Anda di halaman 1dari 55

Project Semantik

Kelompok 3 (2 PB 2)

1. Dinda Putri Rahmawati 1201619015


2. Ida Ayu Btari Rahma Dewi 1201619016
3. Nur Fadiah Rahmah 1201619008
4. Rakha Satria 1201619038
5. Zahira Nur Arifah 1201619018
02
Relasi Makna
Definisi
 Hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa
yang satu dengan satuan bahasa yang lain (Chaer, 2015:
297).
 Satuan bahasa dapat berupa kata, frase, klausa, maupun
kalimat.
 Pada dasarnya prinsip relasi makna ada empat jenis, yaitu
prinsip kontiguitas (sinonimi), prinsip komplementasi
(antonimi), prinsip inklusi (hiponimi), prinsip overlaping
(homonimi), dan polisemi.

Damayanti, Rini. (2017). Modul Semantik Bahasa Indonesia. Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Sinonimi
Kridalaksana (1993) dalam Kamus
Linguistik, sinonim adalah bentuk
bahasa yang maknanya mirip atau
sama dengan bentuk lain; kesamaan
itu berlaku bagi kata, kelompok kata,
atau kalimat, walaupun umumnya
berupa kata-kata saja.

BBM 7 Ilmu Semantik. Bandung: UPI.


Sinonim termasuk dalam prinsip kontiguitas yaitu prinsip
yang menjelaskan bahwa beberapa kata dapat memiliki
makna sama atau mirip. Chaer (1994) menjelaskan
bahwa dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak
akan persis sama.

Damayanti, Rini. (2017). Modul Semantik Bahasa Indonesia. Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Hal-hal yang Menyebabkan Sinonim

01 03
02 Makna emotif
dan evaluatif
Penyerapan
kata-kata asing Penyerapan
kata-kata daerah

BBM 7 Ilmu Semantik. Bandung: UPI.


Contoh Sinonim

Sudah - Telah Pintar - Pandai

Meninggal - Wafat Semua - Seluruh

Damayanti, Rini. (2017). Modul Semantik Bahasa Indonesia. Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Prinsip komplementasi, prinsip yang
menjelaskan makna kata yang satu
berlawanan dengan makna kata yang lain
atau disebut antonim.

— Antonim —

Masduki. Relasi Makna (Sinonimi, Antonimi, dan Hiponimi) dan Seluk Beluknya. Prosodi. 7. Diakses dari https://journal.trunojoyo.ac.id/.
Antonim adalah hubungan semantik antara dua buah
ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan,
pertentangan, atau kontras.

BBM 7 Ilmu Semantik. Bandung: UPI.


Oposisi dalam Antonim

01 02
Oposisi Kembar Oposisi Majemuk
Perlawanan kata yang merupakan Oposisi yang mencakup suatu
pasangan atau kembaran yang perangkat terdiri dari dua kata
mencakup dua anggota. Contoh: atau satu kata berlawanan
laki-laki dan perempuan, miskin dengan dua kata atau lebih.
dan kaya, ayah dan ibu. Contoh: diam antonim dengan
bergerak, berbicara, berjalan.

Damayanti, Rini. (2017). Modul Semantik Bahasa Indonesia.


Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Oposisi dalam Antonim

03 04
Oposisi Relasional Oposisi Hirarkis
Oposisi antara dua kata yang Oposisi yang terjadi karena
mengandung relasi kebalikan setiap istilah menduduki derajat
atau pertentangan yang bersifat yang berlainan (berupa nama
saling lengkapi. Contoh: satuan ukuran). Contoh: meter-
menjual-membeli, suami-istri. kilometer, kilogram-ton.

Masduki. Relasi Makna (Sinonimi, Antonimi, dan Hiponimi) dan Seluk Beluknya. Prosodi. 7. Diakses dari https://journal.trunojoyo.ac.id/.
Oposisi dalam Antonim

05
Oposisi Inversi

Oposisi berupa kata beberapa-semua, mungkin – wajib. Contoh:


beberapa negara memiliki musim salju = tidak semua negara memiliki
musim salju.

BBM 7 Ilmu Semantik. Bandung: UPI.


Damayanti, Rini. (2017). Modul Semantik Bahasa Indonesia. Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Homonim
Prinsip overlaping, yang
menjelaskan bahwa satu
kata memiliki makna yang
berbeda atau kata-kata
yang sama bunyinya tetapi
maknanya berbeda.
Homonim yang homograf dan homofon
01 adalah sama bunyi dan bentuknya.
Contoh: Bisa = sanggup;dapat, bisa =
racun ular.

Homonim yang tidak homograf tetapi


02 homofon (bentuknya tidak sama, bunyi
sama). Contoh: sangsi = ragu, sanksi =
hukuman.
Homonim yang homograf dan tidak
03 homofon adalah sama bentuk dan berbeda
bunyi. Contoh: apel = buah, apel =
upacara.

BBM 7 Ilmu Semantik. Bandung: UPI.


Hiponim
Hiperhim atau
superordinat
Yang mencakupi semua makna atau
kebalikan dari hiponim adalah
superordinat.
Contoh
Superordinat : bunga
Prinsip Inklusi
Hiponim : mawar, melati, tulip.
Menjelaskan bahwa
makna satu kata
mencakup beberapa
makna kata lain.
Djajasudarma, 1993: 48
Hiponim adalah kata yang memiliki
komponen makna kata lainnya, tetapi tidak
sebaliknya.
Damayanti, Rini. (2017). Modul Semantik Bahasa Indonesia. Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Polisemi

Kridalaksana
(1993:175-176) Contoh
Polisemi adalah -Kepala = bagian tubuh; ketua
pemakaian bentuk bahasa Definisi atau pimpinan; bagian yang
seperti kata, frase, dan Polisemi ialah sebuah berada di atas atau depan.
sebagainya dengan kata atau suatu ujaran -- Kambing hitam = kambing
makna yang berbeda- yang mempunyai makna berbulu hitam; seseorang yang
beda. lebih dari satu. tidak bersalah tetapi
dipersalahkan.
BBM 7 Ilmu Semantik. Bandung: UPI.
Contoh dalam
Media
Elektronik
03
Faktor Penyebab
01
Faktor Kebahasaan (Linguistic
Causes) 02
Berkaitan dengan fonologi, morfologi, dan Faktor Sosial
sintaksis. Contohnya: dahulu kata sahaya
berati budak, tetapi kini berarti saya.
(Social Causes)
Berkaitan dengan perkembangan makna
kata dalam masyarakat. Contoh: kata
gerombolan makna dahulu orang yang
berkumpul atau kerumunan orang, kini
berarti pemberontak atau pengacau.
03. Faktor Kesejarahan (Historical
Causes)
Faktor Institusi
Faktor Objek Misalnya kata rukun dahulu bermakna
kerukunan antara warga, antar tetangga-tetangga/
antar warga-warga. Kini pengertiannya sudah
meluas, untuk institusi resmi.

Faktor Konsep Ilmiah Faktor Ide


Misalnya kata volt dahulu dikaitkan dengan sang Misalnya kata simposium dahulu
penemunya, Allessandro Voltas. bermakna untuk bergembira (minum,
makan, berdansa), kini bermakna
pertemuan ilmiah.
04. Faktor Psikologis (Psychological
Causes)

01
faktor emotif
02
(emotif factor) kata-kata tabu
Misalnya kata bangsat dahulu dikaitkan dengan
binatang yang biasa menggigit jika kita duduk di kursi
rotan karena binatang itu hidup di sela-sela anyaman
rotan, kini maknanya manusia yang malas yang
kelakuannya menyakitkan hati.
kata-kata tabu, terdiri atas:

01 02
tabu karena
03
tabu karena ingin
tabu karena takut (taboo
menginginkan dikatakan sopan
of fear)
kehalusan kata (taboo (taboo of
Misalnya kata menaikkan harga
(dapat menimbulkan gangguan of delicacy) propriety)
keamanan) diganti kata
menyesuaikan harga. Misalnya kata makan diganti kata Misalnya Kata WC, toilet,
bersantap dan mencicipi, padahal kakus diganti kata kamar kecil
berbeda maknanya atau kamar belakang.
06. Kebutuhan
Kata yang Baru
05. Pengaruh Ini akibat perkembangan konsep baru namun belum ada
Bahasa Asing lambangnya tetapi perlu nama atau kata baru karena
bahasa adalah alat komunikasi. Contoh karena bangsa
Indonesia merasa kurang enak menggunakan katasaudara
Ini terjadi disebabkan oleh interaksi maka muncullah kata Anda. Kata saudara pada mulanya
antara sesama bangsa, tak dapat dihubungkan dengan orang yang sedarah dengan kita tapi
dihindari. Contoh kata dari bahasa kini kata saudara digunakan untuk menyebut siapa saja.is
Belanda: andil (aandeel), dokumentasi the farthest planet from the Sun and the fourth-largest one
(documentatie), insiden (incident), dan
lain-lain.
04
Perubahan
Makna
Penyempitan Makna
(Spesialisasi)
Menurut Chaer (1990: 147)
Perubahan makna menyempit adalah gejala yang
terjadi pada sebuah kata yang mulanya memiliki
makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi
terbatas hanya pada sebuah makna saja.

Contoh:
Tempat sampah RT 02 sangat bau.

Kata “Bau” dulu maknanya ialah aroma wangi maupun busuk,


tetapi sekarang bemakna aroma busuk saja.
Perluasan Makna (Generalisasi)
Perubahan makna meluas juga dapat diartikan bila suatu bentuk kebahasaan
mengalami berbagai penambahan makna dan keseluruhannya digunakan
secara umum. Misal kata menarik yang semula berkaitan dengan tali,
maknanya meluas hingga dapat pula diartikan “cantik”, “cakap” (Aminuddin
1988 : 130)

Contoh:
Sekarang Nina sudah menjadi mahasiswa, bukan lagi siswa.
Kata “Mahasiswa” dan kata “Siswa” dalam pemakaian
bahasa Indonesia tidak hanya mengacu pada mahasiswa
atau pelajar yang berkelamin pria, tetapi juga pelajar yang
berkelamin wanita.
Peninggian Makna (Ameliorasi)
Suwandi (2011: 164)
Peninggian makna atau ameliorasi adalah proses perubahan makna kata yang
mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tinggi, hormat, atau baik
nilainya dari pada makna yang lama atau semula.
Ameliorasi terjadi ketika makna suatu kata yang awalnya dirasakan rendah
nilainya kemudian berubah menjadi lebih tinggi atau lebih baik nilainya.

Contoh:
pembantu – asisten rumah tangga (Kata asisten rumah tangga menjadi lebih
sopan diucapkan dibandingkan kata pembantu)
● Mbok Iyem sudah bekerja sebagai pembantu di keluarga kami sejak Ibu
dan Ayah baru menikah.
● Mbok Iyem sudah bekerja sebagai asisten rumah tangga di keluarga kami
sejak Ibu dan Ayah baru menikah.
Penurunan Makna (Peyorasi)
Nugraheni (2006:9)
Berkebalikan dengan emeliorasi, peyorasi merupakan perubahan makna, di
mana suatu kata yang dimasa lampau maknanya dianggap baik, namun
apabila digunakan pada masa sekarang akan memiliki nilai rasa yang
rendah dan dianggap kata-kata kasar.

Contoh:
Meninggal – mati
• Rentenir itu kini telah meninggal dunia. (sebelum mengalami proses perubahan makna
peyorasi)
• Rentenir itu kini telah mati. (setelah mengalami proses perubahan makna peyorasi)

Kata meninggal memiliki makna yang sama dengan makna peyorasinya, “mati”. Namun kata
“mati” lebih terkesan tidak sopan dibandingkan kata “meninggal” jika dipakai untuk
manusia.
Pertukaran Makna (Sinestisia)
Sinestetia adalah perubahan makna yang terjadi
akibat pertukaran tanggapan antara indera yang
berbeda (tarigan,2009:88)

Pengetahuan dasar dibidang ini membantu saya menajamkan karya.


Kata menajamkan pada kalimat tersebut merupakan perubahan
makna jenis pertukaran (sinestesia) karena mengalami perubahan
makna akibat pertukaran tanggapan indera. Kata menajamkan pada
kalimat tersebut memiliki makna ‘membuat jadi jelas’yang berkaitan
dengan penglihatan. Sedangkan makna yang lainnya berkaitan
dengan indera kulit, yang berarti tajam ‘pisau” apabila terkena kulit
atau tubuh terasa sakit.
Persamaan Makna (Asosiasi)

Asosiasi adalah perubahan makna yang terjaadi


sebagai akibat persamaan sifat
(tarigan,2009:90).
Metafora atau Perbandingan

Metafora adalah perubahan makna suatu kata dari arti sesungguhnya menjadi
arti kiasan. Menurut pandangan retorika Aristoteles (Bagus, 1993: 43),
metafora merujuk pada sebuah kata yang digunakan dalam arti yang berubah.

Contoh:
Barack Obama menjadi singa podium saat pemilihan
presiden Amerika Serikat.

Singa podium adalah sebuah kiasan yang dapat diartikan


bahwa Barack Obama sangat fasih saat berbicara di depan
khalayak umum sehingga menyerupai seekor singa
Kata Meninggal yang seharusnya
memiliki makna sudah tidak bernapas.
Jadi, termasuk ke dalam faktor
penyebab yaitu Kata – Kata Tabu.
Karena, seharusnya apabila memang
enak sekali tidak harus menjadi
meninggal.
05
Ungkapan Tabu
Definisi Tabu
Menurut Cook dalam Sumarsono (2007: 258) tabu merupakan sebuah istilah yang
komprehensif akan tetapi pada umumnya menunjukkan sesuatu yang dilarang. Hal ini,
menjelaskan bahwa tabu sama dengan pantangan atau larangan secara sosial, tindakan dan
budaya.

Fromkin & Rodman (dalam Sutarman, 2017: 15) mendefinisikan “tabu”


sebagai kata-kata yang tidak boleh digunakan, setidak-tidaknya tidak dipakai di
tengah masyarakat beradab.

Kata-kata tabu adalah kata-kata yang tidak seharusnya diucapkan secara langsung pada orang lain
sehingga diperlukan istilah lain yang dianggap lebih halus dan dapat diterima orang lain dengan
memperhatikan nilai kesantunan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga hubungan baik
antarpenutur bahasa dari rasa ketidaknyamanan dan kesalahpahaman.
Kridalaksana (2008: 233) membagi kata tabu menjadi dua, yaitu:

Tabu Tabu
Negatif Positif

Kata atau ungkapan yang dilarang Kata-kata atau ungkapaan yang


karena kekuatan yang mencemarkan dilarang karena kekuatan yang
atau merusak kekuatan hidup membahayakan.
seseorang.

Freud Sumarsono (2007:258) mendefenisikan makna ungkapan tabu dan bagaimana


implikasinya, yakni makna ungkapan tabu bercabang menjadi dua arah yang berlawanan.
Di satu pihak tabu berarti suci atau disucikan tetapi di pihak lain kata itu berarti tidak
alamiah (misterius), berbahaya, dilarang, dan tidak bersih.
Penyebab Kemunculan Kata Tabu

Wijana dan Rohmadi (2012) menyatakan bahwa berdasarkan motivasi psikologis yang
melatarbelakangi, kata-kata tabu muncul karena tiga hal:

1. Adanya sesuatu yang menakutkan, seperti penyebutan nama


makhluk halus atau sesuatu hal gaib.
2. Sesuatu yang tidak mengenakkan perasaan, seperti menyebut
nama penyakit atau kematian.
3. Sesuatu yang tidak pantas atau tidak santun, seperti ujaran yang
berkaitan dengan seks, bagian tubuh dan fungsinya, serta
beberapa kata makian.
Contoh Ungkapan Tabu

Buta Buang air


Dia tidak bisa berjalan Maaf, Bu, saya izin mau
sendiri karena matanya buang air.
buta.
Frasa “buang air” dianggap
Kata “buta” dianggap tidak tabu karena tidak pantas
santun karena bisa diucapkan, terlebih dalam
menyinggung pihak tertentu. ragam formal. Sebaiknya
Oleh karena itu, lebih baik diganti dengan frasa “kamar
diganti dengan “tunanetra”. kecil” atau kata “toilet”.
Strategi Menghindari
Ungkapan Tabu
• Gunakan eufimisme (ungkapan yang berbentuk kata/frasa
yang dianggap lebih halus dan sopan)
• Gunakan metafora atau kiasan
• Menggunakan kata lain.
• Menciptakan kata dengan “tuna”, contoh tunanetra.
• Mengikuti perkembangan zaman, contoh kata “kuli”
diganti jadi “pekerja atau karyawan”.
Contoh Ungkapan Tabu Terkini
Meninggal
Kata “meninggal” atau yang menyangkut kematian
dianggap tabu karena oleh beberapa masyarakat kata
tersebut dikaitkan dengan doa.

Melihat konteks kalimatnya, jika makanan tersebut enak,


seharusnya membuat bahagia dan bertenaga, bukan malah
seperti ingin meninggal.

Sebaiknya, kalimat tersebut tidak dilebih-lebihkan dengan kata “meninggal”. Dengan


menggunakan kata “Enak banget” saja sebenarnya sudah bisa menjelaskan
maksudnya. Bisa juga kata “meninggal” diganti dengan kiasan “Seperti makanan
surga” atau kalimat lain yang mengandung makna positif.
06
Kesesuaian
Semantik dan
Sintaksis
Kesesuaian Semantik dan Sintaksis
Semantik dan sintaksis saling berhubungan. Satuan sintaksis yaitu kata, frasa, klausa, dan kalimat, jelas
ada maknanya. Keduanya harus sesuai agar kalimatnya dapat berterima.

Contoh:
1. Bupati membaca koran. (Berterima)
2. Kucing membaca koran. (Tidak berterima)
3. Bupati membaca pensil. (Tidak berterima)

Kata kerja “membaca” memerlukan S (manusia) dan O (bacaan/tulisan)

4. Bupati berciri makna (+ manusia) dan koran berciri makna (+ bacaan)


5. Kucing berciri makna (- manusia)
6. Pensil berciri makna (- bacaan)
Contoh dari Fenomena
Terkini

Images reveal large amounts of


data, so remember: use an image
instead of long texts
07
Kesesuaian Semantik dan
Pragmatik
Kesesuaian Semantik dan Pragmatik
semantik sama pragmatik memiliki kesamaan fokus yaitu mempelajari makna kata kata suatu bahasa, tetapi
semantik mempelajari makna kata kata dan artinya sedangkan pragmatik mempelajari makna kata kata dengan
konteksnya.

Contoh:
• Rumah makan padang
Secara semantik dapat diartikan kalimat diatas adalah rumah orang padang makan, sedangkan secara pragmatik
memiliki konteks rumah yang menyajikan makanan khas padang.
• Mas, nasi goreng dua
Secara semantik memiliki arti membeli nasi goreng dua, entah membeli dua plastik atau dua bungkus.
Secara pragmatik memiliki konteks secara tulisan itu kurang jelas maksudnya, jika dilakukan dengan tuturan
memiliki konteks membeli nasi goreng dua bungkus .
Contoh Fenomena Terkini

• Semantiknya adalah Makan opor ayam gudek bu


sugeng

• Pragmatiknya adalah makan opor ayam dan


gudeg punya bu sugeng atau makan opor ayam
dan gudeg buatan bu sugeng.
Contoh Fenomena Terkini

Pragmatiknya adalah Tindak Tutur:


• Lokusi
Makan opor ayam gudeg bu sugeng,
enak sekali sampai rasanya seperti
mau meninggal.
Contoh Fenomena Terkini

• Ilokusi
Mengajak orang lain untuk makan di
warung makan Bu Sugeng,
Contoh Fenomena Terkini

• Perlokusi
Supaya orang – orang ikut mencoba
opor ayam dan gudeg Bu Sugeng.
08
Konsep Diksi
Konsep Diksi
Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya
berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi
juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Enre (1988: 102) Menjelaskan bahwa
diksi ialah pilihan kata dan penggunaan kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin
dinyatakan dalam pola suatu kalimat.

Diksi memiliki ciri-ciri, yaitu:


• Tepat dalam pemilihan kata untuk dapat mengungkapkan gagasan atau juga hal-hal yang diamanatkan
• Dapat digunakan untuk dapat membedakan secara tepat nuansa makna serta bentuk yang sesuai dengan
gagasan serta juga situasi serta nilai rasa pembaca.
• Menggunakan pembendaharaan kata yang dipunyai masyarakat bahasanya serta dapat menggerakan dan juga
memberdayakan kekayaan itu menjadi jaring kata yang jelas.
Syarat Diksi
• Tepat

Contohnya : Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan mata
tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.
• Seksama
Pada kata agung, besar,akbar, raya itu saling bersinonim, tetapi tidak mungkin jika kata jaksa agung diganti
menjadi jaksa besar.
• Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia
apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan pengertian saja. Seperti kata makan dan santap, jika
digunakan pada kata makanan rohani saat diubah menjadi santapan rohani itu tidak lazim.
09
Hubungan dengan Pengayaan
Kosa Kata
Daftar Pustaka

Affini, Laily Nur. 2017. “Analisis Kata Tabu dan Klasifikasinya di Lirik Lagu
Eminem pada Album The Marshal Mathers LP”. Lensa: Kajian
Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya 7, no. 1: 95.

Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sitaresmi, N., Fasya, M. 2011. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Bandung:


UPI Press.

Anda mungkin juga menyukai