2020
Kamis, 19 November 2020
MODUL 26
OKSIGEN TERLARUT (DISSOLVED OXYGEN)
I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan kadar oksigen terlarut dalam sampel air
2. Menentukan keunggulan metode yang digunakan dalam menentukan kadar oksigen terlarut dalam
sampel air
3. Menentukan fungsi MnSO4 dan alkali iodida dalam percobaan
( mgL )=
V Thio × N Thio ×1000 ×8
DO
V botol −2
Dimana:
Vthio = Volume titrasi thiosulfat (ml)
Nthio = Normalitas thiosulfta yang digunakan (N)
8 = Berat Ekivalen O2
Vbotol = Volume contoh air (ml)
VII. Pembahasan
VII.1. Analisis Cara Kerja
Dengan metode titrasi Winkler, percobaan diawali dengan mengisi botol BOD sampai penuh
dan menutup tutup botol BOD agar tidak ada udara yang masuk kedalam botol BOD yang dapat
memengaruhi nilai oksigen yang terlarut dalam sampel air. Lalu, ditambahkan 1 mL MnSO 4 agar ion
Mn2+ dari MnSO4 dapat menangkap oksigen dalam air dan membentuk sebuah endapan MnO 2 yang
berwarna coklat. Kemudian, tambahkan 1 mL alkali iodida (pereaksi oksigen) agar ion I - bereaksi
dengan MnO2 dan membentuk I2. Pembentukan I2 berfungsi untuk pembebasan molekul iodium yang
ekivalen dengan banyaknya oksigen terlarut yang akan dijelaskan lebih lanjut nanti. Penambahan
reagen dilakukan dengan dari dasar dan diangkat perlahan sampai ke permukaan dengan alasan agar
larutan tersebar ke larutannya, karena jika dilakukan dari atas agak susah untuk membuat larutannya
homogen. Setelah itu, botol BOD ditutup dan botol diaduk agar larutan homogen. Didiamkan botol
selama 10 menit sampai terlihat ada endapan MnO 2 pada dasar botol. Jika endapan berwarna putih,
maka tidak ada O2 dalam larutan. Tuangkan sebagai isi botol BOD kedalam labu erlenmeyer agar
mempercepat prosedur percobaan, karena apabila botol BOD terlalu penuh, maka volume titran yang
digunakan pada step selanjutnya akan semakin besar sehingga dikhawatirkan adanya tumpahan dari
isi botol BOD yang akan memengaruhi pengukuran.Ditambahkan 1 mL asam sulfat pekat kedalam
botol BOD dan labu erlenmeyer agar menciptakan suasana asam sehingga reaksi antara endapan
MnO2 dan ion I- dapat berlangsung. Aduk labu erlenmeyer dan botol BOD agar homogen. Lalu,
titrasi larutan dengan larutan thiosulfat 1/80 N. Tujuan dari penambahan larutan tiosulfat adalah
untuk menciptakan kelebihan iodin yang ditandai dengan terbentuknya warna kuning pucat.
Kelebihan iodin ini berhubungan dengan penambahan larutan kanji untuk titrasi nanti, karena jika
larutan kanji dilakukan di awal, maka amilum atau larutan kanji akan membungkus Iodin sehingga
reaksi akan berjalan lambat dengan thiosulfat nantinya. Sehingga, diciptakan kelebihan iodin agar
menangkal hal yang sudah dijelaskan sebelumnya. Lalu indikator amilum ditambahkan sebagai
larutan indikator sehingga terbentuk warna biru. Larutan kembali di titrasi dengan larutan thiosulfat
Kamis, 19 November 2020
sampai warna biru hilang yang menandakan bahwa tidak ada I 2 lagi yang ekivalen dengan jumlah
oksigen terlarut.
Pada labu erlenmeyer, diusahakan tidak ada endapan agar larutan dapat langsung ditetesi
dengan indikator amilum. Sebab, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jika masih ada endapan,
maka nanti amilum akan membungkus iodin yang memperlambat oksidasi thiosulfat. Setelah
dilakukan titrasi pada labu erlenmeyer dan botol BOD, kedua volume titrasi dijumlahkan sebagai
volume total volume titran yang dipakai.
Dengan metode DO meter, percobaan diawali dengan menyiapkan sampel dan beaker glass.
Idealnya pengambilan sampel dengan DO meter dilakukan di lapangan karena larutan baru diambil
jadi belum terkontaminasi oleh apapun. Sampel dimasukkan ke dalam beaker glasss. DO meter
dinyalakan dan dicelupkan ke dalam beaker glass yang berisi sampel. Sensor yang ada di DO meter
harus tercelup semua. Setelah itu ditunggu sampai pembacaan pada DO meter stabil. Maka didapat
nilai DO terukur.
VII.2. Analisis Kesalahan dalam Praktikum
Kesalahan yang umum terjadi pada praktikum adalah adanya kontaminasi udara ambien saat
mengisi botol BOD dengan sampel air yang digunakan jika cara yang digunakan bukan dengan cara
mencelupkan botol namun dengan cara dituangkan. Saat dilakukan penambahan reagen seperti alkali
iodida dan juga pemindahan botol BOD ke labu, akan terjadi kontaminasi kembali dari udara ambien
yang ada, begitu pula saat titrasi dilakukan. Penambahan thiosulfat berlebih yang dapat
mempengaruhi perhitungan karena titik akhir dari titrasi ini ditandai dengan tidak adanya warna biru
yang ada alias jernih. Dengan pengukuran DO meter, sampel cukup terbuka sehingga kemungkinan
banyak kandungan O2 yang masuk ke dalam sampel yang berpengaruh dalam perhitungan DO meter.
VII.3. Analisis Hasil
Berdasarkan hasil pengukuran, didapat nilai DO dalam sampel sebesar 2,74 mg/L.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum,
kadar minimum untuk nilai DO adalah sebesar 6 mg/L untuk kelas 1, 4 mg/L untuk kelas 2, 3 mg/L
untuk kelas 3, dan 0 mg/L untuk kelas 4. Kelas 1 adalah air yang diperuntukkan untuk air baku air
minum, atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas 2 adalah air yang diperuntukkan untuk prasarana/saran rekreasi air, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau perunutkan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas 3 adalah air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas 4
adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa sampel tidak memenuhi baku mutu untuk kelas 1, 2, dan 3, namum memenuhi baku mutu
untuk kelas 4.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum, standar baku mutu
minimum untuk media air untuk pemandian umum adalah sebesar ≥ 4 mg/L. Maka, sampel tidak
memenuhi baku mutu minimum sebagai persyaratan kualitas media air pemandian umum.
VII.4. Aplikasi di Bidang Teknik Lingkungan
Pengaplikasian di bidang Teknik Lingkungan adalah untuk proses pengolahan air limbah
yang menggunakan sistem aerobik, karena jika kadar oksigen terlalu rendah, maka air limbah tidak
terolah secara maksimal.
VII.5. Kaitan dengan Modul Sebelumnya
Modul ini berkaitan dengan pengukuran BOD dan COD pada modul selanjutnya. Kadar DO
dalam air berbanding terbalik dengan kadar BOD dan COD dalam sampel air. Pada air yang bersih,
kadar BOD dan COD tentunya rendah dan kadar DO tinggi. Jika berkaitan dengan modul
sebelumnya, DO berhubungan erat dengan transparansi dan kekeruhan air. Semakin keruh air, maka
kandungan DO dalam air rendah.
VII.6. Kelebihan dan Kekurangan DO meter dan Winkler
Kelebihan pengukuran DO menggunakan metode DO meter adalah praktis dan mudah
digunakan.
Kamis, 19 November 2020
Kekurangan dari pengukuran DO menggunakan metode DO meter adalah harganya yang
cukup mahal, setiap DO meter mempunya variannya masing – masing sehingga harus mengingat
penggunaan tiap varian yang digunakan.
Kelebihan pengukuran DO menggunakan metode titrasi winkler adalah metodenya yang
lebih analitis sehingga akan diperoleh hasil yang lebih akurat.
Kekurangan dari pengukuran DO menggunakan metode titrasi winkler adalah penambahan
indikator amilum harus dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak
membungkus I2 karena akan menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa semula
dan proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I 2 mudah menguap.
VIII. Kesimpulan
1. Kadar oksigen terlarut dalam sampel air yang didapat adalah 2,74 mg/L dan memenuhi baku
mutu kelas 4 yaitu sebagai air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
2. Keunggulan metode yang digunakan dalam menentukan kadar oksigen terlarut dalam sampel air
adalah praktis dan mudah digunakan.
3. Fungsi MnSO4 dan alkali iodida dalam percobaan adalah agar ion Mn 2+ dari MnSO4 dapat
menangkap oksigen dalam air dan membentuk sebuah endapan MnO 2 yang berwarna coklat dan
agar ion I- bereaksi dengan MnO2 dan membentuk I2.
( mgL )=
V Thio × N Thio × 1000× 8
DO x hari
V botol−2
Pemilihan hasil BOD yang bagus syaratnya berdasarkan SNI 6989.72:2009 tentang Cara Uji
Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen Demand) di halaman 17 adalah
1. DO5 harus lebih besar dari 1 mg/L
2. Selisih DO sampel harus di lebih besar dari 2 mg/L
Kamis, 19 Oktober 2020
Untuk pengenceran 1 = 7,85-5,35 = 2,5 mg/L
Untuk pengenceran 2 = 7,76−3,86 = 3,9 mg/L
Untuk pengenceran 3 = 7,8-2,93 = 4,87 mg/L
7,76+6,83
DO0 dan DO5 merupakan rata – rata dari blanko 1 dan 2. Maka DO 0 blanko adalah =
2
6,83+6,85
7,78 mg/L dan DO5 blanko adalah = 6,84 mg/L.
2
Berdasarkan data di atas, maka hasil BOD sudah memenuhi syarat yang berlaku.
Pengukuran pengenceran 1
Pada pengenceran 1, angka permanganat sampel air dibagi dengan 3, didapatkan besar
pengencerananjer
180 mg/L
Pengenceran 1= =60 x
3
BOD5 hari ( mgL )=¿
Pengkuruan pengenceran 2
Pada pengenceran 2, angka permanganat sampel air dibagi dengan 5, didapatkan besar
pengenceran
180 mg/L
Pengenceran 2= =36 x
5
BOD5 hari ( mgL )=¿
Pengukuran pengenceran 3
Pada pengenceran 3, angka permanganat sampel air dibagi dengan 7, didapatkan besar
pengenceran
180 mg/ L
Pengenceran 3= =25,714 x
7
BOD5 hari ( mgL )=¿
Rata – rata dari ketiga pengukuran adalah 100,4057 mg/L.
VII. Pembahasan
VII.1. Analisis Cara Kerja
Percobaan diawali dengan menentukan angka permanganat dari sampel. Angka permanganat
berguna untuk menentukan pengenceran dengan cara angka permanganat dibagi dengan 3, 5, dan 7.
Lalu dari angka pengenceran tersebut didapat volume sampel air yang akan digunakan untuk
pengenceran.
Siapkan air pengencer sesuai dengan komposisi yang sudah ditetapkan. Larutan pengencer
digunakan untuk mengencerkan sampel air. Larutan pengencer sendiri harus dibuat sesaat sebelum
percobaan akan dilakukan karena bakteri yang ada dalam larutan pengencerakan segera menghabisi
nutrisi yang ada di larutan serta akan menggunakan oksigen yang terlarut pada larutan pengencer.
Siapkan 3 botol winkler yang akan diisi dengan pengenceran sampel dari angka
permanganat. Untuk botol 1 diisi dengan pengenceran angka permanganat dibagi 3, untuk botol 2
diisi dengan pengenceran angka permanganat dibagi 5, dan untuk botol 3 diisi dengan pengenceran
angka permanganat dibagi 7 yang dibulatkan menjadi 10. Sediakan juga untuk blanko sebanyak 2
buah. Isi botol winkler blanko dengan air pengencer sampai penuh. Tutup dan jangan sampai ada
gelembung udara di dalamnya. Dengan cara yang sama, dilakukan untuk botol blanko 2. Disekitar
penutup botol, beri air agar menghindari adanya udara yang masuk ke dalam botol selama inkubasi 5
hari. Untuk blanko, ukur terlebih dahulu DO nya dengan DO meter. Hasil dari pengukuran ini
digunakan sebagai pengukuran DO 0 untuk blanko. Lakukan pengenceran terhadap botol winkler
pertama sebanyak 20x dari hasil angka permanganat dibagi 5. Volume akhir dari pengenceran adalah
500 mL, jadi pengenceran dilakukan dengan 500 dibagi dengan 20x dan didapat 25 mL. Jadi, sampel
air dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak 25 mL dan ditambah dengan air pengencer sebanyak
475 mL agar volume akhir tetap 500 mL. Homogenkan sampel air dengan air pengencer. Dengan
Kamis, 19 Oktober 2020
cara yang sama, dilakukan juga terhadap botol 2 dan 3 yang mempunyai pengencer 12x dan 10x.
Sisa sampel yang ada di dalam beaker glass, ukur DO dengan DO meter dan didapat DO 0 untuk
sampel yang memiliki pengencer 20x. lakukan hal yang sama dengan botol DO 2 dan 3. Inkubasikan
kelima botol dalam suhu 20oC selama 5 hari dan ukur kembali nilai DO nya.
VII.2. Analisis Kesalahan dalam Praktikum
Kesalahan yang umum terjadi pada praktikum adalah adanya kontaminasi udara ambien saat
mengisi botol BOD dengan sampel air yang digunakan jika cara yang digunakan bukan dengan cara
mencelupkan botol namun dengan cara dituangkan. Saat dilakukan penambahan reagen seperti alkali
iodida dan juga pemindahan botol BOD ke labu, akan terjadi kontaminasi kembali dari udara ambien
yang ada, begitu pula saat titrasi dilakukan. Penambahan thiosulfat berlebih yang dapat
mempengaruhi perhitungan karena titik akhir dari titrasi ini ditandai dengan tidak adanya warna biru
yang ada alias jernih. Dengan pengukuran DO meter, sampel cukup terbuka sehingga kemungkinan
banyak kandungan O2 yang masuk ke dalam sampel yang berpengaruh dalam perhitungan DO meter.
VII.3. Analisis Hasil
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai BOD rata-rata dalam sampel sebesar 100,4057
mg/L. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, kadar maksimum untuk nilai BOD adalah sebesar 2 mg/L untuk kelas 1, 3 mg/L untuk kelas
2, 6 mg/L untuk kelas 3, dan 12 mg/L untuk kelas 4. Kelas 1 adalah air yang diperuntukkan untuk air
baku air minum, atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. Kelas 2 adalah air yang diperuntukkan untuk prasarana/saran rekreasi air, pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau perunutkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas 3 adalah air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. Kelas 4 adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel tidak memenuhi baku mutu untuk kelas 1, 2, 3, dan 4.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri, standar baku mutu minimum
bagi kawasan industi adalah sebesar 50 mg/L mg/L. Maka, sampel tidak memenuhi baku mutu
minimum sebagai persyaratan untuk air limbah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, standar baku mutu minimum bagi wisata bahari adalah
sebesar 10 mg/L. Maka, sampel tidak memenuhi baku mutu minimum sebagai persyaratan untuk
wisata bahari.
VII.4. Aplikasi di Bidang Teknik Lingkungan
Pengaplikasian di bidang Teknik Lingkungan adalah untuk menentukan tingkat pencemaran
limbah yang masuk ke badan air, studi dan evaluasi kemampuan badan air dalam proses self
purification, dan evaluasi suatu sistem pengolahan air dalam menurunkan/mengolahan senyawa
organik dalam air limbah.
VIII.5. Kaitan dengan Modul Sebelumnya
Modul ini berkaitan dengan pengukuran COD pada modul selanjutnya dan pengukuran DO
pada modul sebelumnya. Kadar DO dalam air berbanding terbalik dengan kadar BOD dalam sampel
air. Pada air yang bersih, kadar BOD dan COD tentunya rendah dan kadar DO tinggi. Jika berkaitan
dengan modul sebelumnya, BOD berhubungan erat penentuan DO terlebih dahulu dengan metode
titrasi winkler. Namun, dalam video praktikum, digunakan DO meter untuk menentukan nilai DO.
VIII. Kesimpulan
1. Kadar BOD dalam sampel air untuk pengenceran 1 adalah 93,6 mg/L, pengenceran 2 adalah 88,8
mg/L, dan pengenceran 3 adalah 98,25 mg/L. Maka, didapat BOD rata – ratanya adalah 93,55
mg/L. Sampel tidak memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001,
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010, dan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010
2. Metode yang digunakan adalah metode pengenceran dan oksigen terlarut.
3. Persyaratan dalam mengukur hasil BOD adalah nilai DO5 harus lebih besar dari 1 mg/L dan
selisih DO sampel harus di lebih besar dari 2 mg/L
Kamis, 19 Oktober 2020
IX. Daftar Pustaka
Atima, W. 2015. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air Limbah.
Jurnal Biologi Science dan Education, 83-93.
Boyd, C. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Alabama: Auburn University
Kementerian Lingkungan Hidup. 2001 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Peraturan
Pemerintah No 82 Tahun 2001.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2004.
Metcalf and Eddy. 1991. Wastewater and Engineering 3rd ed. Singapore: McGraw Hill.
International Engineering.
Rachmawati, S. C. 2017. Analisa Penurunan Kadar COD dan BOD limbah Cair Laboratorium
Biokimia UIN Makasar Menggunakan Fly Ash (Abu Terbang) Batubara. Al- Kimia, 64-75.
Umaly, R.C. & L.A. Cuvin. 1988. Limnology: Laboratory and field guide, Physico-chemical
factors, Biological factors. Manila: National Book Store, Inc. Publishers.
Kamis, 19 Oktober 2020
MODUL 28
CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)
I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan kadar COD dalam sampel air
2. Menentukan fungsi larutan FAS
3. Menentukan kelebihan dari metode refluks terbuka
Dimana :
A = ml FAS untuk blangko
B = ml FAS untuk sampel
C = Normalitas FAS
8 = Berat Ekivalen O2
VII. Pembahasan
VII.1. Analisis Cara Kerja
Percobaan diawali dengan menyiapkan sampel, pereaksi standar seperti larutan K 2Cr2O7,
larutan FAS, indikator ferroin, serbuk HgSO 4, dan asam COD yang ada di ruang asam. Siapkan gelas
asah sebanyak dua buah. Satu buah gelas untuk blanko dan satu lagi untuk sampel. Sebanyak 20 mL
akuades dimasukkan ke gelas asah blanko dan 20 mL sampel air untuk gelas asah sampel.
Tambahkan serbuk HgSO4 untuk dapat mengikat ion Cl- membentuk HgCl2. Perlunya pengikatan ion
Cl- karena ion klorida merupakan senyawa pengganggu yang akan mengakibatkan pengoksidasian
klorida bersama kalium bikromat nantinya sehingga pengukuran COD terganggu. Homogenkan
kedua gelas asah. Setelah itu, tambahkan masing – masing gelas 10 mL larutan K 2Cr2O7. Larutan
K2Cr2O7 berguna untuk mengoksidasi senyawa organik di dalam sampel. Lalu, ditambahkan asam
COD yaitu asam sulfat pekat yang berisi perak sulfat. Lakukan di ruang asam agar menghindari
kontak langsung dengan udara. Lakukan penambahan melalui dinding karena menghindari terjadinya
bumping ledakan karena reaksi bersifat eksoterm ekstrim. Kemudian, gelas asah dihubungkan
dengan kondensor sambil dipanaskan diatas penangas selama 2 jam. Tujuannya adalah untuk
membentuk kondensasi di dalamnya agar tidak ada senyawa organik yang keluar dari sistem. Di
dalam langkah ini terjadi proses oksidasi senyawa organik oleh larutan oksidator yaitu larutan
K2Cr2O7. Setelah pemanasan selesai, biarkan gelas asah sampai suhunya mendekati atau sama
dengan suhu ruang. Kelebihan kalium dikromat yang tersisa di dalam larutan digunakan untuk
menentukan berapa oksigen yang terlah terpakai. Sampel dan blanko dilakukan titrasi. Sebelum
Kamis, 19 Oktober 2020
titrasi dilakukan, ditambahkan indikator ferroin sebagai indikator warna. Titrasi dengan larutan FAS
sampai warna berubah menjadi merah cola. Perubahan warna yang terjadi menandakan bahwa
terjadinya reduksi menjadi ion kromium (Cr3+) akibat perubahan ion besi dari Fe2+menjadi Fe3+.
VII.2. Analisis Kesalahan dalam Praktikum
Kesalahan yang umum terjadi pada praktikum adalah saat proses titrasi yang berpengaruh
terhadap perhitungan volume titrasi karena tidak ada perubahan warna lanjutan yang terjadi. Lalu
ketidakhati – hatian praktikan saat penambahan asam COD ke gelas asah yang tidak dialiri ke
dinding gelas terlebih dahulu akan menyebabkan bumping ledakan.
VII.3. Analisis Hasil
mg
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai COD dalam sampel sebesar 228,62 O.
L 2
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum,
kadar maksimum untuk nilai COD adalah sebesar 10 mg/L untuk kelas 1, 25 mg/L untuk kelas 2, 50
mg/L untuk kelas 3, dan 100 mg/L untuk kelas 4. Kelas 1 adalah air yang diperuntukkan untuk air
baku air minum, atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. Kelas 2 adalah air yang diperuntukkan untuk prasarana/saran rekreasi air, pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau perunutkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas 3 adalah air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. Kelas 4 adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel tidak memenuhi baku mutu untuk kelas 1, 2, 3, dan 4.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri, standar baku mutu minimum
bagi kawasan industi adalah sebesar 100 mg/L mg/L. Maka, sampel tidak memenuhi baku mutu
minimum sebagai persyaratan untuk air limbah.
VII.4. Aplikasi di Bidang Teknik Lingkungan
Pengaplikasian di bidang Teknik Lingkungan adalah untuk menentukan tingkat pencemaran
limbah yang masuk ke badan air, studi dan evaluasi kemampuan badan air dalam proses self
purification, dan evaluasi suatu sistem pengolahan air dalam menurunkan/mengolahan senyawa
organik dalam air limbah.
VII.5. Kaitan dengan Modul Sebelumnya
Modul ini berkaitan dengan pengukuran COD dan pengukuran DO pada modul sebelumnya.
Kadar DO dalam air berbanding terbalik dengan kadar BOD dan COD dalam sampel air. Pada air
yang bersih, kadar BOD dan COD tentunya rendah dan kadar DO tinggi. Modul ini juga berkaitan
dengan modul angka permanganat terkait pengendalian ion klorida agar tidak mengganggu hasil dari
zat organik yang ingin diteliti.
VIII. Kesimpulan
mg
1. Kadar COD dalam sampel air adalah 228,62 O dan sampel tidak memenuhi baku mutu.
L 2
2. Fungsi larutan FAS adalah untuk mereduksi menjadi ion kromium (Cr3+) akibat perubahan ion
besi dari Fe2+menjadi Fe3+ dan akibatnya ada perubahan warna yang terjadi.
3. Kelebihan dari metode refluks terbuka adalah cocok untuk berbagai jenis air limbah.