Disusun oleh :
Kelompok 4
Mardiana (C021211034)
Suci Ramadani Rusdy (C021211053)
Alya Azzahra Putri (C021211048)
Nabila Fatmazahro (C021211036)
Salsabila Nadira Putri (C021211041)
Ratu Anastacia Balqis Arijadi (C021211052)
Kalila Widadzkia Aisyahna (C021211098)
Ainun Annisa Alam (C021211056)
ALIRAN FUNGSIONALISME
Salah satu pemimpin aliran fungsionalisme adalah William James (1842-1910), seorang
filsuf, dokter, sekaligus psikolog Amerika. James berpendapat bahwa pencarian struktur
pembangun pengalaman, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Wundt dan Titchener, adalah
usaha yang sia-sia dan membuang waktu karena otak dan pikiran terus-menerus berubah. Upaya
untuk menangkap sifat dasar pikiran melalui introspeksi, sebagaimana yang ditulis oleh James
(1890/1950), ibarat "menangkap gasing agar dapat melihat gerakannya atau mencoba menyalakan
lampu secepat mungkin untuk dapat melihat seperti apakah kegelapan itu".
Dari pernyataan James dalam menolak aliran Strukturalisme ini, Dia berpendapat bahwa
hal yang terpenting adalah arus kesadaran karena arus kesadaran ini terjadi secara terus menerus.
Akhirnya dari pernyataan ini dia menciptakan arus kesadaran. James tertarik dengan proses
kesadaran aktivitas (misalnya mengamati dan belajar) serta dia punya upaya untuk membagi
kesadaran menjadi beberapa unsur-unsur yang berbeda. Dari perspektif james inilah, fungsi
kesadaran adalah untuk membimbing perilaku yang akan membantu organisme beradaptasi
dengan lingkungan.
Ahli fungsionalis lainnya seperti John Dewey (1873 - 1954), James R. Angell (1869-1949)
dan Harvey Carr (1873 - 1954) di Universitas Chicago berpendapat bahwa psikologi seharusnya
mempelajari "apa yang dilakukan pikiran dan perilaku". Khususnya, mereka tertarik dalam
kenyataan bahwa pikiran dan perilaku itu adaptif, mereka dapat secara individual menyesuaikan
lingkungan yang berubah.
Sebagai pengganti keterbatasan diri mereka sendiri dalam deskripsi dan analisis pikiran,
ahli fungsionalis melakukan eksperimen dalam belajar, memori, pemecahan masalah dan motivasi,
serta membantu manusia dan binatang beradaptasi dengan lingkungannya. Jelasnya, seperti nama
dari sekolahnya yaitu fungsionalis, ahli psikologi mempelajari fungsi pikiran dan perilaku.
Fungsionalisme sangat cocok dengan perkembangan intelektual penting lainnya pada masa
itu, karya Charles Darwin (1809-1882). Pada tahun 1859, Darwin menerbitkan gagasan-
gagasannya dalam On the Origin of Species. Ia mengajukan prinsip seleksi alam (natural
selection), sebuah proses evolusioner yang lebih memilih trait atau karakteristik organisme yang
paling baik beradaptasi untuk bereproduksi dan bertahan hidup. Yaitu contohnya evolusi jerapah
berleher panjang. Keberlangsungan hidup jerapah berleher panjang merupakan hasil seleksi alam.
Seleksi alam lebih memilih trait atau karakteristik organisme yang paling dapat beradaptasi untuk
bertahan hidup dalam lingkungan tertentu.
Teori evolusi cocok dengan sudut pandang fungsionalisme karena penekanannya pada
fungsi keberlangsungan hidup dari karakteristik. Teori evolusi menyimpulkan bahwa kita saat ini,
paling tidak sebagian, adalah yang paling cocok untuk bertahan hidup dalam lingkungan kita.
James jelas-jelas dipengaruhi oleh karya Darwin. Pengaruh fungsionalisme pada psikologi terlihat
jelas saat ini dalam penerapan psikologi di bidang-bidang seperti bisnis dan pendidikan.
Wundt dan James secara umum tidak terkesan dengan sudut pandang masing-masing.
Wundt membandingkan mahakarya James, The Principles of Psychology dengan karya sastra: "It
is beautiful but it is not psychology". Sebaliknya, James menulis bahwa strukturalisme dari Wundt
memiliki banyak metode, tetapi tanpa pemikiran". Namun demikian, meskipun kedua pemikir
hebat ini tidak sepakat satu sama lainnya, masing-masing memiliki pengaruh yang besar dalam
pada ilmu psikologi.
Kelebihan Fungsionalisme :
a. Fungsionalisme menjawab pertanyaan yang sangat praktis tentang apa yang dicapai oleh pikiran,
atau proses mental. Sila “berpikir adalah untuk melakukan” adalah ciri khas fungsionalisme.
b. Fungsionalisme tidak bertitik tolak pada komposisi atau struktur mental yang terdiri dari elemen-
elemen, tetapi dari proses mental yang mengarah pada akibat-akibat yang praktis.
c. Fungsionalisme membantu organisme baik itu manusia maupun binatang untuk beradaptasi di
lingkungannya karena adanya arus kesadaran, pikiran dan perilaku yang mendukung mereka.
Kelemahan Fungsionalisme :
a. Manakala analisis fungsional berupaya untuk tidak berhenti pada metodologi pencarian hubungan
struktural namun terus mengarah ke suatu teori tentang asal mula atau persistensi struktur tertentu,
maka ia terkendala oleh keterbatasan logis yang itu ke itu juga. Karena pelekatan fungsi pada suatu
institusi selalu merupakan hal yang bersifat post hoc.
b. Penjelasan fungsional berlagak pura-pura arif dan masuk akal dalam memandang institusi beserta
fungsinya. Seolah ia menjelaskan lebih banyak daripada yang betul-betul ia jelaskan.
c. Analisis fungsional mempersoalkan pemeligaraan diri sistem, ia tidak dapat menjelaskan perubahan
struktural. Untuk menjelaskan perubahan struktural, orang harus mempertimbangkan bobot kausal
variabel-variabel tertentu. Artinya, haruslah ditentukan unsur, institusi, atau struktur mana yang
lebih mendasar, lebih “fungsional” daripada yang lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA