PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pandemi Covid-19 merupakan peristiwa luar biasa yang terjadi di luar
sistem yang dapat dikendalikan manusia. Segala aspek kehidupan manusia di
dunia terdampak akibat kejadian ini, termasuk dunia pendidikan di Indonesia.
Pemerintah telah mengambil keputusan besar untuk mencegah penularan virus
meluas di masyarakat, salah satunya adalah membuat kebijakan bahwa
pembelajaran dialihkan dari pola tatap muka menjadi pola jarak jauh. Serangkaian
kebijakan telah di disusun untuk dijadikan sebagai pedoman atau panduan dunia
pendidikan sebagai konsekuensi dari pelaksanaan pembelajaran pola jarak jauh.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan
Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar
Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Surat Edaran Nomor 15
ini untuk memperkuat Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19).
Tujuan dari pelaksanaan Belajar Dari Rumah (BDR) adalah memastikan
pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama
darurat Covid-19, melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk Covid-
19, mencegah penyebaran dan penularan Covid-19 di satuan pendidikan dan
memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik, dan
orang tua.
Terkait belajar dari rumah (BDR), Mendikbud menekankan bahwa
pembelajaran dalam jaringan (daring)/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan
menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.
Mendikbud mengajurkan bagi daerah yang sudah melakukan belajar dari rumah
agar dipastikan guru juga mengajar dari rumah untuk menjaga keamanan para
guru. Sesuai dengan Surat Edaran Nomor 15, dalam pelaksanaan BDR, materi
dapat difokuskan pada: 1) literasi dan numerasi; 2) pencegahan dan penanganan
pandemi COVID-19; 3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Gerakan
Masyarakat Sehat (Germas); 4) kegiatan rekreasional dan aktivitas fisik; 5)
spiritual keagamaan; dan/atau 6) penguatan karakter dan budaya. Amanat dari
Surat Edaran tersebut, sedapat mungkin dilaksanakan oleh sekolah dengan sebaik-
baiknya. Materi-materi pembelajaran diupayakan mampu mengintegrasikan fokus
dari pelaksanaan BDR yang sudah diuraikan sebelumnya.
Pendidikan karakter merupakan salah satu tujuan penting dari Pendidikan
Nasional Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Undang-undang tersebut jelas mengamanatkan bahwa tujuan
pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas secara intelektual, tetapi
juga harus mampu mencetak generasi yang bermoral dan berkarakter sesuai
dengan nilai, norma dan ajaran agama (cerdas spiritual dan emosional).
Pendidikan karakter telah tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 87
Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Dalam Pasal 3 PP tersebut
disampaikan bahwa PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila.
Jadi dalam hal ini generasi bangsa diharapkan dapat menaruh atau menempatkan
nilai-nilai karakter Pancasila dalam pandangan, pola pikir, cara bertindak, dan
bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Di masa sekarang, Pendidikan bukanlah lagi persoalan mentransfer
pengetahuan secara eksplisit dari guru ke siswa. Pembelajaran jarak jauh tidak
akan diperoleh hanya dengan mengubah proses pembelajaran dari papan tulis
menjadi papan virtual ataupun dari kelas konvensional tatap muka menjadi kelas
online. Sekolah sebagai lembaga ujung tombak pendidikan harus merubah pola
pembelajaran keterampilan sains dan teknologi yang selama ini dilakukan, dari
pembelajaran satu arah dan berorientasi hafalan menuju pembelajaran yang
mengedepankan keterampilan belajar secara mandiri dan berkelanjutan.
Pembelajaran harus senantiasa mengupayakan pengembangan kemampuan literasi
bagi peserta didik.
Sebelum adanya wabah corona peserta didik dapat langsung mendapatkan
role model dari karakter yang ditunjukkan melalui sikap dan tutur kata guru. Hal
ini mungkin terjadi karena kegiatan belajar mengajar dilakukan di sekolah secara
rutin dilakukan guru maupun siswa yang menyebabkan siswa lebih banyak waktu
di lingkungan sekolah sehingga kegiatan ini secara tidak langsung menanamkan
pendidikan karakter kepada siswa. Kegiatan literasi pada pembelajaran
konvensional juga lebih mudah dilaksanakan melalui kegiatan pembiasaan
membaca yaitu melalui kegiatan membaca buku selama 15 menit sebelum
pembelajaran dimulai. Pola literasi tersebut merupakan kegiatan yang terstruktur
dan terukur.
Keberadaan belajar dari rumah (BDR) merupakan hal yang baru bagi guru
maupun siswa. Pola BDR mau tidak mau merubah semua strategi dan pola
pembiasaan di sekolah. Sehingga sekolah perlu menyusun strategi baru agar
kegiatan penanaman PPK dan literasi dapat tetap dilaksanakan dengan baik,
sesuai yang diamanatkan pemerintah melalui Menteri Pendidikan melalui Surat
Edaran Nomor 15. Upaya sekolah diimplementasikan melalui kegiatan kurikuler/
pembelajaran dan ekstrakurikuler serta melalui optimalisasi pelayanan Bimbingan
Konseling (BK). Sedangkan pengembangan literasi diintegrasikan pada
pembelajaran melalui pola belajar dari rumah. Berdasarkan hal tersebut, maka
sekolah perlu menuliskan pengalaman terbaiknya dalam upaya menanamkan PPK
melalui laporan Best Practice yang berjudul “Penanaman PPK dan
Pengembangan Literasi melalui pola Belajar dari Rumah (BDR)”.
A. Simpulan
Simpulan yang dihasilkan dari Best Practice ini adalah
1. Penanaman PPK dapat dilaksanakan pada pola belajar dari rumah (BDR),
dengan cara mengintegrasikannya pada pembelajaran yang dapat dilakukan
oleh seluruh mata pelajaran baik secara umum ataupun secara khusus yaitu
integrasi dengan materi pembelajaran.
2. Pengembangan literasi dapat dilaksanakan pada pola belajar dari rumah
(BDR), dengan cara mengintegrasikannya pada pembelajaran yang dapat
dilakukan oleh seluruh mata pelajaran. Literasi diberikan dalam bentuk
penugasan, sehingga ada tagihan nilai dari guru.
B. Saran
Saran untuk perbaikan kegiatan yang serupa di masa mendatang adalah
penanaman PPK dan pengembangan literasi harus direncanakan oleh guru.
Rencana integrasi PPK dan literasi harus disusun dalam suatu rancangan yang
terperinci, sehingga akan sangat mudah dilaksanakan oleh guru. Dalam situasi
yang sama seperti saat ini, yaitu masa pandemi sebaiknya penugasan literasi juga
harus diberkan secara bijak, sehingga tidak membebani peserta didik namun tetap
bermakna.
DAFTAR PUSTAKA