Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN PENULISAN MAKALAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

JURUSAN ARSITEKTUR FTUP


PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI PULAU HARAPAN

oleh:
Nama Mahasiswa : Dimas Ramanda
Dosen Pembimbing : Ashri

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2018/2019

.
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama
: ..........................................................................................

NIM
: ..........................................................................................

Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Tenik Universitas Pancasila.


Judul Makalah : ..........................................................................................
................................................................................................................................
...............................................................................................................................

Tahun Makalah : 20.....

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh materi naskah dan karya desain tugas akhir yang dimuat
dalam Makalah Ilmiah yang saya susun, bebas dari plagiarisme. Apabila di kemudian hari diketahui atau
ditemukan bahwa makalah dan karya desain tugas akhir yang dimuat dalam makalah ilmiah saya adalah
hasil plagiarisme, maka saya bersedia untuk mempertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya sebagai
bentuk pertanggung jawaban saya terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

Jakarta, .....................................

Meterai

Rp.6.000,-

( ............................................................. )

.
PEDOMAN PENULISAN MAKALAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR
JURUSAN ARSITEKTUR FTUP
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI PULAU HARAPAN
oleh:
Nama Mahasiswa : Dimas Ramanda
Dosen Pembimbing : Ashri

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Jakarta


Email: ramandadimas18@gmail.com

Abstrak

Salah satu tujuan Pengembangan Kawasan Wisata Bahari Pulau Harapan, Kepulauan Seribu adalah
Mengembangkan prasarana, fasilitas dan utilitas yang memadain di kawasan Wisata Bahari Pulau
Harapan. Dengan demikian Pulau Harapan sangat diharapnkan akan menjadi salah satu kawasan wisata
yang iconic yang berada di kawasaan Kepulauan Seribu. Salah satu strategi yang bisa diterapkan adalah
dengan pembentukan sebuah perancangan visual identitas sebuah daerah atau di sebut Destination
Branding yang diharapkan dapat membantu mempromosikan wisata Pulau Harapan, sehingga potensi
wisata dapat terdorong dan berkembang secara maksimal dan menjadikan Pulau Harapan sebagai daerah
wisata bahari yang terkenal dalam skala nasional maupun Internasional.

Kata kunci : Iconic, Visual identitas, strategi,

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 pulau
dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia setelah
Kanada 81.000 km. Wilayah pesisir sebagai salah satu kekayaan dari sumber daya alam yang
sangat penting bagi rakyat dan pembangunan nasional tersebut haruslah dikelola secara terpadu
dan berkelanjutan serta optimal.Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang
terbentang dari teluk Jakarta hingga Pulau Sebira.

Pulau yang merupakan kabupaten administrasi di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta ini memiliki
luas total lautan mencapai 6.997, 50 Km2 dan daratan 865, 59 Ha. Pulau-pulau yang terdapat
berjumlah 106 pulau dengan pembagian 11 pulau pemukiman, 4 pulau dengan bagunan sejarah,
2 pulau cagar alam dan 9 pulau wisata umum dan 36 pulau wisata lainya yang dihuni sekitar 2000
jiwa penduduk dengan pusat pemerintahanya yang terdapat di Pulau Pramuka. Banyaknya
gugusan pulau yang merupakan bagian dari Kepulauan Seribu membuat kabupaten ini
menyimpan banyak potensi alam dan pariwisata di setiap sudut pulaunya. Setiap pulau memiliki
kekhasan dan daya tarik tersendiri yang membuat para turis baik lokal maupun mancanegara
tertarik untuk berkunjung dan menikmati keindahan yang tersimpan di pulau-pulau tersebut.

Salah satu pulau yang banyak dibicarakan saat ini sebagai salah satu tujuan wisata utama dari
gugusan kepulauan ini adalah Pulau Harapan. Pulau yang memiliki luas sekitar 6,7 Ha, wilayah
Pulau Harapan dan pulau sekitarnya merupakan tempat yang unik terutama untuk kegiatan
menyelam.
Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir
Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
Maksud Pengembangan kawasan Wisata Bahari Pulau Harapan, Kepulauan Seribu adalah
Menciptakan kawasan wisata bahari di Pulau Harapan yang memiliki ciri khas tersendiri.
Sehingga akan menjadi salah satu kawasan wisata yang iconic yang berada di kawasaan
Kepulauan Seribu. Ekosistem terumbu karang di sekitar pulau yang berdekatan dengan Pulau
Harapan ini memiliki keindahan yang sangat menakjubkan sehingga sangat cocok untuk
melakukan kegiatan snorkeling maupun diving. Pulau yang merupakan salah satu kelurahan di
Kepulauan Seribu ini sering dijadikan tempat singgah atau sebagai home stay untuk berwisata
ke pulau sekitarnya. Pulau yang memiliki arti tempat penuh harapan ini merupakan salah satu
pulau penduduk di kawasan Kepulauan Seribu yang roda kegiatan ekonominya dijalankan secara
langsung oleh masyarakatnya, sehingga dibandingkan dengan pulau wisata yang dijalankan oleh
pemda Kepulauan Seribu, pulau ini merupakan pulau paling yang cukup ekonomis bagi para turis
yang mengunjunginya.

Berdasarkan data kelurahan Pulau Harapan ada bulan Mei 2014, tingkat kunjungan wisata
mencapai 4.808 wisatawan dan bulan Oktober 2014 mencapai 5.346 wisatawan. Prosentase
kunjungan wisatawan dari luar daerah ibukota DKI Jakarta dan sekitarnya yang semakin
meningkat, diperlukan berbagai strategi yang bisa mendorong dan meningkatkan potensi yang
dimiliki Pulau Harapan sebagai tujuan wisata Kepulauan Seribu sehingga lebih dikenal secara
luas dan menjaring lebih banyak wisatawan untuk berkunjung.

Salah satu strategi yang bisa diterapkan adalah dengan pembentukan sebuah perancangan
visual identitas sebuah daerah atau di sebut Destination Branding yang diharapkan dapat
membantu mempromosikan wisata Pulau Harapan, sehingga potensi wisata dapat terdorong dan
berkembang secara maksimal dan menjadikan Pulau Harapan sebagai daerah wisata bahari
yang terkenal dalam skala nasional maupun Internasional dan dapat menjadi salah satu tiang
utama penopang sektor pariwisata Kepulauan Seribu dan Indonesia. Selain itu, Tujuan
Pengembangan Kawasan Wisata Bahari Pulau Harapan, Kepulauan Seribu adalah

1. Menciptakan konsep kawasan wisata bahari yang memiliki daya tarik di Kepulauan
Seribu.
2. Memberikan pengalaman wisata yang menyenangkan dengan fasilitas yang baik.
3. Mengembangkan prasarana, fasilitas dan utilitas yang memadain di kawasan Wisata
Bahari Pulau Harapan.

2. Kajian Pustaka

Definisi pariwisata menurut Damanik dan Weber (2006: 1) sebagai berikut: Pariwisata adalah
fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa, yang sangat kompleks. Ia terkait erat dengan
organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan
kebutuhan layanan, dan sebagainya. Sementara Marpaung (2002:13) mendefinisikan pariwisata
sebagai: Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan
keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktifitas dilakukan selama
mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
Adapaun Definisi pariwisata menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 “Pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah”. Jadi pariwisata merupakan
perjalanan yang dilakukan manusia ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya dalam
waktu paling tidak satu malam dengan tujuan perjalanannya bukan untuk mencari nafkah,
pendapatan atau penghidupan di tempat tujuan.

Wisata Bahari adalah seluruh kegiatan yang bersifat rekreasi yang aktifitasnya dilakukan pada
media kelautan atau bahari dan meliputi daerah pantai, pulau-pulau sekitamya, serta kawasan
lautan dalam pengertian pada permukaannya; dalamnya, ataupun pada dasarnya termasuk di
dalamnya taman laut. Rekreasi adalah Kepergian beberapa orang, secara individu atau kelompok
dalam jangka waktu pendek ke beberapa tempat tujuan, selain tempat tinggal dan bekerja serta
beberapa kegiatan rutinitas mereka. lni mencakup kepergian untuk berbagai maksud tertentu,
termasuk kunjungan sehari atau lebih dikenal dengan Darmawista.

Jadi, Pengertian dari Wisata Bahari dan Taman Rekreasi adalah suatu daerah tujuan rekreasi
yang merupakan wadah dari kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan yang bertujuan untuk
melakukan kegiatan yang bersifat kepantaian dan kelautan. Disamping itu juga bertujuan untuk
mengajak masyarakat agar lebih mencintai keindahan laut baik dari permukaan pantai maupun
dasar laut serta lingkungan disekelilinginya. Fasilitas yang direncanakannya tidak hanya terpusat
pada lautan maupun pantai, tetapi dititik beratkan juga pada daratan atau bahkan daerah yang
mempersatukan keduanya.

“Sustainable Architecture” atau “Arsitektur Berkelanjutan” dapat di definisikan juga sebagai


Desain Arsitektur yang Berwawasan Lingkungan. Pendekatan ini terkait dengan pendekatan
“Sustainable Development” atau “Pembangunan Berkelanjutan” yang diungkapkan dalam Report
of the World Commission on Environment and Development tahun 1987. Desain berkelanjutan (
sustainable design) berusaha mengurangi dampak negatif pada lingkungan, kesehatan dan
kenyamanan penghuni bangunan, sehingga meningkatkan kinerja bangunan. Pada dasarnya
pelaksanaan desain berkelanjutan ( sustainable design) ini dapat diaplikasikan bentuk (Prayoga,
2013):
a) Mikrokosmos, yang diwujudkan dalam bentuk benda untuk penggunaan sehari-hari,

b) Makrokomos, yang di wujudkan dalam bangunan, kota dan fisik permukaan bumi.
Bentuk inilah yang dapat diterapkan dibidang arsitektur, arsitektur lansekap,desain urban,
perencanaan kota, teknik, desain grafis, desain industri, desain interior dan fashion
design.

Perencanaan pembangunan pariwisata berwawasan lingkungan selain harus menjamin


keberlanjutannya juga harus terkait dengan aspek pendidikan dan partisipasi masyarakat lokal.
Jaminan keberlanjutan ini tidak hanya sustainable dari aspek lingkungan saja namun juga sosial,
budaya dan ekonomi. Dalam melakukan pembangunan pariwisata perlu adanya pengembangan
produk dalam suatu kawasan wisata untuk mewujudkan pariwisata berwawasan lingkungan.
Mengutip pendapat Fandeli dan Muhammad Nurdin, 2005, dapat dirinci terdiri atas:
Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir
Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
1. Atraksi. Atraksi-atraksi yang dikembangkan dipilih yang memiliki nilai jual baik atraksi
alam, heritage, budaya dan buatan.
2. Infrastruktur (fasilitas, utilitas). Pembangunan fasilitas dan utilitas dibangun sesuai
dengan budaya dan tradisi lokal serta terpadu dengan lingkungannya.
3. SDM (Sumber daya Manusia), pariwisata pada dasarnya menjual keindahan maka
kualitas SDM sangat menentukan keberhasilan sesuai dengan sasarannya.
4. Aspek Ekonomi. Ekonomi yang dikembangkan adalah ekonomi kerakyatan. Penghasilan
kawasan dimaksud untuk dapat mempertahankan atau mengkonservasi kawasan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
5. Lingkungan. Kawasan dikaji kelayakannya utamanya dampak positif dan dampak negatif
yang akan muncul. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan merupakan instrumen untuk
mengkaji dampak lingkungan dan bagaimana menanganinya. Sementara daya dukung
dipergunakan untuk mempertahankan kualitas atraksinya.

3. Pembahasan

Pulau Harapan merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Seribu yang juga merupakan
bagian dari wilayah DKI Jakarta. Kabupaten Kepulauan Seribu terdiri dari pulau-pulau karang
sebanyak 105 buah dengan total luas wilayah daratan sebesar 8,7 km². Pulau Harapan berjarak
60 KM dari pusat kota Jakarta. Berdasarkan data kelurahan Pulau Harapan ada bulan Mei 2014,
tingkat kunjungan mencapai 4.808 wisatawan dan bulan Oktober 2014 mencapai 5.346
wisatawan. Transportasi Masyakarat Umum dari Pelabuhan Muara Baru, Muara Angke, Jakarta
Utara dan Tanjung Pasir, Tangerang dilayani dengan kapal feri berjadwal dua kali sehari dari
Muara Baru menuju pulau-pulau pemukiman penduduk di kawasan Kep. Seribu, seperti: P.
Pramuka, P. Panggang dan P. Kelapa. Selain itu juga ada kapal nelayan yang dapat disewa yang
berangkat dari Muara Angke. Transportasi masyarakat umum dari Muara Angke adalah dengan
kapal kayu milik masyarakat pulau.
LOKASI
PULAU

WILAYAH KEPULAUAN SERIBU

PELABUHA

PELABUHAN

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Pulau Harapan terhadap
Ibu kota DKI Jakarta
Sumber: google Maps, diaskes 2019

Gambar 3.2 Peta Wilayah Pulau Harapan


Sumber: google Maps, diaskes 2019

3.3.1 Analisis Struktur Peruntukan Lahan

Berdasarkan fungsi area kawasan eksisting fungsi utama yang sudah ada, pertama kawasan
cagar alam yang berada di sisi utara pulau di fungsikan untuk cagar alam atau kawasan yang di
lindungi, pada kawasan sisi barat dan utara pulau di fungsikan sebagai tempat wisata permainan
air karena karakteristik terumbu karang dan perairan yang tenang.

Pada kawasan sisi selatan di fungsikan utamanya untuk kegiatan nelayan untuk wisatawan lebih
kepada menikmati pemandangan dan suasana kawasan laut. Dari fungsi-fungsi utama yang
sudah ada kawasan Pulau Harapan memiliki 2 fokus perancangan yang dapat dikembangkan
yaitu kawasan sisi Timur, Barat dan selatan.

Dari segi zonasi eksisting kawasan kurang tertata dengan baik, dengan tingkat kepadatan
bangunan yang cukup rapat pada kawasan sekitar pemukiman atau dari dermaga utama pintu
gerbang kawasan sampai pada pusat bongkar muat nelayan masyarakat.
Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir
Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
3.3.2 Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan

Intesitas pemanfaatan lahan di kawasan Pulau Harapan banyak di dominasi bangunan home stay
dan permukiman. Dengan banyaknya pemanfaat lahan sebagai penginapan dan permukiman
membuat kawasan menjadi padat. Kawasan Pulau Harapan dilihat dari bangunan yang sudah
terbangun KDB yang di pakai adalah 40% – 60%, dengan ketinggian bangunan 2 GSB 3-5 meter
dari tepi air laut. Dengan kemiringan kontur sekita 0% - 5 %.

Pemanfaatan lahan yang sudah ada pada kawasan berfokus kearah timur dan barat, dengan
tingkat kepadatan paling tinggi berada di sisi timur pulau.

Sisi timur dan barat pulau tersebut daerah paling aman untuk berenang dengan ombak yang
kecil dan dekat dengan kawasan hutan lindung cagar alam mangrove, sehingga banyak
bangunan seperti permukiman dan home stay yang terbangun.

3.3.3 Analisis Tata Bangunan

Bangunan eksisting banyak berada didaerah tengah pulau dengan tingkat kepdatan cukup tinggi,
bangunan kebanyakan terdiri dari homestay warga dan rumah permukiman warga itu sendiri.
Semakin kearah selatan tingkat kepadatan menurun dan ada beberapa lahan kosong.

Penataan bangunan permukiman kawasan pulau harapan sebagian besar mempertahankan


kondisi existing. Penataan bangunan selain terfokus pada kawasan permukiman warga juga pada
penambahan fasilitas kawasan lain seperti Kawasan dermaga, Penataan Kawasan Pasar,
Penataan Kawasan penginapan Homestay dan penginapan terapung dan Penataan Rumah
Warga pada sisi jalan.

Sepanjang garis sempadan laut tidak diperbolehkan mendirikan bangunan permanen kecuali
bangunan penunjang atrasksi kawasan seperti bangunan untuk menara pengawas.

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
Gambar 3.3 Tabel Data Analisis Tata Bangunan
Sumber: google Maps, diaskes 2019

Gambar 3.4 Peta Analisis Tata Bangunan 1


Sumber: google Maps, diaskes 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
Gambar 3.5 Peta Analisis Tata Bangunan 2
Sumber: google Maps, diaskes 2019

3.3.4 Analisis Sirkulasi Kawasan


Akses jalan dalam kawasan sudah tersedia, dimana jalan lingkungkan dengan lebar 1,5 meter –
1,8 meter mengitari kawasan pulau.

Kualitas jalan lingkungan pulau ada beberapa yang sudah cukup baik menataannya, namun
ada juga yang kurang baik. Jalan lingkungan pulau harapan berupa tanah yang ditutupi paving
block.

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
Gambar 3.6 Kondisi Jalan Lingkungan Eksisting Pulau
Harapan
Sumber: google Maps, diaskes 2019

Gambar 3.7 Tabel Data Analisis Sirkulasi Kawasan


Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
Gambar 3.8 Peta Analisis Sirkulasi Kawasan
Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

3.3.5 Analisis Ruang Terbuka Hijau


Kawasan pulau harapan sudah memiliki ruang terbuka hijau yang berupa taman bermain anak-
anak dan fasilitas gedung serba guna. Namun kondisi dan kualitas Ruang terbuka tersebut masih
jauh dari kata baik. Maka perlu ditata ulang beberapa ruang terbuka berupa taman dan area
bermain anak. Juga dapat berupa sebuah teater pertunjukan mini. Ruang terbuka selain di
gunakan untuk tanaman , juga di gunakan untuk area sosial ( taman bermain anak , area

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
olahraga). Disisi barat dan disisi timur pulau harapan juga sudah terdapat tumbuhan mangrove
yang ditanam oleh warga sebagai pagar agar tidak terjadi abrasi pantai dipulau harapan.

Gambar 3.9 Tabel Data Analisis Ruang Terbuka Hijau


Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Gambar 3.10 Peta Analisis Ruang Terbuka Hijau


Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
3.3.6 Analisis Tata Kualitas Lingkungan

Permasalahan persampahan yang ada di pulau harapan adalah masalah pengelolaan sampah
dan tempat penampungan sampah yang kurang memadai.

Pengelolaan sampah masih dilakukan secara individu oleh masyarakat dan kebanyakan masih
menggunakan cara yang tradisonal yaitu langsung dibakar tanpa ada pemisahan antara sampah
organik dan anorganik.

Permasalahan lain yang ada di pulau harapan adalah masalah jumlah lampu penerangan jalan
yang belum memadai sehingga apabila malam hari terlihat sangat gelap. Terutama penerangan
yang berada di sekitar jalan permukiman masih sangat sedikit sekali dan penerangan di sekitar
jalan utama pun juga belum memadai. Penggunaan lampu yang masih menggunakan lampu
biasa yang kurang hemat energi.

Agar mendukung kepada tema sustainable architecture tata kualitas lingkungan dapat
menggunakan teknologi terbarukan seperti penggunaan lampu dengan solar energy
memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber energi.

Juga untuk pengelolaan sampah lebih dianjurkan untuk melakukan pemisahan sampah organik
dan sampah non organik. Maka diperlukan sebuah tempat atau area khusus untuk pengelolaan
sampah dikawasan wisata. dimana sampah organik bisa di buatkan pupuk kompos agar bisa
digunakan untuk tanaman sekitar pulau.

Gambar 3.11. Peta Analisis Tata Kualitas Lingkungan


Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
3.3.7 Analisis Utilitas Dan Prasarana

Ketersediaan prasarana lingkungan disekitar kasawan pulau sudah tersedia seperti jaringan
telepon dan jaringan listrik sudah tersedia dimana jaringan listrik dan telepon menggunakan
jaringan kabel bawah tanah yang tersambung dari pulau jawa.

Namun permasalahannya adalah jumlah titik lampu penerangan yang kurang banyak dan juga
daya listrik yang perlu harus ditingkatkan sehingga tidak akan mengakibatkan terjadinya
pemadaman karena konsumsi listrik yang di gunakan akan bertambah.

Jaringan kabel listrik dan telepon dalam kawasan berada di atas permukaan bukan menggunakan
jaringan bawah tanah, hal ini yang mebuat kualitas pemandangan kurang baik karena banyak
kabel yang melintang dan tidak tertata dengan rapih.

Kualitas jaringan air bersih untuk kawasan pulau kurang cukup baik, dimana masyarakat
menggunakan sumur tanah untuk kebutuhan mandi dan susi dan air bersih untuk kebutuhan
memasak dan minum di suplai dari Kota Jakarta atau pulau jawa.

Didalam kawasan pulau belum memiliki sistem pemadam kebakaran seperti hydrant sebagai
antisipasi terjadinya kebakaran. Maka perlu direncanakan titik – titik penempatan hydrant di area
pemukinan masyarakat pulau harapan yang mencangkup seluruh kawasan pemukiman dan area
atraksi wisata pulau.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga maupun wisatawan, sebagai pilihan penyedian air
bersih dapat disuplai dengan penyulingan air laut menjadi air bersih siap minum. Dengan
menggunakan system penyulingan air laut sebagai sumber kebutuhan air utama, dapat
menghemat pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan air dalam kawasan wisata

Untuk Penataan jaringan listrik dan telepon direkomendasikan menggunakan jaringan bawah
tanah dengan penataan yang lebih baik. Perlu penambahan suplai daya listrik yang diperlukan
untuk kegiatan wisata dalam kawasan. Maka perlu alternative pembangkit listrik lain untuk
menyuplai daya listrik seperti pembangkit listrik dengan arus air laut dan arus angin.

Perlu direncanakan titik – titik penempatan hydrant di area pemukinan masyarakat pulau harapan
yang mencangkup seluruh kawasan pemukiman dan area atraksi wisata pulau. Selain itu bisa
ditambahkan alat tambahan yang ditempatkan disetiap kawasan baik itu Permukiman, Dermaga,
kawasan wisata dll sebagai alat pemadam kebakaran pertolongan pertama.

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
Gambar 3.12. Peta Analisis Utilitas Prasarana 1
Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Gambar 3.13. Peta Analisis Utilitas Prasarana 2


Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
4. Kesimpulan
4.1 Konsep Struktur Peruntukan Lahan

Gambar 4.1. Konsep Struktur Peruntukan Lahan


Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
4.2 Konsep Intensitas Pemanfaatan Lahan

Gambar 4.2 Konsep Intensitas Pemanfaatan Lahan


Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
4.3 Konsep Tata Bangunan

Gambar 4.3. Konsep Tata Bangunan 1


Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
Gambar 4.4. Konsep Tata Bangunan 2
Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
4.4 Konsep Sirkulasi Kawasan

Gambar 3.18. Konsep Sirkulasi Kawasan


Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
4.5 Konsep Ruang Terbuka Hijau

Gambar 3.19. Konsep Ruang Terbuka Hijau


Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
4.6 Konsep Tata Kualitas Lingkungan

Gambar 3.20. Konsep Tata Kualitas Lingkungan


Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
4.7 Konsep Utilitas dan Prasarana

Gambar 3.21. Konsep Utilitas dan Prasarana 1


Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
Gambar 3.22. Konsep Utilitas dan Prasarana 2
Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
Gambar 3.23. Konsep Utilitas dan Prasarana 3
Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.
5. Daftar Pustaka

Damanik dan Weber (2006: 1) Definisi pariwisata

Marpaung (2002:13) definisi pariwisata sebagai

United Nation Conference on Travel and Tourism dalam Pitana dan Gayatri (2005: 42)

Kotler dan Armstrong (2008:158) definisi perilaku berkunjung wisatawan

Solomon (Correia dan Crouch, 2004:122), definisi perilaku wisatawan

Swarbrooke dan Horner (2007:6) definisi perilaku wisatawan

J. Swarbroke (1998), Tourism Stream, action strategy, diambil dari Globe ’90
conferenceVancouver, Canada

Marioti dalam Yoeti (1996: 172) atraksi wisata

Publikasi Ilmiah Karya Tugas Akhir


Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, 2019.

Anda mungkin juga menyukai