesjid Koja, Benteng Speelwijk, Kelenteng Cina, Watu

Gilang, Danau Tasik ardi, Mesjid dan makam Sultan Kenari, Jembatan Rante,

dan lain lain. Sebagian dari tinggalan budaya masyarakat Banten masa lalu

(Sulistyo & Many, 2012).


6

Dalam melaksanakan pengembangan wisata halal di Provinsi Banten

membutuhkan strategi komunikasi yang baik. Strategi ini akan memberikan

dampak persepsi positif bagi masyarakat sehingga menarik para wisatawan

hadir ke Provinsi Banten. Di sisi lain, data membuktikan bahwa semestinya

Provinsi Banten sangat potensial dalam mewujudkan wisata halal. Menurut

data, setidaknya terdapat 572 buah lokasi wisata di Provinsi Banten dengan

rincian sebagai berikut:

Gambar 1.1
Lokasi Wisata di Provinsi Banten

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa jumlah kawasan

wisata di Provinsi Banten cukup banyak dan potensi dalam membentuk

Provinsi Banten sebagai wisata halal. Terkhusus wisata religi, setidaknya

terdapat 110 lokasi wisata sebagai peringkat kedua terbanyak setelah wisata

alam. Maka sudah seharusnya pengembangan wisata halal di Provinsi Banten

ini dikembangkan melalui pembangunan persepsi positif pada masyarakat.


7

Diantara Kota dan Kabupaten di Provinsi Banten yang memiliki

potensi besar sebagai kawasan wisata halal adalah Kota Serang. Kota Serang

bukan hanya sekedar Ibu Kota Provinsi saja, namun di luar dari pada itu,

Kota Serang memiliki nilai historis yang menjadikannya ideal sebagai

kawasan wisata halal. Menurut Kabartravel.id, bahwa Kota Serang Banten

berpotensi dijadikan distinasi wisata halal. Hal itu disampaikan Menteri

Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, saat melakukan kunjungan kerja ke Tanara,

Kabupaten Serang, Banten, Hal ini mempertimbangkan Serang yang

mempunyai potensi sejarah dan budaya Islam yang kuat. Kota Serang

merupakan salah satu tempat bersejarah pengembangan Islam di Banten. Di

sanalah tempat kelahiran Syekh Kyai Muhammad Nawawi Bin Umar pada

1813 Masehi, yang memiliki 115 kitab berisikan ilmu Tauhid, Fiqh, dan

Hadist serta menafsirkan kitab kuning (Kabar Travel, 2019).

Dukungan terhadap wacana Kota Serang sebagai kawasan wisata halal

juga didukung oleh faktor demografis. (Sari et al., 2019) menyampaikan

bahwa latar belakang seperti demografis seseorang akan sangat

mempengaruhi persepsi yang timbul dari masayarakat tersebut. Termasuk

didalamnya adalah persepsi wisata halal. Keyakinan dan latar belakang

agama, akan menjadi faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam

mengambil persepsi dalam wisata halal tersebut


8

Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Kota Serang Berdasarkan Agama

Agama Jumlah Persentase


Islam 643.420 97,4%
Kristen 3.656 0,5%
Katholik 7.111 1,1%
Budha 4.251 0,6%
Hindu 2.145 0,3%
Konghucu 1 0,001%
Total 660.584 100%
Sumber: Kota Serang Dalam Angka, 2021

Berdasarkan data di atas dapat digambarkan besarnya jumlah

penduduk yang beragama islam di Kota Serang. Bahkan jumlah tersebut

menyentuh angka 97,4%. Jumlah ini akan memberikan dukungan terhadap

wacana wisata halal disebabkan dengan adanya kencenderungan perilaku

masyarakat yang mendukung wacana tersebut. Selain itu, ini juga menjadi

dasar potensi wisata dari pihak wisata domestik yang menjadi pengunjung

utama dari wisata halal ini.

Dalam mengembangkan wisata halal di Kota Serang, membutuhkan

strategi-strategi yang mampu memberikan daya tarik terhadap wisata tersebut

sehingga meningkatkan jumlah kunjungan wisata. Diantara beberapa strategi

yang dapat dilaksanakan adalah perencanaan komunikasi yang dapat

memberikan perhatian masyarakat pada Kota Serang sebagai kawasan wisata

halal yang memiliki daya tarik.

Semestinya dengan besarnya jumlah masyarakat islam di Kota Serang

ini dapat menjadi faktor yang mendukung pengembangan wisata halal di

wilayah tersebut. Hal ini disebabkan kebiasaan masyarakat serta perhatian


9

masyarakat semestinya harus semakin besar dalam wacana wisata halal

tersebut. Sehingga peran serta dalam mengembangkan wisata halal ini bukan

hanya dicanangkan dan dilaksanakan oleh pemerintah saja, namun

masyarakat mendukung dan turut serta di dalamnya (Pratiwi et al., 2018).

Wisata halal di Kota Serang masih banyak menemuka hambatan.

Hambatan tersebut digambarkan dengan masih banyaknya sarana wisata yang

belum memenuhi harapan masyarakat. Kondisi wisata yang kotor, serta

fasilitas-fasilitas pendukung seperti toilet, rumah ibadah, dan sarana umum

yang belum tersedia (Elsa et al., 2021). Selain itu, masih rendahnya dukungan

masarakat juga menjadi hambatan wcana wisata halal ini. Masih banyak

ditemukan masyarakat yang masih belum memahami sebenarnya dari wisata

halal tersebut (Satriana & Faridah, 2018). Terakhir, hambatan berasal dari

pemerintah yang belum memberikan instrumen kebijakan khusus dalam

mendukung wacana wisata halal tersebut. Sehingga wacana tersebut hanya

sampai pada tahapan wacana saja tanpa realisasi jelas dari pemerintah

(Ferdiansyah et al., 2020).

Maka berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah

kebutuhan dalam melaksanakan strategi komuniasi untuk mengembangkan

wisata halal di Provinsi Banten untuk mempertimbangkan persepsi

masyarakat. Sebab dari masyarakat inilah yang mampu menjadi pelaku

pemasaran yang cukup efektif untuk menarik daya tarik wisatawan.


10

Menurut Juvan & Omerzel (2017) bahwa perilaku dari wisatawan

modern sangat bergantung pada persepsi yang hadir dari lokasi wisata yang

dituju. Persepsi ini juga tidak dapat dilepaskan dari perhatian dan dukungan

masyarakat sekitar dalam melestarikan wisata tersebut. Dalam penelitian

Sitepu & Sabrin (2020) menyatakan bahwa perlunya analisis persepsi

masyarakat untuk menentukan strategi komunikasi pariwisata yang sesuai

dengan persepsi tersebut. Sehingga dapat menciptakan persepsi positif dan

memudahkan dalam pengembangan wisata.

Komunikasi memiliki peran penting dalam mempengaruhi perilaku

masyarakat (Duralia, 2018). Komunikasi yang baik akan memberikan

kesadaran bagi masyarakat untuk mengenali objek yang dikomunikasikan

serta menginformasikan pihak lainnya untuk bersama-sama melaksanakan

pembelian.

Berdasarkan pembahasan latar belakang di atas dapat diketahui

beberapa fenomena sebagai berikut:

1. Adanya keinginan dari Pemerintah Kota Serang dalam menciptakan

wisata halal. Hal ini didukung oleh besarnya potensi masyarakat, dan

banyaknya sarana wisata di Kota Serang yang dapat menjadikan wacana

ini dilaksanakan dengan baik.

2. Namun wacana wisata halal ini tersandung pada kondisi wisata yang jauh

dari harapan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang wisata halal,

dan belum adanya instrumen kebijakan yang rill dari pemerintah Kota

Serang dalam wacana wisata halal ini.


11

Fenomena-fenomena di atas menyatakan bahwa wacana wisata halal

sangat membutuhkan strategi perencanaan komunikasi yang efektif sehingga

hambatan-hambatan yang telah disampaikan di atas dapat teratasi dengan

strategi tersebut. Belum adanya penelitian terhadap persepsi masyarakat

dalam wacana wisata halal di Kota Serang ini menjadi alasan

dilaksanakannya penelitian ini. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk

melaksanakan penelitian dengan judul: “PERENCANAAN KOMUNIKASI

PENGEMBANGAN WISATA HALAL DI KOTA SERANG PROVINSI

BANTEN”.

1.2 Fokus dan Subfokus Penelitian

1.2.1 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas di atas maka

fokus penelitian ini adalah perencanaan komunikasi pengembangan wisata

halal di Kota Serang Provinsi Banten.

1.2.2 Sub Fokus Penelitian .

Sedangkan sub fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Destinasi wacana wisata halal di Kota Serang

2. Persepsi Masyarakat terkait dengan Wisata Halal di Kota Serang

3. Kebijakan Pemerintah Kota Serang terkait Wisata Halal

4. Perencanaan komunikasi yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan

pengembangan ekonomi pada wisata halal di Kota Serang Provinsi

Banten.
12

1.3 Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Destinasi Wisata Halal di Kota Serang Provinsi Banten?

2. Bagaimana persepsi masyarakat terkait wacana wisata halal di Kota

Serang Provinsi Banten?

3. Bagaimana Kebijakan Pemerintah Kota Serang terkait dengan Wisata

Halal?

4. Bagaimana perencanaan komunikasi yang dapat dilaksanakan untuk

meningkatkan pengembangan wisata halal di Kota Serang Provinsi

Banten?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai sumber yang dapat di

jadikan dasar pertimbangan bagi peneliti dengan bidang yang telah di

tempuh selama perkuliahan yaitu Ilmu Komunikasi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dari penelitian ini diharapkan dapat masukan dan sumbangan

pemikiran kepada Dinas Pariwisata Kota Serang sebagai acuan untuk lebih

dapat melakukan kegiatan dalam pengembangan pariwisata halal di Kota

Serang dan menjadi acuan dalam membuat peraturan wisata halal di

Provinsi Banten melalui perancanaan komunikasi.


13

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA TEORI

2.1 Teori Model Perencanaan Komunikasi

Pada penelitian ini menggunakan Toeri Perencanaan Komunikasi

yang dikemukakan oleh oleh Philip Lesly. Penggunaan teori ini disebabkan

keseuaiannya dalam penggunaan tujuan penelitian yakni untuk mendapatkan

Strategi perencanaan komunikasi yang dapat dilaksanakan untuk

meningkatkan pengembangan wisata halal di Kota Serang Provinsi Banten.

Penggunaan Teori ini didasarkan sebagai kerangka yang menyusun arah

penelitian.

Komunikasi adalah istilah komunikasi berasal dari bahasa latin

communicatio, yang bersumber dari kata komunis yang berarti sama. Sama

disini maksudnya adalah sama makna, jadi komunikasi dapat terjadi apabila

terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh

komunikator dan di terima oleh komunikan. Hovland mendefinisikan proses

komunikasi sebagai proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan

rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (Mulyana, 2009).

Komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia,

dari kegiatan keseharian manusia dilakukan dengan berkomunikasi.

Dimanapun, kapanpun, dan dalam kesadaran atau situasi macam apapun

manusia selalu terjebak dengan komunikasi. Dengan berkomunikasi manusia

dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuan hidupnya, karena

13
14

dengan berkomunikasi merupakan suatu kebutuhan manusia yang amat

mendasar. Oleh karena itu sebagai makhluk sosial manusia ingin

berhubungan dengan manusia lainnya. Manusia ingin mengetahui lingkungan

sekitarnya, Bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Dengan

rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Salah satu bagi dari Komunikasi adalah Komunikasi Publik. Menurut

Cahyanti Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi

antara seorang pembicara dengan sdejumlah besar orang (khalayak), yang

tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut

pidato, ceramah, atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi

menggunakan istilah komunikasi kelompok besar (large-group

communication) untuk komunikasi ini. Komunikasi publik biasanya

berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi antarpribadi

atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan

pesan yang cermat, keberanian, dan kemampuan menghadapi sejumlah besar

orang. Daya tarik fisik pembicara bahkan sering merupakan faktor penting

yang menentukan efektivitas pesan selain keahlian dan kejujuran pembicara

(Cahyanti et al., 2020).

Disebabkan subjek dari penelitian ini adalah lembaga pemerintah

yakni Dinas Pariwisata, maka jenis komunikasi yang digunakan adalah

komunikasi publik. Adapun teori yang komunikasi yang sesuai untuk

mendapatkan perencanaan komunikasi dalam mengembangkan wisata halal di


15

Kota Serang, maka Teori yang digunakan adalah Teori Toeri Perencanaan

Komunikasi yang dikemukakan oleh oleh Philip Lesly.

Model perencanaan komunikasi yang dibuat oleh Philip Lesly terdiri

dari atas dua komponen utama, yakni organisasi yang menggerakkan kegiatan

dan publik yang menjadi sasaran kegiatan. Pada komponen organisasi

terdapat enam tahapan, sedangkan dalam komponen publik terdapat dua

tahapan yang harus dilakukan seorang perencana komunikasi. Adapun

tahapan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :

1. Organisasi

a. Analisis Dan Riset

b. Perumusan Kebijakan

c. Perencanaan Program Pelaksanaan

d. Kegiatan Komunikasi

2. Publik

a. Umpan Balik, dan

b. Evaluasi

Organisasi pengelolaan kegiatan, bisa dalam bentuk lembaga

pemerintahan, perusahaan swasta atau organisasi sosial. Organisasi atau

lembaga seperti ini memerlukan tenaga spesialis yang dapat menangani

masalah-masalah komunikasi. Dalam komponen organisasi maka langkah

yang harus dilakukan adalah analisis dan riset yang dilakukan sebagai

langkah awal untuk mendiagnosa atau mengetahui permasalahan yang

dihadapi, setelah itu perumusan kebijakan yang mencakup strategi yang


16

digunakan. Pada tahap perencanaan program pelaksanaan sudah ditetapkan

sumber daya yang akan digerakkan, antara lain tenaga, dana dan fasilitas,

sedangkan pada tahap kegiatan komunikasi adalah tindakan yang harus

dilakukan, yakni membuat menyebarluaskan informasi baik melalui media

massa maupun melalui saluran-saluran komunikasi lainnya (kelompok

tradisional, media baru, focus group, publik). Publik adalah komponen kedua

yang menjadi sasaran organisasi (Cangara, 2013).

Adapun model dari Perencanaan Komunikasi Menurut Philip Lesly

dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1
Teori Perencanaan Komunikasi Philip Lesly
Sumber: Canggara, 2013
17

2.2 Public Relation

Menurut Frank Jefkins, Public Relation adalah Semua bentuk

komunikasi yang berencana,baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu

organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan

sepisifik yang berlandaskan pada saling pengertian (Nurtjahjani & Trivena,

2018).

Menurut Scott M.Cutlip dan Alilen H. Center dijelaksan dalam

bukunya Effective Public Relation edisi kesembilan mereka mendefinisikan

Public Relation (PR) adalah fungsi manajemen yang membangun dan

mempertahankan hubungan baik dan bermanfaat antara organisasi dengan

pihak yang memperngaruhi kesuksesan atau kegagalan oranisasi tersebut

(Macnamara & Agung, 2013).

Pada dasarnya seorang Public Relation dapat menjalin hubungan yang

baik dan harmonis antara perusahaan dengan publiknya sehingga akan timbul

rasa memiliki bersama dan rasa tanggung jawab dari publiknya,untuk dapat

mewujudkannya maka harus adanya pengertian antara kedua belah pihak.

Istilah public dalam Public Relation berarti khalayak sasaran dari

kegiatan Public Relations. Publik itu disebut juga Stakeholder, yakni

kumpulan orang-orang atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

perusahaan. Public Relations merupakan salah satu dalam metode

komunikasi. Untuk memahami kegiatan Public Relations sebaiknya kita

memahami dulu essensi dari Public Relations itu sendiri. Essensi Public

Relations menurut F Rachmadi dalam (Yulianita, 2012) adalah :


18

1. Public Relations merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk

memperoleh goodwill,kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang

baik dari publik/masyarakat.

2. Sasaran Public Relations adalah menciptakan opini publik yang

favorable, menguntungkan semua pihak.

3. Public Relations merupakan unsur yang sangat penting dalam

manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik dari organisasi atau

perusahaan.

4. Public Relations adalah usaha yang kontinu untuk menciptakan

hubungan yang harmonis antara suatu badan dengan masyarakat

dengan melalui suatu proses komunikasi timbal balik

Menurut Yulianita dari Essensi yang dinyatakan dapatlah

dideskripsikan bahwa tujuan dari kegiatan Public Relations untuk

memperoleh goodwill, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang baik

dari publik atau masyarakat. Tentu saja untuk mencapai tujuan tersebut,

kegiatan Public Relations harus diarahkan kepada upaya membina

hubungan baik dengan publik-publik yang berkepentingan, karena

perolehan kepercayaan, pengertian, dan citra yang baik tersebut adalah

dari publik terhadap suatu organisasi atau perusahaan.

Selain memahami essensi Public Relations, kedudukan Public

Relations juga penting karena berkaitan dengan fungsi dan perannnya

dalam organisasi, lembaga, atau perusahaan. Masih dalam PR mempunyai

kedudukan yang sangat strategis yakni berada diantara dua pihak publik
19

baik untuk publik lingkup internal maupun lingkup eksternal.

Sebagaimana fungsinya PR juga dikatakan sebagai “penyambung lidah”

perusahaan atau organisasi khususnya dalam mengadakan hubungan

timbal balik dengan publiknya. PR juga dikatakan sebagai “key informan”,

“panca indra”, bahkan dapat pula dikatakan sebagai “jantungnya”

perusahaan (Yulianita, 2012).

2.3 Konsep Persepsi

Persepsi dan penginderaan mewakili sumber unik tentang bagaimana

mengalami sesuatu. Karena kognisi pada awalnya merupakan domain filsafat,

jelas para filsuf juga merupakan kelompok orang pertama yang mempelajari

masalah persepsi. Pemikir antik seperti Democritus dan lain-lain

mengembangkan teori terutama spekulatif (tentang struktur atom eidolon

yang diterima oleh indera kita), atas dasar itu mereka mencoba menjelaskan

bagaimana kita memandang sesuatu. Aristoteles memilih cara berpikir yang

serupa, meskipun yang kurang materialistis (bentuk-bentuk yang memasuki

pikiran kita) dan orang-orang stoik juga memiliki konsepsi mereka sendiri

(Dowler et al., 2006).

Persepsi adalah suatu proses memilih, mengatur dan

menginterpretasikan informasi mengenai suatu produk barang atau jasa oleh

konsumen. Persepsi tidak hanya terjadi dalam bentuk rangsangan fisik tapi

juga dipengaruhi oleh kondisi pemasaran yang ada (Kusumawati, 2018).

Persepsi adalah proses psikologis melalui pengalaman yang diperoleh panca


20

indera, individu dapat mengolah tanggapan menjadi persepsi positif atau

negatif. Memperoleh tanggapan diperoleh melalui tahapan seleksi,

interpretasi, dan reaksi (Rakhmat, 2013).

Maulani et al. (2021) menggambarkan persepsi sebagai proses

tindakan untuk memperoleh informasi. Perolehan itu dapat berasal dari

lingkungan tempat siswa terpapar. Operasional dari persepsi dimulai dari

penggunaan panca indera dalam menerima suatu stimulus, kemudian

diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga memiliki pemahaman tentang

apa yang diindera.

Menurut Rahman et al. (2020) persepsi adalah suatu proses

identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indra. Persepsi merupakan

peran yang sangat penting dalam keberhasilan komunikasi. Artinya,

kecermatan dalam mempersepsikan stimuli indrawi mengantarkan kepada

keberhasilan komunikasi. Sebaliknya, kegagalan dalam mempersepsi

stimulus, menyebabkan mis-komunikasi.

MenurutWalgito (2015) persepsi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Persepsi positif Merupakan persepsi yang menggambarkan segala

pengetahuan (tahu tidaknya, kenal tidaknya) dalam tanggapan yang

diteruskan pemanfaatannya.

2. Persepsi negatif Merupakan persepsi yang menggambarkan segala

pengetahuan (tahu tidaknya, kenal tidaknya) serta tanggapan yang tidak

selaras dengan obyek yang dipersepsikan.


21

Menurut (Walgito, 2015) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

antara lain:

1. Obyek yang dipersepsi

Obyek yang menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera

stimulus dapat datang dari luar dari individu yang memperesepsi, tetapi

juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan langsung

mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

2. Alat indera saraf, dan pusat susunan saraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulis.

Di samping itu juga harus ada saraf sensori sebagai alat untuk

meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan

adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu

persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

Persepsi terdiri dari berbagai aspek yakni sebagai berikut:

1. Seleksi

Seleksi adalah proses dimana konsumen memilih stimulus yang

akan diterima oleh panca indranya berdasarkan kebutuhan yang

dipengaruhi oleh masa lalu dan kebutuhan yang menjadi motivasinya.

2. Organisasi

Organisasi merupakan proses dimana konsumen mengumpulkan

atau mengkategorikan kelompok-kelompok stimulus yang ada menjadi


22

satu kesatuan yang utuh secara menyeluruh. Stimulus yang ada

dikelompokkan oleh konsumen ke dalam pola yang bermakna bagi

konsumen.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan keadaan yang terjadi ketika seseorang

memberikan makna terhadap masukan informasi yang dipengaruhi oleh

faktor karakteristik individu, stimulus, situasional dan bagaimana

informasi tersebut ditampilkan. Kedekatan interpretasi seseorang atau

konsumen dengan realitas dipengaruhi oleh harapan dan motif dari

konsumen tersebut.

2.4 Wisata Halal

Pengertian wisata halal pada dasarnya mengacu pada pengertian

istilah “halal” yang berasal dari bahasa arab yaitu halla, yahillu, hillan,

wahalalan, yang artinya diperbolehkan atau diperbolehkan oleh syariat Islam.

Halal tidak hanya mengacu pada hal-hal yang dapat dimakan seorang Muslim

tetapi juga mencakup segala sesuatu yang diperbolehkan dalam kehidupan

seorang Muslim. Sedangkan lawan dari halal adalah “haram”, yang berarti

sesuatu yang dilarang untuk dikonsumsi, digunakan, atau dilakukan oleh

umat Islam. Sehingga wisata halal secara sederhana dapat diartikan sebagai

wisata yang diperbolehkan menurut ajaran Islam untuk dilakukan oleh umat

Islam (Putra & Tucunan, 2021).


23

Battour & Ismail (2016) menjelaskan wisata halal sebagai jenis wisata

religi yang sesuai dengan ajaran Islam tentang perilaku, pakaian, dan

kebiasaan. Di sisi lain, dikatakan bahwa pariwisata Islam menarik banyak

wisatawan yang sepenuhnya tertarik pada apa yang disebut 'budaya Islam'.

Konsep pariwisata Islam tidak terbatas pada wisata religi, tetapi meluas ke

semua bentuk pariwisata kecuali yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam'.

Oleh karena itu, kedua konsep tersebut tidak jelas dan ambiguitas definisi dari

segi hukum Islam, target pelanggan, produk dan layanan yang ditawarkan,

dan tujuan perjalanan.

Istilah pariwisata halal sangat baru dalam literatur akademik. Istilah

yang umum digunakan sebelumnya adalah “pariwisata Islam”. Terdapat

ambiguitas dalam istilah “wisata halal” dan “wisata Islam”, keduanya

dianggap memiliki makna yang sama dalam penjelasan di berbagai literatur,

yaitu merujuk pada perjalanan yang dilakukan oleh seorang Muslim yang

berusaha untuk berpegang pada prinsip dan prinsip. latihan iman saat jauh

dari rumah. Namun demikian, kesimpulan perbedaan antara wisata halal dan

wisata islami, yaitu (Vargas-Sánchez & Moral-Moral, 2020):

1. Wisata halal mengacu pada perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi,

penggunaan waktu luang, dan tujuan sosial. Muslim juga ingin melihat

dunia dan menjelajahi keragaman sejarah dan budaya, yang sejalan

dengan keyakinan mereka dan memungkinkan mereka untuk lebih

menghargai keajaiban yang diciptakan oleh Tuhan. Walaupun motivasi


24

bepergian belum tentu bersifat spiritual, namun ada keinginan untuk

berperilaku yang dianggap halal/halal sesuai dengan syariat.

2. Wisata Islam mengacu pada perjalanan yang dilakukan untuk tujuan

keagamaan dan ziarah, terkait dengan tindakan iman yang terkait dengan

Agama Islam. Contohnya adalah haji ke Mekkah .

Beberapa praktik yang terkait dengan pariwisata halal telah diamati.

Praktik-praktik yang diterapkan di beberapa destinasi ini dapat digunakan

sebagai benchmark bagi destinasi lain untuk membidik wisatawan Muslim

dan/atau memasarkan destinasi tersebut sebagai ‘destinasi ramah Muslim’.

Misalnya, jumlah hotel yang sesuai dengan Syariah tumbuh di beberapa

tujuan Muslim dan non-Muslim. Destinasi-destinasi ini mempromosikan

hotel-hotel yang mengklaim 'sesuai syariah' sebagai 'hotel ramah Muslim'.

Hotel ramah Muslim memberikan tamu Muslim semua layanan yang sesuai

dengan ajaran Islam seperti Arah Kiblat, makanan Halal, minuman bebas

alkohol, dan ruang sholat dengan panggilan untuk sholat (Carboni et al.,

2014).

1. Wisata Halal di Indonesia

Indonesia memiliki populasi penduduk Muslim terbesar di dunia.

Indonesia juga Indonesia juga telah meraih penghargaan “World’s Best

Halal Travel Destination” versi GMTI 2019. Sedangkan destinasi regional

Indonesia yang meraih penghargaan “Best Halal Travel Destination” dari

10 destinasi halal lainnya di Indonesia versi Indonesia Muslim Travel

Index 2019 dimenangkan oleh Destinasi Lombok. Sedangkan


25

pengembangan wisata halal di Indonesia dapat menerapkan unsur

pengembangan destinasi yang ramah keluarga, layanan dan fasilitas yang

ramah Muslim, dan sadar Halal (Ferdiansyah et al., 2020).

Indonesia bersinergi dengan banyak pihak untuk mengembangkan

pariwisata halal (halal tourism), misalnya Kementerian Pariwisata bekerja

sama dengan Dewan Syariah Nasional (DSN), Majelis Ulama Indonesia

(MUI) dan Lembaga Sertifikasi Bisnis (LSU). Bentuk konkret kerja sama

adalah dengan mengembangkan pariwisata dan mempromosikan nilai-nilai

budaya dan agama yang kemudian akan diuraikan dalam Peraturan

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sayekti, 2019).

2. Aspek Kriteria Wisata Halal

Menurut aspek kriteria wisata halal adalah sebagai berikut:

a. Objek Wisata : Destinasi (Sasaran Kunjungan)

Semua objek wisata yang ada dapat dikelola menjadi destinasi

wisata halal selagi tidak ada faktor yang bertentangan dengan syariat

Islam. Pertama, destinasi wisata harus memiliki tujuan untuk

terwujudnya kemaslahatan dan kebaikan umum. Kedua, sarana dan

prasarana yang ada pada objek wisata harus dilengapi dengan fasilitas

ibadah yang memadai, mudah dijangkau, dan sesuai dengan ketentuan

hukum Islam. Ketiga, destinasi wisata harus terhindar dari perbuatan

yang dilarang oleh agama.

b. Perhotelan : Infrastruktur Akomodasi


26

Sebagai penunjang kegiatan pariwisata, membutuhkan

infrastruktur pendukung seperti ketersediaan hotel untuk tempat

menginap bagi para wisatawan. Bisnis perhotelan memiliki dua fungsi

penting, yaitu menyediakan produk riil (tangible producut) dalam

wujud penyediaan kamar dan fasilitasnya beserta konsumsi baik

makanan maupun minuman. Selain itu juga menjual produk yang

tidak tampak yaitu layanan jasa yang bisa dirasakan oleh wisatawan.

Maka dari itu, fasilitas yang dijual oleh hotel dalam pandangan

fikih tidak boleh ada aspek apapun yang bertentangan dengan syariah.

Seperti, terbebas dari segala jenis makanan dan minuman

memabukkan dan mengandung bahan yang haram dikonsumsi.

Mengutamakan layanan yang mencerminkan etika Islam, tidak hanya

yang tampak secara lahir tetapi juga batin, seperti ramah, amanah,

jujur, dan tindakan terpuji lainnya. Dalam penyediaan fasilitas perlu

dibedakan berdasarkan jenis kelamin, seperti fasilitas kolam renang,

fasilitas spa, fasilitas kamar, kecuali mahram dan memiliki surat

keterangan telah menikah.

c. Restoran : Infrastruktur Kebutuhan Konsumsi

Setiap usaha restoran memiliki sumber daya manusia, tempat

dan objek yang dijual seperti jasa, makanan dan minuman. Dalam

aspek fikih etika pelayan harus berpakaian sopan dan sesuai syariat,

menjaga aurat, tersedianya fasilitas ibadah yang memadai, adanya


27

daftar harga tiap produk yang dijual, adanya label halal pada tiap

makanan yang disajikan dan lain sebagainya.

Infrastruktur kebutuhan konsumsi bukan hanya terbatas pada

penyediaan restoran saja, namun juga meliputi penyediaan toko

maupun gerai penjualan oleh-oleh yang biasanya menjadi tujuan

wisatawan untuk mendapatkan buah tangan. Aspek tersebut juga harus

sesuai dengan syariat islam sesuai yang telah dijelaskan di atas.

d. Travel : Infrastruktur Biro Perjalanan dan Transportasi

Biro perjalanan harus memberikan pelayanan sesuai dengan

etika Islam. Memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk berhenti

di titik tertentu untuk istirahat, makan dan melaksanakan ibadah shalat.

Rumah makan yang digunakan untuk aktivitas tersebut juga harus

memiliki standar restoran atau rumah makan halal sebagai sarana

pendukung perjalanan wisata halal. Hal tersebut adalah salah satu cara

untuk memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan sebagai salah

satu bentuk pelayanan execellent dari sebuah usaha transportasi agar

tercipta kesan perusahaan yang digunakan mengedepankan etika Islam.

e. Sumber Daya Manusia (Human Resourch)

Manusia menjadi daya dukung kegiatan pariwisata yang sangat

krusial, baik kemampuannya sebagai pengusaha, pemangku kebijakan,

pemandu wisata (pramuwisata), kaum intelektual, dan masyarakat luas.

Semua unsur sumber daya manusia (SDM) memiliki peran dan

fungsinya masing-masing.
28

Unsur yang tidak kalah penting untuk disoroti adalah seorang

pemandu wisata atau pramuwisata dalam perannya menyukseskan

pembaangunan pariwisata halal. Bagaimana cara berpakain,

menentukan tarif jasa ketika memandu harus transparan untuk

menciptakan kenyamanan antara pramuwisata dan wisatawan.

Pramuwisata harus memahami dan menjalankan nilai-nilai syariah

dalam melaksanakan tugasnya, diantaranya adalah bersikap

profesional, paham dan dapat melaksnakan fikih pariwisata,

berperilaku sesuai etika Islam, mampu berkomunikasi dengan baik,

ramah, jujur, menarik, dan bertanggungjawab. Dengan demikian,

Sumber daya manusia yang berkecimpung di industri pariwisata halal

harus paham akan kebutuhan dasar wisatawan muslim. Sebagai wujud

komitmen pengembangan di bidang industri halal tourism.

2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu merupakan hal yang diperlukan dan dapat

dijadikan sebagai acuan maupun data pendukung. Penelitian terdahulu

digunakan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian.

Adapun penelitian terdahulu yang telah disusun dalam bentuk tabel dan

dijabarkan oleh peneliti sebagai berikut:

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Metode Hasil


29

(Saepudin Strategi Deskriptif Berdasarkan hasil


et al., Komunikasi Kualitatif penelitian, Desa yang
2016) dalam mmeiliki potensi sebagai
Pengembangan Desa Agro Wisata di
Desa Wisata Agro Kabupaten Bandung
di Kabupaten Barat, perlu
Bandung Barat diadakannya pola
pembinaan agro wisata
agar para pelaku
pariwisata dan pelaku
pertanian secara sinergis
dapat merencanakan,
menyusun,
memprogramkan agro
wisata yang bermanfaat
bagi masyarakat,
pengusaha, dan
pemerintah. Dalam hal
ini perlu adanya
komunikasi yang baik
antar pihak. Dengan
terjalinnya komunikasi
yang baik antar pihak
maka harmonisasi sosial
dalam pengembangan
desa wisata agro ini
akan tercapai. Strategi
komunikasi sangat
penting karena ia
merupakan paduan
perencanaan komunikasi
(communication
planning) dan
manajemen komunikasi
(communication
management) untuk
mencapai suatu tujuan.
(Nurjanah, Perencanaan Deskriptif Hasil penelitian
2018) Komunikasi Kualitatif menemukan rencana
Dalam strategis untuk
Pengembangan pengembangan kawasan
Potensi Pariwisata wisata yang sekarang
Kabupaten menjadi inti ekonomi
Bengkalis Kabupaten Bengkalis
dan berkontribusi
terhadap pembangunan
30

ekonomi berkelanjutan
di hampir semua
kecamatan, yang
memiliki karakter dan
potensi yang hampir
sama, berdasarkan
konten lokal di kawasan
itu, seperti potensi
wisata alam dan budaya.
Proses perencanaan
komunikasi melalui
perencanaan
komunikasi,
perencanaan pesan,
perencanaan media
dalam pengembangan
potensi pariwisata, dan
evaluasi tahap dalam
perencanaan
komunikasi, yang
menekankan pada model
komunikasi sirkuler
1 (Sari et al., Persepsi, Sikap Deskriptif Penelitian ini
2019) dan Minat Korelasional menunjukkan bahwa ada
Pariwisata Halal pengaruh anatara
di Daerah persepsi dan sikap pada
Istimewa minat masyarakat dalam
Yogyakarta pariwisata halal.
Persepsi masyarakat
tentang pariwisata halal
terletak pada
fasilitasnya. Kriteria
fasilitas termasuk dalam
salah satu kriteria GMTI
(Global Muslim Travel
Index). Pemerintah
diharapkan
memprioritaskan
pengembangan fasilitas
wisata halal.
2 (Maulani Public’s Analisis Berdasarkan kajian,
et al., Perception And Kuantitatif hasil penelitian
2021) Preference Deskriptif menunjukkan bahwa
Towards Halal wawasan masyarakat
Tourism tentang wisata halal
cukup berkembang.
31

Selain itu mayoritas


responden menyatakan
memilih mengunjungi
destinasi wisata halal,
artinya wisata halal
sangat potensial untuk
dikembangkan karena
animo masyarakat cukup
tinggi. Hal ini juga
membuktikan bahwa
persepsi publik lebih
rendah dari
preferensinya, artinya
persepsi publik terhadap
kinerja masih belum
cukup untuk memenuhi
harapan publik sehingga
masih banyak hal yang
perlu ditingkatkan oleh
pemangku kepentingan
terutama untuk
ketersediaan Wi -Fi di
bandara. Namun,
masyarakat menyatakan
bahwa masjid di Kota
Semarang dan
Kabupaten Kendal
sudah cukup baik.
3 (Rahman The impact of Path Analysis Studi ini mengungkap
et al., tourists’ wawasan baru tentang
2020) perceptions on pariwisata halal dalam
halal tourism perspektif produk atau
destination: a layanan halal wisatawan
structural model non-Muslim terhadap
analysis perjalanan masa depan
mereka ke tujuan halal.
Kontribusi penelitian ini
penting bagi operator
pariwisata, pengelola
dan pemasar destinasi
pariwisata dengan
kepemimpinan
langsung/tidak langsung
untuk meningkatkan
persepsi destinasi
pariwisata bagi
32

wisatawan non-Muslim.
4 (Syahrizal, Wisata Halal Di Studi Dari potensi wisata yang
2021) Banten: Kepustakaan ada di
Perkembangan, Provinsi Banten baik
Peluang Dan berupa potensi wisata
Tantangan alam seperti pantai, laut,
gua, air terjun, dan
gunung, maupun wisata
religi, sejarah budaya,
dan wisata ziarah serta
penduduk yang
mayoritas muslim serta
komparasi dengan 10
daerah destinasi wisata
halal di Indonesia yang
telah ditetapkan oleh
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif,
target menjadikan
Provinsi Banten masuk
dalam 10 destinasi
unggulan wisata halal di
Indonesia cukuplah
realistis
5 (Elsa et Analisis Faktor- Deskriptif Hasil penelitian ini
al., 2021) Faktor Dalam Kualitatif menjelaskan bahwa
Mengembangkan banten dapat
Pariwisata Halal mengembangkan wisata
di Banten halal dengan mengacu
pada indikator tersebut.
Dukungan pemerintah
dan masyarakat dapat
menjadikan banten
sebagai destinasi wisata
halal yang dapat
berkembang dengan
baik.
Sumber: Data diolah oleh peneliti

2.6 Kerangka Teori


33

Kerangka pemikiran dibuat oleh peneliti untuk memberikan gambaran

yang jelas mengenai konsep penelitian. Berikut ini adalah gambaran kerangka

pemikiran peneliti:

Perencanaan komunikasi pengembangan


wisata halal di Kota Serang Provinsi Banten

Teori Perencanaan Komunikasi


Konsep Wisata Halal
Philip Lesly (Canggara, 2013)

a. Objek Wisata : Destinasi


1. Organisasi
(Sasaran Kunjungan)
a. Analisis Dan Riset
b. Perhotelan : Infrastruktur
b. Perumusan Kebijakan
Akomodasi
c. Perencanaan Program
c. Restoran : Infrastruktur
Pelaksanaan
Kebutuhan Konsumsi
d. Kegiatan Komunikasi
d. Travel : Infrastruktur Biro
2. Publik
Perjalanan dan Transportasi
a. Umpan Balik, dan
e. Sumber Daya Manusia
b. Evaluasi
(Human Resourch)

Hasil Perencanaan Strategi Komunikasi

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Peneliti ingin mengetahui perencanaan komunikasi yang dapat

dilaksanakan untuk meningkatkan pengembangan wisata halal di Kota Serang

Provinsi Banten..

3.2 Lokasi atau Tempat dan Waktu Penelitian

Di dalam kegiatan penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian

di kantor Dinas Pariwisata Kota Serang Provinsi Banten yang berada Blok R.

Janah No., Jl. Panca Marga Blok R. Janah No.88, Sumurpecung, Kec. Serang,

Kota Serang, Banten. Peneliti melakukan pengumpulan data dibagian

Destinasi Wisata, Pemasaran atau promosi Daerah Wisata dan Masyarakat

yang ada di Provinsi Banten. Waktu Penelitian ini akan dilakansanakan pada

bulan April hingga bulan Desember 2022.

3.3 Metode dan Teknik Penelitian

3.3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini memiliki jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan analisis. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian

kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus

34
35

penelitian sesuai dengan fakta di lapangan (Rahmani, 2016). Sedangkan

penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat

postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrument kunci teknik pengumpulan data (Sugiyono, 2013).

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif agar

dapat menguraikan tentang sifat-sifat atau karakteristik dari suatu masalah

keadaan serta menemukan kebenaran dan memecahkan masalah yang sedang

diteliti. Analisa deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan sumber data internal dan eksternal. Kemudian data tersebut

digunakan sebagai data primer dan data sekunder.

Pendekatan penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian

lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian

kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur yang

digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti. Penelitian lapangan

biasa dilakukan untuk memutuskan ke arah mana penelitiannya berdasarkan

konteks (Kusumastuti & Khairon, 2019).

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berupaya untuk memperoleh

informasi secara mendalam dan terperinci mengenai serta secara langsung

turun ke lapangan untuk mengetahui gambaran wisata halal di Kota Serang

serta menentukan perencanaan komunikasi yang dapat dilaksanakan untuk

meningkatkan pengembangan wisata halal di Kota Serang Provinsi Banten.


36

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Untuk melengkapi data dari penelitian ini, maka peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Cara atau teknik untuk mendapatkan informasi atau data dari

responden dengan wawancara secara langsung secara tatap muka antara

pewawancara dengan yang di wawancarai adalah teknik pengumpulan

data dengan cara wawancara. Adapun alat yang digunakan dalam

pengumpulan data berupa pedoman wawancara dan metode yang di

dengan cara wawancara merupakan bagian dari teknik pengumpulan

data dengan cara menggunakan teknik wawancara.

Adapun wawancara sebagaimana yang dimaksud di atas,

peneliti menggunakan metode wawancara mendalam. Wawancara

mendalam merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan

pedoman wawancara. Dimana wawancara ini merupakan teknik yang

digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan data utama,

selanjutnya informasi detail dan mendalam dikumpulkan peneliti

melalui pengembangan pedoman wawancara tersebut. Dengan

demikian dalam melakukan wawancara tersebut peneliti tidak

mengarahkan jawaban atas interview yang dilakukan sesuai dengan

keinginan atau kemauan peneliti.

Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam melakukan

wawancara tersebut peneliti terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan


37

yang substantive, relevan, dan selanjutnya peneliti akan

mengembangkan pertanyaan tersebut secara mendalam saat melakukan

wawancara, dengan di dasarkan pada respon dari informan penelitian.

Hal ini perlu dilakukan oleh peneliti, agar setiap informasi yang hendak

di peroleh dalam wawancara tersebut, merupakan informasi yang secara

mendalam akanmemperkuat validitas hasil penelitian. Sehingga setiap

informasi yang diperoleh merupakan informasi yang benar-benar akurat

dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya dihadapan publik,

informan penelitian ini menggunakan metode purpossive sampling

sesuai dengan kedudukan dan keterkaitan informan tersebut dengan

wacana wisata halal di Kota Serang..

2. Teknik Studi Dokumentasi

Cara mencari data atau informasi dari buku-buku, catatan-

catatan, surat kabar, majalah, transkrip, notulen rapat, prasasti, agenda

dan lainnya merupakan teknik pengumpulan data dengan metode

dokumentasi. Dibandingkan dengan teknik pengambilan data yang lain

seperti wawancara, observasi, angket, ataupun tes, teknik ini dianggap

lebih mudah untuk digunakan.

Metode ini dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cara

yang sederhana. Peneliti cukup memegang check list untuk mencatat

informasi serta data yang telah dipersiapkan sebelumnya. Peneliti

tinggal memberikan tanda apabila data tersebut ditemukan. Sedangkan

terhadap data yang ditemukan tetapi tidak termasuk dalam check list,
38

maka pencatatan dengan menggunakan kalimat bebas dapat dilakukan

oleh peneliti.

3.3.3Teknik Analisis Data Penelitian

Setelah data yang diperlukan berhasil dikumpulkan selanjutnya

penulis menganalisa data tersebut dengan menggunakan metode deskriptif

analitik yaitu menganalisa data yang terkumpul bersifat penjelasan atau

penguraian dari responden yang kemudian dianalisis dengan teori-teori yang

mendukung masalah penelitian. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis data model Miles dan Huberman (Sugiyono,

2013). Langkah-langkah analisis ditunjukan pada Gambar berikut ini.

Gambar 3. 1
Komponen dalam Analisis Data
(Sumber: Sugiyono, 2013)

Penjelasan metode analisis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data yang muncul dari

catatan-catatan tertulis dari analisis pustaka yang dilaksanakan. Reduksi


39

data dilaksanakan dengan mengumpulkan data wawancara, observasi,

dan dokumentasi yang memiliki keterkaitan dengan tujuan penelitian.

2. Penyajian Data (display data)

Display data atau penyajian data adalah sekumpulan informasi

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data ini merupakan pelaksanaan dari

fenomena penelitian yang diteliti. Display data dilaksanakan dengan

menyajikan hasil data yang telah direduksi sesuai dengan temuan-

temuan yang didapatkan.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Setelah analisis dilakukan peneliti dapat menyimpulkan hasil

penelitian ini dan dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan

sejak awal, tetapi juga bisa jadi tidak karena rumusan masalah ini

bersifat sementara dan dapat dikembangkan setelah peneliti berada di

lapangan. Dari hasil pengolahan dan penganalisisan data ini kemudian

pada akhirnya digunakan penulis sebagai dasar untuk menarik

kesimpulan.Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mengambil intisari

penting dari data-data yang didapatkan untuk selanjutnya dibahas

berdasarkan teori dan penelitian terdahulu.

3.4 Data dan Sumber Data Penelitian

Menurut Ulfatin (2013) sumber data dalam penelitan kualitatif adalah

kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen


40

dan lain-lain. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Data Primer

Pada penelitian kualitatif, sebagai sumber informasi adalah

Informan Penelitian. Informan (juga disebut informer) adalah orang yang

memberikan informasi tentang seseorang atau organisasi kepada sebuah

agensi atau khalayak ramai. Adapun Informan pada penelitian ini adalah

pihak-pihak yang memiliki kemampuan dalam memberikan informasi

terkait persepsi masyarakat dalam wacana pengembangan Wisata Halal

di Provinsi Banten.

Dalam memilih informan menggunakan teknik Purposive

Sampling, yaitu penentuan informan tidak didasarkan atas strata,

kedudukan, pedoman, atau wilayah tetapi didasarkan pada adanya tujuan

dan pertimbangan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan

penelitian.

Adapun informan peneitian ini terbagi menjadi 3, yakni sebagai

berikut:

a. Informan Kunci

Informan kunci adalah informan yang memiliki informasi

secara menyeluruh tentang permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

Informan kunci bukan hanya mengetahui tentang kondisi/fenomena

pada masyarakat secara garis besar, juga memahami kondisi


41

informan utama. Adapun informan utama penelitian ini adalah 1

orang Kasi Promosi Pariwisata Kota Serang Provinsi Banten.

b. Informan Utama

Informan utama dalam penelitian kualitatif mirip dengan

“aktor utama” dalam sebuah kisah atau cerita. Dengan demikian

informan utama adalah orang yang mengetahui secara teknis dan

detail tentang masalah penelitian yang akan dipelajari. Informan

utama penelitian ini adalah 5 orang dari masyarakat awam yang

djumpai oleh peneliti di lokasi destinasi wisata halal Kota Serang.

c. Informan Pendukung

Adapun informan pendukung pada penelitian ini adalah 4

orang dari pihak-pihak yang dapat mendukung hasil penelitian ini.

Pihak tersebut adalah 1 orang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Kota Serang, 1 orang ulama Kota Serang, 1 orang

Pelaku Usaha Wisata, dan 1 orang Pemerhati Wisata.

Sehingga dapat disimpulkan rincian dari informan penelitian ini

dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1
Informan Penelitian
No Informan Spesifikasi Jumlah

1 Informan Kunci 1 Orang Kepala bidang Pariwisata 1 orang

Disparpora Kota Serang

3 Informan 1 Orang Sekretaris Dinas 9 orang


42

pendukung Pariwisata Provinsi Banten

1 Orang Kepala Seksi Promosi

Pariwisata Disparpora Kota Serang

3 orang Pelaku Usaha Wisata

1 Orang Pelaku UMKM

1 Orang Pemerhati Wisata

1 Orang Wisatawan

Total 9 orang

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang menunjang proses penelitian, dan

pengumpulan data yang diperoleh melalui studi dokumentasi dan

mencatat teori dari buku-buku, surat kabar, majalah, jurnal dan berbagai

literatur yang mendukung penelitian ini

3.5 Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian

Pengujian keabsahan data dalam penelitian seringkali hanya

ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas (Sugiyono, 2018). Temuan atau

data dinyatakan valid jika tidak ada perbedaan antara apa yang dilaporkan

oleh peneliti dengan apa yang terjadi pada objek yang diteliti. Uji validitas

data dalam penelitian meliputi uji kredibilitas (validitas internal), uji

transferabilitas (validitas eksternal/generalisasi), uji ketergantungan

(reliabilitas), dan uji konfirmabilitas (objektivitas).


43

1. Uji Credibility (validitas internal)

Uji coba dalam penelitian ini akan menggunakan triangulasi.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai

pemeriksaan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan pada

berbagai waktu. Triangulasi pada penelitian ini dilakukan dengan

melakukan pemilihan metode pengumpulan data yakni wawancara

dan observasi.

2. Uji Dependability (realibilitas)

Uji dependability juga disebut dengan uji keandalan dalam

penelitian. Pada penelitian ini, peneliti melakukan penggambaran

secara sistematis aktifitas penelitian dan menunjukannya kepada

observer ahli yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Sehingga

setelah menyusun data yang didapatkan maka peneliti melakukan uji

keandalan untuk memastikan bahwa tahapan yang dilaksanakan sudah

sesuai dengan proses yang semestinya.

3. Uji Confirmability (objektivitas)

Uji konfirmabilitas untuk menunjukkan netralitas dan

objektivitas data yang diperoleh dan menggunakan jurnal untuk

merefleksikan data yang dikumpulkan. Proses ini dilakukan dengan

membahas hasil penelitian yang didapatkan dengan teori yang terkait.

Selain itu juga membahasnya dengan penelitian-penelitian yang telah

dilaksanakan sebelumnya sebagai konfirmasi kesesuaian hasil

penelitian.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

4.1.1 Profil Kota Serang

Kota Serang adalah salah satu dari 8 (delapan) kabupaten/kota yang berada

di wilayah Provinsi Banten yang mempunyai kedudukan sebagai pusat

Pemerintahan Provinsi Banten. Batas–batas wilayah Kota Serang meliputi sebagai

berikut ;

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pontang, Kecamatan Ciruas,

Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cikeusal, Kecamatan Petir,

Kecamatan Baros, Kabupaten Serang.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pabuaran, Kecamatan

Waringin Kurung, Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang.

Posisi Kota Serang secara geografis terletak diantara 5°99’ – 6°22’

Lintang Selatan dan 106°07’ – 106°25’ Bujur Timur, Dengan menggunakan

koordinat system Universal Transfer Mercator ( UTM ) Zone 48E, wilayah Kota

Serang terletak pada koordinat 618.000 M sampai dengan 638.600 M dari Barat

ke Timur dan 9.337.725 M sampai dengan 9.312.475 M dari Utara ke Selatan

adalah sekitar 21,7 KM dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur adalah 20 KM.

Kondisi Geografis Kota Serang menunjukan bahwa karakteristik wilayah di Kota

44
45

Serang sebagian besar adalah dataran sedang dengan ketinggian kurang dari 500

mdpl serta memiliki iklim tropis. Dengan keadaan ini maka rata – rata suhu di

Kota Serang setiap bulannya berisar 27,07°C, suhu terendah 23,2°C dan tertinggi

33,2°C, dengan kelembapan udara 84%, rata – rata curah hujan 1500-2000 MM /

tahun dengan curah hujan terbesar pada bulan Januari dan Desember.

Kota Serang merupakan wilayah baru hasil pemekaran Kabupaten Serang

Provinsi Banten berdasarkan Undang– Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten. Kota Serang memiliki wilayah

seluas 266,74 Km² yang terdiri dari 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Serang,

Kecamatan Kasemen, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Curug, Kecamatan

Walantaka dan Kecamatan Taktakan. Jika diperbandingkan, luas wilayah Kota

Serang tersebut hanya sekitar 3,08% dari luas wilayah Provinsi Banten. 2.

Administrative Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi

Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan

pada tanggal 10 bulan Agustus tahun 2007 dan diresmikan menjadi Kota Serang

pada tanggal 10 November tahun 2007. Secara administratif Kota Serang yang

merupakan Ibukota Provinsi Banten memiliki total luas wilayah sebesar 266,74

Km2 . Luas wilayah tersebut terbagi atas 20 kelurahan dan 46 desa, yang

termasuk dalam 6 (enam) Kecamatan, yakni Kecamatan Serang, Kecamatan

Cipocok Jaya, Kecamatan Curug, Kecamatan Walantaka, Kecamatan Taktakan

dan Kecamatan Kasemen.

Sejak abad ke-16, Serang merupakan pusat pemerintahan, pusat

perdagangan dan pusat kebudayaan. Letak Kota Serang yang strategis


46

menjadikannya sebagai jalur utama penghubung lintas Jawa-

Sumatera.Pembentukan Kota Serang sendiri tak lepas dari amanat undang-undang

nomor 23 tahun 2000 tentang pembentukan Provinsi Banten.Hal ini dipertegas

oleh undangundang nomor 32 tahun 2007 (yang disahkan pada tanggal 10

Agustus 2007) tentang dimekarkannya (pembentukan) Kota Serang dari

Kabupaten Serang. Kota Serang lahir pada tanggal 10 Agustus 2007. Secara resmi

kelahiran Kota Serang ditandai dengan pelantikan penjabat Walikota Serang

Asmudji H.W. yang dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto di Gedung

Departemen Dalam Negeri Jakarta pada tanggal 2 November 2007, serta

disetujuinya pembentukan Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) Kota Serang

(SK Mendagri nomor 060/2840/SJ tertanggal 22 November 2007) meliputi 19

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) termasuk juga formasi pejabat dari eselon

II hingga eselon III.

Kota Serang adalah wilayah baru hasil pemekaran kabupaten Serang

Provinsi Banten.Sebagai Ibu Kota Provinsi kehadirannya adalah sebuah

konsekuensi logis dari keberadaan Provinsi Banten. Sejak terbentuk Kota Serang

terdiri dari 6 (enam) Kecamatan yakni Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen,

Kecamatan Walantaka, Kecamatan Curug, Kecamatan Cipocok Jaya dan

Kecamatan Taktakan. Kota Serang memiliki luas Wilayah 266,77 Km2 dengan

jumlah penduduk sekitar 523.384 Jiwa. Batas wilayah Kota Serang sebelah utara

yaitu Teluk Banten, Sebelah Timur Kecamatan Pontang, Kecamatan Ciruas, dan

Kecamatan Keragilan Kabupaten Serang, Sebelah Selatan berbatasan dengan

Kecamatan Cikeusal, Kecamatan Petir dan Kecamatan Baros Kabupaten Serang.


47

Serta sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pabuaran, Kecamatan

Waringin kurung dan Kecamatan Keramatwatu Kabupaten Serang.Dari 6 (enam)

Kecamatan tersebut terdiri dari 20 kelurahan dan 46 Desa.

4.1.2 Dinas Pariwisata Kota Serang

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang organisasi perangkat

daerah membawa perubahan dalam sistem pemerintahan daerah terutama pada

struktur organisasi dan tata kerja satuan kerja perangkat daerah Kabupaten Serang.

Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Serang, merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari sistem penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Kabupaten Serang yang melaksanakan fungsi utama di Pemuda, Olahraga dan

Bidang Pariwisata di daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Serang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Dinas

Daerah Kabupaten Serang.

Dalam rangka pelaksanaan amanat undang – undang no. 25 tahun 2004

tentang sistem perencanaan pembangunan nasional dan seiring dengan

ditetapkannya undang – undang no. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan undang – undang nomor

12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas undang – undang nomor 32 tahun

2004 tentang pemerintahan daerah, telah merubah paradigma sentralisasi

pemerintahan daerah disentralisasi dengan pemberian otonomi daerah yang nyata,

luas dan bertanggung jawab kepada daerah.


48

Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Serang mempunyai

kewajiban melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Kabupaten Serang dan

bertanggungjawab kepada Bupati, untuk mempertanggungjawabkan

penyelenggaraan pemerintah dilingkungan Disporapar serta wajib menyusun

rencana strategis (RENSTRA) sebagai dasar pelaksanaan pembangunan di daerah

dalam kerangka waktu jangka menengah (lima tahun) yang berpedoman pada

RPJMD Kabupaten Serang.

4.1.3 Visi Misi Dinas Pariwisata Kota Serang

Adapun visi dan misi yang dimiliki oleh dinas kebudayaan dan pariwisata

banten antara lain:

Visi :

Untuk mewujudkan kebudayaan dan pariwisata yang bedaya saing dan

berkelanjutan serta diharapkan dapat memberikan nilai tambah dalam

persaingan pertumbuhan kepariwisataan nasional dan internasional,

meningkatkan standar hidup masyarakat dan menjamin keberlangsungan

sumberdaya alam, kehidupan sosial budaya dan ekonomi melalui proses sistem

pembangunan terpadu.

Misi :

1. Meningkatkan kelembagaan dinas kebudayaan dan pariwisata.

2. Melestarikan nilai, keragaman dan kekayaan budaya.

3. Mengembangkan pemasaran kebudayaan dan pariwisata.

4. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing.


49

5. Meningkatkan sumberdaya manusia dan kelembagaan kebudayaan &

pariwisata yang professional.

4.1.4 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kota Tangerang

Adapun Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kota Tangerang adalah

sebagai berikut:

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Serang

Adapun rincian tugas dari struktur organisasi di Dinas Pariwisata adalah sebagai

berikut:
50

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin dinas,

menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis, membina,

mengoordinasikan, mengorganisasikan dan mengendalikan pelaksanaan

tugas dan fungsi Dinas dalam urusan kepariwisataan, kepemudaan dan

keolahragaan meliputi kesekretariatan, pengembangan kepariwisataan dan

ekonomi kreatif, pemasaran pariwisata, pernberdayaan pemuda dan

olahraga serta unit pelaksana teknis;

Dalam menyelenggarakan tugasnya, Kepala Dinas mempunyai fungsi:

a. penyelenggaraan perumusan perencanaan kinerja, program, kegiatan

dan anggaran dinas;

b. penyelenggaraan perumusan, penetapan, pengaturan dan koordinasi

pelaksanaan kebijakan teknis bidang kepariwisataan, kepemudaan dan

olahraga;

c. penyelenggaraan pengawasan, pengendalian dan pembinaan

pelaksanaan urusan kepariwisataan;

d. penyelenggaraan pemberdayaan dan pengembangan pemuda;

e. penyelenggaraan pembudayaan dan peningkatan prestasi olahraga;

f. penyelenggaraan urusan kesekretariatan;

g. penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama dalam rangka tugas dan

fungsi Dinas.

h. pengelolaan, pengamanan dan pelayanan Informasi Publik;


51

i. penyelenggaraan pembinaan teknis pengelolaan UPT dan kebijakan

operasional pengembangan Kelompok Jabatan Fungsional;

2. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

pelaksanaan dan pemberian dukungan administrasi serta koordinasi

pelaksanaan tugas di lingkungan dinasSekretariat dipimpin oleh seorang

Sekretaris yang dalam Melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas;

Dalam menyelenggarakan tugasnya Sekretariat mempunyai fungsi:

a. Koordinasi penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, program,

kegiatan dan anggaran serta tugas pembantuan di bidang pariwisata,

kepemudaan dan olahraga;

b. Koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian layanan administrasi

yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan,

kerumahtanggaan, arsip dan dokumentasi Dinas kepada seluruh unit

organisasi dinas;

c. Koordinasi dan pengelolaan data dinas;

d. Penyelenggaraan pengukuran kinerja dinas dan tiap-tiap unit kerja di

dinas;

e. Koordinasi dan penyusunan bahan publikasi dan hubungan masyarakat;

f. Pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana dinas;

g. Koordinasi dan pengelolaan pengaduan dan pelayanan inforrnasi

publik;
52

h. Pengelolaan barang milik daerah di lingkungan dinas;

i. Penyelenggaraan koordinasi dan penyusunan bahan rancangan

peraturan perundang-undangan dan fasilitasi bantuan hukum di bidang

pariwisata, kepemudaan dan olahraga;

j. Koordinasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaa.n kebijakan di bidang

pariwisata, kepemudaan dan olahraga;

k. Koordinasi pengelolaan dan penyusunan laporan dinas;

l. Koordinasi, sinkronisasi dan integrasi pelaksanaan tugas dan fungsi

organisasi Dinas;

m. Penyelenggaraan fungsi lain yang terkait dengan tugas dan fungsinya.

3. Bidang Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif

Bidang Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas

pokok menyelenggarakan penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis,

pelaksanaan, pembinaan, evaluasi dan pelaporan di bidang kepariwisataan

dan ekonomi kreatif meliputi pengembangan destinasi dan daya tarik

wisata, usaha pariwisata dan ekonomi kreatif;

Dalam menyelenggarakan tugas, Bidang Kepariwisataan dan

Ekonomi Kreatif mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan penyusunan bahan perencanaan lingkup Bidang

Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif;

b. Penyelenggaraan penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis

pengelolaan dan pengembangan destinasi wisata, daya tarik wisata dan

usaha pariwisata serta ekonomi kreatif;


53

c. Penyelenggaraan analisis dan penyusunan data kepariwisataan dan

ekonomi kreatif;

d. Penyelenggaraan pembinaan teknis pengembangan destinasi wisata,

daya tarik wisata dan ekonomi kreatif;

e. Penyelenggaraan penyusunan bahan standardisasi dan pengembangan

sumber daya ekonomi kreatif;

f. Penyelenggaraan fasilitasi kerjasama pengembangan destinasi wisata,

daya tarik wisata, usaha pariwisata dan ekonomi kreatif;

g. Penyelenggaraan penyusunan bahan pemberian rekomendasi izin

usaha pariwisata;

h. Penyelenggaraan koordinasi pengembangan destinasi wisata, daya

tarik wisata, usaha pariwisata dan ekonomi kreatif;

i. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan hasil

pelaksanaan tugas Bidang Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif;

j. Penyelengaraan fungsi lain terkait dengan tugas dan fungsinya.

4. Bidang Kepemudaan

Bidang Kepemudaan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

penyiapan bahan perumusan kebijakan pembinaan teknis dan

pengembangan kepemudaan, keolahragaan, sarana dan prasarana pemuda

dan olahraga;

Dalam menyelenggarakan tugasnya Bidang Kepemudaan

mempunyai fungsi dalam :


54

a. Penyelenggaraan penyusunan bahan perencanaan lingkup Bidang

Kepemudaan;

b. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis di bidang peningkatan

sumber daya pemuda, peningkatan wawasan pemuda, peningkatan

kapasitas pemuda, peningkatan ilmu pengetahuan dan iman taqwa

pemuda serta peningkatan kreativitas pemuda;

c. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis di bidang kepemimpinan,

kepeloporan dan kemitraan pemuda, organisasi kepemudaan dan

kepramukaan, infrastruktur serta kewirausahan pemuda;

d. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di

bidang kepemimpinan, kepeloporan dan kemitraan pemuda, organisasi

kepemudaan dan kepramukaan, infrastruktur serta kewirausahan

pemuda;

e. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di

bidang peningkatan sumber daya pemuda, peningkatan wawasan

pemuda, peningkatan kapasitas pemuda, peningkatan ilmu

pengetahuan dan iman taqwa pemuda serta peningkatan kreativitas

pemuda;

f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan

sumber daya pemuda, peningkatan wawasan pemuda, peningkatan

kapasitas pemuda, peningkatan ilmu pengetahuan dan iman taqwa

pemuda serta peningkatan kreativitas pemuda;


55

g. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kepemimpinan,

kepeloporan dan kemitraan pemuda, organisasi kepemudaan dan

kepramukaan, infrastruktur serta kewirausahan pemuda;

h. Penyelenggaraan identifikasi dan analisis data kepemudaan dan sarana

prasarana kepemudaan;

i. Penyelenggaraan penyusunan kebutuhan sarana prasarana untuk

kegiatan kepemudaan;

j. Penyelenggaraan penyaluran bantuan sarana prasarana untuk

pembinaan dan pengembangan kegiatan kepemudaan;

k. Penyelenggaraan koordinasi dan pengembangan pelaksanaan kegiatan

kepemudaan;

l. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

tugas lingkup Bidang Kepemudaan;

m. Penyelenggaraan fungsi lain yang terkait dengan tugas dan fungsinya.

5. Bidang Olahraga

Bidang Olahraga mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan, pembinaan,

pelaksanaan, pemberdayaan, pembudayaan olahraga dan peningkatan

prestasi olahraga;

Dalam menyelenggarakan tugasnya, Bidang Olahraga mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan penyusunan bahan perencanaan lingkup Bidang

Olahraga;
56

b. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan

olahraga pendidikan dan pengelolaan pembinaan sentra olahraga,

pengelolaan olahraga rekreasi, pengembangan olahraga tradisional dan

layanan khusus serta kemitraan dan penghargaan olahraga;

c. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang

pengelolaan olahraga pendidikan dan pengelolaan pembinaan sentra

olahraga, pengelolaan olahraga rekreasi, pengembangan olahraga

tradisional dan layanan khusus serta kemitraan dan penghargaan

olahraga;

d. Pemberian bimbingan teknis bidang pengelolaan olahraga pendidikan

dan pengelolaan pembinaan sentra olahraga, pengelolaan olahraga

rekreasi, pengembangan olahraga tradisional dan layanan khusus serta

kemitraan dan penghargaan olahraga;

e. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis di bidang pembibitan,

iptek dan tenaga keolahragaan, promosi olahraga dan olahraga prestasi

serta standardisasi infrastruktur olahraga;

f. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang

pembibitan, iptek dan tenaga keolahragaan, promosi olahraga dan

olahraga prestasi serta standardisasi infrastruktur olahraga;

g. Pemberian bimbingan teknis di bidang pembibitan, iptek dan tenaga

keolahragaan, promosi olahraga dan olahraga prestasi serta

standardisasi infrastruktur olahraga;

h. Penyelenggaraan administrasi lingkup bidang olahraga;


57

i. Penyelenggaraan penyusunan kebutuhan sarana prasarana untuk

kegiatan olahraga;

j. Penyelenggaraan penyusunan bahan koordinasi dan pengembangan

pelaksanaan kegiatan olahraga;

k. Penyelenggaraan pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dalam

rangka pembinaan dan pengembangan olahraga;

l. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

tugas lingkup Bidang Olahraga;

m. Penyelenggaraan fungsi lain yang terkait dengan tugas dan fungsinya.

4.2 Analisis Data Penelitian

4.2.1. Destinasi Potensial Wisata Halal di Kota Serang

Pengertian destinasi pariwisata menurut UU no 10 tahun 2009 adalah

kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif

yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas

pariwisata, aksesibilitas, serta masyrakat yang saling terkait dan melengkapi

terwujudnya kepariwisataan.

Sementara itu Tuohino & Konu (2014) menyatakan bahwa pengertian

dari destinasi adalah area geografis sebagai lokasi yang dapat menarik

wisatawan untuk tinggal secara sementara yang terdiri dari berbagai produk

periwisata, sehingga membutuhkan berbagai prasarat untuk

merealisasikannya. Sementara itu menurut Kim & Brown (2012) produk


58

pariwisata sendiri terdiri dari sekelompok atraksi, fasilitas dan layanan

kepada wisatawan.

Maka dapat disimpulkan bahwa destinasi wisata merupakan kawasan

wisata tersendiri yang memiliki kelengkapan fasilitas, dan aksesbilitas kepada

masyarakat sehingga menjadi pusta kunjungan.

Adapun destinasi wisata halal Kota Serang dapat diketahui bahwa

adalah kawasan wisata yang berada di Kota Serang dengan memiliki

kelengkapan fasilitas sehingga dapat dikunjungi oleh masyrakat khususnya

muslim. Kawasan wisata halal tidak serta merta haruslah kawasan dengan

kondisi yang religius sehingga minat kunjungan hanya terbatas pada kaum

muslimin saja. Namun lebih dari pada itu, destinasi wisata halal juga

memiliki ruang lingkup yang luas dapat dikunjungi oleh seluruh wisatawan

dengan latar belakang agama yang beragam, namun terkhusus muslim dcapat

teradvokasi dengan baik khususnya dalam menjalankan kewajibannya dalam

beragama.

Hal ini disampaikan oleh Tb. Ence fahrurozi, S.IP selaku Sekretaris

Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Serang bahwa:

“Destinasi Wisata Halal bukan berarti wisata religi yang mencakup

dan menarik terbatas pada muslimin saja. Namun wisata halal lebih kepada

adanya kawasan wisata yang memberikan daya tarik bagi wisatawan muslim

sebab keramahannya kepada kaum muslimin. Seperti adanya sarana ibadah

Musholla di lokasi wisata, adanya Hotel Berbasis Syariah di dekat wisata,


59

Kuliner yang berlabel Halal, Lokasi wisata tidak melanggar norma sosial

dan lain sebagainya.”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa destinasi

wisata halal memungkinkan bukanlah lokasi wisata yang tidak berkaitan

langsung dengan muslimin. Sehingga tidak menjadikannya sebagai destinasi

wisata religi. Namun destinasi wisata halal ini lebih menitikberatkan pada

pemberian fasilitas serta sarana pendukung dan lingkungan wisata yang

ramah pada muslim. Maka saat kaum muslimin ingin berwisata tidak

kesulitan dalam mencari rumah ibadah, lokasi makan dan tempat tinggal, dan

lingkungan wisata yang mendukung sebab tidak melanggar norma sosial di

Indonesia.

Terkhusus Destinasi Wisata Halal di Kota Serang tidak sulit untuk

ditemukan. Hal ini disebabkan norma sosial yang dianut kuat oleh masyarakat

Kota Serang sangatlah kental dengan adat ketimuran yang menjunjung tinggi

sopan santun. Selain itu Kota Serang memiliki jumlah muslimin yang cukup

besar dibanding agama lainnya. Hal ini disampaikan oleh Niko Tri Satria, SE,

M.Si selaku Kasi Pengembangan Wisata sebagai berikut:

“Destinasi Wisata Halal di Kota Serang tidak sulit diwujudkan sebab

Kota Serang sendiri mayoritas muslim. Sehingga saat berdirinya destinasi

wisata, maka sangat wajib bagi pemiliki destinasi wisata tersebut untuk

menjamin terlaksananya norma sosial dan agama setempat. Sebab jika

bertentangan seperti dibuatlah kawasan wisata dengan bebas cara

berpakaiannya sehingga memungkinkan pengunjung untuk berpakaian yang


60

melanggar norma. Atau destinasi wisata yang bebas menjual minuman keras,

maka hal ini akan menimbulkan konflik masyarakat. Sehingga Dinas

Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Serang Pariwisata, Pemuda, dan

Olahraga Kota Serang memberikan penjaminan pemberian izin detinasi

wisata yang memungkinkan diterima masyarakat saja. Izin terkait destinasi

wisata yang berpotensi konflik, maka tidak akan direalisasikan.”

Penjelasan di atas menjelaskan bahwa Kota Serang memiliki kondisi

masyarakat yang homogen dengan mayoritas beragama muslim. Sehingga

destinasi wisata yang berdiri di lingkungan Kota Serang wajib mematuhi

norma sosial yang ada seperti menjunjung budaya ketimuran. Selain itu juga

wajib menjunjung tinggi norma agama. Destinasi wisata yang menjual

hiburan yang non halal, maka akan dibatasi dan dikondisikan agar tidak

menimbulkan konflik masyarakat. Hal inilah yang menjadi peran dari Dinas

Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Serang dalam memberikan izin serta

mengelola usaha wisata agar tetap bisa berkembang, namun tidak

menimbulkan konflik internal di masyarakat.

Adapun destinasi wisata halal di Kota Serang adalah sebagai berikut:

1. Taman wisata MBS (Mahoni Bangun Sentosa)

Taman Wisata MBS sendiri merupakan salah satu objek wisata

baru yang berada di daerah Banten khususnya Serang. Tempat yang

menyuguhkan konsep modern yang berpadu dengan alam yang masih asri

ini menyuguhkan taman buatan yang sangat indah. Berada di area


61

persawahan membuat Taman ini terasa keasriannya yang dikelilingi oleh

pepohonan hijau serta ditambah dengan adanya wahana permainan terkini.

Tentunya objek wisata Taman Wisata MBS atau Mahoni Bangun

Sentosa sendiri sekarang menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan

yang berada di daerah Banten terutama Serang. Anda yang berada di

daerah ini tentunya wajib mengunjunginya,

Destionasi Wisata ini dianggap memiliki potensial sebagai wisata

halal disebabkan kondisi yang sangat ramah bagi keluarga dan anak-anak.

Dapat terlihat bahwa pengunjung yang hadir pada lokasi wisata ini

sebagian besarnya adalah keluarga yang membawa serta anak-anaknya.

Sehingga memungkinkan Taman Wisata Mahoni Bangun Sentosa ini

dijadikan destinasi wisata halal. Selain itu, fasilitas wisata juga dilengkapi

dengan sarana ibadah Muhsolla serta makanan yang dijual juga merupakan

makanan yang halal.

Gambar 4.2

Taman MBS

2. Kesultanan Banten
62

Situs banten lama terletak didesa banten, kecamtan kasemen, kota

serang. Lokasinya tidak begitu jauh dari kota serang sehingga mudah

dijangkau. Situs ini menjadi saksi bisu kejayaan kerajaan banten dimasa

lalu. Wisatawan dapat menemukan banyak peninggalan sejarah yang

terdapat dilokasi ini. Peninggalan sejarah yang ada disitus ini seperti

keraton, istana, benteng pertanan, masjid, vihara, makam, dan mesuem

yang berisi benda-benda bersejrah banten. Dahulu titik pusat wilayah

banten berada diistana surosowan. Istana surosowan adalah pusat

kesultanan banten sekaligus tempat tinggal para sultan. Istana yang

awalnya bernama kadeton pakuwan ini dibangun pada masa sultan

maulana hasanuddin tahun1526. Tidak seperti kali pertama dibangun,

istana seluas 3,8 ha ini sekarang hanya berupa reruntuhan. Bangunan

istana ini sudah tidak ada. Kini bangunan itu tinggal sisa-sisa tembok

keraton dan pondasi yang terbuat dari bata merah dan batu karang. Konon,

sebagai perekat bangunannya menggunakan batu-batu karang yabg dilebur

terlebih dahulu. Bangunan istana yang menghadap keutara ini dikelilingi

benteng pertahana yang juga terbuat dari batu bata merah. Tampak sisa-

sisa benteng setinggi 0,5-2,5 meter mengelilingi bangunan istana. Fungsi

benteng tersebut untuk menahan sebuah tentara musuh. Dibagian lain

istana surosowan bediri sebuah gapura yang disebut gapura gedong ijo.

Dahulu bangunan ini digunkan sebagai tempat tinggl para perwir kerajaan.

Bukti kejayaan kesultanan banten lainnya masih tersimpan dan dapat

dilihat di museum situs kepurbakalaan banten lama.


63

Destinasi wisata ini sangat kental akan keislaman. Sebab Keraton

Surosowan sendiri merupakan bagian dari sejarah islam. Walaupun secara

umum wisata ini merupakan wisata religi sebab juga memiliki sarana ibada

seperti ziarah an lain sebagainya, namun Kesultanan Banten ini tidak

menutup kunjungan dari wisatawan mancanegara lainnya yang ingin

mengenal lebih dekat sejarah di Banten.

Gambar 4.3

Kesultanan Banten

3. Benteng Spelwijk

Kawasan Banten Lama di sisi utara Kota Serang memang banyak

menyimpan tempat-tempat historis yang menarik. Salah satunya adalah

Benteng Speelwijk. Benteng ini merupakan peninggalan penjajah Belanda

untuk menghadapi serangan rakyat Banten. Dikelilingi oleh parit selebar

10 meter, benteng ini masih menyisakan keperkasaannya. Pada setiap

sudut bangunan terdapat menara pengintai yang bisa langsung melihat ke

arah kota Banten Lama. Saat ini hanya ada satu menara pengintai yang

masih tersisa.
64

Kawasan wisata ini potrensial sebagai wisata halal sebab mampu

memberikan daya tarik sejarah bagi masyarakat dan wisatawan. Selain itu

wisata ini bukan merupakan konten hiburan namun lebih kepada

pengenalan sejarah. Sehingga potensi pelanggaran norma masyarakat

dapat dijaga. Sehingga ramah kepada seluruh masyarakat baik muslim

maupun tidak.

Gambar 4.4

Benteng Speelwijk

4. Masjid Agung Banten

Masjid agung banten lama ini memiliki desain yang unik, desain

tersebut dikerjakan oleh raeden sepat ahli rancang bangun dari majapahit.

Beliau adlah yang merancang masjid demak dan masjid Cirebon. Pada

pengerjaan masjid agung bantean lama, raden sepat dibantu arsitektur cina

bernama tjek ban jut. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika unsur-unsur

cina juga ditemukan dimasjid yang didominasi arsitektur jawa ini.

Perpaduan arsitektur jawa dan cina terlihat jelas pada bagian atap masjid.
65

Tumpang keempat dan kelima masjid ini terlihat seperti pagoda, bangunan

khas bangsa cina, sedangkan tiga tumpang dibawahnya berbentuk seperti

atap-atap rumah khas jawa. Atas jasanya membantu membangun masjid

agung banten lama tjek ban jut dianugerahi gelar adiguna.

Destinasi wisata ini walaupun memiliki nuansa religi yang sangat

kuat. Namun juga sangat ramah dengan wisatawan baik muslim maupun

tidak. Hal ini disebabkan sarana wisata ini memiliki nilai sejarah yang kuat.

Sehingga berkunjung ke destinasi wisata tersebut akan memberikan

pengetahuan sejarah Banten.

Gambar 4.5

Masjid Agung Banten

5. Danau Tasikardi

Danau yang dikenal dengan nama situs kardi ini dibangun pada

masa pemerintahan panembahan sultan maulana yusuf (1570-1580), sultan

kedua kerajaan banten. Danau ini terletak di desa margasana, kecamatan

kramatwatu, kabupaten serang. Lokasi danau ini cukup mudah dijangkau


66

oleh para wisatawan. Dari kota serang wisatawan dapat menggunakan

kendaraan menuju kramatwaktu. Akan tetapi danau ini akan lebih dekat

jika ditempuh dari arah istana sorosoan. Danau tasikardi memiliki

panorama yang indah. Pohon-pohon rimbun dan banyaknya laha

persawahan yang mengelilingi danau menambah kesan asri dan sejuk.

Wisatawan yang ingin berlibur seperti keluarga kerajaan pada masa lalu

dapat mengunjungi pulau kecil ditengah danau. Pulau seluas 44x44 meter

inilah para sultan menghabiskan waktu menikmati situ kardi pada masa

lalu.

Destinasi wisata ini memiliki nilai sejarah dan sangat ramah bagi

pengunjung yang membawa keluarga. Wisata danau yang indah akan

memberikan pengalaman bagi pengunjung yang berwisata di kawasan

tersebut.

Gambar 4.6

Danau Tasikardi

4.2.2. Persepsi Masyarakat Terhadap Wisata Halal

Persepsi dan penginderaan mewakili sumber unik tentang bagaimana

mengalami sesuatu. Karena kognisi pada awalnya merupakan domain filsafat,

jelas para filsuf juga merupakan kelompok orang pertama yang mempelajari

masalah persepsi. Pemikir antik seperti Democritus dan lain-lain


67

mengembangkan teori terutama spekulatif (tentang struktur atom eidolon

yang diterima oleh indera kita), atas dasar itu mereka mencoba menjelaskan

bagaimana kita memandang sesuatu. Aristoteles memilih cara berpikir yang

serupa, meskipun yang kurang materialistis (bentuk-bentuk yang memasuki

pikiran kita) dan orang-orang stoik juga memiliki konsepsi mereka sendiri

(Dowler et al., 2006).

Persepsi adalah suatu proses memilih, mengatur dan

menginterpretasikan informasi mengenai suatu produk barang atau jasa oleh

konsumen. Persepsi tidak hanya terjadi dalam bentuk rangsangan fisik tapi

juga dipengaruhi oleh kondisi pemasaran yang ada (Kusumawati, 2018).

Persepsi adalah proses psikologis melalui pengalaman yang diperoleh panca

indera, individu dapat mengolah tanggapan menjadi persepsi positif atau

negatif. Memperoleh tanggapan diperoleh melalui tahapan seleksi,

interpretasi, dan reaksi (Rakhmat, 2013).

Dalam mengetahui persepsi masyarakat terhadap Destinasi Wisata

Halal di Kota Serang, maka perlu menanyakan ke beberapa pihak terkait

pemahamannya terkait wisata halal tersebut. Pemahaman tersebut akan

menjadi dasar dalam perencanaan komunikasi pengembangan wisata halal.

Kesalahan dalam pemahaman akan menjadi persoalan dalam

mengembangkan wisata halal. Sebaliknya jika masyarakat memiliki

pemahaman yang sama dan benar, maka akan sangat mudah dalam

mengembangkan wisata halal melalui perencanaan komunikasi. Maka dari itu,


68

perlu untuk mengetahui bagaimana pemahaman masyarakat terkait dengan

wisata halal tersebut.

Penelitian ini menjelaskan persepsi masyarakat terkait wisata halal

berdasarkan persepsi yang lahir dari masing-masing subjek penelitian ini

yang berasal dari beberapa kelompok masyarakat. sehingga gambaran dari

persepsi ini menjadi valid dan objektif disebabkan diwakilkan oleh seluruh

golongan.

Adapun konsep wisata halal yang sebenarnya dijelaskan oleh Kasi

Industri Pengembangan Pariwisata yakni Bapak Rouf Nahruddin bahwa

sebagai berikut:

“Wisata Halal adalah konsep wisata yang memiliki kondisi secara

menyeluruh dapat diterima masyarakat khususnya muslim. Wisata halal

mengacu pada perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi, penggunaan waktu

luang, dan tujuan sosial. Dengan dilaksanakannya wisata, maka Muslim juga

ingin melihat dunia dan menjelajahi keragaman sejarah dan budaya, yang

sejalan dengan keyakinan mereka dan memungkinkan mereka untuk lebih

menghargai keajaiban yang diciptakan oleh Tuhan. Walaupun motivasi

bepergian belum tentu bersifat spiritual, namun ada keinginan untuk

berperilaku yang dianggap halal dan sesuai dengan syariat. Maka wisata

halal bukan serta merta wisata religi atau wisata islam. Namun wisata religi

dan wisata islam sudah pasti merupakan bagian dari wisata halal.”

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui konsep wisata halal ini

adalah penjaminan kondisi wisata yang mampu mendukung aktifitas muslim


69

dalam memenuhi kewajibannya dan menjauhi larangan agamanya melalui

fasilitas-fasilitas yang terdapat pada kawasan wisata tersebut. Sehingga jika

muslim ingin melaksanakan ibadah, maka kawasan wisata memberikan

dukungan dengan adanya musholla. Selanjutnya kita muslim ini mencari

penginapan, tidak sulit menemukan hotel syariah atau hotel yang kondusif

bagi keluarga muslim. Selanjutnya terkait dengan makanan juga sangat

mendukung disebabkan ketersediaan makanan yang lengkap dan berlabel

halal.

Persepsi terkait dengan wisata halal ini juga ditegaskan oleh Tb. Ence

fahrurozi, S.IP selaku Sekretaris Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota

Serang sebagai berikut:

“Dalam melaksanakan komunikasi terkait dengan wisata halal,

membutuhkan pemahaman yang tepat terkait dengan wisata halal tersebut.

Sekurangnya wisata halal harus melingkupi variabel-variabel yang terdapat

pada parawisata secara umum. Variabel ini seperti lokasi wisata,

pengunjung, pelaku usaha, pemerintah dan masyarakat. Variabel tersebut

harus kompak dalam membangun destinasi wisata halal sesuai aturan yang

berlaku. Konsep pengembangan pariwisata halal Indonesia sendiri

merupakan konsep wisata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan

pengalaman wisata muslim. Maka dari itu, variabel yang telah disebutkan

tadi harus mampu mewujudkan kebutuhan muslim tersebut.”

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa

parawisata halal harus ditafsirkan sebagai destinasi wisata yang mampu


70

membantu akomodasi kebutuhan muslim. Dengan adanya pengembangan ini,

wacana tersebut dapat diwujudkan. Maka pada kerangka wisata halal,

destinasi wisatanya memenuhi kebutuhan sholatnya umat islam, makanan

yang halal, lingkungan yang kondusif, dan variabel lainnya.

Adapun beberapa persepsi yang lahir di masyarakat terkait dengan

wisata halal ini adalah sebagai berikut:

1. Wisata Halal adalah Wisata Religi

Bagi sebagian masyarakat memberikan anggapan bahwa wisata

halal adalah wisata religi. Maksudnya adalah wisata halal adalah wisata

yang memberikan sarana destinasi wisata yang meningkatkan kepada

religius khususnya agama islam. Maka sarana wisata yang tidak terkait

dengan keagamaan seperti hiburan, panorama alam, situs sejarah umum

bukan merupakan wisata halal.

Persepsi wisata halal sebagai wisata religi ini disampaikan oleh

beberapa masyrakat seperti yang diungkapkan oleh Ibu Shinta yang

menyatakan sebagai berikut:

“Wisata halal adalah wisata yang memiliki keterkaitan dengan

agama islam seperti wisata masjid, wisata ziarah makam ulama, wisata

situs peninggalan sejarah islam, wisata makanan-makanan halal dan

wisata yang agamis. Melalui wisata halal tersebut, maka pengunjung

akan dapat meningkatkan keimanan dan pengetahuannya terkait

keislaman.”
71

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa menurut

persepsi sebagian masyarakat bahwa wisata halal merupakan wisata

religi. Maksudnya adalah wisata halal tersebut terbatas pada destinasi

wisata yang berkaitan dengan islam saja. Sedangkan wisata yang

berkaitan dengan selain islam, bukan termasuk pada wisata halal. Selain

itu wisata halal juga memberikan dukungan kepada ibadah. Maka jika

kegiatan wisata itu tidak memiliki nilai ibadah langsung, maka bukan

termasuk wisata halal.

Persepsi bahwa wisata halal merupakan wisata religi ini

merupakan bagian dari persepsi yang salah terhadap wisata halal. Wisata

reiligi tidak sama dengan wisata halal. Wisata religi memiliki makna

sebagai sarana ibadah secara langsung seperti ziarah, tadabbur, sholat,

dan lain sebagainya. Maka dari itu, destinasi wisata religi juga terbatas

pada beberapa destinasi saja.

Menurut Djakfar (2019) menyatakan bahwa wisata halal banyak

dipahami sebagai wisata religi. Pernyataan ini tidak sepenuhnya salah,

namun jika dengan persepsi tersebut, maka pengembangan wisata halal

akan menjadi terhambat. Maka dari itu perlu pemaknaan wisata halal

secara luas sehingga bukan hanya mampu memfasilitas umat islam,

namun juga dapat berkembang bersama minat wisata yang juga

mengalami peningkatan.

Selain itu pada penjelasan lainnya, (Sayekti, 2019) menjelaskan

bahwa wisata religi adalah wisata yang dengan motivasi spiritual


72

bertujuan mendekatkan diri pada Sang Pencipta dan mencari ketenangan

sesuai dengan prinsip keyakinan wisatawan, seperti Haji atau Ziarah.

Maka dari itu jika menggolongkan wisata religi sebagai wisata halal

adalah pernyataan yang kurang tepat.

2. Wisata Halal adalah Wisata Islam

Wisata halal juga dipersepsikan oleh masyarakat sebagai wisata

islam. Maksudnya wisata islam dalam hal ini adalah wisata yang hanya

diperbolehkan dalam kaidah islam saja. Sehingga dalam mewujudkan

wisata halal ini akan sulit.

Pemahaman wisata halal sebagai wisata islam disebabkan dari

pemahaman terkait dengan kata halal itu sendiri yakni yang

diperbolehkan islam saja. Pengertian wisata halal pada dasarnya mengacu

pada pengertian istilah “halal” yang berasal dari bahasa arab yaitu halla,

yahillu, hillan, wahalalan, yang artinya diperbolehkan atau diperbolehkan

oleh syariat Islam. Halal tidak hanya mengacu pada hal-hal yang dapat

dimakan seorang Muslim tetapi juga mencakup segala sesuatu yang

diperbolehkan dalam kehidupan seorang Muslim. Sedangkan lawan dari

halal adalah “haram”, yang berarti sesuatu yang dilarang untuk

dikonsumsi, digunakan, atau dilakukan oleh umat Islam. Sehingga wisata

halal sebagai wisata islam adalah wisata yang diperbolehkan menurut

ajaran Islam untuk dilakukan oleh umat Islam saja.

Hal ini disampaikan oleh Ibu Shinta sebagai salah satu wisatawan

sebagai berikut:
73

“wisata halal adalah wisata yang hanya memperbolehkan syariat

islam. Jika dalam kawasan tersebut masih terdapat hiburan yang

melanggar syariat, serta wilayahnya mendukung syariat islam untuk

dijalankan. Kalau untuk Banten itu sendiri agak sulit sebab

kedudukannya yang dekat dengan metropolitan. Mungkin lebih sesuai

untuk wilayah yang mendukung syariat islam seperti Aceh, Bukittinggi,

dan Garut.”

Penjelasan di atas memiliki pemahaman yang ketat terhadap

wisata halal. Hal ini menegaskan bahwa wisata halal hanya bisa

dinikmati oleh kaum muslim saja. Sedangkan konten maupun fasilitas

yang tidak berkaitan dengan keislaman tidak diperbolehkan. Hal ini

menegaskan bahwa wisata halal hanya dapat diwujudkan oleh kawasan

yang memiliki pegangan syariat islam yang kuat saja. Maka dari itu

untuk kawasan Kota Serang yang merupakan Kota Metropolitan akan

sulit mewujudkan hal tersebut.

Konsep wisata islam yang dipersepsikan masyarakat ini kurang

ideal dengan konsep wisata halal. Hal ini disebabkan konsep tersebut

terlalu menyeluruh dan membatas pengembangannya. Konsep wisata

islam yang dipersepsikan tersebut lebih sesuai dengan konsep Kota

Syariah. Konsep Kota syariah ini diungkapkan oleh Provinsi Aceh

Darussalam sebagai wacana menguatkan konsep syariah dalam

lingkungan Aceh yang sudah memiliki keistimewaan dalam peraturannya

berasaskan syariah. Konsep Kota Syariah ini sesuai dengan konsep


74

wisata islam yang dijelaskan bahwa pada kota tersebut hal-hal yang

berkaitan dengan kegiatan dilarang oleh syariat islam akan dilarang.

Selain itu seluruh aktifitas harus bisa merepresentasikan nuansa islami.

Wisata islam akan sesuai jika dilaksanakan didalam kawasan

yang memang memiliki asas keislaman seperti Negara Arab Saudi dan

Negara islam lainnya. Namun terkhusus untuk di Indonesia yang

memiliki asas negara Pancasila serta mengakui keberagaman agama,

maka konsep wisata islam belum bisa dilaksanakan. Sebab

pelaksanaanya akan menyulitkan dalam hal pengembangannya. Selain itu

hal ini juga akan membatasi jumlah wisatawan baik dari Kota Serang itu

sendiri maupun dari luar Kota Serang.

3. Wisata Halal adalah Wisata Ramah Muslim

Selain dari persepsi wisata halal sebagai wisata religi dan wisata

islam. Maka sebagian masyarakat lainnya mempersepsikan wisata halal

sebagai wisata ramah muslim. Hal ini disebabkan konsep wisata halal itu

sendiri mulai dikenal setelah adanya konfrensi Organisasi Negara OKI

yang ingin mewadahi adanya wisata yang mampu memfasilitasi

kebutuhan umat islam dalam melaksanakan kewajibannya seperti

mendapatkan makanan halal, ketersediaan rumah ibadah, banyaknya

destinasi wisata yang ramah anak dan keluarga, serta dapat mendukung

citra baik umat islam.

Hal ini diungkapkan oleh Pordakwis yaitu Kelompok Sadar

Wisata atau disingkat POKDARWIS merupakan kelompok swadaya dan


75

swakarsa yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat serta bertujuan

untuk meningkatkan pengembangan pariwisata desa dan mensukseskan

pembangunan pariwisata daerah/nasional. Ibu Arfah sebagai salah satu

Pengurus Pordakwis menyatakan bahwa sebagai berikut:

“konsep wisata halal lebih ideal sebagai wisata ramah muslim.

Maksudnya, dengan adanya wisata halal ini, seluruh kebutuhan yang

wajib diterima muslim sehari-hari seperti adanya sarana ibadah,

jaminan makanan halal, serta lingkungan wisata yang kondusif dapat

difasilitasi oleh lokasi wisata”.

Bercdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa wisata

halal yang ideal bukan wisata yang secara langsung berkaitan dengan

muslim atau sarana ibadah. Namun wisata halal adalah wisata yang

mampu memberikan dukungan terhadap keluarga muslim dalam

melaksanakan wisata dengan aman dan nyaman. Dengan adanya jaminan

akan terpenuhinya kebutuhan muslim dalam melaksanakan aktifitas

wajibnya, maka akan memberikan daya tarik wisata tersebut khususnya

bagi para wisatawan muslim.

Prinsip dalam melaksanakan pariwisata halal sesuai dengan

ketentuan-ketentuan terkait para pihak dan akad, hotel syariah,

wisatawan, destinasi wisata, spa, sauna dan massage, biro perjalanan

wisata, serta pemandu wisata. Menyikapi perbedaan persepsi masyarakat

dan fatwa yang dikeluarkan DSN MUI sebagai pedoman dalam

penyelenggaraan pariwisata halal, maka mengharuskan pemerintah untuk


76

menyusun strategi dalam pengembangan pariwisata halal di Indonesia.

Strategi tersebut hendaknya dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang

ada dan meningkatkan perkembangan pariwisata halal di Indonesia.

Persepsi terkait wisata halal sebagai wisata ramah muslim ini

sesuai dengan pernyataan dari Sayekti (2019) yang menyatakan bahwa

wisata halal harus memiliki konsep yang dapat dikembangkan. Hal ini

disebabkan wisata halal memiliki Prospek bisnis yang sangat besar

karena halal bukan tentang agama saja, namun telah menjadi pilihan,

kesempatan, dan gaya hidup. Indonesia memiliki kekuatan dan peluang

dalam mengembangkan pariwisata halal. Kekuatan dan peluang tersebut

harus dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Komitmen dan

dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan dalam menangani

kelemahan dan ancaman yang ada dalam pengembangan pariwisata halal

di Indonesia. Kerjasama yang baik antara pemerintah dan berbagai

stakeholder sangat menentukan dalam pengembangan pariwisata halal di

Indonesia. Selain promosi, infrastruktur yang mendukung sarana dan

prasarana serta akses ke destinasi wisata juga sangat dibutuhkan.

Keamanan dan kenyamanan juga harus dapat diciptakan oleh masyarakat

lokal yang menjadi destinasi wisata halal.

Disampaikan oleh (Satriana & Faridah, 2018) bahwa adanya

peningkatan wisatawan muslim dari tahun ke tahun merupakan peluang

dan tantangan bagi sektor pariwisata untuk mengembangkan wisata halal.

Banyak negara-negara (baik mayoritas muslim maupun non-muslim)


77

berupaya mengembangkan wisata halal. Namun, dilihat dari konsep dan

prinsip wisata halal yang ada, negara-negara tersebut umumnya hanya

mencoba menciptakan suasana yang ramah muslim. Pengembangan

wisata halal perlu untuk dilakukan, salah satunya dengan melakukan

berbagai penelitian atau kajian. Hingga kini, penelitian terkait wisata

halal masih terbatas, terutama di Indonesia. Salah satu penelitian yang

mungkin dapat dilakukan yakni terkait persepsi wisatawan non-muslim

terhadap wisata halal.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa persepsi

masyarakat terhadap wisata halal terbagi menjadi 3 yakni wisata halal sebagai

wisata religi, wisata halal sebagai wisata islam, serta wisata halal sebagai

wisata ramah muslim. Diantara ketiga persepsi tersebut, persepsi yang paling

ideal adalah wisata halal sebagai wisata ramah muslim. Hal ini disebabkan

wisata ramah muslim tidak membatasi wisata harus secara langsung

merepresentasikan islam sehingga menutup kesempatan bagi non muslim

datang berwisata. Selain itu, wisata ramah muslim juga memberikan

penjaminan bahwa muslim dapat melaksanakan aktifitas berwisata namun

tanpa kesulitan menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Adanya persepsi wisata halal sebagai wisata ramah muslim ini akan

sangat membantu pemerintah dalam mengembangkan wisata halal khususnya

di Kota Serang. Hal ini disebabkan di Kota Serang itu sendiri memiliki

beberapa destinasi wisata yang universal seperti Taman Mahoni Bangun

Sentosa, Curug Cimawang, dan beberapa wisata panorama alam yang jika
78

destinasi wisata tersebut memiliki fasilitas yang mendukung muslim seperti

adanya fasilitas ibadah, makanan halal, dan kebutuhan lainnya, maka akan

sangat potensial dalam menarik wisatawan muslim dari dalam negara maupun

luar negeri.

4.2.3. Kebijakan Pemerintah Terhadap Wisata Halal

Indonesia memiliki potensi pariwisata halal yang sangat besar. Sejak

tahun 2015, pertumbuhan industri pariwisata halal di Indonesia terus

mengalami peningkatan. Peringkat Indonesia dalam Global Muslim Travel

Index (GMTI) sebagai salah satu negara dengan destinasi halal terbaik juga

terus pengalami peningkatan. Pada tahun 2015, Indonesia berada pada

peringkat keenam. Kemudian meningkat diposisi keempat pada tahun 2016,

peringkat ketiga pada tahun 2017, peringkat kedua pada tahun 2018, dan

akhirnya berada diperingkat pertama bersama Malaysia di tahun 2019. Selain

prestasi dalam GMTI, Indonesia juga meraih 12 penghargaan dalam World

Halal Tourism Award (WHTA) yang diadakan pada tahun 2016. Berbagai

keberhasilan tersebut, tentunya tidak terlepas dari strategi yang dilakukan

pemerintah dalam mengembangkan pariwisata halal di Indonesia. Untuk

mencapai peringkat pertama dalam GMTI 2019,

Kementerian Pariwisata (2015) dalam laporannya mencatat bahwa ada

13 provinsi yang siap menjadi tujuan wisata halal, yaitu Aceh, Banten,

Sumatera Barat, Riau, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa

Timur, Sulawesi Selatan , Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan

Bali. Kementerian Pariwisata Indonesia sejauh ini telah mengembangkan dan


79

mempromosikan bisnis jasa di bidang perhotelan, restoran, agen perjalanan,

dan spa di 12 tujuan wisata Islam. Pengembangan tersebut dilakukan di

sejumlah kota yaitu Aceh, Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten, Jakarta,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Semarang, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi

Selatan (Ferdiansyah et al., 2020).

Diantara upaya Pemerintah dalam mewujudkan Kota Serang sebagai

Destinasi Wisata Halal melalui Forum Group Discussion (FGD) kerjasama

dengan Pemerintah Provinsi Banten. Kegiatan ini diikuti oleh Pemerintah

Propinsi Banten bersama beberapa pelaku usaha pariwisata, kalangan ulama

dan juga tokoh pendidikan. Kegiatan ini memiliki tema “Banten Menuju

Destinasi Wisata Halal Dunia” di Kawasan Wisata Halal Baduy Outbond,

Baros, Kabupaten Serang, Kamis, 25 Maret 2021. Dari pertemuan tersebut

diketahui bahwa terdapat beberapa poin kesepakatan terkait dengan

Pengembangan Wisata halal yakni layanan makanan dan minuman halal,

fasilitas ibadah berkualitas, toilet bersih dengan air memadai, bebas dari

islamophobia, memberi nilai manfaat sosial, program ramadan, pengalaman

unik bagi wisatawan muslim, bebas dari aktivitas non halal, penyediaan area

rekreasi dengan privasi.

Melalui kesepakatan Forum Group Discussion (FGD) Wisata halal ini

menjadi momentum bagi Kota Serang untuk dapat mengembangkan wisata

halalnya. Kesiapan bukan hanya pada penyediaan sarana wisata halal saja.

Namun lebih dari itu, wacana ini juga akan didukung sepenuhnya melalui
80

Sumber Daya Manusia yang berkualitas melalui kerjasama dengan Perguruan

Tinggi yang dalam hal ini adalah Universitas Tirtayasa (UNTIRTA).

Kebijakan melalui FGD ini ditutup dengan penekanan dari Dinas

pariwisata kepada seluruh pihak yang menegaskan bahwa Wisata Halal bukan

wisata yang dikhususkan bagi umat muslim saja, tetapi juga untuk semua

agama, semua orang. Wisata halal memiliki nilai lebih dibanding wisata biasa

sehingga menjadi pilihan wisata baik dalam maupun luar negeri dengan

pelayanan yang memperhatikan aspek kebersihan, makanan halal, fasilitas

beribadah, dan standar kompetensi.

Gambar 4.7
Forum Group Discussion Banten Tahun 2021

Dalam mewujudkan konsep wisata halal di Indonesia tidak bisa hanya

menjadi tanggung jawab Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saja

sebagai pemerintah pusat. Namun lebih dari itu, konsep wisata halal harus

ada kordinasi antara pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota. Sehingga dari
81

hal tersebut kebijakan yang dilaksanakan akan tepat sasaran serta dapat

diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

Adapun di Kota Serang, kebijakan terkait dengan Konsep Wisata

Halal ini menjadi kerja pokok di Dinas Pariwisata Provinsi Banten.

Sedangkan Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Serang memiliki

fungsi pokok dukungan dan pembinaan sehingga agenda kebijakan yang

ditetapkan oleh Provinsi dapat terlaksana dengan baik. Hal ini disampaikan

oleh Niko selaku Kasi Pengembangan Pemasaran Pariwisata sebagai berikut:

“Pengembangan wisata halal kebijakannya lebih banyak dijalankan

oleh pihak Provinsi. Melalui Provinsi memiliki lingkup kerja perizinan,

monitoring, sosialisasi langung, dan pnindakan. Sedangkan pada Dinas

Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Serang lebih kepada pembinaan,

pelatihan, dan kordinasi”.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui Dinas Pariwisata,

Pemuda, dan Olahraga Kota Serang belum mendapatkan peran secara khusus

terkait dengan wisata halal. Saat ini peran masih didominasi oleh Dinas

Pariwisata Provinsi Banten. Adapun beberapa kebijakan yang terdapat di

Kota Serang terkait dengan Wisata Halal adalah sebagai berikut:

1. Objek Wisata

Objek wisata adalah sasaran dari pelaksanaan wisata. Objek wisata

yang sesuai dengan konsep wisata halal tidak semestinya berkaitan dengan

islam secara langsung. Namun objek wisata halal mampu mengakomodir


82

kebutuhan dari kamu muslimin dalam menjalankan kewajibannya sebagai

seorang muslim seperti ibadah, makanan, minum, beristirahat, dan lain

sebagainya.

Berkaitan dengan objek wisata terdapat beberapa kebijakan yang

diberikan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Serang yang

disampaikan oleh Niko sebagai berikut:

“objek wisata memiliki harus memiliki keramahan bagi muslim.

Peran yang diambil oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota

Serang adalah terkait dengan sosialisasi secara persuasif kepada pelaku

usaha objek wisata. Selain itu juga memberikan monitoring rutin sebagai

rekomendasi kepada pihak Provinsi. Juga melaksanakan penghargaan bagi

objek wisata dengan pelayanan yang baik dalam rangka mempersiapkan

sebagai wisata halal”.

Berdasarkan pernyatraan di atas dapat diketahui bahwa semua objek

wisata yang ada dapat dikelola menjadi destinasi wisata halal selagi tidak

ada faktor yang bertentangan dengan syariat Islam. Pertama, destinasi

wisata harus memiliki tujuan untuk terwujudnya kemaslahatan dan kebaikan

umum. Kedua, sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata harus

dilengapi dengan fasilitas ibadah yang memadai, mudah dijangkau, dan

sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Ketiga, destinasi wisata harus

terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh agama.

Terkait dengan destinasi wisata ini juga menjadi masalah dimana

masih banyaknya pelaku usaha wisata halal yang belum mengetahui konsep
83

wisata halal tersebut. Hal ini disampaikan oleh Ustad Najemudin selaku

Pengelola Banten Lama sebagai berikut:

“sampai hari ini kami belum memahami terkait dengan wisata halal.

Sebab yang kami pahami wisata halal ya wisata religi seperti masjid,

wisata ziarah, wisata yang mendekatkan ke islam”

Terkait dengan destinasi wisata ini mendapatkan tanggapan dari

masyarakat memiliki kondisi yang berbeda. Terdapat pada beberapa

destinasi wisata memiliki kualitas yang baik dan memiliki fasilitas yang

lengkap. Namun kawasan wisata tersebut kurang kondusif untuk didatangi

oleh masyarakat yang membawa serta anak-anak dan keluarga. Hal

disebabkan beberapa kawasan wisata terlalu memberi kebebasan kepada

pengunjung. Sehingga beberapa pengunjung tidak segan melakukan

tindakan privasi seperti berpelukan dan memadu kasih sehingga tidak sesuai

dengan pengunjung yang membawa keluarga. Hal ini disampaikan oleh Ibu

Shinta sebagai berikut:

“saya sangat terganggu dengan lokasi wisata yang hakikatnya itu

wisata keluarga, namun ternyata banyak yang tidak enak dipandang oleh

anak-anak. Di lokasi wisata ini para remaja berpegangan tangan,

berangkulan, bahkan tidak segan berciuman. Saya terus terang risih sebab

membawa anak. Ini yang menjadi sulit bagi Kota Serang jika ingin menjadi

kawasan wisata halal. Harusnya hal seperti ini dicari solusinya”.

Berdasarkan informasi di atas dapat diketahui bahwa kebijakan

pemerintah terkait destinasi wisata halal masih belum maksimal dalam


84

mewujudkan kondusifitas lingkungan. Destinasi wisata yang ideal untuk

keluarga semestinya dapat diberikan monitoring kepada pengunjung agar

tidak melaksanakan tindakan asusila. Hal ini jelas akan mencoreng nama

destinasi wisata tersebut sebagai wisata halal.

Selain itu terkait dengan destinasi wisata dalam rangka wisata halal

masih memiliki kelemahan pada kepedulian pengelola wisata dalam

menyediakan sarana ibadah bagi umat islam seperti Musholla. Hal ini

disampaikan oleh Ibu Arfah sebagai salah satu Pengurus Pordakwis sebagai

berikut:

“Destinasi Wisata di Kota Serang masih perlu dibenahi jika ingin

menjadi kawasan wisata halal. Hal yang paling prinsip malah terjadi

sehingga destinasi wisata halal tersebut belum bisa diwujudkan. Sering

sekali perhatian dari pengelola wisata terkait sarana ibadah masih kurang.

Beberapa destinasi wisata memiliki sarana ibadah, tetapi kondisi

memprihatinkan. Sebagai contoh, kawasan wisata memiliki Musholla, tetapi

tidak memiliki sajadah. Bahkan kondisi Mushollanya sangat kotor. Pada

kondisi yang lain, kawasan wisata memiliki musholla yang dengan tempat

wudu yang tidak layak. Sehingga bisa disimpulkan, benar bahwa Destinasi

Wisata telah memberikan fasilitas ibadah. Tetapi, keseriusan untuk

memanfaatkan fasilitas tersebut belum terwujudkan dari pengelola.

Padahal, bisa dipastikan bahwa sebagian besar pengunjung wisata tersebut

pastilah muslim. Semestinya bisa lebih dimaksimalkan”.


85

Berdasarkan informasi di atas dapat diketahui bahwa kelemahan dari

wacana wisata halal dari aspek destinasi wisatanya adalah keseriusan

pengelola dalam memanfaatkan fasilitas ibadah di kawasan wisata. Mulai

dari Musholla yang kotor, tempat wudu yang tidak layak, sampai dengan

sajadah yang kurang. Hal ini menyebabkan kesan penyediaan fasilitas

tersebut sekedar untuk memenuhi izin pembukaan lokasi wisata saja.

Namun pemanfaatannya tidak sesuai dengan harapan masyarakat.

2. Perhotelan

Perhotelan merupakan bagian dari penunjang wisata yang

dilaksanakan oleh masyarakat yang memiliki domisili jauh dari objek wisata.

Hotel sudah menjadi kebutuhan wajib bagi kawasan wisata agar pengunjung

dapat berisitirahat selepas dari melaksanakan aktifitas wisata.

Adapun kebijakan yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda,

dan Olahraga Kota Serang terkait dengan Perhotelan ini adalah sebagai

berikut:

“terkait dengan perhotelan, kami tidak secara langsung memastikan

kebijakan wisata halal. Namun kami lebih memastikan adanya pelayanan

prima yang diberikan oleh pihak hotel kepada para pengunjung”.

Berdasarkan informasi di atas dapat diketahui bahwa kebijakan yang

diberikan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Serang

terhadap perhotelan lebih kepada sosialisasi monitoring terkait pelayanan

prima. Sebab akan lebih mudah mewujudkan wisata halal jika memiliki
86

pelayanan yang baik kepada para pengunjung. Selain itu, hotel juga harus

memiliki sarana ibadah, adanya ketersediaan sajadah, Al-Quran dan

Musholla, dan arah kiblat.

Adapun wisata halal dari aspek perhotelan tidak dapat hanya sebatas

sosialisasi dan monitoring saja. Namun lebih dari itu, aspek perhotelan juga

dapat memberikan dukungan terhadap wisata halal itu sendiri. Ibu Arfah

sebagai salah satu Pengurus Pordakwis menyampaikan sebagai berikut:

“saat ini dari aspek perhotelan, wisata di Kota Serang belum

menunjukan keistimewaan untuk dijadikan sebagai kawasan wisata halal.

Hal ini disebabkan rasio perbandingan hotel syariah dan hotel umum masih

terlalu timpang. Memang benar, bahwa secara umum hotel syariah tidak

menjadi tolak ukur wisata halal. Namun jika bicara wisatawan domestik

dan mancanegara yang memiliki pegangan syariat yang kuat, mereka

membutuhkan hotel yang berbasis syariah. Kondisi hotel syariah di Kota

Serang belum begitu banyak, dan letaknya tidak dekat dengan destinasi

wisata. Maka semestinya, pemerintah bisa berkordinasi dengan pelaku

usaha perhotelan dan pengusaha-pengusaha muslim untuk meningkatkan

jumlah hotel syariah. Sehingga mereka yang ingin menginap di lokasi hotel

dengan prinsip syariah bisa diwujudkan”.

Berdasakran informasi di atas dapat diketahui bahwa jumlah hotel

syariah di Kota Serang belum terlalu banyak. Semestinya, jika Kota Serang

ingin menjadikan sebagai Kawasan Wisata Halal, maka permasalahan hotel

syariah ini bisa diatasi. Jika perlu mengumpulkan pelaku usaha perhotelan
87

yang sudah ada agar bersedia mengkonversikan usahanya menjadi hotel

syariah.

Ketersediaan hotel syariah ini akan sangat membantu wisatawan

domestik maupun mancanegara yang ingin mendapatkan kenyamanan

dalam menginap. Sebab tidak bisa dipungkiri, saat ini hotel syariah yang ada

masih sangat sedikit dan posisinya jauh dari lokasi potensial wisata.

3. Restoran

Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasikan

secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada

semua tamu, baik berupa kegiatan makan maupun minum, maka

kebutuhannya pada wisata halal adanya penjaminan makanan halal di lokasi

maupun kawasan wisata.

Adapun hal ini disampaikan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan

Olahraga Kota Serang adalah sebagai berikut:

“Restoran dilaksanakan kebijakan dengan sertifikasi halal yang

berkodrinasi dengan pihak Provinsi dan Kementrian Agama. Selain itu,

rumah makan yang menjual makanan non halal wajib mencantumkan logo

non halalnya di depan tempat usaha secara jelas dan mudah dilihat. Terkait

minuman, ini berkordinasi dengan pihak Pemerintah Daerah Kota Serang

yang melaksanakan pengaturan distribusi minuman.”

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kebijakan dari

Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Serang terkait Restoran Halal
88

adalah adanya sertifikasi halal pada restoran-restoran besar, selain itu juga

mewajibkan kepada usaha yang menjual makanan non halal untuk membuat

logo usaha non halal secara jelas, terakhir berkordinasi dengan Pemerintah

Kota Serang dalam pengaturan Minuman Keras agar tidak masuk ke

kawasan wisata khususnya wisata halal yang diunggulkan oleh Pemerintah

Provinsi Banten.

4. Travel

Biro perjalanan harus memberikan pelayanan sesuai dengan etika

Islam. Memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk berhenti di titik

tertentu untuk istirahat, makan dan melaksanakan ibadah shalat. Rumah

makan yang digunakan untuk aktivitas tersebut juga harus memiliki standar

restoran atau rumah makan halal sebagai sarana pendukung perjalanan

wisata halal. Hal tersebut adalah salah satu cara untuk memberikan

pelayanan terbaik kepada wisatawan sebagai salah satu bentuk pelayanan

execellent dari sebuah usaha transportasi agar tercipta kesan perusahaan

yang digunakan mengedepankan etika Islam.

Di Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Serang belum

memberikan kebijakan khusus terkait hal tersebut. Hanya saja disebabkan

sebagian besar pelaku usaha biro jasa perjalanan dan pengunjung adalah

muslim, maka semua hal terkait dengan biro perjalanan yang sesuai dengan

wisata halal sudah berjalan dengan baik.

5. Sumber Daya Manusia (Human Resourch)


89

Manusia menjadi daya dukung kegiatan pariwisata yang sangat

krusial, baik kemampuannya sebagai pengusaha, pemangku kebijakan,

pemandu wisata (pramuwisata), kaum intelektual, dan masyarakat luas.

Semua unsur sumber daya manusia (SDM) memiliki peran dan fungsinya

masing-masing. Unsur yang tidak kalah penting untuk disoroti adalah

seorang pemandu wisata atau pramuwisata dalam perannya menyukseskan

pembaangunan pariwisata halal. Bagaimana cara berpakain, menentukan

tarif jasa ketika memandu harus transparan untuk menciptakan kenyamanan

antara pramuwisata dan wisatawan. Pramuwisata harus memahami dan

menjalankan nilai-nilai syariah dalam melaksanakan tugasnya, diantaranya

adalah bersikap profesional, paham dan dapat melaksnakan fikih pariwisata,

berperilaku sesuai etika Islam, mampu berkomunikasi dengan baik, ramah,

jujur, menarik, dan bertanggungjawab. Dengan demikian, Sumber daya

manusia yang berkecimpung di industri pariwisata halal harus paham akan

kebutuhan dasar wisatawan muslim. Sebagai wujud komitmen

pengembangan di bidang industri halal tourism.

Terkait dengan Sumber Daya Manusia, belum ada kewajiban khusus

yang diberikan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Serang.

Adapun Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Serang memberikan

himbauan dalam peningkatan pelayanan serta berpenampilan sesuai dengan

kaidah dan norma masyarakat Serang.


90

4.2.4. Perencanaan Komunikasi pada Wisata Halal Pada Peningkatan

Ekonomi

Pada penelitian ini menggunakan Toeri Perencanaan Komunikasi

yang dikemukakan oleh oleh Philip Lesly. Penggunaan teori ini disebabkan

keseuaiannya dalam penggunaan tujuan penelitian yakni untuk mendapatkan

Strategi perencanaan komunikasi yang dapat dilaksanakan untuk

meningkatkan pengembangan wisata halal di Kota Serang Provinsi Banten.

Penggunaan Teori ini didasarkan sebagai kerangka yang menyusun arah

penelitian.

Model perencanaan komunikasi yang dibuat oleh Philip Lesly terdiri

dari atas dua komponen utama, yakni organisasi yang menggerakkan kegiatan

dan publik yang menjadi sasaran kegiatan. Pada komponen organisasi

terdapat enam tahapan, sedangkan dalam komponen publik terdapat dua

tahapan yang harus dilakukan seorang perencana komunikasi. Adapun

tahapan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut (Cangara, 2013).

Adapun perencanaan komunikasi pada wisata halal dalam peningkatan

ekonomi ditinjau dari hasil wawancara dan kajian literatur yang ada, maka

diberikan rincian beberapa tindakan yang dapat dilakukan sehingga wisata

halal akan dapat memberikan dampak peningkatan ekonomi.

Pentingnya peningkatan ekonomi sebagai indikator wisata halal ini

disebabkan data yang menyatakan bahwa wisata halal merupakan sektor yang

potensial bagi perekonomian Indonesia. Keberadaan sektor pariwisata sebagai

salah satu sektor andalan pembangunan perekonomian nasional, merupakan


91

peran yang sangat penting. Terjadinya penurunan pemasukan devisa dari

sektor migas akhir-akhir ini, mengakibatkan sektor pariwisata mulai

diandalkan oleh negara sebagai sumber penghasilan lain di luar migas. Pada

tahun 2019 sektor pariwisata telah berkontribusi pada penerimaan devisa

negara sebesar 280 triliun rupiah, naik cukup signifikan dibanding pada tahun

2017 yang sebesar 229,96 triliun rupiah. Sementara penerimaan devisa negara

dari sektor migas sebesar 168,6 triliun rupiah pada tahun 2019 dan turun

cukup tajam dibandingkan dengan penerimaan tahun 2018 sebesar 240,39

triliun rupiah.

Berikut adalah beberapa rangkaian perencanaan komunikasi yang

dapat dilaksanakan pada wisata halal untuk meningkatkan ekonomi di Kota

Serang:

1. Organisasi

Perencanaan komunikasi pada penelitian ini adalah perencaan yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Serang dalam mengkomunikasikan

kepada pihak-pihak tertentu dalam rangka mengembangkan wisata halal.

Organisasi di sini menjadi pengelola dari kegiatan, bisa dalam bentuk

pemerintah, perusahaan swasta maupun organisasi sosial. Organisasi atau

lembaga seperti ini memerlukan tenaga spesialis yang bisa menangani

masalah-masalah komunikasi seperti keperluan pencitraan, pemasaran

maupun kegiatan kerjasama dengan pemangku kepentingan yang lain.

Melihat konteks tersebut, maka diketahui bahwa komponen

organisasi pada perencaan komunikasi ini adalah Pemerintah Kota Serang


92

melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga. Organisasi tersebut yang

menetapkan kebijakan yang dapat diberikan dalam mengkomunikasikan

wacana wisata halal.

Adapun rangkaian perencaan komunikasi wisata halal di Kota

Serang dari aspek organisasinya adalah sebagai berikut:

a. Analisis Dan Riset

Tahapan ini merupakan langkah awal yang dilakukan untuk

mendiagnosis atau mengetahui permasalahan yang dihadapi. Adapun

pada konteks penelitian ini maka tahapan ini adalah langkah yang

dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga kota Serang

dalam mengatasi strategi untuk mengkomunikasikan wacana wisata

halal kepada masyarakat.

Adapun pada tahapan ini terdiri dijelaskan oleh Tb. Ence

Fahrurozi, selaku Sekretaris Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Kota Serang sebagai berikut:

“Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Serang

melaksanakan analisis dan riset pada wacana wisata halal melalui

identifikasi potensi yang ada di Kota Serang tersebut sehingga layak

menjadi kawasan wisata halal. Hasil dari riset kami menunjukan

bahwa keunggulan yang dimiliki oleh Kota Serang sangat banyak

dan ideal dijadikan sebagai kawasan wisata halal. Diantaranya

seperti jumlah kaum muslimin yang sangat besar, banyaknya

destinasi wisata yang ramah muslim, serta dukungan pemerintah di


93

Provinsi Banten dan Kota Serang yang signifikan melalui Diskusi

Publik. Hal inilah yang menjadikan bahwa Kota Serang berpotensi

menjadi kawasan wisata halal”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa Dinas

Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Serang telah melaksanakan

analisis dan riset sebagai langkah awal dalam melaksanakan

perencaan komunikasi kepada masyarakat terkait wisata halal ini.

Diantaranya tindakan nyata dalam analisis dan riset dibuktikan

dengan mellihat potensi dan keunggulan yang dimiliki oleh Kota

Serang untuk dijadikan kawasan wisata halal. Hasil identifikasi

menemukan bahwa Kota Serang memiliki potensi yang sangat ideal

untuk dijadikan kawasan wisata halal. Hal ini dibuktikan dengan

diantaranya seperti jumlah kaum muslimin yang sangat besar,

banyaknya destinasi wisata yang ramah muslim, serta dukungan

pemerintah di Provinsi Banten dan Kota Serang yang signifikan

melalui Diskusi Publik.

Analisis dan riset yang menunjukan bahwa Kota Serang

memiliki potensi wisata halal yang sangat besar, menjadi modal

utama yang dapat digunakan oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan

Olahraga Kota Serang untuk mengajak masyarakat untuk bersama-

sama mensukseskan wacana tersebut.


94

b. Perumusan Kebijakan

Pada tahapan ini adalah serangkaian kebijakan yang dapat

dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota

Serang dalam mensukseskan wacana wisata halal di Kota Serang.

Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan

Olahraga Kota Serang belum secara maksimal ditetapkan dan

direalisasikan. Hal ini disebabkan secara tanggung jawab, wacana

wisata halal masih banyak di realisasikan oleh Dinas Pariwisata

Provinsi Banten.

Adapun beberapa kebijakan yang akan dirumuskan oleh

Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Serang terkait dengan

wisata halal adalah sebagai berikut:

“Perumusan kebijakan terkait dengan wisata halal ini tidak

dapat direalisasikan secara sepihak oleh Dinas Pariwisata Pemuda

dan Olahraga Kota Serang saja. Namun juga harus melibatkan

pihak-pihak lainnya. Hal ini dibuktikan melalui Forum Group

Discussion (FGD) Wisata halal yang melibatkan Pemerintah

Provinsi Banten dan Kota Serang, Ulama, Cendekiawan, Pemerhati

Wisata, Pelaku Usaha, dan lain sebagainya.”

Berdasarkan informasi di atas dapat diketahui bahwa

perumusan kebijakan komunikasi wisata halal dilaksanakan melalui

Forum Group Discussion (FGD) kerjasama dengan Pemerintah

Provinsi Banten. Kegiatan ini diikuti oleh Pemerintah Propinsi


95

Banten bersama beberapa pelaku usaha pariwisata, kalangan ulama

dan juga tokoh pendidikan. Kegiatan ini memiliki tema “Banten

Menuju Destinasi Wisata Halal Dunia” di Kawasan Wisata Halal

Baduy Outbond, Baros, Kabupaten Serang, Kamis, 25 Maret 2021.

Dari pertemuan tersebut diketahui bahwa terdapat beberapa poin

kesepakatan terkait dengan Pengembangan Wisata halal yakni

layanan makanan dan minuman halal, fasilitas ibadah berkualitas,

toilet bersih dengan air memadai, bebas dari islamophobia, memberi

nilai manfaat sosial, program ramadan, pengalaman unik bagi

wisatawan muslim, bebas dari aktivitas non halal, penyediaan area

rekreasi dengan privasi.

Kebijakan melalui FGD ini ditutup dengan penekanan dari

Dinas pariwisata kepada seluruh pihak yang menegaskan bahwa

Wisata Halal bukan wisata yang dikhususkan bagi umat muslim saja,

tetapi juga untuk semua agama, semua orang. Wisata halal memiliki

nilai lebih dibanding wisata biasa sehingga menjadi pilihan wisata

baik dalam maupun luar negeri dengan pelayanan yang

memperhatikan aspek kebersihan, makanan halal, fasilitas beribadah,

dan standar kompetensi.

c. Perencanaan Program Pelaksanaan

Setelah mendapatkan perumusan kebijakan dengan

memberikan garis besar terkait dengan wacana wisata halal yang

melibatkan pemerintah, legislator, ulama, dan cendekiawan. Makan


96

tahapan selanjutnya, kebijakan tersebut direalisasikan menjadi

program pelaksanaan. Melalui program pelaksanaan tersebut segala

bentuk kebijakan direaliasikan secara konkrit.

Adapun diantara program pelaksanakan Dinas Pariwisata

Pemuda dan Olahraga Kota Serang adalah sebagai berikut:

1) Pengendalian Persepsi Masyarakat terhadap Wisata Halal

Diketahui bahwa terdapat persepsi masyarakat yang

terbagi terkait dengan wisata halal. Maka persepsi tersebut harus

dikendalikan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota

Serang bekerjsama dengan Pokdarwis sebagai bagian

masyarakat yang peduli terhadap wisata. Dengan adanya

pengendalian persepsi tersebut, harapannya dapat merubah

persepsi masyarakat terkait dengan wisata halal.

Kesalahan persepsi terkait dengan wisata halal akan

mengakibatkan dampak negatif pada jumlah kunjungan wisata.

Maka perlu edukasi dan sosialisasi efektif terkait wisata halal ini.

Sosialisasi dapat dilaksanakan di universitas ataupun lembaga

pendidikan seperti SMA. Hal ini disebabkan sebagian besar

pengunjung wisata adalah usia remaja dan milenial. Maka

dengan mengambil fokus kepada remaja akan mampu merubah

persepsi masyarakat terkait dengan wisata halal.


97

Selain itu persepsi terkait wisata halal sebagai wisata

ramah muslim harus ditetapkan dan menjadi persepsi yang

dipahami secara menyeluruh di Dinas Pariwisata, Pemuda, dan

Olahraga Kota Serang. Sehingga jika kesalahan dalam

menafsirkan wisata halal sebagai wisata religi maupun wisata

islam, maka harus diluruhkan demi peningkatan dan kemajuan

wisata halal di Kota Serang.

2) Pengembangan Komunikasi Pemasaran

Menurut Ritonga et al. (2018) Strategi komunikasi

pemasaran adalah sekumpulan tindakan yang terstruktur

menggunakan unsur-unsur komunikasi yang terdapat pada

bauran pemasaran. strategi yang dilakukan oleh suatu

perusahaan yang dapat meliputi penetapan master plan dan

mengetahui serta menghasilkan pelayanan (penyajian) produk

yang memuaskan pada suatu segmen pasar tertentu.

Dalam konteks wisata halal, maka penggunaan

komunikasi pemasaran dapat dilaksanakan dengan tujuan

efisiensi biaya dan perluasan sasaran. Komunikasi pemasaran

tidak dapat hanya menggunakan cara lama seperti melalui tatap

muka (face to face), atau sekedar iklan pada baliho ataupun

spanduk. Namun lebih dari itu pengembangan komunikasi

pemasaran sudah menyentuh pada komunikasi digital.

Pengenalan wisata halal kota serang harus sudah dapat


98

dipromosikan melalui media sosial, website, dan media

elektronik. Publikasi secara besar-besaran harus dapat

dilaksanakan sehingga masyarakat lebih mengenal terkait

dengan wisata halal yang ada di Kota Serang.

3) Pengembangan Destinasi Wisata Halal

Destinasi Wisata merupakan bagian yang paling penting

dalam mengembangkan pariwisata halal. Maka dari itu,

pemerintah bekerjasama dengan pelaku usaha wisata harus

memberikan jaminan terwujudnya wisata halal tersebut.

Pemberian izin, monitoring rutin, pemberian penghargaan

wisata halal, dan strategi lainnya yang mampu mengembangkan

destinasi wisata halal harus dilaksanakan.

4) Regulasi Wisata Halal menjadi Peraturan Daerah Kota Serang

Dalam menciptakan wisata halal, membutuhkan

instrumen pendukung yang paling utama yakni melalui adanya

regulasi dari pemerintah setempat sebagai bentuk fokus wacana

wisata halal tersebut. Tanpa adanya regulasi, maka wacana

wisata halal hanya akan menjadi wacana saja. Namun

sebaliknya, melalui regulasi yang diberikan oleh pemerintah

daerah melalui peraturan daerah akan mampu menguatkan

wacana wisata halal tersebut.

Regulasi wisata halal melalui Peraturan Daerah akan

mampu memberikan penekanan terhadap izin usaha wisata,


99

sertifikasi halal, dan pengembangan hotel syariah. Sehingga

konsep wisata halal akan dapat bangkit melalu dukungan dari

eksekutif. Maka dari itu, konsep wisata halal harus melibatkan

pemerintah Kota Serang sebagai pelaksana dan Anggota Dewan

sebagai legislator peratiran tersebut.

d. Kegiatan Komunikasi

Kegiatan komunikasi dari perencaan komunikasi wisata

halal direaliasikan dengan menentukan target capaian dari program

yang telah direncanakan sebelumnya. Diketahui dari empat

program yang ditetapkan dalam komunikasi wisata halal memiliki

sektor masyarakat yang berbeda-beda. Maka dari itu, kegiatan

komunikasi pada masing-masing program juga akan sangat

berbeda.

Pada program pengendalian persepsi masyarakat dan

promosi wisata halal, kegiatan ini disesuaikan dengan masyarakat.

Maka dari itu kegiatan akan lebih disesuaikan dengan gaya

komunikasi masyarakat secara umum. Pada kegiatan komunikasi

ini, akan lebih baik menggunakan sarana media sosial dan

elektronik. Sebab akan lebih disukai masyarakat serta akan

mencakup masyarakat yang lebih luas. Pada program

pengembangan destinasi wisata, maka kegiatan komunikasi

dilaksanakan dengan para pelaku usaha. Kegiatan komunikasi


100

dapat melalui seminar dan sosialisasi aturan terkait dengan wisata

halal sehingga para pelaku usaha tersebut dapat mendukung

wacana ini dengan menjalankan usaha sesuai aturan yang berlaku.

Pada program penetapan wisata halal menjadi regulasi di Peraturan

Daerah, maka kegiatan ini harus dikomunikasi dengan pihak

legislator DPRD Kota Serang dan Pemerintah Kota Serang.

Sehingga wacana ini lebih mudah untuk dapat direaliasaikan.

2. Publik

Dalam perencaan komuniasi, apsek berikutnya yang dibutuhkan

adalah publik. Komponen publik dalam konteks ini adalah masyarakat

yang didalamnya adalah wisatawan, pelaku usaha, pemerhati pariwisata,

ulama, ahli, dan pihak lainnya. Maka dari itu, segala bentuk komunikasi

yang akan disampaikan oleh Pemerintah Kota Serang melalui Dinas

Pariwisata Pemuda dan Olahraga, harus mempertimbangkan kondisi dari

publik yang menjadi tujuan komunikasi.

Adapun kebutuhan publik pada perencaan komunikasi adalah

sebagai berikut:

a. Umpan Balik

Umpan balik adalah suatu proses di mana sebagian dari output

di-loloh-balik-kan ke bagian input. Hal ini sering dipakai untuk

pengendalian suatu sistem yang bersifat dinamis sehingga sistem

tersebut dapat diatur untuk mencapai keadaan yang stabil yang

diinginkan. Umpan balik adalah respon yang diharapkan oleh


101

masyarakat terkati dengan wacana wisata halal ini diantaranya adalah

dengan adanya perubahan persepsi terkait dengan wisata halal.

Diketahui bahwa sebagian besar masyarakat masih memahami bahwa

wisata halal adalah wisata religi. Maka umpan balik yang diharapkan

adalah adanya perubahan persepsi masyarakat yang menyatakan

wisata halal sebagai wisata ramah muslim dan mendukung wacana

tersebut.

b. Evaluasi

Suatu program tanpa adanya evaluasi tidak akan dapat terukur

nilai kesuksesannya. Hal ini juga yang terjadi pada perencaan

komunikasi wisata halal, maka evaluasi harus dilaksanakan sehingga

segala bentuk perencaan tidak akan sia-sia. Evaluasi merupakan

saduran dari bahasa Inggris "evaluation" yang diartikan sebagai

penaksiran atau penilaian. Nurkancana menyatakan bahwa evaluasi

adalah kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses untuk

menentukan nilai dari suatu hal.

Adapun evaluasi dari perencaan komunikasi dilaksanakan

dengan menetapkan target dan indikator kesuksesan dari program

perencaan yang telah ditetapkan. Target dan indikator kesuksesan dari

wacana wisata halal ini harus bersifat komulatif sehingga dapat

terukur secara konkrit. Diantara target yang ditetapkan adalah

peningkatan jumlah wisatawan di Kota Serang. Selain itu juga adanya

peningkatan peringkat Indonesia sebagai Best Word Halal Travel


102

dengan Kota Serang dan Provinsi Banten sebagai kawasan unggulan.

Terakhir dengan terciptanya usaha-usaha baru yang mendukung

wisata halal seperti adanya hotel syariah, kuliner halal, dan destinasi

ramah muslim.

4.3 Pembahasan Hasil dan Temuan Penelitian

Pembahasan pada penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan data

penelitian berdasarkan teori dan kajian terdahulu. Pembahasan penelitian

menjadi kerangka yang digunakan didalam penelitian untuk menyusun

kesimpulan penelitian. Pembahasan merupakan bentuk awal dari jawaban dari

pertanyaan penelitian.

Dalam mengembangkan wisata halal di Kota Serang, membutuhkan

strategi-strategi yang mampu memberikan daya tarik terhadap wisata tersebut

sehingga meningkatkan jumlah kunjungan wisata. Diantara beberapa strategi

yang dapat dilaksanakan adalah strategi perencanaan komunikasi yang dapat

memberikan perhatian masyarakat pada Kota Serang sebagai kawasan wisata

halal yang memiliki daya tarik.

Semestinya dengan besarnya jumlah masyarakat islam di Kota Serang

ini dapat menjadi faktor yang mendukung pengembangan wisata halal di

wilayah tersebut. Hal ini disebabkan kebiasaan masyarakat serta perhatian

masyarakat semestinya harus semakin besar dalam wacana wisata halal

tersebut. Sehingga peran serta dalam mengembangkan wisata halal ini bukan

hanya dicanangkan dan dilaksanakan oleh pemerintah saja, namun

masyarakat mendukung dan turut serta di dalamnya (Pratiwi et al., 2018).


103

Wisata halal di Kota Serang masih banyak menemuka hambatan.

Hambatan tersebut digambarkan dengan masih banyaknya sarana wisata yang

belum memenuhi harapan masyarakat. Kondisi wisata yang kotor, serta

fasilitas-fasilitas pendukung seperti toilet, rumah ibadah, dan sarana umum

yang belum tersedia (Elsa et al., 2021). Selain itu, masih rendahnya dukungan

masyarakat juga menjadi hambatan wacana wisata halal ini. Masih banyak

ditemukan masyarakat yang masih belum memahami sebenarnya dari wisata

halal tersebut (Satriana & Faridah, 2018). Terakhir, hambatan berasal dari

pemerintah yang belum memberikan instrumen kebijakan khusus dalam

mendukung wacana wisata halal tersebut. Sehingga wacana tersebut masih

sampai pada tahapan wacana saja tanpa realisasi jelas dari pemerintah

(Ferdiansyah et al., 2020).

Hasil menyatakan bahwa destinasi wisata halal Kota Serang adalah

kawasan wisata yang berada di Kota Serang dengan kondisi yang ramah

kepada kaum muslimin. Kawasan wisata halal tidak serta merta haruslah

kawasan dengan kondisi yang religius sehingga minat kunjungan hanya

terbatas pada kaum muslimin saja. Namun lebih dari pada itu, destinasi

wisata halal juga memiliki ruang lingkup yang luas dapat dikunjungi oleh

seluruh wisatawan dengan latar belakang agama yang beragam, namun

terkhusus muslim dapat dapat melaksanakan aktifitasnya sebagai muslim

dengan baik. Diantara destinasi wisata halal yang potensial di Kota Serang

adalah Taman wisata MBS (Mahoni Bangun Sentosa), Kesultanan Banten,


104

Benteng Spelwijk, Curug Cimawang, Masjid Agung Banten, dan Danau

Tasikardi.

Beberapa destinasi wisata yang telah disebutkan di atas dianggap

memiliki potensi besar dalam mengembangkan wisata halal di Kota Serang.

Hal ini disebabkan Kota Serang memiliki kondisi masyarakat yang homogen

dengan mayoritas beragama muslim. Sehingga destinasi wisata yang berdiri

di lingkungan Kota Serang wajib mematuhi norma sosial yang ada seperti

menjunjung budaya ketimuran. Selain itu juga wajib menjunjung tinggi

norma agama. Destinasi wisata yang menjual hiburan yang non halal, maka

akan dibatasi dan dikondisikan agar tidak menimbulkan konflik masyarakat.

Hal inilah yang menjadi peran dari Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga

Kota Serang dalam memberikan izin serta mengelola usaha wisata agar tetap

bisa berkembang, namun tidak menimbulkan konflik internal di masyarakat.

Disampaikan oleh Ferdiansyah et al., (2020) bahwa dalam

mengembangkan wisata halal tidak hanya mengandalkan instrumen kebijakan

pemerintah saja. Namun membutuhkan kultur masyarakat yang mendukung

pelaksanaan tersebut. Kebiasaan masyarakat dan kebudayaan yang ada akan

mendorong kemudahan dari realisasi wacana wisata halal tersebut.

Sebaliknya, jika kebudayaan masyarakat kurang sesuai dengan konsep wisata

halal, maka akan sulit realiasai dari wacana tersebut sekalipun pemerintah

memberi dukungan secara maksimal.

Selanjutnya setelah menentukan destinasi wisata yang potensi

dijadikan sebagai destinasi wisata halal, maka selanjutnya perencanaan


105

komunikasi juga membutuhakn persepsi yang selaras antara pemerintah dan

masyarakat terkait dengan wisata halal tersebut. Jika terdapat perbedaan

persepsi, maka tindakan yang akan dilaksanakan akan tidak berkaitan satu

dengan lainnya.

Menurut Ridwan (2019) bahwa pentingnya mengendalikan persepsi

dalam rangka melaksanakan komunikasi publik. Sebab persepsi yang lahir

pada diri masyarakat akan menentukan bagaimana tindakan yang

dilaksanakan oleh masyarakat tersebut. Selain itu, persepsi juga akan

mendorong penilaian publik terhadap kebijakan-kebijakan yang direalisasikan

oleh pemerintah.

Hasil temuan penelitian menyatakan bahwa persepsi masyarakat

terhadap wisata halal terbagi menjadi 3 yakni wisata halal sebagai wisata

religi, wisata halal sebagai wisata islam, serta wisata halal sebagai wisata

ramah muslim. Diantara ketiga persepsi tersebut, persepsi yang paling ideal

adalah wisata halal sebagai wisata ramah muslim. Hal ini disebabkan wisata

ramah muslim tidak membatasi wisata harus secara langsung

merepresentasikan islam sehingga menutup kesempatan bagi non muslim

datang berwisata. Selain itu, wisata ramah muslim juga memberikan

penjaminan bahwa muslim dapat melaksanakan aktifitas berwisata namun

tanpa kesulitan menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Kondisi

ini sangat sesuai dengan Kota Serang yang memiliki beberapa destinasi

wisata yang universal namun memiliki dukungan terhadap muslim melalui

fasilitas ibadah, makanan halal, dan lingkungan wisata yang kondusif.


106

Adanya perbedaan persepsi dari masyarakat terkait wisata halal ini

sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Djakfar (2019) yang

menyatakan bahwa wisata halal banyak dipahami sebagai wisata religi.

Pernyataan ini tidak sepenuhnya salah, namun jika dengan persepsi tersebut,

maka pengembangan wisata halal akan menjadi terhambat. Maka dari itu

perlu pemaknaan wisata halal secara luas sehingga bukan hanya mampu

memfasilitas umat islam, namun juga dapat berkembang bersama minat

wisata yang juga mengalami peningkatan.

Sedangkan persepsi yang ideal dari wisata halal ini sendiri sebagai

wisata yang ramah muslim sesuai dengan yang disampaikan oleh (Satriana &

Faridah, 2018) bahwa adanya peningkatan wisatawan muslim dari tahun ke

tahun merupakan peluang dan tantangan bagi sektor pariwisata untuk

mengembangkan wisata halal. Banyak negara-negara (baik mayoritas muslim

maupun non-muslim) berupaya mengembangkan wisata halal. Namun, dilihat

dari konsep dan prinsip wisata halal yang ada, negara-negara tersebut

umumnya hanya mencoba menciptakan suasana yang ramah muslim.

Pengembangan wisata halal perlu untuk dilakukan, salah satunya dengan

melakukan berbagai penelitian atau kajian.

Persepsi yang ideal terkait dengan wisata halal ini menjadi dasar ytang

dapat digunakan dalam menentukan perencanaan komunikasi. Menurut

Canggara (2013) menyatakan bahwa model perencanaan komunikasi yang

dibuat oleh Philip Lesly terdiri dari atas dua komponen utama, yakni

organisasi yang menggerakkan kegiatan dan publik yang menjadi sasaran


107

kegiatan. Pada komponen organisasi terdapat enam tahapan, sedangkan dalam

komponen publik terdapat dua tahapan yang harus dilakukan seorang

perencana komunikasi.

Perencanaan komunikasi pada penelitian ini adalah perencaan yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Serang dalam mengkomunikasikan

kepada pihak-pihak tertentu dalam rangka mengembangkan wisata halal.

Melihatr konteks tersebut, maka diketahui bahwa komponen organisasi pada

perencaan komunikasi ini adalah Pemerintah Kota Serang melalui Dinas

Pariwisata Pemuda dan Olahraga. Organisasi tersebut yang menetapkan

kebijakan yang dapat diberikan dalam mengkomunikasikan wacana wisata

halal. Sedangkan komponen publik dalam konteks ini adalah masyarakat

yang didalamnya adalah wisatawan, pelaku usaha, pemerhati pariwisata,

ulama, ahli, dan pihak lainnya. Maka dari itu, segala bentuk komunikasi yang

akan disampaikan oleh Pemerintah Kota Serang melalui Dinas Pariwisata

Pemuda dan Olahraga, harus mempertimbangkan kondisi dari publik yang

menjadi tujuan komunikasi.

Perencanaan komunikasi yang dapat dilaksanakan pada wisata halal

untuk meningkatkan ekonomi di Kota Serang diantaranya adalah

Pengendalian Persepsi Masyarakat terhadap Wisata Halal sebagai wisata yang

ramah muslim. Pengembangan Komunikasi Pemasaran dengan menggunakan

promosi melalui media sosial, website, dan media elektronik. Pengembangan

Destinasi Wisata Halal melalui kemudahan pemberian izin, monitoring rutin,

dan pemberian penghargaan wisata halal., Regulasi Wisata Halal menjadi


108

Peraturan Daerah Kota Serang sebagai fokus pengembangan. Terakhir, yakni

spesifikasi Wisata Halal dalam Sub Bagian di Dinas Pariwisata, Pemuda, dan

Olahraga Kota Serang yang harapannya dari Sub-Bagian tersebut akan

mampu mengakomodasi segala kebutuhan terkait wisata halal.

Berdasarkan temuan yang telah disampaikan terkait dengan

perencanaan komunikasi, maka dapat diketahui bahwa pentingnya kedudukan

komunikasi publik dalam mengembangkan wacara wisata halal ini. Wacana

wisata halal yang merupakan bagian dari agenda pemerintah, harus

mempertimbangkan aspek komunikasi publik yang baik. Hal ini bertujuan

agar yang disampaikan oleh pemerintah dapat diterima baik oleh masyarakat.

sehingga keselarasan tindakan dalam mengembangkan wisata halal di Kota

Serang dapat terwujud.

Hasil yang didapatkan didukung dengan teori komunikasi publik yang

disampaikan oleh Yulianita (2012) yang menyatakan bahwa perlunya

mengkomunikasikan kebijakan kepada khalayak ramai demi realisasi

kebijakan. Pada dasarnya seorang Public Relation dapat menjalin hubungan

yang baik dan harmonis antara organisasi dengan publiknya sehingga akan

timbul rasa memiliki bersama dan rasa tanggung jawab dari publiknya,untuk

dapat mewujudkannya maka harus adanya pengertian antara kedua belah

pihak.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan dengan mengumpulkan hasil

wawancara dari pihak-pihak yang berkaitan dengan wacara wisata halal.


109

Namun penelitian ini terkendala pada realita bahwa di Dinas Pariwisata

Pemuda dan Olahraga Kota Serang belum mengambil kebijakan yang intensif

terkait dengan wacana wisata halal. Diketahui bahwa wacana wisata halal

lebih banyak diambil oleh Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas

Pariwisata Provinsi Banten. Disebabkan keterbatasan waktu dan tempat,

maka penelitian di Dinas Pariwisata Provinsi Banten hanya dilaksanakan

melalui refensi jurnal dan artikel saja.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: Adapun destinasi

wisata halal Kota Serang adalah kawasan wisata yang berada di Kota Serang

dengan kondisi yang ramah kepada kaum muslimin. Kawasan wisata halal tidak

serta merta haruslah kawasan dengan kondisi yang religius sehingga minat

kunjungan hanya terbatas pada kaum muslimin saja. Namun lebih dari pada itu,

destinasi wisata halal juga memiliki ruang lingkup yang luas dapat dikunjungi

oleh seluruh wisatawan dengan latar belakang agama yang beragam, namun

terkhusus muslim dapat dapat melaksanakan aktifitasnya sebagai muslim dengan

baik. Diantara destinasi wisata halal yang potensial di Kota Serang adalah Taman

wisata MBS (Mahoni Bangun Sentosa), Kesultanan Banten, Benteng Spelwijk,

Curug Cimawang, Masjid Agung Banten, dan Danau Tasikardi.

Persepsi masyarakat terhadap wisata halal terbagi menjadi 3 yakni wisata

halal sebagai wisata religi, wisata halal sebagai wisata islam, serta wisata halal

sebagai wisata ramah muslim. Diantara ketiga persepsi tersebut, persepsi yang

paling ideal adalah wisata halal sebagai wisata ramah muslim. Hal ini disebabkan

wisata ramah muslim tidak membatasi wisata harus secara langsung

merepresentasikan islam sehingga menutup kesempatan bagi non muslim datang

berwisata. Selain itu, wisata ramah

110
111

muslim juga memberikan penjaminan bahwa muslim dapat melaksanakan aktifitas

berwisata namun tanpa kesulitan menjalankan kewajibannya sebagai seorang

muslim. Kondisi ini sangat sesuai dengan Kota Serang yang memiliki beberapa

destinasi wisata yang universal namun memiliki dukungan terhadap muslim

melalui fasilitas ibadah, makanan halal, dan lingkungan wisata yang kondusif.

Kebijakan Pemerintah Kota Serang dalam mewujudkan wisata halal belum terlalu

dilaksanakan secara intensif. Hal ini disebabkan wacana wisata halal saat ini

masih menjadi tanggung jawab penuh di Pemerintah Provinsi Banten, sedangkan

Kota Serang baru sebatas memberikan dukungan. Kebijakan Pemerintah

diwujudkan dengan memberikan penghargaan kepada destinasi wisata,

menghimbau perhotelan agar memberikan pelayanan prima, mewajibkan usaha

restoran non halal untuk mencantumkan label non halal agar mudah terlihat, dan

pembinaan sumber daya manusia perhotelan.

Perencanaan komunikasi yang dapat dilaksanakan pada wisata halal untuk

meningkatkan ekonomi di Kota Serang diantaranya dimulai dari Organisasi Dinas

Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Serang yang melaksanakan analisis potensi

Kota Serang sebagai wisata halal. Analisis menunjukan bahwa potensi wisata

halal sangat besar, mulai dari banyaknya destinasi wisata, besarnya jumlah

muslim, dan dukungan pemerintah. Perumusan kebijakan dilaksanakan dengan

Forum Grup Discussion (FGD) antara pemerintah, legislator, ulama, cendekiawan,

dan pelaku usaha wisata. Perencaan program yang dilaksanakan dengan adalah

Pengendalian Persepsi Masyarakat terhadap Wisata Halal sebagai wisata yang

ramah muslim. Pengembangan Komunikasi Pemasarandengan menggunakan


112

promosi melalui media sosial, website, dan media elektronik. Pengembangan

Destinasi Wisata Halal melalui kemudahan pemberian izin, monitoring rutin, dan

pemberian penghargaan wisata halal., Regulasi Wisata Halal menjadi Peraturan

Daerah Kota Serang sebagai fokus pengembangan. Pererncanaan program tersebut

direalisasikan dengan kegiatan komunikasi yang sesuai. Pada konten publik,

diharapkan adanya umpan balik yang spesifik dan evaluasi terhadap target

perencaan. Diantara target yang diharapkan adalah peningkatan jumlah wisatawan

di Kota Serang, peningkatan peringkat Indonesia sebagai Best Word Halal Travel

dengan Kota Serang dan Provinsi Banten sebagai kawasan unggulan, dan

terciptanya usaha-usaha baru yang mendukung wisata halal seperti adanya hotel

syariah, kuliner halal, dan destinasi ramah muslim.

5.2 Saran

Adapun saran penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Agar Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Serang dapat

menyatukan persepsi masyarakat terkait wisata halal menjadi wisata ramah

muslim.

2. Agar pemerintah Kota Serang melalui DPRD Kota Serang mengesahkan

Peraturan Daerah terkait dengan Wisata Halal.

3. Pelaku usaha dan pemerhati wisata bersama-sama mempromosikan konsep

wisata halal kepada masyarakat.


113

5.3 Rekomendasi

Dari penelitian ini direkomendasikan agar wacana wisata halal tidak

hanya difokuskan oleh Pemerintah Provinsi Banten saja. Namun semestinya

tanggung jawab tersebut juga diserahkan kepada Pemerintah Kota Serang

disebabkan wilayah Kota Serang yang memiliki destinasi wisata yang cukup

banyak untuk dijadikan sebagai kawasan wisata hal.


114

DAFTAR PUSTAKA

Battour, M., & Ismail, M. N. (2016). Halal tourism: Concepts, practises,


challenges and future. Tourism Management Perspectives, 19(December),
150–154. https://doi.org/10.1016/j.tmp.2015.12.008

Biro Umum Provinsi Banten. (2019). Terbentuknya Provinsi Banten. Website


Sekretaris Daerah Provinsi Banten.

Cahyanti, W., Saeful, R., Daniel, Nugraha, I., & Dianti, D. (2020). Buana
komunikasi. Buana Komunikasi, Jurnal Penelitian Dan Studu Ilmu
Komunikasi, 1(2), 92–101.

Cangara, H. (2013). Perencanaan & Strategi Komunikasi. Rajawali Pers.

Carboni, M., Perelli, C., & Sistu, G. (2014). Is Islamic tourism a viable option for
Tunisian tourism? Insights from Djerba. Tourism Management Perspectives,
11, 1–9. https://doi.org/10.1016/j.tmp.2014.02.002

Chung, M. G., Herzberger, A., Frank, K. A., & Liu, J. (2020). International
Tourism Dynamics in a Globalized World: A Social Network Analysis
Approach. Journal of Travel Research, 59(3), 387–403.
https://doi.org/10.1177/0047287519844834

Djakfar, M. (2019). Pariwisata Halal Perspektif Multidimnesi (Peta Jalan Menuju


Pengembangan Akademik & Industri Halal di Indonesia). Malang: UIN
Maliki Press.

Dowler, E., Bauer, M. W., Green, J. M., & Gasperoni, G. (2006). Assessing
public perception: issues and methods. University of Warwick.

Duralia, O. (2018). Integrated marketing communication and its impact on


consumer behavior. Studies in Business and Economics, 13(2), 92–102.
https://doi.org/10.2478/sbe-2018-0022

Elsa, Febriyani, D., & Hasanah, I. (2021). Analisis Faktor-Faktor Dalam


Mengembangkan Pariwisata Halal di Banten. Tazkiyya: Jurnal Keislaman,
Kemasyarakatan Dan Kebudayaan, 22(1), 13–22.

Ferdiansyah, H., Endyana, C., Rachmat, H., & Khadijah, U. L. S. (2020).


Pengembangan Pariwisata Halal Di Indonesia Melalui Konsep Development
of Halal Tourism in Indonesia Through Smart Tourism Concept. Journal of
Sustainable Tourism Research, 2(1), 30–34.
115

Higham, J., & Miller, G. (2018). Transforming societies and transforming tourism:
sustainable tourism in times of change. Journal of Sustainable Tourism,
26(1), 1–8. https://doi.org/10.1080/09669582.2018.1407519

Juvan, E., & Omerzel, D. G. (2017). Tourist Behaviour : An Overview of Models


to Date. Management International Conference, 23–33.

Kabar Travel. (2019). Kota Serang Banten Berpotensi Dijadikan Distinasi Wisata
Halal. Kabartravel.Id.

Kanom. (2015). Strategi Pengembangan Kuta Lombok Sebagai Destinasi


Pariwisata Berkelanjutan. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 1, 25–42.
https://doi.org/10.24843/jumpa.2015.v01.i02.p03

Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS). (2020). Laporan


Perkembangan Pariwisata Ramah Muslim Daerah. Direktorat Infrastruktur
Ekosistem Syariah.

Kusumastuti, A., & Khairon, A. M. (2019). Metodologi Penelitian Kualitatif.


Semarang: Lembaga Pendidikan Soekarno Pressindo.

Kusumawati, A. (2018). Perilaku Konsumen dan Pemasaran. Jakarta: UB Press.

Macnamara, J., & Agung, S. (2013). STRATEGI PUBLIC RELATIONS. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Maulani, A. N., Ayuningtias, R. D., & Alfie, A. A. (2021). Public’s Perception


And Preference Towards Halal Tourism. EKSBIS: Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis, 5(1), 559–572.

Mulyana, D. (2009). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja


Rosda Karya.

Nurjanah, N. (2018). Perencanaan Komunikasi Dalam Pengembangan Potensi


Pariwisata Kabupaten Bengkalis. Jurnal Dakwah Risalah, 29(2), 96.
https://doi.org/10.24014/jdr.v29i2.6406

Nurtjahjani, F., & Trivena, S. M. (2018). Public Relation, Citra dan Praktek.
Jakarta: Bee Media Indonesia.

Pratiwi, S. R., Dida, S., & Sjafirah, N. A. (2018). Strategi Komunikasi dalam
Membangun Awareness Wisata Halal di Kota Bandung. Jurnal Kajian
Komunikasi, 6(1), 78. https://doi.org/10.24198/jkk.v6i1.12985

Rahman, M., Moghavvemi, S., Thirumoorthi, T., & Rahman, M. K. (2020). The
116

impact of tourists’ perceptions on halal tourism destination: a structural


model analysis. Tourism Review, 75(3), 575–594.
https://doi.org/10.1108/TR-05-2019-0182

Rahmani, N. A. B. (2016). Metodologi Penelitian Ekonomi. Medan: FEBI UIN-


SU Press.

Rakhmat, J. (2013). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Ridwan. (2019). Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Kawasan Taman


Wisata Alam Madapangga Di Desa Ndano Kecamatan Madapangga
Kabupaten Bima. Skripsi Universitas Muhammadiyah Makassar.

Saepudin, E., Budiono, A., & Rohman, A. S. (2016). Strategi Komunikasi dalam
Pengembangan Desa Wisata Agro di Kabupaten Bandung Barat. Edulib, 6(2),
154–168.

Sari, F. K., Safitri, N., & Anggraini, W. (2019). Persepsi, Sikap dan Minat
Pariwisata Halal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ihtifaz: Journal of Islamic
Economics, Finance, and Banking, 2(2), 137.
https://doi.org/10.12928/ijiefb.v2i2.857

Satriana, E. D., & Faridah, H. D. (2018). Halal Tourism: Development, Chance


and Challenge. Journal of Halal Product and Research, 1(2), 32.
https://doi.org/10.20473/jhpr.vol.1-issue.2.32-43

Sayekti, N. W. (2019). Strategi Pengembangan Pariwisata Halal di Indonesia.


Kajian, 24(3), 159–171.

Sitepu, E., & Sabrin, S. (2020). Strategi Komunikasi Pariwisata Dalam


Meningkatkan Minat Berwisata Di Sumatera Utara. Message: Jurnal
Komunikasi, 9(1), 28–44.

Situmeang, I. V. O. (2020). Strategi Komunikasi Pariwisata: Menciptakan


Seminyak Menjadi Top of Mind Tujuan Wisata Di Bali. Scriptura, 10(1),
43–52. https://doi.org/10.9744/scriptura.10.1.43-52

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D`. Bandung :


ALFABETA.

Sulistyo, B., & Many, G. V. (2012). Revitalisasi Kawasan Banten Lama Sebagai
Wisata Ziarah. Jurnal Planesa, 3(1), 1–8.

Suryani, A., Soedarso, S., Rahmawati, D., Endarko, E., Muklason, A., Wibawa, B.
M., & Zahrok, S. (2021). Community-Based Tourism Transformation: What
117

Does The Local Community Need? IPTEK Journal of Proceedings Series,


0(7), 1. https://doi.org/10.12962/j23546026.y2020i7.9524

Syah Putra, M. F., & Tucunan, K. P. (2021). The Concept of Halal Tourism and
The Fulfillment of Muslim Tourist Needs in Halal Tourism. Halal Research
Journal, 1(2), 56–62. https://doi.org/10.12962/j22759970.v1i2.52

Syahrizal, M. (2021). Wisata Halal Di Banten: Perkembangan, Peluang Dan


Tantangan. Dynamic Management Journal, 5(2), 43–57.

Ulfatin. (2013). Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan: Teori dan


Aplikasinya. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Vargas-Sánchez, A., & Moral-Moral, M. (2020). Halal tourism: literature review


and experts’ view. Journal of Islamic Marketing.

Walgito, B. (2015). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Yulianita, N. (2012). Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Pusat Penerbit.

Undang-undang, Peraturan, dan Laporan

Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI, Wacana Wisata Halal, Laporan Kerjasama
Kemenpar dan MUI terkait Wisata Halal.

GMTI, (2019), “World Best Halal Travel Destination”.

Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS). (2020). Laporan


Perkembangan Pariwisata Ramah Muslim Daerah. Direktorat Infrastruktur
Ekosistem Syariah.
118

LAMPIRAN
119

LAMPIRAN

Lampiran 1: Pertanyaan Wawancara


Wawancara 1 (Pihak Dinas Pariwisata Kota Serang Provinsi Banten)

Pertanyaan
1. Apa saja destinasi wisata halal yang potensial di kawasan Kota Serang?
2. Bagaimana kondisi minat masyarakat saat ini terkait dengan wisata halal
yang ada?
3. Berapa kunjungan per tahunnya pada kawasan wisata halal di Kota Serang?
4. Apa destinasi wisata halal yang menjadi unggulan saat ini di Kota Serang?
Mengapa destinasi wisata itu menjadi unggulan?
5. Apa saja kebijakan yang diberikan oleh Pemerintah pada wacana wisata
halal di Kota Serang?
6. Apakah kebijakan tersebut sudah dilaksanakan dengan baik? Sebutkan
implementasi kebijakan tersebut yang sudah dilaksanakan!
7. Apakah ada kebijakan khusus dalam wacana wisata halal terhadap sektor
berikut ini:
a. Kebijakan pada lokasi destinasi wisata?
b. Kebijakan Kepada bisnis perhotelan?
c. Kebijakan kepada Usaha Restoran?
d. Kebijakan Kepada Biro Perjalanan?
e. Kebijakan kepada karyawan di lokasi wisata atau bisnis yang terkait
dengan wisata halal?
8. Apakah sektor di atas mendukung kebijakan dari wacana wisata halal yang
dirumuskan? Jelaskan jawaban anda!
9. Sektor manakah yang paling mudah untuk mengikuti wacana wisata halal?
Dan sektor mana yang paling sulit mematuhi aturan terkait wacana wisata
halal?
10. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan wacana
wisata halal?
11. Strategi komunikasi apa saja yang sudah dilaksanakan dalam
mensukseskan wacana wisata halal di Kota Serang?
12. Apakah strategi yang dilaksanakan sudah efektif? Jelaskan jawaban anda?
120

Wawancara 2 :Masyarakat Muslim di Kota Serang

Pertanyaan:
1. Apakah anda tahu tentang wisata halal?
2. Menurut anda, apakah konsep wisata halal tersebut? (jika tidak tahu, maka
peneliti wajib menjelaskan kepada masyarakat agar paham tentang wacara
wisata halal tersebut)
3. Menurut anda, apakah wisata halal cocok dilaksanakan di Kota Serang?
Mengapa?
4. Menurut anda apakah destinasi wisata di Kota Serang sudah layak
mendukung wacana wisata halal ini? Mengapa? Lalu apa yang harus
dilakukan oleh Destinasi Wisata Kota Serang untuk layak mendukung
wacana wisata halal ini?
5. Menurut anda apakah Bisnis Hotel di Kota Serang sudah layak
mendukung wacana wisata halal ini? Mengapa? Lalu apa yang harus
dilakukan oleh bisnis Hotel di Kota Serang untuk layak mendukung
wacana wisata halal ini?
6. Menurut anda apakah Usaha Kuliner / Restoran di Kota Serang sudah
layak mendukung wacana wisata halal ini? Mengapa? Lalu apa yang harus
dilakukan oleh bisnis Hotel di Kota Serang untuk layak mendukung
wacana wisata halal ini?
7. Menurut anda apakah Biro Perjalanan Wisata di Kota Serang sudah layak
mendukung wacana wisata halal ini? Mengapa? Lalu apa yang harus
dilakukan oleh bisnis Perjalanan Wisata di Kota Serang untuk layak
mendukung wacana wisata halal ini?
8. Menurut anda apakah Para Pekerja di Lokasi Wisata atau Bisnis terkait
Wisata Halal di Kota Serang sudah layak mendukung wacana wisata halal
ini? Mengapa? Lalu apa yang harus dilakukan oleh Para Pekerja di Lokasi
Wisata atau Bisnis terkait Wisata Halal di Kota Serang untuk layak
mendukung wacana wisata halal ini?
9. Pemerintah menyampaikan bahwa telah melaksanakan
kebijkan ……………………………………………………………………
……………………………….,terhadap wisata halal, menurut anda apakah
kebijakan itu sudah anda rasakan?
10. Menurut anda, apakah kebijakan pemerintah sudah sesuai?
11. Menurut anda, apakah kebijkan tersebut sudah dilaksanakan dengan baik?
12. Menurut anda, apa yang semestinya dilakukan oleh pemerintah agar dapat
mensukseskan wacana wisata halal ini?
121

Wawancara 3 : Pelaku Usaha, Pokdarwis, UMKM, dan Destinasi


Wisata

Pertanyaan:
1. Menurut anda, apakah konsep wisata halal yang ideal ?
2. Menurut anda, apakah wisata halal cocok dilaksanakan di Kota Serang?
Mengapa?
3. Menurut anda apakah destinasi wisata di Kota Serang sudah layak
mendukung wacana wisata halal ini? Mengapa? Lalu apa yang harus
dilakukan oleh Destinasi Wisata Kota Serang untuk layak mendukung
wacana wisata halal ini?
4. Menurut anda apakah Bisnis Hotel di Kota Serang sudah layak
mendukung wacana wisata halal ini? Mengapa? Lalu apa yang harus
dilakukan oleh bisnis Hotel di Kota Serang untuk layak mendukung
wacana wisata halal ini?
5. Menurut anda apakah Usaha Kuliner / Restoran di Kota Serang sudah
layak mendukung wacana wisata halal ini? Mengapa? Lalu apa yang harus
dilakukan oleh bisnis Hotel di Kota Serang untuk layak mendukung
wacana wisata halal ini?
6. Menurut anda apakah Biro Perjalanan Wisata di Kota Serang sudah layak
mendukung wacana wisata halal ini? Mengapa? Lalu apa yang harus
dilakukan oleh bisnis Perjalanan Wisata di Kota Serang untuk layak
mendukung wacana wisata halal ini?
7. Menurut anda apakah Para Pekerja di Lokasi Wisata atau Bisnis terkait
Wisata Halal di Kota Serang sudah layak mendukung wacana wisata halal
ini? Mengapa? Lalu apa yang harus dilakukan oleh Para Pekerja di Lokasi
Wisata atau Bisnis terkait Wisata Halal di Kota Serang untuk layak
mendukung wacana wisata halal ini?
8. Pemerintah menyampaikan bahwa telah melaksanakan
kebijkan ……………………………………………………………………
……………………………….,terhadap wisata halal, menurut anda apakah
kebijakan itu sudah anda rasakan?
9. Menurut anda, apakah kebijakan pemerintah sudah sesuai?
10. Menurut anda, apakah kebijkan tersebut sudah dilaksanakan dengan baik?
11. Menurut anda, apa yang semestinya dilakukan oleh pemerintah agar dapat
mensukseskan wacana wisata halal ini?
122

Lampiran 2: Transkrip Wawancara


Nama : Tb Ence Fahrurozi SIP
Jabatan: Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi Banten

No Pertanyaan Jawaban
1 Menurut anda, apakah yang Destinasi Wisata Halal bukan
dimaksud dengan wisata halal? berarti wisata religi yang mencakup
dan menarik terbatas pada muslimin
saja. Namun wisata halal lebih
kepada adanya kawasan wisata
yang memberikan daya tarik bagi
wisatawan muslim sebab
keramahannya kepada kaum
muslimin. Seperti adanya sarana
ibadah Musholla di lokasi wisata,
adanya Hotel Berbasis Syariah di
dekat wisata, Kuliner yang berlabel
Halal, Lokasi wisata tidak
melanggar norma sosial dan lain
sebagainya
2 Apa tindakan penting yang harus Sekurangnya wisata halal harus
dilakukan dalam mewujudkan melingkupi variabel-variabel yang
wisata halal? terdapat pada parawisata secara
umum. Variabel ini seperti lokasi
wisata, pengunjung, pelaku usaha,
pemerintah dan masyarakat.
Variabel tersebut harus kompak
dalam membangun destinasi wisata
halal sesuai aturan yang berlaku.
3 Bagaimana kondisi minat Konsep pengembangan pariwisata
masyarakat saat ini terkait halal Indonesia sendiri merupakan
123

dengan wisata halal yang ada? konsep wisata yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan
pengalaman wisata muslim. Maka
dari itu, variabel yang telah
disebutkan tadi harus mampu
mewujudkan kebutuhan muslim
tersebut
4 Apa saja kebijakan yang Dalam melaksanakan komunikasi
diberikan oleh Pemerintah pada terkait dengan wisata halal,
wacana wisata halal di Kota membutuhkan pemahaman yang
Serang? tepat terkait dengan wisata halal
tersebut.
5 Apakah kebijakan tersebut sudah Beberapa kebijakan terkait dengan
dilaksanakan dengan baik? wisata halal difokuskan pada Dinas
Sebutkan implementasi kebijakan Pariwisata Provinsi Banten.
tersebut yang sudah Sedangkan pada Dinas Pariwisata
dilaksanakan! Kota Serang lebih menitikberatkan
pada motoring dan pelaksanaan
teknis dilapangan.
Seperti kebijakan membentuk FGD
yang digagas oleh Pemerintah
Provinsi, maka pada hal ini Dinas
Priwisata Kota Serang harus ikut
serta ambil bagian dalam FGD
tersebut untuk menyampaikan hal
yang dirasa penting diketahui oleh
pemerhati wisata khususnya wisata
halal.
6 Strategi komunikasi apa saja Dinas Pariwisata Pemuda dan
yang sudah dilaksanakan dalam Olahraga Kota Serang
124

mensukseskan wacana wisata melaksanakan analisis dan riset


halal di Kota Serang? pada wacana wisata halal melalui
identifikasi potensi yang ada di Kota
Serang tersebut sehingga layak
menjadi kawasan wisata halal. Hasil
dari riset kami menunjukan bahwa
keunggulan yang dimiliki oleh Kota
Serang sangat banyak dan ideal
dijadikan sebagai kawasan wisata
halal. Diantaranya seperti jumlah
kaum muslimin yang sangat besar,
banyaknya destinasi wisata yang
ramah muslim, serta dukungan
pemerintah di Provinsi Banten dan
Kota Serang yang signifikan melalui
Diskusi Publik. Hal inilah yang
menjadikan bahwa Kota Serang
berpotensi menjadi kawasan wisata
halal
7 Apakah strategi yang Efektif dalam melaksanakan
dilaksanakan sudah efektif? komunikasi ini tidak dapat diukur
Jelaskan jawaban anda? secara kuantitatif saja. Namun juga
harus diukur secara kualitatif.
Maksudnya, isu ini merupakan hal
yang baru. Sudah barang tentu tidak
begitu dipahami oleh seluruh sektor.
Namun secara tindakan, perlahan
wisata halal ini mulai dipahami
masyarakat.
125

Nama : Niko Tri Satria SE Msi


Jabatan : Kasi Pengembangan Pemasaran Wisata

No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja destinasi wisata halal Jika dilihat, 100% kawasan serang
yang potensial di kawasan Kota ini bisa dijadikan wisata halal.
Serang? Sebab sesuai pengertiannya wisata
halal itu sendiri adalah kawasan
yang dapat dikunjungi namun
memiliki kondisi sesuai dengan
syariat islam. Nah, di Kota serang
ini sendiri memiliki syariat islam
yang cukup kuat sehingga
memungkinkan kawasan Kota serang
ini mulai dari lokasi wisata seperti
wisata-wisata religi, wisata hiburan
keluarga, maupun sarana wisata
seperti hotel dan rumah makan
sangat mendukung untuk dijadikan
sebagai destinasi kawasan wisata
halal tersebut.

2 Bagaimana kondisi minat Secara umum minat masyarakat


masyarakat saat ini terkait dengan melaksanakan wisata halal di Kota
wisata halal yang ada? Serang sama saja dengan minat
masyarakat dalam berwisata, yakni
masih terpengaruh oleh Covid 19.
Maka dari itu, jika bicara data masih
rendah. Namun jika dilihat dari
perkembangan adanya harapan Kota
Saerang menjadi kawasan wisata
126

halal mulai terlihat. Hal ini


dibuktikan dengan mulai
terbentuknya UMKM Halal di Kota
Serang. Selain itu adanya partisipasi
Pondok Pesantren dalam
membangun kemitraan ekonomi.

3 Berapa kunjungan per tahunnya Sementara belum ada data konkrit


pada kawasan wisata halal di Kota
Serang?
4 Apa destinasi wisata halal yang Taman Wisata MBS, sebab kawasan
menjadi unggulan saat ini di Kota wisata ini ramah, cocok untuk
Serang? Mengapa destinasi wisata keluarga dan menyesuaikan dengan
itu menjadi unggulan? iklim di Serang yang agamis.
Selanjutnya Kesultanan Banten,
kawasan ini cocok dan unggul
sebagai wisata halal sebab nuansa
keislamannya sangat kuat serta
dapat menjadi lokasi ziarah bagi
kaum muslimin.

5 Apa saja kebijakan yang diberikan Kebijakan spesifik belum ada. Hal
oleh Pemerintah pada wacana ini disebabkan wisata halal baru
wisata halal di Kota Serang? dikaji sampai pada Dinas Pariwisata
Provinsi Banten. Sedangkan Dinas
Pariwisata Kota serang saat ini
sifatnya sebagai suport sistem

6 Apakah kebijakan tersebut sudah Baru perencanaan dan belum ada


dilaksanakan dengan baik? kebijakan
127

Sebutkan implementasi kebijakan


tersebut yang sudah dilaksanakan!
7 Apakah ada kebijakan khusus
dalam wacana wisata halal
terhadap sektor berikut ini:
Kebijakan pada lokasi destinasi Sudah dari Provinsi, dan Kota hanya
wisata? mendukung

Kebijakan Kepada bisnis Memisahkan antara hotel umum dan


perhotelan? hotel syariah.
Hotel harus memiliki musholla,
menyediakan sajadah, memiliki arah
kiblat

Kebijakan kepada Usaha Memastikan logo halal


Restoran?
Kebijakan Kepada Biro Belum ada
Perjalanan?
Kebijakan kepada karyawan di Memberikan pelayanan yang
lokasi wisata atau bisnis yang maksimal
terkait dengan wisata halal?
8 Apa saja faktor pendukung dan Kawasana wisata halal tidak
penghambat dari pelaksanaan terkendala sebab mayoritas muslim.
wacana wisata halal? Namun, Adanya Persepsi yang masih
rancu dimasyarakat terkait dengan
wisata halal tersebut.

9 Strategi komunikasi apa saja yang Melaksanakan pelatihan kepada


sudah dilaksanakan dalam pelaku usaha di kawasana wisata,
mensukseskan wacana wisata halal hotel, sertifikasi halal, dsb
128

di Kota Serang? Defenisi halal lebih kepada


pelayanan
Adanya perlombaan dan penilaian
terhadap industri jasa wisata sebagai
persiapan wisata halal.
129

Nama : Rouf Nahruddin


Jabatan : Kabid Pariwisata

No Pertanyaan Jawaban
Bnagaimnana konsep wisata halal Wisata Halal adalah konsep wisata
di Kota Serang? yang memiliki kondisi secara
menyeluruh dapat diterima
masyarakat khususnya muslim.
Wisata halal mengacu pada
perjalanan yang dilakukan untuk
rekreasi, penggunaan waktu luang,
dan tujuan sosial.
2 Mengapa penting untuk Dengan dilaksanakannya wisata,
diberlakukan wisata halal ini? maka Muslim juga ingin melihat
dunia dan menjelajahi keragaman
sejarah dan budaya, yang sejalan
dengan keyakinan mereka dan
memungkinkan mereka untuk lebih
menghargai keajaiban yang
diciptakan oleh Tuhan. Walaupun
motivasi bepergian belum tentu
bersifat spiritual, namun ada
keinginan untuk berperilaku yang
dianggap halal dan sesuai dengan
syariat. Maka wisata halal bukan
serta merta wisata religi atau
wisata islam. Namun wisata religi
dan wisata islam sudah pasti
merupakan bagian dari wisata
halal.
3 Apa saja kebijakan yang
diberikan oleh Pemerintah pada
130

wacana wisata halal di Kota


Serang?
4 Apakah kebijakan tersebut sudah Baru perencanaan dan belum ada
dilaksanakan dengan baik? kebijakan
Sebutkan implementasi kebijakan
tersebut yang sudah
dilaksanakan!
5 Apakah ada kebijakan khusus
dalam wacana wisata halal
terhadap sektor berikut ini:
6 Kebijakan pada lokasi destinasi Sudah dari Provinsi, dan Kota
wisata? hanya mendukung

7 Kebijakan Kepada bisnis Memisahkan antara hotel umum


perhotelan? dan hotel syariah.
Hotel harus memiliki musholla,
menyediakan sajadah, memiliki
arah kiblat

8 Kebijakan kepada Usaha Memastikan logo halal


Restoran?
9 Kebijakan Kepada Biro Belum ada
Perjalanan?
10 Kebijakan kepada karyawan di Memberikan pelayanan yang
lokasi wisata atau bisnis yang maksimal
terkait dengan wisata halal?
131

Nama : Avivah
Jabatan : Pelaku Usaha Perhotelan (Hotel D Griya Syariah Serang)

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anda tahu tentang wisata Kurang tahu ya, tapi pernah dengar
halal? sih
2 Menurut anda apa itu wisata halal? Wisata halal mungkin wisata yang
cocok untuk pengunjung muslim
seperti adanya hotel syariah.
Makanan yang dijual juga halal.
Lalu hiburan maksiat juga sulit
dijumpai.
3 Menurut anda, apakah wisata halal Sangat cocok, sebab kota serang
cocok dilaksanakan di Kota Serang? sendiri mayoritas muslim.
Mengapa? Budaya Serang yang mayoritas
sunda juga sangat kuat dan kental
akan agama islamnya.
Terlebih dari itu, di Banten ini
merupakan kawasan sejarah islam
yang berkembang di Indonesia. Jadi
sudah pasti sesuai
4 Menurut anda apakah Bisnis Hotel Saat ini sudah mendukung
di Kota Serang sudah layak diwujudkan dengan adanya
mendukung wacana wisata halal beberapa hotel syariah. Namun ini
ini? Mengapa? Lalu apa yang harus belum mengarah khusus untuk
dilakukan oleh bisnis Hotel di Kota wisata halal. Hanya sebatas sebagai
Serang untuk layak mendukung kebutuhan kaum muslim ingin
wacana wisata halal ini? menginap di lokasi yang benuansa
syariah.
5 Apa yang dilakukan usaha anda Kami mewujudkannya dengan
132

dalam mewujudkan wisata halal? memberikan layanan hotel syariah.


Hotel ini dilarang yang bukan suami
istri untuk menginap. Harus ada
dokumen pernikahan, baru
diperbolehkan menginap. Selain itu
kita juga punya mushola, kiblat,
sajada. Makanan yang diberikan
juga makanan yang halal.
6 Menurut anda, apakah kebijakan Saya belum melihat kebijakan apa
pemerintah sudah sesuai? dari pemerintah terkait wisata halal
ini
133

Nama : Alif Mahesa Ramadhani


Jabatan : Pelaku Usaha Destinasi Wisata (Taman MBS)

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anda tahu tentang wisata Wisata Halal adalah konsep wisata
halal? yang memiliki kondisi secara
menyeluruh dapat diterima
masyarakat khususnya muslim.
Wisata halal mengacu pada
perjalanan yang dilakukan untuk
rekreasi, penggunaan waktu luang,
dan tujuan sosial. Dengan
dilaksanakannya wisata, maka
Muslim juga ingin melihat dunia dan
menjelajahi keragaman sejarah dan
budaya, yang sejalan dengan
keyakinan mereka dan
memungkinkan mereka untuk lebih
menghargai keajaiban yang
diciptakan oleh Tuhan.
3 Menurut anda, apakah wisata halal Sangat cocok, sebab kota serang
cocok dilaksanakan di Kota Serang? sendiri mayoritas muslim.
Mengapa? Budaya Serang yang mayoritas
sunda juga sangat kuat dan kental
akan agama islamnya.
Terlebih dari itu, di Banten ini
merupakan kawasan sejarah islam
yang berkembang di Indonesia. Jadi
sudah pasti sesuai
4 Menurut anda apakah Destinasi Sudah, sebab destinasi wisata di
134

Wisata seperti Taman MBB sudah Kota Serang memiliki spesifikasi


layak mendukung wacana wisata yang ramah dengan masyarakat
halal ini? Mengapa? Lalu apa yang khususnya muslim. Seperti Taman
harus dilakukan oleh bisnis Hotel di MBS ini, wisatanya dilengkapi
Kota Serang untuk layak mendukung sarana ibadah, makanan halal, dan
wacana wisata halal ini? kondisi lingkungan yang kondusif.
5 Apa yang dilakukan usaha anda Kami mewujdukannya dengan
dalam mewujudkan wisata halal? memberikan sarana yang baik untuk
muslim seperti adanya musholla.
Musholla juga lengkap dan
ukurannya cukup untuk dilaksanakan
ibadah. Musholla dilengkapi
sajadah, mukena, air wudu, dan
bersih. Selain itu, makanan yang
dijual WAJIB Halal. Terakhir, kami
memiliki sekuriti yang berpatroli ke
sekitar Taman untuk memonitor
pengunjung yang melanggar etika
kesopanan yang ada.
6 Menurut anda, apakah kebijakan Saya belum melihat kebijakan apa
pemerintah sudah sesuai? dari pemerintah terkait wisata halal
ini
135

Nama : Jawariyah
Jabatan : Pelaku Usaha UMKM

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anda tahu tentang wisata Kurang tahu ya, tapi pernah dengar
halal? sih
2 Menurut anda apa itu wisata halal? Mungkin wisata yang menjual
makanan halal ya? Saya kurang
paham juga
3 Menurut anda, apakah wisata halal Sangat cocok, sebab kota serang
cocok dilaksanakan di Kota Serang? sendiri mayoritas muslim.
Mengapa? Budaya Serang yang mayoritas
sunda juga sangat kuat dan kental
akan agama islamnya.
Terlebih dari itu, di Banten ini
merupakan kawasan sejarah islam
yang berkembang di Indonesia. Jadi
sudah pasti sesuai
4 Menurut anda apakah usaha kecil di Sangat bisa. Karena umkm wisata di
Kota Serang dapat mendukung Kota Serang ini umumnya menjual
wisata halal? makanan maupun oleh-oleh khas
kota Serang yang seluruhnya Halal.
Jadi kalau ditanya, apakah UMKM
akan mendukung wisata halal?
Sudah pasti. Sebab memang pada
dasarnya udah halal.
5 Apa yang dilakukan usaha anda Kami menjual makanan yang pasti
dalam mewujudkan wisata halal? halal, baik, dan terjamin kualitasnya.
Makanan yang kami jual kami buat
dan olah sendiri. Sehingga kami tahu
136

bagaimana pembuatan dari awal


sampai akhir.
Memang sampai saat ini usaha kami
masih kurang bersaing karena
kurang modal. Mungkin harapannya
pemerintah membantu modal kepada
UMKM seperti kami biar maju
6 Menurut anda, apakah kebijakan Saya belum melihat kebijakan apa
pemerintah sudah sesuai? dari pemerintah terkait wisata halal
ini
137

Nama : Arfah
Jabatan : Pokdarwis

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anda memahami terkait Ya, benar
dengan wisata halal?
Apa itu wisata halal menurut anda konsep wisata halal lebih ideal
sebagai wisata ramah muslim.
Maksudnya, dengan adanya wisata
halal ini, seluruh kebutuhan yang
wajib diterima muslim sehari-hari
seperti adanya sarana ibadah,
jaminan makanan halal, serta
lingkungan wisata yang kondusif
dapat difasilitasi oleh lokasi wisata
2 Menurut anda, apakah wisata halal Sangat cocok, sebab kota serang
cocok dilaksanakan di Kota Serang? sendiri mayoritas muslim.
Mengapa? Budaya Serang yang mayoritas
sunda juga sangat kuat dan kental
akan agama islamnya.
Terlebih dari itu, di Banten ini
merupakan kawasan sejarah islam
yang berkembang di Indonesia. Jadi
sudah pasti sesuai
3 Apa tanggapan anda terkait dengan Destinasi Wisata di Kota Serang
wisata halal di Kota Serang saat ini? masih perlu dibenahi jika ingin
menjadi kawasan wisata halal. Hal
yang paling prinsip malah terjadi
sehingga destinasi wisata halal
tersebut belum bisa diwujudkan.
138

Sering sekali perhatian dari


pengelola wisata terkait sarana
ibadah masih kurang.

4 Anda menyampaikan bahwa wisata Beberapa destinasi wisata memiliki


halal di Kota Serang belum sarana ibadah, tetapi kondisi
maksimal, coba anda jelaskan! memprihatinkan. Sebagai contoh,
kawasan wisata memiliki Musholla,
tetapi tidak memiliki sajadah.
Bahkan kondisi Mushollanya sangat
kotor. Pada kondisi yang lain,
kawasan wisata memiliki musholla
yang dengan tempat wudu yang tidak
layak. Sehingga bisa disimpulkan,
benar bahwa Destinasi Wisata telah
memberikan fasilitas ibadah. Tetapi,
keseriusan untuk memanfaatkan
fasilitas tersebut belum terwujudkan
dari pengelola. Padahal, bisa
dipastikan bahwa sebagian besar
pengunjung wisata tersebut pastilah
muslim. Semestinya bisa lebih
dimaksimalkan
5 Dalam mewujdukan wisata halal saat ini dari aspek perhotelan,
terdiri dari beberapa aspek seperti wisata di Kota Serang belum
lokasi wisata, hotel, biro menunjukan keistimewaan untuk
perjalanan, ,makanan, dan dijadikan sebagai kawasan wisata
karyawan. halal. Hal ini disebabkan rasio
Silahkan ada berikan pandangan perbandingan hotel syariah dan
pada aspek tersebut? hotel umum masih terlalu timpang.
139

Memang benar, bahwa secara umum


hotel syariah tidak menjadi tolak
ukur wisata halal. Namun jika bicara
wisatawan domestik dan
mancanegara yang memiliki
pegangan syariat yang kuat, mereka
membutuhkan hotel yang berbasis
syariah. Kondisi hotel syariah di
Kota Serang belum begitu banyak,
dan letaknya tidak dekat dengan
destinasi wisata. Maka semestinya,
pemerintah bisa berkordinasi dengan
pelaku usaha perhotelan dan
pengusaha-pengusaha muslim untuk
meningkatkan jumlah hotel syariah.
Sehingga mereka yang ingin
menginap di lokasi hotel dengan
prinsip syariah bisa diwujudkan
140

Nama : Tubagus Najmudin


Jabatan : Pelaku Usaha Destinasi Wisata (Banten Lama)

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anda tahu tentang wisata sampai hari ini kami belum
halal? memahami terkait dengan wisata
halal. Sebab yang kami pahami
wisata halal ya wisata religi seperti
masjid, wisata ziarah, wisata yang
mendekatkan ke islam
3 Menurut anda, apakah wisata halal Sangat cocok, sebab kota serang
cocok dilaksanakan di Kota Serang? sendiri mayoritas muslim.
Mengapa? Budaya Serang yang mayoritas
sunda juga sangat kuat dan kental
akan agama islamnya.
Terlebih dari itu, di Banten ini
merupakan kawasan sejarah islam
yang berkembang di Indonesia. Jadi
sudah pasti sesuai
4 Menurut anda apakah Destinasi Sangat cocok. Sebab ini merupakan
Wisata seperti Kawasan Banten situs sejarah islam di pulau jawa.
Lama cocok untuk dijadikan Bukan hanya kuat akan sejarah,
destinasi wisata halal? namun juga sangat kental akan
nuansa religinya. Sehingga dengan
melaksanakan kegiatan wisata ke
Banten Lama ini, masyarakat bukan
hanya berziarah, namun juga dapat
menambah keimanan dengan
mempelajari sejarah islam
5 Apa yang dilakukan usaha anda Kami mewujdukannya dengan
141

dalam mewujudkan wisata halal? memberikan sarana yang baik untuk


muslim.
Adanya sarana ibadah, lalu tempat
wisata yang nyaman ini menjadi
modal kami.
6 Menurut anda, apakah kebijakan Saya belum melihat kebijakan apa
pemerintah sudah sesuai? dari pemerintah terkait wisata halal
ini
142

Nama : Shinta Andriani


Jabatan : Pengunjung Wisata

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anda tahu tentang wisata Wisata halal adalah wisata yang
halal? memiliki keterkaitan dengan agama
islam seperti wisata masjid, wisata
ziarah makam ulama, wisata situs
peninggalan sejarah islam, wisata
makanan-makanan halal dan wisata
yang agamis. Melalui wisata halal
tersebut, maka pengunjung akan
dapat meningkatkan keimanan dan
pengetahuannya terkait keislaman.

3 Menurut anda, apakah wisata halal Sangat cocok, sebab kota serang
cocok dilaksanakan di Kota Serang? sendiri mayoritas muslim.
Mengapa? Budaya Serang yang mayoritas
sunda juga sangat kuat dan kental
akan agama islamnya.
Terlebih dari itu, di Banten ini
merupakan kawasan sejarah islam
yang berkembang di Indonesia. Jadi
sudah pasti sesuai
4 Menurut anda apakah Destinasi wisata halal adalah wisata yang
Wisata seperti Kawasan Banten hanya memperbolehkan syariat
cocok untuk dijadikan destinasi islam. Jika dalam kawasan tersebut
wisata halal? masih terdapat hiburan yang
melanggar syariat, serta wilayahnya
mendukung syariat islam untuk
143

dijalankan. Kalau untuk Banten itu


sendiri agak sulit sebab
kedudukannya yang dekat dengan
metropolitan. Mungkin lebih sesuai
untuk wilayah yang mendukung
syariat islam seperti Aceh,
Bukittinggi, dan Garut

5 Apa tanggapan anda terkait dengan saya sangat terganggu dengan lokasi
kondisi wisata di Banten khususnya wisata yang hakikatnya itu wisata
Kota Serang saat ini keluarga, namun ternyata banyak
yang tidak enak dipandang oleh
anak-anak. Di lokasi wisata ini para
remaja berpegangan tangan,
berangkulan, bahkan tidak segan
berciuman. Saya terus terang risih
sebab membawa anak. Ini yang
menjadi sulit bagi Kota Serang jika
ingin menjadi kawasan wisata halal.
Harusnya hal seperti ini dicari
solusinya
144

Wawancara Bersama Kepala Bidang Pariwisata dan Kepala Seksi Promosi

Pariwisata Kota Serang


145

Wawancara Bersama Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi Banten


146

Wawancara Bersama Pengurus Kenadziran Kesultanan Banten Lama


147

Wawancara Bersama Ketua Kelompok Sadar Wisata Kota Serang


148

Wawancara Bersama Staf Pengelola Taman Wisata Mahoni Bangun

Sentosa Kota Serang

Wawancara Bersama Staf Hotel Syariah D’Gria Kota Serang


149

Wawancara Bersama Warung UMKM Di Kawasan Banten Lama Kota Serang

Wawancara Bersama Salah satu Wisatawan Kawasan Banten Lama Kota Seran

Anda mungkin juga menyukai