Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RANGKUMAN WAWASAN SOSIAL BUDAYA

MARITIM PEKAN II
Dosen: Ahmad Ismail, S.Sos., M.Si

Disusun Oleh:

RATU ANASTACIA BALQIS ARIJADI


NIM : C021211052
KELAS PSIKOLOGI B

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
Mata Kuliah Wawasan Sosial Budaya Maritim masuk kedalam mata kuliah umum. Di mata
kuliah ini terdapat dua SKS diberlakukan sejak tahun ajaran 2001/2002 untuk menggantikan
Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar (IBD) dan Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD). Mata kuliah ini
diadakan berdasarkan pada gagasan perlunya partisipasi setiap program studi dari setiap
fakultas di Universitas Hasanuddin dalam rangka implementasi dan pengembangan Pola Ilmiah
Pokok (PIP) Universitas Hasanuddin. Pola ilmiah pokoknya yaitu ilmu-ilmu yang berkaitan
pemanfaatan sumber daya laut atau marine science, berkaitan dengan pelayaran dan jasa-jasa
laut lainnya. Oleh pihak pokok, ini merupakan rujukan orientasi pengembangan Universitas
Hasanuddin sebagai lembaga pendidikan tinggi karena itu diharapkan menjadi arah
pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi sekaligus memberikan nuansa spesifik kepada
berbagai disiplin ilmu yang dikembangkan di perguruan tinggi ini sehingga memberikan spirit
dan karakter khusus untuk membedakan dengan berbagai perguruan tinggi lainnya yang ada di
Indonesia. Jadi, nuansa kelautan pola ilmiah pokok dikembangkan secara tersebar pada berbagai
disiplin ilmu pengetahuan yang diasuh oleh fakultas fakultas yang ada di Universitas Hasanuddin
sekaligus dapat dikembangkan secara memusat pada sekumpulan disiplin ilmu yang membantu
program studi ilmiah itu secara melembaga dalam satu fakultas. Seperti contohnya di Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan yang spesifik membahas masalah kelautan dan beberapa program
studi di Fakultas Ilmu Sosial yang kebanyakan fokus pada kajian kemaritiman atau kelautan.
Peran semua program studi di bidang sosial, humaniora, dan eksakta diperlukan untuk
mewujudkan PIP Universitas Hasanuddin seperti yang terkandung dalam Visi Unhas “Unhas
sebagai pusat pengembangan budaya bahari”.

Dalam konteks ilmiah pokok dan visi Universitas Hasanuddin ini mempunyai dua fungsi
yaitu memberikan pengetahuan dan wawasan dasar sosial budaya kemaritiman bagi semua
mahasiswa Unhas untuk menjadi landasan dan acuan pengembangan masyarakat dan budaya
maritim terpadu khususnya di Indonesia. Pengetahuan dan wawasan kebaharian yang dimaksud
berkenaan dengan potensi lingkungan hidup, potensi lingkungan perairan kondisi sumber daya
laut, social demografi dan ekonomi, fakta sejarah, social budaya kebaharian terutama nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya. Fenomena social budaya kemaritiman di bidang prestasi
masyarakat yang berperan sebagai pendukungnya adalah manusia dalam wujud
kognitif/mental, perilaku, dan teknologi. Harapan dari pembelajaran mata kuliah ini dapat
menjadi proses penumbuhan spirit dan pembentukan karakter ke-Unhas-an atau Unhas identity,
yaitu penerapan budaya kemaritiman bagi semua civitas akademika Unhas pada umumnya dan
mahasiswa. Jadi, mahasiswa Universitas Hasanuddin diharapkan memiliki karakteristik identitas
kemaritiman yang memiliki adab kemaritiman yang kuat seperti yang dijelaskan pekan lalu saat
pertemuan perdana mata kuliah WSBM.

Suatu lembaga perguruan tinggi yang terkemuka bukan hanya diukur dari keluasan dan
kompleksitas serta pesatnya perkembangan program studinya tetapi juga pada kemampuan
membentuk dan memancarkan identitas diri keluar untuk dikenal oleh masyarakat pemanfaatan
prestasi akademik komunitas perguruan tinggi tingkat nasional dan internasional. Jadi ,
karakteristik ketertiban ini tujuannya adalah untuk memberikan ciri khas yang membedakan
dengan universitas-universitas yang lainnya, Misalnya di UGM menetapkan pada program
pengembangan pedesaan, di ITB dengan teknologi canggih atau hal-hal yang terkait dengan
perkembangan teknologi atau IPB di bidang pertanian dan perikanan yang dikembangkan. Maka,
di Universitas Hasanuddin sendiri karena ketepatan pemilihan pola ide pokok pada kelautan
ditunjukkan dengan beberapa faktor kebaharian. Yang pertama, sebagian besar wilayah
Indonesia ialah persen wilayah Indonesia adalah lautan dengan persentase 60% kemudian
bagian darat seluas kurang lebih 36% terdiri dari ribuan pulau pulau-pulau besar dan kecil jadi
itu merupakan fakta geografis. Kemudian yang kedua kawasan lautan dangkal dan dalam
mengandung sumber daya biota terutama sumber daya perikanan dengan ekosistem laut
terlengkap di dunia dan juga nonbiota cukup melimpah di Indonesia yang dapat menjamin
keberlangsungan kesejahteraan ekonomi di Indonesia jika dikelola dengan dan dimanfaatkan
secara bijaksana, berkelanjutan dan lestari. Lalu yang ketiga, sejak dulu masyarakat yang tinggal
di wilayah pesisir dari Sabang sampai Merauke itu menggantungkan hidupnya pada potensi
sumber daya laut terutama perikanan laut, pelayaran, industri, dan pertambangan. Pada
konteks pelayaran, industri kapal, kemudian kapal itu merupakan ekonomi kemaritiman yang
sangat potensial yang sampai saat ini Indonesia belum bisa maksimal mengelola potensi sumber
daya alam yang kita miliki. Kemudian yang keempat itu fakta sejarah, fakta sejarah menunjukkan
bahwa sebagian besar masyarakat nusantara sejak dahulu kala merupakan masyarakat
berbudaya maritime atau berbudaya bahari. Ditambah lagi dengan Laut Nusantara di masa lalu
berfungsi sebagai arena pergaulan antar masyarakat kerajaan-kerajaan maritim yang berbeda-
beda demikian halnya dataran dan lautan Nusantara berfungsi sebagai sarana pergaulan antara
warga dan negara, serta sebagai prasarana dalam mewujudkan integrasi bangsa yang utuh dan
kuat.

Dari fakta-fakta kemaritiman yang sudah disebutkan tadi, terlahirlah semboyan yang
sempat populer di Indonesia yaitu “Kita Kuat dan Berjaya di Laut.” yang berfungsi sebagai
pembangkit jiwa dan emosi perjuangan kelautan dan bermakna kelanggengan pada keteguhan
kehidupan kolektif kemaritiman bangsa Indonesia pada masa lalu hingga masa kini. Kemudian
Visi dan Misi yang diwujudkan antara lain melalui pembelajaran mata kuliah Wawasan Budaya
Maritim ini juga diperkuat dengan munculnya konsep benua maritim Indonesia dan
Pembangunan Benua Maritim Indonesia atau yang disebut juga PBMI yang direncanakan pada
tahun 1996 sebagai Tahun Bahari dan Dirgantara oleh Presiden Republik Indonesia. Pada tahun
1996 menurut dewan Hankamnas dan BPP teknologi adalah bagian dari sistem planet bumi yang
merupakan satu kesatuan alami antara darat, laut, dan udara atau Dirgantara, di atasnya secara
unik menampilkan ciri-ciri benua dengan karakteristik tersendiri yang menjadi wilayah yuridiksi
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lalu selanjutnya pada hakekatnya pembangunan nasional lebih memberikan penekanan


pada aspek-aspek maritim seperti pada definisi Pembangunan Banua Maritim Indonesia yang
merupakan pembangunan nasional yang lebih menekankan pada aspek-aspek kemaritiman atau
laut sebagai jalur transportasi. Hakekat lain dari konsep PBMI adalah sebagai salah satu wujud
aktualisasi wawasan nusantara yang telah lahir dan berkembang di masyarakat sebagai cara
pandang bangsa dalam melaksanakan pembangunan nasional. Benua Maritim Indonesia
dicetuskan melalui komitmen yang kuat dan tegas dari bangsa Indonesia untuk mengantisipasi
perkembangan dan kemajuan globalisasi melalui pendayagunaan dan pemanfaatan potensi
maritime. Jadi pada tahun 1996 BMI kemudian dikonsepsikan sebagai upaya untuk solusi
bagaimana arah pembangunan atau arah kebijakan pemerintah Indonesia pada waktu itu
kembali terkonsentrasi ke sektor-sektor kemaritiman yang sejak merdeka sampai tahun 1996
itu konsentrasi pembangunan Indonesia berada pada konteks dan agraris.

Dalam era globalisasi seperti ini menurut pandangan dewan Hankamnas dan BPP
teknologi perhatian bangsa Indonesia terhadap fungsi, peranan, dan potensi wilayah laut akan
semakin berkembang. Kecenderungan ini disebabkan oleh adanya perkembangan
pembangunan yang dinamis mengakibatkan semakin terbatasnya sumber daya alam di daratan
sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan ikut serta mendorong dan
mempermudah pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya laut. JAuh di masa depan, bisa
diprediksi terjadinya keterbatasan potensi sumber daya alam yang ada di wilayah daratan
sehingga memaksa atau memicu semangat Indonesia untuk terus memperhatikan potensi
sumber daya laut dan mempertahankan, mengelola sumber daya laut dan menjadikan laut
sebagai alternatif utama atau prioritas utama dalam pembangunan Indonesia.

Kemudian implementasi Visi dan pola ilmiah pokok Universitas Hasanuddin juga diperkuat
dengan fenomena perubahan kemaritiman secara global berupa pergeseran kutub perdagangan
dunia dari benua Eropa ke Amerika ke wilayah Asia Pasifik yang akan melibatkan puluhan negara
yang terletak di wilayah Asia yang khususnya di Asia Tenggara sehingga Indonesia sebagai poros
maritim atau terletak di posisi yang sangat strategis di antara benua Australia dan Benua Asia
yang besar kemudian diapit oleh dua Samudra Hindia dan Samudra Pasifik menjadikan Indonesia
memiliki posisi strategis dalam rantai jalur transportasi kelautan sehingga peran Indonesia
dalam membangun kebijakan-kebijakan transportasi laut, kebijakan-kebijakan jalur laut itu
sangat berarti dalam dunia. Dari penjelasan ilmiah pokok dan Visi Universitas Hasanuddin fokus
dan etos dari pembelajaran mata kuliah Wawasan Sosial Budaya Maritim atau WSBM ini dalam
kaitannya dengan implementasi Visi Universitas Hasanuddin. Fakta Kemaritiman Nusantara atau
Indonesia dan konsep BMI dan PBMI. Maka pembelajaran mata kuliah WSBM ini diharapkan
dapat memberikan kompetensi sebagaimana yang akan anda miliki nanti supaya mata kuliah ini
memberikan kompetensi kemudian pengetahuan, sikap, dan mental serta memiliki jiwa
kemaritiman. Kompetensi yang diharapkan adalah mahasiswa memiliki pengetahuan dan
wawasan kemaritiman berkenaan dengan potensi lingkungan perairan dan kondisi sumber daya
laut, sosial, demografi, dan ekonomi, fakta-fakta sejarah yang kita miliki dan masyarakat serta
kebudayaan maritim yang dimiliki Indonesia yang sangat beragam di dalam suatu kesatuan
negara Republik Indonesia. Tiap suku bangsa yang ada di Indonesia emmanfaatkan sumber daya
laut dengan arif. Yang kedua, pemahaman tentang system nilai budaya maritime atau maritimes
value cultural system menjadi pedoman bagi penataan dan pemantapan social system,
penguatan integrasi bangsa dan jiwa nasionalisme, pengembangan ekonomi, rekayasa
teknologi, seni kemaritiman yanga rif lingkungan di Unhas baik dalam konteks nasional maupun
global. Kemudian kompetensi yang ketiga itu adalah meningkatnya penghayatan dan apresiasi
mahasiswa terhadap komunitas masyarakat nelayan atau masyarakat maritime. Jadi kita semua
sebagai akademisi itu lebih bisa mengapresiasi terhadap masyarakat masyarakat maritim atau
hal-hal yang terlibat dalam sektor industri maritim, seperti transportasi, industri makanan,
kebudayaan itu sendiri atau masyarakatnya, komunitasnya misalnya komunitas nelayan,
pelayar, petambang, dan lain-lain. Kita harus lebih apresiasi terhadap mereka bahwa mereka
adalah pejuang maritime yang mencoba mengintegrasikan wilayah-wilayah Indonesia. Jasa-
jasanya terhadap masyarakat banyak di kawasan pantai, perkotaan dan di negara-negara
kepulauan di Indonesia.

Menurut saya Langkah Universitas Hasanuddin sudah tepat sekali mengambil Pola
Ilmiah Pokok atau PIP Kemaritiman selain karena faktor-faktoryang sudah dibahas, karena
Universitas Hasanuddin itu sendiri terletak di wilayah Indonesia bagian timur yang sangat
dekat dengan wilayah perairan Indonesia sehingga tentunya penetapan PIP Kemaritiman ini
mendukung nelayan, pelaut, ataupun penambang dan memberikan karakteristik yang khas dan
unik serta berbeda dari Universitas lain di bagian wilayah Indonesia lainnya.

Anda mungkin juga menyukai