Anda di halaman 1dari 4

Judul Modul 2.

Semantik dan Wacana


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Hubungan Bentuk dan Makna
2. Eufimisme
3. Wacana
4. Pragmatik
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep Jenis Makna
(istilah dan definisi) di Hubungan Bentuk Leksikal
Gramatikal
modul ini dan Makna
Referensial
Nonreferensial
Denotatif
Konotatif
Hubungan Literal
Bentuk dan Figuratif
Makna

Sinonim, Antonim,
Homonim, Polisemi,
Ambiguitas, Redundansi

Faktor
Perubahan Penyebab
Makna perubahan,
Semantik dan Jenis-jenis
Wacana Eufimisme perubahan

Referen
Eufimisme,
Eufimisme Manfaat
Eufimisme

Disfemisme

Konsep Wacana
Wacana

Leksikal
Kohesi Gramatikal

Koherensi
Pragmatik

Konsep Prinsip
Pragmatik Prinsip
Kerja
Kesatuan
sama
Istilah dan Definisi
KB 1. Hubungan Bentuk dan Makna
1) Arbitrer : semaunya/ sesukanya
2) Makna leksikal : makna sesungguhnya mengenai gambaran yang
nyata tentang konsep yang dilambangkan
3) Makna gramatikal : makna yang muncul karena adanya proses
gramatikal. Makna ini terjadi karena adanya hubungan antarunsur
bahasa dalam satuan yang lebih besar, misalnya kata turunan, frasa,
atau klausa
4) Makna referensial : makna yang berkaitan langsung dengan sumber
yang menjadi acuan. Makna ini mempunyai hubungan dengan
makna yang telah disepakati bersama
5) Makna nonreferensial : makna yang tidak memiliki acuan
6) Makna denotatif : makna yang sesungguhnya
7) Konotasi : seperangkat gagasan atau perasaan yang mengelilingi
leksem tersebut dan juga berhubungan dengan nilai rasa yang
ditimbulkan oleh leksem tersebut
8) Makna literal : makna harfia atau makna lugas
9) Makna figuratif : makna yang menyimpang dari referennya. Dalam
makna figuratif, makna satuan disimpangkan dari referen yang
sesunggunya
10) Makna Primer : Makna yang dapat diketahui tanpa bantuan konteks
11) Makna sekunder : makna satuan kebahasaan yang baru dapat
didentifikasikan dengan bantuan konteks
12) Sinonim : bentuk bahasa yang memiliki makna kurang lebih sama
atau mirip, atau sama dengan bentuk lain
13) Antonim : kata-kata yang dianggap memiliki pertentangan makna
14) Homonimi : kata yang ditulis dan dilafalkan dengan cara yang
sama dengan kata yang lain, tetapi maknanya berbeda
15) Polisemi : satuan bahasa yang memiliki lebih dari satu
16) Ambiguitas: makna ganda
17) Redundansi : pemakaian unsur segmental yang berlebihan

KB 2. Eufimisme
1) Perluasan makna : makna sekarang lebih luas daripada makna
terdahulu
2) Penyempitan makna : terjadi ketika sebuah kata yang pada awalnya
mempunyai makna yang luas kemudian maknanya berubah menjadi
lebih sempit
3) Ameliorasi : kosakata atau ungkapan menjadi lebih halus, tinggi,
hormat daripada kosakata pilihan yang lainnya
4) Peyorasi : makna kata atau yang mempunyai makna lebih rendah,
kasar, atau kurang sopan
5) Sinestesia : perubahan makna ini disebabkan karena pertukaran
tanggapan indra, seperti pendengaran, pengecapan, dan penglihatan
6) Asosiasi : makna yang berupa perumpamaan karena kesamaan sifat
7) Metafora : dengan pemakaian kata kiasan yang memiliki kemiripan
makna.
8) Eufimisme : penggantian suatu bentuk kata yang bernilai rasa kasar
dengan bentuk yang dirasa lebih halus dan sopan
9) Disfemisme : tuturan yang kasar dan juga menyakitkan mitra tutur.

KB 3. Wacana
1) Kohesi : hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan secara
eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-
kalimat yang membentuk wacana
2) Koherensi : pertalian atau jalinan antarkata, klausa, atau kalimat
dalam sebuah teks
3) Repetisi: pengulangan
4) Kolokasi : penggunaan dua kata atau lebih secara bersama- sama
untuk membentuk kesatuam makna
5) Referensi : informasi atau keterangan yang telah dirujuk sebelum
atau sesudahnya
6) Referensi eksofora : perujukan atau pengacuan di luar teks dan
bersifat situasional
7) Referensi endofora : pengacuan kata-kata yang berada di dalam teks
8) Referensi anafora : referensi yang merujuk pada sesuatu yang telah
disebutkan sebelumnya
9) Referensi katafora : referensi yang merujuk pada kalimat setelahnya
10) Subtitusi : penggantian unsur bahasa dengan unsur bahasa yang
lain
11) Konjungsi : penghubung antara gagasan yang satu dengan
lainnya
12) Elipsis : pelesapan yang terdapat pada kalimat

KB 4. Pragmatik
1) Performance : tingkatan berbahasa orang-orang yang didasarkan
atas competence
2) Competence : seperangkat aturan bahasa
3) Maksim Kuantitas : memberikan informasi secukupnya dan jangan
memberikan informasi melebihi yang diperlukan
4) Maksim kualitas : mengatur penutur untuk tidak mengatakan
sesuatu yang menurutnya salah atau keliru. Selain itu, penutur
jangan mengatakan sesuatu yang tidak ada buktinya
5) Maksim Relevansi : tuturan yang satu dengan yang lainnya harus
ada keterkaitan satu sama lain.
6) Maksim Pelaksanaan: maksim cara mengatur agar para peserta
tutur menghindari pernyataan-pernyataan yang samar, menghindari
ketaksaan, dan mengusahakan agar pernyataan yang disampaikan
ringkas, teratur, tidak berpanjang lebar dan bertele-tele.
7) Maksim Kearifan: penutur meminimalkan kerugian pada atau
memberikan keuntungan kepada orang lain sebesar mungkin.
8) Maksim Kedermawanan : digunakan untuk menghormati mitra
tutur. Salah satu cara untuk menghormati orang lain adalah
mengurangi keuntungan bagi dirinya dan memaksimalkan
keuntungan bagi orang lain
9) Maksim Pujian : tuturan yang diharapkan dalam maksim ini adalah
agar penutur sering memuji orang lain
10) Maksim kerendahaan hati: mengatur peserta tutur untuk bersikap
rendah hati, yaitu mengurangi pujian terhadap diri sendiri
11) Maksim Kesepakatan/ Kecocokan: peserta tutur harus
meminimalkan ketidaksepakatan antara diri sendiri dan orang lain
terjadi sekecil mungkin
12) Maksim Simpati: mengurangi antipati antara diri sendiri dan orang
lain dan meningkatkan rasa simpati antara diri sendiri dan orang lain

2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Materi tentang Wacana


di modul ini
3 Daftar materi yang sering 1. Kohesi dan Koherensi
mengalami miskonsepsi

Nama : Mediyansyah
Tugas : Modul 2. Semantik dan Wacana
Prodi : Bahasa Indonesia
Instansi : SMP Negeri 4 Metro

Anda mungkin juga menyukai